Anda di halaman 1dari 9

AKUNTABILITAS DAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASJID (Pujiarti) 1

AKUNTABILITAS DAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASJID MELALUI PENDEKATAN


FENOMENOLOGI (Studi Kasus Pada Yayasan Masjid Baiturrahman Pakusari, Jember)

ACCOUNTABILITY And FINANCIAL MANAGEMENT Of The MOSQUE Through


PHENOMENOLOGY Of APPROACH (Case Study At Baiturrahman Mosque Foundation Pakusari,
Jember)

Oleh: Pujiarti, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Jember, Indonesia
Pujiarti47@yahoo.co.id

Abstrak
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya akuntabilitas dalam laporan keuangan. Tujuan yang ingin
dicapai yaitu untuk melihat pada sisi laporan keuangan di masjid Baiturrahman apakah telah sesuai atau belum
sesuai dengan standart yang berlaku. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Pendekatan fenomenologi digunakan untuk memahami secara mendalam kegiatan hingga keuangan
yang ada di masjid Baiturrahman Pakusari, Jember. Penelitian ini memperoleh pemaparan tentang akuntabilitas
baik untuk sesama manusia maupun pertanggungjawaban kepada Allah SWT sesuai dengan pemahaman dan
kenyataan yang di alami oleh para pengurus. Berkaitan dengan laporan keuangan, Masjid Baiturrahman Pakusari,
Jember masih belum memenuhi komponen laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK No 45. Di Masjid
Baiturrahman hanya menyajikan laporan secara sederhana karena keterbatasan sumber daya manusia. Oleh karena
itu, peneliti mengkonstruk laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK No 45 dari data-data yang peneliti peroleh.

Kata kunci : Akuntabilitas, Pendekatan Fenomenologi, Laporan Keuangan, PSAK No. 45

Abstract
This research shows that the importance of accountability in financial statements. The objectives to be
achieved, namely to look on the side of the financial statements at the Baiturrahman mosque has been appropriate
or not in accordance with the applicable standard. This research uses descriptive qualitative approach to
Phenomenology. Phenomenology of approach used to understand in depth the activity to finance existing in the
mosque of Baiturrahman Pakusari, Jember. These studies gain exposure of accountability both for their fellow
human beings as well as accountability to God Almighty, in accordance with the understanding and the fact that in
the natural by stewards. With regard to the financial statements, the mosque of Baiturrahman Pakusari, Jember
still do not meet the financial statement components in accordance with PSAK No. 45. At the Baiturrahman
Mosque just present the report simply because of limited human resources. So, researcher makes financial
statements that comply with the PSAK No. 45 of document that researchers get.

Keywords: Accountability, the phenomenology of Approach, financial statements, PSAK No. 45


2 Jurnal akuntansi unmuh jember 2017.
muncul atas kesadaran akan berjalannya visi dan misi
1. Pendahuluan agama tersebut.

