Anda di halaman 1dari 34

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori Ilmu Akuntansi


Secara umum, akuntansi dapat diartikan sebagai suatu seni pencatatan
keuangan sebuah organisasi dengan tujuan untuk menghasilkan informasi
keuangan suatu organisasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Sementara itu
menurut Hans Kartikahadi, dkk (2016:3) menyatakan bahwa “Akuntansi adalah
suatu sistem informasi keuangan, yang bertujuan untuk menghasilkan dan
melaporkan informasi yang relevan bagi berbagai pihak yang berkepentingan”.

American Institute of Certified Public Accountants dalam Irma Nursanti

menyatakan bahwa :

Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan dan peringkasan


transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya
guna dan dalam bentuk satuan uang dan penginterpretasian hasil proses
tersebut.
Sedangkan pengertian akuntansi yang dirumuskan oleh Accounting
Principle Board (APB) dan American Institute of Certified Public Accountants
(AICPA) dalam buku Hans Kartikahadi, dkk (2016:3) adalah sebagai berikut :

“Accounting is a service activity, its function is to provide quantitative


information, primarily financial in nature, about economic entities that is
inteded to be useful in making economic decisions, in making reasoned
choices among alternative course of action”.
Jadi APB dan AICPA menjelaskan pengertian akuntansi sebagai suatu
aktivitas atau kegiatan pelayanan, yang fungsinya terutama untuk memberikan
informasi kuantitatif, terutama bersifat keuangan, dari suatu entitas ekonomi
dengan maksud berguna untuk pengambilan keputusan ekonomi, dalam memilih
secara bijak diantara alternatif tindakan.

Selain itu, Soemarso (2008:32) mendefinisikan akuntansi sebagai berikut :


“Proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk

10
11

memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka
yang menggunakan informasi tersebut”. Definisi tersebut mengandung dua
pengertian, yakni :

1. Kegiatan akuntansi
Bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri dari identifikasi,
pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi.
2. Kegunaan akuntansi
Bahwa informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi diharapkan
berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan mengenai
kesatuan usaha yang bersangkutan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi
akuntansi adalah suatu sistem informasi keuangan yang berdaya guna dan dalam
bentuk satuan uang dengan tujuan untuk penilaian dan pengambilan keputusan
mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan.

2.1.1.1 Pengertian Akuntansi


Akuntansi merupakan pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran
peristiwa-peristiwa ekonomi dengan cara yang logis yang bertujuan menyediakan
informasi keuangan untuk mengambil keputusan. Dan untuk menyediakan
informasi yang relevan, selain itu akuntansi juga harus mengembangkan suatu
sistem untuk memastikan bahwa peristiwa-peristiwa ekonomi dan entitas yang
bersangkutan dicatat secara tepat waktu. Oleh karena itu, prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum menyediakan kriteria untuk mengevaluasi apakah informasi
akuntansi telah dicatat sebagaimana mestinya. Akuntansi berasal dari kata asing
accounting yang artinya bila diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia adalah
menghitung atau mempertanggungjawabkan, akuntansi digunakan hampir seluruh
kegiatan bisnis diseluruh dunia untuk mengambil keputusan sehingga disebut
sebagai bahasa bisnis.

Menurut Jusup (2008:4) definisi akuntansi yang dilihat dari sudut pemakai
dapat didefinisikan “sebagai suatu disiplin yang menyediakan informasi yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi
kegiatan-kegiatan suatu organisasi”. Sementara informasi yang dihasilkan
akuntansi menurut Jusup (2008:4) diperlukan untuk :
12

1. Membuat perencanaan yang efektif, pengawasan dan pengambilan keputusan


oleh manajemen; dan
2. Pertanggungjawaban organisasi kepada para investor, kreditur, badan
pemerintah dan sebagainya
Apabila ditinjau dari sudut pandang kegiatannya, Jusup (2008:4)
menyatakan bahwa “akuntansi dapat didefinisikan sebagai proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisisan data keuangan suatu
organisasi”. Definisi ini menunjukan bahwa kegiatan akuntansi merupakan tugas
yang kompleks dan menyangkut bermacam-macam kegiatan. Menurut Jusup
(2008:4) pada dasarnya akuntansi harus :

1. Mengidentifikasikan data mana yang berkaitan atau relevan dengan


keputusan yang akan diambil;
2. Memproses atau menganalisis data yang relevan;
3. Mengubah data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Akuntansi diselenggarakan dalam suatu organisasi (biasanya berupa


organisasi perusahaan). Informasi akuntansi yang dihasilkan adalah informasi
tentang organisasi.
2. Informasi akuntansi sangat penting dalam menyelenggarakan kegiatan
perusahaan. Informasi ini digunakan dalam pengambilan keputusan intern
organisasi (oleh manajemen yaitu orang yang diberi tugas untuk memimpin
perusahaan), dan juga untuk pengambilan keputusan oleh pihak ekstern
organisasi (oleh investor yaitu orang-orang yang menanamkan uangnya dalam
perusahaan).

2.1.1.2 Fungsi Akuntansi


Secara umum fungsi akuntansi yang paling utama adalah sebagai media
informasi keuangan suatu organisasi karena dari laporan akuntansi kita dapat
melihat seperti apa kualitas yang ada dalam suatu organisasi dan seperti apa
perubahan yang terjadi dalam organisasi. Akuntansi memberikan informasi data
kuantitatif dengan satuan uang. Informasi mengenai tata keuangan sangat
dibutuhkan oleh pihak yang akan membuat keputusan dalam aktivitas selanjutnya
13

baik orang yang ada di dalam organisasi maupun yang ada di luar organisasi.
Akuntansi dapat dijadikan sebagai alat yang membahaskan seperti apa yang
terjadi dalam organisasi atau perusahaan tersebut.

Menurut Azhar Susanto (2013:22) bahwa akuntansi mempunyai fungsi


sebagai berikut :

“untuk menyajikan informasi ekonomi dari satu kesatuan ekonomi atau


perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, baik pihak yang di
dalam perusahaan maupun pihak yang ada di luar perusahaan, dan fungsi
akuntansi adalah untuk menghitung laba yang dicapai perusahaan
kemudian menilai apakah pimpinan perusahaan telah melaksanakan tugas
yang telah dibebankan oleh para pemilik sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dan membantu mengamankan dan mengawasi semua hak dan
kewajiban yang dibebankan oleh para pemilik sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai dan membantu mengamankan dan mengawasi semua hak
dan kewajiban perusahaan khususnya dari segi keuangan”.
Menurut Dwi Harti dalam Modul Akuntansi (2011:23) menyatakan
bahwa:

“fungsi utama akuntansi adalah sebagai informasi keuangan kepada lembaga


ekonomi dan pemegang keputusan”.

Sedangkan menurut Mulyadi (2013:211) menyatakan bahwa:

“fungsi akuntansi adalah fungsi ini bertanggungjawab untuk mencatat piutang


yang timbul dari transaksi penjualan kredit dan membuat serta mengirimkan
pernyataan piutang kepada para debitur serta membuat laporan penjualan.”

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi akuntansi adalah


suatu informasi keuangan organisasi untuk melihat posisi keuangan suatu
organisasi beserta perubahan yang terjadi di dalamnya.

