Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Vokasi Indonesia

Volume 10 Number 1 Article 6

June 2023

TATA KELOLA PERUSAHAAN TERCATAT DI INDONESIA


Erwin Harinurdin
Program Pendidikan Vokasi, University of Indonesia, erwinh@ui.ac.id

Karin Amelia Safitri


Program Pendidikan Vokasi, University of Indonesia

Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jvi

Recommended Citation
Harinurdin, Erwin and Safitri, Karin Amelia (2023) "TATA KELOLA PERUSAHAAN TERCATAT DI
INDONESIA," Jurnal Vokasi Indonesia: Vol. 10: No. 1, Article 6.
Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jvi/vol10/iss1/6

This Article is brought to you for free and open access by the Vocational Education Program at UI Scholars Hub. It
has been accepted for inclusion in Jurnal Vokasi Indonesia by an authorized editor of UI Scholars Hub.
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

TATA KELOLA PERUSAHAAN TERCATAT DI INDONESIA


Erwin Harinurdin1, Karin Amelia Safitri2
1,2
Program Pendidikan Vokasi, University of Indonesia
Corresponding Author’s Email: erwinh@ui.ac.id

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengkaji dan menganalisis tata kelola dengan implementasi prinsip-prinsip Good
Corporate Governance (GCG) pada perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan kendala yang
dihadapi dalam penerapannya. Indikator untuk prinsip-prinsip GCG adalah fairness, transparency,
accountability, dan responsibility. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di BEI dengan
kriteria telah menerbitkan laporan tahunan dan tersedia tanggal publikasi tahun 2018. Penelitian ini
menggunakan indeks corporate governance. Penelitian ini merupakan penelitian desktriptif dengan
menggunakan analisis kualitatif. Penelitian ini menemukan peningkatan yang cukup baik setiap tahunnya sejak
diterapkannya GCG bukan sekedar pemenuhan terhadap peraturan dan ketentuan saja tetapi merupakan
komitmen yang kuat dan menjadikannya sebagai corporate culture. Kendala yang dihadapi oleh perusahaan go
public bukannya suatu yang mustahil untuk dipenuhi di masa yang akan datang. Proses tranformasi perubahan
dari power menjadi check and balance yang melibatkan semua unsur dalam perusahaan merupakan proses yang
tidak mudah, namun harus terus dicermati dan dijadikan tantangan oleh perusahan serta dilakukan perbaikan
berkelanjutan dimasa mendatang.
Kata Kuci : tata kelola, budaya perusahaan.

ABSTRACT
The purpose of this study is to examine and analyze the implementation of the principles of Good Corporate
Governance (GCG) in publicly listed companies on the IDX and the obstacles faced in its implementation. The
indicators for GCG principles are fairness, transparency, accountability, and responsibility. This study uses a
sample of companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) with the criteria of having published an
annual report and a 2018 publication date is available. This study uses a corporate governance index. This
research is a descriptive research using qualitative analysis. This study found a fairly good increase every year
since the implementation of GCG, not just compliance with rules and regulations, but also a strong commitment
and make it a corporate culture. The constraints faced by go public companies are not impossible to fulfill in the
future. The process of transforming change from power into checks and balances involving all elements within
the company is not an easy process, but it must continue to be observed and challenged by the company and
make continuous improvements in the future.
Keywords: Corporate Governance, Corporate culture.

PENDAHULUAN Pasar modal juga perlu menerapkan


Dalam penerapan GCG di Indonesia, prinsip-prinsip GCG untuk perusahaan publik. Ini
seluruh pemangku kepentingan turut berpartisipasi. ditunjukkan melalui berbagai regulasi yang
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), yang
yang di awal tahun 2005 diubah menjadi Komite menyatakan bahwa seluruh perusahaan tercatat
Nasional Kebijkan Governance telah menerbitkan wajib melaksanakan GCG. Implementasi GCG
pedoman GCG. Pedoman tersebut kemudian disusul dimaksudkan untuk meningkatkan perlindungan
dengan penerbitan Pedoman GCG Perbankan kepentingan investor, terutam para pemegang saham
Indonesia, Pedoman untuk komite audit, dan di perusahaan-perusahaan terbuka.
pedoman untuk komisaris independen. Semua Hasil penelitian Monks, (2003)
publikasi ini dipandang perlu untuk memberikan menemukan bahwa Good corporate governance
acuan dalam mengimplementasikan GCG. (GCG) secara definitif merupakan sistem yang
Pemerintah perlu melakukan upaya-upaya mengatur dan mengendalikan perusahaan yang
khusus bergandengan tangan dengan komunitas menciptakan nilai tambah (value added) untuk
bisnis dalam mensosialisasikan dan semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan
mengimplementasikan GCG. Dua sektor penting dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak
yakni BUMN dan Pasar Modal telah menjadi pemegang saham untuk memperoleh informasi
perhatian pemerintah. Indikator kinerja direksi dengan benar dan tepat pada waktunya dan, kedua,
terlihat dalam bentuk reward and punishment kewajiban perusahaan untuk melakukan
system dengan meratifikasi undang-undang BUMN. pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat
waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja
46
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. GCG stewardship theory memandang manajemen sebagai
merupakan kriteria penilaian kualitatif untuk dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-
perusahaan dan Indonesia masih tergolong buruk baiknya bagi kepentingan publik maupun
dalam menerapkan prinsip GCG ini stakeholder. Sementara itu, agency theory yang
(Dwiridotjahjono, 2009). Dengan penerapan prinsip memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai
GCG yang buruk, Dwiridotjahjono (2009) “agents” bagi para pemegang saham, akan bertindak
mengungkapkan pemilik modal baru tidak akan dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya
percaya untuk berinvestasi di suatu perusahaan sendiri.
karena dinilai tidak aman dan pemilik modal yang Good Corporate Governance didefinisikan sebagai
lama akan menarik kembali modal investasi yang struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh
telah ditanamkan. organ perusahaan guna memberikan nilai tambah
Penelitian yang dilakukan oleh Jensen dan perusahaan yang berkesinambungan dalam jangka
Meckling (1976) menemukan adanya masalah panjang. Tata kelola perusahaan yang baik (Good
agency. Masalah agensi terjadi karena adanya Coorporate Governance) merupakan struktur yang
konflik kepentingan antara principal dan agent. oleh stakeholder, pemegang saham, komisaris dan
Tidak bertemunya utilitas yang maksimal antara manajer menyusun tujuan perusahaan dan sarana
mereka. Sebagai agent, manajer secara moral untuk mencapai tujuan tersebut dan mengawasi
bertanggung jawab untuk mengoptimalkan kinerja (OECD, 2003) (Wahyudi Zarkasyi, 2008:
keuntungan para pemilik (principal), namun disisi 35).
yang lain manajer juga mempunyai kepentingan Good Corporate Governance (GCG) sebagai
memaksimumkan kesejahteraan mereka. Sehingga kumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah yang
ada kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja
demi kepentingan terbaik principal. sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi secara
Untuk mengatasi terjadinya konflik efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka
kepentingan antara agen dan prinsipal yang terjadi panjang yang berkesinambungan bagi para
dalam perusahaan, maka diperlukan penerapan pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara
corporate governance . Ada empat komponen utama keseluruhan. Bank Dunia (World Bank) Penerapan
yang diperlukan dalam konsep good corporate GCG juga diharapkan dapat menunjang upaya
governance, (Kaen, 2003; Shaw, 2003) yaitu pemerintah dalam menegakkan good corporate
fairness, transparency, accountability, dan governance pada umumnya di Indonesia. Saat ini
responsibility. Keempat komponen tersebut penting Pemerintah sedang berupaya untuk menerapkan
karena penerapan prinsip good corporate good corporate governance dalam birokrasinya
governance secara konsisten terbukti dapat dalam rangka menciptakan Pemerintah yang bersih
meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dan berwibawa. Corporate governance didefinisikan
dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa oleh Monks dan Minow dalam Darmawati (2005)
kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak adalah sebagai hubungan partisipan dalam
menggambarkan nilai fundamental perusahaan. menentukan arah dan kinerja. Dapat disimpulkan
Tujuan penelitian ini untuk menganalisa bahwa Good Corporate Governance merupakan:
implementasi dari mekanisme corporate governance 1) Suatu struktur yang mengatur pola
untuk melihat elemen elemen yang diperlukan guna hubungan harmonis tentang peran dewan
mewujudkan praktek good corporate governance di komisaris, direksi, pemegang saham dan
dalam organisasi perusahaan go public dan kendala- para stakeholder lainnya.
kendala apa yang dihadapi dalam penerapan prinsip 2) Suatu sistem pengecekan dan perimbangan
prinsip Good Corporate Governance. kewenangan atas pengendalian perusahaan
yang dapat membatasi munculnya dua
TINJAUAN PUSTAKA peluang: pengelolaan yang salah dan
Pengertian dan Konsep Dasar Good Corporate penyalahgunaan asset perusahaan.
Governance (GCG). 3) Suatu proses yang transparan atas
Dua teori utama yang terkait dengan corporate penentuan tujuan perusahaan, pencapaian,
governance adalah stewardship theory dan agency berikut pengukuran kinerjanya.
theory (Chinn, 2000; Shaw, 2003). Stewardship
theory dibangun di atas asumsi filosofis mengenai Prinsip-prinsip penerapan GCG.
sifat manusia, yaitu bahwa manusia pada Syakhroza (2002) dalam Tim Studi
hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak Pengkajian Penerapan Prinsip-Prinsip OECD 2004
dengan penuh tanggungjawab, memiliki integritas (2006) mendefinisikan Corporate Governance:
dan kejujuran terhadap pihak lain. Dengan kata lain, “Corporate governance adalah suatu sistim yang
47
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

