PRINSIP-PRINSIP
GOOD CORPORATE GOVERNANCE
PADA PT. PELAYARAN NASIONAL
INDONESIA
Disusun Oleh :
Tamzil Ilkhairi (201710315027)
Rismianti (201710315019)
Latar Belakang
Di era persaingan global ini, dimana batas – batas negara tidak lagi menjadi penghalang untuk
berkompetisi, hanya perusahaan yang menerapkan good corporate governance (GCG) yang mampu
memenangkan persaingan. Istilah good corporate governance kini menjadi isu penting bagi setiap
perusahaan dalam menjalankan usahanya. Dengan adanya krisis ekonomi yang melanda sebagian besar
wilayah dunia termasuk Indonesia pada tahun 1997 yang berawal krisis moneter, menyebabkan
perusahaan besar di Indonesia banyak mengalami kebangkrutan. Banyak pihak seperti pengamat
ekonomi, investor, dan kalangan akademisi yang mengatakan bahwa lamanya proses pemulihan dan
krisis ini disebabkan oleh karena sangat lemahnya penerapan good corporate governance yang
diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di indonesia. Sejak saat itu, pemerintah dan investor mulai
memberikan perhatian yang signifikan terhadap good corporate governance. Good corporate
governance telah menjadi topik pembicaraan dan penelitian yang menarik. Good corporate governance
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, perkembangan ini muncul sebagai reaksi terhadap
berbagai kegagalan kooporasi sebagai akibat dari buruknya tata kelola perusahaan. Dalam
perkembangannya, suatu perusahaan menganggap bahwa penerapan prinsip – prinsip GCG merupakan
suatu sarana yang penting sebagai control manajemen dalam meningkatkan kinerja perusahaan dan upaya
menciptakan perusahaan yang sehat. Dalam penerapannya, GCG akan mengatur hubungan antara
manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham, serta para stakeholders yang lain. Hal
tersebut kemudian akan dimanfaatkan dalam bentuk kerangka kerja yang diperlukan untuk menentukan
tujuan perusahaan dan cara pencapaian tujuan serta pemantauan kinerja yang dihasilkan. Maka akan
diperlukan aspek – aspek kunci dalam good corporate governance yang meliputi kewajaran atau
kejelasan mengenai hak – hak stakeholders dan pertanggungjawaban dalam pengelolaan perusahaan
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Penerapan prinsip good corporate governance sangat
diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparasi dalam pelaporan keuangan dan
konsisten dengan peraturan perundang – undangan, dimana hal tersebut dapat membantu tercapainya
kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan berdasarkan asas transparansi (transparancy),
pengungkapan (disclosure), indepedensi (independency), akuntabilitas (accountability), responsibilitas
(responsibility), dan kewajaran (fairness). Prinsip – prinsip good corporate governance merupakan
sesuatu yang wajib dan tidak bisa ditawar – tawar lagi. Oleh karena itu Kementrian BUMN akan dengan
sungguh – sungguh menerapkan sanksi berdasarkan reward and punishment kepada
Direksi/Komisaris/Dewan Pengawas. Prinsip – prinsip good corporate governance merupakan sarana
untuk memperbaiki citra buruk Indonesia, oleh karena itu kita harus berperan serta dalam mengubah
wajah bangsa, mengembalikan martabat yang telah lama hilang, yaitu melalui penerapan good corporate
governance secara nyata dan konsisten. Indonesia sebagai salah satu Negara yang terdiri atas bermacam
– macam pulau yang menyebabkan diperlukannya pengembangan sarana transportasi untuk menunjang
aktivitas perekonomian. Sarana transportasi yang ada dimanfaatkan untuk mendistribusikam barang dan
melayani jasa pengangkutan orang, dari satu tempat ke tempat yang lain untuk tujuan tertentu.
