Anda di halaman 1dari 35

PRAKTIK AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI PADA

ORGANISASI KEAGAMAAN (STUDI PADA MASJID SHUUFI


TEGALREJO SALATIGA)

PENDAHULUAN
Pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance memiliki beberapa
fungsi penting antara lain meningkatkan kinerja lembaga, meningkatkan efisiensi
operasional lembaga serta lebih meningkatkan pelayanan terhadap para pihak
yang berkepentingan (stakeholder) dan mempermudah dalam memperoleh dana
yang dapat meningkatkan corporate value (Daniri, 2005). Pelaksanaan good
corporate governance tersebut memiliki beberapa prinsip-prinsip yang meliputi
Transparency (keterbukaan informasi), Accountability (akuntabilitas),
Responsibility (pertanggungjawaban), Independency (kemandirian), Fairness
(kesetaraan dan kewajaran) (Kaihatu, 2006).

Pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas adalah alat yang ampuh untuk


mencegah penyimpangan anggaran dan pemborosan penggunaan sumber daya
yang semakin langka (Lukito, 2014:7). Modal dari organisasi nirlaba berasal dari
dana-dana para anggota dan donatur, macam-macam organisasi nirlaba antara
lain: Tempat peribadahan seperti (masjid, gereja, pura dan wihara), LSM
(Lembaga Sosial Masyaraat), dan bidang kesehatan seperti puskesmas dan rumah
sakit (Sujarweni, 2015:215). Selain digunakan sebagai tempat ibadah, masjid juga
digunakan sebagai sarana menuntut ilmu diantaranya ilmu sosial. Masjid perlu
untuk mengaktualkan perannya dalam mengkoordinir aktivitasnya (Siswanto,
2008:27). Banyak masjid yang kurang atau tidak memiliki dana pendukung
aktivitas sehingga menghasilkan kualitas kegiatan yang rendah dan kurang
menjangkau kebutuhan umat secara luas, kurangnya dana ini disebabkan kurang
pahamnya pengurus dalam menerapkan management pengelolaan dana yang
efektif (Siswanto, 2008:33). Bentuk pengelolaan dana masjid dapat diwujudkan

1
melalui akuntabilitas dan transparansi guna memenuhi hak-hak umat sebagai
penyedia dana, hal ini diperjelas oleh Renyowijoyo (2008:21) yang menyebutkan
bahwa tuntutan akuntabilitas sektor publik terkait dengan perlunya dilakukan
transparansi dan pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan
hak-hak publik.

Allah SWT melalui surat Al-Baqarah 282 berfirman: ” Hai orang-orang


yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya, Hendaklah seorang penulis diantara
kamu menulisannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menulisannya
sebagaimana Allah telah mengajarkan”.

Penggalan Surat Al-Baqarah 282 tersebut diatas memberikan pesan bahwa


Islam mendorong praktik akuntansi dalam kehidupan bermuamalah
(perdagangan). Pencatatan dapat dijadikan sebagai bukti bahwa pengurus telah
bekerja sebaik mungkin dan apabila timbul kecurigaan dari jamaah dapat
dijelaskan secara detail dengan bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan,
(Latif, 2014).

Beberapa penelitian mengenai akuntabilitas dan transparansi mengenai


keuangan masjid juga pernah dilakukan oleh Hanafi (2015), dalam penelitiannya
memberikan hasil bahwa pencatatan dan pelaporan keuangan diperlukan untuk
menjawab kecurigaan jamaah mengenai sumber dana yang telah diberikan.
Simanjuntak dan Junuarsi (2011), juga melakukan penelitian serupa yang
memberikan hasil bahwa pengelolaan keuangan hanya diketahui sepihak yaitu
oleh ketua sehingga tidak mencerminkan akuntabilitas dan transparansi, Pandini
(2012), melakukan penelitian terkait akuntabilitas dan transparansi mengenai
aktifitas dan keuangan masjid yang memberikan hasil bahwa pelaksanaan praktik
akuntabilitas dan transparansi masjid belum optimal.

Penelitian ini akan membahas praktik akuntabilitas dan transparansi


mengenai pengelolaan keuangan dan aktivitas-aktivitas yang dijalankan oleh
pengurus masjid. Masjid Shuufi merupakan masjid yang berdiri di lingkup

2
perkampungan warga yang memiliki anggota jamaah sekitar 200 dengan jamaah
aktif berjumlah 90-100 jamaah. Sumber dana yang diperoleh masjid sebagian
besar berasal dari jamaah masjid itu sendiri walaupun tidak mempungiri adanya
sumber dana yang berasal dari pihak luar yaitu dari masyarakat yang bukan
menjadi anggota jamaah di masjid shuufi. Kegiatan masjid tersebut dikelola oleh
63 pengurus dengan harapan dari berbagai kegiatan yang ada di masjid shuufi
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing
seksi. Dalam wawancara pendahuluan yang telah saya lakukan di masjid shuufi
terdapat beberapa hal terkait praktik akuntabilitas dan transparansi yang belum
dilakukan oleh pengurus masjid.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka perumusan


masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Praktik Akuntabilitas Dan
Transparansi Yang Dijalankan Organisasi Masjid?”. Hasil dalam penelitian ini
diharapkan dapat memberikan gambaran tentang praktik akuntabilitas dan
transparansi yang lebih baik lagi di organisasi masjid, sehingga pengurus dapat
memberikan sebuah pertanggungjawaban, kepuasan, kepercayaan kepada pihak-
pihak yang telah berperan dalam memberikan sumbangan dana kepada masjid
melalui bukti-bukti tertulis, selain itu dapat mencegah adanya penyimpangan dan
pemborosan dalam penggunaan sumber daya.

KAJIAN PUSTAKA
Organisasi Masjid

Organisasi masjid merupakan wadah yang di dalamnya terdapat personel


pengurus yang menjalankan tugas, wewenang, dan fungsinya sehingga mampu
memenuhi kebutuhan umat yang berkualitas, terencana, terarah, terus menerus
dan dilakukan secara bijaksana, (Siswanto, 2005:88).

Sumber Dana Masjid

Sumber dana masjid dibedakan menjadi dua yaitu sumber dana dari
donatur tetap dan sumber dana dari donatur bebas. Donatur tetap adalah donatur
yang berasal dari kalangan internal yaitu jamaah masjid sedangkan donatur bebas

3
adalah donatur yang berasal dari kalangan internal maupun eksternal yang bersifat
insidentil yang dapat diperoleh dari berbagai instansi dan lembaga donor
(Siswanto, 2005:228).

Pentingnya Pengelolaan secara modern

Pada masa sekarang, masjid semakin perlu untuk difungsikan, diperluas


jangkauan aktivitas dan pelayanannya serta ditangani dengan organisasi dan
pengelolaan yang baik dengan peran masjid yang memberi warna dan nafas
modern (Siswanto, 2005:26). Pengelolaan yang baik dapat diwujudkan melalui
transparansi dan akuntabilitas, diamana dalam pelaksanaannya praktik
akuntabilitas dan transparansi memiliki fungsi penting sebagai alat yang ampuh
untuk mencegah penyimpangan anggaran dan pemborosan sumber daya yang
semakin langka, (Lukito, 2014:7).

Tuntutan Akuntabilitas Organisasi Nirlaba

Salah satu sumber keuangan dari organisasi nirlaba adalah dana sumbangan
dari para donatur. Donatur memberikan donasi dengan harapan organisasi tersebut
dapat menggunakan dana yang telah diterima untuk menjalankan aktivitas sesuai
visi dan misi yang telah ditetapkan, (Setiawati, 2011:15).

