Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat illahi robbi, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Auditing II yang berjudul “Internal Audit dan Audit Operasional”.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu kami selaku tim peyusun makalah mengucapkan terma kasih
kepada :

1. Dendy Syaiful Akbar, SE.,M.Si. selaku dosen Auditing II.


2. Rekan- rekan tingkat IV Kelas E-F Prodi Akuntansi Universitas Galuh
Ciamis.
3. Rekan- rekan Prodi Akuntansi Universitas Galuh Ciamis.

Dan semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini. Selain itu
dalam penyusunan makalah ini tentu banyak sekali kekurangan, oleh karena itu
kami menerima dan mengharapkan kritik serta saran. Guna menyempurnakan
kekurangan- kekurangan di dalam makalah ini.

Akhir kata kami mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak terutama para pembaca umumnya dan khususnya bagi para
penyusun.

Wassalamu’alaikum. Wr.wb.

Ciamis, Desember 2018

Penyusun

i
RINGKASAN
Pengertian audit internal dan audit operasional

Audit internal adalah proses mengaudit atau pemeriksaan yang dilakukan


oleh auditor pihak internal suatu entitas yang bekerja dalam suatu entitas tersebut,
yang memiliki aktivitasindependen, memunculkan keyakinan obyektif, dan
konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi
perusahaan. Audit internal ini digunakan untuk membantu suatu entitas dalam
mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan yangsistematis dan disiplin
untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko,
pengendalian dan proses tata kelola.

Audit operasional adalah proses mengaudit atau pemeriksaan suatu usaha


dari tingkat yangtinggi ke tingkat bawah untuk meyakinkan bahwa operasional
manajemen suatu entitasmenunjukan kondisi sehat berjalan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan suatu entitasdidalamnya. Dalam audit operasional ini
untuk menilai efektivitas, efisiensi dan ekonomidibawah pengendalian suatu
manajemen perusahaan sehingga dapat mempermudah hubunganyang paling
efektif dengan entitas luar.

Tujuan audit internal

a. Tujuan audit internal pada suatu perusahaan ialah untuk membantu baik
itu pimpinan maupun para anggota dalam melaksanakan tanggungjawab
secara efektif dengan dilakukannya pemeriksaan internal dengan
melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan saran-saranuntuk
kemajuan suatu entitas tersebut. untuk mencapai tujuan tersebut, internal
auditor harusmelakukan kegiatan-kegiatan berikut:
b. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari
sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern suatu entitas dan
pengendalianoperasional lainnya serta mengembangkan pengendalian
yang efektif dengan biayayang tidak terlalu mahal.
c. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur
yang telahditetapkan oleh manajemen.
d. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan/

ii
e. Memastikan adanya pengelolaan data yang dikembangkan dalam suatu
entitas dapatdipercaya.
f. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas.
g. Menyarankan perbaikan operasinal dalam rangka meningkatkan efisiensi
dan efektivitas.

Fungsi audit internal bagi manajemen

Sawyer (2005:32) menyebutkan fungsi internal audit bagi manajemen sebagai


berikut:

1. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh


manajemen puncak.
2. Mengidentifikasi dan meminimalkan risiko.
3. Memvalidasi laporan ke manajemen senior.
4. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis.
5. Membantu proses pengambilan keputusan.
6. Menganalisis masa depan-bukan hanya untuk masa lalu.
7. Membantu manajer untuk mengelola perusahaan.
Jenis-jenis audit operasional
Jenis-jenis audit operasional menurut Agoes,S. (2004), “Audit operasional dibagi
dalam 3 jenis, yaitu:
1. Audit fungsional
2. Audit organisasional.
3. Pengawasan khusus.

Tahap Audit Operasional

Tahap-tahap Audit Operasional menurut (Arens danLoebbecke,2000), ada tiga


tahap yang dilakukan dalam melakukan audit operasional yaitu:

1. Perencanaan.
2. Pengumpulan dan evaluasi bahan bukti.
3. Pelaporan dan tindak lanjut.

iii
Tujuan audit operasional
Menurut Mulyadi (2002:32) tujuan audit operasional diarahkan pada 3 sasaran,
yaitu:
a. Mengevaluasi kinerja
b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan.
c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.

