Anda di halaman 1dari 12

Penelitian

44 Abdul Jamil

Pengelolaan Dana Sosial Keagamaan Gereja (Paroki)


Katedral Jakarta dalam Pemberdayaan Umat Katolik

Abdul Jamil
Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
Jl. MH Thamrin No 6 Jakarta
Email: ajamilwahab@yahoo.com

Abstract Abstrak
Religious institutions have given much Lembaga keagamaan telah banyak
contribution to the society through fund memberikan kontribusi bagi masyarakat
management and social asset. One of melalui pengelolaan dana dan asset sosial.
the religious institutions is the Church Salah satu lembaga keagamaan tersebut
(PAROKI) cathedral in Jakarta. Through the ialah Gereja (Paroki) Katedra di DKI Jakartal.
research with a qualitative approach, it is Melalui penelitian dengan pendekatan
revealed this institution has implemented a kualitatif diketahui bahwa lembaga ini
system and mechanism for social religious telah menerapkan sistem dan mekanisme
funding management effectively and pengelolaan dana sosial keagamaan
efficiently, with healthy, transparent and secara efektif dan efisien, dengan sistem
accountable management system. The manajemen pengelo¬laan yang sehat,
distribution of collected funds, for the transparan dan accountable. Penyaluran
social activities carried out by the church, dana kolekte untuk kegiatan sosial oleh
was done through the Social Section Gereja dilakukan melalui Seksi Sosial Paroki
of the Paroki (SSP) or Social-Economic (SSP) atau Pengembangan Sosial Ekonomi
Development (PSE) in the form of charitable/ (PSE) dalam bentuk bantuan karikatif/
consumptive aid, and the empowerment of konsumtif. dan pemberdayaan lembaga
education institutions under the Vincent pendidikan di bawah perhimpunan
association. The empowerment through Vincentius. Pemberdayaan melalui program
the educational programs are considered pendidikan ini bisa dikatakan berhasil,
successful, because it accomplishes the karena dapat memenuhi indikator-indikator
indicators of empowerment, while another dalam pemberdayaan, sementara program
program is merely a stimulant because it yang lainnya baru sebatas stimulan karena
was charitable / consumptive. masih bersifat karitatif/konsumtif.
Keywords: Jakarta Cathedral, religious Kata Kunci: Katedral Jakarta, dana sosial
social funds, people empowerment. keagamaan, pemberdayaan umat.

Latar Belakang Untuk mengukur kemiskinan


Biro Pusat Statistik (BPS) menggunakan
Semua agama, baik Islam, Kristen, konsep kemampuan memenuhi
Katolik, Buddha Hindu, dan Konghucu kebutuhan dasar, artinya kemiskinan
menempatkan kedermawanan sebagai dipandang sebagai kemampuan dari sisi
salah satu ajaran penting. Namun ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
demikian dalam kenyataannya masih ada dasar makanan, mereka yang memiliki
kesenjangan yang mencolok antara cita rata-rata pengeluaran perkapita dibawah
dan fakta, seperti masih banyak orang garis kemiskinan dikategorikan sebagai
miskin yang belum mendapat perhatian kelompok miskin. Saat ini ditetapkan
sesuai harapan. pemerintah bahwa pengeluaran

HARMONI Januari - Maret 2012


Pengelolaan Dana Sosial Keagamaan Gereja (Paroki) Kategral Jakarta dalam Pemberdayaan Umat Katolik 45