Seiring berjalannya waktu, organisasi sektor publik Organisasi keagamann mengacu pada organisasi
saat ini dituntut untuk mampu mengefisienkan biaya dalam bentuk tempat ibadah, seperti Masjid, Gereja,
ekonomi maupun biaya sosial yang dikeluarkan untuk Pura, Wihara, dan organisasi yang dibentuk sebagai
suatu aktivitas yang dilakukannya. Berbagai tuntutan tempat belajar agama seperti pesantren, serta
tersebut akhirnya membat akuntansi sebagai suatu organisasi lainnya yang bergerak dalam bidang
ilmu yang dibutuhkan untuk membantu organisasi keagamaan.
mengelola semua urusan-urusan yang berhubungan
dengan publik. Hal ini memunculkan suatu ilmu Yayasan Masjid Baiturrahman Patemoon Pakusari
akuntansi baru yang saat ini dikkenal oleh masyarakat merupakan salah satu dari sekian banyak masjid di
sebagai akuntansi sektor publik. Jember yang masuk dalam daftra di Kementrian
Agama Republik Indonesia. Masjid dengan akta
Adapun dalam kehidupan sehari-hari, keberadaan notaris = No.12/2001-13 Agustus 2001 ini didirikan di
organisasi sektor publik dapat dengan mudah ditemui tanah Wakaf dan dibangun pada tahun 1994.
dan dilihat disekitar kita. Institusi pemerintahan baik Meskipun sebagai masjid yang terdaftar di
Pusat maupun Daerah, partai politik, tempat-tempat Kementrian Agama yang mana masjid ini termasuk
peribadatan, sekolah, yayasan, dan LSM adalah organisasi nirlaba dan yang seharusnya pencatatan
organisasi sektor publik. Semua organisasi tersebut maupun pelaporan keuangan di jabarkan secara jelas
menyediakan pelayanan bagi masyarakat seperti dan terperinci, Masjid Baiturrahman sampai saat ini
pendidikan, listrik, peribadatan, dan jasa-jasa lainnya masih belum mampu menyajikan laporan keuangan
dalam kerangka pemenuhhan kesejahteraan yang sesuai dengan peraturan yang telah ada (PSAK
masyarakat. No. 45). Hal ini dikarenakan para pengurusnya
berpendidikan sebatas sampai SMA dan sederajat.
Selain memberikan pelayanan, semua aktivitas
Selain itu, tidak jarang adanya lansia atau anak-anak
lembaga baik pemerintah maupun swasta selalu
yang membawa “kotak amal Baiturrahman” yang
dituntut transparansi dan akuntabilitas ini merupakan
keliling perumahan sekitar masjid untuk meminta
keniscayaan karena transparansi dan akuntabilitas
sumbangan sedangkan di sisi lain pendapatan yang di
menjadi kata kunci paling penting bagi suatu entitas
ungkapkan sebagian besar hanya pendapatan dari
publik untuk bertahan dan memaksimalkan perannya
infak sholat jum’at membuat lebih penasarannya
dimana entitas tersebut berada (Simanjuntak dan
masyarakat akan pengelolaan keuangan masjid
Januarsi, 2011)
Baiturrahman tersebut.
Dilihat dari jenis usahanya, organisasi sektor
Dengan keadaaan tersebut maka lewat kajian ini,
publik digolongkan menjadi 2 macam, yaitu
peneliti ingin mendalami bagaimana sebenarnya
organisasi yang berorientasi pada laba (profit
keadaan keuangan di Yayasan Masjid Baiturrahman
oriented) dan organisasi nirlaba. Organisasi yang
Patemon, baik dalam pencatatannya maupun
berorientasi pada laba merupakan suatu proses
pelaporannya lewat penelitian yang berjudul
kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang
“AKUNTABILITAS DAN PENGELOLAAN
untuk mencapai tujuan bersama yakni untuk
KEUANGAN MASJID MELALUI PENDEKATAN
menghasilkan laba. Organisasi nirlaba merupakan
FENOMENOLOGI”.
sebuah organisasi yang didirikan tidak bertujuan
untuk memperoleh laba. 2. Landasan Teori