Dua Perbedaan Utama dalam Laporan Audit Operasional Dan Keuangan


Yang Mempengaruhi Laporan Audit Operasional

1. Dalam audit operasional, laporan biasanya dikirim hanya untuk pihak


manajemen, dan satu salinan untuk unit yang diperiksa. Tidak adanya
pemakaian pihak ketiga, mengurangi pembakuan kata – kata dalam audit
operasional.
2. Keragaman audit operasional memerlukan penyusunan laporan secara
khusus untuk menyajikan ruang lingkup audit, temuan – temuan dan
rekomendasi – rekomendasi.

Tanggung Jawab Auditor Internal dalam Melaksanakan Tugas

a. Memberikan informasi dan saran – saran kepada manajemen atas


kelemahan – kelemahan yang ditemukannya.
b. Mengkoordinasikan aktivitas – aktivitas yang ada dalam perusahaan untuk
mencapai audit dan tujuan organisasi atau perusahaan.

Tahapan – Tahapan dalam Pelaksanaan Kegiatan Audit Internal

a) Tahap perencanaan audit


b) Tahap pengujian dan pengevaluasian informasi
c) Tahap penyampaian hasil audit
d) Tahap tindak lanjut (follow up) hasil audit

Hasil Akhir Pelaksanaan Audit Internal Dan Operasional

iv
Hasil akhir dari pelaksanaan audit dituangkan dalam suatu bentuk laporan tertulis
melalui proses penyusunan yang baik dan teratur. Laporan ini merupakan suatu
alat penting untuk menyampaikan pertanggungjawaban kepada manajemen.

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


RINGKASAN ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.2.1 Untuk mengetahui apa itu internal audit ......................................... 2
1.2.2 Untuk mengetahui apa itu audit operasional ..................................... 2
1.3 Manfaat .......................................................................................................... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 4
2.1 Audit .............................................................................................................. 4
2.1.1 Pengertian Audit ..................................................................................... 4
2.1.2 Jenis-Jenis Audit ............................................................................... 5
2.2 Internal Audit ........................................................................................... 5
2.2.1 Pengertian Internal Audit ........................................................................ 5
2.2.2 Tujuan Internal Audit ........................................................................ 6
2.3 Audit Operasional ..................................................................................... 7
2.3.1 Pengertian Audit Operasional ................................................................. 7
2.3.2 Tujuan Audit Operasional ................................................................. 8
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 12
3.1 Internal Audit .............................................................................................. 12
3.1.1 Ruang Lingkup Internal Audit ................................................................. 12
3.1.2 Profesionalisme Audit Internal ................................................................. 12
3.2 Audit Operasional ........................................................................................ 18
3.2.1 Struktur dan Ruang Lingkup Audit Operasional .................................. 18
3.2.2 Jenis Audit Operasional ........................................................................ 20
3.2.3 Kriteria Audit Operasional.................................................................... 21
3.2.4 Tahap-Tahap Audit Operasional ........................................................... 22
3.2.5 Keterbatasan Audit Operasional ........................................................... 23

vi
BAB IV KESIMPULAN ..................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Audit merupakan suatu proses yang sangat vital dalam dunia bisnis,
pemerintahan, dan perekonomian. Boynton dan Johnson (2006) dalam bukunya
mengutip Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting
Association mendefinisikan audit sebagai proses yang sistematik yang bertujuan
untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif terkait pernyataan
tentang tindakan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan derajat kesesuaian
antara pernyataan dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan
hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.
Berdasarkan definisi audit di atas dapat disimpulkan bahwa audit merupakan
sebuah proses sistematik yang bertujuan untuk mengevaluasi bukti-bukti
transaksi dan menguji efektivitas aliran kas dalam laporan keuangan untuk
memberikan tingkat keyakinan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dari
suatu entitas.
Boynton dan Johnson (2006) membagi audit menjadi tiga jenis yaitu 1) audit
keuangan; 2) audit kepatuhan; 3) audit operasional. Audit keuangan
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti tentang transaksi yang tercatat di
laporan keuangan perusahaan.Audit keuangan dilakukan untuk memberikan
opini apakah suatu laporan keuangan disajikan secara wajar atau tidak. Audit
keuangan dilakukan oleh auditor eksternal yang biasanya memiliki gelar
Certified Public Accounting (CPA). Moeller (2009) menyatakan bahwa auditor
eksternal disewa dan mendapatkan otoritas untuk mengunjungi suatu entitas dan
secara independen meninjau serta melaporkan hasil review. Audit kepatuhan
merupakan proses mengumpulkan dan mengevaluasi bukti untuk menentukan
apakah kegiatan operasional dan keuangan entitas sesuai dengan kondisi,
peraturan, dan regulasi pemerintah. Sementara audit operasional merupakan
proses mengumpulkan dan mengevaluasi efisiensi dan efektivitas operasional
suatu entitas (Boynton dan Johnson, 2006). Kedua jenis audit ini merupakan
jenis audit internal yang dilakukan oleh auditor internal. Proses audit internal
biasanya dilakukan oleh auditor yang bekerja pada perusahaan tersebut, namun