perkapita orang miskin perbulan maksimal. Kedua, lemahnya manajemen


adalah Rp. 211.726,-. Jika angka tersebut pengelolaan lembaga-lembaga agama
dijadikan patokan maka menurut BPS dalam mengelola dana sosial keagamaan,
permaret 2010 jumlah penduduk miskin sehingga berdampak pada kurangnya
di Indonesia adalah 31,02 juta orang atau kepercayaan dan dukungan masyarakat
13,33%. Hal ini menjadi persoalan sebab terhadap lembaga-lembaga kegamaan
angka yang digunakan pemerintah dalam tersebut.
menetapkan garis kemiskinan tersebut
tidak bisa diterima banyak pihak. Sangat Lembaga keagamaan sesungguhnya
tidak logis bila angka itu dijadikan telah banyak memberikan kontribusi
patokan jika dibandingkan dengan yang besar bagi masyarakat Indonesia.
kebutuhan hidup perbulan masyarakat Berbagai program dan kegiatan yang
Indonesia saat ini. Angka tersebut dilaksana­
kannya baik di bidang
adalah angka politis sebab jika diubah ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan,
atau dinaikkan sedikit saja maka jumlah keagamaan, serta berbagai kegiatan
orang miskin menjadi meningkat. Jika lainnya telah bersentuhan langsung
dinaikkan misalnya menjadi Rp 450.000,- dengan kepentingan masyarakat.
maka jumlah orang miskin menjadi Lembaga keagamaan telah terbukti
dua kali lipat, padahal angka tersebut berkontribusi nyata bagi terwujudnya
masih logis, karena orang yang memiliki kesejah­
teraan bangsa, memiliki peran
pengeluaran dengan angka tersebut yang signifikan dalam pemberdayaan
dipastikan juga belum dapat mencukupi umat baik dari sisi sosial ataupun dari sisi
kebutuhan hidupnya perbulan sehingga ekonomi.
masih layak disebut miskin. Salah satu lembaga keagamaan
Jika dilihat dari faktor penyebab yang memiliki peran penting dalam
tingginya angka kemiskinan bisa pengelolaan dana sosial keagamaan
disebabkan oleh banyak faktor, di di DKI Jakarta adalah Gereja Katedral.
antaranya adalah karena lemahnya etos Gereja milik umat Katolik ini memiliki
kerja dan berusaha, lemahnya solidaritas peran dalam membangun komunitas
di kalangan masyarakat, dan kurang umat beragama di DKI Jakarta dan
berfungsinya lembaga-lembaga yang sekitarnya, baik dalam hal keagamaan,
seharusnya melindungi dan membantu pendidikan maupun sosial ekonomi.
masyarakat terutama si miskin. Meskipun Hal ini tidak lepas dari adanya peran
saat ini banyak berdiri lembaga-lembaga komunitas Katolik yang mempercayakan
sosial dan keagamaan yang fokus pada sebagian harta yang mereka miliki, untuk
perlindungan dan pemberdayaan disumbangkan bagi kegiatan sosial
masyarakat miskin, namun menurut keagamaan melalui Gereja Katedral.
laporan beberapa penelitian, dari Adalah sangat penting dilakukan
aspek manajemen sistem pengelolaan penelitian terkait pengelolaan dana
di lembaga-lembaga sosial dan sosial keagamaan oleh Gereja Katedral
keagamaan tersebut dapat dikategorikan di DKI Jakarta dan perannya dalam
masih lemah. Lemahnya manajemen pemberdayaan umat. Hal ini penting guna
pengelolaan dana sosial di banyak mengidentifikasi model pengumpulan,
organisasi keagamanaan ini adalah pengelolaan, maupun pemanfaatan dana
karena beberapa faktor, yaitu : Pertama, sosial keagamaan oleh lembaga tersebut
kurangnya kesadaran para pemeluk dalam pemberdayaan masyarakat. Hasil
agama dalam mengaktualisasikan nilai- penelitian ini akan menjadi masukan
nilai yang ada dalam ajaran agama dan pertimbangan bagi pihak-pihak
sehingga pengumpulan dana tidak terkait dalam merumuskan kebijakan
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. XI No. 1
46 Abdul Jamil

pengelolaan dana sosial keagamaan ke Peran


arah yang lebih baik dan profesional untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat. Secara bahasa M. Ali mengartikan
peran sebagai suatu yang memegang
pimpinan utama pada terjadinya suatu
hal (Memiliki sikap dermawan dan mau
Rumusan Masalah dan Tujuan
membantu kaum lemah terdapat dalam
Dalam penelitian ini dibatasi pada ajaran semua agama (M. Ali, t.th:304).
peran Gereja Katedral sebagai paroki, Pendapat lain mengatakan peranan
bukan sebagai gereja Keuskupan Agung sebagai bagian dari tugas yang harus
Jakarta (KAJ). Berdasarkan latar belakang dilaksanakan (Bambang Marhiyanto,
di atas, dirumuskan permasalahan tt: 460). Menurut Wrightman seperti
penelitian sebagai berikut: a) Bagaimana dikutip Subarman peranan merupakan
mekanisme pengumpulan, pengelolaan, serangkaian tingkah laku yang saling
pendistribusian (pemanfaatan), berkaitan, dan dilakukan dalam situasi
pengawasan dana sosial keagamaan tertentu (Khaidarman Syah,1985:11). Kata
oleh Gereja Katedral?; b) Apakah lain memiliki arti sepadan dengan peran
pengelolaan dana sosial keagamaan oleh adalah partisipasi. Partisipasi berasal
Gereja Katedral telah berperan dalam dari kata bahasa Inggris ”participate”,
memberdayakan umat Katolik?; c) Faktor- yang berarti mengambil bagian, dan
faktor apakah yang menjadi pendorong berperanserta. Berger dan Luckmann
dan penghambat pengelolaan dana sosial (1972) mengatakan peranan mewakili
keagamaan oleh Gereja Katedral dalam tata institusional (institusional order) suatu
memberdaya­kan umat Katolik? lembaga.

Penelitian ini bertujuan untuk: a) Baratha (1982) menyebutkan bahwa


Mengetahui mekanisme pengumpulan, berperan serta adalah mengikut sertakan
pengelolaan, pendistribusian faktor-faktor kecerdasan, minat, dan bakat
(pemanfaatan), pengawasan dana sosial serta kreatif yang ada dalam kelompok
keagamaan oleh Gereja Katedral; b) untuk merencanakan dan menyelesaikan
Mengungkap peran lembaga sosial pekerjaan yang ada dalam kelompok
keagamaan Gereja Katedral dalam masyarakat (Krech, D, Cruntchfild, RS
mengelola dana sosial keagaman dan Ballachey, EL, 1962: 169).
bagi pemberdayaan umat katolik; c)
Dari beberapa pendapat di atas
Mengetahui faktor-faktor pendukung
maka dalam penelitian ini yang dimaksud
dan penghambat pengelolaan dana sosial
dengan peran adalah keikut sertaan
keagamaan oleh Gereja Katedral.
atau keterlibatan dalam suatu kegiatan
dan berfungsi ikut menentukan arah
dan pencapaian suatu tujuan kegiatan
Kerangka Konseptual tersebut.
Ada beberapa istilah dalam
penelitian ini yang perlu dipahami
yaitu istilah peran, pengelolaan dan Pengelolaan
pemberdayaan. Secara konseptual istilah
Pengelolaan ialah kegiatan
tersebut masih bersifat umum, karena itu
perencanaan, pelaksanaan dan
pengertian dan batasan masing-masing
pengawasan terhadap suatu kegiatan.
perlu terlebih dahulu diperjelas guna
Dalam hal ini kegiatan pengelolaan dana
menghindari kesalah­paham­an terhadap
sosiali keagamaan.
pengertian dan konsep tersebut.

