menyatakan bahwa :
10
11
memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka
yang menggunakan informasi tersebut”. Definisi tersebut mengandung dua
pengertian, yakni :
1. Kegiatan akuntansi
Bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri dari identifikasi,
pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi.
2. Kegunaan akuntansi
Bahwa informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi diharapkan
berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan mengenai
kesatuan usaha yang bersangkutan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi
akuntansi adalah suatu sistem informasi keuangan yang berdaya guna dan dalam
bentuk satuan uang dengan tujuan untuk penilaian dan pengambilan keputusan
mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan.
Menurut Jusup (2008:4) definisi akuntansi yang dilihat dari sudut pemakai
dapat didefinisikan “sebagai suatu disiplin yang menyediakan informasi yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi
kegiatan-kegiatan suatu organisasi”. Sementara informasi yang dihasilkan
akuntansi menurut Jusup (2008:4) diperlukan untuk :
12
baik orang yang ada di dalam organisasi maupun yang ada di luar organisasi.
Akuntansi dapat dijadikan sebagai alat yang membahaskan seperti apa yang
terjadi dalam organisasi atau perusahaan tersebut.
pokok yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yaitu Neraca, laporan rugi laba dan
laporan aliran kas.
1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan Modal
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Dari beberapa unsur-unsur laporan keuangan diatas, penulis hanya
menggunakan laporan neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas
1. Neraca
Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan
perusahaan pada tanggal tertentu (Kasmir, 2014:28). Sedangkan
menurut Munawir (2010:13), neraca adalah laporan yang sistematis
tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat
tertentu.
Elemen-elemen dalam neraca adalah sebagai berikut:
a. Aktiva, tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja,
tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan
atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan
datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya.
b. Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain
yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau
modal perusahaan yang berasal dari kreditor.
c. Modal adalah merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik
perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus
dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.
19
perusahaan dapat mempunyai jumlah kas yang lebih besar atau lebih kecil
daripada jumlah keuntungan yang dilaporkan dalam buku.
Menurut Skousen dkk (2009:284) dalam Irma Nursanti Agustin
(2016) bahwa “Laporan arus kas (statement of cash flow) adalah laporan
keuangan yang melaporkan jumlah kas yang diterima dan dibayar oleh
suatu perusahaan selama periode tertentu”.
Menurut Harahap (2010:257) mengemukakan bahwa “Laporan
arus kas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan
pengeluaran kas suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan
mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan: operasi, pembiayaan dan
investasi”.
Berdasarkan kedua pengertian diatas, dapat dikemukakan bahwa
laporan arus kas merupakan laporan yang menginformasikan arus kas
masuk dan arus kas keluar yang dihasilkan dari aktivitas operasi, aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan atau pembiayaan.
Kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap
saat serta surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhi syarat
sebagai berikut :
21
Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi menurut PSAK No. 2
dalam buku Hans Kartikahadi, dkk (2016:217) adalah:
2. Aktivitas Investasi
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu
dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan
dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas
investasi menurut PSAK No.2 dalam buku Hans Kartikahadi, dkk (2016:218)
adalah :
a) Pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tak berwujud, dan aset
jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi
dan aset tetap yang dibangun sendiri;
b) Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tak berwujud, dan aset
jangka panjang lain;
c) Pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrumen ekuitas
entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain pembayaran
kas untuk instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang
dimiliki untuk diperdagangkan atau dijualbelikan);
d) Penerimaan kas dari penjualan instrumen utang dan instrumen ekuitas
entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain penerimaan
kas dari instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki
untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan);
e) Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang
muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan).
3. Aktivitas pendanaan
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan menurut
PSAK No.2 dalam buku Hans Kartikahadi, dkk (2016:219) adalah :
periode. Volatilitas merupakan ukuran arus kas yang dapat naik atau turun dengan
cepat. Arus kas dalam periode jangka pendek adalah prediktor arus kas yang lebih
Kata volatilitas atau volatility berasal dari bahasa inggris yang artinya
fluktuasi. Definisi fluktuasi menurut kamus besar bahasa indonesia merupakan
gejala yang menunjukan naik turunnya suatu nilai (harga) yang terjadi dalam
periode tertentu karena pengaruh permintaan, penawaran dan faktor lainnya yang
dapat menyebabkan naik turunnya nilai (harga).
besar.