Tindakan Donatur Dalam Memastikan Akuntabilitas Organisasi

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan donatur untuk memastikan


akuntabilitas organisasi menurut Setiawati, (2011:16) antara lain:
1. Memantau aktivitas organisasi.
2. Kunjungan donatur ke lokasi kegiatan (site visit).
3. Meminta organisasi untuk membuat laporan keuangan maupun
laporan kegiatan.
4. Membandingkan anggaran dengan realisasi anggaran untuk
mengevaluasi dana.

4
Cara Organisasi Dalam Memberikan Pertanggungjawaban Kepada Donatur
Beberapa cara yang dapat dilakukan organisasi dalam memberikan
pertanggungjawaban kepada donatur menurut Setiawati, (2011:16) antara lain:
1. Membuat dokumentasi kegiatan.
2. Publikasi kegiatan yang dilaksanakan melalui situs web
atau newsletter.
3. Membuat catatan keuangan yang rapi, yang didukung
dengan pengarsipan bukti transaksi keuangan.
4. Menyerahkan laporan ke donatur dengan tepat waktu.

Akuntabilitas

Akuntabilitas publik merupakan kewajiban agen untuk dapat mengelola


sumber daya, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang
berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik kepada pihak pemberi mandat
(principal). Akuntabilitas publik memberikan penekanan untuk dapat memberikan
informasi kepada publik yang menjadi pemangku kepentingan
(stakeholder).Akuntabilitas yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik
terdiri dari beberapa aspek antara lain: Akuntabilitas Kejujuran Dan Hukum,
Akuntabilitas Proses, Akuntabilitas Program, Akuntabilitas Kebijakan,
Akuntabilitas Finansial (Mahmudi, 2010).
Berangkat dari teori akuntabilitas yang diungkapkan oleh (Mahmudi, 2010)
peneliti bermaksud melakukan beberapa modifikasi mengenai teori akuntabilitas
untuk disesuaikan dengan kebutuhan yang ada pada organisasi masjid.

Akuntabilitas Hukum

Akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap


hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana
publik, (Mahmudi, 2010). Dalam organisasi masjid diperlukan adanya pedoman-
pedoman dan perlu didokumentasikan karena akan menjadi acuan atau perangkat
kerja pengurus masjid, dengan adanya pedoman tersebut pengurus akan memiliki
“aturan main” yang jelas dalam berorganisasi. pedoman-pedoman tersebut bisa

5
berupa surat-surat keputusan dan lain sebagainya yang telah disepakati,
(Siswanto, 2005:31).
Kepatuhan hukum dimaksudkan bahwa setiap penyimpangan harus diproses
dan diberi sanksi (punishment) menurut ketentuan hukum yang berlaku, dalam
organisasi masjid dapat dilakukan dengan penasehatan yang dilakukan dalam
rapat, (Pandini, 2012).

Akuntabilitas Proses

Akuntabilitas proses dimaksudkan bahwa proses organisasi harus


dipertanggungjawabkan atau tidak terjadi inefisiensi dan ketidakefektivan
(Mahmudi, 2010:10). Efektifitas organisasi sangat ditentukan oleh
pengorganisasian sumber daya manusia, oleh karena itu kemudian dikembangkan
struktur organisasi yang mencerminkan pembagian tugas, wewenang, dan
tanggung jawab. Beberapa unsur pengorganisasian yang perlu dilakukan
organisasi antara lain: 1. Membuat struktur organisasi berdasarkan program, 2.
Pembagian kerja sesuai dengan keahlian, (Handoko, 2003:146). Sedangkan
menurut Junaedi, (2014: 43) berpendapat bahwa agar pembagian kerja menjadi
lebih mudah dipahami dan dilakukan oleh individu-individu maka dibuatlah job
description atau paparan pekerjaan.
Akuntabilitas proses juga terkait dengan apakah prosedur yang digunakan
dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal prosedur administrasif
(Mahmudi, 2010:10). Dalam organisasi masjid prosedur administratif
dimaksudkan bahwa pengurus dapat memberikan tahapan-tahapan yang jelas yang
diberikan kepada jamaah sebagai calon donatur tetap yaitu dengan memberikan
proposal dimana dalam proposal tersebut dapat memberi kejelasan kegiatan yang
akan didanai oleh donatur tetap, hal ini diperjelas oleh Siswanto, (2005:228) yang
menyebutkan bahwa donatur tetap biasanya berasal dari kalangan internal, yaitu
jamaah masjid yang secara periodik setiap bulan memberikan dana (infaq). Untuk
mendapatkan donatur tetap perlu membuat proposal yang isinya meminta
kesediaan jamaah untuk berinfaq secara sukarela dan teratur guna membiayai
kegiatan masjid, proposal mampu memberi rasa percaya bagi orang yang akan

6
berpartisipasi khususnya para donatur serta dapat memberi kejelasan mengenai
kegiatan dan penggunaan dana yang akan digunakan dalam kegiatan.
Hal-hal terkait dalam akuntabilitas proses antara lain:
1. Pendokumentasian struktur organisasi.
2. Pembagian kerja sesuai Keahlian.
3. Paparan pekerjaan (Job Description).
4. Proposal untuk calon donatur tetap.
Akuntabilitas Penggunaan Sumber Daya
Dalam mengelola sumber daya masjid diharapkan pengurus memiliki
sikap amanah yang artinya jujur dan dapat dipercaya dimana sikap amanah
tersebut merupakan sesuatu yang dapat dipercayakan untuk dijaga, dilindungi, dan
dilaksanakan, (Siswanto, 2005:11). Dalam organisasi masjid sikap jujur dalam
penggunaan sumber daya dapat dibuktikan salah satunya dengan data inventaris
sarana dan prasarana, dimana dapat diberikan bukti bahwa sumber daya yang
telah diterima telah digunakan sebagaimana mestinya. Hal ini diperjelas oleh
Handoko, (2003:146) diperlukan data inventaris sarana prasarana guna
mengetahui jumlah dan kondisi dari sarana prasarana yang dimiliki.

Akuntabilitas Kegiatan

Dalam sebuah institusi publik (organisasi, badan atau lembaga) akuntabilitas


program sangat erat kaitannya dengan pencapaian tujuan, sasaran dan target atau
program kerja dimana hal tersebut merupakan rumusan dari visi dan misi yang
telah ditetapkan oleh organisasi (Krina : 2003). Program kerja yang baik
mencakup unsur-unsur sebagai berikut: 1. Rancangan atau jadwal kegiatan, 2.
Monitoring kegiatan, dimana monitoring merupakan tindakan mengawasi,
mengarahkan dan mengatur pelaksanaan kegiatan masjid agar sesuai dengan
program dan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan monitoring
diperlukan adanya pedoman-pedoman organisasi, petunjuk pelaksanaan, format-
format pengawasan dan lain sebagainya yang dilakukan secara administratif,
teknis dan langsung 3. Evaluasi kegiatan, dimana evaluasi merupakan kegiatan
yang dilakukan dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan rencana

7
yang telah dibuat, diperlukan adanya laporan setiap aktivitas masjid guna
memahami pelaksanaan maupun hasil-hasil yang telah tercapai untuk dapat dikaji
lebih mendetail kebaikan dan kekurangannya untuk kritik membangun dan
perbaikan terus menerus (Siswanto: 2005:114).

