Anda di halaman 1dari 20

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN

GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN BUMN


YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2012 – 2015

Ida Muliyati
Universitas Lambung Mangkurat
idamuliyati22@gmail.com

Abstract
This research aims to test and to prove empirically factors which affect the level of good
corporate governance disclosure in annual report of state owned enterpise listed in
Indonesian Stock Exchange. Population of this research is state owned enterprise listed
in Indonesian Stock Exchange. Based on purposive sampling method, there are 11
companies selected as the sample with four years observation period. There are 93
disclosure items to detect the level of good corporate governance disclosure. The
technique for examining hypothesis is multiple regression analysis. The results indicate
that liquidity has positive significant influence on good corporate governance disclosure
in annual report of state owned enterprise. While auditor type has negative significant
influence on good corporate governance disclosure in annual report of state owned
enterprise. However, leverage, profitability, and independent commisioner influence to
good corporate governance disclosure in annual report of state owned enterprise can not
be concluded because the test show insignificant result.

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan secara empiris faktor-
faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan good corporate governance dalam
laporan tahunan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan
hasil pemilihan sampel dengan menggunakan metode judgment sampling diperoleh 11
perusahaan BUMN dengan periode pengamatan selama empat tahun. Terdapat 93 item
pengungkapan untuk mendeteksi luas pengungkapan good corporate governance. Teknik
untuk pengujian hipotesis adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa likuiditas berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan good
corporate governance dalam laporan tahunan BUMN. Sedangkan tipe auditor
berpengaruh signifikan negatif terhadap luas pengungkapan good corporate governance
dalam laporan tahunan BUMN. Sementara itu, pengaruh leverage, profitabilitas, dan
komisaris independen terhadap luas pengungkapan good corporate governance dalam
laporan tahunan BUMN belum bisa disimpulkan karena hasil pengujian yang tidak
signifikan.
Kata kunci: luas pengungkapan good corporate governance, leverage, profitabilitas,
likuiditas, tipe auditor, komisaris independen.

1
PENDAHULUAN

Penerapan good corporate governance bukan hanya kewajiban perusahaan publik

yang sahamnya terdaftar di pasar modal saja. BUMN sebagai pelaku bisnis yang dominan

dan memiliki pangsa pasar besar di Indonesia memiliki kewajiban yang sama. Hasil

asessment good corporate governance berdasarkan data Master Plan BUMN

menunjukkan bahwa sebesar 13,76% BUMN masih perlu peningkatan dalam

implementasi good corporate governance. Beberapa kasus telah menunjukkan buruknya

praktik tata kelola perusahaan pada BUMN di Indonesia. Salah satunya adalah mark up

laba yang dilakukan direksi PT Waskita Karya Tbk sebesar Rp 400 miliar dari periode

2004 – 2008. Manipulasi laporan keuangan dan korupsi tersebut mengindikasikan

lemahnya implementasi good corporate governance. Pada akhirnya hal ini akan

merugikan masyarakat yang pemenuhan kebutuhan barang dan jasanya dilakukan oleh

BUMN. Selain itu, kasus-kasus tersebut akan menambah daftar panjang sejarah reputasi

BUMN yang kurang baik.

Tindakan untuk membangun kembali kepercayaan publik harus segera dilakukan.

Salah satunya adalah pengungkapan penuh, bukan hanya pada informasi keuangan tetapi

juga pada informasi non keuangan (Harahap, 2012). Pengungkapan good corporate

governance secara berkala penting dilakukan. Menurut Zakarsyi (2006) dalam Putranto

& Raharja (2013, p.2) adanya pengungkapan good corporate governance yang

transparan, tepat waktu, dan akurat merupakan nilai tambah bagi semua stakeholder. Jika

tidak ada pengungkapan yang memadai, para stakeholder tidak dapat meyakini dari setiap

kegiatan yang dijalankan oleh manajemen dijalankan dengan cara yang bijaksana dan

baik untuk kepentingan mereka. Pedoman Umum Good Corporate Governance oleh

2
KNKG (2006) mengharuskan setiap perusahaan melaporkan pelaksanaan good corporate

governance dalam laporan tahunan.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu ditemukan beberapa faktor yang

diduga dapat mempengaruhi luas pengungkapan good corporate governance dalam

laporan tahunan. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah leverage (Muhammad,

Shahimi, Yahya, & Mahzan, 2009; Ridho & Sulistiani, 2014), profitabilitas (Kusumawati,

2007; Ridho & Sulistiani, 2014; Dewi, 2015), likuiditas (Al-Moataz & Hussainey, 2012),

tipe auditor (Ntim, Opong, Danbolt, & Thomas, 2012), dan komisaris independen (Al-

Moataz & Hussainey, 2012; Samaha, Dahawy, Stapleton, & Hussainey, 2012). Penelitian

menunjukkan hasil yang beragam dan tidak konsisten. Hal ini menjadi alasan kuat bagi

peneliti untuk kembali menguji variabel-variabel yang bersangkutan.