Organisasi keagamaan merupakan salah satu 2.1 Clash Of Jurisdictional


organisasi yang dianggap khusus dari organisasi
nirlaba lainnya. Kekhususan tersebut dapat dilihat dari Teori clash of jurisdictional (Abbot,1988)
segi penyelenggaraannya. Menurut buku Akuntansi menyatakan profesionalitas sebuah profesi seringkali
untuk LSM dan Partai Politik karangan Indra Bastian tidak dapat dipahami oleh profesi lainnya yang
(hal : 216-217) menyatakan bahwa dari segi berbeda. Sehingga profesionalitas sebuah profesi
penyelenggaraannya, organisasi keagamaan teralienasi dari profesi lainnya. Hal ini terjadi karena
dijalankan oleh sebuah lembaga atau organisasi yang sistem secara praktik dan nilai memiliki perbedaan
antara satu profesi dengan profesi lainnya,
AKUNTABILITAS DAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASJID (Pujiarti) 3
masing-masing profesi ingin membuktikan bahwa b. Laporan aktivitas untuk suatu periode
mereka ahli dan sangat menguasai wilayah profesinya pelaporan
dibandingkan dengan orang lain, sehingga tidak
memungkinkan bagi orang lain untuk masuk dan Tujuan utama laporan aktivitas adalah
melakukan profesi yang mereka kuasai. Dalam menyediakan informasi mengenai pengaruh transaksi
konteks penelitian ini, terdapat dua profesi yang dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat
berbeda perspekifnya yaitu ruang kerja akuntan aset bersih, hubungan antar transaksi, dan peristiwa
(melalui praktik dan ilmu akuntansi) dan agamawan lain, bagaimana penggunaan sumber daya dalam
atau ustadz atau pengurus masjid. pelaksanaan berbagai program atau jasa. Perubahan
aset bersih dalam laporan aktivitas biasanya
2.2 Fenomenologi melibatkan 4 jenis transaksi, yaitu: pendapatan, beban,
gains dan losess, dan reklasifikasi aset bersih.
Fenomenologi menurut Husserl yang dikutip di
dalam Mujiyanto, dapat memberikan pengetahuan
Secara umum, ketentuan dalam laporan aktivitas
yang perlu dan esensial mengenai apa yang ada.
adalah sebagai berikut:
Adian (2005) juga menjelaskan bahwa Fenomenologi
adalah ilmu tentang esensi-esensi kesadaran dan 1. Pendapatan disajikan sebagai penambah aset bersih
esensi ideal dari obyek-obyek sebagai korelat tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi
kesadaran. Bungin (2001) dalam Reza (2012) oleh penyumbang.
mengatakan bahwa fenomenologi merupakan gejala
dalam situasi alaminya yang kompleks yang hanya 2. Beban disajikan sebagai pengurang aset bersih
terjadi pada bagian alam kesadaran manusia, tidak terikat.
sekomprehensif apapun ketika telah direduksi ke
dalam suatu parameter yang terdefinisikan sebagai 3. Sumbangan dapat disajikan sebagai penambahan
fakta. Dengan demikian, fenomenologis merupakan aset bersih tidak terikat, terikat permanen, atau
sebuah metode yang dapat mengungkap kesadaran terikat temporer, tergantung pada ada tidanya
paling dalam tentang suatu hal, fenomenologis pembatasan.
bertujuan untuk memahami respon manusia terhadap
pengalaman yang telah dilaluinya. 4. Jika ada sumbangan terikat temporer yang
pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode
2.3 Laporan keuangan nirlaba (berdasarkan yang sama, maka sumbangan tersebut dapat
PSAK No. 45) disajikan sebagai sumbangan tidak terikat
sepanjang disajikan secara konsisten dan
a. Laporan posisi keuangan (neraca) diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.

Laporan ini bertujuan untuk menyediakan informasi 5. Keuntungan dan kerugian dari investasi dan aset
mengenai aset, kewajiban, dan aset bersih dan (atau kewajiban) lain diakui sebagai penambah
informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur atau pengurang aset bersih tidak terikat, kecuali
tersebut pada waktu tertentu. jika penggunaannya dibatasi.

Komponen dalam laporan posisi keuangan 6. Selain dari ketiga jenis aset bersih yang ada
mencakup: sebagaimana dijelaskan sebelumnya, organisasi
nirlaba tetap berpeluang untuk menambah
1. Aset klasifikasi aset bersih sekiranya diperlukan.
Klasifikasi ini bisa dilakukan menurut kelompok
2. Liabilitas operasi atau non-koperasi, dapat dibelanjakan atau
tidak dapat dibelanjakan, telah direalisasi atau
3. Aset bersih (aset bersih tidak terikat, set belum direalisasi, berulang atau tidak berulang,
bersih terikat tempore dan aset bersih terikat
atau dengan cara lain yang sesuai dengan aktivitas
permanen)
organisasi.
4 Jurnal akuntansi unmuh jember 2017.
c. Laporan arus kas c. Aset neto terikat permanen

Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan Adalah sumber daya yang pembatasan
informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas penggunaannya dipertahankan secara permanen.
dalam suatu periode. Adapuun klasifikasi penerimaan Namun demikian, organisasi nirlaba diizinkan
dan pengeluaran kas pada laporan arus kas organisasi untuk menggunakan sebagian atau semua
nirlaba, sama dengan yang ada pada organisasi bisnis, penghasilan atau manfaat ekonomi lainnya yang
yaitu: arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari berasal dari sumber daya tersebut. Contoh aset ini
aktivitas investasi dan arus kas dari aktivitas adalah warisan atau wakaf.
pendanaan. Metode penyusunan laporan arus kas pun
bisa menggunakan metode langsung (direct method) 2.4 Akuntabilitas
maupun metode arus kas tidak langsung (indirect
Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak
method).
pemegang amanah untuk memberikan
d. Catatan atas laporan keuangan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang
Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) menjadi tanggungjawab kepada pihak pemberi
merupakan rincian atau penjelasan dari aktivitas yang amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk
mana tidak tercantum dalam laporan-laporan meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas
sebelumnya. publik terdiri atas dua macam, yaitu:

