Ida Muliyati
Universitas Lambung Mangkurat
idamuliyati22@gmail.com
Abstract
This research aims to test and to prove empirically factors which affect the level of good
corporate governance disclosure in annual report of state owned enterpise listed in
Indonesian Stock Exchange. Population of this research is state owned enterprise listed
in Indonesian Stock Exchange. Based on purposive sampling method, there are 11
companies selected as the sample with four years observation period. There are 93
disclosure items to detect the level of good corporate governance disclosure. The
technique for examining hypothesis is multiple regression analysis. The results indicate
that liquidity has positive significant influence on good corporate governance disclosure
in annual report of state owned enterprise. While auditor type has negative significant
influence on good corporate governance disclosure in annual report of state owned
enterprise. However, leverage, profitability, and independent commisioner influence to
good corporate governance disclosure in annual report of state owned enterprise can not
be concluded because the test show insignificant result.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan secara empiris faktor-
faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan good corporate governance dalam
laporan tahunan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan
hasil pemilihan sampel dengan menggunakan metode judgment sampling diperoleh 11
perusahaan BUMN dengan periode pengamatan selama empat tahun. Terdapat 93 item
pengungkapan untuk mendeteksi luas pengungkapan good corporate governance. Teknik
untuk pengujian hipotesis adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa likuiditas berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan good
corporate governance dalam laporan tahunan BUMN. Sedangkan tipe auditor
berpengaruh signifikan negatif terhadap luas pengungkapan good corporate governance
dalam laporan tahunan BUMN. Sementara itu, pengaruh leverage, profitabilitas, dan
komisaris independen terhadap luas pengungkapan good corporate governance dalam
laporan tahunan BUMN belum bisa disimpulkan karena hasil pengujian yang tidak
signifikan.
Kata kunci: luas pengungkapan good corporate governance, leverage, profitabilitas,
likuiditas, tipe auditor, komisaris independen.
1
PENDAHULUAN
yang sahamnya terdaftar di pasar modal saja. BUMN sebagai pelaku bisnis yang dominan
dan memiliki pangsa pasar besar di Indonesia memiliki kewajiban yang sama. Hasil
praktik tata kelola perusahaan pada BUMN di Indonesia. Salah satunya adalah mark up
laba yang dilakukan direksi PT Waskita Karya Tbk sebesar Rp 400 miliar dari periode
lemahnya implementasi good corporate governance. Pada akhirnya hal ini akan
merugikan masyarakat yang pemenuhan kebutuhan barang dan jasanya dilakukan oleh
BUMN. Selain itu, kasus-kasus tersebut akan menambah daftar panjang sejarah reputasi
Salah satunya adalah pengungkapan penuh, bukan hanya pada informasi keuangan tetapi
juga pada informasi non keuangan (Harahap, 2012). Pengungkapan good corporate
governance secara berkala penting dilakukan. Menurut Zakarsyi (2006) dalam Putranto
& Raharja (2013, p.2) adanya pengungkapan good corporate governance yang
transparan, tepat waktu, dan akurat merupakan nilai tambah bagi semua stakeholder. Jika
tidak ada pengungkapan yang memadai, para stakeholder tidak dapat meyakini dari setiap
kegiatan yang dijalankan oleh manajemen dijalankan dengan cara yang bijaksana dan
baik untuk kepentingan mereka. Pedoman Umum Good Corporate Governance oleh
2
KNKG (2006) mengharuskan setiap perusahaan melaporkan pelaksanaan good corporate
Shahimi, Yahya, & Mahzan, 2009; Ridho & Sulistiani, 2014), profitabilitas (Kusumawati,
2007; Ridho & Sulistiani, 2014; Dewi, 2015), likuiditas (Al-Moataz & Hussainey, 2012),
tipe auditor (Ntim, Opong, Danbolt, & Thomas, 2012), dan komisaris independen (Al-
Moataz & Hussainey, 2012; Samaha, Dahawy, Stapleton, & Hussainey, 2012). Penelitian
menunjukkan hasil yang beragam dan tidak konsisten. Hal ini menjadi alasan kuat bagi
corporate governance merupakan isu penting bagi seluruh jajaran BUMN tanpa
terkecuali sebagaimana halnya pada perusahaan swasta. Pentingnya hal ini semakin
diperkuat dengan adanya penjelasan mengenai maksud dan tujuan dibentuknya BUMN
pada pasal 2 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN yaitu bahwa selain untuk
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat
hidup orang banyak. Penerapan dan pengungkapan yang memadai mengenai praktik good
3
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Agency Theory
Agency theory mempelajari hubungan keagenan yang terjadi ketika satu orang atau
lebih (prinsipal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan
Good corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada agency theory
diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor
bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan. Konsep ini
lain, good corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan biaya
1. Langkah Pertama
penelitian yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, luas pengungkapan good corporate
4
risiko usaha kepada para pemangku kepentingan, baik yang bersifat wajib maupun
sukarela.