Pemilihan BUMN sebagai subjek penelitian berdasarkan alasan bahwa good

corporate governance merupakan isu penting bagi seluruh jajaran BUMN tanpa

terkecuali sebagaimana halnya pada perusahaan swasta. Pentingnya hal ini semakin

diperkuat dengan adanya penjelasan mengenai maksud dan tujuan dibentuknya BUMN

pada pasal 2 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN yaitu bahwa selain untuk

memperoleh keuntungan, BUMN juga menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa

penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat

hidup orang banyak. Penerapan dan pengungkapan yang memadai mengenai praktik good

corporate governance akan menjamin terlindunginya kepentingan masyakarat luas.

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh leverage, profitabilitas, likuiditas, tipe

auditor, dan komisaris independen terhadap luas pengungkapan good corporate

governance dalam laporan tahunan BUMN.

3
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Agency Theory

Agency theory mempelajari hubungan keagenan yang terjadi ketika satu orang atau

lebih (prinsipal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan

kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut.

Good corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada agency theory

diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor

bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan. Konsep ini

berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajemen akan memberikan

keuntungan bagi mereka, tidak akan menggelapkan ke dalam proyek-proyek tidak

menguntungkan, dan berkaitan bagaimana investor mengontrol manajemen. Dengan kata

lain, good corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan biaya

keagenan (Hanggraeni, 2015).

Indeks Pengungkapan Good Corporate Governance

Keandalan indeks pengungkapan sangat penting dan ditentukan oleh kecermatan

dalam menyusun indeks pengungkapan sebagai instrumen penelitian. Sebelum

menggunakan indeks pengungkapan dalam penelitian, menurut Barako (2006) diperlukan

beberapa langkah utama untuk menenukan keandalan instrumen tersebut.

1. Langkah Pertama

Langkah pertama adalah memberikan definisi atas pengungkapan informasi terkait

penelitian yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, luas pengungkapan good corporate

governance diartikan sebagai ukuran seberapa banyak penyajian informasi mengenai

penerapan tata kelola perusahaan dan prinsip-prinsipnya berkaitan informasi materiil

perusahaan meliputi kinerja perusahaan, pemegang saham, manajemen perusahaan, dan

4
risiko usaha kepada para pemangku kepentingan, baik yang bersifat wajib maupun

sukarela.

2. Langkah Kedua

Langkah kedua adalah tinjauan mendalam dilakukan pada penelitian-penelitian

terdahulu untuk mengembangkan daftar item yang diungkapkan. Untuk memeriksa

persamaan dengan penelitian-penelitian terdahulu agar mudah diperbandingkan dan

untuk memeriksa relevansi item pengungkapan, item yang dipilih setidaknya telah

digunakan minimal oleh satu penelitian terdahulu yang terpublikasi. Dari peninjauan

terhadap penelitian Kusumawati (2007), Rini (2011), Natalia & Zulaikha (2012), dan

Dewi (2015) diperoleh dua hal penting yang harus diperhatikan sebelum menyusun

indeks pengungkapan good corporate governance, yaitu sumber item pengungkapan dan

jumlah item pengungkapan.

Seluruh penelitian yang ditinjau menyusun item pengungkapan dari sumber yang

sama yaitu Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia oleh KNKG dan

Keputusan BAPEPAM-LK No. KEP-134/BL/2006. Jumlah item pengungkapan dari tiga

penelitian tersebut beragam. Indeks pengungkapan yang dikembangkan oleh Kusumawati

(2007) memuat 161 item pengungkapan, Rini (2010) memuat 105 item pengungkapan,

Natalia & Zulaikha (2012) memuat 93 item pengungkapan, sedangkan Dewi (2015)

memuat 92 item pengungkapan. Perbedaan jumlah item pengungkapan pada penelitian

sebelumnya disebabkan oleh dua faktor, yaitu: (a) perubahan terbaru dari peraturan yang

menjadi sumber penyusunan item pengungkapan; (b) penambahan regulasi

pengungkapan sesuai dengan jenis atau sektor perusahaan yang diteliti.

Penelitian ini menyusun item pengungkapan good corporate governance secara

penuh (full disclosure) yang terdiri atas pengungkapan wajib dan sukarela. Sumber

5
penyusunan item pengungkapan disesuaikan dengan kelompok perusahaan yang diteliti

yaitu BUMN yang telah terdaftar di BEI. Kelompok perusahaan dalam penelitian ini

memiliki tiga regulator yaitu Kementrian BUMN, OJK, dan KNKG. Sumber penyusunan

item pengungkapannya berasal dari tiga regulator tersebut dan merupakan perubahan

terbaru dari peraturan dalam penelitian sebelumnya. Sumber pertama adalah Keputusan

Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan No. KEP-431/BL/2012 Peraturan Nomor

X.K.6 dengan 53 item pengungkapan GCG. Sumber kedua adalah Keputusan Sekretaris

Kementrian BUMN Nomor: SK-16/S.MBU/2012 dengan 53 item pengungkapan GCG.