2.1.2.3 Tujuan Akuntansi


Menurut Mulyadi (2012:20) menyatakan bahwa tujuan akuntansi sebagai
berikut :

a. Untuk menyediakan informasi bagi pengelola kegiatan usaha baru


b. Untuk meningkatkan informasi yang dihasilkan oleh sistem yang
sudah ada, baik mengenal mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur
iformasinya
14

c. Untuk memperbaiki pengendaliann akuntansi dan pengecekan intern


yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan (reability) informasi
akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenal
pertanggung jawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan.
d. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaralkan catatan
akuntansi
Menurut Warren, dkk (2009:28) menyatakan bahwa tujuan dan fungsi
akuntansi sebagai berikut :

“untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat


dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak
berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik
atau pencatatan harian yang terlibat dalam proses ini dikenal dengan istilah
pembukuan. Akuntansi keuangan adalah suatu cabang dari akuntansi
dimana informasi keuangan pada suatu bisnis dicatat, diklasifikasi,
diringkas, diinterprestasikan dan dikomunikasikan. Auditing, suatu
disiplin ilmu yang terkait tetapi tetap terpisah dari akuntansi, adalah suatu
proses dimana pemeriksaan independen memeriksa laporan keuangan
suatu organisasi untuk memberikan suatu pendapat atau opini yang masuk
akal tapi tak dijamin sepenuhnya mengenai kewajaran dan kesesuaiannya
dengan prinsip akuntansi yang berterima umum”.
Tujuan akuntansi yaitu : untuk memberikan informasi yang dapat
dipercaya mengenai suatu perubahan sumber ekonomi netto suatu perusahaan
yang muncul dari suatu kegiatan dalam rangka mendapatkan laba, untuk
memberikan suatu informasi yang terpercaya mengenai aktiva, kewajiban dan
terakhir modal. Untuk membantu para pemakai dalam memperkirakan suatu
potensi perusahaan untuk menghasilkan laba. Untuk memberikan informasi
penting lainnya yang mengenai suatu perubahan sumber-sumber ekonomi dan
kewajiban yang seperti informasi mengenai aktivitas belanja. Tujuan akuntansi
yaitu untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat
dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak kepentingan
lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik pencatatan harian yang
dikenal dengan istilah pembukuan.

Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan


akuntansi adalah untuk memberikan informasi akuntansi tentang laporan
keuangan yang lebih akurat.
15

2.1.2 Akuntansi Keuangan


Akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi
adalah bahasa bisnis (bussnines language). Akuntansi menghasilkan informasi
yang menjelaskan kinerja keuangan entitas dalam suatu periode tertentu dan
kondisi keuangan entitas pada tanggal tertentu. Informasi akuntansi tersebut
digunakan oleh para pemakai agar dapat membantu dalam membuat prediksi
kinerja di masa mendatang. Berdasarkan informasi tersebut berbagai pihak dapat
mengambil keputusan terkait dengan entitas.

Menurut Hans Kartikahadi, dkk (2016:5) pengertian akuntansi keuangan


(financial accounting) secara khusus diartikan sebagai :

“Akuntansi yang bertujuan menghasilkan informasi keuangan suatu


entitas, yang berguna bagi para pemangku kepentingan sebagai penerima
dan pengguna laporan keuangan untuk :
a. Pengambilan keputusan ekonomi, khususnya tentang investasi atau
pinjaman;
b. Pemahaman tentang posisi atau keadaan keuangan suatu unit usaha,
susunan aset yaitu sumber daya ekonomi yang dimiliki, sumber
pembelanjaan yaitu komposisi liabilitas dan ekuitas yang mendanai
aset tersebut;
c. Pemahaman tentang kinerja dan arus kas.
Akuntansi menghasilkan informasi keuangan tentang sebuah entitas.
Informasi keuangan yang dihasilkan oleh proses akuntansi disebut laporan
keuangan. Laporan keuangan dapat digunakan untuk tujuan umum maupun tujuan
khusus. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar merupakan bentuk
laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement).
Penyusunan laporan keuangan untuk tujuan umum dan ditujukan kepada pihak
eksternal, merupakan bagian dari akuntansi keuangan.

Bidang akuntansi keuangan dilihat dari sisi pengguna informasi dibagi


menjadi dua yaitu akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan. Dalam
penulisan laporan akhir ini penulis berfokus pada akuntansi keuangan. Akuntansi
keuangan membahas penyusunan laporan keuangan untuk pengguna eksternal.
Penjelasan mengenai akuntansi keuangan menurut Martani (2012:8) adalah
sebagai berikut :
16

Akuntansi keuangan berorientasi pada pelaporan pihak eksternal.


Beragamnya pihak eksternal dengan tujuan spesifik bagi masing-masing
pihak membuat pihak penyusun laporan keuangan menggunakan prinsip
dan asumsi-asumsi dalam penyusunan laporan keuangan. Untuk itu
diperlukan standar akuntansi yang dijadikan pedoman baik oleh penyusun
maupun oleh pembaca laporan keuangan. Laporan keuangan yang
dihasilkan dari akuntansi keuangan berupa laporan keuangan untuk tujuan
umum (general purpose financial statement).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi
keuangan merupakan informasi keuangan suatu entitas yang berguna bagi para
pemangku kepentingan yang dijadikan pedoman baik oleh penyusun maupun oleh
pembaca laporan keuangan.

2.1.2.1 Laporan Keuangan


Laporan keuangan adalah hasil dari akhir proses akuntansi sebuah
perusahaan yang memberikan informasi keuangan suatu perusahaan yang berguna
bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Menurut PSAK No.1 (2015:1)
laporan keuangan didefinisikan sebagai berikut: “Laporan keuangan adalah
penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”.
Laporan ini menampilkan sejarah entitas yang dikuantifikasi dalam nilai moneter.

Menurut Farid dan Siswanto (2011:2) yang dimaksud dengan laporan


keuangan adalah “Laporan keuangan merupakan informasi yang diharapkan
mampu memberikan bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan
ekonomi yang bersifat financial”.

Pengertian laporan keuangan menurut PSAK No.1 (2015:2) adalah sebagai


berikut :

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.


Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana),
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya
informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan
pengaruh perubahan harga.
17

Menurut Hans Kartikahadi (2016:126) sebagai berikut: “Laporan


keuangan dapat dikatakan sebagai suatu penyajian yang terstruktur tentang posisi
keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”.

Sedangkan menurut Warren dan Fees (2009:24) “Laporan keuangan


adalah setelah transaksi dicatat dan diikhtisarkan, maka disiapkan bagi pemakai.
Laporan akuntansi yang menghasilkan informasi demikian disebut laporan
keuangan”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Laporan


keuangan adalah laporan yang berisi informasi mengenai keadaan terkait dengan
kondisi keuangan suatu perusahaan sehingga hasil yang didapat dari laporan
keuangan tersebut dapat mempengaruhi pendapat dari pihak-pihak yang
berkepentingan.

2.1.2.2 Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan laporan keuangan menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No.1 dalam buku Hans Kartikahadi, dkk (2016:126) sebagai
berikut:

Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi


keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan
ekonomi.
Untuk memenuhi tujuan tersebut diatas, laporan keuangan menyediakan
informasi tentang suatu entitas yang terdiri dari : aset, liabilitas, pendapatan dan
beban serta kontribusi dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik, serta arus kas. Informasi tersebut beserta informasi lain yang terdapat
dalam catatan atas laporan keuangan membantu pengguna laporan keuangan
dalam prediksi arus kas masa depan dan kinerja entitas.

