PENDAHULUAN
Pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance memiliki beberapa
fungsi penting antara lain meningkatkan kinerja lembaga, meningkatkan efisiensi
operasional lembaga serta lebih meningkatkan pelayanan terhadap para pihak
yang berkepentingan (stakeholder) dan mempermudah dalam memperoleh dana
yang dapat meningkatkan corporate value (Daniri, 2005). Pelaksanaan good
corporate governance tersebut memiliki beberapa prinsip-prinsip yang meliputi
Transparency (keterbukaan informasi), Accountability (akuntabilitas),
Responsibility (pertanggungjawaban), Independency (kemandirian), Fairness
(kesetaraan dan kewajaran) (Kaihatu, 2006).
1
melalui akuntabilitas dan transparansi guna memenuhi hak-hak umat sebagai
penyedia dana, hal ini diperjelas oleh Renyowijoyo (2008:21) yang menyebutkan
bahwa tuntutan akuntabilitas sektor publik terkait dengan perlunya dilakukan
transparansi dan pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan
hak-hak publik.
2
perkampungan warga yang memiliki anggota jamaah sekitar 200 dengan jamaah
aktif berjumlah 90-100 jamaah. Sumber dana yang diperoleh masjid sebagian
besar berasal dari jamaah masjid itu sendiri walaupun tidak mempungiri adanya
sumber dana yang berasal dari pihak luar yaitu dari masyarakat yang bukan
menjadi anggota jamaah di masjid shuufi. Kegiatan masjid tersebut dikelola oleh
63 pengurus dengan harapan dari berbagai kegiatan yang ada di masjid shuufi
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing
seksi. Dalam wawancara pendahuluan yang telah saya lakukan di masjid shuufi
terdapat beberapa hal terkait praktik akuntabilitas dan transparansi yang belum
dilakukan oleh pengurus masjid.
KAJIAN PUSTAKA
Organisasi Masjid
Sumber dana masjid dibedakan menjadi dua yaitu sumber dana dari
donatur tetap dan sumber dana dari donatur bebas. Donatur tetap adalah donatur
yang berasal dari kalangan internal yaitu jamaah masjid sedangkan donatur bebas
3
adalah donatur yang berasal dari kalangan internal maupun eksternal yang bersifat
insidentil yang dapat diperoleh dari berbagai instansi dan lembaga donor
(Siswanto, 2005:228).
Salah satu sumber keuangan dari organisasi nirlaba adalah dana sumbangan
dari para donatur. Donatur memberikan donasi dengan harapan organisasi tersebut
dapat menggunakan dana yang telah diterima untuk menjalankan aktivitas sesuai
visi dan misi yang telah ditetapkan, (Setiawati, 2011:15).
4
Cara Organisasi Dalam Memberikan Pertanggungjawaban Kepada Donatur
Beberapa cara yang dapat dilakukan organisasi dalam memberikan
pertanggungjawaban kepada donatur menurut Setiawati, (2011:16) antara lain:
1. Membuat dokumentasi kegiatan.
2. Publikasi kegiatan yang dilaksanakan melalui situs web
atau newsletter.
3. Membuat catatan keuangan yang rapi, yang didukung
dengan pengarsipan bukti transaksi keuangan.
4. Menyerahkan laporan ke donatur dengan tepat waktu.
Akuntabilitas
Akuntabilitas Hukum
5
berupa surat-surat keputusan dan lain sebagainya yang telah disepakati,
(Siswanto, 2005:31).
Kepatuhan hukum dimaksudkan bahwa setiap penyimpangan harus diproses
dan diberi sanksi (punishment) menurut ketentuan hukum yang berlaku, dalam
organisasi masjid dapat dilakukan dengan penasehatan yang dilakukan dalam
rapat, (Pandini, 2012).
Akuntabilitas Proses
6
berpartisipasi khususnya para donatur serta dapat memberi kejelasan mengenai
kegiatan dan penggunaan dana yang akan digunakan dalam kegiatan.