Sumber ketiga adalah Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011.

Peraturan ini tidak secara khusus mengatur mengenai bentuk dan isi laporan tahunan

namun dalam peraturan ini terdapat 4 item terkait pengungkapan GCG dalam laporan

tahunan. Sumber keempat adalah Pedoman Umum Good Corporate Governance

Indonesia dari KNKG dengan 18 item pengungkapan GCG.

Keempat peraturan tersebut memiliki jumlah indikator dan item pengungkapan

yang berbeda-beda. Namun beberapa indikator dan item pengungkapan sama persis

sehingga harus dieliminasi untuk menghindari adanya item pengungkapan untuk

informasi yang sama atau item ganda. Setelah dilakukan eliminasi diperoleh 19 indikator

pengungkapan yang terdiri dari 93 item pengungkapan. Di mana 80 item merupakan

informasi pengungkapan wajib dan 13 item merupakan informasi pengungkapan

sukarela.

3. Langkah Ketiga

Pada penelitian-penelitian terkait pengungkapan informasi, pengukuran item

terbagi dua yaitu item berbobot (weighted item) dan item tidak berbobot (unweighted

item). Pada item pengungkapan yang diberi bobot, informasi tertentu dinilai lebih penting

6
pengungkapannya daripada informasi yang lain. Sehingga skor pengungkapannya lebih

besar. Sedangkan pada item tidak berbobot, semua informasi yang seharusnya

diungkapkan dianggap sama penting dan skor pengungkapannya sama. Pengukuran

indeks pengungkapan tanpa memberikan bobot untuk item pengungkapan didasarkan atas

asumsi bahwa setiap item pengungkapan sama penting (Barako, 2006). Indeks

pengungkapan yang terdiri dari item pengungkapan dalam jumlah besar diduga akan

memiliki hasil sama, baik dengan memberikan bobot atau tidak memberikan bobot pada

pengukurannya (Marston dan Shrives, 1991). Berdasarkan tinjauan tersebut, penelitian

ini akan menggunakan prosedur yang sama dalam mengukur indeks pengungkapan good

corporate governance. Yaitu dengan memberikan skor 1 untuk item yang diungkapkan

dan skor 0 untuk item yang tidak diungkapkan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Good Corporate

Governance

Lang & Lundholm (1993) dan Wallace, Naser, & Mora (1994) menggunakan

karakteristik perusahaan sebagai proksi potensial dalam menjelaskan luas pengungkapan.

Karakteristik perusahaan diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu kelompok variabel

yang berkaitan dengan struktur, kinerja, dan pasar. Variabel struktur yang mengukur

karakteristik perusahaan telah banyak diteliti berkaitan dengan pengungkapan. Variabel

struktur dianggap cenderung stabil dan konstan sepanjang waktu (Lang dan Lundholm,

1993). Variabel yang termasuk kategori struktur perusahaan yaitu leverage. Variabel

kinerja merupakan variabel yang akan berbeda pada waktu-waktu yang spesifik dan

mewakili informasi yang mungkin relevan bagi pengguna informasi akuntansi (Lang dan

Lundholm, 1993). Variabel yang termasuk kategori kinerja yaitu profitabilitas dan

likuiditas. Pengukuran variabel pasar banyak tertuju pada aspek perilaku perusahaan yang

7
timbul sebagai akibat keikutsertaannya sebagai anggota kelompok kerjasama antara

lingkungan perusahaan dalam lingkungan operasionalnya. Teori yang mendasari adalah

perilaku perusahaan mungkin tidak sesuai dengan yang termuat dalam sebuah indeks

kelengkapan pengungkapan, jika perusahaan tidak bergabung dengan suatu kelompok

yang menghasilkan market culture tertentu (Subiyantoro, 2006; dalam Benardi, Sutrisno,

dan Assih, 2009, p.8). Variabel yang berkaitan dengan pasar yaitu tipe auditor.

Labelle (2002) dalam Kusumawati (2007, p.2) menambahkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi kualitas pengungkapan praktik good corporate governance

kemungkinan tidak sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan financial

disclosure. Penelitian Kusumawati (2007) menunjukkan bahwa terdapat dua faktor yang

mempengaruhi tingkat pengungkapan good corporate governance, yaitu faktor

karakteristik spesifik perusahaan dan faktor good corporate governance itu sendiri.

Variabel yang berkaitan dengan good corporate governance yaitu komisaris independen.