dipakai “Board” untuk mengarahkan dan pemerintah, karyawan serta para pemegang
mengendalikan serta mengawasi (directing, kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan
controlling, and supervising) pengelolaan sumber dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan
daya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis, kata lain sistem yang mengarahkan dan
dan produktif – E3Pdengan prinsip-prinsip mengendalikan perusahaan.
transparan, accountable, responsible, independent, Komite Cadbury dalam laporannya juga
dan fairness – TARIF - dalam rangka mencapai menyatakan bahwa GCG terdiri dari tiga prinsip
tujuan organisasi” utama yaitu: Keterbukaan, Integritas dan
Definisi Corporate Governance sesuai Akuntabilitas.
dengan Surat Keputusan Menteri BUMN No Kep- 2. Organization for Economic Cooperation and
117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 dalam Tim Development (OECD).
Studi Pengkajian Penerapan Prinsip-Prinsip OECD Sebagaimana yang diuraikan oleh OECD
2004 (2006) tentang penerapan praktik GCG pada (Organization for Economic Cooperation and
BUMN adalah: “Suatu proses dan struktur yang Development), yang dikutip FCGI dalam
digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan terbitannya, ada empat unsur penting dalam
keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan Corporate Governance, yaitu:
guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam  Fairness (Keadilan). Menjamin perlindungan
jangka panjang dengan tetap memperhatikan hak-hak pemegang saham, termasuk hak-hak
kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan pemegang saham minoritas dan para pemegang
peraturan perundangan dan nilai-nilai etika”. saham asing, serta menjamin terlaksananya
Definisi ini menekankan pada keberhasilan komitmen dengan para investor.
usaha dengan memperhatikan akuntabilitas yang  Transparency (Transparansi) Mewajibkan
berlandaskan pada peraturan perundangan dan nilai- adanya suatu informasi yang terbuka, tepat
nilai etika serta memperhatikan stakeholders yang waktu serta jelas, dan dapat diperbandingkan
tujuan jangka panjangnya adalah untuk mewujudkan yang menyangkut keadaan keuangan,
dan meningkatkan nilai pemegang saham. pengolaan perusahaan dan kepemilikan
Organization of Economic Cooperation perusahaan.
and Development (OECD, 2004) mendefinisikan  Accountability (Akuntabilitas). Menjelaskan
Corporate Governance sebagai berikut: “corporate peran dan tanggung jawab, serta mendukung
governance is the system by which business usaha untuk menjamin penyeimbangan
corporations are directed and controlled. The kepentingan manajemen dan pemegang saham,
Corporate Governance structure specifies the sebagaimana yang diawasi oleh Dewan
distribution of the right and responsibilities among Komisaris dalam (Two Tiers System).
different participants in the corporation, such as the  Responsibility (Pertanggungjawaban).
board, managers, shareholders, and other Memastikan dipenuhinya peraturan serta
stakeholders, and spells out the rules and ketentuan yang berlaku sebagai cerminan
procedures for making decisions on corporate dipatuhinya nilai-nilai sosial. (OECD Business
affairs. By doing this, it also provides this structure Sector Advisory Group on Corporate
through which the company objectives are set, and Governance, 1998)
the means of attaining those objectives and Prinsip-prinsip Corporate Governance dari
monitoring performance”. OECD menyangkut hal-hal sebagai berikut:
Menurut Utama (2004) elemen kunci dari 1. Perlindungan terhadap hak-hak para pemegang
konsep GCG adalah mengenai pengertian dan saham.
prinsip-prinsip dari GCG itu sendiri. Banyak pihak Kerangka yang dibangun dalam corporate
yang telah menghasilkan pemikirannya mengenai governance harus mampu melindungi hak-hak
hal ini. Akan tetapi hanya ada dua mainstream yang dasar pemegang saham, yaitu hak untuk (1)
saat ini masih bertahan dan dapat diakomodasi serta menjamin keamanan metode pendaftaran
diadaptasi oleh berbagai regulasi yang ada kepemilikan, (2) mengalihkan atau
khususnya di Indonesia. Kedua mainstream tersebut memindahkan saham yang dimilikinya, (3)
adalah: memperoleh informasi yang relevan tentang
1. Cadbury Committee. perusahaan secara berkala dan teratur, (4) ikut
Menurut laporan dari komite cadbury ini, berperan dan memberikan suara dalam RUPS,
yang kemudian dikutip FCGI dalam publikasi (5) memilih anggota dewan komisaris dan
pertamanya, Corporate Governance adalah direksi, serta (6) memperoleh pembagian
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan keuntungan perusahaan.
antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, 2. Perlakuan yang adil terhadap para pemegang
48
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