2.1.2.3 Unsur-Unsur Laporan Keuangan


Tujuan laporan keuangan perusahaan tercermin dari laporan keuangan
yang terdiri dari beberapa unsur laporan keuangan. Seperti yang diungkapkan
Hanafi (2007:12), menjelaskan bahwa ada tiga bentuk laporan keuangan yang
18

pokok yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yaitu Neraca, laporan rugi laba dan
laporan aliran kas.

Secara lengkap menurut Kasmir (2014:28), menyebutkan ada lima yang


termasuk ke dalam unsur atau komponen laporan keuangan yakni:

1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan Modal
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Dari beberapa unsur-unsur laporan keuangan diatas, penulis hanya
menggunakan laporan neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas

1. Neraca
Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan
perusahaan pada tanggal tertentu (Kasmir, 2014:28). Sedangkan
menurut Munawir (2010:13), neraca adalah laporan yang sistematis
tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat
tertentu.
Elemen-elemen dalam neraca adalah sebagai berikut:
a. Aktiva, tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja,
tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan
atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan
datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya.
b. Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain
yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau
modal perusahaan yang berasal dari kreditor.
c. Modal adalah merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik
perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus
dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.
19

2. Laporan Laba Rugi


Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang menggambarkan
hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2014:29).
Selisih antara pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau
rugi yang diderita perusahaan. Sedangkan menurut Munawir (2010:26),
Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama
periode tertentu.
Prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan dalam penyusunan
laporan laba rugi adalah :
a. Bagian yang pertama menunjukan penghasilan yang diperoleh dari
usaha pokok perusahaan atau lembaga diikuti dengan harga pokok
dari barang atau jasa yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.
b. Bagian kedua menunjukan biaya-biaya operasional yang terdiri
dari biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi.
c. Bagian ketiga menunjukan hasil-hasil yang diperoleh dari operasi
pokok perusahaan, yang diikuti dengan biaya-biaya yang terdiri
diluar usaha pokok perusahaan atau lembaga.
d. Bagian keempat menunjukan laba atau rugi yang insidentil
sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
3. Laporan Arus Kas
Informasi tentang kas suatu perusahaan berguna bagi pemakai
laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dan
menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut.
Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu
melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
kas serta keputusan perolehannya. Perusahaan harus menyusun laporan
arus kas dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak
terpisahkan di laporan keuangan untuk periode penyajian laporan
keuangan. Agar menghasilkan keuntungan tambahan, perusahaan harus
mempunyai kas untuk ditanamkan kembali. Keuntungan yang dilaporkan
dalam buku belum pasti dalam bentuk kas. Sehingga dengan demikian
20

perusahaan dapat mempunyai jumlah kas yang lebih besar atau lebih kecil
daripada jumlah keuntungan yang dilaporkan dalam buku.
Menurut Skousen dkk (2009:284) dalam Irma Nursanti Agustin
(2016) bahwa “Laporan arus kas (statement of cash flow) adalah laporan
keuangan yang melaporkan jumlah kas yang diterima dan dibayar oleh
suatu perusahaan selama periode tertentu”.
Menurut Harahap (2010:257) mengemukakan bahwa “Laporan
arus kas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan
pengeluaran kas suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan
mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan: operasi, pembiayaan dan
investasi”.
Berdasarkan kedua pengertian diatas, dapat dikemukakan bahwa
laporan arus kas merupakan laporan yang menginformasikan arus kas
masuk dan arus kas keluar yang dihasilkan dari aktivitas operasi, aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan atau pembiayaan.

2.1.3 Volatilitas Arus Kas

2.1.3.1 Pengertian Arus Kas


Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu
membutuhkan kas. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan
sehari-hari maupun mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap karena
itu kas sangat penting dalam kelangsungan aktivitas perusahaan, sehingga
memerlukan perhatian khusus, karena pengelolaan kas yang kurang efektif
dapat menyebabkan kelebihan dalam kas. Manajemen harus
mendayagunakan kas, khususnya kas atau uang yang sementara
menganggur dan tidak digunakan untuk melaksanakan kegiatan
normalnya, hal ini diperlukan untuk menghindari resiko rugi.

Menurut Harahap (2010:258) bahwa pengertian kas adalah sebagai


berikut:

Kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap
saat serta surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhi syarat
sebagai berikut :
21

1) setiap saat dapat ditukar menjadi kas,


2) tanggal jatuh temponya sangat dekat,
3) kecil resiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat
harga.
Kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan.
Dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan harus memiliki anggaran kas untuk
menjaga posisi likuiditas dan untuk mengetahui defisit dan surplus kas.
Perusahaan yang memiliki kelebihan kas dapat dibelikan surat-surat berharga
(efek atau marketable securities atau temporary investment) obligasi, saham biasa
dan saham preferen. Pembelian efek dilakukan untuk menjaga likuiditas karena
hakikatnya efek tersebut ialah uang tunai, artinya mudah dijual dipasar bursa dan
untuk tujuan investasi sementara untuk memperoleh keuntungan atas dasar
pembedaan harga jual dan harga beli

2.1.3.2 Laporan Arus Kas


Informasi tentang kas suatu perusahaan berguna bagi pemakai laporan
keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dan menilai
kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses
pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi
terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas serta keputusan
perolehannya. Perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan harus menyajikan
laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan di laporan keuangan untuk
periode penyajian laporan keuangan. Agar menghasilkan keuntungan tambahan,
perusahaan harus mempunyai kas untuk ditanamkan kembali. Keuntungan yang
dilaporkan dalam buku belum pasti dalam bentuk kas. Sehingga dengan demikian
perusahaan dapat mempunyai jumlah kas yang lebih besar atau lebih kecil
daripada jumlah keuntungan yang dilaporkan dalam buku.

Menurut Skousen dkk (2009:284) dalam Irma Nursanti Agustin (2016)


bahwa “Laporan arus kas (statement of cash flow) adalah laporan keuangan yang
melaporkan jumlah kas yang diterima dan dibayar oleh suatu perusahaan selama
periode tertentu”.

Menurut Harahap (2010:257) mengemukakan bahwa “Laporan arus kas


memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas
22

suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan


transaksi pada kegiatan: operasi, pembiayaan dan investasi”.

Berdasarkan kedua pengertian diatas, dapat dikemukakan bahwa laporan


arus kas merupakan laporan yang menginformasikan arus kas masuk dan arus kas
keluar yang dihasilkan dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan atau pembiayaan.

2.1.3.3 Kegunaan Arus Kas


Menurut PSAK No.2 paragraf 04 (IAI:2015), Laporan arus kas disusun
dengan tujuan untuk memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna
untuk mengevaluasi perubahan dalam aset bersih perusahaan, struktur keuangan
(termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan mempengaruhi jumlah serta
waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.
Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pengguna
mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari
laporan arus kas masa depan dari berbagai perusahaan. Informasi tersebut
meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena
dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda
terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.