Hal-hal terkait akuntabilitas program antara lain :

1. Pendokumentasian perencanaan program atau jadwal kegiatan.


2. Mekanisme pengawasan dan evaluasi.
3. Laporan hasil evaluasi.

Akuntabilitas Kebijakan

Akuntabilitas kebijakan merupakan pertanggungjawaban lembaga publik


atas kebijakan-kebijakan yang diambil.Siswanto, (2005:106) menyebutkan bahwa
kebijakan ialah pernyataan umum perilaku organisasi dengan menetapkan
pedoman untuk pengambilan keputusan. Kebijakan membatasi ruang lingkup
dalam mengambil keputusan dan menjamin bahwa keputusan yang dibuat akan
memberikan sumbangan dalam penyelesaian masalah dan pencapaian tujuan
secara umum. Kebijakan sangat diperlukan dalam kegiatan masjid, oleh karena itu
biasanya dihadirkan dalam bentuk buku-buku pedoman atau keputusan
musyawarah. Siswanto, (2005:121) juga menyebutkan bahwa proses pengambilan
keputusan diharapkan dapat dilakukan melalui pemufakatan.Hasil-hasil keputusan
selama rapat perlu dicatat dalam notulen rapat untuk dapat ditindaklanjuti,
(Sardjono, 2009:94).

Hal-hal terkait akuntabilitas kebijakan antara lain:

1. Pedoman pengambilan keputusan.


2. Proses pengambilan keputusan.
3. Ringkasan atau catatan rapat yang berupa notulen rapat.

8
Akuntabilitas Keuangan

Bentuk pengelolaan keuangan masjid dapat dilakukan dengan pembuatan


laporan keuangan yang mencakup pengeluaran dan pemasukan dana, (Hanafi,
2015). Dalam melakukan pengeluaran keuangan juga dapat dilakukan rancangan
pengeluaran terlebih dahulu melalui budgeting, dimana budgeting merupakan
rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dapat dinyatakan secara
kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu
tertentu(Nafarin, 2004: 12). Anggaran organisasi adalah suatu rencana yang
meliputi sumber-sumber dana yang ada kaitannya terhadap semua tahapan
kegiatan yaitu untuk periode tertentu dalam waktu yang akan datang, adanya
penyusunan anggaran yang baik dapat mendorong suksesnya kegiatan yang
direncanakan (Siswanto, 2005:107).

Transparansi
Transparan mengandung makna bahwa segala aktivitas yang dilakukan,
informasi yang dimiliki, dapat diketahui dan dicermati oleh orang atau pihak lain.
tidak ada yang ditutup-tutupi dan tidak ada yang menjadi rahasia yang hanya
diketahui oleh sekelompok orang, (Ernawan, 2011: 181). Sedangkan Hidayat
(2007:23), mengemukakan bahwa transparansi berarti masyarakat harus dapat
memperoleh inforrmasi secara bebas dan mudah tentang proses dan pelaksanaan
keputusan yang diambil. Secara umum akuntabilitas publik tidak akan terjadi
tanpa ditunjang transparansi, prinsip pokok pelaksanaan transparansi adalah
sebagai berikut :

1. Informasi harus diungkapkan secara lengkap, antara lain meliputi visi,


misi, dan sususnan pengurus, (Saddaly, 2002).

2. Laporan keuangan masjid harus disampaikan secara transparan dan


dilengkapi dengan bukti-bukti pemasukan dan pengeluaran berupa
kwitansi, nota, deklarasi, kupon dan sebagainya, (Siswanto, 2005: 230).

3. Bentuk transparansi masjid juga dapat dilakukan melalui penerbitan


buletin dakwah dimana di dalamnya mencakup informasilaporan keuangan

9
mingguan, berita atau laporan kegiatan masjid, jadwal kegiatan ibadah,
dan rencana kegiatan yang akan datang, (Siswanto, 2005: 330).

4. Pengungkapan informasi harus bersifat terbuka, mudah diakses,


diterbitkan secara teratur, dan mutakhir, (Mardiasmo, 2006).

5. Adanya media untuk menyampaikan pendapat, saran, kritik, maupun


argumen terhadap perbaikan kondisi kinerja atau kegiatan yang lebih baik
atau terarah, (Sutedjo, 2009).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa transparansi


merupakan bentuk pertanggungjawaban kepada pihak penyedia dana yang dapat
diwujudkan melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan kepada
pihak yang berkepentingan untuk dapat mengakses dengan mudah .

10
Tabel. 1 Penelitian terdahulu
Judul Tujuan Indikator Hasil Penelitian
Akuntabilitas dan keuangan Untuk mengetahui  Adanya komitmen  Masjid Nurul Huda pada praktiknya
dari pimpinan dan masih dikelola secara sederhana,
masjid di Kecamatan Tubo akuntabilitas dan
seluruh anggota namun pengurus mengatakan bahwa
Sendana Kabupaten Majene. transparansi yang organisasi untuk mereka menyadari akan pentingnya
melakukan pelaporan keuangan.
(Madris, 2014) dilakukan oleh
pelaksanaan misi agar  Pelaporan laporan keuangan
pengurus masjid akuntebel. dilakukan untuk menjawab
 Harus merupakan kecurigaan yang mucul terhadap
suatu sistem yang masyarakat.
dapat menjamin  Laporan keuangan dibuat secara
penggunaan sumber sederhana dan diumumkan secara
daya secara konsisten tebuka dan dilakukan secara rutin.
sesuai perundang-  Jamaah memerlukan pelaporan
undangan yang secara tertulis yang diberikan secara
berlaku. rutin.
 Harus dapat
menunjukkan tingkat
pencapaian tujuan dan
sasaran yang telah
ditetapkan.
 Harus berorientasi
pada pencapaian visi
dan misi serta hasil

11
dan manfaat yang
diperoleh, Harus
jujur,objektif,
transparan dan
inovatif
Untuk mengetahui  Kebutuhan akan  Masyarakat membutuhkan peran
akuntansi untuk membuat laporan
Akuntabilitas dan bagaimana pelaksanaan akuntansi
keuangan sehingga jamaah tahu dana
pengelolaan keuangan masjid transparansi dan dalam organisasi yang telah diberikan, hal tersebut
dilakukan untuk menjawab kecurigaan
. (Simanjuntak dan Junuarsi, akuntabilitas masjid.
yang sering muncul terjadi dari
2011) pengelolaan  Bentuk dan periode masyarakat tentang penggunaan dana.
 Pengeloaan dilakukan secara
keuangan yang pelaporan keuangan.
sederhana dan dilaporkan setiap 1 atau
dijalankan oleh  Pihak-pihak yang 2 bulan sekali kepada donatur.
 Pengelolaan keuangan masjid
organisasi masjid. terlibat dalam
Baitusalam belum transparan karena
informasi keuangan hanya diketahui oleh sepihak oleh
ketua, sehingga tidak mencerminkan
yang dihasilkan oleh
transparansi dan akuntabiitas .
organisasi masjid.

Akuntabilitas dan Untuk mengetahui  Akuntansi di Masjid.  Pencatatan keuangan di masjid Nurusy
Pengelolaan Keuangan  Bentuk pengelolaan Syifa sangat sederhana dan dilakukan
bagaimana pengurus
Masjid. (Hanafi, 2015) keuangan masjid. bukti pencatatan tertulis sebagai bukti
mengungkapkan dan  Pihak-pihak yang transparansi.
berkepentingan  Donatur membutuhkan laporan berupa

12
melaporkan segala terhadap laporan catatan keuangan.
keuangan.  Pertanggungjawaban mengarah pada
aktivitas yang
 Profesionalitas tenaga semua pengurus.
berkatan dengan akuntan yang  Pengelolaan keuangan sudah sesuai
dibutuhkan oleh dengan jalur-jalur yang ada baik
pengelolaan
masjid. pemasukan maupun pengeluaran.
keuangan masjid.

13
METODE PENELITIAN
Objek pada penelitian ini adalah Masjid Shuufi Tegalrejo Salatiga.Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif, penelitian deskriptif adalah suatu metode yang
digunakan untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang
diteliti (Sugiyono, 2009:21).