Hal-hal terkait dalam akuntabilitas proses antara lain:
1. Pendokumentasian struktur organisasi.
2. Pembagian kerja sesuai Keahlian.
3. Paparan pekerjaan (Job Description).
4. Proposal untuk calon donatur tetap.
Akuntabilitas Penggunaan Sumber Daya
Dalam mengelola sumber daya masjid diharapkan pengurus memiliki
sikap amanah yang artinya jujur dan dapat dipercaya dimana sikap amanah
tersebut merupakan sesuatu yang dapat dipercayakan untuk dijaga, dilindungi, dan
dilaksanakan, (Siswanto, 2005:11). Dalam organisasi masjid sikap jujur dalam
penggunaan sumber daya dapat dibuktikan salah satunya dengan data inventaris
sarana dan prasarana, dimana dapat diberikan bukti bahwa sumber daya yang
telah diterima telah digunakan sebagaimana mestinya. Hal ini diperjelas oleh
Handoko, (2003:146) diperlukan data inventaris sarana prasarana guna
mengetahui jumlah dan kondisi dari sarana prasarana yang dimiliki.
Akuntabilitas Kegiatan
7
yang telah dibuat, diperlukan adanya laporan setiap aktivitas masjid guna
memahami pelaksanaan maupun hasil-hasil yang telah tercapai untuk dapat dikaji
lebih mendetail kebaikan dan kekurangannya untuk kritik membangun dan
perbaikan terus menerus (Siswanto: 2005:114).
Akuntabilitas Kebijakan
8
Akuntabilitas Keuangan
Transparansi
Transparan mengandung makna bahwa segala aktivitas yang dilakukan,
informasi yang dimiliki, dapat diketahui dan dicermati oleh orang atau pihak lain.
tidak ada yang ditutup-tutupi dan tidak ada yang menjadi rahasia yang hanya
diketahui oleh sekelompok orang, (Ernawan, 2011: 181). Sedangkan Hidayat
(2007:23), mengemukakan bahwa transparansi berarti masyarakat harus dapat
memperoleh inforrmasi secara bebas dan mudah tentang proses dan pelaksanaan
keputusan yang diambil. Secara umum akuntabilitas publik tidak akan terjadi
tanpa ditunjang transparansi, prinsip pokok pelaksanaan transparansi adalah
sebagai berikut :
9
mingguan, berita atau laporan kegiatan masjid, jadwal kegiatan ibadah,
dan rencana kegiatan yang akan datang, (Siswanto, 2005: 330).
10
Tabel. 1 Penelitian terdahulu
Judul Tujuan Indikator Hasil Penelitian
Akuntabilitas dan keuangan Untuk mengetahui Adanya komitmen Masjid Nurul Huda pada praktiknya
dari pimpinan dan masih dikelola secara sederhana,
masjid di Kecamatan Tubo akuntabilitas dan
seluruh anggota namun pengurus mengatakan bahwa
Sendana Kabupaten Majene. transparansi yang organisasi untuk mereka menyadari akan pentingnya
melakukan pelaporan keuangan.
(Madris, 2014) dilakukan oleh
pelaksanaan misi agar Pelaporan laporan keuangan
pengurus masjid akuntebel. dilakukan untuk menjawab
Harus merupakan kecurigaan yang mucul terhadap
suatu sistem yang masyarakat.
dapat menjamin Laporan keuangan dibuat secara
penggunaan sumber sederhana dan diumumkan secara
daya secara konsisten tebuka dan dilakukan secara rutin.
sesuai perundang- Jamaah memerlukan pelaporan
undangan yang secara tertulis yang diberikan secara
berlaku. rutin.
Harus dapat
menunjukkan tingkat
pencapaian tujuan dan
sasaran yang telah
ditetapkan.
Harus berorientasi
pada pencapaian visi
dan misi serta hasil
11
dan manfaat yang
diperoleh, Harus
jujur,objektif,
transparan dan
inovatif
Untuk mengetahui Kebutuhan akan Masyarakat membutuhkan peran
akuntansi untuk membuat laporan
Akuntabilitas dan bagaimana pelaksanaan akuntansi
keuangan sehingga jamaah tahu dana
pengelolaan keuangan masjid transparansi dan dalam organisasi yang telah diberikan, hal tersebut
dilakukan untuk menjawab kecurigaan
. (Simanjuntak dan Junuarsi, akuntabilitas masjid.
yang sering muncul terjadi dari
2011) pengelolaan Bentuk dan periode masyarakat tentang penggunaan dana.