saham. disebut sebagai board of directors. Model board


Kerangka corporate governance harus structure perusahaan di Inggris dan Amerika pada
menjamin adanya perlakuan yang sama umumnya berbasis single board system. Sedangkan
terhadap seluruh pemegang saham, termasuk two-board system merupakan sistem dimana
pemegang saham minoritas dan asing. Seluruh keanggotaan dewan direksi dan dewan komisaris
pemegang saham harus memiliki kesempatan secara tegas dipisahkan.
untuk mendapatkan atau perbaikan atas Manfaat dengan diterapkannya GCG
pelanggaran hak-hak mereka. Prinsip ini juga adalah (1) perusahaan dapat meminimalisasi biaya
melarang praktek insider trading dan self agency, (2) meminimalisasi biaya modal yang harus
dealing, dan mengharuskan anggota dewan ditanggung bila perusahaan mengajukan pinjaman
komisaris untuk melakukan keterbukaan jika kepada kreditur, (3) proses pengambilan keputusan
menemukan transaksi yang mengandung akan berlangsung secara lebih baik sehingga akan
conflict of interest. menghasilkan keputusan yang optimal, (4)
3. Peranan semua pihak yang berkepentingan meningkatkan efisiensi serta terciptanya budaya
dalam Corporate Governance kerja yang lebih sehat, (5) meminimalisasi tindakan
Kerangka corporate governance harus penyalahgunaan wewenang oleh pihak direksi dalam
memberikan pengakuan terhadap hak-hak pengelolaan perusahaan, (6) Nilai perusahaan di
stakeholders, mendorong kerjasama yang aktif mata investor akan meningkat (Dwiridotjahjono,
antara perusahaan dengan stakeholders tersebut 2009).
dalam rangka menciptakan kesejahteraan,
lapangan kerja dan kesinambungan usaha. METODE PENELITIAN
4. Transparansi dan Keterbukaan. Pemilihan pendekatan kualitatif sesuai
Kerangka corporate governance harus dengan pendapat Creswell (1994 : 196), bahwa
menjamin adanya pengungkapan yang tepat karakteristik dari penelitian kualitatif adalah:
waktu dan akurat untuk setiap permasalahan “Charasteristic of qualitative research problem are:
yang berkaitan dengan perusahaan. (a) the concept is immature due to a conspicuous
Pengungkapan ini meliputi informasi mengenai lack of theory and previous research; (b) a notion
keadaan keuangan, kinerja perusahaan, that available theory may be inaccurate,
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. inappropriate, incorrect, or biased; (c) a need exist
Disamping itu, informasi yang diungkapkan to explore and describe the phenomena and to
harus disusun, diaudit secara independen, dan develope theory; or (d) the nature of the
disajikan sesuai dengan standar yang phenomenon may not be suited to quantitative
berkualitas tinggi. measures.”
5. Peranan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi Ditinjau dari ragam tujuan penggunaan,
dalam perusahaan. tujuan penulisan penelitian ini adalah kualitatif
Kerangka corporate governance harus terapan. Penggunaan hasil penelitian ini tidak
menjamin adanya pedoman strategis bersifat murni, akan tetapi bersifat terapan yakni
perusahaan, pemantauan yang efektif terhadap penerapan prinsip-prinsip Good Corporate
manajemen yang dilakukan oleh dewan Governance. Selanjutnya jika ditinjau dari ragam
komisaris, dan akuntabilitas dewan komisaris tujuan penjelasan, penelitian ini bersifat deskriptif
terhadap perusahaan dan pemegang saham. dalam arti mendeskripsikan obyek dari hasil
Prinsip ini juga memuat kewenangan- penelitian. Dari hasil deskripsi ini dapat disimpulkan
kewenangan yang harus dimiliki oleh dewan kategori-kategori yang terkait dengan penerapan
komisaris beserta kewajiban-kewajiban prinsip-prinsip Good Corporate Governance
profesionalnya kepada pemegang saham dan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
stakeholder lainnya. Penelitian ini menggunakan penjelasan
Menurut Murwaningsari (2006), ada secara deskriptif yang bertujuan untuk
beberapa jenis sistem corporate governance yang mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal
berkembang di berbagai negara yang mencerminkan seperti apa adanya. Penelitian dalam penulisan ini
adanya perbedaan antar negara. Sistem corporate akan difokuskan untuk menganalisis penerapan
governance tersebut terdiri dari, single board system prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada
dan two board system. Single board system perusahaan go public. Untuk lebih mengetahui dan
merupakan sistem dimana keanggotaan dewan menggali data-data dengan metode observasi akan
komisaris dan dewan direksi tidak dipisahkan. dilakukan terhadap pelaksanaan penerapan prinsip-
Dalam hal ini anggota dewan komisaris juga prinsip Good Corporate Governance di BEI tahun
merangkap anggota dewan direksi, yang keduanya 2018.
49
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