Menanggapi kebutuhan akan sarana transportasi, maka banyak bermunculan penyedia layanan jasa
transportasi, baik itu transportasi darat, laut maupun udara. Semuanya berusaha menempatkan diri
menjadi yang terbaik untuk mencapai tujuannya, yaitu untuk memperoleh laba dan memberikan layanan
yang optimal. Oleh karena itu persaingan yang ketat pun tidak dapat dihindarkan demi mempertahankan
dan meningkatkan kelangsungan hidup perusahaan. PT PELNI yang merupakan salah satu perusahaan
milik negara mempunyai visi dan misi yang dimana misi PT PELNI sebagiannya adalah meningkatkan
nilai perusahaan melalui kreativitas, inovasi, dan pengembangan kompetensi Sumber Daya Manusia dan
Menjalankan usaha secara adil dengan memperhatikan azas manfaat bagi semua pihak yang terlibat
(stakeholders), dan menerapkan prinsip – prinsi Good Corporate Governance (GCG), yang dimana salah
satu misi dari PT PELNI digunakan sebagai dasar perusahaan untuk menjalankan berbagai usahanya,
bahkan visi dan misi yang pada akhirnya di anut oleh sebagaian besar karyawan nya kedalam kehidupan
pribadi mereka sekalipun diluar perusahaan. Perusahaan negara seperti PT PELNI juga tidak luput dari
ke ‘salahan’ maupun ke ‘nakalan’ para oknum terhadap adanya kecurangan ataupun adanya kesempatan
yang di ‘ada – ada’ kan atas pelanggaran yang dilakukan atas azas visi dan misi perusahaan yang
seharusnya dijalankan agar tercapainya tujuan atas keberhasilannya perusahaan. Celah – celah tersebut
dapat tercipta akibat buruk nya pengawasan terhadap good corporate governance pada perusahaan
tersebut. Melihat saat ini pemerintah sedang berusaha untuk lebih
meningkatkan kinerja BUMN, maka sebaiknya pelaksanaan prinsip good corporate governance perlu
lebih dioptimalkan. Mengingat prinsip good corporate governance merupakan kaedah, norma, ataupun
pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN yang sehat. Demikian pula dengan
PT PELNI yang telah menerapkan prinsip good corporate governance namun belum sepenuhnya
mengimplementasikan prinsip – prinsip tersebut.
Identifikasi Masalah
Dalam menilai apakah penerapan good corporate governance telah memadai, terlebih dahulu perusahaan
memenuhi syarat – syarat apakah sistem ini dapat diterapkan. Penelitian dilakukan pada PT PELNI
sebagai objek penelitian untuk memastikan apakah syarat – syarat tersebut sudah dipenuhi dan
dilaksanakan oleh perusahaan tersebut. Suatu pengendalian juga dibutuhkan agar proses yang dilakukan
oleh manajemen dapat terlaksana dengan efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
pengimplementasian prinsip – prinsip GCG yang dilakukan oleh PT PELNI. Ruang Lingkup Penelitian:
Pembatasan ruang lingkup dalam penelitian ini dimaksudkan agar penelitian yang dilakukan oleh penulis
lebih terfokus. Oleh karena itu, penulis membatasi penelitiannya pada analisis terhadap penerapan Good
Corporate Governance PT PELNI. Penelitian dilakukan pada PT PELNI sebagai objek penelitian untuk
memastikan apakah syarat – syarat tersebut sudah dipenuhi dan dilaksanakan oleh perusahaan tersebut.
Mengingat banyaknya keterkaitan yang mungkin tercakup pada perusahaan yang akan dibahas, maka
penulis membatasi ruang lingkup penelitian dengan menitikberatkan pada evaluasi penerapan prinsip –
prinsip good corporate governance yang meliputi transparancy (keterbukaan), accountability
(akuntabilitas), responsibility (pertanggungjawaban), independency (kemandirian), dan fairness
(kesetaraan dan kewajaran). Pengambilan data yang digunakan sebagai dasar analisis berupa data primer
yang bersumber dari perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau perusahaan PT. PELNI itu
sendiri. Data yang digunakan sebagai dasar evaluasi penerapan prinsip – prinsip good corporate
governance adalah data pada Tahun 2006 – 2008.
Tujuan Penelitian:
METODE PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian diperlukan data yang akurat dan relevan, oleh karena itu data amat
menentukan kualitas suatu penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan jenis explanatory yaitu,
penelitian yang dilakukan untuk mencari permasalahan yang dihadapi oleh suatu perusahaan, mengapa
hal itu terjadi, apa akibatnya, serta bagaimana alternative solusi yang dapat dilakukan. Metode – metode
pengumpulan data yang dilakukan penulis, antara lain :
1.1 Audit oleh Akuntan Publik Sumber Prinsip: Keputusan Bersama Dewan Direksi
dan Dewan Komisaris Nomor 29.K/010/IP/2012
1.1.1 Audit Internal Salah satu tugas internal audit di PT PELNI adalah
sebagai pemeriksa laporan keuangan perusahaan dan
juga sebagai kepercayaan bagi Komisaris untuk
melakukan pertimbangan dalam melakukan fungsi
pengawasan Dewan Komisaris dan juga sebagai
penilaian validitas atas penyajian laporan keuangan
perusahaan kepada pihak yang berkepentingan bagi
perusahaan.