Pengeloaan dilakukan secara
keuangan yang pelaporan keuangan.
sederhana dan dilaporkan setiap 1 atau
dijalankan oleh Pihak-pihak yang 2 bulan sekali kepada donatur.
Pengelolaan keuangan masjid
organisasi masjid. terlibat dalam
Baitusalam belum transparan karena
informasi keuangan hanya diketahui oleh sepihak oleh
ketua, sehingga tidak mencerminkan
yang dihasilkan oleh
transparansi dan akuntabiitas .
organisasi masjid.
Akuntabilitas dan Untuk mengetahui Akuntansi di Masjid. Pencatatan keuangan di masjid Nurusy
Pengelolaan Keuangan Bentuk pengelolaan Syifa sangat sederhana dan dilakukan
bagaimana pengurus
Masjid. (Hanafi, 2015) keuangan masjid. bukti pencatatan tertulis sebagai bukti
mengungkapkan dan Pihak-pihak yang transparansi.
berkepentingan Donatur membutuhkan laporan berupa
12
melaporkan segala terhadap laporan catatan keuangan.
keuangan. Pertanggungjawaban mengarah pada
aktivitas yang
Profesionalitas tenaga semua pengurus.
berkatan dengan akuntan yang Pengelolaan keuangan sudah sesuai
dibutuhkan oleh dengan jalur-jalur yang ada baik
pengelolaan
masjid. pemasukan maupun pengeluaran.
keuangan masjid.
13
METODE PENELITIAN
Objek pada penelitian ini adalah Masjid Shuufi Tegalrejo Salatiga.Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif, penelitian deskriptif adalah suatu metode yang
digunakan untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang
diteliti (Sugiyono, 2009:21).
14
suro atau mushola kecil dengan pendiri pertama bernama eyang shuufi. Tanah dan
bangunan tesebut merupakan tanah wakaf dimana pihak yang mewakafkan tanah
berasal dari keluarga yang beragama Budha dimana dalam keluarga tersebut ada salah
satu yang beragama islam yang 4bernama Ibu Mariam, singkat cerita setelah Ibu
Mariam meniggal dunia dan waktu itu tepat memperingati 7 hari meninggalnya Ibu
Mariam, keluarga tersebut memberikan surat pernyataan wakaf yang kemudian
diproses ke KUAkecamatan argomulyo oleh Bp. Drs. HM. Tadji sehingga muncul
akta wakaf agar tanah yang telah berdiri suro atau mushola kecil tersebut digunakan
sebagai masjid yang saat ini dikenal sebagai Masjid Shuufi.
Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan organisasi, masjid shuufi dinaungi oleh
LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) dan P2A (Badan Pembinaan
dan Pengalaman Agama Islam) yang dapat dijabarkan sebagai berikut: Masjid Shuufi
berdiri dibawah naungan LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan)
dimana LPMK membentuk P2A (Badan Pembinaan dan Pengamalan Agama Islam),
P2A berwenang untuk menerbitkan SK (Surat Keputusan) yang di dalamnya telah
tercantum masa jabatan pengurus, pihak-pihak yang terpilih menjadi pengurus, tugas
dan wewenang pengurus masjid shuufi. Dalam menjalankan tugas dan wewenang
yang berkaitan dengan kegiatan masjid dilakukan atas pedoman SK (Surat
Keputusan) yang telah diterbitkan oleh P2A (Badan Pembinaan dan Pengamalan
Agama Islam).
Masjid shuufi merupakan masjid yang berada pada lingkup RW 03 dan RW 04
Kelurahan Tegalrejo, masjid tersebut memiliki luas tanah 242 m2 dengan luas
bangunan 167 m2 , pada bangunan masjid terdapat 2 lantai dimana kedua lantai
bangunan tersebut sama-sama digunakan untuk kegiatan ibadah, pembangunan
masjid dilakukan dua tahap dimana pada tahap pertama dilakukan pada tahun 2004
dengan alasan bahwa setiap ada tamu atau pihak luar yang berkunjung ke masjid
shuufi selalu mengkritik bangunan masjid yang kurang baik. Pada tahun 2014
dilakukan kembali renovasi masjid dengan alasan jumlah jamaah yang semakin
banyak dan tidak mencukupi untuk digunakan dalam kegiatan sholat jumat.