Berkaitan dengan metode yang digunakan Telah menjadi pengetahuan umum bahwa
dalam analisis data kualitatif, Neuman (1994) prinsip utama yang dipegang dalam dunia pasar
mengatakan:“….five such methods selected from the modal adalah prinsip keterbukaan (disclosure).
all possible methods: successive approximation, the Dengan prinsip keterbukaan ini, semua pemegang
illustrative method, analityc comparison, domain saham berhak mengetahui apa yang sedang terjadi
analysis, and ideal types. Qualitative researches dan bagaimana kondisi perusahaannya. Terlebih
sometimes combine the methods or use them with lagi, perusahaan yang telah tercatat di suatu Bursa
quantitative analysis.” Efek, pemegang sahamnya adalah publik.
Metode deskriptif ini sangat berguna untuk Sehingga sangat wajar jika BEI mewajibkan
melahirkan teori-teori tentatif. Metode ini mencari perusahaan yang tercatat di sana memiliki organ-
teori bukan menguji teori. Ciri lain dari metode ini organ yang mendukung terciptanya good corporate
adalah titik berat pada observasi dan suasana governance. Pada dasarnya, kewajiban tersebut
alamiah (naturalistic setting). Peneliti bertindak dimaksudkan sebagai alat pengawasan terhadap
sebagai pengamat dan membuat kategori, perilaku, perusahaan yang tentunya juga dimaksudkan untuk
mengamati gejala, mencatat dan melindungi kepentingan para pemegang saham
menganalisa.Penelitian kualitatif adalah suatu model minoritas.
penelitian humanistik, yang menempatkan manusia Dalam Keputusan Direksi BEI disebutkan
sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial dan bahwa setiap perusahaan yang tercatat di BEI, wajib
budaya, termasuk di antaranya pelaksanaan prinsip- memiliki Komisaris Independen yang jumlahnya
prinsip Corporate Governance. secara proporsional sebanding dengan jumlah saham
Dalam penelitian kualitatif, “proses” yang dimiliki oleh bukan pemegang saham
penelitian merupakan sesuatu yang lebih penting pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh. Karena independen sekurang-kurangnya 30 persen dari
itu peneliti sebagai intrumen pengumpul data seluruh jumlah anggota komisaris. Peran komisaris
merupakan suatu prinsip utama. Hanya dengan yang relatif pasif, memunculkan suatu anggapan
keterlibatan peneliti proses pengumpulan datalah bahwa komisaris tidak memililki manfaat alias
hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. sekadar pajangan. Selain itu, persoalan lain yang
Khusus dalam proses analisis dan menyertai persoalan komisaris adalah persoalan
pengambilan kesimpulan, paradigma kualitatif independensinya.
menggunakan induksi analitis (analytic induction) Selama ini, keberadaan Komisaris
dan ekstrapolasi (extrapolation). Induksi analitis perusahaan-perusahaan di Indonesia banyak
adalah satu pendekatan pengolahan data ke dalam dipegang oleh para pejabat di pemerintahan, baik
konsep-konsep dan kategori-kategori (bukan yang masih aktif maupun yang sudah mantan. Hal
frekuensi). Jadi simbol-simbol yang digunakan tidak ini mau tidak mau menimbulkan persepsi bahwa
dalam bentuk numerik, melainkan dalam bentuk pengangkatan Komisaris atau Dewan Komisaris
deskripsi, yang ditempuh dengan cara mengubah tersebut dimaksudkan dengan tujuan agar
data ke formulasi. Sedangkan ekstrapolasi adalah mempunyai akses ke instansi pemerintah ataupun
suatu cara pengambilan kesimpulan yang dilakukan dengan tujuan lainnya. Dalam hal ini, tentunya
simultan pada saat proses induksi analitis dan integritas dan kemampuan dari Komisaris menjadi
dilakukan secara bertahap dari satu kasus ke kasus dipertanyakan. Terlebih lagi, independensinya
lainnya, kemudian dari proses analisis itu menjadi diragukan karena hubungan khususnya
dirumuskan suatu pernyataan teoritis. dengan pemegang saham mayoritas. Karena
biasanya, Komisaris merupakan wakil-wakil dari
HASIL DAN PEMBAHASAN pemegang saham mayoritas.
Penerapan GCG Atas hal-hal tersebutlah, konsep Komisaris
Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah Independen mulai dipikirkan sampai pada akhirnya
satu institusi yang telah mulai mewajibkan diatur secara khusus dalam Keputusan Direksi BEI
perusahaan yang tercatat di BEI memiliki organ- sebagai salah satu organ penunjang terciptanya good
organ yang mendukung terciptanya good corporate corporate governance. Pengangkatan Komisaris
governance. Kewajiban tersebut tertuang sejak BEI Independen untuk meningkatkan efektifitas
belum merupakan gabungan dari Bursa Efek Jakarta pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Komisaris.
(BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) yaitu dalam Komisaris Independen yang "bukan orang dalam"
Keputusan Direksi PT BEJ No. Kep- ini diharapkan akan menciptakan keseimbangan
315/BEJ/062000 yang mulai berlaku sejak 1 Juli dalam pengambilan keputusan, khususnya dalam
2000. rangka perlindungan terhadap pemegang saham
minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait.
50
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