Prinsip-Prinsip GCG Analisa
1.1.2 Audit Eksternal PT PELNI juga menggunakan jasa Audit Eksternal
yaitu BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan)
1.3 Pengadaan Rapat pada Sumber Prinsip : Undang-Undang No.40 Tahun 2007
Perusahaan
1.3.1 RUPS PT PELNI melaksanakan RUPS dua kali dalam
setahun, yaitu RUPS Tahunan dan RUPS Lainnya.
1.3.1.1 RUPS Tahunan RUPS Tahunan membahas mengenai laporan
keuangan tahun sebelumnya.
1.3.2 Rapat Dewan Komisaris Rapat Dewan Komisaris pada PT PELNI diadakan
sekurang-kurangnya sebulan sekali, dan dipimpin oleh
Komisaris Utama.
1.3.3 Rapat Dewan Direksi Rapat Dewan Direksi pada PT PELNI diadakan
sekurang-kurangnya sebulan sekali, dan dipimpin oleh
Direksi Utama. Rapat Dewan Direksi bisa diadakan
mendadak apabila pemegang saham mewakili 1/10
dari yang lainnya dengan melakukan permintaan
tertulis.
1.3.5 Rapat Rencana Jangka Panjang RJPP pada PT PELNI telah disahkan tahun 2011-2016
Perseroan (RJPP)
1.3.6 Rapat Rencana Anggaran RKAP paling lambat diadakan 30 hari setelah tahun
Perseroan (RKAP) anggaran berjalan (tahun anggaran RKAP yang
bersangkutan).
1.4.2 Penerbitan Anggaran Tahunan di Anggaran Tahunan yang sudah dirapikan pun pasti
Website Perusahaan selalu diterbitkan di website PT PELNI
2.1.2 Dewan Komisaris Dewan Komisaris sebagai organ yang mewakili para
pemilik modal (shareholders) dan mempunyai fungsi
sebagai pengawas dan penasihat Direksi.
3.1 Tanggung Jawab Perusahaan Sumber prinsip: Keputusan Menteri Nomor: Per-
Terhadap Sosial dan 01/MBU/2011
Lingkungan
3.1.1 Pembentukan Divisi Company PT PELNI telah memiliki divisi khusus yang
Social Responsibility (CSR) menangani CSR (Company Social Responsibility)
3.1.2 Pengelolaan Limbah Hasil Usaha Di PT PELNI Direksi bertanggungjawab atas
pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan serta
pengelolaan bahan berbahaya dan racun.
3.1.3 Pelestarian Lingkungan Sekitar Direksi PT PELNI juga menjamin pelestarian fungsi
lingkungan hidup, tidak melanggar hukum mutu dan
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup dan wajib
memberikan informasi yang benar dan akurat
mengenai pengelolaan lingkungan.
3.2 Tanggung Jawab Perusahaan Sumber prinsip: Undang-Undang No.13 Tahun 2003
Terhadap Karyawan
Prinsip-Prinsip GCG Analisa
3.2.1 Program Reward Di PT PELNI diberlakukannya sstem reward and
and Punishment punishment agar karyawan mampu meningkatkan
atas Penerapan Pedoman kinerja nya agar lebih baik lagi.
Perilaku Karyawan
3.2.2 Pemberian Tunjangan dan Bonus Tunjangan yang diberikan oleh PT PELNI merupakan
kepada Karyawan salah satu perhatian yang diberikan oleh PT PELNI,
karena karyawan adalah aset penting di perusahaan.
3.3 Tanggung Jawab Perusahaan Sumber prinsip: Keputusan Menteri Nomor: Per-
Terhadap Stakeholders 01/MBU/2011
3.3.1 Laporan annual report dan Direksi sudah menyampaikan annual report dan
laporan mengenai penerapan laporan mengenai penerapan GCG di PT. Pelni secara
GCG di Perusahaan berkala dan tepat waktu kepada Pemegang Saham
melalui laporan manajemen dan laporan tahunan
3.3.2 Pelaporan atas pelanggaran yang pelaporan atas pelanggaran yang tertuang di dalam
tertuang di dalam whistleblowing policy sebagai media pengaduan
whistleblowing policy pelanggaran bagi stakeholders.