HARMONI Januari - Maret 2012


Pengelolaan Dana Sosial Keagamaan Gereja (Paroki) Kategral Jakarta dalam Pemberdayaan Umat Katolik 47

Pemberdayaan Upaya menumbuhkan umat


beragama ini adalah dengan
Pemberdayaan (empowerment) meningkatkan kemampuan mereka dalam
merupakan konsep yang lahir sebagai
mengubah masa depan, dilakukan atas
bagian dari perkembangan alam pikiran
pilihan sendiri sehingga meningkatkan
masyarakat dan kebudayaan Barat,
kehidupan ekonomi, pendidikan,
utamanya Eropa. Konsep pemberdayaan
kesehatan mereka. Kondisi demikian
mulai nampak ke permukaan sekitar
dekade 1970-an, dan terus berkembang pada akhirnya akan mengoptimalkan
sepanjang dekade 1980-an hingga 1990- umat dalam pengamalan ajaran agama.
an (Pranarka & Moeljarto. 1996:44). Gereja (Paroki) Katedral sebagai
Pemberdayaan masyarakat sebagai lembaga keagamaan merupakan
strategi pembangunan digunakan unsur penting dalam penyelenggaraan
dalam paradigma pembangunan yang
pembangunan bidang agama khususnya
berpusat pada manusia. Dalam perspektif
umat Katolik di DKI Jakarta dan sekitarnya.
pembangunan ini disadari betapa
Pertanyaannya apakah eksistensi lembaga
pentingnya kapasitas manusia dalam
tersebut sampai saat ini telah sepenuhnya
rangka meningkatkan kemandirian dan
kekuatan internal atas dasar sumber daya mampu menunjukkan performa seperti
materi dan nonmateri. yang diharapkan masyarakat dalam hal
pemberdayaan umat melalui pengelolaan
Pemberdayaan didefinisikan dana sosial keagamaan?
sebagai kegiatan membantu klien untuk
memperoleh daya guna mengambil Penelitian ini berusaha menggali
keputusan dan menentukan tindakan informasi mengenai bagaimana
yang akan dilakukan, terkait dengan peran Gereja (Paroki) Katedral dalam
diri mereka termasuk mengurangi pelaksanaan pengelolaan dana sosial
hambatan pribadi dan sosial dalam keagamaan untuk pemberdayaan
melakukan tindakan melalui peningkatan umat, yaitu melalui usaha membantu
kemampuan dan rasa percaya diri, untuk klien untuk memperoleh daya guna,
menggunakan daya yang dimiliki dengan mengambil keputusan, dan menentukan
mentransfer daya dari lingkungannya tindakan yang akan dilakukan.
(Payne, 1997: 266).
Sementara itu Ife memberikan
batasan pemberdayaan sebagai upaya Metode Penelitian
penyediaan kepada orang-orang atas
Penelitian menggunakan metode
sumber, kesempatan, pengetahuan,
kualitatif, hasil kajiannya bersifat
dan keterampilan untuk meningkatkan
deskriptif dengan menggunakan metode
kemampuan mereka menentukan masa
studi kasus. Subyek penelitian adalah
depannya dan untuk berpartisipasi di
dalam dan mempengaruhi komunitas lembaga Gereja (Paroki) Katedral Jakarta.
mereka (Ife Jim, 1995: 182). Data dihimpun melalui studi
Pengertian pemberdayaan umat pustaka, wawancara dan observasi.
beragama dapat diartikan sebagai proses Data terdiri dari data primer diperoleh
transformasi dalam rangka penguatan dengan wawancara langsung dengan
diri atau kelompok masyarakat atau umat sejumlah informan yaitu Pastor Kepala
beragama dengan upaya penumbuhan Gereja Katedral, dan beberapa pengurus
kekuasaan atau kemampuan yang gereja, Perhimpunan Vincentius dan
dilakukan melalui pemberian wewenang lembaga pendidikan Vincentius. Adapun
untuk melakukan suatu pekerjaan. data sekunder diperoleh dari dokumen,
literatur, majalah, surat kabar, website