Adapun kegunaan arus kas menurut Harahap (2010:257) yaitu dapat


mengetahui :

1. Kemampuan perusahaan menggenerate kas, merencanakan,


mengontrol arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan pada masa
lalu;
2. Kemungkinan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas bersih
perusahaan, termasuk kemampuan membayar dividen dimasa yang
akan datang;
3. Informasi bagi investor dan kreditor untuk memproyeksikan return
dari sumber kekayaan perusahaan;
4. Kemampuan perusahaan untuk memasukan kas ke perusahaan dimasa
yang akan datang;
5. Alasan perbedaan antara laba bersih dibandingkan dengan penerimaan
dan pengeluaran kas;
6. Pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya
terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu.
23

2.1.3.4 Klasifikasi Laporan Arus Kas


1. Aktivitas Operasi

Menurut PSAK No. 2 dalam buku Hans Kartikahadi, dkk (2016:216)


dinyatakan jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan
indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara
kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru
tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur
tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam
memprediksi arus kas operasi masa depan.

Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan


(principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan
aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan (Syakur, 2009:40). Arus kas dari
aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan
entitas. Pada umumnya arus kas tersebut berasal dari transaksi dan peristiwa lain
yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih.

Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi menurut PSAK No. 2
dalam buku Hans Kartikahadi, dkk (2016:217) adalah:

a. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa;


b. Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi dan pendpatan lain;
c. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;
d. Pembayaran kas kepada karyawan;
e. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan
dengan klaim, anuitas dan manfaat asuransi lainnya;
f. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan
kecuali jika dapat diidentifikasi secara khusus sebagai bagian dari
aktivitas pendanaan dan investasi;
g. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk
tujuan transaksi usaha dan perdagangan.

2. Aktivitas Investasi

Aktivitas investasi yang utama adalah pembelian dan penjualan tanah,


bangunan peralatan, dan aktiva lainnya yang tidak dibeli untuk dijual kembali.
24

Aktivitas investasi juga termasuk pembelian dan penjualan instrument keuangan


yang tidak ditujukan untuk diperdagangkan, seperti halnya memberi dan menagih
pinjaman. Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktivitas jangka
panjang serta investasi yang tidak termasuk setara kas (Syakur, 2009:40)

Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu
dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan
dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas
investasi menurut PSAK No.2 dalam buku Hans Kartikahadi, dkk (2016:218)
adalah :

a) Pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tak berwujud, dan aset
jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi
dan aset tetap yang dibangun sendiri;
b) Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tak berwujud, dan aset
jangka panjang lain;
c) Pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrumen ekuitas
entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain pembayaran
kas untuk instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang
dimiliki untuk diperdagangkan atau dijualbelikan);
d) Penerimaan kas dari penjualan instrumen utang dan instrumen ekuitas
entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain penerimaan
kas dari instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki
untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan);
e) Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang
muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan).

3. Aktivitas pendanaan

Termasuk dalam aktivitas pendanaan adalah transaksi dan kejadian dimana


kas diperoleh dari dan dibayarkan kembali kepada para pemilik dan kreditor.
Contohnya kas yang dihasilkan dari penerbitan saham dan obligasi akan
diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan. Menurut (Syakur, 2009:4) bahwa
“Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam
jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan”. Pengungkapan arus kas
yang timbul dari transaksi ini berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas
masa depan oleh para pemasok modal perusahaan.
25

Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan menurut
PSAK No.2 dalam buku Hans Kartikahadi, dkk (2016:219) adalah :

a) Penerimaan kas dari penerbitan saham atau instrumen modal lain;


b) Pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham
entitas;
c) Penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan
pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lain;
d) Pelunasan pinjaman;
e) Pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo liabilitas yang
berkaitan dengan sewa pembiayaan.
2.1.3.5 Pengertian Volatilitas Arus Kas

Varians yang berubah seiring dengan perubahan waktu umumnya disebut

volatilitas. Volatilitas mengukur banyaknya fluktuasi underlying asset dalam satu

periode. Volatilitas merupakan ukuran arus kas yang dapat naik atau turun dengan

cepat. Arus kas dalam periode jangka pendek adalah prediktor arus kas yang lebih

baik dibandingkan dengan laba atas arus kas.

Kata volatilitas atau volatility berasal dari bahasa inggris yang artinya
fluktuasi. Definisi fluktuasi menurut kamus besar bahasa indonesia merupakan
gejala yang menunjukan naik turunnya suatu nilai (harga) yang terjadi dalam
periode tertentu karena pengaruh permintaan, penawaran dan faktor lainnya yang
dapat menyebabkan naik turunnya nilai (harga).

Menurut Pasaribu (2009) menyatakan bahwa :

“Volatilitas mengukur variabilitas atau disperse disekitar suatu

tedensi pusat (central tedency)”.

Menurut Bramantyo (2008:161) pengertian volatilitas seccara umum adalah

“Volatilitas mengukur seberapa besar harga, tingkat pengembalian atau


variabel lain, berfluktuasi. Semakin tinggi fluktuasi atau gejolak suatu
variabel semakin tinggi pula risikonya.”
26

Kas merupakan asset paling likuid serta menawarkan likuiditas


fleksibelitas bagi perusahaan. Kas merupakan awal sekaligus akhir siklus operasi
perusahaan. Arus kas merupakan arus masuk dan arus keluar kas yang
diklasifikasikan menjadi tiga aktivitas, aktivitas tersebut antara lain aktivitas
operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan atau pembiyaan.

Menurut Fakhruddin dan Darmadji (2011) dalam Nina, Hasan Basri,


Muhammad Arfan (2014:2) volatilitas arus kas adalah

“Volatilitas arus kas merupakan suatu tingkat fluktuasi atau pergerakan


arus kas.”

Menurut (Dechow dan Dichev, 2002) dalam Fanani (2010:112) volatilitas


arus kas adalah

“Volatilitas aliran kas mengindikasikan adanya ketidakpastian tinggi


dalam lingkungan operasi ditunjukkan oleh volatilitas arus kas yang tinggi.

Menurut Desra Afri (2014:12) volatilitas arus kas adalah

“Volatilitas arus kas menggambarkan fluktuasi arus kas yang terjadi


didalam perusahaan, arus kas yang berfluktuasi tajam akan menyebabkan
kesulitan dalam memprediksi arus kas masa depan”

Berdasarkan beberapa konsep definisi volatilitas arus kas diatas, maka


dapat disimpulkan volatilitas arus kas merupakan fluktuasi atau ketidaktetapan
arus yang terjadi dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu.

2.1.3.5 Jenis-jenis Volatilitas Arus Kas

Menurut Firmansyah (2006) dalam Darmayanti (2009), terdapat dua

jenis volatilitas arus kas, yaitu:

1. “Transistory Volatility adalah volatilitas yang bersifat sementara

karena ada ketidak seimbangan arus order, seperti kepemilikan

pasar, ekspektasi yang berlebihan, ada pihak tertentu yang


27

berspekulasi membeli atau menjual komoditas dalam jumlah

besar.

2. Fundamental Volatility adalah volatilitas yang di sebabkan

karena faktor fundamental seperti bencana alam, kegagalan

panen, dan serangan hama.”