3.3.3 Mekanisme Penegakan Code Of PT PELNI telah memiliki Draft Code of Conduct yang
Conduct (COC) mengatur ketentuan mengenai mekanisme penegakan
code of conduct
4.2.2 Memiliki Dewan Komisaris dan Dewan Komisari dan Direksi yaang akan terpilih atau
Direksi yang Independen pencalonan Dewan Komisaris dan Direksi harus sesuai
dengan standar penerimaan dan telah memenuhi
syarat-syarat pencalonan. Misalnya Dewan Komisaris
harus lulusan S1 dan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
4.3 Independensi dalam Pemilihan Sumber prinsip: Keputusan Menteri Nomor: Per-
KAP 01/MBU/2011
4.3.1 Pemilihan dan Penunjukkan Dalam pemilihan dan penunjukan KAP (Kantor
KAP dalam RUPS Akuntan Publik), PT PELNI menggunakan akuntan
publik yang dipilih atau disusulkan oleh Komisaris dan
diputuskan serta disetujui melalui Rapat Umum
Pemegang Saham.
5.1.1 Perlindungan Hukum dalam Salah satu Bentuk perlindungan yang diperoleh
Pengangkatan anggota Direksi Pemegang saham PT PELNI yaitu Pengangkatan
dan Komisaris anggota Direksi dan Komisaris dilakukan oleh Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) yang disetujui oleh
Pemegang Saham,
5.1.2 Perlindungan Hukum Pengubahan ketentuan Anggaran Dasar termasuk
Pengubahan ketentuan Anggaran pengubahan nama, maksud dan tujuan, kegiatan usaha
Dasar dan jangka waktu berdirinya perseroan hanya dapat
diputuskan oleh RUPS yang dihadiri oleh pemegang
saham
5.1.3 Stakeholders diberikan Hak yang Pemegang saham harus diperlakukan setara (equitable)
sama tanpa pengecualian
5.3.2 Pemilihan Calon Karyawan Proses Proses penerimaan karyawan dilakukan melalui
Dilakukan sesuai dengan tes seleksi calon penerimaan karyawan. Sistem
Kualifikasi yang dibutuhkan penitipan untuk menjadi karyawan oleh pihak-pihak di
dalam perusahaan tidak pernah dilakukan pada PT
PELNI. Calon-calon karyawan dipilih sesuai dengan
kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi atas penyesuaian pelaksanaan GCG terhadap
diberlakukannya Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011
Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha
Milik Negara dan evaluasi penerapan prinsip-prinsip good corporate governance yang dilakukan pada
PT PELNI (Persero), maka dengan hasil penelitian ini penulis mendapatkan beberapa kesimpulan, yaitu
sebagai berikut:
1. PT PELNI dinilai masih kurang sepenuhnya dalam menerapkan prinsip-prinsip good corporate
governance dikarenakan kurangnya koordinasi pada masing-masing jajaran dalam hal
mengimplementasikan pemahaman GCG secara lebih mendalam. Walaupun pengenalan GCG
dinilai baik, namun pengenalan GCG tidak dilakukan secara rutin dan menyeluruh. Pihak-pihak
eksekutif lebih menyukai untuk bekerja secara individual sehingga tidak terjadinya sistem kerja
yang optimal.
2. PT PELNI sudah memiliki unit/divisi khusus yang menangani masalah good corporate
governance, akan tetapi dari hasil evaluasi dan wawancara yang dilakukan penulis diketahui
bahwa pada jajaran non-manajerial atau di tingkat manajer ke bawah, sosialisasi prinsip-prinsip
GCG belum merata. Hanya beberapa bagian saja yang baru mengetahui, memahami serta
melaksanakan pedoman GCG. Sosialisasi tersebut diperlukan untuk meningkatkan kinerja para
karyawan dalam mendukung terciptanya suatu pengelolaan usaha yang baik.
3. PT PELNI memiliki Komite Audit yag diangkat dengan Surat Keputusan (SK) dan setahun
sekali dilakukan evaluasi atas kinerjanya, apakah akan diperpanjang atau tidak. Rapat antara
Komite Audit dengan Komisaris, Direksi, SPI serta pihak-pihak yang berkepentingan lainnya
diadakan minimal sebulan sekali, apabila ada suatu kasus yang harus dibahas maka rapat
diadakan dua atau tiga kali sebulan. Rapat tersebut tidak hanya membahas temuan-temuan yang
ada tetapi juga membahas masalah-masalah kedepan yang akan terjadi.