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. XI No. 1


48 Abdul Jamil

resmi Katedral dan Vincentius, dan surat- 1901. Yang mengagumkan ialah bahwa
surat keputusan Gereja Katedral dan Badan Pengurus Gereja bersama umat
Perhimpunan Vincentius. dengan usahanya sendiri sanggup
mengumpulkan seluruh biaya.
Setelah data terkumpul kemudian
dilakukan analisa data. Data yang telah Pada tahun 1988 pernah dilakukan
diperoleh terlebih dahulu dikelompokkan, pemugaran untuk memperbaiki
dikategorikan, dan dihubungkan antara kerusakan-kerusakan dan membersihkan
satu data dengan lainnya, tujuannya lumut serta pengecatan ulang. Disamping
adalah untuk memperoleh data yang lebih itu juga dibangun gedung Pastoran dan
komprehensif. Selanjutnya dilakukan gedung pertemuan yang baru dibagian
analisis data yaitu mengelompokkan, belakang gereja. Pada 13 Agustus 1988,
membuat suatu urutan, serta menyingkat purnakarya pemugaran Gereja Katedral
data. Tujuan menganalisis data adalah diresmikan oleh Bapak Soepardjo
untuk menyeder­ hanakan data sehingga Roestam yang pada saat itu beliau
mudah dibaca dan ditafsirkan, dan menjabat sebagai Menteri Koordinator
diambil kesimpulan. Bidang Kesejahteraan Rakyat R.I, hadir
mewakili Presiden Soeharto. Pada malam
natal 24 Desember 2000, Gereja ini
Sekilas tentang Gereja Katedral menjadi salah satu lokasi yang terkena
serangan ledakan bom.
Gereja Katedral adalah salah satu
tempat ibadat umat Katolik. Gereja ini Gereja ini layak disebut Katedral,
terletak di Jalan Katedral, Lapangan karena di dalamnya terdapat katedral,
Banteng, Jakarta Pusat. Sebenarnya, nama yakni Tahta Uskup Gereja Katedral
resmi gereja ini adalah”De Kerk van Onze pernah dikunjungi oleh Paus Paulus VI
Lieve Vrowe ten Hemelopneming - Gereja (1970) dan Paus Johanes Paulus II (1989)
Santa Maria Diangkat Ke Surga”. Secara yang disambut oleh Mgr Leo Soekoto.
gamblang orang banyak yang menyebut Ibadat dirayakan dengan meriah oleh
gereja ini dengan nama Gereja Katedral Paus Paulus VI bersama banyak Uskup di
saja. Gereja ini diresmikan tahun 1901, Katedral.
diresmikan dan diberkati oleh Mgr.
Gereja Katedral sendiri termasuk
Edmundus Sybradus Luypen, SJ, seorang
berada di bawah Keuskupan Agung
Vikaris Apostolik Jakarta pada tanggal
Jakarta (KAJ). Dibawah KAJ kini ada 56
21 April 1901. Dalam upacara peresmian
paroki, 5 rumah retre. Berdasarkan data
tersebut banyak dihadiri para pejabat dan
tahun 2003 dari total penduduk Jakarta
umat.
yaitu 11.279.332 jiwa, jumlah umat
Gereja ini dibangun dengan gaya Katolik adalah 434.762 jiwa (Departemen
arsitektur neo-gotik  dari Eropa. Gaya Dokumentasi dan Penerangan KWI,
arsitektur ini memang sangat sering 2005:103-111).
dipakai untuk membangun gedung-
gedung gereja di masa lalu, gedung gereja
yang kita lihat sekarang ini, bukanlah Perspektif Komunitas Katolik terhadap
gedung gereja asli. Gedung Gereja Dana sosial Keagamaan
Katedral yang asli diresmikan pada
Dalam pandangan ajaran agama
Februari 1810. Tapi pada 27 Juli 1836,
Katolik berbagi adalah ungkapan
gedung gereja itu terbakar bersama dengan
cinta kasih, dan perintah utama Tuhan
180 rumah penduduk di sekitarnya. Jadi,
Jesus. Dalam Lukas 10: 27 disebutkan
gedung gereja itu dibangun kembali
“Cintailah sesamamu manusia seperti
dan kemudian diresmikan pada tahun
HARMONI Januari - Maret 2012
Pengelolaan Dana Sosial Keagamaan Gereja (Paroki) Kategral Jakarta dalam Pemberdayaan Umat Katolik 49

dirimu sendiri”. Cinta itu harus lebih atau dana kolekte mingguan kepada
diwujudkan dengan tindakan dari pada gereja, disamping dana sumbangan.
kata-kata, dan letak cinta adalah dalam Besarnya dana kolekte yang dihimpun
tindak saling member dari kedua pihak pada setiap ibadat sekitar Rp 7 juta s.d. Rp
artinya yang mencintai memberi kepada 10 juta, jadi jika rata-rata pengumpulan
yang dicintai seluruh atau sebagian dari dana kolekte per-ibadat adalah Rp. 8.5
milik atau kepunyaannya. juta maka pada setiap minggunya dana
kolekte yang terkumpul adalah sekitar
Dibalik ajakan untuk berbagi Rp 59.5 juta.
terdapat pemahaman bahwa apa yang
dimiliki adalah anugrah Tuhan yang Pemberian dana ke gereja juga
perlu disyukuri, dan digunakan untuk dilakukan pada saat paskah, umat
kesejahteraan diri dan sesama, khususnya Katolik diharuskan berpuasa selama 40
orang miskin yang membutuhkan hari, yakni mengurangi kecenderungan
pertolongan. Hak milik kita itu hak nafsu duniawi. Umat Katolik biasanya
milik Tuhan juga sebenarnya, bukan mengurangi pengeluaran yang bersifat
hak milik mutlak kita, tapi hak milik komsumtif dan menyisihkannya untuk
yang dipercayakan kepada kita untuk kemudian diberikan kepada sesama yang
dipelihara dan dimanfaatkan untuk membutuhkan melalui gereja. Untuk
kesejahteraan kita dan sesama. itu Gereja (Paroki) Katedral banyak
menerima dana selama ibadat Paskah.
Bagi umat Katolik sudah selayaknya Dana tersebut disebut Dana Puasa
berkat dan kasih yang diterima dari Allah Pembangunan, yang relatif lebih besar
itu dibagikan kepada sesama. Memberi dibanding dengan dana yang diperoleh
kepada mereka yang membutuhkan, gereja lewat ibadat mingguan.
sangat penting dilakukan, karena
Allah sudah terlebih dahulu memberi. Secara umum distribusi dana
(Wawancara dengan Yd, 40 tahun) kolekte, dan untuk lebih memahami
sistem pengelolaan keuangan tersebut,
berikut beberapa penjelasan terkait
Pemasukan dan Pengelolaan Keuang- sistem pengelolaan keuangan Gereja
an Gereja (Paroki) Katedral. Dana yang terhimpun
kemudian dicatat dalam pembukuan
Setiap hari Sabtu dan Minggu gereja (Karya) dan Pembukuan Pastoran
Gereja Katedral didatangi jemaat yang (Rumah Tangga). Sumber keuangan
akan melaksanakan ibadat. Ibadat pada diperoleh dari Gereja/Paroki/Karya
setiap hari Sabtu dan Minggu tersebut (Kolekte dan sumbangan) dan pastoran
diikuti oleh 7 angkatan/rombongan Rumah Tangga (Stipendia; Iura Stolae
jemaat. Pada hari Sabtu ada 2 rombongan dan Honoraria Sumbangan).
jemaat, angkatan pertama dimulai sejak
pukul 18.00 WIB. Sedangkan pada hari Proses penghimpunan dana berasal
Minggu pelaksanaan ibadat terdiri dari 5 dari pemasukan dan pengeluaran uang
angkatan/rombongan jemaat yaitu pukul yang dibukukan oleh karyawan bagian
07.30 wib, 09.00 wib, 10.30 wib, dan sore keuangan. Kemudian Bendahara PGDP
hari pukul 17.00 wib dan 19.00 wib. memeriksa dan mengoreksi laporan
Jumlah umat Katolik yang melaksanakan pembukuan. Sementara itu, Pengurus
ibadat di Gereja (Paroki) Katedral setiap PGDP tiap semester (triwulan) dan akhir
minggunya sekitar 800 orang. tahun melaporkan keadaan keuangannya
ke KAJ. Tugas KAJ adalah memeriksa
Pada saat melaksanakan ibadat dan mengoreksi laporan (audit) pada
tersebut umat Katolik memberikan derma waktunya. Gereja sebagai lembaga
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. XI No. 1
50 Abdul Jamil