Teknik Analisis Data dan Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara.
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dan
merupakan proses tanya jawab lisan di mana dua orang atau lebih berhadapan secara
fisik (Gunawan, 2013:160). Wawancara dilakukan untuk mengetahui praktik-praktik
akuntabilitas dan transparansi dijalankan oleh masjid, dengan informan sekretaris
oleh Bp. Drs. HM. Tadji dan bendahara oleh Bp. H. Sulardi.
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah
logic analityc dimana hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan oleh
peneliti disesuaikan dengan teori yang digunakan dalam penelitian.
Langkah analisis dalam penelitian kali ini adalah:
1. Membaca hasil wawancara.
2. Hasil wawancara dianalisis dengan teknik logic analityc, dimana hasil
wawancara yang telah dilakukan dianalisis dengan teori yang digunakan
dalam penelitian.
3. Mendiskripsikan hasil analisis kedalam narasi.
4. Membuat kesimpulan dari data yang telah dianalisis.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Objek Penelitian
Masjid Shuufi merupakan masjid yang berdiri di tengah-tengah pemukiman
warga yang terletakdi Jalan Sawo No. 34 Tegalrejo, Salatiga. Sebelum mejadi sebuah
masjid seperti sekarang ini, sekitar tahun 1970-1980 masjid shuufi masih berbentuk

14
suro atau mushola kecil dengan pendiri pertama bernama eyang shuufi. Tanah dan
bangunan tesebut merupakan tanah wakaf dimana pihak yang mewakafkan tanah
berasal dari keluarga yang beragama Budha dimana dalam keluarga tersebut ada salah
satu yang beragama islam yang 4bernama Ibu Mariam, singkat cerita setelah Ibu
Mariam meniggal dunia dan waktu itu tepat memperingati 7 hari meninggalnya Ibu
Mariam, keluarga tersebut memberikan surat pernyataan wakaf yang kemudian
diproses ke KUAkecamatan argomulyo oleh Bp. Drs. HM. Tadji sehingga muncul
akta wakaf agar tanah yang telah berdiri suro atau mushola kecil tersebut digunakan
sebagai masjid yang saat ini dikenal sebagai Masjid Shuufi.
Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan organisasi, masjid shuufi dinaungi oleh
LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) dan P2A (Badan Pembinaan
dan Pengalaman Agama Islam) yang dapat dijabarkan sebagai berikut: Masjid Shuufi
berdiri dibawah naungan LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan)
dimana LPMK membentuk P2A (Badan Pembinaan dan Pengamalan Agama Islam),
P2A berwenang untuk menerbitkan SK (Surat Keputusan) yang di dalamnya telah
tercantum masa jabatan pengurus, pihak-pihak yang terpilih menjadi pengurus, tugas
dan wewenang pengurus masjid shuufi. Dalam menjalankan tugas dan wewenang
yang berkaitan dengan kegiatan masjid dilakukan atas pedoman SK (Surat
Keputusan) yang telah diterbitkan oleh P2A (Badan Pembinaan dan Pengamalan
Agama Islam).
Masjid shuufi merupakan masjid yang berada pada lingkup RW 03 dan RW 04
Kelurahan Tegalrejo, masjid tersebut memiliki luas tanah 242 m2 dengan luas
bangunan 167 m2 , pada bangunan masjid terdapat 2 lantai dimana kedua lantai
bangunan tersebut sama-sama digunakan untuk kegiatan ibadah, pembangunan
masjid dilakukan dua tahap dimana pada tahap pertama dilakukan pada tahun 2004
dengan alasan bahwa setiap ada tamu atau pihak luar yang berkunjung ke masjid
shuufi selalu mengkritik bangunan masjid yang kurang baik. Pada tahun 2014
dilakukan kembali renovasi masjid dengan alasan jumlah jamaah yang semakin
banyak dan tidak mencukupi untuk digunakan dalam kegiatan sholat jumat.

15
Dalam menjalankan kegiatan peribadahan masjid shuufi memiiki jumlah
jamaah aktif sekitar 90-100 jamaah. Sumber dana di masjid shuufi sebagaian besar
berasal dari jamaah, dimana donatur tersebut terdiri dari dua bentuk yaitu donatur
tetap dan donatur tidak tetap. Donatur tetap adalah donatur yang bersedia untuk
memberikan donasianya setiap bulan, sedangkan untuk donatur tidak tetap adalah
donatur yang bebas kapan pun dalam menyalurkan donasinya. Sumber dana yang
diperoleh dari donatur bebas digunakan untuk membiayai biaya operasional dan non
operasional masjid, sedangkan dana yang diperoleh dari donatur tetap digunakan
untuk membiayai kegiatan PAUD dan TPA.
Segala bentuk kegiatan yang ada dalam masjid shuufi di kelola oleh 63
pengurus, yang terbagi menjadi 10 seksi. Dalam menjalankan kegiatan organisasi
masjid shuufi memiliki visi dan misi sebagai berikut:

Visi masjid shuufi adalah “Terwujudnya masjid sebagai sentra peribadatan


yang makmur dengan pelayanan yang nyaman bagi jamaah”.
Misi yang dimiliki masjid shuufi adalah sebagai berikut:

1. Mengajak seluruh jamaah untuk bersama-sama memakmurkan masjid


danmeningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan melalui berbagai kegiatan
keagamaan.
2. Mewujudkan masjid sebagai pusat kegiatan sosial keagamaan.
3. Menjaga dan memlihara kebersihan dan ketertiban masjid sehingga tercipta
suasana yang nyaman dan kondusif bagi jamaah.
Berikut beberapa kegiatan rutin yang berjalan di masjid shuufi tegalrejo salatiga:

1. Kegiatan sholat rawatib atau sholat 5 waktu.


2. Kegiatan sholat Jum’at.
3. Kegiatan kultum minggu pagi setelah sholat subuh.
4. Kegiatan pengajian akbar.
5. Kegiatan pengajian ibu-ibu.

16
6. Kegiatan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam).
7. Kegiatan lomba takbir Idul Fitri.
8. Kegiatan lomba takbir Idul Adha.
9. TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an).
10. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

Dari berbagai kegitan yang telah dijabarkan diatas, terdapat dua bentuk
kegiatan yang didanai oleh donatur tetap yaitu kegiatan PAUD (Pendidikan Anak
Usia Dini) dan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Segala bentuk biaya yang
muncul seperti biaya operasional yang menunjanjang kegitan serta biaya tenaga
pengajar didanai oleh donatur tetap.
Donatur tetap terbentuk atas dasar sukarela bagi siapapun yang bersedia
menjadi donatur tetap, tidak ada ketentuan khusus mengenai jumlah nominal yang
harus diberikan dari donatur kepada pengurus setiap bulannya. Kegiatan PAUD sudah
berjalan selama 7 tahun dengan jumlah peserta sebanyak 40 anak yang diampu oleh 4
tenaga pengajar, sedangkan untuk kegiatan TPA sudah berjalan lebih dari 10 tahun
dengan jumlah peserta sebanyak 73 anak yang juga diampu oleh 4 tenaga pengajar.

Hasil Analisis
Akuntabilitas Hukum
Dalam organisasi masjid akuntabilitas hukum dimaksudkan bahwa dalam
menjalankan aktivitas organisasi diperlukan adanya pedoman peraturan yang
mengatur segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh pengurus masjid. Dalam
menjalankan berbagai kegiatan yang ada di dalam masjid, pengurus berpedoman pada
SK (Surat Keputusan) yang diterbitkan oleh P2A (Badan Pembinaan dan Pengamalan
Agama Islam) dengan alamat kantor sekretariat di Jalan Duku No. 01 Tegalrejo
Argomulyo Salatiga. Dalam SK No. 21/P2A-T/I/2017(Lampiran 1), tersebut berisi
periode masa jabatan kepengurusan, wilayah kerja pengurus, tugas dan wewenang
pengurus, bentuk dana yang diperbolehkan untuk diterima oleh pengurus. Berikut

17
adalah pernyataan yang disampaikan oleh Bp. Drs. HM. Tadji terkait peraturan yang
mengatur organisasi masjid:
“untuk peraturan sendiri hanya berbentuk SK (Surat Keputusan) yang
diterbitkan oleh P2A (Badan Pembinaan dan Pengamalan Agama
Islam), dalam SK sudah dijelaskan tugas dan wewenang, masa jabatan
kepengurusan, bentuk dana yang diperbolehkan untuk diterima dan
disalurkan oleh kami sebagai pengurus, SK terbaru sudah diterbitkan,
kebetulan periode masa jabatan pengurus baru saja berakhir”.