1. Leverage

Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi akan cenderung

mengungkapkan lebih banyak informasi untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan

dari kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. Selain itu menurut Jensen dan Meckling

(1976), perusahaan dengan leverage yang tinggi menyebabkan biaya pengawasan yang

tinggi. Maka untuk mengurangi biaya tersebut, perusahaan akan berusaha

mengungkapkan informasi yang lebih luas (Muhammad, Shahimi, Yahya, & Mahzan,

2009; Ridho & Sulistiani, 2014). Selain itu jika sumber utama pembiayaan perusahaan

berasal dari lembaga keuangan seperti bank, perusahaan diperkirakan akan melakukan

pengungkapan informasi lebih luas untuk meningkatkan kesempatan memperoleh dana

(Ahmed & Nicholls, 1994; dalam Barako, 2006, p.113). Penelitian Muhammad, Shahimi,

8
Yahya, & Mahzan (2009) dan Ridho & Sulistiani (2014) menunjukkan bahwa leverage

berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan good corporate governance.

H1 : Leverage berpengaruh terhadap luas pengungkapan good corporate governance

2. Profitabilitas

Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan menggunakan informasi

sebagai sinyal untuk meningkatkan kepercayaan investor. Manajemen akan melakukan

pengungkapan lebih luas dengan motivasi untuk mempertahankan posisinya dan

meningkatkan kompensasi (Barako, 2006; Ridho & Sulistiani, 2014). Di sisi lain

manajemen akan mengurangi pengungkapan jika profitabilitas perusahaan menurun

untuk menutupi alasan penurunan kinerja (Al-Moataz & Hussainey, 2012). Ridho &

Sulistiani (2014) dan Dewi (2015) menemukan pengaruh positif variabel profitabilitas

terhadap luas pengungkapan good corporate governance. Penelitian Kusumawati (2007)

juga menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap luas pengungkapan good

corporate governance namun dengan pengaruh negatif.

H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap luas pengungkapan good corporate

governance

3. Likuiditas

Perusahaan dengan rasio likuiditas tinggi atau yang secara keuangan kuat akan

mengungkapkan laporan keuangannya dengan lebih luas daripada perusahaan yang

secara keuangan lemah, namun perusahaan dengan rasio likuiditas yang rendah perlu

memberikan penjelasan dengan rinci kinerjanya yang lemah tersebut. Perusahaan dengan

kinerja yang tinggi akan cenderung untuk menyajikan pengungkapan laporan tahunan

perusahaan dengan lebih luas karena publik akan memberikan penilaian yang lebih baik

atas kinerja perusahaan. Namun, apabila kinerja perusahaan buruk, publik juga menuntut

9
adanya penjelasan mengenai penyebab memburuknya kinerja perusahaan (Wallace &

Naser, 1995; Barako, 2006; Al-Moataz & Hussainey, 2012). Penjelasan ini didukung oleh

penelitian Al-Moataz & Hussainey (2012) di mana likuiditas menunjukkan pengaruh

yang positif terhadap luas pengungkapan good corporate governance.

H3 : Likuiditas berpengaruh terhadap luas pengungkapan good corporate governance

4. Tipe Auditor

Auditor dapat berfungsi sebagai agen pemantauan yang memberikan sinyal kepada

stakeholder bahwa informasi yang diberikan oleh perusahaan memiliki kredibilitas yang

tinggi dan lebih informatif. KAP yang lebih besar dapat menyelesaikan tugasnya lebih

baik karena memiliki ukuran yang lebih besar, sumber daya manusia yang mencukupi

serta kecenderungan untuk mempertahankan reputasinya. KAP yang besar juga memiliki

klien yang lebih banyak sehingga mereka tidak tergantung terhadap klien. Kedua hal ini

meningkatkan level independensi KAP besar dan membuat mereka memiliki kemampuan

untuk membatasi perilaku oportunis manajemen (Kusumawati, 2007; Ntim, Opong,

Danbolt, & Thomas, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Ntim, Opong, Danbolt, &

Thomas, (2012) menunjukkan bahwa KAP yang berafiliasi dengan Big Four berpengaruh

terhadap luas pengungkapan good corporate governance. Berdasarkan uraian di atas,

maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H4 : Tipe auditor berpengaruh terhadap luas pengungkapan good corporate

governance

5. Komisaris Independen

Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat menyeimbangkan kekuatan

antara direksi dan komisaris, melindungi kepentingan seluruh stakeholder, serta menekan

jumlah kecurangan. Komisaris menjaga agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan dan

10
tujuan perusahaan dapat tercapai dengan mendorong diterapkannnya praktik good

corporate governance. Penelitian Al-Moataz & Hussainey (2012) menyatakan bahwa

keberadaan komisaris independen berpengaruh terhadap luas pengungkapan good

corporate governance. Berdasarkan hal tersebut diuraikan hipotesis sebagai berikut:

H5 : Komisaris independen berpengaruh terhadap luas pengungkapan good corporate

governance

METODE PENELITIAN

Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kausal.

Objek penelitian ini adalah variabel leverage, profitabilitas, likuiditas, tipe auditor,

komisaris independen, dan luas pengungkapan good corporate governance. Unit analisis

dalam penelitian ini adalah laporan tahunan BUMN yang terdaftar di BEI.