2. Langkah Kedua
untuk memeriksa relevansi item pengungkapan, item yang dipilih setidaknya telah
digunakan minimal oleh satu penelitian terdahulu yang terpublikasi. Dari peninjauan
terhadap penelitian Kusumawati (2007), Rini (2011), Natalia & Zulaikha (2012), dan
Dewi (2015) diperoleh dua hal penting yang harus diperhatikan sebelum menyusun
indeks pengungkapan good corporate governance, yaitu sumber item pengungkapan dan
Seluruh penelitian yang ditinjau menyusun item pengungkapan dari sumber yang
sama yaitu Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia oleh KNKG dan
(2007) memuat 161 item pengungkapan, Rini (2010) memuat 105 item pengungkapan,
Natalia & Zulaikha (2012) memuat 93 item pengungkapan, sedangkan Dewi (2015)
sebelumnya disebabkan oleh dua faktor, yaitu: (a) perubahan terbaru dari peraturan yang
penuh (full disclosure) yang terdiri atas pengungkapan wajib dan sukarela. Sumber
5
penyusunan item pengungkapan disesuaikan dengan kelompok perusahaan yang diteliti
yaitu BUMN yang telah terdaftar di BEI. Kelompok perusahaan dalam penelitian ini
memiliki tiga regulator yaitu Kementrian BUMN, OJK, dan KNKG. Sumber penyusunan
item pengungkapannya berasal dari tiga regulator tersebut dan merupakan perubahan
terbaru dari peraturan dalam penelitian sebelumnya. Sumber pertama adalah Keputusan
X.K.6 dengan 53 item pengungkapan GCG. Sumber kedua adalah Keputusan Sekretaris
Peraturan ini tidak secara khusus mengatur mengenai bentuk dan isi laporan tahunan
namun dalam peraturan ini terdapat 4 item terkait pengungkapan GCG dalam laporan
yang berbeda-beda. Namun beberapa indikator dan item pengungkapan sama persis
informasi yang sama atau item ganda. Setelah dilakukan eliminasi diperoleh 19 indikator
sukarela.
3. Langkah Ketiga
terbagi dua yaitu item berbobot (weighted item) dan item tidak berbobot (unweighted
item). Pada item pengungkapan yang diberi bobot, informasi tertentu dinilai lebih penting
6
pengungkapannya daripada informasi yang lain. Sehingga skor pengungkapannya lebih
besar. Sedangkan pada item tidak berbobot, semua informasi yang seharusnya
indeks pengungkapan tanpa memberikan bobot untuk item pengungkapan didasarkan atas
asumsi bahwa setiap item pengungkapan sama penting (Barako, 2006). Indeks
pengungkapan yang terdiri dari item pengungkapan dalam jumlah besar diduga akan
memiliki hasil sama, baik dengan memberikan bobot atau tidak memberikan bobot pada
ini akan menggunakan prosedur yang sama dalam mengukur indeks pengungkapan good
corporate governance. Yaitu dengan memberikan skor 1 untuk item yang diungkapkan
Governance
Lang & Lundholm (1993) dan Wallace, Naser, & Mora (1994) menggunakan
yang berkaitan dengan struktur, kinerja, dan pasar. Variabel struktur yang mengukur
struktur dianggap cenderung stabil dan konstan sepanjang waktu (Lang dan Lundholm,
1993). Variabel yang termasuk kategori struktur perusahaan yaitu leverage. Variabel
kinerja merupakan variabel yang akan berbeda pada waktu-waktu yang spesifik dan
mewakili informasi yang mungkin relevan bagi pengguna informasi akuntansi (Lang dan
Lundholm, 1993). Variabel yang termasuk kategori kinerja yaitu profitabilitas dan
likuiditas. Pengukuran variabel pasar banyak tertuju pada aspek perilaku perusahaan yang
7
timbul sebagai akibat keikutsertaannya sebagai anggota kelompok kerjasama antara
perilaku perusahaan mungkin tidak sesuai dengan yang termuat dalam sebuah indeks
yang menghasilkan market culture tertentu (Subiyantoro, 2006; dalam Benardi, Sutrisno,
dan Assih, 2009, p.8). Variabel yang berkaitan dengan pasar yaitu tipe auditor.
disclosure. Penelitian Kusumawati (2007) menunjukkan bahwa terdapat dua faktor yang
karakteristik spesifik perusahaan dan faktor good corporate governance itu sendiri.
Variabel yang berkaitan dengan good corporate governance yaitu komisaris independen.
1. Leverage
dari kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. Selain itu menurut Jensen dan Meckling
(1976), perusahaan dengan leverage yang tinggi menyebabkan biaya pengawasan yang
mengungkapkan informasi yang lebih luas (Muhammad, Shahimi, Yahya, & Mahzan,
2009; Ridho & Sulistiani, 2014). Selain itu jika sumber utama pembiayaan perusahaan
berasal dari lembaga keuangan seperti bank, perusahaan diperkirakan akan melakukan
(Ahmed & Nicholls, 1994; dalam Barako, 2006, p.113). Penelitian Muhammad, Shahimi,
8
Yahya, & Mahzan (2009) dan Ridho & Sulistiani (2014) menunjukkan bahwa leverage
2. Profitabilitas
meningkatkan kompensasi (Barako, 2006; Ridho & Sulistiani, 2014). Di sisi lain
untuk menutupi alasan penurunan kinerja (Al-Moataz & Hussainey, 2012). Ridho &
Sulistiani (2014) dan Dewi (2015) menemukan pengaruh positif variabel profitabilitas
governance
3. Likuiditas
Perusahaan dengan rasio likuiditas tinggi atau yang secara keuangan kuat akan
secara keuangan lemah, namun perusahaan dengan rasio likuiditas yang rendah perlu
memberikan penjelasan dengan rinci kinerjanya yang lemah tersebut. Perusahaan dengan
kinerja yang tinggi akan cenderung untuk menyajikan pengungkapan laporan tahunan
perusahaan dengan lebih luas karena publik akan memberikan penilaian yang lebih baik
atas kinerja perusahaan. Namun, apabila kinerja perusahaan buruk, publik juga menuntut
9
adanya penjelasan mengenai penyebab memburuknya kinerja perusahaan (Wallace &
Naser, 1995; Barako, 2006; Al-Moataz & Hussainey, 2012). Penjelasan ini didukung oleh
4. Tipe Auditor
Auditor dapat berfungsi sebagai agen pemantauan yang memberikan sinyal kepada
stakeholder bahwa informasi yang diberikan oleh perusahaan memiliki kredibilitas yang
tinggi dan lebih informatif. KAP yang lebih besar dapat menyelesaikan tugasnya lebih
baik karena memiliki ukuran yang lebih besar, sumber daya manusia yang mencukupi
serta kecenderungan untuk mempertahankan reputasinya. KAP yang besar juga memiliki
klien yang lebih banyak sehingga mereka tidak tergantung terhadap klien. Kedua hal ini
meningkatkan level independensi KAP besar dan membuat mereka memiliki kemampuan
Danbolt, & Thomas, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Ntim, Opong, Danbolt, &
Thomas, (2012) menunjukkan bahwa KAP yang berafiliasi dengan Big Four berpengaruh
governance
5. Komisaris Independen
antara direksi dan komisaris, melindungi kepentingan seluruh stakeholder, serta menekan
jumlah kecurangan. Komisaris menjaga agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan dan
10
tujuan perusahaan dapat tercapai dengan mendorong diterapkannnya praktik good
governance
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kausal.
Objek penelitian ini adalah variabel leverage, profitabilitas, likuiditas, tipe auditor,
komisaris independen, dan luas pengungkapan good corporate governance. Unit analisis
dalam penelitian ini adalah laporan tahunan BUMN yang terdaftar di BEI.
Populasi pada penelitian ini adalah BUMN yang terdaftar di BEI sebanyak 20
BUMN. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive
Tabel 1
Penentuan Sampel Penelitian
Kriteria Jumlah
BUMN yang terdaftar di BEI hingga tahun 2015 20
Dikeluarkan dari sampel karena:
1. Terdaftar di BEI (privatisasi) di atas tahun 2012 (1)
2. Mengalami kerugian selama periode 2012-2015 (4)
3. Jasa asuransi dan keuangan (4)
Jumlah perusahaan yang tidak memenuhi kriteria 9
11
Definisi Operasional Variabel
Tabel 2
Definisi Operasional Variabel
Variabel Indikator Variabel Skala
𝐺𝐶𝐺 𝐷𝑖𝑠𝑐𝑙𝑜𝑠𝑢𝑟𝑒
Luas pengungkapan GCG (Y) 𝐼𝑃𝐺𝐶𝐺 = Rasio
𝑀𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝐷𝑖𝑠𝑐𝑙𝑜𝑠𝑢𝑟𝑒
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
Leverage (X1) 𝐷𝐸𝑅 = Rasio
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ (𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘)
Profitabilitas (X2) 𝑅𝑂𝐸 = Rasio
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Likuiditas (X3) 𝐶𝑈𝑅𝑅𝐸𝑁𝑇 = Rasio
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
KAP yang tidak berafiliasi dengan Big Four = 0
Tipe Auditor (X4) Dummy
KAP yang berafiliasi dengan Big Four = 1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛
Komisaris Independen (X5) 𝐶𝑂𝑀𝐼𝑁𝐷 = Rasio
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠
Sumber: Diolah peneliti (2016)
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi, yaitu mengumpulkan dan mempelajari data dan dokumen yang diperlukan.
Adapun dokumen yang digunakan untuk memperoleh data penelitian ini yaitu laporan
tahunan dan laporan keuangan yang diperoleh dari situs resmi BEI.
pengungkapan good corporate governance dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Keterangan:
IPGCG = indeks pengungkapan good corporate governance
DER = debt to equity ratio
ROE = return of equity ratio
CURRENT = current ratio
BIGFOUR = tipe auditor
COMIND = dewan komisaris independen
α = konstanta
e = standar erorr
12
HASIL PENELITIAN
sebesar 0,200 di atas tingkat signifikansi 0,05. Uji multikolinearitas menunjukkan tidak
ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 (10%) dan tidak
ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Uji heteroskedastisitas
dengan uji Glejser menunjukkan bahwa koefisien parameter seluruh variabel independen
tidak ada yang signifikan (> 0.05). Uji autokorelasi memperoleh nilai Durbin Watson
sebesar 2,525 yang berada pada daerah hasil kesimpulan tanpa keputusan. Menurut
Algifari (2015) jika pada penelitian terjadi hasil uji autokorelasi tanpa keputusan, maka
tidak dapat dipastikan apakah persamaan regresi mengandung masalah autokorelasi atau
memastikan pengujian Durbin Watson tanpa keputusan adalah run test. Hasil run test
terhadap data residual menunjukkan probabilitas sebesar 0,446 di atas tingkat signifikansi
0,05. Berdasarkan pengujian tersebut diketahui bahwa model penelitian ini telah lolos uji
asumsi klasik.
Tabel 3
Hasil Analisis Regresi Berganda
Variabel Independen B t Sig. Hasil Pengujian Hipotesis
Konstanta 0,811 7,457 0,000
Leverage -0,011 -0,852 0,400 Tidak signifikan H1 ditolak
Profitabilitas 0,389 1,756 0,087 Tidak signifikan H2 ditolak
Likuiditas -0,052 -2,747 0,009 Signifikan negatif H3 diterima
Tipe Auditor 0,167 3,888 0,000 Signifikan positif H4 diterima
Komisaris Independen -0,264 -0,976 0,335 Tidak signifikan H5 ditolak
Adjusted R Square = 0,510
F = 9,964
Signifikansi = 0,000
Sumber: Output SPSS (2016)
13
Pengaruh Leverage Terhadap Luas Pengungkapan Good Corporate Governance
luas pengungkapan good corporate governance belum bisa disimpulkan. Hasil ini
menolak H1 dan belum berhasil membuktikan teori serta memperkuat hasil penelitian
Muhammad, Shahimi, Yahya, & Mahzan (2009) dan Ridho & Sulistiani (2014). Menurut
Kasmir (2012) semakin besar tingkat debt to equity ratio (DER) suatu perusahaan maka
akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di
perusahaan. Diduga karena tingkat risikonya yang lebih besar, ada kemungkinan
sebagai pendekatan lebih mendalam. Chow & Wong Boren (1987) menjelaskan bahwa
pengungkapan informasi hanya salah satu dari mekanisme untuk menyelesaikan masalah
konflik kepentingan. Selain itu dalam hubungannya dengan leverage, kreditur jangka
panjang memberikan perhatian lebih banyak daripada pemangku kepentingan yang lain.
Karakteristik kreditur jangka panjang bisa saja mempengaruhi jenis pendekatan yang
lain untuk menyelesaikan konflik agensi antara pemegang saham, kreditur jangka
terhadap luas pengungkapan good corporate governance belum bisa disimpulkan. Hasil
ini menolak H2 dan belum berhasil membuktikan teori serta memperkuat hasil penelitian
Ridho & Sulistiani (2014). Benardi, Sutrisno, & Assih (2009) serta Hikmah, Chairina, &
sudah merupakan suatu keharusan karena kondisi keuangan dengan profitabilitas yang
14
baik akan memudahkan perusahaan menjalankan operasional sehari-hari. Selain itu
Hardiningsih (2008) menyatakan bahwa informasi berupa laba positif sebagaimana yang
diperoleh perusahaan dalam sampel penelitian ini sudah cukup informatif sebagai sinyal
signifikan terhadap luas pengungkapan good corporate governance. Hasil ini menolak
H0 dan menerima H3. Hasil penelitian ini berhasil membuktikan teori dan memperkuat
hasil penelitian Al-Moataz & Hussainey (2012) walaupun pengaruhnya berlawanan arah.
Penelitian ini memiliki koefisien regresi bernilai negatif -0,052 menunjukkan bahwa
semakin rendah likuiditas perusahaan maka semakin besar luas pengungkapan good
likuiditas tersebut (Wallace, Naser, & Mora, 1994; Barako, 2006; Al-Moataz &
dengan mengungkapkan informasi keuangan dalam laporan keuangan dan dapat pula
jika dilihat dengan angka. Pengungkapan good corporate governance dilakukan sebagai
peraturan dan penurunan likuiditas bukan disebabkan oleh tata kelola perusahaan yang
buruk. Hal ini menjelaskan hubungan negatif (berlawanan arah) dalam pengujian.
15
Pengaruh Tipe Auditor Terhadap Luas Pengungkapan Good Corporate Governance
signifikan terhadap luas pengungkapan good corporate governance. Hasil ini menolak
H0 dan menerima H4. Hasil penelitian ini berhasil membuktikan teori serta memperkuat
hasil penelitian Ntim, Opong, Danbolt, & Thomas (2012). Salah satu upaya perbaikan
mengurangi risiko perusahaan publik dari tindakan yang dapat merugikan para pemodal
(Daniri, 2014). Selain itu auditor independen dianggap dapat secara signifikan
mempengaruhi jumlah informasi yang diungkapkan (Barako, 2006). KAP Big Four
dengan ukuran lebih besar, sumber daya manusia memadai, dan kecenderungan
peningkatan transparansi.
Governance
disimpulkan. Hasil ini menolak H5 dan belum berhasil membuktikan teori serta
besar komisaris independen berasal dari latar belakang militer, politisi, dan birokrat.
Sedangkan posisi pemerintah bagi BUMN tidak hanya sebagai regulator namun juga
16
keputusan komisaris independen yang bias dan lebih memihak pada kepentingan
pemegang saham pengendali. Masalah utama dalam konflik agensi di BUMN karena
politisi dan birokrat sebagai agen cenderung tidak melaksanakan pekerjaan mereka sesuai
dengan kepentingan masyarakat sebagai pemilik BUMN yang sebenarnya. Agen dengan
Simpulan
dan komisaris independen secara parsial terhadap luas pengungkapan good corporate
terhadap luas pengungkapan good corporate governance; (3) Tipe auditor berpengaruh
Implikasi
Secara teoritis, hasil penelitian ini memiliki implikasi bahwa dari lima variabel,
penelitian ini berhasil membuktikan teori bahwa dua diantaranya yaitu likuiditas dan tipe
auditor terbukti sebagai faktor yang dapat menjelaskan luasnya pengungkapan good
good corporate governance lebih luas. Selain itu perusahaan yang menggunakan jasa
audit dari KAP yang berafiliasi dengan Big Four melakukan pengungkapan good
17
Secara praktis, data nilai IPGCG telah menunjukkan rata-rata pengungkapan yang
sampel cenderung memiliki proporsi aset yang tidak seimbang. Dalam sudut pandang
investor, perusahaan memiliki risiko yang tinggi. Keyakinan bahwa perusahaan memiliki
risiko yang tinggi namun tetap menerapkan tata kelola perusahaan yang baik harus
Keterbatasan
(1) Hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi pada seluruh BUMN yang ada di
(unweighted item). Dalam hal ini luas pengungkapan hanya menunjukkan kuantitas
sedangkan kualitasnya tidak bisa ditentukan; (3) Rasio keuangan dalam penelitian ini
menggunakan proksi rasio keuangan yang umum. Hasil penelitian mungkin akan berubah
REFERENSI
Algifari. (2015). Analisis Regresi: Untuk Bisnis dan Ekonomi (3nd ed.). Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.
Al-Moataz, E., & Hussainey, K. (2012). Determinants of Corporate Governance
Disclosure in Saudi Companies. Journal of Economics and Management, 1-24.
Barako, D. G., Hancock, P., & Izan, H. Y. (2006). Factors influencing voluntary corporate
disclosure by Kenyan companies. Corporate Governance: An International Review,
14(2), 107-125.
18
Benardi, Sutrisno, & Assih P. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas
Pengungkapan dan Impkasinya Terhadap Asimetri Informasi (Studi Pada
Perusahaan-Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Go Public di Bursa Efek
Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XII, 1-31. Padang
Chow, C. W., & Wong-Boren, A. (1987). Voluntary financial disclosure by Mexican
corporations. Accounting review, 533-541.
Dewi, N. R. (2015). Pengaruh Profitabilitas, Umur Listing Perusahaan, Ukuran Dewan
Komisaris, Independensi Komite Audit Dan Kepemilikan Dispersi Terhadap Luas
Pengungkapan Corporate Governance Dalam Laporan Tahunan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bei Tahun 2010-2013. Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH).
http://jurnal.umrah.ac.id/?p=4102
Effendi, M. A. (2009). The Power of Good Corporate Governance: Teori dan
Implementasi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Hanggraeni, D. (2015). Manajemen Risiko Perusahaan (Enterprise Risk Management)
dan Good Corporate Governance. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-
Press).
Harahap, S. S. (2012). Teori Akuntansi (Rev. ed.). Jakarta: Rajawali Pers.
Hardiningsih, P. (2008). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Voluntary
Disclosure Laporan Tahunan Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), 15(1),
67-79 Daniri, M.A. (2014). Lead By GCG. Jakarta: Gagas Bisnis Indonesia
Hikmah, N., Chairina, & Rahmayanti, D. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Luas Pengungkapan Corporate Governance Dalam Laporan Tahunan Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi,
(hal. 1-32). Banda Aceh.
Jensen, M.C. & William H. Meckling. (1976). “Theory of The Firm: Managerial
Behaviour, Agency Costs, and Ownership Structure”. Journal of Financial
Economics. (3)4, 305-360
Kamal, M. (2010). Corporate Governance and State-owned Enterprises: A Study of
Indonesia’s Code of Corporate Governance. Journal of International Commercial
Law and Technology, 5(4), 206-224.
Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan (5th ed.). Jakarta: Rajawali Pers
Kusumawati, D. N. (2007). Profitability and Corporate Governance Disclosure: An
Indonesian Study. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, (10) 2, 131-146
Lang, M.H & Lundholm. (1993). Cross Sectional Determinants of Analyst Rating of
Behaviour. Journal of Accounting Research. (2), 246-271
Marston, C. L., & Shrives P. J. (1991). The Use of Disclosure Indices in Accounting
Research: A Review Article. British Accounting Review. (23), 195-210
Muhamad, R., Shahimi, S., Yahya, Y., & Mahzan, N. (2009). Disclosure quality on
governance issues in annual reports of Malaysian PLCs. International business
research, 2(4), 61.
Natalia, P., & Zulaikha. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pengungkapan Corporate Governance Pada Laporan Tahunan (Studi Empiris Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Dalam LQ-45 Bursa Efek Indonesia). Diponegoro
Journal of Accounting, 1(2), 1-10.
Ntim, C. G., Opong, K. K., Danbolt, J., & Thomas, D. A. (2012). Voluntary Corporate
Governance Disclosures by Post-Apartheid South African Corporations. Journal of
Applied Accounting Research, 13(2), 122-144.
19
Putranto, R. J., & Raharja, S. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas
Pengungkapan Corporate Governance Dalam Laporan Tahunan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011. Diponegoro Journal Of
Accounting, 2(2), 1-12.
Ridho, N. A., & Sulistiani, D. (2014). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
Ukuran Dewan Komisaris, dan Leverage Terhadap Luas Pengungkapan Good
Corporate Governance (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2008 - 2012). El-Muhasaba, 5(1), 116-132.
Rini, A. K., & Achmad, T. (2010). Analisis Luas Pengungkapan Corporate Governance
dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia (Skripsi, Universitas
Diponegoro).
Samaha, K., Dahawy, K., Stapleton, P., & Hussainey, K. (2012). The Extent of Corporate
Governance Disclosure and Its Determinants in a Developing Market: The Case of
Egypt. Advances in Accounting, 28(1), 168-178.
Sutedi, A. (2012). Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika
Wallace, R.S.O., & Naser, K. (1995). Firm-Specific Determinants Of The
Comprehensiveness Of Mandatory In The Corporate Annual Report Of Firm Listed
On The Stock Exchanges Of Hongkong. Journal of Accounting and Public Policy,
14(2), 311-368
Wallace, R.S.O., Naser, K., & Mora, A. (1994). The Relation Between the
Comprehensives of Corporate Anual Report and Firm Characteristich in Spain.
Accounting and Business Research. 25 (Winter): 41-53
20