Dalam upaya penegakan hukum atau peraturan terkait dengan adanya sanksi
(punishment), dalam masjid upaya yang dilakukan pengurus untuk penegakan
peraturan yang mengatur organisasi berupa teguran dan musyawarah kekeluargaan.
Berikut adalah pernyataan yang disampaikan oleh Bp. Drs. HM. Tadji terkait
peraturan yang mengatur organisasi masjid:“untuk sanksi, hanya teguran saja dapat
diselesaikan dengan musyawarah secara kekeluargaan sejauh ini belum ada kejadian
mengenai pelanggar peraturan, kami semua berjalan berdasarkan SK
kepengurusan”.

Akuntabilitas Proses

Program atau kegiatan yang baik tidak terlepas dari proses yang terarah yang
mencakup organizing, bentuk akuntabilitas proses yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut: 1. Pendokumentasian struktur organisasi, 2. Pembagian kerja sesuai
keahlian, 3. Adanya job description.
Pendokumentasian Struktur Organisasi

Dalam menjalankan berbagai kegiatan yang ada dalam masjid, telah terbentuk
beberapa pengurus dimana kepengurusan tersebut telah tercantum di dalam SK yang
dapat dilihat pada (Lampiran 1), dimana dalam kepengurusan masjid terbagi menjadi
10 seksi. Dalam berbagai seksi tersebut masjid shuufi telah memperhatikan

18
pemisahan tugas dimana untuk setiap seksi sudah memiliki tugas dan tanggungjawab
masing-masing. Terdapat pelindung yaitu lurah tegalrejo salatiga dimana pelindung
tersebut memberikan perlindungan terhadap organisasi masjid, selain itu juga terdapat
tim penasehat dimana tim penasehat berfungsi memberikan nasehat kepada pengurus
masjid shuufi pada saat rapat berlangsung, dimana nasehat tersebut dapat diterima
atau tidak diterima oleh pengurus masjid. Berikut adalah pernyataan yang
disampaikan oleh Bp. Drs.HM.Tadji terkait pendokumentasian struktur organisasi:
“Untuk susunan pengurus kami berpedoman pada SK (Surat
Keputusan) yang diterbitkan oleh P2A (Badan Pembinaan dan
Pengamalan Agama Islam), dimana di dalam kepengurusan masjid
terbagi menjadi 10 seksi dengan kewenangan tugas dan tanggungjawab
yang sudah terbagi, selain itu kami juga memiliki tim penasehat dimana
nanti akan memberikan saran dan nasihat untuk perbaikan masjid pada
saat rapat”.

19
Struktur Organisasi
Gambar. 1 Struktur Organisasi

Pelindung
(Lurah)

Penasehat

Ketua Wakil Ketua I


dan Wakil ketua
II

Sekretaris dan Bendahara dan


Wakil Sekretaris Wakil Bendahara

Seksi Seksi Sosial


Seksi
Seksi Ibadah dan Seksi PHBI
Pendidikan Dakwah
Pemberdayaan
Umat

Seksi Seksi Sarana Seksi Olah


Raga, Seksi
Pemberdayaan Prasarana dan Seksi Humas
Perempuan Kepemudaan Keamanan
Pembangunan
dan Kesenian

Sumber: Lampiran 1

20
Pembagian Kerja Sesuai Keahlian

Dalam pembagian kerja diharapkan sudah sesuai dengan keahlian yang


dimiliki oleh setiap pengurus. Pembagian pengurus di masjid shuufi telah dilakukan
sesuai dengan keahlian yang dimiliki, dimana dalam SK (Surat Keputusan) telah
disebutkan bahwa pihak-pihak yang terpilih menjadi pengurus telah dipandang cakap
dan mampu melaksanakan tugas-tugas ketakmiran (Lampiran 1).

Adanya Job Description

Selain struktur organisasi yang ada di dalam masjid, juga dijabarkan program
kerja (job description) yang dapat dilihat pada (Lampiran 2). Program kerja tersebut
digunakan agar pembagian kerja menjadi lebih mudah dipahami dan dilakukan oleh
pengurus, selain itu juga untuk mengetahui batasan-batasan dan wewenang masing-
masing seksi yang telah dibuat oleh pengurus masjid. Berikut adalah pernyataan yang
disampaikan oleh Bp. Drs. HM. Tadji terkait job description yang ada di dalam
masjid:
“kami sudah memiliki program kerja, semuanya sudah lengkap tugas masing-
masing seksi, dimana job description diterbitkan sendiri oleh pengurus masjid
shuufi”.

Proposal Permohonan Kesanggupan Donatur Tetap

Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam


melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal prosedur administrasi , dalam
organisasi masjid diharapkan bahwa pengurus dapat memberikan tahapan-tahapan
yang jelas kepada donatur tetap dimanauntuk mendapatkan donatur tetap perlu
membuat proposal yang isinya meminta kesediaan jamaah untuk berinfaq secara
sukarela dan teratur guna membiayai kegiatan masjid, proposal mampu memberi rasa
percaya bagi orang yang akan berpartisipasi khususnya para donatur serta dapat
memberi kejelasan mengenai kegiatan dan penggunaan dana yang akan digunakan

21
dalam kegiatan. Berikut adalah pernyataan yang disampaikan oleh Bp. Drs. HM
Tadji:
“ untuk permohonan kesanggupan menjadi donatur tetap hanya kami
sampaikan lisan saja, bagi yang mau saja secara sukarela”.

Akuntabilitas Penggunaan Sumber Daya


Dalam mengelola sumber daya pengurus diharapkan memiliki sikap jujur
salah satunya terkait dengan pengadaan sarana prasarana masjid, hal ini dapat dapat
dibuktikan melalui data inventaris sarana dan prasarana yang dapat dilihat pada
(Lampiran 3) dimana pada data inventaris sarana prasarana dapat diketahui jumlah
dan kondisi dari sarana prasarana tersebut sehingga dapat dijadikan bukti bahwa
jumlah yang tercatat sudah sesuai dengan kenyataan yang ada. Berikut adalah
pernyataan Bp.Drs. HM Tadji sebagai berikut:
“ sarana prasarana yang dimiliki masjid kami buatkan data inventaris, dimana data
inventaris tersebut dapat diketahui jumlah dan kondisi dari sarana prasarana,
biasanya kita buat setiap pergantian periode pengurus yaitu 5 tahun sekali”.

Akuntabilitas Kegiatan

Dalam teori menyebutkan bahwa akuntabilitas program mencakup beberapa hal


berikut: 1. Pendokumentasian perencanaan program atau jadwal kegiatan, 2.
Pencapaian pelaksanaan program, 3. Mekanisme monitoring kegiatan dan evaluasi
kegiatan, 4. Laporan monitoring dan evaluasi, (Siswanto, 2005:114).