Dasar hukum pengangkatan Komisaris memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan atau
Independen hanya peraturan Bursa Efek Nomor I.A keuangan.
tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Dalam menjalankan tugasnya, Komite Audit
Ekuitas. Batasan dan kriteria yang diatur dalam wajib menyampaikan laporan hasil penelaahan
peraturan ini masih sangat umum, sehingga kepada seluruh anggota Dewan Komisaris
menimbulkan banyak interpretasi dari emiten Bursa. perusahaan tercatat. Berdasarkan hasil penelaahan
Dalam Peraturan BEI memang disebutkan, tersebut, nantinya Dewan Komisaris wajib membuat
komisaris diusulkan oleh pemegang saham dan rekomendasi perbaikan atau saran dan
dipilih oleh pemegang saham yang bukan pemegang menyampaikannya kepada seluruh anggota Direksi
saham pengendali dalam RUPS. Sementara dalam perusahaan tercatat. Komite Audit juga wajib
UU PT Pasal 95 dinyatakan bahwa Komisaris menyampaikan laporan atas aktifitasnya kepada
diangkat oleh RUPS. Dewan Komisaris secara berkala sekurang-
Dalam Keputusan Direksi BEI, terdapat kurangnya satu kali dalam tiga bulan.
beberapa persyaratan untuk dapat menjadi Penerapan GCG melalui peranan dewan
Komisaris Independen pada perusahaan tercatat. direksi dan dewan komisaris yang efektif,
Pertama, anggota Komisaris Independen tidak boleh diharapkan dapat mewujudkan sistem tata kelola
mempunyai hubungan afiliasi dengan pemegang perusahaan yang diarahkan untuk mencapai tujuan
saham pengendali perusahaan tercatat yang bersama secara optimal dan menghindari konflik
bersangkutan. Kedua, tidak boleh mempunyai kepentingan antar berbagai pihak yang terkait
hubungan afiliasi dengan direktur dan atau dengan perusahaan. Hal ini sejalan dengan
Komisaris lainnya dalam perusahaan tercatat yang penelitian Healy dan Palepu (2001) yang
bersangkutan. mengungkapkan bahwa corporate governance dapat
Ketiga, tidak bekerja rangkap sebagai mengurangi masalah agency problem. Berkurangnya
direktur di perusahaan lainnya yang terafiliasi agency problem antara prinsipal dan agen
dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan. disebabkan oleh rendahnya asimetri informasi yang
Keempat, memahami peraturan perundang- terjadi. Sebagaimana penelitian Gul dan Qiu (2007)
undangan di bidang pasar modal. Dan kelima, yang menemukan bahwa perusahaan di negara
anggota Komisaris Independen harus diusulkan oleh dengan perlindungan corporate governance yang
pemegang saham dan dipilih oleh pemegang saham kuat mempunyai keterkaitan dengan asimetri
yang bukan merupakan pemegang saham pengendali informasi yang rendah.
dalam RUPS. Dewan Direksi dan Dewan Komisaris,
Selain itu, organ lain yang juga wajib keduanya merupakan bagian penting dari corporate
dimiliki oleh perusahaan yang tercatat di BEI adalah governance. Semakin efektif dewan direksi dalam
Komite Audit dan Sekretaris Perusahaan. Secara mengelola sebuah perusahaan, maka hal tersebut
umum, Komite Audit memiliki wewenang untuk akan mengurangi terjadinya asimetri informasi
melaksanakan dan mengesahkan penyelidikan antara manajemen dan pemilik perusahaan. Hal ini
terhadap masalah-masalah di dalam cakupan sejalan dengan penelitian Kanagaretnam dkk (2007)
tanggung jawabnya. Komite Audit bertugas untuk yang menunjukkan bahwa dewan direksi
memberikan pendapat profesional yang independen berpengaruh negatif terhadap perubahan asimetri
kepada Dewan Komisaris terhadap laporan-laporan informasi, berarti peranan dewan direksi sangat
atau hal-hal yang disampaikan oleh Direksi kepada efektif untuk menurunkan terjadinya perubahan
Dewan Komisaris. Selain itu, mengidentifikasi hal- asimetri informasi. Eng dan Mak (2003)
hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris, menemukan bahwa peningkatan dewan outside
antara lain meliputi: melakukan penelaahan atas justru mengurangi pengungkapan sukarela, sehingga
informasi keuangan yang akan dikeluarkan oleh berakibat pada terjadinya kenaikan asimetri
perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi, dan informasi. Lim, Matolcsy, dan Chow (2007)
informasi keuangan lainnya. menemukan ada hubungan positif antara komposisi
Sebagaimana disebutkan dalam Keputusan dewan dan informasi pengungkapan sukarela dalam
Direksi BEI keanggotaan komite ini sekurang- laporan tahunan, sehingga tingginya komposisi
kurangnya terdiri dari tiga orang, di mana seorang di dewan akan menurunkan terjadinya asimetri
antaranya merupakan Komisaris Independen informasi.
perusahaan tercatat yang sekaligus merangkap Lim dkk (2007) juga menemukan bahwa
sebagai Ketua Komite Audit. Sedangkan anggota dewan independen memberikan tingkat
lainnya merupakan pihak ekstern yang independen pengungkapan yang lebih terhadap prospek masa
di mana sekurang-kurangnya satu di antaranya depan dan strategi informasi dalam pengungkapan
sukarela. Semakin sering dan akurat dalam
51
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

melakukan pengungkapan sukarela sehingga karakteristik dan budaya korporasi di Indonesia,


menurunkan tingkat asimetri informasi di seputar tidak ada salahnya jika sesekali "menekan"
pengumuman laba. Penelitian Cai, Liu, dan Qian perusahaan Tbk. yang lalai menerapkan good
(2007) juga menemukan bahwa perusahaan yang corporate governance. Semua itu dilakukan demi
menghadapi asimetri informasi yang besar terciptanya pasar modal yang ber-good corporate
cenderung disebabkan oleh kurang berperannya governance dan penegakan hukum juga.
board monitoring dalam corporate governance. Terwujudnya pasar modal yang ber-good
Selain Komisaris Independen dan Komite corporate governance hanya akan berhasil kalau ada
Audit, Keputusan Direksi BEI juga mewajibkan komitmen dari komunitas perusahaan di korporasi.
adanya Sekretaris Perusahaan dalam setiap Komitmen dan kesadaran bahwa good corporate
perusahaan tercatat. Sebagaimana diatur dalam governance merupakan solusi untuk menjadi
Peraturan Bapepam No. IX.I.4 tentang Pembentukan perusahaan yang sehat dan terpercaya, bukan karena
Sekretaris Perusahaan, fungsi Sekretaris Perusahaan sekadar mengikuti peraturan. Kredibilitas
harus dilaksanakan oleh salah seorang direktur perusahaan bisa menjadi jawaban ampuh bagi
perusahaan tercatat dan pejabat perusahaan tercatat pemecahan krisis ekonomi.
yang khusus ditunjuk untuk itu. Fungsi komite audit adalah memastikan
Keberadaan Sekretaris Perusahaan tidak bisa kualitas akuntansi keuangan dan sistem
dianggap sebelah mata dan jangan dibayangkan pengendalian (Collier, 1993, dalam Ho dan Wong,
harus mempunyai penampilan fisik yang menarik. 2001). Forker (1992), dalam Ho dan Wong (2001),
Justru Sekretaris Perusahaan mempunyai peran menyetujui bahwa keberadaan komite audit dapat
penting sebagai "jembatan" antara perusahaan meningkatkan pengendalian internal dan sebagai
dengan masyarakat. Sekretaris Perusahaan bertugas alat monitoring yang efektif untuk meningkatkan
untuk mengikuti perkembangan pasar modal, kualitas pengungkapan. Dewan dan komite audit
khususnya peraturan-peraturan yang berlaku di yang seringkali mengadakan rapat seharusnya lebih
pasar modal. Selain memberi masukan kepada efektif dalam mengawasi manajemen (Conger,
Direksi untuk mematuhi ketentuan yang ada, Finegald, dan Lawler, 1998, dalam Kanagaretnam
Sekretaris Perusahaan juga menjadi penghubung dkk, 2007). Ho dan Wong (2001) menemukan ada
antara emiten dengan Bapepam dan masyarakat. hubungan positif antara pengungkapan sukarela dan
Jika dilihat dari dikeluarkannya peraturan pengungkapan komite audit. Lobo dan Zhou (2001)
yang secara spesifik mengenai kewajiban para menemukan ada hubungan negatif antara kualitas
perusahaan agar menerapkan prinsip-prinsip good pengungkapan perusahaan dan tingkat manajemen
corporate governance dalam perusahaannya, jelas laba, sehingga peningkatan asimetri informasi di
telah ada suatu itikad baik yang dilakukan oleh BEI. seputar pengumuman laba seharusnya lebih kecil
Dengan menerapkan good corporate governance untuk perusahaan yang komite auditnya seringkali
ini, diharapkan perusahaan go public makin kredibel mengadakan pertemuan. Huang, Lobo, dan Zhou
di mata masyarakat. (2005) memberikan bukti bahwa perusahaan yang
Namun dalam prakteknya, masih banyak memiliki komite audit maka tingkat discretionary
perusahaan yang belum menerapkan good corporate accrualnya rendah dibanding perusahaan yang tidak
governance. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian memiliki komite audit. Keberadaan komite audit
perusahaan, terutama perusahaan yang tercatat di sangat efektif dalam mengurangi tindakan diskresi
BEI terhadap penerapan good corporate governance manajerial. Perusahaan dengan jumlah komite audit
masih sangat kurang. Kalaupun ada yang sudah yang besar lebih efektif dalam memonitor
mulai menerapkannya, kebanyakan dari perusahaan manajemen sehingga lebih kecil peningkatan dalam
tersebut masih menganggap penerapan good asimetri informasi di seputar pengumuman.
corporate governance hanya sebagai suatu ketaatan Petersen dan Plenborg (2006) menguji
terhadap regulasi dan bukan sebagai kebutuhan. pengaruh tingkat pengungkapan sukarela terhadap
Dalam Keputusan Direksi BEI tersebut, asimetri informasi untuk perusahaan industri yang
memang disebutkan bahwa kewajiban memenuhi listed di Copenhagen Stock Exchange. Hasil
ketentuan mengenai good corporate governance penelitiannya ini mengindikasikan bahwa
harus dilaksanakan selambat-lambatnya oleh pengungkapan sukarela mempunyai hubungan
Perusahaan. Namun, dengan tidak ada ketentuan negatif dengan asimetri informasi. Perusahaan akan
yang menetapkan sanksi bagi perusahaan tercatat mendapatkan keuntungan dengan memberikan
yang tidak juga memenuhi kewajibannya. tambahan informasi (voluntary disclosure) untuk
Terkadang memang tidak baik investor dan analis melalui laporan tahunan.
memberlakukan sesuatu dengan paksa dan bukan Penelitian yang mendukung bahwa corporate
karena keinginan perusahaan. Namun, melihat governance memili pengaruh yang positif terhadap
52
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

kinerja perusahan telah dibuktikan oleh banyak antaranya, mengadopsi penerapan GCG secara
peneliti diantaranya Klapper & love (2003), Black, terintegrasi, yaitu GRC atau Governance Risk
Jang dan Kim (2003). Hal ini juga didukung oleh Management Compliance.
penelitian Joh (2003) dan Gompers dkk. (2003) Kendala lainnya yang dihadapi oleh
yang menemukan bahwa praktik corporate perusahaan go public adalah belum adanya
governance yang buruk mengakibatkan kinerja yang statement of corporate intent (SCI). Aspek baru
rendah. Adanya hubungan positif antara indeks dalam implentasi GCG tersebut merupakan
corporate governance dengan kinerja perusahaan kewajban untuk memiliki statement of corporate
jangka panjang. intent (SCI). SCI pada dasarnya adalah komitmen
Selanjutnya penelitian yang dilakukan perusahaan terhadap pemegang saham dalam bentuk
Siallagan & Machfoedz (2006) menemukan bahwa suatu kontrak yang menekankan pada strategi dan
mekanisme corporate governance berpengaruh upaya manajemen dan didukung dengan dewan
terhadap nilai perusahaan. Mekanisme corporate komisaris dalam mengelola perusahaan. Terkait
governance yang terdiri dari: a) kepemilikan dengan SCI, direksi diwajibkan untuk menanda
manajerial secara negatif berpengaruh terhadap nilai tangani appointment agreements (AA) yang
perusahaan, b) dewan komisaris secara positif merupakan komitmen direksi untuk memenuhi
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan c) fungsi-fungsi dan kewajiban yang diembannya.
komite audit secara positif berpengaruh terhadap Indikator kinerja direksi terlihat dalam bentuk
nilai perusahaan. reward and punishment system dengan meratifikasi
undang-undang BUMN.
Kendala Penerapan GCG. Di samping itu, implementasi GCG akan
Kendala utama yang dihadapi dalam mendorong tumbuhnya mekanisme check and
penerapan prinsip-prinssip GCG di perusahaan go balance di lingkungan manajemen khususnya dalam
public yaitu adalah masih belum dipahaminya memberi perhatian kepada kepentingan pemegang
secara luas prinsip-prinsip dan praktek good saham dan pemangku kepentingan lainnya. Hal ini
corporate governance. Hal ini sejalan dengan hasil terkait dengan peran pemegang saham pengendali
kajian Komunitas internasional masih menempatkan yang berwenang mengangkat komisaris dan direksi,
Indonesia pada urutan bawah rating implementasi dan dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Di
GCG sebagaimana dilakukan oleh ASEAN samping pelindungan investor, regulasi mewajibkan
Corporate Governance Assosiation (ACGA) pada sistem yang menjamin transparansi dan akuntabilitas
tahun 2018. Berdasarkan riset Corporate dalam transaksi bisnis antar perusahaan dalam satu
Governance Watch atau CG Watch Indonesia grup yang berpotensi menimbulkan benturan
menempati urutan paling bawah dalam pelaksanaan kepentingan.
Tata Kelola Perusahaan di antara 12 negara, yaitu Semangat untuk memperoleh persetujuan
Australia, Hong Kong, Singapura, Malaysia, taiwan, publik dalam transaksi, merupakan bentuk
Thailand, India, Jepang, Korea, China, dan Filipina. penerapan prinsip akuntabilitas. Independensi
CG Watch adalah riset yang dilakukan setiap komisaris dimaksudkan untuk memastikan bahwa
dua tahun oleh ACGA yang berkedudukan di Hong komisaris independen tidak memiliki afiliasi dengan
Kong, bekerja sama dengan Credit Lyonnaise pemegang saham, dengan direksi dan dengan
Securities Asia (CLSA) atas kualitas tata kelola komisaris; tidak menjabat direksi di perusahaan lain
makro di 12 pasar di kawasan Asia-Pasifik. Riset yang terafiliasi; dan memahami berbagai regulasi
terbaru dilakukan pada tahun 2018. pasar modal.
Menurut Ketua Komite Nasional Kebijakan Harus diakui, sejumlah realitas dunia usaha
Governance (KNKG) Mas Achmad Daniri memang menyiratkan tantangan cukup berat untuk
kepada Upperline belum lama ini, ketertinggalan implementasi GCG. Terutama di kalangan
Indonesia dalam penerapan prinsip-prinsip GCG perusahaan- perusahaan yang tercatat di bursa.
bukan berarti Indonesia tidak melaksanakan Realitas tersebut sering membuat upaya menerapkan
governance dengan baik. Namun karena Indonesia GCG secara konsisten menjadi sulit. Penyebabnya
dan negara-negara lain berlomba-lomba sehingga antara lain:
Indonesia belum dapat mengejar atau leading di a. Konsentrasi kepemilikan saham (consentration
antara negara-negara tersebut. of ownership). Kegiatan bisnis di Indonesia
Untuk memperbaiki peringkat Indonesia di memang menunjukkan terjadinya pemusatan
kawasan regional bahkan global, regulator dalam hal kepemilikan pada suatu pihak tertentu,
ini Otoritas Jasa Keuangan Indonesia dan sehingga terjadi hubungan afiliasi antara
perusahaan-perusahaan Indonesia, terutama pemilik, pengawas, dan direktur suatu
perbankan, melakukan upaya-upaya yang serius, di perusahaan.
53
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