15
Dalam menjalankan kegiatan peribadahan masjid shuufi memiiki jumlah
jamaah aktif sekitar 90-100 jamaah. Sumber dana di masjid shuufi sebagaian besar
berasal dari jamaah, dimana donatur tersebut terdiri dari dua bentuk yaitu donatur
tetap dan donatur tidak tetap. Donatur tetap adalah donatur yang bersedia untuk
memberikan donasianya setiap bulan, sedangkan untuk donatur tidak tetap adalah
donatur yang bebas kapan pun dalam menyalurkan donasinya. Sumber dana yang
diperoleh dari donatur bebas digunakan untuk membiayai biaya operasional dan non
operasional masjid, sedangkan dana yang diperoleh dari donatur tetap digunakan
untuk membiayai kegiatan PAUD dan TPA.
Segala bentuk kegiatan yang ada dalam masjid shuufi di kelola oleh 63
pengurus, yang terbagi menjadi 10 seksi. Dalam menjalankan kegiatan organisasi
masjid shuufi memiliki visi dan misi sebagai berikut:
16
6. Kegiatan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam).
7. Kegiatan lomba takbir Idul Fitri.
8. Kegiatan lomba takbir Idul Adha.
9. TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an).
10. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).
Dari berbagai kegitan yang telah dijabarkan diatas, terdapat dua bentuk
kegiatan yang didanai oleh donatur tetap yaitu kegiatan PAUD (Pendidikan Anak
Usia Dini) dan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Segala bentuk biaya yang
muncul seperti biaya operasional yang menunjanjang kegitan serta biaya tenaga
pengajar didanai oleh donatur tetap.
Donatur tetap terbentuk atas dasar sukarela bagi siapapun yang bersedia
menjadi donatur tetap, tidak ada ketentuan khusus mengenai jumlah nominal yang
harus diberikan dari donatur kepada pengurus setiap bulannya. Kegiatan PAUD sudah
berjalan selama 7 tahun dengan jumlah peserta sebanyak 40 anak yang diampu oleh 4
tenaga pengajar, sedangkan untuk kegiatan TPA sudah berjalan lebih dari 10 tahun
dengan jumlah peserta sebanyak 73 anak yang juga diampu oleh 4 tenaga pengajar.
Hasil Analisis
Akuntabilitas Hukum
Dalam organisasi masjid akuntabilitas hukum dimaksudkan bahwa dalam
menjalankan aktivitas organisasi diperlukan adanya pedoman peraturan yang
mengatur segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh pengurus masjid. Dalam
menjalankan berbagai kegiatan yang ada di dalam masjid, pengurus berpedoman pada
SK (Surat Keputusan) yang diterbitkan oleh P2A (Badan Pembinaan dan Pengamalan
Agama Islam) dengan alamat kantor sekretariat di Jalan Duku No. 01 Tegalrejo
Argomulyo Salatiga. Dalam SK No. 21/P2A-T/I/2017(Lampiran 1), tersebut berisi
periode masa jabatan kepengurusan, wilayah kerja pengurus, tugas dan wewenang
pengurus, bentuk dana yang diperbolehkan untuk diterima oleh pengurus. Berikut
17
adalah pernyataan yang disampaikan oleh Bp. Drs. HM. Tadji terkait peraturan yang
mengatur organisasi masjid:
“untuk peraturan sendiri hanya berbentuk SK (Surat Keputusan) yang
diterbitkan oleh P2A (Badan Pembinaan dan Pengamalan Agama
Islam), dalam SK sudah dijelaskan tugas dan wewenang, masa jabatan
kepengurusan, bentuk dana yang diperbolehkan untuk diterima dan
disalurkan oleh kami sebagai pengurus, SK terbaru sudah diterbitkan,
kebetulan periode masa jabatan pengurus baru saja berakhir”.