Populasi dan Ukuran Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah BUMN yang terdaftar di BEI sebanyak 20

BUMN. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive

sampling. BUMN yang terpilih sebagai sampel sebanyak 11 perusahaan dengan

penjelasan sebagai berikut.

Tabel 1
Penentuan Sampel Penelitian
Kriteria Jumlah
BUMN yang terdaftar di BEI hingga tahun 2015 20
Dikeluarkan dari sampel karena:
1. Terdaftar di BEI (privatisasi) di atas tahun 2012 (1)
2. Mengalami kerugian selama periode 2012-2015 (4)
3. Jasa asuransi dan keuangan (4)
Jumlah perusahaan yang tidak memenuhi kriteria 9

Jumlah BUMN yang memenuhi kriteria sampel 11


Jumlah seluruh pengamatan sampel selama 4 tahun 44
Sumber: Data diolah oleh peneliti dari www.idx.co.id (2016)

11
Definisi Operasional Variabel

Tabel 2
Definisi Operasional Variabel
Variabel Indikator Variabel Skala
𝐺𝐶𝐺 𝐷𝑖𝑠𝑐𝑙𝑜𝑠𝑢𝑟𝑒
Luas pengungkapan GCG (Y) 𝐼𝑃𝐺𝐶𝐺 = Rasio
𝑀𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝐷𝑖𝑠𝑐𝑙𝑜𝑠𝑢𝑟𝑒
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
Leverage (X1) 𝐷𝐸𝑅 = Rasio
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ (𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘)
Profitabilitas (X2) 𝑅𝑂𝐸 = Rasio
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Likuiditas (X3) 𝐶𝑈𝑅𝑅𝐸𝑁𝑇 = Rasio
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
KAP yang tidak berafiliasi dengan Big Four = 0
Tipe Auditor (X4) Dummy
KAP yang berafiliasi dengan Big Four = 1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛
Komisaris Independen (X5) 𝐶𝑂𝑀𝐼𝑁𝐷 = Rasio
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠
Sumber: Diolah peneliti (2016)

Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

dokumentasi, yaitu mengumpulkan dan mempelajari data dan dokumen yang diperlukan.

Adapun dokumen yang digunakan untuk memperoleh data penelitian ini yaitu laporan

tahunan dan laporan keuangan yang diperoleh dari situs resmi BEI.

Teknik Analisis Data

Model yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen terhadap

pengungkapan good corporate governance dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai

berikut:

𝑰𝑷𝑮𝑪𝑮𝒊 = 𝜶 + 𝜷𝟏 𝑫𝑬𝑹𝟏 + 𝜷𝟐 𝑹𝑶𝑬𝟐 + 𝜷𝟑 𝑪𝑼𝑹𝑹𝑬𝑵𝑻𝟑 + 𝜷𝟒 𝑩𝑰𝑮𝑭𝑶𝑼𝑹𝟒 + 𝜷𝟓 𝑪𝑶𝑴𝑰𝑵𝑫𝟓 + 𝒆

Keterangan:
IPGCG = indeks pengungkapan good corporate governance
DER = debt to equity ratio
ROE = return of equity ratio
CURRENT = current ratio
BIGFOUR = tipe auditor
COMIND = dewan komisaris independen
α = konstanta
e = standar erorr

12
HASIL PENELITIAN

Uji Asumsi Klasik

Uji normalitas dengan uji Kolmogorov Smirnov Z menunjukkan probabilitas

sebesar 0,200 di atas tingkat signifikansi 0,05. Uji multikolinearitas menunjukkan tidak

ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 (10%) dan tidak

ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Uji heteroskedastisitas

dengan uji Glejser menunjukkan bahwa koefisien parameter seluruh variabel independen

tidak ada yang signifikan (> 0.05). Uji autokorelasi memperoleh nilai Durbin Watson

sebesar 2,525 yang berada pada daerah hasil kesimpulan tanpa keputusan. Menurut

Algifari (2015) jika pada penelitian terjadi hasil uji autokorelasi tanpa keputusan, maka

tidak dapat dipastikan apakah persamaan regresi mengandung masalah autokorelasi atau

tidak. Langkah untuk memastikan adalah melakukan pengujian nonparametrik terhadap

residual persamaan regresi estimasi. Statistika nonparametrik yang digunakan untuk

memastikan pengujian Durbin Watson tanpa keputusan adalah run test. Hasil run test

terhadap data residual menunjukkan probabilitas sebesar 0,446 di atas tingkat signifikansi

0,05. Berdasarkan pengujian tersebut diketahui bahwa model penelitian ini telah lolos uji

asumsi klasik.