Pendokumentasian Jadwal Kegiatan

Dalam akuntabilitas kegiatan erat kaitannya dengan pencapaian tujuan atau


sasaran kegiatan sehingga diperlukan adanya rancangan kegiatan atau jadwal
kegiatan.Berikut adalah pernyataan yang disampaikan oleh Bp.Drs.HM.Tadji terkait
pendokumentasian perencanaan program:

22
“untuk petugas giliran dalam kegiatan ibadah rutin masjid seperti pengajian malam
jumat kliwon, pengajian ibu-ibu, kegiatan PAUD dan TPA sementara ini kami belum
membuat jadwalan semua berjalan begitu saja”.
Pelaksanaan Kegiatan

Dalam pelaksanaan kegiatan diharapkan dapat tercapai sesuai dengan visi misi
yang telah ditetapkan. Berikut adalah uraian yang disampaikan oleh Bp. Drs. HM
Tadji terkait pelaksanaan program yang ada di dalam masjid shuufi:
“ untuk kegiatan masjid sendiri ada beberapa hal yang belum tercapai
yang biasanya dibahas dalam rapat yaitu untuk masalah imam,
kebersihan”.
Mekanisme Monitoring Kegiatan

Dalam menjalankan monitoring diharapkan adanya pedoman-pedoman


organisasi, petunjuk pelaksanaan, format-format pengawasan dan lain sebagainya
yang dilakukan secara administratif, teknis dan langsung. Berikut adalah pernyataan
Bp. Drs.HM.Tadji terkait mekanisme monitoring kegiatan yang dilakukan oleh
pengurus masjid:
“untuk pengawasan kegiatan dilakukukan saat kegiatan berlangsung yang
dilakukan oleh koordinator seksi yang bersangkutan, untuk peraturan atau pedoman
pengawasan kami belum punya”.

Pendokumentasian Hasil Evaluasi


Dalam pelaksanaan evaluasi diperlukan adanya laporan setiap aktivitas masjid
guna memahami pelaksanaan maupun hasil-hasil yang telah tercapai untuk dapat
dikaji lebih mendetail kebaikan dan kekurangannya untuk kritik membangun dan
perbaikan terus menerus pengurus.Berikut adalah pernyataan yang disampaikan oleh
Bp.Drs.HM.Tadji terkait pendokumentasian evaluasi:

“untuk evaluasi kami memiliki 3 penasehat dimana tim penasehat yang


bertugas memberikan saran maupun kritik untuk perbaikan masjid. saran

23
yang disampaikan oleh penasehat dapat diterima atau tidak terima oleh
pengurus masjid, evaluasi dilakukan pada kegiatan-kegiatan keseharian
msjid dan kegiatan tahunan seperti hari raya, namun untuk hasil evaluasi
untuk setiap kegiatan kami belum melakukan pendokumentasian”.

Akuntabilitas Kebijakan

Kebijakan sangat diperlukan dalam kegiatan masjid, karena itu biasanya


dihadirkan dalam bentuk buku-buku pedoman atau keputusan musyawarah. Berikut
adalah ungkapan yang disampaikan oleh Bp. Drs. HM Tadji “ mengenai peraturan
rapat sendiri kami belum punya, rapat hanya berlangsung begitu saja, tidak ada
ketentuan mengenai pedoman pengambilan keputusan”.

Proses Pengambilan Keputusan

Dalam teori menyebutkan bahwa proses pengambilan keputusan diharapkan


dapat dilakukan melalui pemufakatan. Berikut uraian yang disampaikan oleh Bp. Drs.
HM. Tadji selaku sekretaris sebagai berikut:
“Dalam setiap rapat keputusan diambil atas kesepakatan bersama seluruh
peserta dalam rapat, biasanya kita membahas berbagai masalah-masalah
yang terjadi dalam keseharian masjid, dan kegiatan tahunan seperti
peringatan hari raya”.

Pencatatan Hasil Rapat Kedalam Notulen Rapat

Poin-poin penting yang diperoleh dalam rapat, oleh pengurus telah dilakukan
pencatatan kedalam notulen rapat yang dapat dilihat pada (Lampiran 4). Hal ini
disampaikan oleh Bp. Drs. HM. Tadji sebagai berikut: “ untuk ringkasan hal-hal
penting yang sudah diperoleh saat rapat berlangsung kami sudah melakukan
pencatatan kedalam notulen rapat”.

24
Akuntabilitas Keuangan
Pengurus masjid sudah melakukan pertanggungjawaban keuangan melalui
laporan keuangan bulanan, yang dapat dilihat pada (Lampiran 5), tetapi dalam
pengeluaran jangka pendek belum melakukan penganggaran. Berikut adalah uraian
yang disampaikan oleh Bp. Drs. HM. Tadji terkait pertanggungjawaban yang
dilakukan oleh pengurus masjid:
“ untuk laporan keuangan kami hanya membuat sederhana saja, dalam
bentuk pemasukan dan pengeluaran bulanan yang timbul selama
kegiatan berlangsung. Untuk pengeluaran-pengeluaran masjid kami tidak
melakukan penganggaran”.

Transparansi

Dalam teori menyebutkan bahwa transparan mengandung makna bahwa


segala aktivitas yang dilakukan, informasi yang dimiliki, dapat diketahui dan
dicermati oleh orang atau pihak lain. Tidak ada yang ditutup-tutupi dan tidak ada
yang menjadi rahasia yang hanya diketahui oleh sekelompok orang, (Ernawan, 2011:
181). Unsur-unsur dari transparansi mencakup hal-hal berikut:

Pengungkapan Visi Misi

Informasi visi misi masjid belum dilakukan publikasi, visi misi hanya
disimpan oleh pengurus sebagai dokumen internal pengurus. Berikut adalah uraian
yang disampaikan oleh Bp. Drs. HM. Tadji terkait pengungkapan visi, misi yang
dimiliki masjid: “ untuk visi, misi kami belum lakukan publikasi, hanya tersimpan
sebagai dokumen internal masjid”.

Kondisi Keuangan Masjid

Pengurus sudah melakukan pengungkapan informasi keuangan masjid,


dimana dalam laporan keuangan tersebut tercantum jumlah pemasukan dan

25
pengeluaran bulanan melalui media mading masjid.Berikut adalah ungkapan yang
disampaikan oleh Bp. H. Sulardi:
“ mengenai pelaporan keuangan dari jamaah kami sampaikan melalui mading setiap
bulan”.

Susunan Pengurus

Pengurus masjid belum melakukan pengungkapan informasi mengenai


susunan pengurus yang ada pada masjid, susunan pengurus hanya tercantum dalam
SK. Berikut adalah perrnyataan yang disampaikan oleh Bp. Drs. HM. Tadji terkait
pengungkapan informasi mengenai susunan pengurus:“untuk susunan pengurus
sendiri hanya berupa SK, dan kami belum melakukan publikasi”.

Penerbitan Buletin Dakwah

Sebagai bentuk transparansi dapat dilakukan dengan penerbitan buletin


dakwah yang mencakup laporan keuangan mingguan, berita atau laporan kegiatan
masjid, jadwal kegiatan ibadah, dan rencana kegiatan yang akan datang, dalam
praktiknya saat ini masjid shuufi belum melakukan penerbitan buletin dakwah.
Berikut adalah ungkapan yang disampaikan oleh Bp. Drs. HM Tadji :“ untuk buletin
dakwah sementara ini kami belum ada”.

Adanya media untuk menyampaikan saran, kritik, pendapat

Saat ini masjid belum memiliki media penyampaian saran, kritik pendapat,
sehingga belum tersedia akses menyampaikan saran, kritik, dan pendapat untuk
masyarakat luas yang bukan menjadi anggota jamaah masjid shuufi. Berikut adalah
ungkapan yang disampaikan oleh Bp. Drs. HM Tadji : “ dalam menyampaikan
pendapat, saran untuk perbaikan masjid saat ini kami belum ada media, hanya
dilakukan secara lisan untuk jamaah masjid”.