2.1.3.6 Pengukuran Volatilitas Arus Kas

Volatilitas arus kas adalah standar deviasi aliran kas operasi dibagi

dengan total aktiva. Dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Dechow dan

Dichev (2002). Data variabel volatilitas arus kas ini diukur dengan

menggunakan rumus:

(CF0)t
σ
Total Aktiva jt

Keterangan:

CFOjt= Aliran Kas Operasi Perusahaan j tahun t

Total Aktivajt= Total Aktiva Perusahaan j tahun t

CFO jt = Standart deviasi

Menurut Dechow dan Dichev (2002) dalam Sunarto (2009) mengatakan bahwa :

“Standar deviasi dari residual merupakan ukuran kualitas akrual.

Diasumsikan bahwa standar deviasi residual tinggi (besar)

menunjukkan kualitas laba rendah”.

Hal tersebut dungkapkan juga oleh Fanani (2010) yang

menyatakan bahwa : “Volatilitas arus kas yang tinggi

menunjukkan arus kas yang berfluktuasi tajam”.


28

2.1.4 Persistensi Laba

2.1.4.1 Pengertian Laba

Setiap perusahaan menginginkan laba atau sering disebut juga dengan

keutungan atau (profit). Laba diperlukan perusahaan untuk dapat terus bertahan

dalam perekonomian dan melangsungkan kehidupan perusahaan tersebut.

Dwi Martani (2012:113) menyatakan bahwa pengertian laba adalah:

“Laba merupakan pendapatan yang diperoleh apabila jumlah

finansial (uang) dari aset neto pada akhir periode (di luar dari

distribusi dan kontribusi pemilik perusahaan) melebihi aset neto

pada awal periode”.

Menurut Hendriksen and Van Breda (2000:319) yang dialihbahasakan

oleh Nugroho (2006:331) menyatakan bahwa laba :

“Laba merupakan surplus sesudah pemeliharaan

kesejahteraan”.

Menurut Soemarso (2005:230) mengemukakan bahwa laba adalah

“Selisih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha”.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa laba

adalah perkiraan atas kenaikan (penurunan) ekuitas yang tidak berasal dari

konstribusi penanaman modal yang diakibatkan karena adanya kenaikan manfaat

ekonomi selama satu periode dalam bentuk pemasukan (pendapatan lebih besar

dari beban) atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban.

2.1.4.2 Kualitas Laba


Menurut Ujiyantho dan Bambang (2007), laporan keuangan merupakan
salah satu sumber informasi yang digunakan untuk menilai posisi keuangan dan
kinerja perusahaan. Laporan keuangan memberikan gambaran mengenai keadaan
29

keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan ini juga menjadi alat bagi
perusahaan dalam menyampaikan informasi keuangan mengenai
pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya
pemilik. Pengguna laporan keuangan menggunakan informasi laba untuk
membuat berbagai keputusan penting. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan
yang tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis
perusahaan sehingga laba yang diharapkan dapat memberikan informasi untuk
mendukung pengambilan keputusan menjadi diragukan kualitasnya. Laba yang
tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat
menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh
investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat
menjelaskan nilai perusahaan yang sebenarnya (Rachmawati dan Hanung, 2007).

Menurut Wulansari (2013), kualitas laba merupakan kualitas informasi


laba yang tersedia untuk publik yang mampu menunjukkan sejauh mana laba
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan dapat digunakan investor untuk
menilai perusahaan.

Laba yang berkualitas adalah laba yang mencerminkan kinerja keuangan


perusahaan yang sebenarnya (Irawati, 2012).

Menurut Wulansari (2013) untuk menjadi informasi yang berguna, laba


sebagai bagian dari laporan keuangan harus berkualitas. Laba yang berkualitas
adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings)
dimasa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan kas, serta dapat
mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya
(Wulansari,2013).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba diantaranya adalah


mekanisme corporate governance (komite audit, komisaris independen,
kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial), persistensi laba, alokasi
pajak antar periode, struktur modal, leverage, ukuran perusahaan, investment
opportunity set, pertumbuhan laba dan likuiditas.
30

2.1.4.3 Pengertian Persistensi Laba

Persistensi laba merupakan laba yang dapat digunakan sebagai indikator

future earnings. Persistensi laba didefinisikan sebagai laba yang dapat

digunakan sebagai pengukur laba itu sendiri. Artinya, laba saat ini dapat

digunakan sebagai indikator laba periode mendatang (future earnings).

Menurut Scott yang dialihbahasakan oleh Lontoh dan Lindrawati

(2006:353) menyatakan persistensi laba adalah:

“Revisi laba yang diharapkan di masa mendatang (expected future

earnings) yang diimplikasikan oleh inovasi laba tahun berjalan sehingga

persistensi laba dilihat dari inovasi laba tahun berjalan yang dihubungkan

dengan perubahan harga saham. Besarnya revisi ini menunjukan tingkat

persistensi laba.

Menurut Wijayanti (2006) laba yang persisten adalah:

“Laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba di masa depan yang

ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kasnya. Persistensi laba

merupakan laba yang mempunyai kemampuan sebagai indikator laba

periode mendatang (future earnings) yang dihasilkan oleh perusahaan

secara berulang-ulang (repetitive) dalam jangka panjang (sustainable).

Inovasi terhadap laba sekarang adalah informatif terhadap laba masa depan

ekspektasian, yaitu manfaat masa depan yang diperoleh pemegang

saham”.

Menurut Penman (2009:238) mengungkapkan bahwa persistensi laba adalah:

“Revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang yang


disebabkan oleh inovasi laba tahun berjalan. Persistensi laba tersebut
31

ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas yang terkandung dalam
laba saat ini”.

Menurut Harahap (2010:40) menyatakan bahwa persistensi laba adalah :

“Revisi laba yang mencerminkan kualitas laba perusahaan dan


menunjukkan bahwa perusahaan dapat mempertahankan laba dari waktu
ke waktu”.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

persistensi laba adalah sebagai laba yang dapat digunakan sebagai pengukur laba

itu sendiri. Artinya, laba saat ini dapat digunakan sebagai indikator laba periode

mendatang (future earnings).

2.1.4.4 Pengukuran Persistensi Laba

Menurut Fama dan French dalam Sunarto (2009), sebagai berikut:

“Ketika para pemakai laporan keuangan (terutama investor) memandang

laba perusahaan sustainable, maka expected dividend yield tumbuh secara

stasioner. Persistensi laba memfokuskan pada koefisien dari regresi laba

sekarang terhadap laba mendatang. Hubungan tersebut dapat dilihat dari

koefisien slope regresi antara laba sekarang dengan laba mendatang.

Semakin tinggi koefisiennya menunjukkan persistensi laba yang dihasilkan

tinggi, sebaliknya jika koefisiennya mendekati nol, persistensi labanya

rendah atau laba transitorinya tinggi. Jika nilai koefisiennya bernilai negatif,

pengertiannya terbalik yaitu nilai koefisien yang lebih tinggi menunjukkan

kurang persisten dan nilai koefisien yang lebih rendah menunjukkan lebih

persisten.”