Pengujian Hipotesis dan Intepretasi Hasil Penelitian

Tabel 3
Hasil Analisis Regresi Berganda
Variabel Independen B t Sig. Hasil Pengujian Hipotesis
Konstanta 0,811 7,457 0,000
Leverage -0,011 -0,852 0,400 Tidak signifikan H1 ditolak
Profitabilitas 0,389 1,756 0,087 Tidak signifikan H2 ditolak
Likuiditas -0,052 -2,747 0,009 Signifikan negatif H3 diterima
Tipe Auditor 0,167 3,888 0,000 Signifikan positif H4 diterima
Komisaris Independen -0,264 -0,976 0,335 Tidak signifikan H5 ditolak
Adjusted R Square = 0,510
F = 9,964
Signifikansi = 0,000
Sumber: Output SPSS (2016)

13
Pengaruh Leverage Terhadap Luas Pengungkapan Good Corporate Governance

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh variabel leverage terhadap

luas pengungkapan good corporate governance belum bisa disimpulkan. Hasil ini

menolak H1 dan belum berhasil membuktikan teori serta memperkuat hasil penelitian

Muhammad, Shahimi, Yahya, & Mahzan (2009) dan Ridho & Sulistiani (2014). Menurut

Kasmir (2012) semakin besar tingkat debt to equity ratio (DER) suatu perusahaan maka

akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di

perusahaan. Diduga karena tingkat risikonya yang lebih besar, ada kemungkinan

perusahaan menggunakan metode lain untuk menyelesaikan masalah konflik kepentingan

sebagai pendekatan lebih mendalam. Chow & Wong Boren (1987) menjelaskan bahwa

pengungkapan informasi hanya salah satu dari mekanisme untuk menyelesaikan masalah

konflik kepentingan. Selain itu dalam hubungannya dengan leverage, kreditur jangka

panjang memberikan perhatian lebih banyak daripada pemangku kepentingan yang lain.

Karakteristik kreditur jangka panjang bisa saja mempengaruhi jenis pendekatan yang

dipilih oleh manajemen. BUMN di Indonesia diduga menggunakan mekanisme alternatif

lain untuk menyelesaikan konflik agensi antara pemegang saham, kreditur jangka

panjang, dan manajemen.

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Luas Pengungkapan Good Corporate Governance

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh variabel profitabilitas

terhadap luas pengungkapan good corporate governance belum bisa disimpulkan. Hasil

ini menolak H2 dan belum berhasil membuktikan teori serta memperkuat hasil penelitian

Ridho & Sulistiani (2014). Benardi, Sutrisno, & Assih (2009) serta Hikmah, Chairina, &

Rahmayanti (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingginya kinerja keuangan

sudah merupakan suatu keharusan karena kondisi keuangan dengan profitabilitas yang

14
baik akan memudahkan perusahaan menjalankan operasional sehari-hari. Selain itu

Hardiningsih (2008) menyatakan bahwa informasi berupa laba positif sebagaimana yang

diperoleh perusahaan dalam sampel penelitian ini sudah cukup informatif sebagai sinyal

good news bagi investor.

Pengaruh Likuiditas Terhadap Luas Pengungkapan Good Corporate Governance

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel likuiditas berpengaruh

signifikan terhadap luas pengungkapan good corporate governance. Hasil ini menolak

H0 dan menerima H3. Hasil penelitian ini berhasil membuktikan teori dan memperkuat

hasil penelitian Al-Moataz & Hussainey (2012) walaupun pengaruhnya berlawanan arah.

Penelitian ini memiliki koefisien regresi bernilai negatif -0,052 menunjukkan bahwa

semakin rendah likuiditas perusahaan maka semakin besar luas pengungkapan good

corporate governance dalam laporan tahunan. Ketika perusahaan memiliki tingkat

likuiditas rendah maka manajemen dituntut untuk menjelaskan penyebab rendahnya

likuiditas tersebut (Wallace, Naser, & Mora, 1994; Barako, 2006; Al-Moataz &

Hussainey, 2012). Manajemen perusahaan akan memberikan penjelasan dengan cara

melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas. Pengungkapan dapat dilakukan

dengan mengungkapkan informasi keuangan dalam laporan keuangan dan dapat pula

dengan melakukan pengungkapan informasi non keuangan dalam laporan tahunan.

Pengungkapan informasi keuangan akan menjelaskan penyebab menurunnya likuiditas

jika dilihat dengan angka. Pengungkapan good corporate governance dilakukan sebagai

upaya meyakinkan pemangku kepentingan bahwa perusahaan telah dikelola sesuai

peraturan dan penurunan likuiditas bukan disebabkan oleh tata kelola perusahaan yang

buruk. Hal ini menjelaskan hubungan negatif (berlawanan arah) dalam pengujian.