b. Penyaluran pembiayaan antargrup. Bentuknya, menyerap setiap dimensi strategis dan operasional
sumber dana yang diperoleh dari suatu bisnis serta berbasis informasi.
perusahaan tertentu dipakai untuk membiayai
perusahaan lainnya dalam grup yang sama.
c. Terbentuknya konglomerasi usaha. SIMPULAN DAN SARAN
Menggeliatnya pembangunan ekonomi tahun Dari analisis dan pembahasan yang telah
1980-an memang telah mendorong munculnya dikemukakan pada bab sebelumnya, menghasilkan
grup-grup usaha skala besar dan bergerak simpulan terhadap pelaksanaan Good Corporate
dalam bidang-bidang yang komprehensif, Governance pada perusahaan go public di BEI
mulai dari lini bisnis penyediaan dana sampai sebagai berikut :
perusahaan pengguna dana. Implikasi Peningkatan yang cukup baik setiap tahunnya sejak
selanjutnya adalah terbentuknya penyaluran diterapkannya GCG bukan sekedar pemenuhan
dana oleh bank kepada perusahaanperusahaan terhadap peraturan dan ketentuan saja tetapi
dalam satu grup usaha, sehingga kebijakan merupakan komitmen yang kuat dan menjadikannya
pemberian kredit tak lagi memperhatikan sebagai corporate culture. Kemajuan lainnya yaitu
kelayakan. ketepatan dalam penyampaian laporan keuangan.
Ada dua alasan utama yang menyebakan Pencapaian-pencapaian tersebut merefleksikan
pelaksanaan GCG di kalangan perusahaan tercatat kesungguhan perusahaan go public dalam
masih amat marjinal. Pertama, mayoritas perusahaan melakukan konsolidasi yang terarah, terukur dan
yang tercatat di PT BEI merupakan perusahaan terpadu serta menambah keyakinan bagi perusahaan
milik keluarga. Sangat mudah dipahami, keluarga untuk menghadapi tantangan dan peluang dimasa
yang melahirkan perusahaan akan enggan berbagi mendatang.
dengan pemodal lainnya, terutama dengan pemodal Kendala yang dihadapi oleh perusahaan go public
publik walau pun keluarga tersebut sudah bukannya suatu yang mustahil untuk dipenuhi
memperoleh dana dari pemodal. Disini memang dimasa yang akan datang. Proses tranformasi
perlu waktu untuk menyadarkan pihak-pihak perubahan dari power menjadi check and balance
tersebut untuk memahami arti dan tanggung jawab yang melibatkan semua unsur dalam perusahaan
kepada pemodal publik lain, dan para stakeholder merupakan proses yang tidak mudah, namun harus
lainnya. Alasan kedua yang sangat mendasar, terus dicermati dan dijadikan tantangan oleh
praktek-praktek ketidakjujuran dalam mengelola Perusahan serta dilakukan perbaikan berkelanjutan
perusahaan sudah berlangsung cukup lama, dimasa mendatang.
sehingga tidaklah mudah untuk menghilangkannya. Berdasarkan hasil simpulan yang dikemukan,
Lebih lanjut berdasarkan informasi BEI, kepatuhan terdapat beberapa saran yang diperlukan untuk
perusahaan tercatat dalam memiliki komisaris perbaikan dan peningkatan penerapan Good
independen dan komite audit hampir 100%. Corporate Governance yang lebih baik dimasa
Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan, hal itu mendatang yaitu:
merupakan capaian yang signifikan. 1. Komitmen Dewan Komisaris dan Dewan
Good Corporate Governance (GCG) tidak lain Direksi serta Komite Audit perlu dalam
pengelolaan bisnis yang melibatkan kepentingan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate
stakeholders serta penggunaan sumber daya Governance perlu dipertegas dengan
berprinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan dilakukannya segera penandatangan
akuntabilitas. Hal tersebut, dalam keberadaannya komitmen atau appointment agreements
penting dikarenakan dua hal. Hal yang pertama, (AA) seperti yang disarankan oleh
cepatnya perubahan lingkungan yang berdampak pemerintah sebagai salah satu pemenuhan
pada peta persaingan global. Sedangkan sebab prinsip-prinsip GCG yang isinya
kedua karena semakin banyak dan kompleksitas merupakan komitmen direksi untuk
stakeholders termasuk struktur kepemilikan bisnis. memenuhi fungsi-fungsi dan kewajiban
Dua hal telah dikemukakan, menimbulkan: yang diembannya.
turbulensi, stres, risiko terhadap bisnis yang 2. Transaksi yang melibatkan anak
menuntut antisipasi peluang dan ancaman dalam perusahaan harus tetap mengacu pada
strategi termasuk sistem pengendalian yang prima. prinsip-prinsip Corporate Governance dan
GCG akan tercipta apabila terjadi keseimbangan sesuai dengan peraturan-peraturan yang
kepentingan antara semua pihak yang terkait, apabila dihindarkan sebaiknya
berkepentingan dengan bisnis perusahaan. transaksi tersebut tidak dilaksanakan oleh
Identifikasi keseimbangan dalam keberadaannya anak perusahaan.
memerlukan sebuah sistem pengukuran yang dapat
54
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