Dalam upaya penegakan hukum atau peraturan terkait dengan adanya sanksi
(punishment), dalam masjid upaya yang dilakukan pengurus untuk penegakan
peraturan yang mengatur organisasi berupa teguran dan musyawarah kekeluargaan.
Berikut adalah pernyataan yang disampaikan oleh Bp. Drs. HM. Tadji terkait
peraturan yang mengatur organisasi masjid:“untuk sanksi, hanya teguran saja dapat
diselesaikan dengan musyawarah secara kekeluargaan sejauh ini belum ada kejadian
mengenai pelanggar peraturan, kami semua berjalan berdasarkan SK
kepengurusan”.
Akuntabilitas Proses
Program atau kegiatan yang baik tidak terlepas dari proses yang terarah yang
mencakup organizing, bentuk akuntabilitas proses yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut: 1. Pendokumentasian struktur organisasi, 2. Pembagian kerja sesuai
keahlian, 3. Adanya job description.
Pendokumentasian Struktur Organisasi
Dalam menjalankan berbagai kegiatan yang ada dalam masjid, telah terbentuk
beberapa pengurus dimana kepengurusan tersebut telah tercantum di dalam SK yang
dapat dilihat pada (Lampiran 1), dimana dalam kepengurusan masjid terbagi menjadi
10 seksi. Dalam berbagai seksi tersebut masjid shuufi telah memperhatikan
18
pemisahan tugas dimana untuk setiap seksi sudah memiliki tugas dan tanggungjawab
masing-masing. Terdapat pelindung yaitu lurah tegalrejo salatiga dimana pelindung
tersebut memberikan perlindungan terhadap organisasi masjid, selain itu juga terdapat
tim penasehat dimana tim penasehat berfungsi memberikan nasehat kepada pengurus
masjid shuufi pada saat rapat berlangsung, dimana nasehat tersebut dapat diterima
atau tidak diterima oleh pengurus masjid. Berikut adalah pernyataan yang
disampaikan oleh Bp. Drs.HM.Tadji terkait pendokumentasian struktur organisasi:
“Untuk susunan pengurus kami berpedoman pada SK (Surat
Keputusan) yang diterbitkan oleh P2A (Badan Pembinaan dan
Pengamalan Agama Islam), dimana di dalam kepengurusan masjid
terbagi menjadi 10 seksi dengan kewenangan tugas dan tanggungjawab
yang sudah terbagi, selain itu kami juga memiliki tim penasehat dimana
nanti akan memberikan saran dan nasihat untuk perbaikan masjid pada
saat rapat”.
19
Struktur Organisasi
Gambar. 1 Struktur Organisasi
Pelindung
(Lurah)
Penasehat
Sumber: Lampiran 1
20
Pembagian Kerja Sesuai Keahlian
Selain struktur organisasi yang ada di dalam masjid, juga dijabarkan program
kerja (job description) yang dapat dilihat pada (Lampiran 2). Program kerja tersebut
digunakan agar pembagian kerja menjadi lebih mudah dipahami dan dilakukan oleh
pengurus, selain itu juga untuk mengetahui batasan-batasan dan wewenang masing-
masing seksi yang telah dibuat oleh pengurus masjid. Berikut adalah pernyataan yang
disampaikan oleh Bp. Drs. HM. Tadji terkait job description yang ada di dalam
masjid:
“kami sudah memiliki program kerja, semuanya sudah lengkap tugas masing-
masing seksi, dimana job description diterbitkan sendiri oleh pengurus masjid
shuufi”.
21
dalam kegiatan. Berikut adalah pernyataan yang disampaikan oleh Bp. Drs. HM
Tadji:
“ untuk permohonan kesanggupan menjadi donatur tetap hanya kami
sampaikan lisan saja, bagi yang mau saja secara sukarela”.
Akuntabilitas Kegiatan
22
“untuk petugas giliran dalam kegiatan ibadah rutin masjid seperti pengajian malam
jumat kliwon, pengajian ibu-ibu, kegiatan PAUD dan TPA sementara ini kami belum
membuat jadwalan semua berjalan begitu saja”.