memiliki ketentuan dan ketetapan yang Vincentius, disamping itu juga digunakan
diatur oleh keuskupan disebut paroki untuk; beasiswa (pendidikan), kesehatan,
sehingga dan semua tindakannya harus karitatif, perbaikan perumahan, bantuan
dapat dipertanggungjawabkan oleh bencana, modal usaha kecil dan lain
Pengurus Gereja dan Dana Papa (PGDP). sebagainya.

Penghimpunan Dana Kolekte Gereja (30%)


Kolekte Mingguan Dana ini untuk membiayai
kegiatan kehidupan menggereja di
Dalam waktu satu tahun ada
Katedral yaitu gaji karyawan, kendaraan/
kegiatan pengumpulan kolekte yang
transport, listrik, air, telephon, majalah,
terbagi dalam sepuluh pos besar
keorganisasian, kesekretariatan, seksi
penerimaan dan peruntukannya. Kolekte
dan kelompok-kelompok, kesehatan,
Mingguan yang diterima Gereja (Paroki)
perawatan bangunan dan lain-lain.
Katedral sebanyak 5% diperuntukkan
bagi pembinaan generasi muda, 25%
untuk Seksi Sosial Paroki (SSP) atau
Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE), KAJ /Dana Solidaritas Pastoral (40%)
40% untuk Dana Solidaritas Pastoral Dana ini (40%) disetor ke Keuskupan
(DSP), dikirim ke Keuskupan dan 30% Agung Jakarta (KAJ) untuk Dana
untuk Gereja/Karya Katedral. Solidaritas Pastoral (DSP), diperuntukkan
bagi bantuan paroki-paroki miskin,
mobilitas Kendaraan paroki, Membeli
Kolekte Kaum Muda tanah persiapan gereja dan Membangun
gedung gereja.
Dana ini sebesar 5% digunakan
untuk mendukung kegiatan kaum muda.
Kaum muda oleh gereja dihargai sebagai
generasi yang akan melanjutkan karya- Pastoran
karya gereja,maka kaum muda perlu Para pastor hidup dan tinggal
diperhatikan dan dipersiapkan. di Pastoran. Para Pastor bekerja untuk
Bentuk perhatian gereja diwujud- Gereja, maka hidupnya menjadi
kan dalam anggaran keuangan yang tanggungan umat yang dilayaninya, yaitu
disediakan yaitu 5% dari kolekte dalam wujud sumbangan uang natura
mingguan. Anggaran yang disediakan (berupa bahan makanan dan kebutuhan
oleh gereja diperuntukkan pada kegiatan pokok). Sementara itu, kehidupan rumah
yang bersifat kaderisasi atau pelatihan- tangga pastoran ditopang oleh umat
pelatihan. sebesar 50% dari stipendia dan iuran
stolae. Juga berupa sumbangan in natura
(dalam bentuk barang; seperti misalnya
makan siang).
Kolekte SSP/PSE (25%)
Stipendium adalah sumbangan
Dana ini diperuntukkan bagi
yang diberikan oleh umat beriman untuk
mereka yang sangat membutuhkan,
misa yang dipersembahkan imam untuk
karena kesulitan sosial dan ekonomi,
ujud atau intense tertentu. Sedangkan
dalam implementasinya antara lain
iura stolae adalah sumbangan umat
diberikan untuk membantu membiayai
beriman kepada imam yang menerimakan
lembaga pendidikan/Panti Asuhan
Sakramen atau pelayanan pastoral
HARMONI Januari - Maret 2012
Pengelolaan Dana Sosial Keagamaan Gereja (Paroki) Kategral Jakarta dalam Pemberdayaan Umat Katolik 51