15
Pengaruh Tipe Auditor Terhadap Luas Pengungkapan Good Corporate Governance

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel tipe auditor berpengaruh

signifikan terhadap luas pengungkapan good corporate governance. Hasil ini menolak

H0 dan menerima H4. Hasil penelitian ini berhasil membuktikan teori serta memperkuat

hasil penelitian Ntim, Opong, Danbolt, & Thomas (2012). Salah satu upaya perbaikan

good corporate governance yaitu peningkatan peran auditor independen sehingga

mengurangi risiko perusahaan publik dari tindakan yang dapat merugikan para pemodal

(Daniri, 2014). Selain itu auditor independen dianggap dapat secara signifikan

mempengaruhi jumlah informasi yang diungkapkan (Barako, 2006). KAP Big Four

dengan ukuran lebih besar, sumber daya manusia memadai, dan kecenderungan

mempertahankan reputasinya, memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perusahaan

melakukan pengungkapan good corporate governance lebih luas sebagai upaya

peningkatan transparansi.

Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Luas Pengungkapan Good Corporate

Governance

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh variabel komisaris

independen terhadap luas pengungkapan good corporate governance belum bisa

disimpulkan. Hasil ini menolak H5 dan belum berhasil membuktikan teori serta

memperkuat penelitian Al-Moataz & Hussainey (2012).

Berdasarkan data laporan tahunan perusahaan sampel diketahui bahwa sebagian

besar komisaris independen berasal dari latar belakang militer, politisi, dan birokrat.

Sedangkan posisi pemerintah bagi BUMN tidak hanya sebagai regulator namun juga

pemegang saham pengendali. Hal ini mengindikasikan penunjukkan komisaris

independen yang terindikasi alasan politis dan kemungkinan adanya kecenderungan

16
keputusan komisaris independen yang bias dan lebih memihak pada kepentingan

pemegang saham pengendali. Masalah utama dalam konflik agensi di BUMN karena

politisi dan birokrat sebagai agen cenderung tidak melaksanakan pekerjaan mereka sesuai

dengan kepentingan masyarakat sebagai pemilik BUMN yang sebenarnya. Agen dengan

latar belakang politisi dapat menggunakan wewenangnya mengeluarkan kebijakan

unprofitable bagi BUMN (Kamal, 2010).

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN KETERBATASAN

Simpulan

(1) Hasil pengujian leverage, profitabilitas, dan komisaris independen

menunjukkan nilai signifikansi di atas 0,05. Sehingga pengaruh leverage, profitabilitas,

dan komisaris independen secara parsial terhadap luas pengungkapan good corporate

governance belum bisa disimpulkan; (2) Likuiditas berpengaruh signifikan negatif

terhadap luas pengungkapan good corporate governance; (3) Tipe auditor berpengaruh

signifikan positif terhadap luas pengungkapan good corporate governance.

Implikasi

Secara teoritis, hasil penelitian ini memiliki implikasi bahwa dari lima variabel,

penelitian ini berhasil membuktikan teori bahwa dua diantaranya yaitu likuiditas dan tipe

auditor terbukti sebagai faktor yang dapat menjelaskan luasnya pengungkapan good

corporate governance dalam laporan tahunan perusahaan. Ketika perusahaan mengalami

penurunan likuiditas, perusahaan memiliki kecenderungan melakukan pengungkapan

good corporate governance lebih luas. Selain itu perusahaan yang menggunakan jasa

audit dari KAP yang berafiliasi dengan Big Four melakukan pengungkapan good

corporate governance lebih luas.

17
Secara praktis, data nilai IPGCG telah menunjukkan rata-rata pengungkapan yang

cukup tinggi. Walaupun perusahaan belum sepenuhnya melakukan pengungkapan

minimal yang diwajibkan oleh BAPEPAM-LK maupun Kementrian BUMN. Perusahaan

sampel cenderung memiliki proporsi aset yang tidak seimbang. Dalam sudut pandang

investor, perusahaan memiliki risiko yang tinggi. Keyakinan bahwa perusahaan memiliki

risiko yang tinggi namun tetap menerapkan tata kelola perusahaan yang baik harus

diberikan kepada investor. Hasil penelitian ini juga mengindikasikan komisaris

independen yang tidak sepenuhnya independen. Pemerintah seharusnya mengurangi

intervensi dalam manajemen BUMN agar perusahaan lebih transparan.

Keterbatasan

(1) Hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi pada seluruh BUMN yang ada di

Indonesia. Jumlah BUMN di Indonesia sebanyak 105 perusahaan. Sedangkan populasi

penelitian hanya 20 perusahaan yang terdaftar di BEI; (2) Pengukuran indeks

pengungkapan dalam penelitian ini menggunakan item pengungkapan tanpa bobot

(unweighted item). Dalam hal ini luas pengungkapan hanya menunjukkan kuantitas

sedangkan kualitasnya tidak bisa ditentukan; (3) Rasio keuangan dalam penelitian ini

menggunakan proksi rasio keuangan yang umum. Hasil penelitian mungkin akan berubah

jika menggunakan proksi yang berbeda.

REFERENSI

Algifari. (2015). Analisis Regresi: Untuk Bisnis dan Ekonomi (3nd ed.). Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.
Al-Moataz, E., & Hussainey, K. (2012). Determinants of Corporate Governance
Disclosure in Saudi Companies. Journal of Economics and Management, 1-24.
Barako, D. G., Hancock, P., & Izan, H. Y. (2006). Factors influencing voluntary corporate
disclosure by Kenyan companies. Corporate Governance: An International Review,
14(2), 107-125.

18
Benardi, Sutrisno, & Assih P. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas
Pengungkapan dan Impkasinya Terhadap Asimetri Informasi (Studi Pada
Perusahaan-Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Go Public di Bursa Efek
Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XII, 1-31. Padang
Chow, C. W., & Wong-Boren, A. (1987). Voluntary financial disclosure by Mexican
corporations. Accounting review, 533-541.
Dewi, N. R. (2015). Pengaruh Profitabilitas, Umur Listing Perusahaan, Ukuran Dewan
Komisaris, Independensi Komite Audit Dan Kepemilikan Dispersi Terhadap Luas
Pengungkapan Corporate Governance Dalam Laporan Tahunan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bei Tahun 2010-2013. Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH).
http://jurnal.umrah.ac.id/?p=4102
Effendi, M. A. (2009). The Power of Good Corporate Governance: Teori dan
Implementasi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Hanggraeni, D. (2015). Manajemen Risiko Perusahaan (Enterprise Risk Management)
dan Good Corporate Governance. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-
Press).
Harahap, S. S. (2012). Teori Akuntansi (Rev. ed.). Jakarta: Rajawali Pers.
Hardiningsih, P. (2008). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Voluntary
Disclosure Laporan Tahunan Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), 15(1),
67-79 Daniri, M.A. (2014). Lead By GCG. Jakarta: Gagas Bisnis Indonesia
Hikmah, N., Chairina, & Rahmayanti, D. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Luas Pengungkapan Corporate Governance Dalam Laporan Tahunan Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi,
(hal. 1-32). Banda Aceh.
Jensen, M.C. & William H. Meckling. (1976). “Theory of The Firm: Managerial
Behaviour, Agency Costs, and Ownership Structure”. Journal of Financial
Economics. (3)4, 305-360
Kamal, M. (2010). Corporate Governance and State-owned Enterprises: A Study of
Indonesia’s Code of Corporate Governance. Journal of International Commercial
Law and Technology, 5(4), 206-224.
Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan (5th ed.). Jakarta: Rajawali Pers
Kusumawati, D. N. (2007). Profitability and Corporate Governance Disclosure: An
Indonesian Study. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, (10) 2, 131-146
Lang, M.H & Lundholm. (1993). Cross Sectional Determinants of Analyst Rating of
Behaviour. Journal of Accounting Research. (2), 246-271
Marston, C. L., & Shrives P. J. (1991). The Use of Disclosure Indices in Accounting
Research: A Review Article. British Accounting Review. (23), 195-210
Muhamad, R., Shahimi, S., Yahya, Y., & Mahzan, N. (2009). Disclosure quality on
governance issues in annual reports of Malaysian PLCs. International business
research, 2(4), 61.
Natalia, P., & Zulaikha. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pengungkapan Corporate Governance Pada Laporan Tahunan (Studi Empiris Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Dalam LQ-45 Bursa Efek Indonesia). Diponegoro
Journal of Accounting, 1(2), 1-10.
Ntim, C. G., Opong, K. K., Danbolt, J., & Thomas, D. A. (2012). Voluntary Corporate
Governance Disclosures by Post-Apartheid South African Corporations. Journal of
Applied Accounting Research, 13(2), 122-144.

19
Putranto, R. J., & Raharja, S. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas
Pengungkapan Corporate Governance Dalam Laporan Tahunan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011. Diponegoro Journal Of
Accounting, 2(2), 1-12.
Ridho, N. A., & Sulistiani, D. (2014). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
Ukuran Dewan Komisaris, dan Leverage Terhadap Luas Pengungkapan Good
Corporate Governance (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2008 - 2012). El-Muhasaba, 5(1), 116-132.
Rini, A. K., & Achmad, T. (2010). Analisis Luas Pengungkapan Corporate Governance
dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia (Skripsi, Universitas
Diponegoro).
Samaha, K., Dahawy, K., Stapleton, P., & Hussainey, K. (2012). The Extent of Corporate
Governance Disclosure and Its Determinants in a Developing Market: The Case of
Egypt. Advances in Accounting, 28(1), 168-178.
Sutedi, A. (2012). Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika
Wallace, R.S.O., & Naser, K. (1995). Firm-Specific Determinants Of The
Comprehensiveness Of Mandatory In The Corporate Annual Report Of Firm Listed
On The Stock Exchanges Of Hongkong. Journal of Accounting and Public Policy,
14(2), 311-368
Wallace, R.S.O., Naser, K., & Mora, A. (1994). The Relation Between the
Comprehensives of Corporate Anual Report and Firm Characteristich in Spain.
Accounting and Business Research. 25 (Winter): 41-53

20

Anda mungkin juga menyukai