Pelaksanaan Kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan diharapkan dapat tercapai sesuai dengan visi misi
yang telah ditetapkan. Berikut adalah uraian yang disampaikan oleh Bp. Drs. HM
Tadji terkait pelaksanaan program yang ada di dalam masjid shuufi:
“ untuk kegiatan masjid sendiri ada beberapa hal yang belum tercapai
yang biasanya dibahas dalam rapat yaitu untuk masalah imam,
kebersihan”.
Mekanisme Monitoring Kegiatan
23
yang disampaikan oleh penasehat dapat diterima atau tidak terima oleh
pengurus masjid, evaluasi dilakukan pada kegiatan-kegiatan keseharian
msjid dan kegiatan tahunan seperti hari raya, namun untuk hasil evaluasi
untuk setiap kegiatan kami belum melakukan pendokumentasian”.
Akuntabilitas Kebijakan
Poin-poin penting yang diperoleh dalam rapat, oleh pengurus telah dilakukan
pencatatan kedalam notulen rapat yang dapat dilihat pada (Lampiran 4). Hal ini
disampaikan oleh Bp. Drs. HM. Tadji sebagai berikut: “ untuk ringkasan hal-hal
penting yang sudah diperoleh saat rapat berlangsung kami sudah melakukan
pencatatan kedalam notulen rapat”.
24
Akuntabilitas Keuangan
Pengurus masjid sudah melakukan pertanggungjawaban keuangan melalui
laporan keuangan bulanan, yang dapat dilihat pada (Lampiran 5), tetapi dalam
pengeluaran jangka pendek belum melakukan penganggaran. Berikut adalah uraian
yang disampaikan oleh Bp. Drs. HM. Tadji terkait pertanggungjawaban yang
dilakukan oleh pengurus masjid:
“ untuk laporan keuangan kami hanya membuat sederhana saja, dalam
bentuk pemasukan dan pengeluaran bulanan yang timbul selama
kegiatan berlangsung. Untuk pengeluaran-pengeluaran masjid kami tidak
melakukan penganggaran”.
Transparansi
Informasi visi misi masjid belum dilakukan publikasi, visi misi hanya
disimpan oleh pengurus sebagai dokumen internal pengurus. Berikut adalah uraian
yang disampaikan oleh Bp. Drs. HM. Tadji terkait pengungkapan visi, misi yang
dimiliki masjid: “ untuk visi, misi kami belum lakukan publikasi, hanya tersimpan
sebagai dokumen internal masjid”.
25
pengeluaran bulanan melalui media mading masjid.Berikut adalah ungkapan yang
disampaikan oleh Bp. H. Sulardi:
“ mengenai pelaporan keuangan dari jamaah kami sampaikan melalui mading setiap
bulan”.
Susunan Pengurus
Saat ini masjid belum memiliki media penyampaian saran, kritik pendapat,
sehingga belum tersedia akses menyampaikan saran, kritik, dan pendapat untuk
masyarakat luas yang bukan menjadi anggota jamaah masjid shuufi. Berikut adalah
ungkapan yang disampaikan oleh Bp. Drs. HM Tadji : “ dalam menyampaikan
pendapat, saran untuk perbaikan masjid saat ini kami belum ada media, hanya
dilakukan secara lisan untuk jamaah masjid”.
26
Pembahasan Penelitian
Akuntabilitas Hukum
Akuntabilitas Proses
27
dalam SK (Surat Keputusan), dalam pembagian kerja pengurus juga telah
disampaikan bahwa dalam penetapan kepengurusan sudah dipandang cakap dalam
melakukan tugas ketakmiran, pengurus juga telah membuat job description untuk
setiap seksi dimana dalam job description tersebut dijabarkan program kerja yang
harus dilakukan untuk setiap seksi yang ada.
28
Akuntabilitas Kegiatan
Dalam teori juga disebutkan bahwa akuntabilitas kegiatan juga terkait dengan
adanya monitoring kegiatan dengan pedoman- pedoman, petunjuk pelaksanaan.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa monitoring kegiatan sudah dilakukan
dimana kegiatan monitoring tersebut dilakukan oleh masing-masing koordinator
setiap seksi yang ada. Hal ini belum sesuai dengan teori yang digunakan dalam
penelitian.