lainnya. Honoraria adalah honor yang Perhimpunan Vincentius


diberikan oleh umat kepada imam dalam
Perhimpunan Vincentius Jakarta
pelayanan non-sakramen (ceramah,
didirikan pada tanggal 29 Agustus
seminar, dll)
1855 dengan nama Dana Bantuan Santo
Vincentius a Paulo Di Batavia (pada
tahun 1909 diubah menjadi Batavia’s
Pemberdayaan Masyarakat Vereeniging) oleh beberapa orang Katolik
seperti Mgr. PM. Vrancken (Vikaris
Dalam penjelasan sebelumnya telah
Apostolik Djakarta), Pastor Van der
disebutkan bahwa Gereja (Paroki) Katedral
Grinten (Notaris JR. Klein, PA Toillez dan
menerima dana umat yang berasal dari
E. Van Polanen Petel). Notaris J.R. Kleijn
kolekte derma yang dikumpulkan ketika yang menyiapkan akta pendirian dan
umat Katolik menjalankan ibadat dan memperoleh pengakuan dari pemerintah
sumbangan. Dana tersebut kemudian (1856), menjadi presiden pertama (1856-
didistribusikan berdasarkan persentase 1859). Tujuan utama saat itu adalah
yang telah ditetapkan oleh keuskupan. membantu anak-anak keturunan Belanda
Dari dana yang terkumpul, sebagian ada (Indo-Eropa) yang menjadi masalah
yang digunakan untuk kepentingan Seksi sosial di masyarakat. Usaha sosial ini
Sosial Paroki (SSP) atau Pengembangan awalnya lebih bersifat home-care, karena
Sosial ekonomi (PSE) yaitu sebesar 25% Perhimpunan Vincentius Jakarta belum
dari total dana kolekte. memiliki rumah.
Pada bulan April 1862 barulah
diperoleh sebuah rumah sewa di Bazaar
Bantuan karitatif/konsumtif Baroe (sekarang Pasar Baru) yang hanya
Sejauh ini SSP dan PSE telah mampu menampung sekitar 25 anak
memanfaatkan dana tersebut untuk puteri. Pada bulan April 1864 karena
membantu masyarakat yang tidak kekurangan biaya, masa sewa rumah
mampu melalui bantuan yang bersifat tersebut tidak dapat diperpanjang.
Syukurlah para Suster Ursulin bersedia
karitatif (konsumtif) yaitu memberikan
menampung mereka di Biara Ursulin.
bantuan dalam bentuk uang kepada
Akhirnya pada tahun 1885 didirikan
masyarakat yang tidak mampu, saat ini
rumah khusus di Jalan Pos untuk
jumlah yang menerima bantuan sekitar
menampung anak-anak itu. Bulan
40 orang dalam setiap bulan. Kepada Nopember 1893 diperoleh rumah di
mereka diberikan bantuan dalam bentuk Gang Kurni (sekarang jalan Kwini), yang
uang yang besarnya antara Rp 300.000 menampung 29 anak putera yang diasuh
sampai Rp. 400.000 . oleh para Pastor Jesuit (SJ).
Baru pada tahun 1910 sebuah
Bantuan Produktif rumah bisa dibangun di Jalan Kramat
Raya No.134 Jakarta. Inilah permulaan
Disamping bantuan yang bersifat berdirinya Kompleks Kramat Raya
karitatif di atas juga terdapat beberapa seperti sekarang ini. Maka mulailah anak-
program kegiatan yang bersifat produktif, anak puteri maupun anak-anak putera
antara lain untuk program beasiswa, dari kedua rumah terdahulu menempati
kesehatan, perbaikan rumah, dan rumah milik sendiri. Para Suster Ursulin
perbaikan tempat usaha. Dana SSP dan yang telah mengurus mereka selama
PSE juga dimanfaatkan untuk membantu 46 tahun, ikut pindah ke Kramat Raya.
perhimpunan Vincentius yang mengelola Sesudah itu jumlah anak-anak bertambah
beberapa panti asuhan dan sekolah. terus.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. XI No. 1


52 Abdul Jamil

Tahun 1929 tugas para Pastor Jesuit Pondok Si Boncel di Jalan Raden Saleh
dalam hal pendidikan anak-anak putera Raya No.7. Panti ini khusus menampung
dialihkan kepada para Pastor Fransiskan anak-anak balita (bawah lima tahun).
(OFM) hingga sekarang. Bulan Oktober Pengelolaannya dipercayakan kepada
1939, setelah berkarya di Kramat selama para Suster Dominikanes (OP). Dengan
28 tahun, para Suster Ursulin akhirnya semakin bertambahnya jumlah anak asuh
pindah ke Bidaracina. 300 anak puteri dan terbatasnya daya tampung panti,
bersama dengan 12 suster pindah dari maka pada tanggal 1 April 1981 Panti
kompleks Kramat ke rumah baru di Jalan Asuhan Pondok Si Boncel pindah ke
Otto Iskandardinata 76, yang kini dikenal kompleks baru di Srengseng Sawah Pasar
dengan nama Panti Asuhan Vincentius Minggu, yang lebih luas serta memadai.
Puteri. Sedangkan anak putera tetap
menempati kompleks Kramat, kini
disebut Panti Asuhan Vincentius Putera. Visi dan Misi
Tahun 1942-1945 keadaan menjadi Gereja Katedral memiliki visi
kacau karena dalam masa penjajahan “Membentuk manusia Indonesia mandiri,
Jepang, para Pimpinan Panti, baik Pastor, yang beriman, berakhlak tinggi, berbudi
Bruder maupun Suster Belanda masuk pekerti luhur dan berpendidikan, serta
ke kamp-kamp tahanan. Sedangkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
perumahannya digunakan oleh serdadu Indonesia”. Sedangkan misinya yakni:
Jepang sebagai markas. Sementara anak- a) Melaksanakan salah satu karya
anak asuh dititipkan di Biara Ursulin dan sosial Keuskupan Agung Jakarta yaitu
diasuh oleh Suster-Suster Ursulin. mengasuh, mengajar dan mendidik
Atas permintaan Pemerintah anak yatim piatu, yatim, piatu, terlantar
Indonesia, pada tanggal 30 Juni 1947 dan anak lain yang membutuhkannya
Perhimpunan Vincentius Jakarta dengan meneladani kehidupan
mendirikan Panti Asuhan Desa Putera. Kristus dalam terang Iman Katolik; b)
Tujuannya untuk menampung anak-anak Menyelenggarakan kegiatan sosial yang
terlantar dan anak-anak gelandangan sah dan tidak bertentangan dengan azas
korban perang kemerdekaan. Panti ini dan tujuan Perhimpunan serta peraturan
dipercayakan kepada Bruder Budi Mulia perundang-undangan yang berlaku.
(BM) dan menempati rumah di kompleks
Srengseng Sawah, Pasar Minggu.
Struktur Organisasi
Batavia’s Vincentius Vereeniging
secara resmi diubah menjadi Perhimpunan
Vincentius Jakarta pada tanggal 31 Maret
1950. Sejak itu Panti Asuhan Vincentius
memberi prioritas pelayanan kepada
anak-anak yatim piatu dan terlantar,
setelah itu barulah anak-anak yatim atau
piatu maupun anak-anak dari keluarga
broken home serta penyandang masalah
sosial lainnya (anak dari keluarga retak/
miskin/sakit).

Tahun 1972 Perhimpunan


Vincentius Jakarta mendirikan rumah
panti keempat, yakni Panti Asuhan

HARMONI Januari - Maret 2012


Pengelolaan Dana Sosial Keagamaan Gereja (Paroki) Kategral Jakarta dalam Pemberdayaan Umat Katolik 53

Panti Sosial (1970) untuk umum juga, yang dikelola


oleh yayasan Melania sejak 1973, kini
Panti Asuhan Vincentius Putera
(sejak 1992) dikeloal oleh yayasan
Panti Asuhan Vincentus Putera Budi Mulia sebagai Balai Kesehatan
beralamat di Jl. Kramat Raya 134, Jakarta Masyarakat dengan dokter dan perawat.
memberi prioritas pelayanan kepada
anak-anak yatim piatu dan terlantar,
setelah itu barulah anak-anak yatim atau Panti Asuhan Pondok Si Boncel
piatu maupun anak-anak dari keluarga
broken home serta penyandang masalah Panti Asuhan Pondok Si Boncel
sosial lainnya (anak dari keluarga retak/ beralamat di Jl. Desa Putera No. 5 Rt.01/06
miskin/sakit). Di lembaga ini disamping Srengseng Sawah, Pasar Minggu Jakarta
terdapat asrama putra juga disediakan didirikan untuk mengurus secara khusus
pendidikan untuk para penghuni panti anak-anak yatim piatu yang masih di
mulai tingkat SD, SMP, dan SMK. bawah umur 7 (tujuh) tahun. Para anak-
anak yatim tersebut mendapat perawatan
dan pendidikan dari Panti Asuhan. Kini
di Panti Asuhan Pondok Si Boncel juga
Panti Asuhan Vincentus Puteri
terdapat sekolah TK yang dimanfaatkan
Panti Asuhan Vincentius Putri oleh penghuni panti juga dari luar panti.
beralamat di Jl. Otto Iskandardinata
No.76, Jakarta Timur juga memberi
prioritas pelayanan kepada anak-anak Faktor Pendukung dan Penghambat
yatim piatu dan terlantar, anak-anak
yatim atau piatu maupun anak-anak dari Secara umum dalam upaya
keluarga broken home serta penyandang pengelolaan dana sosial keagamaan oleh
masalah sosial lainnya (anak dari keluarga Gereja (Paroki) Katedral terdapat hal-hal
retak/miskin/sakit). Di lembaga ini remaja yang dapat dikategorikan sebagai faktor
putri dididik dan diasramakan. Lembaga pendukung dan penghambat. Adapun
ini juga membuka pendidikan tingkat SD hal-hal yang menjadi faktor pendukung
dan SMP, sedangkan untuk tingkat SLTA adalah; a) Nilai dan ajaran Katolik yang
para penghuni panti biasanya bersekolah mendorong sebagian umat Katolik
di luar. untuk mau berderma. Menyadari bahwa
semua adalah anugerah Tuhan yang
perlu disyukuri, dan digunakan untuk
kesejahteraan diri dan sesama, khususnya
Panti Asuhan Desa Putra
orang miskin yang membutuhkan
Panti Asuhan Desa Putra kini pertolongan; b) Ketetapan keuskupan
beralamat di jl. Desa Putera No. 24, sangat jelas tentang persentase pembagian
Srengseng Sawah, Pasar Minggu, Jakarta dana kolekte untuk kegiatan sosial yaitu
Selatan membuka pendidikan dari 25% sehingga memudahkan gereja
tingkat SD, SMP, dan SMK. Kini Desa dalam mendistribusukan/memanfaatkan
Putera diakui sebagai SMK Grafika dana kolekte melalui SSP/PSE; c) Letak
terbaik dengan percetakan modern yang geografis Gereja Katedral yaitu di tengah
menghasilkan cetakan bermutu. Anak kota Jakarta Pusat.
yang tidak mendapatkan pendidikan
Adapun hal-hal yang bisa
formal dilatih dalam Graphic Training
dikategorikan sebagai faktor penghambat
Centre (1993). Usaha lain adalah klinik
diantaranya; a) Masih rendahnya
sederhana untuk anak-anak asrama
kesediaan sebagian jemaat gereja dalam
(1956), yang kemudian menjadi poliklinik

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. XI No. 1


54 Abdul Jamil

memberikan dana kolekte, hal tersebut melalui bidang pendidikan dengan


tidak seimbang jika dibanding dengan memberikan bantuan ke lembaga di
gaya hidup sebagian mereka yang bawah perhimpunan Vincentius; c)
cenderung mewah, misalnya ketika Pemberdayaan oleh Gereja (Paroki)
melang­sung­kan perkawinan, maka Katedral baru berhasil pada program
biasanya mampu menyelenggarakannya pendidikan, karena telah memenuhi
dengan biaya yang relatif besar; b) indikator dalam pemberdayaan, yaitu
Jumlah masyarakat kurang mampu di adanya proses transfer daya terhadap
DKI Jakarta cukup besar, sedangkan dana masyarakat sasaran dalam meningkatkan
yang dimiliki gereja terbatas, sehingga keswadayaan, peningkatan kemampuan
bentuk bantuan yang dipilih adalah yang kelompok sasaran dengan daya yang
bersifat karikatif karena cakupannya bisa dimiliki untuk mampu menentukan
lebih luas, akibatnya hanya sebagian kecil pilihan hidupnya. Adapun program
saja dari masyarakat kurang mampu bantuan ekonomi, bantuan yang
yang dapat dibantu dengan program diberikan baru sebatas memperbaiki
pemberdayaan. rumah/warung tempat usaha, belum ada
pendampingan dan pemberian modal.
Indikator pemberdayaan belum terlihat
Penutup dan belum bisa diukur, karena program
ini baru sebatas stimulan.
Penulis menyimpulkan beberapa
hal berikut: a) Gereja (Paroki) Katedral Sebagai rekomendasi, dapat
sebagai pengumpul dan pengelola dana disebutkan beberapa hal berikut: a)
kolekte umat Katolik, telah memilih Internalisasi ajaran berderma kepada
sistem dan mekanisme pengelolaan seluruh umat Katolik hendaknya
dana sosial keagamaan secara efektif lebih diintensifkan, sehingga dapat
dan efisien, dengan sistem manajemen meningkatkan pemberian bantuan
pengelo­laan yang sehat, transparan dan melalui gereja kepada masyarakat yang
accountable. Pelaporan juga dilakukan tidak mampu; b) Penyaluran/pemanfatan
secara periodik kepada Keuskupan dana sosial keagamaan (kolekte) oleh
Agung Jakarta. Bagi umat Katolik dan Gereja (Paroki) Katedral sudah berjalan
pihak lainnya terbuka untuk mengakses berupa bantuan yang bersifat karikatif
laporan tersebut; b) Proporsi penyaluran dan bantuan di bidang pendidikan agar
dana kolekte oleh Gereja telah ditetapkan dapat dimaksimalkan pemanfaatannya.
Keuskupan yaitu Dana Kepemudaan 5%,
Pada program pemberdayaan
Dana Papa 25%, Dana KAJ 40%, dan Dana
ekonomi umat hendaknya disediakan
Paroki 30%. Adapun untuk kegiatan
pendampingan ekonomi disertai
sosial yaitu Dana Papa disalurkan melalui
pemberian modal usaha bagi masyarakat
SSP/PSE dalam bentuk program bantuan
yang membutuhkan.
karikatif/konsumtif, dan pemberdayaan

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. 2010. Pemberdayaan Lembaga Keagamaan
Dalam Kehidupan Ekonomi dan Sosial.
_______, 2006. Regulasi dan Implementasi Perda Zakat.

HARMONI Januari - Maret 2012


Pengelolaan Dana Sosial Keagamaan Gereja (Paroki) Kategral Jakarta dalam Pemberdayaan Umat Katolik 55

Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. 2005. Buku Petunjuk Gereja Katolik
Indonesia 2005.
Dermawan, B. Hardijantan, Sr. Magdalena Rini, et.al. 2010. Mari Berbagi, Perjalanan
Rohani Menanti Kebangkitan. Sekretariat Komisi PSE/APP-KAJ Bekerja Sama
dengan LDD-KAJ dan Komisi PSE-KWI.
Ife, Jim. 1995. Community development: Creating Community Alternatives Vision, Analysis
and Practice. Australia, Longman Pty Ltd.
Khaidarman Syah, Fungsi dan Peranan Widyaiswara Studi Kasus pada Diklat X, 1995,
Jakarta. Tesis Program Pasca Sarjana IKIP Jakarta.
Krech, D, Cruntchfild, RS, and Ballachey, EL, 1962, Indivisdual in Society: a Sextbook of
Sosial Psychology, Calofornia: Mo Grow, Hiel Kagohusha, LTD.
Payne. 1997. Modern Sosial Work Theory.
Pranarka & Moeljarto. 1996. Pemberdayaan, Konsep, dan Implementasi. CSIS.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. XI No. 1

Anda mungkin juga menyukai