Dari keempat jenis laporan tersebut, dapat dicermati a. Pertanggungjawaban horizontal


bahwa laporan keuangan organisasi nirllaba mirip
dengan organisasi bisnis, kecuali pada 2 hal utama, Adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat
yakni: luas

1. Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan laba atau b. Pertanggungjawaban vertikal


rugi, namun laporan ini dapat dianalogikan dengan
Adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana
laporan aktivitas. Informasi sentral dalam laporan
kepada otoritas yang lebih tinggi. Dalam hal
laba rugi umumnya terletak pada komponen laba
keagamaan , pertanggung jawaban vertikal tetuju
atau rugi yang dihasilkan organisasi bisnis dalam
pada Allah SWT.
satu periode.
3. Metode Penelitian
2. Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan
perubahan ekuitas sebagaimana layaknya
3.1 Jenis Penelitian
organisasi bisnis. Hal ini disebabkan organisasi
nirlaba tidak dimiliki oleh entitas manapun. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif
Ekuitas dalam organisasi nirlaba bisa dianalogikan yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan makna
dengan aset neto yang akan disajikan pada laporan dibalik realita sosial yang terjadi.
aktivitas. Aset neto tersebut terdiri dari:
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode
a. Aset neto tidak terikat deskriptif. Metode ini digunakan karena penelitian ini
memberikan gambaran tentang praktek akuntabilitas
Adalah sumber daya yang penggunaannya
dan wujud transparansi dalam pengelolaan keuangan
tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh
masjid.
penyumbang.
3.1 Metode penggumpulan data
b. Aset neto terikat temporer
Adapun penggumpulan data diperoleh peneliti
Adalah sumber daya yang pembatasan
dengan cara:
penggunaannya dipertahankan sampai dengan
periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya a. Wawancara
keadaan tertentu.
AKUNTABILITAS DAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASJID (Pujiarti) 5
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan 3.4 Teknik Analisis
oleh dua pihak yaitu pewawancara dan
terwawancara dengan maksud tertentu. Adapun langkah-langkah penelitian yang
Wawancara ada tiga jenis yaitu: wawancara akan peneliti lakukan dalam teknik analisa data
terstruktur, wawancara semi terstruktur, dan dalam penelitian ini meliputi:
wawancara tidak terstruktur. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan wawancara terstruktur a. Langkah pertama adalah menyiapkan data-data
yang mana wawancara dilakukan kepada empiris hasil pengamatan yang sudah
bendahara masjid serta pengurus yang lain untuk dilakukan peneliti.
mendapatkan data primer berupa sejarah
berdirinya masjid, struktur organisasi, aktivitas b. Langkah kedua adlaah menjelaskan prosedur
operasional dan data sekunder berupa laporan pengelolaan keuangan pada yayasan Masjid
keuangan serta kegiatan yang dilaksanakan Baiturrahman.
masjid Baiturrahman.
c. Langkah ketiga yang dilakukan peneliti adalah
b. Dokumentasi menjawab nilai-nilai yang terkandng dalam
fenomena dibalik proses pengelolaan
Dalam penelitian ini metode dokumentasi keuangan ayng telah diuraikan. Adapu langkah
digunakan untuk mendapatkan data atau yang dilalui untuk mendapat jawaban yaitu
mengevaluasi catatan-catatan seperti laporan dengan menggunakan metode fenomenologi
kegiatan maupun dalam bentuk laporan yang meliputi:
keuangan.
1. Epoche, peneliti tidak melibatkan
3.2 Sumber data penelitian dengan pengalaman pribadi
peneliti (netral)
a. Primer
2. Reduksi Fenomenologi, dalam tahapan ini
Lewat wawancara dengan pengurus masjid. peneliti bisa menemukan inti penelitian
yang dilakukan dengan cara
b. Sekunder membandingkan persepsi.