Untuk mengukur persistensi laba menggunakan rumus dari Scott yang

dialihbahasakan oleh Lontoh dan Lindrawati (2006:354), persistensi laba diukur


32

menggunakan koefisien regresi antara laba akuntansi periode sekarang dengan

laba akuntansi periode yang lalu. Rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut:
Xit= α+ βXi(t-1)+ €I

Keterangan:

Xit = Laba perusahaan i thn t

βXi(t-1) = Laba perusahaan i tahun (t-1)

Persistensi laba memfokuskan pada koefisien dari regresi laba sekarang


terhadap laba mendatang. Hubungan tersebut dapat dilihat dari koefisien slope
regresi antara laba sekarang dengan laba sebelumnya setelah dibagi jumlah saham
beredar. Semakin tinggi (mendekati angka 1) koefisiennya menunjukkan
persistensi laba yang dihasilkan tinggi, sebaliknya jika nilai koefisiennya
mendekati nol, persistensi labanya rendah atau laba transitorinya tinggi. Jika nilai
koefisiennya bernilai negatif, pengertiannya terbalik, yaitu nilai koefisien yang
lebih tinggi menunjukkan kurang persisten, dan nilai koefisien yang lebih rendah
menunjukkan lebih persisten. Penelitian persistensi laba dengan menggunakan
model ini telah dilakukan oleh Fanani, (2010) mengacu pada penelitian Francis
(2004) dan Pagalung (2006). Proksi persistensi yang digunakan adalah nilai
koefisisen dari model regresi laba tahunan (model ARI) dengan rumus sebagai
berikut (Fanani, 2010 yang mengacu pada Francise et al, 2004; dan Pagalung,
2006) :

Earning jt 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑗𝑡 − 1
= 𝛽0 + 𝛽 +𝜀 𝑗𝑡
𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 𝑗𝑡 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 𝑗𝑡 − 1

Keterangan :
Earnings jt = laba sebelum item –item luar biasa perusahaan j tahun t
Earnings jt-1 = laba sebelum item –item luar biasa perusahaan j tahun sebelumnya
Saham yang beredar jt = saham yang beredar perusahaan j tahun t
Saham yang beredar jt-1 = saham yang beredar perusahaan j tahun sebelumnya
33

Selain menggunakan kedua rumus diatas persistensi laba juga dapat diukur
menggunakan proksi dari laba sebelum pajak tahun depan. Laba sebelum pajak
tahun depan merupakan selisih antara pendapatan dan beban pada tahun depan
sebelum dikurangi dengan beban pajak dibagi dengan rata – rata total asset
(Septavita, 2016).

Pre Tax Earnings jt + 1


Persistensi Laba =
Rata − Rata Total Aset jt

Keterangan :
Pre-Tax Earnings jt+1 = Laba sebelum pajak perusahaan j tahun depan
Rata-Rata Total Aset jt = Rata-rata total aset perusahaan j tahun t

2.1.4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persistensi Laba

According Dechow and Dichev (2002), factors that influence persistence of

earnings are :

“1. Cash flows volatility

2. Magnitude accruals”

According Sloan (1996), factors that influence persistence of


earnings are :

“1. Cash flows components

2. Accruals”

According Francis et. al (2004) as follows :

“factors that influence persistence of earnings is leverage”

Menurut Fanani (2010) faktor faktor penentu laba yaitu


34

“Faktor-faktor penentu persistensi laba yaitu volatilitas arus kas, besaran


akrual, volatilitas penjualan, total hutang, dan siklus operasi.”

Berikut ini adalah faktor penentu persistensi laba menurut Fanani (2010) :

1. Volatilitas Arus Kas


Salah satu kegunaan informasi arus kas menurut PSAK No. 2 paragraf 03
adalah meningkatkan daya banding kinerja operasi berbagai perusahaan
karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang
berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama (IAI, 2010).
Kemampuan arus kas untuk meningkatkan daya banding pelaporan kinerja
operasi ini merupakan salah satu alasan digunakannya arus kas sebagai
sumber informasi oleh investor selain informasi laba. Namun jika tingkat
volatilitas arus kas, maka persistensi laba tersebut akan rendah, karena
laba yang dihasilkan akan mengandung banyak gangguan (noise).
2. Besaran Akrual
Besaran akrual adalah besaran pendapatan diakui pada saat hak kesatuan
usaha timbul lantaran penyerahan barang ke pihak luar dan biaya diakui
pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik yang
melekat pada barang yang diserahkan tersebut. Semakin besar akrual,
maka semakin rendah persistensi laba.
3. Volatilitas Penjualan
Penjualan adalah bagian terpenting dari siklus operasi perusahaan dalam
menghasilkan laba. Volatilitas penjualan yang rendah akan dapat
menunjukkan kemampuan laba dalam memprediksi aliran kas di masa
yang akan datang. Namun jika tingkat volatilitas penjualan tinggi, maka
persistensi laba tersebut akan rendah, karena laba yang dihasilkan akan
mengandung banyak gangguan (noise).
4. Total Hutang
Tingkat hutang akan menjadi besar apabila lebih banyak utang jangka
panjang yang dimiliki oleh perusahaan. Para pemegang saham
mendapatkan manfaat dari solvabilitas keuangan sejauh laba yang
dihasilkan atas uang yang dipinjam melebihi biaya bunga dan juga jika
35

terjadi kenaikkan nilai pasar saham. Utang mengandung konsekuensi


perusahaan harus membayar bunga dan pokok pada saat jatuh tempo. Jika
kondisi laba tidak dapat menutup bunga dan perusahaan tidak dapat
mengalokasikan dana untuk membayar pokoknya, akan menimbulkan
risiko kegagalan. Maka dari itu seberapa besar tingkat hutang yang
diinginkan, sangat tergantung pada stabilitas perusahaan. Karena itu,
tingkat hutang tinggi bisa memberi insentif lebih kuat bagi manajer untuk
mengelola laba pada prosedur yang bisa diterima. Besarnya tingkat hutang
perusahaan akan menyebabkan perusahaan meningkatkan persistensi laba
dengan tujuan untuk mempertahankan kinerja yang baik di mata investor
dan auditor.
5. Sikus Operasi
Siklus operasi adalah periode waktu rata-rata antara pembelian persediaan
dengan pendapatan kas yang nantinya akan diterima penjual. Perusahaan
yang memiliki siklus operasi yang lama dapat menimbulkan ketidakpastian,
estimasi dan kesalahan estimasi yang makin besar yang dapat
menyebabkan persistensi laba yang rendah. Siklus operasi yang lebih lama
menyebabkan ketidakpastian yang lebih besar, membuat akrual lebih
terganggu (noise) dan kurang membantu dalam memprediksi aliran kas di
masa yang akan datang (Dechow & Dichev 2002 dalam fanani 2010).
Semakin panjang siklus operasi perusahaan semakin rendah persistensi
laba perusahaan.

2.1.5 Hubungan antara Volatilitas Arus Kas dan Persistensi Laba

Menurut Dechow dan Dichev (2002) dalam Purwanti (2010) Volatilitas

arus kas adalah derajat penyebaran arus kas atau indeks penyebaran distribusi arus

kas perusahaan.

Untuk mengukur persistensi laba dibutuhkan informasi arus kas yang

stabil yaitu yang memiliki volatilitas arus kas operasi yang stabil. Jika arus kas

operasi berfluktuasi tajam maka sangatlah sulit untuk memprediksi arus kas
36

dimasa yang akan datang. Volatilitas yang tinggi menunjukkan persistensi laba

yang rendah, karena informasi arus kas saat ini sulit untuk memprediksi arus kas

di masa mendatang. Volatilitas mengindikasikan adanya ketidakpastian yang

tinggi. Jika arus kas berfluktuasi tajam, maka persistensi laba menjadi rendah

Volatilitas arus kas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

persistensi laba, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Dechow dan Dichev

dalam Fanani (2010) yang mengatakan bahwa volatilitas arus kas berpengaruh

signifikan negatif terhadap persistensi laba, hal ini dikarenakan jika arus kas

berfluktuasi tajam maka persistensi laba menjadi rendah.