4. PT PELNI belum mempublikasikan laporan tahunan serta analisis manajemennya di
website/internet untuk tahun berakhir 2011 dan 2012.
5. Laporan Tahunan telah memenuhi syarat kriteria Annual Report dan Undang-Undang Nomor:
24 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik, khususnya informasi BUMN yang
disajikan dalam website perusahaan. Laporan tahunan (annual report) PT PELNI berisi tentang
profil PT PELNI, laporan pengelolaan sumber daya manusia (SDM), laporan pelaksanaan tata
kelola (GCG), pedoman COC, serta informasi keuangan perusahaan.
6. Pedoman GCG yang dimiliki oleh PT PELNI sudah memnuhi standar Pedoman GCG KNKG.
7. Penugasan Eksternal Auditor untuk mengaudit laporan keuangan PT PELNI harus mendapatkan
persetujuan Dewan Komisaris.
Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada PT PELNI, maka penulis
mengajukan beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan dan masukan yang bermanfaat bagi PT
PELNI untuk menerapkan prinsip-prinspi good corporate governance secara maksimal, antara lain:
1. Antara Komisaris, Direksi serta Jajaran Manajerial lainnya diharapkan dapat terjalinnya suatu
koordinasi yang baik dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip GCG. Adanya kerjasama dan
komunikasi yang lancar dapat membantu keoptimalan dalam pemraktekan prinsip-prinsp GCG.
Selain itu adanya suatu sistem atau dukungan teknologi informasi yang mengontrol proses
pelaksanaan dan implementasi GCG di tingkat Komisaris, Direksi serta Jajaran Manajerial
diharapkan dapat mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik.
2. Sosialisasi mengenai good corporate governance diharapkan sampai ke level bawah. Porsi atau
bagiannya harus dibeda-bedakan antara level atas, level menengah maupun level bawah sesuai
dengan kepentingannya. Sosialisasi dapat dilakukan dengan cara memberikan seminar mengenai
etika perusahaan dan GCG itu sendiri dengan lebih intensif.
3. Komisaris maupun Direksi diharapkan selalu menyampaikan notulen rapat maupun informasi
materiil lainnya secara tertulis dan tepat waktu kepada pemegang saham dan pihak
berkepentingan lainnya.
4. Direksi menyusun standar pelaksanaan evaluasi (review) GCG yang merupakan pedoman dalam
melaksanakan evaluasi sebagai tindak lanjut dari hasil penilaian (assessment), serta memuat
hasil dari evaluasi (review) yang telah dilakukan dalam Laporan Tahunan (annual report) PT
PELNI setiap tahunnya.
5. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) menetapkan dan menyusun Key Perform Indicators
(KPI) bagi dewan Komisaris untuk mengukur dan menilai kinerja Dewan Komisaris PT PELNI.
REFERENSI
Aldridge, J.E (2005). Good corporate governance: Tata kelola yang sehat. (edisi 1).
Aswani, S.K. & Wijaya, C. (2006). Metodologi penelitian keuangan: Prosedur, ide dan kontrol.
(edisi 1) Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Institute.
Effendi, Muh. Arief. (2009). The power of Good Corporate Governance (Teori dan
Forum for Corporate Governance in Indonesia (2006). Peranan dewan komisaris dan
komite audit dalam pelaksanaan corporate governance. Jakarta: Unit Penerbit Forum for
Corporate Governance in Indonesia.
Khairandy, R. dan Malik, C. (2007). Good corporate governance. Yogyakarta: Penerbit Kreasi Total
Media.
corporate governance.
Pieris, J., Jim, N (2007). Etika bisnis & good corporate governance. Jakarta: Penerbit Pelangi
Cendekia. Sudharmono, J. (2004). Be good governance company. Jakarta: Penerbit Elex Media
Komputindo.
Scott, Hanna M. (1999), Financial Accounting Theory, 2000, Second Edition,Prentice Hall Canada Iinc.,
Scarborough, Ontario, Canada., (2003).
http://www.pelni.co.id/galeri.php
dan implementasi perusahaan publik dan korporasi Indonesia. Jakarta: Yayasan Pendidikan
Pasar Modal Indonesia
http://www.governance-indonesia.or.id 2007