Lewat kajian laporan keuangan serta dokumen 3. Variasi Imajinasi, dalam tahapan ini
yang berkaitan peneliti mulai menggali tema-tema pokok
dari fenomena yang muncul.
3.3 Jenis data
4. Sintesis makna dan esensi,
a. Subjek menggambarkan kondisi fenomena yang
dialami objek penelitian secara
Data subjek adalah jenis data penelitian berupa keseluruhan.
opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjadi d. Tahap keempat, hasil jawaban dari langkah
subjek penelitian (responden). Daata subjek ketiga dikonstruk dengan PSAK No. 45
dengan demikian merupakan data penelitian yang
dilaporkan sendiri oleh responden yang mana e. Tahap kelima yaitu menarik kesimpulan.
dalam penelitian ini berupa opini dari pengurus
masjid . 4. Hasil dan Pembahasan

b. Dokumenter 4.1 Keadaan keuangan Masjid Baiturrahman

Data dokumenter menurut Indriantoro dan Masjid Baiturrahman merupakan masjid


Supomo (2009:146) adalah jenis data yang dikelola secara tradisional sebagaimana
penelitian beruupa faktur, jurnal, surat-surat, masjid-masjid di banyak kampung di Indonesia.
memo, atau dalam bentuk laporan program. Laporan keuangan yang di susun oleh pengurus
Dalam penelitian ini data yang digunakan masjid Baiturrahman masih sangat sederhana,
dalah laporan keuangan masjid Baiturrahman. yaitu berupa catatan tentang pemasukan dan
pengeluaran keuangan saja. Selain itu, berkaitan
dengan dengan aset yang dimiliki oleh lembaga
6 Jurnal akuntansi unmuh jember 2017.
masjid juga tidak digolongkan menjadi aset a. Reduksi fenomenologi
lancar dan tidak lancar serta juga belum membuat
neraca. Sehingga peneliti mengkontruk data Dari hasil pengamatan dan keikutsertaan
keuangan yang ada agar sesuai dengan peraturan peneliti dalam terjun di masjid Baiturrahman, bisa
yang ada, yaitu PSAK No. 45. ditemukan inti dari penelitian yang peneliti
lakukan yaitu berupa keadaan keuangan masjid,
4.2 Akuntansi masjid dan clash of ketransparansian dalam menyampaikan informasi
jurisdictional serta keakuntabilitasan dalam pelaporan
keuangan.
Dalam lembaga masjid Baiturrahman, dari
sisi agamawan tidak terlihat adanya penolakan b. Variasi imajinasi
terhadap eksistensi akuntansi yang digunakan
secara benar di masjid. Justru mereka mendorong Dalam tahap ini peneliti melakukan
pemanfaatan akuntansi karena sadar bahwa islam wawancara terhadap pengurus masjid mengenai
mengajarkan kejujuran dan keterbukaan serta keadaaan keuangan, pemahaman mereka terhadap
semua aktivitas terhadap sesama manusia harus ketranspatansian dan akuntabilitas masjid yang
dipertanggungjawabkan. seharusnya.

4.3 Penerapan Akuntabilitas terhadap sesama c. Sintesis makna dan esensi


manusia
Kondisi secara keseluruhan tentang masjid
Penerapan nilai akuntabilitas terhadap Baiturrahman masih sederhana, akan tetapi
manusia yang ada dimasjid meliputi: dibalik kesederhanaan itu secara global wujud
dari ketransparansian dan akuntabilitas masjid
a. Penerapan praktik akuntabilitas hukum dan sudah baik.
kejujuran.
4.5 Pencatatan laporan keuangan yang sesuai
b. Penerapan praktik akuntabilitas program PSAK No. 45

c. Penerapan akuntabilitas proses a. Laporan posisi keuangan

d. Penerapan akuntabilitas kebijakan Yayasan Baiturrahman


Masjid Baiturahman Patemon, Jember
e. Penerapan akuntabilitas financial Laporan Posisi Keuangan
Per 31 Desember 2016
4.4. Penerapan Akuntabilitas terhadap Allah Aktiva
SWT Aset Lancar
Adapun bentuk akuntabilitas para pengurus Kas 159.250
masjid kepada sang Pencipta meliputi:
Jumlah aset 159.250
a. Amanah. lancar