26
Pembahasan Penelitian

Akuntabilitas Hukum

Dalam teori disebutkan bahwa dalam organisasi masjid diperlukan adanya


pedoman-pedoman peraturan dan perlu didokumentasikan karena akan menjadi acuan
atau perangkat kerja bagi pengurus masjid, dimana pedoman tersebut salah satunya
dapat berupa SK (Surat Keputusan). Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa saat
ini masjid shuufi sudah memiliki pedoman pengurus dalam bentuk SK (Surat
Keputusan), dimana SK tersebut diterbitkan oleh P2A (Badan Pembinaan dan
pengamalan Agama Islam) dimana di dalamnya mengatur susunan pengurus, tugas,
kewenangan, dan bentuk dana yang diperbolehkan untuk diterima dan disalurkan oleh
pengurus masjid.
Dalam teori disebutkan bahwa akuntabilitas hukum terkait dengan adanya
penegakan peraturan dimana didalamnya ada sanksi (punishment) apabila terjadi
pelanggaran dalam peraturan yang telah ditetapkan, berdasarkan hasil analisis
diperoleh bahwa sanksi yang diterapkan dalam masjid shuufi hanya berupa teguran
dan dapat diselesaikan secara musyawarah kekeluargaan, sejauh ini juga belum
pernah terjadi pelanggaran peraturan yang dilakukan oleh pengurus. Hal ini sudah
sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian.

Akuntabilitas Proses

Dalam teori disebutkan bahwa akuntabilitas proses dimaksudkan bahwa


proses organisasi harus dipertanggungjawabkan atau tidak terjadi inefisiensi dan
ketidakefektivan. Dimana hal tersebut dapat dilakukan melalui organizing, yang
mencakup pendokumentasian struktur organisasi berdasarkan program, pembagian
kerja sesuai keahlian dan diharapkan adanya job description. Berdasarkan hasil
analisis diperoleh bahwa saat ini pengurus masjid sudah melakukan
pendokumentasian struktur organisasi dimana struktur organisasi tersebut tercantum

27
dalam SK (Surat Keputusan), dalam pembagian kerja pengurus juga telah
disampaikan bahwa dalam penetapan kepengurusan sudah dipandang cakap dalam
melakukan tugas ketakmiran, pengurus juga telah membuat job description untuk
setiap seksi dimana dalam job description tersebut dijabarkan program kerja yang
harus dilakukan untuk setiap seksi yang ada.

Dalam organisasi masjid prosedur administratif dimaksudkan bahwa pengurus


dapat memberikan tahapan-tahapan yang jelas yang diberikan kepada jamaah sebagai
calon donatur tetap yaitu dengan memberikan proposal yang isinya meminta
kesediaan jamaah untuk menjadi donatur tetap, proposal tersebut dapat memberi
kejelasan kegiatan yang akan didanai oleh donatur . Berdasarkan hasil analisis
diperolehbahwa saat ini pengurus masjid belum memberikan proposal kepada calon
donatur tetap, permintaan kesanggupan donatur hanya disampaikan lisan oleh
pengurus kepada jamaah. Hal ini belum sesuai dengan teori yang digunakan dalam
penelitian.

Akuntabilitas Penggunaan Sumber Daya

Dalam teori disebutkan bahwa dalam mengelola sumber daya masjid


diharapkan pengurus memiliki sikap amanah yang artinya jujur dan dapat dipercaya
dimana sikap amanah tersebut merupakan sesuatu yang dapat dipercayakan untuk
dijaga, dilindungi, dan dilaksanakan.Dalam organisasi masjid sikap jujur dalam
penggunaan sumber daya dapat dibuktikan salah satunya dengan data inventaris
sarana dan prasarana, dimana dapat diberikanbukti bahwa sumber daya yang
diterima telah digunakan sebagaimana mestinya. Berdasarkan hasil analisis diperoleh
bahwa pengurus telah membuat daftar inventaris sarana dan prasarana dimana
didalamnya termuat informasi jumlah dan kondisi dari sarana dan prasarana tersebut.
Hal ini sudah sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian.

28
Akuntabilitas Kegiatan

Dalam teori menyebutkan bahwa akuntabilitas kegiatan mencakup beberapa hal


yaitu pendokumentasian perencanaan kegiatan atau jadwal kegiatan, pencapaian
pelaksanaan kegiatan, mekanisme monitoring kegiatan dan evaluasi kegiatan, laporan
monitoring dan evaluasi. Berdasarkan Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa
saat ini pengurus belum melakukan perencanaan atau jadwal kegiatan, dimana
kegiatan- kegiatan ibadah dalam masjid mengalir begitu saja tanpa dilakukan
pembuatan jadwal kegiatan ibadah. Dalam teori juga disebutkan bahwa akuntabilitas
kegiatan juga terkait dengan pencapaian pelaksanaan, berdasarkan hasil analisis
diperoleh bahwa saat ini masih terdapat beberapa kegiatan yang masih memiliki
kendala yang biasanya akan dibahas dalam rapat pengurus antara lain masalah imam,
kebersihan, dan beberapa kegiatan keseharian.

Dalam teori juga disebutkan bahwa akuntabilitas kegiatan juga terkait dengan
adanya monitoring kegiatan dengan pedoman- pedoman, petunjuk pelaksanaan.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa monitoring kegiatan sudah dilakukan
dimana kegiatan monitoring tersebut dilakukan oleh masing-masing koordinator
setiap seksi yang ada. Hal ini belum sesuai dengan teori yang digunakan dalam
penelitian.

Dalam teori juga disebutkan bahwa akuntabilitas kegiatan juga terkait dengan
evaluasi dan pendokumentasian hasil evaluasi, berdasarkan hasil analisis diperoleh
bahwa evaluasi sudah dilakukan dimana kegiatan evaluasi tersebut dilakukan dalam
rapat yang akan dihadiri tim penasehat yang akan memberikan saran kepada pengurus
yang lain, saran tersebut dapat diterima atau tidak diterima oleh pengurus masjid.
namun dalam evaluasi setiap kegiatan yang ada belum dilakukan pendokumentasian
atas hasil evaluasi kegiatan tersebut dimana pendokumentasian hasil evaluasi tersebut
dapat digunakan untuk kritik membangun dan perbaikan terus menerus. Hal ini belum
sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian.

29
Akuntabilitas Kebijakan

Dalam teori disebutkan bahwa, kebijakan sangat diperlukan dalam kegiatan


masjid, oleh karena itu biasanya dihadirkan dalam bentuk buku-buku pedoman atau
keputusan musyawarah, berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa dalam
pengambilan keputusan saat ini masjid shuufi belum memiliki pedoman-pedoman
dalam pelaksanaan pengambilan keputusan, hal ini belum sesuai dengan teori yang
digunakan dalam penelitian.

Dalam teori juga disebutkan bahwa proses pengambilan keputusan


diharapkan dapat dilakukan melalui pemufakatan, saat ini masjid shuufi dalam
pengambilan keputusan sudah dilakukan secara mufakat. Hal ini sudah sesuai dengan
teori yang digunakan dalam penelitian.

Dalam teori disebutkan bahwa diperlukan adanya pencatatan poin-poin rapat


pengambilan keputusan kedalam notulen rapat, saat ini masjid shuufi sudah
melakukan pencatatan poin-poin rapat kedalam notulen rapat. Hal ini sudah sesuai
dengan teori yang digunakan dalam penelitian.