1
2

bisa juga perusahaan melakukan outsourcing dari kantor akuntan publik


yang menyediakan jasa auditor internal. Auditor internal biasanya menyandang
gelar Certified Audit internalor (CIA).
Dewasa ini semakin banyak pihak yang semakin mengandalkan peran auditor
internal dalam mengembangkan dan menjaga efektivitas sistem pengendalian
internal, pengelolaan risiko, dan tata kelola organisasi untuk menghindari krisis
serta kegagalan organisasi. Keberadaan auditor internal juga dapat memberikan
sumbangan yang besar bagi komisaris, dewan pengawas, direksi, komite audit,
pimpinan organisasi/lembaga, serta manajemen senior dalam mentaati kewajiban
tersebut dan memberi nilai tambah organisasi.
Auditor internal dituntut memiliki pengetahuan yang luas dalam praktik audit
internal.Namun demikian, saat ini banyak sekali praktik dan pendekatan audit
internal yang beragam dikarenakan beragamnya karakteristik dari tiap negara
yang berbeda.Untuk itulah dibutuhkan pengetahuan minimal yang harus dimiliki
oleh auditor internal yang tertuang dalam Common Body of Knowledge (CBOK).
Untuk menghadapi dunia bisnis global yang semakin beragam diperlukan
peningkatan standar dan praktik profesi serta adopsi dari praktik audit internal
terbaik di suatu negara.Auditor internal baik yang bekerja di perusahaan lokal
maupun multinasional pasti menghadapi tantangan yang terus berkembang.
Meskipun terdapat kerangka kerja pengendalian yang berbeda karena lingkungan
kerja yang berbeda, namun praktik audit internal harus berdasar dari petunjuk
professional dan standar etika yang sama yang dibuat oleh IIA. IIA-Indonesia
mengadopsi standar tersebut menjadi Standar Profesi Audit Internal (SPAI) yang
standar tersebut digunakan untuk praktik audit internal di Indonesia.

1.2 Tujuan Penulisan


Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka dapat disimpulkan tujuan
penulisannya yaitu :

1.2.1 Untuk mengetahui apa itu internal audit

1.2.2 Untuk mengetahui apa itu audit operasional


3

1.3 Manfaat
Adapun manfaat penulisan dari pembuatan makalah tersebut adalah sebagai
berikut :

1. Bagi Penulis

Makalah ini diharapkan dapat mengembangkan pola piker kritis, kreatif dan
inovatif mengenai internal audit dan audit operasinal.

2. Bagi Pembaca

Makalah ini dapat dijadikan sumber tambahan informasi dan pengetahuan


mengenai auditing umumnya bagi pembaca dan khususnya bagi mahasiswa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Audit

2.1.1 Pengertian Audit


Pada dasarnya, auditing adalah kegiatan memperoleh bukti dan
melihat derajat kesesuaian bukti tersebut dengan apa yang seharusnya ada
pada sebuah laporan keuangan dibandingkan dengan kenyataan yang
sebenarnya terjadi.
Menurut Arens et all (2011:4), auditing adalah:

“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about


information to determine and report on the degree of
correspondence between the information and established criteria.
Auditing should be done by a competent, independent person.”