Berdasarkan hasil penelitian (Fanani (2010), (Briliana Kusuma dan R.

Arja Sadjiarto 2014), (Celindra 2014) secara parsial membuktikan bahwa

volatilitas arus kas berpengaruh positif dan signifikan terhadap persistensi laba hal

ini. Hal ini berarti derajat volatilitas arus kas bisa memprediksi persistensi laba.

Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tajam fluktuasi yang terjadi pada arus

kas operasi maka persistensi laba perusahaan akan semakin rendah.

Berdasarkan pendapat tersebut, menunjukkan hubungan volatilitas arus

kas terhadap persistensi laba. Volatilitas arus kas menjadi salah satu variabel yang

dapat mempengaruhi persistensi laba. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin

tajam fluktuasi yang terjadi pada arus kas operasi maka persistensi laba

perusahaan akan semakin rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa volatilitas

arus kas akan berpengaruh terhadap persistensi laba.

2.1.6 Penelitian Terdahulu yang Relevan


Adapun beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dapat dilihat
pada table berikut :
37

No Nama Judul Penelitian dan Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Peneliti Tempat Penelitian
1 Zaenal Analisis Faktor-Faktor Berdasarkan hasil Mencari Fanani (2010)
Fanani Penentu Persistensi analisis regresi linier pengaruh menggunakan
(2010) Laba berganda dengan uji volatilitas univariate
(Perusahaan hipotesis disimpulkan arus kas outliet(z-score)
Manufaktur yang bahwa : terhadap sebagai
terdaftar di Bursa Efek 1.Volatilitas arus kas persistensi pemilihan
Indonesia Tahun 2001- berpengaruh signifikan laba sampel
2006) terhadap persistensi laba sedangkan
hal ini. Hal ini berarti penulis
derajat volatilitas arus menggunakan
kas bisa memprediksi metode purpose
persistensi laba. sampling
2.Besaran akrual dimana sampel
berpengaruh signifikan dipilih melalui
terhadap persistensi kriteria yang
laba. Hal ini telah ditentukan
memberikan informasi peneliti
bahwa besar kecilnya
komponen akrual
2 Cel Indra Pengaruh Volatilitas Volatilitas arus kas Mencari Penelitian yang
(2014) Arus Kas, Besaran berpengaruh signifikan pengaruh penulis lakukan
Akrual dan Volatilitas terhadap persistensi laba volatilitas hanya
Penjualan Terhadap yang berarti jika fluktuasi arus kas menggunakan
Persistensi Laba arus kas rendah maka terhadap satu variable
(Studi Empiris pada mengindikasikan persistensi independen dan
Perusahaan yang rendahnya ketidakpastian laba penulis
Terdaftar di Indeks yang terjadi dalam melakukan
LQ45 Bursa Efek lingkungan operasi penelitian pada
Indonesia Tahun 2009- sehingga menyebabkan perushaan
2012) kualitas laba menjadi manufaktur sub
38

rendah dan tidak mampu sektor makanan


memprediksi laba dan minuman
tahun 2012 –
2016
3 Muhammad Pengaruh Volatilitas secara parsial volatilitas Mencari Penelitian yang
Iqbal Taufiq arus kas, volatilitas arus kas, volatilitas pengaruh penulis lakukan
(2017) penjualan, ukuran penjualan, dan ukuran volatilitas hanya
perusahaan, dan perusahaan tidak arus kas menggunakan
leverage terhadap berpengaruh terhadap terhadap satu variable
persistensi laba persistensi laba, persistensi independen dan
(Studi Pada sedangkan leverage laba penulis
Perusahaan Property, berpengaruh terhadap melakukan
Real Estate Dan persistensi laba. Secara penelitian pada
Kontruksi Bangunan simultan volatilitas arus perushaan
Yang Terdaftar di kas, volatilitas penjualan, manufaktur sub
Bursa Efek Indonesia ukuran perusahaan dan sektor makanan
Periode 2011-2015) leverage berpengaruh dan minuman
terhadap persistensi laba. tahun 2012 –
2016
4 Okta Pengaruh volatilitas Volatilitas arus kas Mencari Penelitian yang
Sabridal arus kasad an tingkat memiliki pengaruh penulis lakukan
Hayati hutang terhadap pengaruh signifikan volatilitas hanya
(2014) persistensi laba negatif arus kas menggunakan
(Studi Kasus Pada terhadap persistensi laba, terhadap satu variable
Perusahaan tetapi persistens independen dan
Manufaktur yang tingkat hutang tidak laba penulis
Terdaftar Di BEI memiliki melakukan
Tahun 2009-2011) pengaruh signifikan penelitian pada
terhadap perushaan
persistensi laba. manufaktur sub
sektor makanan
dan minuman
39

tahun 2012 –
2016
5 Nina, Pengaruh Volatilitas Hasil penelitian Mencari Penelitian yang
Hasan Basri arus kas, volatilitas menunjukan bahwa 1. pengaruh penulis lakukan
dan penjualan, besaran Volatilitas arus kas, volatilitas hanya
Muhammad akrual, dan financial volatilitas penjualan, arus kas menggunakan
Arfan leverage terhadap besaran akrual, dan terhadap satu variable
(2014) persistensi laba (Pada financial leverage secara persistensi independen dan
Perusahaan bersama-sama memiliki laba penulis
Manufaktur yang pengaruh yang sangat melakukan
Terdaftar di Bursa kecil terhadap persistensi penelitian pada
Efek Indonesia Tahun laba perushaan
2009-2012) 2. Volatilitas arus kas, manufaktur sub
volatilitas penjualan, sektor makanan
besaran akrual, dan dan minuman
financial leverage secara tahun 2012 –
parsial memiliki 2016
pengaruh positif yang
sangat kecil terhadap
persistensi laba.
Sumber: Jurnal

2.2 Kerangka Pemikiran


Salah satu kegunaan informasi arus kas menurut PSAK No. 2 paragraf 03
adalah meningkatkan daya banding kinerja operasi berbagai perusahaan karena
dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda
terhadap transaksi dan peristiw yang sama (IAI, 2010). Kemampuan arus kas
untuk meningkatkan daya banding pelaporan kineija operasi ini merupakan salah
satu alasan digunakannya arus kas sebagai sumber informasi oleh investor selain
informasi laba.

Sesungguhnya, nilai yang terkandung di dalam arus kas pada suatu periode
mencerminkan nilai laba dalam metode kas (cash basis). Arus kas merupakan
40

indikator keuangan yang lebih baik dibandingkan laba. Laba umumnya


mengandung komponen transitori. Komponen transitori mungkin muncul karena
berbagai macam alasan salah satunya karena adanya perjanjian kompensasi atau
perjanjian hutang yang didasarkan pada laba akuntansi yang dilaporkan, sehingga
manajer terdorong untuk memanipulasi laba dengan cara-cara tertentu. Adanya
komponen transitori dalam laba menyebabkan laba bersifat kurang permanen atau
laba mempunyai persistensi yang rendah (Dechow dan Dichev, 2002).