Amanah yang dilakukan oleh masjid Aset Tetap


Baiturrahman seperti halnya tidak Perlengkapan
mempergunakan uang masjid untuk keperluan 8.142.000
pribadi. Bangunan
450.000.000
b. Ikhlas.
Tanah
Para pengurus masjid Baiturrahman juga telah 500.000.000
menerapkan nilai keihlasan dalam melakukan
tanggungjawab yang diberikan tanpa adanya Jumlah Aset 958.142.000
imbalan dalam mengelola. Tetap
Jumlah 958.301.250
4.5 Penjabaran dari pendekatan fenomenologi Aktiva
AKUNTABILITAS DAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASJID (Pujiarti) 7
Aset Neto Penurunan aset (4.018.500)
Aset tidak neto tidak terikat
terikat 159.250 Aset neto tidak 4.177.750
Aset terikat terikat awal
temporer 8.142.000 tahun
Aset terikat Aset neto tidak 159.250
permanen 950.000.000 terikat akhir
tahun
Jumlah aset 958.301.250 Sumber : Data Diolah berdasarkan PSAK No. 45
neto
Sumber : Data diolah berdasarkan PSAK No. 45 c. Laporan arus kas
b. Laporan aktivitas
Laporan arus kas bertujuan untuk menyajikan
Tabel 3. Laporan Aktivitas masjid Baiturrahman informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran
berdasarkan PSAK No.45 kas dalam suatu periode.
Yayasan Baiturrahman Tabel 4. Laporan Arus kas berdasarkan PSAK
Masjid BaiturrahmanPatemon,Jember No.45
Laporan Aktivitas
Per 31 Desember 2016
Perubahan Aset Yayasan Baiturrahman
Neto Tidak Masjid Baiturrahman Patemon, Jember
Terikat Laporan Arus Kas
Pendapatan Per 31 Desember 2016
Infaq jum’atan 42.722.500
Arus Kas Aktivitas Operasi
Donatur –SMA
Arjasa 300.000 Kas Dari Pendapatan
Hadrah infaq jum’at 42.722.500
200.000 Kas Dari Donatur
Jumlah 300.000
Pendapatan 43.225.500 Kas dari hadrah
Biaya 200.000
Operasional Kas untuk gaji jaga
Biaya bulan 2.437.000 dan rawat masjid (3.600.000)
Januari Kas untuk biaya
Biaya bulan 4.614.500 listrik dan air (4.722.000)
Februari Kas Neto yang diterima
Biaya bulan Maret 4.360.000 (digunakan) untuk aktifitas 34.900.500
Biaya bulan April 2.687.000 operasi
Biaya bulan Mei 2.491.000 Arus Kas Aktivitas Investasi
Biaya bulan Juni 3.177.000 Pembelian al-Qur’an
Biaya bulan Juli 5.575.000 (100.000)
Biaya bulan 6.876.500 Pembelian keset
Agustus (45.000)
Biaya bulan 3.718.500 Pembelian lampu
September dan gembok (55.000)
Biaya bulan 4.149.000 Pembelian alat pel lantai
Oktober (50.000)
Biaya bulan 3.582.500 Pembuatan kotak amal
Nopember (150.000)
Biaya bulan 3.575.500 Kas Neto untuk aktivitas investasi
Desember (400.000)
Jumlah 47.244.000
Pengeluaran Arus Kas Aktivitas Pendanaan
8 Jurnal akuntansi unmuh jember 2017.
C. Laporan keuangan yang disusun oleh masjid
d. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) Baiturrahman tidak sesuai dengan PSAK No. 45.
Catatan atas laporan keuangan merupakan Dikarenakan hal tersebut maka peneliti
bagian dari laporan keuangan yang menyajikan mengkonstruk laporan keuangan yang sesuai
informasi tambahan mengenai kebijakan yang berdasarkan ketentuan PSAK No. 45 secara
tidak dicantumkan dalam laporan keuangan keseluruhan mulai dari laporan posisi keuangan,
lainnya. Berikut catatan atas laporan keuangan laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan
masjid Baiturrahman. atas laporan keuangan.
D. Clash Jurisdictional tidak terjadi pada kasus
1. Prinsip penyajian masjid Baiturrahman justru para pengurus yang
Laporan keuangan ini disajikan sesuai dengan mengelola masjid mendorong dan menginginkan
Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 45 kehadiran profesi akuntan untuk mendesain
tentang “Pelaporan keuangan organisasi penggunaannya keuangan masjid agar dapat
nirlaba”. Laporan arus kas disajikan dengan membantu perbaikan kinerja masjid dalam
menggunakan metode arus kas langsung. melakukan peran-peran dakwah dan membangun
2. Pengakuan pendapatan dan beban konstruksi sosial ditengah masyarakat islam.
Pendapatan dari donatur di akui pada 5.2 Keterbatasan Penelitian
saatditerima dan beban di akui pada saat Data laporan keuangan yang peneliti gunakan
terjadinya. untuk mengkonstruk ke dalam PSAK No. 45
3. Aset Neto sangat terbatas karena selama ini pihak Masjid
Tidak terikat Baiturrahman hanya menyediakan atau membuat
a. Jum’atan =Rp 42.722.000 data laporan pemasukan dan pengeluaran kas
b. Donasi dari SMA Arjasa = Rp 300.000 saja.
c. Pemasukan Hadrah = Rp 200.000 5.3 Saran
Temporer Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dan
a. Perlengkapan =Rp 8.142.000 keterbatasan penelitian, maka dengan ini peneliti
Terikat Permanen menyarankan kepada:
a. Wakaf tanah = Rp 500.000.000 A. Pengurus masjid, khususnya Bendahara
b. Bangunan =Rp 450.000.000 untuk menyusun laporan keungan
berdasarkan PSAK No.45 seperti yang dibuat
Nilai nominal dari wakaf Tanah, bangunan oleh peneliti dalam Tabel 2 (Laporan Posisi
serta perlengkapan peneliti peroleh dari nilai Keuangan), Tabel 3 (Laporan Aktivitas),
taksiran Takmir masjid. Tabel 4 (Laporan Arus Kas), serta Catatan
5. Kesimpulan dan Saran Atas Laporan Keuangan.
5.1 Kesimpulan B. Untuk peneliti selanjutnya, pendekatan
Berdasarkan hasil analisis data dari Fenomenologi ini dapat digunakan sebagai
pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan referensi untuk riset dengan objek yang lain.
bahwa:
A. Laporan keuangan yang disusun oleh masjid DAFTAR PUSTAKA
Baiturrahman hanya berupa laporan pemasukan
dan pengeluaran. Untuk pencatatan mengenai aset
tidak dicatat ke dalam laporan keuangan, Abbott.A. 1988. The system of professions: An
sehingga nilai aset peneliti taksir bersama dengan Eassy of the Division of Expert Labour. The
ketua Takmir masjid Baiturrahman. University of Chicago Press, Chicago.
B. Meskipun pelaporan hanya berupa pemasukan
Ali Fikri. 2010. Studi Fenomenologi
dan pengeluaran, tetapi secara keseluruhan Akuntabilitas NonGoverment Organization.
akuntabilitas dan ketransparansian dari Simposium Nasional Akuntansi XIII,
pengelolaannya sudah cukup baik. Purwokerto.
AKUNTABILITAS DAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASJID (Pujiarti) 9