Akuntabilitas Keuangan

Bentuk pertanggungjawaban keuangan yang dapat diberikan dapat berupa


laporan keuangan yang berisi pemasukan dan pengeluaran. Dalam melakukan
pengeluaran keuangan juga dapat dilakukan budgeting terlebih dahulu dimana di
dalamnya tertulis mengenai rancangan pengeluaran untuk periode waktu tertentu.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa saat ini masjid shuufi telah melakukan
bentuk pertanggungjawaban keuangan berupa laporan keuangan bulanan untuk
donatur bebas yang disampaikan melalui media mading masjid, tetapi pengurus
belum melakukan budgeting terkait dengan pengeluaran masjid jangka pendek
diantaranya pengeluaran dalam peringatan hari besar islam, pengeluaran yang

30
sifatnya tidak rutin seperti pembelian perlengkapan seperti meja. Hal ini belum sesuai
dengan teori yang digunakan dalam penelitian.

Transparansi

Dalam teori disebutkan bahwa transparansi terkait pengungkapan informasi


visi misi dan susunan pengurus, berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa saat ini
masjid shuufi belum melakukan publikasi mengenai visi, misi dan susunan pengurus.
Dimana visi misi dan susunan pengurus hanya disimpan sebagai dokumen internal
pengurus. Hal ini belum sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian.

Dalam teori disebutkan bahwa transparansi terkait pengungkapan informasi


mengenai laporan keuangan, berita atau laporan kegiatan masjid, jadwal kegiatan
ibadah, dan rencana kegiatan yang akan datang yang dapat disampaikan melalui
buletin dakwah. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa saat ini masjid shuufi
belum membuat buletin dakwah, dimana informasi laporan keuangan mingguan,
mengenai laporan kegiatan, jadwal kegiatan, dan rencana kegiatan yang akan datang
hanya disampaikan lisan oleh pengurus. Hal ini belum sesuai dengan teori yang
digunakan dalam penelitian.

Dalam teori juga disebutkan bahwa transparansi terkait dengan adanya media
penyampaian saran, kritik, dan pendapat. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa
saat ini penyampaian saran, kritik, dan pendapat tersedia untuk jamaah masjid shuufi
yaitu melalui rapat pengurus, namun saat ini belum tersedia media penyampaian
saran, kritik, pendapat untuk masyarakat luas yang bukan menjadi anggota jamaah
masjid shuufi dimana media tersebut dapat berupa kotak saran sehingga dapat
memberi akses kemudahan dalam penyampaiannya bagi masyarakat luas. Hal ini
belum sepenuhnya sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian.

31
PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan masjid shuufi telah
menjalankan praktik akuntabilitas namun ada beberapa aspek dalam praktik
akuntabilitas yang belum dijalankan oleh pengurus masjid diantaranya akuntabilitas
kegiatan, akuntabilitas proses, akuntabilitas pengambilan keputusan, dan akuntabilitas
keuangan.

1. Pada aspek akuntabilitas proses belum dilakukan pemberian proposal kepada


calon donatur tetap.
2. Pada aspek akuntabilitas kegiatan belum dilakukan pendokumentasian jadwal
kegiatan, dalam pelaksanaan kegiatan ada beberapa hal yang belum tercapai
sesuai dengan perencanaan. Kegiatan monitoring kegiatan saat ini sudah
dilakukan oleh koordinator setiap seksi tetapi belum ada pedoman atau format
monitoring dalam melakukan monitoring kegiatan. Evaluasi kegiatan sudah
dilakukan oleh pengurus tetapi belum dilakukan pendokumentasian atas hasil
evaluasi yang sudah dilakukan.
3. Pada aspek akuntabilitas pengambilan keputusan belum ada pedoman terkait
proses pengambilan keputusan.
4. Pada aspek akuntabilitas keuangan, saat ini pengurus belum melakukan
budgeting untuk penggunaan dana jangka pendek.

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan masjid shuufi telah menjalankan


praktik transparansi namun ada beberapa aspek dalam praktik transparansi yang
belum dilakukan oleh pengurus masjid diantaranya:

32
1. Belum dilakukan publikasi mengenai pengungkapan informasi visi, misi
masjid dan susunan pengurus.
2. Laporan keuangan belum didukung dengan bukti-bukti pemasukan dan
pengeluaran.
3. Belum dilakukan penerbitan buletin dakwah sebagai sarana dalam
mengungkapkan informasi kondisi keuangan mingguan,berita atau laporan
kegiatan masjid, jadwal kegiatan ibadah, dan rencana kegiatan yang akan
datang.
4. Belum tersedia media penyampaian saran, kritik pendapat untuk masyarakat
luas yang bukan menjadi anggota jamaah masjid shuufi.

Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian kali ini peneliti tidak dapat memperoleh data pendukung
mengenai monitoring kegaiatan dan evaluasi yang telah dilakukan oleh masing-
masing koordinator seksi. Peneliti hanya memperoleh data dari hasil wawancara yang
dilakukan kepada sekretaris dan bendahara sehingga monitoring dan evaluasi, belum
memberikan bukti yang cukup.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diberikan saran sebagai


berikut:
Akuntabilitas Kegiatan

1. Agar mewujudkan akuntabilitas kegiatan dalam aspek pendokumentasian perencanaan


kegiatan sebaiknya dilakukan pendokumentasian penjadwalan kegiatan agar kegiatan
ibadah terencana dengan baik.
2. Agar mewujudkan akuntabilitas kegiatan dalam aspek pelaksanaan kegiatan sebaiknya
dilakukan perbaikan terus menerus.

3. Agar mewujudkan akuntabilitas kegiatan dalam aspek monitoring sebaiknya


ada pedoman atau petunjuk mengenai pelaksanaan monitoring.

33
4. Agar mewujudkan akuntabilitas kegiatan dalam aspek evaluasi sebaiknya
dilakukan pendokumentasian secara sistematis atas hasil evaluasi sehingga
dapat dilakukan perbaikan terus menerus mengenai kegiatan-kegiatan yang
telah dilakukan.
Akuntabilitas Proses
Agar mewujudkan akuntabilitas proses dengan memberikan tahapan-tahapan
yang jelas kepada calon donatur tetap sebaiknya pengurus memberikan proposal
pengajuan permohonan kepada calon donatur tetap, dimana proposal mampu
memberikan kejelasan kegiatan dan dapat memberi rasa percaya bagi para donatur.

Akuntabilitas Kebijakan

Agar mewujudkan akuntabilitas kebijakan dalam aspek mekanisme


pengambilan keputusan sebaiknya ada pedoman tertulis dalam mekanisme
pengambilan keputusan.
Akuntabilitas Keuangan

Agar mewujudkan akuntabilitas finansial yang lebih baik lagi, sebaiknya


dilakukan penganggaran (budgeting) untuk pengeluaran jangka pendek untuk dapat
dijadikan tolok ukur.

Transparansi

1. Agar mewujudkan transparansi dalam pengungkapan informasi secara lengkap


sebaiknya dilakukan publikasi atau pengungkapan informasi mengenai visi
misi, susunan pengurus melalui media mading masjid.

2. Agar terwujud transparansi mengenai pengungkapan informasi keuangan


sebaiknya didukung dengan bukti-bukti pemasukan dan pengeluaran.
3. Agar mewujudkan transparansi sebaiknya dilakukan penerbitan buletin dakwah
sehingga jamaah dapat mengetahui laporan keuangan mingguan, berita atau

34
laporan kegiatan, jadwal kegiatan ibadah, dan rencana kegiatan yang akan
datang.
4. Agar terwujud transparansi dalam aspek ketersediaan media penyampaian
kritik, saran, dan pendapat sebaiknya disediakan kotak saran sehingga
penyampain kritik, saran, maupun pendapat tidak hanya untuk jamaah masjid
melainkan juga tersedia akses untuk masyarakat luas yang ingin memberikan
saran perbaikan untuk masjid.

Dalam penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan kroscek


kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pengawasan kegiatan dan evaluasi
agar memberikan bukti dan informasi data yang kuat.

35

Anda mungkin juga menyukai