Menurut Pasaribu (2009) menyatakan bahwa :


“Volatilitas mengukur variabilitas atau disperse disekitar suatu tedensi
pusat (central tedency)”.
Menurut Bramantyo (2008:161) pengertian volatilitas seccara umum adalah

“Volatilitas mengukur seberapa besar harga, tingkat pengembalian atau


variabel lain, berfluktuasi. Semakin tinggi fluktuasi atau gejolak suatu
variabel semakin tinggi pula risikonya.”

Kas merupakan asset paling likuid serta menawarkan likuiditas


fleksibelitas bagi perusahaan. Kas merupakan awal sekaligus akhir siklus operasi
perusahaan. Arus kas merupakan arus masuk dan arus keluar kas yang
diklasifikasikan menjadi tiga aktivitas, aktivitas tersebut antara lain aktivitas
operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan atau pembiyaan.

Menurut Fakhruddin dan Darmadji (2011) dalam Nina, Hasan Basri,


Muhammad Arfan (2014:2) volatilitas arus kas adalah

“Volatilitas arus kas merupakan suatu tingkat fluktuasi atau pergerakan


arus kas.”

Menurut (Dechow dan Dichev, 2002) dalam Fanani (2010:112) volatilitas


arus kas adalah

“Volatilitas aliran kas mengindikasikan adanya ketidakpastian tinggi


dalam lingkungan operasi ditunjukkan oleh volatilitas arus kas yang tinggi.

Menurut Desra Afri (2014:12) volatilitas arus kas adalah


41

“Volatilitas arus kas menggambarkan fluktuasi arus kas yang terjadi


didalam perusahaan, arus kas yang berfluktuasi tajam akan menyebabkan
kesulitan dalam memprediksi arus kas masa depan”

Secara umum, volatilitas arus kas merupakan Varians yang berubah


seiring dengan perubahan waktu umumnya disebut volatilitas. Volatilitas
mengukur banyaknya fluktuasi underlying asset dalam satu periode. Volatilitas
merupakan ukuran arus kas yang dapat naik atau turun dengan cepat. Arus kas
dalam periode jangka pendek adalah prediktor arus kas yang lebih baik
dibandingkan dengan laba atas arus kas.
Persistensi laba menjadi perhitungan lain dalam pengambilan keputusan.

Laba akuntansi yang persisten adalah laba akuntansi yang memiliki sedikit atau

tidak mengandung akrual dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan

yang sesungguhhnya (Chandarin, 2003)

Menurut Harahap (2010:40) menyatakan bahwa persistensi laba adalah :

“Revisi laba yang mencerminkan kualitas laba perusahaan dan


menunjukkan bahwa perusahaan dapat mempertahankan laba dari waktu
ke waktu”.

Persistensi laba merupakan laba yang dapat digunakan sebagai indikator

future earnings. Persistensi laba didefinisikan sebagai laba yang dapat

digunakan sebagai pengukur laba itu sendiri. Artinya, laba saat ini dapat

digunakan sebagai indikator laba periode mendatang (future earnings).

Menurut Wijayanti (2006) laba yang persisten adalah:

“Laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba di masa depan yang


ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kasnya. Persistensi laba
merupakan laba yang mempunyai kemampuan sebagai indikator laba
periode mendatang (future earnings) yang dihasilkan oleh
perusahaan secara berulang-ulang (repetitive) dalam jangka panjang
(sustainable). Inovasi terhadap laba sekarang adalah informatif
terhadap laba masa depan ekspektasian, yaitu manfaat masa depan
yang diperoleh pemegang saham”.
42

Menurut Fanani (2010) ada beberapa faktor yang melekat di dalam laba
dan diharapkan dapat menjadi indikator persistensi laba antara lain volatilitas arus
kas, besaran akrual, volatilitas penjualan, tingkat hutang, dan siklus operasi.
Untuk mengukur persistensi laba dibutuhkan informasi arus kas yang
stabil, yaitu yang mempunyai volatilitas yang kecil. Jika arus kas berfluktuasi
tajam maka sangatlah sulit untuk memprediksi arus kas di masa yang akan datang.
Volatilitas yang tinggi menunjukkan persistensi laba yang rendah, karena
informasi arus kas saat ini sulit untuk memprediksi arus kas di masa yang akan
datang (Fanani, 2010)
Terdapat beberapa peneliti terdahulu yang telah melakukan penelitian
tentang Pengaruh Volatilitas Arus Kas Teradap Persistensi Laba yaitu Cel Indra
(2014) Pengaruh Volatilitas Arus Kas, Besaran Akrual dan Volatilitas Penjualan
Terhadap Persistensi Laba (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di
Indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012). Hasil Penelitian
Volatilitas arus kas berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba yang
berarti jika fluktuasi arus kas rendah maka mengindikasikan rendahnya
ketidakpastian yang terjadi dalam lingkungan operasi sehingga menyebabkan
kualitas laba menjadi rendah dan tidak mampu.
Peneliti selanjutnya adalah Nina, Hasan Basri dan Muhammad Arfan
(2014) Pengaruh Volatilitas arus kas, volatilitas penjualan, besaran akrual, dan
financial leverage terhadap persistensi laba (Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012). Hasil penelitian
menunjukan bahwa 1) Volatilitas arus kas, volatilitas penjualan, besaran akrual,
dan financial leverage secara bersama-sama memiliki pengaruh yang sangat kecil
terhadap persistensi laba 2) Volatilitas arus kas, volatilitas penjualan, besaran
akrual, dan financial leverage secara parsial memiliki pengaruh positif yang
sangat kecil terhadap persistensi laba.

Peneliti terakhir adalah Muhammad Iqbal Taufiq (2017) Pengaruh


Volatilitas arus kas, volatilitas penjualan, ukuran perusahaan, dan leverage
terhadap persistensi laba (Studi Pada Perusahaan Property, Real Estate Dan
Kontruksi Bangunan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015).
Hasil penelitian menunjukan secara parsial volatilitas arus kas, volatilitas
43

penjualan, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap persistensi laba,


sedangkan leverage berpengaruh terhadap persistensi laba. Secara simultan
volatilitas arus kas, volatilitas penjualan, ukuran perusahaan dan leverage
berpengaruh terhadap persistensi laba.

Berdasarkan uraian yang penulis kemukakan diatas maka penulis


menjabarkan kerangka pemikiran dalam bentuk paradigma penelitian yang
kemudian akan dijadikan pegangan dalam penelitian ini dalam gambar 2.1 berikut
:

Volatilitas Arus Kas Persistensi Laba

(X) (Y)

(CF0)t Earning jt
σ =
Total Aktiva jt 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 𝑗𝑡
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑗𝑡 − 1
𝛽0 + 𝛽
𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 𝑗𝑡 − 1
+ 𝜀 𝑗𝑡
(Dechow and Dechiv, 2002)
(Francis et al, 2006)

Gambar 2.1

Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2013:63) menyatakan bahwa : hipotesis merupakan


jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikaitkan sementara
karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data”

Maka berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah


diuraikan sebelumnya maka dalam penelitian ini, rumusan hipotesis penelitian
yang diajukan penulis “Volatilitas Arus Kas berpengaruh terhadap Persistensi
Laba”.

Anda mungkin juga menyukai