Artinya:
Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi
untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara
informasi itu dan criteria yang telah ditetapkan. Auditing harus
dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Sedangkan menurut Sukrisno (2012:4), Auditing adalah:

“suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak
yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.”

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa auditing


adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen dalam mengumpulkan buktu-bukti dan informasi dan kemudian
mencari derajat

4
5

2.1.2 Jenis-Jenis Audit


Menurut Mulyadi (2002:30-32) audit umumnya digolongkan menjadi tiga
golongan, yaitu:

1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audits)


Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor
independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk
menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Dalam laporan audit keuangan ini, auditor independen menilai kewajaran
laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prisip akuntansi
berterima umum.
2. Audit Kepatuhan (Complience Audits)
Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya menentukan apakah yang
diaudit sesuai dengan kondisi atas peraturan tertentu. Hasil audit
kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang yang
membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan
3. Audit Operasional (Operational Audits)
Audit Operasional merupakan review secara sistematik kegiatan
organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan
tertentu. Tujuan audit operasional adalah sebagai berikut:
a) Mengevaluasi kinerja
b) Mengindentifikasi kesempatan untuk peningkatan.
c) Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindak lanjut.

2.2 Internal Audit

2.2.1 Pengertian Internal Audit


Audit Internal mempunyai peranan yang sangat penting dalam
mencapai tujuan perusahaan yang telah ditentukan. Perlunya konsep Audit
Internal dikarenakan bertambah luasnya ruang lingkup perusahaan.
Aktitivitas Audit Internal menjadi pendukung utama untuk tercapainya
tujuan pengendalian internal. Ketika melaksanakan kegiatannya, Audit
6

Internal harus bersifat objektif dan kedudukannya dalam perusahaan adalah


independen.
Valery (2011:35) mendefinisikan Audit Internal adalah sebagai
berikut: “audit Internal adalah agen yang paling “pas” untuk mewujudkan
Internal Control, Risk Management dan Good Corporate Governace yang
pastinya akan member nilai tambah bagi sumber daya dan perusahaan.”
Sedangkan menurut Amin (2012:136) Audit Internal yaitu:

“Audit internal adalah, jaminan independen objektif dan aktivitas


konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan
operasi organisasi. membantu organisasi mencapai tujuannya
dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko,
pengendalian, dan proses tata kelola.”

Berdasarkan pengertian di atas diketahui bahwa audit internal


merupakan suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi guna
menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaan
untuk memberikan saran kepada manajemen.

2.2.2 Tujuan Internal Audit


Internal audit memiliki tujuan dalam manajemen organisasi/perusahaan.
Menurut Hiro Tugiman (2006) internal audit memiliki tujuan membantu anggota
organisasi agar dapat menjalankan tugas dengan efektif. Dalam aktivitas internal
audit berusaha melakukan analisis dan memberikan berbagai saran dan penilaian.
Proses pemeriksaan audit meliputi pengawasan yang efektif dengan cost yang
normal.

Sedangkan Sukrisno Agoes (2004) mengemukakan bahwa tujuan internal


audit adalah membantu manajemen perusahaan menjalankan tugas melalui
analisa, penilaian, dan pemberian saran dan masukan mengenai kegiatan/program
(yang masuk dalam pemeriksaan).
7

Pada pencapaian tujuan dari internal audit maka auditor harus melakukan
beberapa hal sebagai berikut :

1. Memastikan terkait peraturan dan prosedur yang harus dipatuhi oleh


seluruh elemen manajemen.
2. Memberi penilaian baik dan meningkatkan pengawasan efektif dengan
biaya sewajarnya serta mengidentifikasi sistem pengendalian yang
diterapkan yang meliputi pengendalian internal manajemen dan kegiatan
operasional yang berkaitan.
3. Memastikan bahwa seluruh aset perusahaan dijaga dengan penuh tanggung
jawab dari penyalahgunaan, kehilangan, korupsi dan hal-hal semisal.
4. Mengajukan berbagai saran dalam rangka memperbaiki sistem operasional
perusahaan agar lebih efektif dan efisien.
5. Memberi nilai terkait mutu dan kualitas kerja kepada setiap bagian yang
ditunjuk manajemen perusahaan.
6. Memastikan bahwa data yang dimiliki dan diolah di dalam perusahaan
dapat dipertanggungjawabkan.

2.3 Audit Operasional

2.3.1 Pengertian Audit Operasional


Audit operasional mulai dikenal di Indonesia pada dasawarsa tujuh
puluhan. Tidak seperti audit keuangan, penggunaan audit operasional masih
belum disepakati secara luas. Beberapa istilah sering digunakan untuk
menunjukan istilah audit operasional, misalnya audit pengelolaan (management
audit), audit atas hasil kinerja (performance audit), audit fungsional (functional
audit), audit program (program audit), dan audit efektivitas (effectiveness
audit). Hingga sekarang belum terdapat kesepakatan tetntang penggunaan
istilah tersebut.
Banyak definisi audit operasional yang mencakup penyebutan efficiency
(pengeluaran yang minimum dari sumber daya), effectiveness (pencapaian hasil
uang diinginkan), economy (kinerja dari suatu entitas).
Ada beberapa pengertian mengenai audit operasional menurut para ahli.
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2008), “Audit operasional merupakan audit
8

atas operasi yang dilaksanakan dari sudut pandang manajemen untuk menilai
ekonomi, efisiensi, dan efektifitas dari setiap dan seluruh operasi, terbatas
hanya pada keinginan manajemen”.
Menurut Bayangkara I.B.K (2013:2) adalah sebagai berikut
“Rancangan secara sistemastis untuk mengaudit aktivitas-aktivitas,
program-progra, yang diselenggarakan, atau sebagian dari entitas
yang bias diaudit untuk menilai dan melaporkan apakah sumber
daya dan dana telah digunakan secara efisien, serta apakah tujuan
dari program dan aktivitas yang telah direncanakan dapat tercapai
dan tidak melanggar ketentuan aturan dan kebijakan yang telah
ditetapkan perusahaan.

Di samping itu, dalam bukunya, Boynton, Johnson, & Kell yang


diterjemahkan oleh Rajoe, P.A., Gania, G., & Budi, I.S. (2003) menyatakan
“Audit operasional adalah suatu proses sistematis yang mengevaluasi efektifi
tas, efisiensi, dan kehematan operasi organisasi yang berada dalam
pengendalian manajemen serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat
hasil-hasil evaluasi tersebut beserta rekomendasi perbaikan”
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Audit Operasional
yaitu suatu proses sistematis untuk menilai kegiatan operasional perusahaan
apakah sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis serta memberikan
rekomendasi perbaikan kepada pihak manajemen sehingga keberlangsungan
kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik.

2.3.2 Tujuan Audit Operasional


Tujuan audit operasional secara umum adalah untuk mengetahui apakah
prestasi manajemen perusahaan telah sesuai dengan kebijakan, ketentuan dan
peraturan yang ada dalam perusahaan, serta untuk mengetahui apakah prestasi
manajemen perusahaan telah lebih baik daripada masa sebelumnya, dan untuk
menentukan apakah perusahaan tersebut serta efektivitas atau programnya telah
dikelola secara ekonomis, efisien, dan efektif.
Sasaran audit operasional adalah kegiatan, aktivitas, program atau bidang-
bidang organisasi yang diketahui atau diidentifikasi memerlukan perbaikan atau
9

peningkatan dalam hal efektivitas, efisiensi dan ekonomisnya.


Menurut Agoes, S. (2008:173) ada empat tujuan audit operasional yaitu:
1. Untuk menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai
fungsi dalam perusahaan.
2. Untuk menilai apakah persediaan perusahaan telah digunakan secara
efisien dan ekonomis.
3. Untuk menilai efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh manajemen puncak.
4. Untuk memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada manajemen
puncak untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat
dalam penerapan sistem pengendalian internal dan prosedur
operasional perusahaan dalam rangka meningkatkan efisiensi,
keekonomisan dan efektifitas dari kegiatan operasionaal perusahaan.
Sejalan dengan perkembangan perusahaan, manajemen akan
dihadapkan dengan berbagai masalah dalam memonitor semua dearah
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini menimbulkan
pemikiran bahwa apabila manajemen ingin dapat beroperasi dengan baik
tentu mereka memerlukan berbagai bentuk peringatan dini (early warning
system) yang dapat mendeteksi berbagai masalah yang merugikan dan
berbagai kesempatan untuk pengembangan dan penyempurnaan. Salah
satu cara yang digunakan oleh para manajer tersebut adalah dengan
menggunakan audit operasional. Sedangkan menurut Guy dkk.
(2003:421), audit operasional biasanya dirancang untuk memenuhi satu
atau lebih tujuan berikut :