Volatilitas arus kas adalah standar deviasi aliran kas operasi dibagi
dengan total aktiva. Dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Dechow dan
Dichev (2002). Data variabel volatilitas arus kas ini diukur dengan
menggunakan rumus:
(CF0)t
σ
Total Aktiva jt
Keterangan:
Menurut Dechow dan Dichev (2002) dalam Sunarto (2009) mengatakan bahwa :
keutungan atau (profit). Laba diperlukan perusahaan untuk dapat terus bertahan
finansial (uang) dari aset neto pada akhir periode (di luar dari
kesejahteraan”.
adalah perkiraan atas kenaikan (penurunan) ekuitas yang tidak berasal dari
ekonomi selama satu periode dalam bentuk pemasukan (pendapatan lebih besar
keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan ini juga menjadi alat bagi
perusahaan dalam menyampaikan informasi keuangan mengenai
pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya
pemilik. Pengguna laporan keuangan menggunakan informasi laba untuk
membuat berbagai keputusan penting. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan
yang tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis
perusahaan sehingga laba yang diharapkan dapat memberikan informasi untuk
mendukung pengambilan keputusan menjadi diragukan kualitasnya. Laba yang
tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat
menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh
investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat
menjelaskan nilai perusahaan yang sebenarnya (Rachmawati dan Hanung, 2007).
digunakan sebagai pengukur laba itu sendiri. Artinya, laba saat ini dapat
persistensi laba dilihat dari inovasi laba tahun berjalan yang dihubungkan
persistensi laba.
Inovasi terhadap laba sekarang adalah informatif terhadap laba masa depan
saham”.
ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas yang terkandung dalam
laba saat ini”.
persistensi laba adalah sebagai laba yang dapat digunakan sebagai pengukur laba
itu sendiri. Artinya, laba saat ini dapat digunakan sebagai indikator laba periode
rendah atau laba transitorinya tinggi. Jika nilai koefisiennya bernilai negatif,
kurang persisten dan nilai koefisien yang lebih rendah menunjukkan lebih
persisten.”
laba akuntansi periode yang lalu. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Xit= α+ βXi(t-1)+ €I
Keterangan:
Earning jt 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑗𝑡 − 1
= 𝛽0 + 𝛽 +𝜀 𝑗𝑡
𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 𝑗𝑡 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 𝑗𝑡 − 1
Keterangan :
Earnings jt = laba sebelum item –item luar biasa perusahaan j tahun t
Earnings jt-1 = laba sebelum item –item luar biasa perusahaan j tahun sebelumnya
Saham yang beredar jt = saham yang beredar perusahaan j tahun t
Saham yang beredar jt-1 = saham yang beredar perusahaan j tahun sebelumnya
33
Selain menggunakan kedua rumus diatas persistensi laba juga dapat diukur
menggunakan proksi dari laba sebelum pajak tahun depan. Laba sebelum pajak
tahun depan merupakan selisih antara pendapatan dan beban pada tahun depan
sebelum dikurangi dengan beban pajak dibagi dengan rata – rata total asset
(Septavita, 2016).
Keterangan :
Pre-Tax Earnings jt+1 = Laba sebelum pajak perusahaan j tahun depan
Rata-Rata Total Aset jt = Rata-rata total aset perusahaan j tahun t
earnings are :
2. Magnitude accruals”
2. Accruals”
Berikut ini adalah faktor penentu persistensi laba menurut Fanani (2010) :
arus kas adalah derajat penyebaran arus kas atau indeks penyebaran distribusi arus
kas perusahaan.
stabil yaitu yang memiliki volatilitas arus kas operasi yang stabil. Jika arus kas
operasi berfluktuasi tajam maka sangatlah sulit untuk memprediksi arus kas
36
dimasa yang akan datang. Volatilitas yang tinggi menunjukkan persistensi laba
yang rendah, karena informasi arus kas saat ini sulit untuk memprediksi arus kas
tinggi. Jika arus kas berfluktuasi tajam, maka persistensi laba menjadi rendah
persistensi laba, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Dechow dan Dichev
dalam Fanani (2010) yang mengatakan bahwa volatilitas arus kas berpengaruh
signifikan negatif terhadap persistensi laba, hal ini dikarenakan jika arus kas
volatilitas arus kas berpengaruh positif dan signifikan terhadap persistensi laba hal
ini. Hal ini berarti derajat volatilitas arus kas bisa memprediksi persistensi laba.
Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tajam fluktuasi yang terjadi pada arus
kas terhadap persistensi laba. Volatilitas arus kas menjadi salah satu variabel yang
tajam fluktuasi yang terjadi pada arus kas operasi maka persistensi laba
tahun 2012 –
2016
5 Nina, Pengaruh Volatilitas Hasil penelitian Mencari Penelitian yang
Hasan Basri arus kas, volatilitas menunjukan bahwa 1. pengaruh penulis lakukan
dan penjualan, besaran Volatilitas arus kas, volatilitas hanya
Muhammad akrual, dan financial volatilitas penjualan, arus kas menggunakan
Arfan leverage terhadap besaran akrual, dan terhadap satu variable
(2014) persistensi laba (Pada financial leverage secara persistensi independen dan
Perusahaan bersama-sama memiliki laba penulis
Manufaktur yang pengaruh yang sangat melakukan
Terdaftar di Bursa kecil terhadap persistensi penelitian pada
Efek Indonesia Tahun laba perushaan
2009-2012) 2. Volatilitas arus kas, manufaktur sub
volatilitas penjualan, sektor makanan
besaran akrual, dan dan minuman
financial leverage secara tahun 2012 –
parsial memiliki 2016
pengaruh positif yang
sangat kecil terhadap
persistensi laba.
Sumber: Jurnal
Sesungguhnya, nilai yang terkandung di dalam arus kas pada suatu periode
mencerminkan nilai laba dalam metode kas (cash basis). Arus kas merupakan
40
Laba akuntansi yang persisten adalah laba akuntansi yang memiliki sedikit atau
digunakan sebagai pengukur laba itu sendiri. Artinya, laba saat ini dapat
Menurut Fanani (2010) ada beberapa faktor yang melekat di dalam laba
dan diharapkan dapat menjadi indikator persistensi laba antara lain volatilitas arus
kas, besaran akrual, volatilitas penjualan, tingkat hutang, dan siklus operasi.
Untuk mengukur persistensi laba dibutuhkan informasi arus kas yang
stabil, yaitu yang mempunyai volatilitas yang kecil. Jika arus kas berfluktuasi
tajam maka sangatlah sulit untuk memprediksi arus kas di masa yang akan datang.
Volatilitas yang tinggi menunjukkan persistensi laba yang rendah, karena
informasi arus kas saat ini sulit untuk memprediksi arus kas di masa yang akan
datang (Fanani, 2010)
Terdapat beberapa peneliti terdahulu yang telah melakukan penelitian
tentang Pengaruh Volatilitas Arus Kas Teradap Persistensi Laba yaitu Cel Indra
(2014) Pengaruh Volatilitas Arus Kas, Besaran Akrual dan Volatilitas Penjualan
Terhadap Persistensi Laba (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di
Indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012). Hasil Penelitian
Volatilitas arus kas berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba yang
berarti jika fluktuasi arus kas rendah maka mengindikasikan rendahnya
ketidakpastian yang terjadi dalam lingkungan operasi sehingga menyebabkan
kualitas laba menjadi rendah dan tidak mampu.
Peneliti selanjutnya adalah Nina, Hasan Basri dan Muhammad Arfan
(2014) Pengaruh Volatilitas arus kas, volatilitas penjualan, besaran akrual, dan
financial leverage terhadap persistensi laba (Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012). Hasil penelitian
menunjukan bahwa 1) Volatilitas arus kas, volatilitas penjualan, besaran akrual,
dan financial leverage secara bersama-sama memiliki pengaruh yang sangat kecil
terhadap persistensi laba 2) Volatilitas arus kas, volatilitas penjualan, besaran
akrual, dan financial leverage secara parsial memiliki pengaruh positif yang
sangat kecil terhadap persistensi laba.
(X) (Y)
(CF0)t Earning jt
σ =
Total Aktiva jt 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 𝑗𝑡
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑗𝑡 − 1
𝛽0 + 𝛽
𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 𝑗𝑡 − 1
+ 𝜀 𝑗𝑡
(Dechow and Dechiv, 2002)
(Francis et al, 2006)
Gambar 2.1
Paradigma Penelitian
2.3 Hipotesis