Dalam teori juga disebutkan bahwa akuntabilitas kegiatan juga terkait dengan
evaluasi dan pendokumentasian hasil evaluasi, berdasarkan hasil analisis diperoleh
bahwa evaluasi sudah dilakukan dimana kegiatan evaluasi tersebut dilakukan dalam
rapat yang akan dihadiri tim penasehat yang akan memberikan saran kepada pengurus
yang lain, saran tersebut dapat diterima atau tidak diterima oleh pengurus masjid.
namun dalam evaluasi setiap kegiatan yang ada belum dilakukan pendokumentasian
atas hasil evaluasi kegiatan tersebut dimana pendokumentasian hasil evaluasi tersebut
dapat digunakan untuk kritik membangun dan perbaikan terus menerus. Hal ini belum
sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian.
29
Akuntabilitas Kebijakan
Akuntabilitas Keuangan
30
sifatnya tidak rutin seperti pembelian perlengkapan seperti meja. Hal ini belum sesuai
dengan teori yang digunakan dalam penelitian.
Transparansi
Dalam teori juga disebutkan bahwa transparansi terkait dengan adanya media
penyampaian saran, kritik, dan pendapat. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa
saat ini penyampaian saran, kritik, dan pendapat tersedia untuk jamaah masjid shuufi
yaitu melalui rapat pengurus, namun saat ini belum tersedia media penyampaian
saran, kritik, pendapat untuk masyarakat luas yang bukan menjadi anggota jamaah
masjid shuufi dimana media tersebut dapat berupa kotak saran sehingga dapat
memberi akses kemudahan dalam penyampaiannya bagi masyarakat luas. Hal ini
belum sepenuhnya sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian.
31
PENUTUP
32
1. Belum dilakukan publikasi mengenai pengungkapan informasi visi, misi
masjid dan susunan pengurus.
2. Laporan keuangan belum didukung dengan bukti-bukti pemasukan dan
pengeluaran.
3. Belum dilakukan penerbitan buletin dakwah sebagai sarana dalam
mengungkapkan informasi kondisi keuangan mingguan,berita atau laporan
kegiatan masjid, jadwal kegiatan ibadah, dan rencana kegiatan yang akan
datang.
4. Belum tersedia media penyampaian saran, kritik pendapat untuk masyarakat
luas yang bukan menjadi anggota jamaah masjid shuufi.
Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian kali ini peneliti tidak dapat memperoleh data pendukung
mengenai monitoring kegaiatan dan evaluasi yang telah dilakukan oleh masing-
masing koordinator seksi. Peneliti hanya memperoleh data dari hasil wawancara yang
dilakukan kepada sekretaris dan bendahara sehingga monitoring dan evaluasi, belum
memberikan bukti yang cukup.
Saran
33
4. Agar mewujudkan akuntabilitas kegiatan dalam aspek evaluasi sebaiknya
dilakukan pendokumentasian secara sistematis atas hasil evaluasi sehingga
dapat dilakukan perbaikan terus menerus mengenai kegiatan-kegiatan yang
telah dilakukan.
Akuntabilitas Proses
Agar mewujudkan akuntabilitas proses dengan memberikan tahapan-tahapan
yang jelas kepada calon donatur tetap sebaiknya pengurus memberikan proposal
pengajuan permohonan kepada calon donatur tetap, dimana proposal mampu
memberikan kejelasan kegiatan dan dapat memberi rasa percaya bagi para donatur.
Akuntabilitas Kebijakan
Transparansi
34
laporan kegiatan, jadwal kegiatan ibadah, dan rencana kegiatan yang akan
datang.
4. Agar terwujud transparansi dalam aspek ketersediaan media penyampaian
kritik, saran, dan pendapat sebaiknya disediakan kotak saran sehingga
penyampain kritik, saran, maupun pendapat tidak hanya untuk jamaah masjid
melainkan juga tersedia akses untuk masyarakat luas yang ingin memberikan
saran perbaikan untuk masjid.
35