3. Penambahan pelatihan dan jumlah peserta Ho, S.S.M., & Wong K.S. (2001). A study of the
pelatihan sebagai bagian dari sosialisasi Relationship between Corporate Governance
penerapan GCG perlu ditingkatkan Structures and the Extent of Voluntary
sehingga konsolidasi internal dan Disclosure. Journal of International
pengoptimalkan segenap sumber daya yang Accounting, Auditing & Taxation 10, pp.
dimiliki dapat meningkatkan daya saing 139–156.
dan menciptakan nilai lebih perusahaan. Huang, H., Lobo, G. Zhou, J. (2005). To Form or
Not To Form a Governance Committee.
Working Paper. University of Houston.
DAFTAR PUSTAKA Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Standar
Black, B.S., Jang, H., & Kim, W. (2003). Predicting Akuntansi Keuangan. Penerbit Salemba
Firms Corporate Governance Choices: Empat, Per September.
Evidence from Korea. Working Paper. John W. C., (1994), Research Design: Qualitative
http://papers.ssrn.com/ abstract=428662 and Quantitative Approaches California:
Kementerian Negara Pendayagunaan BUMN. Sage Publicatons Inc.,, hal. 146
(1999). Corporate Governance dan Etika Joh, S.W. (2003). Corporate Governance and Firm
Korporasi. Kantor Menteri Negara Profitability: Evidence from Korea Before
Pendayagunaan BUMN/Badan Pembina Economic Crises. Journal of Financial
BUMN, Economics, Vol.68, pp.267-273.
Cai, J., Liu Y., & Qian Y. 2007. Information Jensen, M.C., and Meckling W.H. (1976). Theory of
Asymmetry and Corporate Governance. The Firm: Managerial Behavior, Agency
www.ssrn.com Cost and Ownership Structure. Journal of
Darmawati, D., Khomsiyah, & Rahayu, R. G. 2005. Financial Economics 3.hal. 305-360.
Hubungan Corporate Governance dan Kaen, F. R., (2003). A Blueprint for Corporate
Kinerja Perusahaan. Makalah SNA VII. Governance: Stregy, Accountability, and the
Daniri, M. A. (2005). Good Corporate Governance Preservation of Shareholder Value,
: Konsep dan Penerapannya di Indonesia. AMACOM, USA..
Ray Indonesia, Jakarta. Komite Nasional Kebijakan Governance. (2008).
Daniri, M. A. (2006). Good Corporate Governance, Public Governance, Proceeding Diskusi
Konsep dan Penerapannya, Edisi Kedua. Panel dan Workshop, Konsep Pedoman
Ray Indonesia, Jakarta Umum, Komite Nasional Kebijakan
Dwiridotjahjono, J. (2009). Penerapan Good Governance, Jakarta.
Corporate Governance : Manfaat Dan Kanagaretnam, K., Lobo G.J., dan Whalen D.J.
Tantangan Serta Kesempatan Bagi 2007. Does good corporate governance
Perusahaan Publik Di Indonesia. Jurnal reduce information asymmetry around
Administrasi Bisnis, Vol.5, No.2: hal. 101– quarterly earnings announcements?. Journal
112, (ISSN:0216–1249) of Accounting and Public Policy Volume 26,
Eng,L.L & Mak Y.T. (2003). Corporate Governance Issue4, Pages 497-522.
and Voluntary Disclosure. Journal of Komite Nasional Kebijakan Governance. (2006).
Accounting and Public Policy 22, 325–345. Pedoman Umum Good Corporate
Febriyana, A. (2007). Pengaruh Penerapan Good Governance Indonesia.
Corporate Governance terhadap Kinerja Klapper, L.F. & Love. I. (2003). Corporate
Perusahaan Publik. Skripsi. Program Strata Governance, Investor protection, and
Satu Universitas Brawijaya. Malang Performance in Emerging Markets. Working
Gul, F.A., & Qiu.H. (2007). Legal Protection, Paper-The World Bank
Corporate Governance and Information Lim, S., Matolcsy Z., & Chow, D. (2007). The
Asymmetry in Emerging Financial Markets. Association between Board Composition and
www.ssrn.com. Different Types of Voluntary Disclosure.
Gompers, P.A., Ishii, J.L., & Metrick, A. (2001). Journal of Accounting and Economics, 44
Corporate Governance and Equity Prices. pp. 238–286.
Working Paper (August). Lobo, G., Zhou, J. (2001). Disclosure Quality and
Healy, M.P., & Palepu K.G. (2001). Information Earnings Management. Asia-Pacific Journal
Asymmetry, Corporate Disclosure, and the of Accounting & Economics 8 (1), 1-20.
Capital Markets: A Review of the Empirical Monks, R. & Minow, N. (2003). Corporate
Disclosure Literature. Journal of Accounting Governance 3rd Edition, Blackwell
and Economics 31: 405-440.
55
Volume 10 Nomor 1, January – June 2022
P-ISSN 2355-5807
E-ISSN 2477-3433

Publishing, 3. Shaw, J. (2003). Corporate Governance and Risk: A


https://doi.org/10.1007/s10551-014-2302-9 System Approach, John Wiley & Sons, Inc,
Murwaningsari, E. (2006). Pengaruh Corporate New Jersey.
Governance terhadap Nilai Perusahaan Siallagan & Machfoedz, M. (2006). Mekanisme
dengan Manajemen Laba sebagai Variabel Corporate Governance, KualitasLaba dan
Intervening (Studi pada Perusahaan Nilai Perusahaan. Makalah SNA IX.
Manufaktur di BEJ). Tugas Akhir Mata Tim Studi Pengkajian Penerapan Prinsip-Prinsip
Kuliah Metodologi Riset Akuntansi. Program OECD 2004. (2006). Studi Penerapan
Pasca Sarjana Ilmu Akuntansi, FEUI. Prinsip-Prinsip OECD 2004 Dalam Peraturan
OECD. (2004). OECD Principles of Corporate Bapepam Mengenai Corporate Governance.
Governance. Departemen Keuangan RI Badan Pengawas
Petersen, C. and Plenborg T. (2006). Voluntary Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
Disclosure and Information Asymmetry in Utama, M. (2004). Komite Audit, Good Corporate
Denmark. Journal of International Governance dan Pengungkapan Informasi.
Accounting, Auditing and Taxation15 pp. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia.
127–149. Vol 1. Mei.
Roll, R. (1984). A Simple Implicit Measure of the W. Lawrence N. (1994). Social Research Methods,
Effective Bid Ask Spread in an Efficient Qualitative and Quantitaive Approaches.
Market. The Journal of Finance, Vol.39, Third Edition, USA, Allyn & Bacon A
No.4 pp. 1127-1139. Viacom Company, 1997.

56

Anda mungkin juga menyukai