Bastian, I. 2007. Akuntansi Yayasan dan Yahya, I. 2006. Akuntabilitas dan Pengelolaan
Lembaga Publik. Erlangga, Yogyakarta. Keuangan Daerah. Jurnal Sistem Teknik
Industri, Vol. 7, No. 4.
_______. 2007. Akuntansi untuk LSM dan
Partai Politik. Erlangga, Yogyakarta. Sumber dari internet :
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/2
_______. 2010. Akuntansi Sektor Publik : Suatu 1/pengumpulan-data-dan-instrumen-penelitian/ di
Pengantar. Erlangga, Yogyakarta. unduh pada tanggal 5 april 2017

Nur, I dan Bambang, S. 1999.Metode Penelitian


Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen
Edisi pertama.BPFE,Yogyakarta.

Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah


Jember. 2014. Pedoman Penyusunan skripsi
& Buku Konsultasi. FE Unmuh, Jember.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2000. Pelaporan


Keuangan Organisasi Nirlaba. Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.
45. PSAK-IAI. Jakarta.

Mardiasmo.2005.Akuntansi Sektor Publik.


Penerbit Andi, Yogyakarta.

Mardiasmo.2006.Perwujudan Transparansi dan


Akuntanbilitas Publik : Suatu Sarana Good
Governance. Jurnal Akuntansi Pemerintah,
Vol. 2, No. 1 Hal 1-17.

Moelong. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.


Remaja Rosdakarya, Bandung.

Nur Dyan, dkk.2014. Akuntabilitas Lillahita’ala


sebagai Puncak Akhir Keuangan Yayasan
Masjid Al-Falah Surabaya. Jurnal
Akuntansi, Universitas Trunojoyo Madura.

Nurlailah, dkk. 2014. Akuntabilitas dan


Keuangan Masjid Di Kecamatan Tubo
Sendana Kabupaten Majene. Skripsi,
Universitas Hasanuddin.

Simanjuntak, D.A. dan Januarsi,Y. 2011.


Akuntabilitas Dalam Perspektif Gereja
Protestan. Jurnal Simposium Nasional
Akuntansi, Vol. 14, No. 7.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D.Cetakan ke-17. Alfabeta,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai