Anda di halaman 1dari 7

BAB VI

PEMBANGUNAN AGAMA

A. UMUM

Pembangunan agama sebagai bagian integral dari pembangunan nasional


merupakan pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian, agama
menjadi landasan moral dan etika dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pemahaman dan pengamalan agama secara benar diharapkan dapat mendukung
terwujudnya manusia Indonesia yang religius, demokratis, mandiri, berkualitas sehat
jasmani-rohani, serta tercukupi kebutuhan material-spiritiual.

Sesuai dengan GBHN 1999-2004 pembangunan agama diarahkan untuk: (1)


Memantapkan fungsi, peran, dan kedudukan agama sebagai landasan moral, spiritual,
dan etika dalam penyelenggaraan negara serta mengupayakan agar segala perundang-
undangan tidak bertentangan dengan moral agama-agama; (2) Meningkatkan kualitas
pendidikan agama melalui penyempurnaan sistem pendidikan agama sehingga
terpadu dan integral dengan sistem pendidikan nasional dengan didukung oleh sarana
dan prasarana yang memadai; (3) Meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup
antarumat beragama sehingga tercipta suasana kehidupan yang harmonis dan saling
menghormati dalam semangat kemajemukan melalui dialog antarumat beragama dan
pelaksanaan pendidikan agama secara deskriptif yang tidak dogmatis untuk tingkat
perguruan tinggi; (4) Meningkatkan kemudahan umat beragama dalam menjalankan
ibadahnya, termasuk penyempurnaan kualitas pelaksanaan ibadah haji dan
pengelolaan zakat, dengan memberikan kesempatan yang luas kepada masyarakat
untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraannya; dan (5) Meningkatkan peran dan
fungsi lembaga-lembaga keagamaan dalam ikut mengatasi dampak perubahan yang
terjadi dalam semua aspek kehidupan untuk memperkukuh jati diri dan kepribadian
bangsa serta memperkuat kerukunan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sampai tahun 2002 pembangunan agama telah memberikan kontribusi dalam


berbagai aspek pembangunan. Pembangunan bidang agama melalui pembinaan
kerukunan hidup umat beragama telah berhasil ikut serta meredakan konflik sosial
yang terjadi dibeberapa wilayah tanah air dalam beberapa tahun terakhir. Disamping
itu, dalam aspek pelayanan terus dilakukan melalui upaya pembangunan dan
rehabilitasi tempat ibadah, asrama haji, gedung Balai Nikah/Kantor Urusan Agama
(KUA); dan pengadaan kitab suci. Untuk meningkatkan pemahaman ajaran agama
telah dilakukan pula bimbingan dan penyuluhan dan penerangan agama serta
pengadaan paket dakwah, dan pembinaan keluarga harmonis (sakinah/sukinah/hita
sukaya/bahagia).

Kegiatan pembangunan dalam rangka meningkatkan kualitas pemahaman dan


pengamalan ajaran agama bagi siswa dan mahasiswa untuk memantapkan keimanan
dan ketaqwaan serta pembinaan akhlak mulia dan budi pekerti luhur dilaksanakan
melalui program peningkatan kualitas pendidikan agama. Bentuk kegiatan yang telah

VI 1
dilaksanakan antara lain bantuan sarana ibadah, penataran dan pelatihan bagi guru
agama, penyempurnaan bahan ajar, pengadaan buku pelajaran, penyetaraan D-II dan
D-III bagi guru agama, penyelenggaraan pesantren kilat, serta penambahan jumlah
literatur baik buku teks maupun buku bacaan.

Untuk memberdayakan dan meningkatkan kapasitas serta kualitas lembaga


sosial keagamaan dan lembaga tradisional keagamaan bagi masyarakat khususnya di
perdesaan yang miskin telah dilakukan berbagai kegiatan pembinaan lembaga sosial
keagamaan dan lembaga pendidikan tradisional keagamaan. Upaya-upaya yang
dilakukan meliputi pertama, peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan
tenaga pembina: pondok pesantren, madrasah diniyah, sekolah minggu, seminari,
biara trapis, pasraman, novisiat, sekolah yayasan pendidikan Hindu dan sekolah
yayasan pendidikan Budha, pustakawan, pengelola mahad aly, tenaga hisab rukyat,
khotib dan calon dai; dan kedua, penguatan kelembagaan melalui bantuan
rehabilitasi gedung pondok pesantren, madrasah diniyah, sekolah minggu, seminari,
biara trapis, pasraman, novisiat, sekolah yayasan pendidikan Hindu dan sekolah
yayasan pendidikan Budha, pengadaan buku pelajaran dan perpustakaan yang
dilengkapi dengan bantuan peralatan.

Berbagai upaya pembangunan agama dilanjutkan dalam tahun 2003 yang


secara garis besar meliputi: (a) peningkatan dan bimbingan dan penyuluhan agama;
(b) menciptakan kerukunan antar dan intern umat beragama yang lebih dinamis
dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta meningkatkan amal
untuk bersama-sama membangun masyarakat; (c) peningkatan peran serta umat
beragama dan lembaga sosial keagamaan; (d) peningkatan kualitas dan pelaksanaan
pendidikan agama; dan (e) peningkatan pelayanan keagamaan dan ibadah haji.

Permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan agama dalam tahun


2004 meliputi: kerukunan antar dan intern umat beragama yang masih
memprihatinkan, belum terwujudnya perlindungan secara optimal bagi umat
beragama dalam menjalankan kewajiban agamanya, serta belum sempurnanya sarana
dan prasarana pelayanan dalam menjalankan ibadah. Disamping itu, permasalahan
lainnya adalah belum dihayati dan diamalkannya ajaran agama untuk siswa dan
mahasiswa, serta belum sepenuhnya lembaga sosial keagamaan dan lembaga
pendidikan tradisional keagamaan mampu menjawab tantangan yang berkembang di
masyarakat.

Konflik yang bernuasa SARA dibeberapa wilayah di Indonesia sampai saat


ini belum dapat diselesaikan secara baik. Konflik-konflik yang bermula dari
permasalahan sosial, ekonomi dan politik dapat berkembang menjadi konflik agama
karena munculnya solidaritas antar kelompok yang berbeda pandangan keagamaan.
Agama yang diharapkan menjadi pemersatu dalam masyarakat dikhawatirkan dapat
menjadi pemicu perpecahan antar kelompok masyarakat. Hal ini antara lain juga
disebabkan kurangnya pemahaman tentang esensi ajaran agama.

Pemerintah bersama-sama masyarakat secara terus menerus berupaya untuk


meningkatkan kemudahan umat beragama dalam menjalankan ibadahnya.
Pembangunan fasilitas peribadatan terus dilakukan baik yang mendapat bantuan dari
pemerintah maupun yang dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Namun
demikian terdapat beberapa fasilitas yang dirasakan masih belum memadai seperti

VI 2
Kantor Urusan Agama (KUA) ditinjau dari jumlah, kualitas dan efektifitas
pelaksanaan fungsi dan peranannya. KUA sesuai dengan peranannya melaksanakan
sebagian tugas Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota di bidang Uruan Agama
Islam dalam wilayah Kecamatan. KUA berfungsi pula melaksanakan pencatatan
nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid, zakat, wakaf, baitul mal dan ibadah
sosial, dan pengembangan keluarga harmonis (sakinah/sukinah/hita sukaya/ bahagia).

Sampai saat ini belum seluruh kecamatan memiliki KUA sehingga


masyarakat khususnya yang tinggal didaerah terpencil belum dapat terlayani secara
baik. Kondisi tersebut diperburuk dengan belum tercukupinya tenaga baik jumlah
maupun kualitasnya sehingga pelayanan pada KUA yang sudah ada juga belum
optimal. Selain itu terjadinya kerusuhan dan bencana alam telah menyebabkan
terjadinya kerusakan rumah-rumah ibadah dan Kantor-kantor Urusan Agama.

Permasalahan lain adalah berhubungan dengan pelaksanaan ibadah haji.


Meskipun masyarakat yang menunaikan ibadah haji telah dibatasi dengan kuota
nasional namun dari waktu ke waktu cenderung meningkat. Dalam pelaksanaannya
para calon jemaah sering dihadapkan pada permasalahan baik dalam proses
pemberangkatan sampai pelaksanaan ibadah di tanah suci yang mempersulit ibadah
yang mereka lakukan. Permasalahan tersebut terutama disebabkan oleh profil jemaah
haji yang sangat heterogen, pemahaman tentang ibadah yang masih kurang,
profesionalisme petugas haji dan sarana asrama haji yang belum memadai.

Pada saat ini, masyarakat Indonesia khususnya pemeluk agama Islam masih
menghadapi permasalahan mengenai jaminan produk halal. Sertifikasi dan labelisasi
yang selama ini dilakukan baru menjangkau sebagian kecil produk makanan,
minuman, obat-obatan, kosmetik dan produk lain yang beredar di masyarakat. Hal
tersebut disebabkan belum tersedianya sumber daya manusia yang memadai, dan
kurangnya informasi dan pedoman tentang labelisasi dan sertifikasi produk halal.

Disamping itu terdapat pula permasalahan mengenai pelaksanaan zakat dan


wakaf, yang secara potensial akan dapat membantu penggalangan sumber daya untuk
ikut mengentaskan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat secara umum.
Berbagai landasan hukum telah disempurnakan dan banyak didirikan lembaga
pengelola zakat dan wakaf, namun dalam pelaksanaannya belum dapat berjalan
secara efektif.

Terkait dengan kualitas pendidikan agama, sampai saat ini pendidikan agama
dinilai masih belum berjalan secara maksimal. Pendidikan agama yang seharusnya
merupakan upaya dan proses mendidik siswa untuk memahami atau mengetahui
nilai-nilai agama yang sekaligus untuk dihayati dan diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari pada kenyataannya masih banyak yang diberikan dalam bentuk hafalan.
Hal tersebut antara lain menyebabkan siswa belum sepenuhnya mampu memahami
dan menjalankan ibadah agamanya serta mengamalkannya dalam kehidupan
bermasyarakat. Mutu pendidikan agama yang dilakukan di sekolah tidak hanya
ditentukan oleh kesempurnaan struktur program pembelajaran, akan tetapi juga
ditentukan oleh ketersediaan sarana pembelajaran seperti buku pelajaran agama yang
tidak hanya menekankan ritual keagamaan tetapi juga hubungan sosial, mutu dan
jumlah guru mata pelajaran agama yang sampai saat ini masih belum memadai.

VI 3
Upaya peningkatan peran dan fungsi lembaga-lembaga sosial keagamaan
dalam ikut serta mengatasi dampak negatif perubahan yang terjadi di semua aspek
kehidupan belum sepenuhnya berhasil dilaksanakan. Meskipun jumlah lembaga -
lembaga sosial keagamaan terus meningkat, namun belum sepenuhnya mampu
memerankan fungsi sebagai agen perubahan sosial dalam masyarakat. Lembaga-
lembaga sosial keagamaan juga dinilai belum mampu berperan dalam mengurangi
dampak negatif ekstrimisme yang dapat memicu terjadinya perselisihan antar
kelompok baik dalam satu agama maupun dengan agama lain.

Kebijaksanaan pembangunan agama pada tahun 2004 diarahkan pada (1)


memberikan kemudahan dan perlindungan kepada umat beragama dalam
menjalankan ibadah keagamaan melalui antara lain optimalisasi fungsi tempat
peribadatan, optimalisasi fungsi dan peran Kantor Urusan Agama, penyempurnaan
pengelolaan haji, zakat, wakaf dan ibadah sosial lainnya, sertifikasi dan labelisasi
produk halal, serta pembinaan keluarga harmonis (sakinah/sukinah/hita sukaya/
bahagia); (2) meningkatkan kerukunan intern dan antar umat beragama melalui
kerjasama dalam berbagai aktifitas pembangunan dan internalisasi nilai-nilai
keagamaan; (3) meningkatkan kualitas pendidikan agama (dari tingkat dasar sampai
dengan perguruan tinggi) dan lembaga pendidikan keagamaan antara lain melalui
penyempurnaan bahan dan metode pembelajaran dan peningkatan kualitas tenaga
kependidikannya, sehingga siswa dapat memahami pengetahuan yang diajarkan dan
menjalankannya dalam kehidupannya sehari-hari; dan (4) memberdayakan lemba-
lembaga sosial keagamaan dan tempat ibadah untuk lebih berperan dalam
pembangunan masyarakat (community development).

Sesuai dengan permasalahan yang masih dihadapi dalam tahun 2004, maka
sasaran-sasaran pembangunan agama adalah (a) meningkatnya pelayanan kepada
masyarakat melalui pembangunan dan rehabilitasi gedung KUA, pemenuhan
kebutuhan tenaga KUA, peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga KUA
sesuai dengan tugas dan fungsinya, peningkatan pembinaan keluarga harmonis
(sakinah/sukinah/hita sukaya/bahagia); peningkatan Penasehatan Perkawinan; (b)
meningkatnya perlindungan produk halal bagi masyarakat melalui peningkatan
pembinaan jaminan produk halal, peningkatan sertifikasi dan penerapan tanda halal
sebagai jaminan produksi halal, penetapan standard produksi halal, penetapan
standard fatwa halal, peningkatan pembinaan ibadah sosial, peningkatan sosialisasi
produk halal, penanggulangan penyalahgunaan narkoba, peningkatan pembinaan
zakat dan penyusunan RUU wakaf, meningkatkan pengelolaan pelayanan ibadah
haji; (c) melakukan pembinaan kerukunan kehidupan beragama dengan berbagai
pihak untuk terciptanya suasana kehidupan yang harmonis intern dan antarumat
beragama dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama secara
berkesinambungan; (d) mempercepat penyelesaian draf RUU tentang kerukunan
hidup beragama; (e) meningkatkan kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran
agama bagi siswa dan mahasiwa; dan (f) meningkatkan kualitas dan kapasitas
lembaga sosial keagamaan, dan lembaga pendidikan tradisional keagamaan.

VI 4
B. PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN

1. Program Peningkatan Pelayanan Kehidupan Beragama

Program ini bertujuan untuk (1) meningkatkan pelayanan dan kemudahan


bagi umat beragama dalam melaksanakan ibadah; dan (2) mendorong serta
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan
kehidupan beragama.

Kegiatan pokok program ini meliputi: (1) Memberikan bantuan untuk


rehabilitasi tempat ibadah dan pengembangan perpustakaan tempat peribadatan; (2)
Meningkatkan pelayanan nikah melalui pembangunan dan rehabilitasi balai nikah
dan penasehatan perkawinan/KUA; (3) Meningkatkan kemampuan dan jangkauan
petugas pencatat nikah/perkawinan; (4) Meningkatkan pelayanan pengelolaan dan
pengembangan zakat dan wakaf serta pembinaan ibadah sosial; (5) Memberikan
bantuan sertifikasi: tanah wakaf, tanah gereja, pelaba pura dan wihara serta hibah;(6)
Menyusun naskah RUU tentang wakaf; (7) Meningkatkan sosialisasi jaminan produk
halal dan pelatihan bagi pelaku usaha, auditor, serta sektor terkait di bidang produk
halal; (8) Melakukan pengkajian ulang sertifikat halal yang dikeluarkan/diterbitkan
lembaga sertifikasi halal luar negeri; (9) Meningkatkan mutu pelayanan, efisiensi,
peran serta dunia usaha, masyarakat dan transparansi pengelolaan dan pembinaan
haji; (10) Melanjutkan upaya peningkatan pelayanan untuk membina keluarga
harmonis (sakinah/sukinah/hita sukaya/bahagia) melalui peningkatan pendidikan
agama dalam keluarga, pembinaan keluarga muda, penyediaan bahan bacaaan dan
panduan mengasuh anak bagi orang tua; (11) Optimalisasi fungsi dan peran tempat
ibadah sebagai pusat pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat melalui bantuan
bahan bacaan, pemberantasan buta aksara Al-Quran, pembinaan remaja dan
pendidikan agama pada masyarakat; (12) Memberikan bantuan kitab suci dan lektur
keagamaan; (13) Meningkatkan sarana dan tenaga teknis hisab rukyat; (14)
Melanjutkan pengembangan sistem informasi keagamaan; serta (15) Melakukan
kajian dan pengembangan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kehidupan
beragama.

2. Program Peningkatan Pemahaman dan Pengamalan Agama, dan


Kerukunan Hidup Umat Beragama

Program ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan pemahaman dan pengamalan


ajaran agama bagi setiap individu, keluarga, masyarakat, dan penyelenggara negara;
(2) memperkuat dasar-dasar kerukunan hidup intern dan antar umat beragama; dan
(3) membangun harmoni sosial dan persatuan nasional.

Kegiatan pokok program ini meliputi: (1) Melakukan penyuluhan dan


bimbingan keagamaan bagi masyarakat dan aparatur negara; (2) Menyediakan sarana
dan prasarana penerangan agama; (3) Melaksanakan pelatihan bagi penyuluh,
pembimbing, dai dan orientasi bagi pemuka agama; (4) Melanjutkan pengembangan
materi, metodologi, manajemen penyuluhan dan bimbingan keagamaan; (5)
Memberikan bantuan paket dakwah untuk daerah tertinggal dan terpencil; (6)
Melakukan rehabilitasi mental korban pasca kerusuhan dan konflik social; (7)

VI 5
Melakukan temu ilmiah, dialog dan silaturrahmi antara pemuda, cendikiawan, dan
tokoh umat beragama; (8) Melanjutkan kajian dan pemetaan terhadap konflik sosial
keagamaan; (9) Melanjutkan pemetaan paham-paham keagamaan yang berkembang
di masyarakat; (10) Melanjutkan pembentukan jaringan dan kerja sama intern dan
antarumat bergama di tingkat pemuka agama dan umat beragama; (11) Menyusun
RUU tentang kerukunan hidup umat beragama; (12) Memberikan bantuan
penyelenggaraan musabaqah tilawatil quran (MTQ), Pesparawi, Utsawa Dharma
Gita, Festival Seni Baca Kitab Suci Agama Budha dan kegiatan sejenis; serta (13)
Membentuk jaringan dan kerjasama lintas sektor serta masyarakat untuk
memberantas pornografi, perjudian, penyalahgunaan narkoba, pelacuran dan praktek-
praktek asusila lainnya.

3. Program Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pemahaman dan


pengamalan ajaran agama bagi siswa guna meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
serta pembinaan akhlak mulia dan budi pekerti yang luhur.

Kegiatan pokok program ini meliputi: (1) Melanjutkan penyempurnaan


materi/kurikulum pendidikan agama, termasuk pengembangan konsep etika sosial
yang berbasis keagamaan, metodologi pengajaran dan sistem evaluasi; (2)
Melanjutkan penataran guru dan penyetaraan D-II dan D-III bagi guru agama; (3)
Memberikan bantuan sarana peribadatan; (4) Melanjutkan upaya pengembangan
wawasan dan pendalaman materi bagi guru agama melalui berbagai pelatihan,
lokakarya dan seminar; (5) Melaksanakan lomba praktek ibadah agama, perkemahan
pelajar, lomba karya ilmiah agama dan apresiasi seni keagamaan; (6) Membina dan
mengembangkan bakat kepemimpinan keagamaan bagi peserta didik dan guru/dosen
agama; (7) Menyelenggarakan pesantren kilat, pasraman kilat, bhabaja
samanera/samaneri; (8) Menambah jumlah literatur baik buku teks maupun buku
bacaan di sekolah dan PT umum; serta (9) Melaksanakan pendidikan S-2 dan S-3
bagi guru dan dosen agama.

4. Program Pembinaan Lembaga-lembaga Sosial Keagamaan dan


Lembaga Pendidikan Tradisional Keagamaan

Program ini bertujuan untuk (1) memberdayakan dan meningkatkan kapasitas


serta kualitas lembaga sosial keagamaan, dan (2) memberikan pelayanan pendidikan
bagi masyarakat khususnya di pedesaan yang berlatar sosial ekonomi lemah.

Kegiatan pokok program ini meliputi: (1) Memberdayakan lembaga-lembaga


sosial keagamaan seperti kelompok jamaah keagamaan, majlis taklim, organisasi
keagamaan dan pemuda masjid, Baitul Mal wat-Tamwil, Badan Amil Zakat, dan
Nazir Wakaf; (2) Memberikan bantuan (block grant) untuk penyelenggaraan lembaga
pendidikan tradisional keagamaan: pondok pesantren, madrasah diniyah, sekolah
minggu, seminari, biara trapis, pasraman, novisiat, sekolah yayasan pendidikan
Hindu dan sekolah yayasan pendidikan Budha; (3) Memberikan bantuan subsidi dan

VI 6
imbal-swadaya kepada lembaga pendidikan tradisional keagamaan: pondok
pesantren, madrasah diniyah, sekolah minggu, seminari, biara trapis, pasraman,
novisiat, sekolah yayasan pendidikan Hindu dan sekolah yayasan pendidikan Budha;
(4) Meningkatkan kemampuan pengelola bagi lembaga sosial keagamaan dan
lembaga pendidikan tradisional keagamaan: pondok pesantren, madrasah diniyah,
sekolah minggu, seminari, biara trapis, pasraman, novisiat, sekolah yayasan
pendidikan Hindu dan sekolah yayasan pendidikan Budha; (5) Menyediakan sarana
peralatan dan buku pelajaran serta buku bacaan lainnya bagi lembaga pendidikan
tradisional keagamaan; (6) Mengembangkan sistem informasi pondok pesantren dan
lembaga sosial keagamaan; serta (7) Melanjutkan upaya untuk melakukan kajian dan
pengembangan dalam rangka peningkatan mutu pembinaan lembaga-lembaga sosial
keagamaan dan lembaga pendidikan tradisional keagamaan.

VI 7

Anda mungkin juga menyukai