1. Menilai Kinerja. Setiap audit operasional meliputi penilaian kinerja


organisasi yang ditelaah. Penilaian kinerja dilakukan dengan
membandingkan kegiatan organisasi dengan (1) tujuan, seperti
kebijakan, standar, dan sasaran organisasi yang ditetapkan
manajemen atau pihak yang menugaskan, serta dengan (2) kriteria
penilaian lain yang sesuai.
2. Mengidentifikasi Peluang Perbaikan. Peningkatan efektivitas,
efisiensi, dan ekonomi merupakan kategori yang luas dari
10

pengklasifikasian sebagian besar perbaikan. Auditor dapat


mengidentifikasi peluang perbaikan tertentu dengan mewawancari
individu (apakah dari dalamatau dari luar organisasi), mengobservasi
operasi, menelaah laporan masa lalu atau masa berjalan, mempelajari
transaksi, membandingkan dengan standar industri, menggunakan
pertimbangan profesional berdasarkan pengalaman, atau
menggunakan sarana dan cara lain yang sesuai.
3. Mengembangkan Rekomendasi untuk Perbaikan atau Tindakan Lebih
Lanjut.

Sifat dan luas rekomendasi akan berkembang secara beragam selama


pelaksanaan audit operasional.
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa audit operasional
dilakukan untuk mengevaluasi tingkat efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan aktivitas suatu organisasi. Audit operasional mengidentifikasi
timbulnya penyelewengan dan penyimpangan yang terjadi dan kemudian
membuat laporan yang berisi rekomendasi tindakan perbaikan
selanjutnya. Audit operasional merupakan salah satu alat pengendalian
yang membantu dalam mengelola perusahaan dengan penggunaan sumber
daya yang ada dalam pencapaian tujuan perusahaan dengan efektif dan
efisien.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya audit
operasional menurut Tunggal (2008:42) adalah:

1. Memberikan informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk


pengambilan keputusan.
2. Membantu pihak manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan-
laporan, dan pengendalian.
3. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang ditetapkan
rencana- rencana, prosedur, serta persyaratan peraturan pemerintah.
4. Mengidentifikasikan area masalah potensial pada tahap dini untuk
menentukan tindakan preventif yang akan diambil.
5. Menilai keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber
11

daya termasuk memperkecil pemborosan.


6. Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perubahan
yang telah ditetapkan.
7. Menyediakan tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh tahap
operasi perusahaan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Internal Audit

3.1.1 Ruang Lingkup Internal Audit


Guy dkk mengemukakan ruang lingkup internal audit yang telah dialih
bahasakan oleh Paul A. Rajoe. Pada penjelasannya ruang lingkup internal
audit adalah sebagai berikut :

1) Menganalisis keefektifan (Reliabilitas & Integrasi) informasi finansial dan


operasional serta alat yang dipakai untuk mengidentifikasi, mengukur,
mengelompokan, dan melaporkan informasi tersebut.
2) Melakukan pengamatan terhadap sistem yang ada dalam rangka
memastikan adanya kesesuaian antara kegiatan/aktivitas/program yang
dijalankan organisasi dengan kebijakan, peraturan, prosedur, hukum,
rencana yang berdampak signifikan pada kegiatan organisasi.
3) Mengamati berbagai metode yang dipakai dalam menjaga aset/harta
perusahaan. Apabila dibutuhkan maka akan melakukan verifikasi terhadap
harta-harta tersebut.
4) Memberi penilaian terhadap efektifitas dan keekonomisan dalam
pemakaian sumber daya.
5) Melakukan pengamatan terhadap kegiatan operasional atau program
organisasi/perusahaan apakah hasil yang diperoleh konsisten dan sesuai
dengan tujuan dan perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya.

3.1.2 Profesionalisme Audit Internal


Menurut teori-teori mengenai definisi audit internal yang telah dibahas
sebelumnya membawa kepada konsekuensi tuntutan profesionalisme
sebagai bentuk peran profesi auditor internal dalam memberikan nilai
tambah pada perusahaan. Profesionalisme pada audit internal merupakan
krediabilitas dan kunci sukses dalam menjalankan fungsi dalam suatu

12
13

perusahaan. Hal iini dikemukakan oleh Ratlif (2002:41) sebagai berikut:


“profesionalisme merupakan setiap usaha yang berhubungan erat
dengan status, komitmen, dan kreabilitas. Kesinambungan bisnis
yang menjadi harapan dan timbul dari apa yang menjadi tradisi
ketika timbul tantangan di dalam profesi, oleh karena itu auditor
internal dan para manajer melakukan upaya-upaya yang cukup
berarti dalam menetapkan dan memelihara standar yang tinggi
untuk profesi dan membangun audit internal sebagai fungsi kunci
sukses dari organisasi mereka.”
Adapun norma praktik profesional audit internal yang dikemukakan oleh
Hiro (2006:20-27) yaitu sebagai berikut:

1. Independensi

Audit internal harus mandiri dan terpisah dari kegiatan yang


diperiksannya. The Institute of Internal Auditors (2009:16)
mendefinisikan independensi adalah :

“independensi adalah kebebasan dari kondisi yang mengancam


kemampuan aktivitas audit internal atau eksekutif audit yang utama
untuik melaksanakan tanggung jawab audit internal secara objektif.
Untuk mencapai tingkat kemandirian yang diperlukan secara efektif,
dapat dicapai melalui hubungan pelaporan ganda. Ancaman terhadap
independensi harus dikelola pada auditor individu, keterlibatan,
funfsional, dan tingkat organisasi.”

2. Kemampuan Profesional
Audit internal harus mencerminkan keahlian dan ketelitian
profesional.
Unit Audit Internal
a. Personalia
Unit audit internal harus memberikan jaminan keahlian teknis dan latar
belakang pendidikan para pemeriksa yang akan ditugaskan.
b. Pengetahuan dan Kecakapan
14

Unit audit internal harus memiliki pengetahuan, kecakapan, dan berbagai


disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk menjalankan tanggung jawab
pemeriksaan yang diberikan.
c. Pengawasan
Unit audit internal harus memberikan kepastian bahwa pelaksanaan
pemeriksaan internal akan diawasi sebagaimana mestinya.
Audit Internal
a. Kesesuaian dengan standar profesi
Pemeriksaan internal auditor harus mematuhi standar profesional dalam
melakukan pemeriksaan
b. Pengetahuan dan Kecakapan
Para auditor internal harus memiliki atau mendapatkan pengetahuan,
kecakapan, dan disiplin ilmu yang penting dalam melaksanakan
pemeriksaan.
c. Hubungan Antar manusia dan Komunikasi
Para auditor internal harus memiliki kemampuan untuk menghadapi orang
lain dan berkomunikasi secara efektif.
d. Pendidikan Berkelanjutan
Para auditor internal harus mengembangkan kemampuan teknisnya
melalui pendidikan yang berkelanjutan.
e. Ketelitian Profesi
Dalam melakukan pemeriksaan, para auditor internal harus bertindak
dengan ketelitian profesional yang sepatutnya.
3. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan pemeriksaan internal harus meliputi pengujian dan
evaluasi terhadap kecukuopan serta efektivitas system pengendalian
internal yang dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab
yang diberikan.

a. Keandalan Informasi.
b. Kesesuaian dengan Kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan
c. Perlindungan Terhadap Harta
d. Penggunaan Sumber Daya Secara Ekonomis dan Efesien
15

e. Pencapaian Tujuan
4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan
Kegiatan pemeriksaan harus meliputi perencanaan pemeriksaan,
pengujian, serta pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan
menindak lanjuti (follow up)
a. Perencanaan Pemeriksaan

b. Pengujian dan Pengevaluasian Informasi

c. Penyampaian Hasil Pemeriksaan

d. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan

5. Manajemen Bagian Audit Internal


Pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal secara tepat.
a. Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung Jawab
Pimpinan audit internal harus memiliki pernyataan tujuan,
kewenangan, dan tanggung jawab bagi bagian audit internal.
b. Perencanaan
Pimpinan audit internal harus menetapkan rencana bagi
pelaksanaan tanggung jawab bagian audit internal.
c. Kebijakan dan Prosedur
Pimpinan audit internal harus membuat berbagai kebijaksanaan dan
prosedur secara tertulis yang akan dipergunakan sebagai pedoman
oleh staf pemeriksaan.
d. Manajemen Personel
Pimpinan audit internal harus menetapkan program untuk
menyeleksi dan mengembangkan sumber daya manusia pada
bagian audit internal.
e. Auditor Eksternal
Pimpinan audit internal harus mengkoordinasikan usaha-usaha atau
kegiatan audit internal dengan auditor eksternal.
16

f. Pengendalian Mutu
Pimpinan audit internal harus menetapkan dan mengembangkan
pengendalian mutu atau jaminan kualitas untuk mengevaluasi
berbagai kegiatan bagian audit internal.
Dalam mencapai profesionalisme, auditor internal harus memenuhi
spesifikasi dan kualitas yang menjadi tolak ukur dari profesi tersebut.
Auditor internal yang memenuhi spesifikasi dan kualifikasi yang telah
ditetapkan akan mendapatkan sertifikasi. Sertifikasi ini merupakan suatu
pengakuan atas kemampuan yang dimilikinya. Sertifikasi auditor internal
dapat diperoleh setelah auditor internal melalui rangkaian pendidikan yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme auditor
internal.
Di Amerika auditor internal yang menjalani pendidikan tersebut
mendapatkan Certified Internal Auditor (CIA), sedangkan di Indonesia
adalah Qualified Internal Audit (QIA). Qualified Internal Auditor adalah
sertifikasi dalam bidang internal auditing yang merupakan simbol
profesionalisme dari individu yang menyandang gelar tersebut, dan
merupakan pengakuan bahwa yang mendapatkan sertifikasi tersebut telah
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sejajar dengan kualifikasi
auditor internal tingkat Internasional. (Hiro, 2001:108)
3.1.3 Perbedaan Internal Audit dan Eksternal Audi
Sukrisno pada buku “Auditing: (pemeriksaaan Akuntan)
mengemukakan perbedaan audit internal dan eksternal. Perbedaan
keduanya adalah sebagai berikut :
Internal Audit
1) Dilaksanakan oleh auditor internal yang merupakan bagian dari
perusahaan.
2) Auditor internal dianggap tidak independen oleh pihak eksternal
perusahaan.
3) Internal audit memiliki tujuan pemeriksaan untuk membantu manajemen
dalam menjalankan tugasnya melalui cara memberikan saran dari analisa,
penilaian terkait aktivitas yang di audit.
17

4) Internal Audit Report memaparkan mengenai temuan pemeriksaan/audit


findings yang berkaitan dengan adanya penyimpangan dan
penyalahgunaan, kekurangan pengendalian internal yang disertai dengan
saran perbaikan.
5) Pelaksanaan internal audit mengacu pada Internal Audit Standards yang
ditetapkan oleh Institute of Internal Auditors atau Norma Pemeriksaan
Intern yang ditetapkan oleh BPKP maupun BPK serta Norma pemeriksaan
satuan pengawasan intern BUMN/BUMD oleh SPI (Standar Pemeriksaan
Intern belum disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia)
6) Keberjalanan pemeriksaan internal dilakukan lebih mendetail dan
membutuhkan waktu sepanjang tahun. Hal ini disebabkan internal auditor
memiliki kesediaan waktu yang lebih untuk perusahaannya.
7) Penanggungjawab internal auditor tidak harus sebagai akuntan yang
terdaftar.
8) Gaji maupun tunjangan yang diperoleh internal auditor diperoleh dari
perusahaan.
9) Pada tahap penyerahan laporan internal audit tidak perlu disertai dengan
“Surat Pernyataan Langganan”
10) Internal Auditor biasanya tertarik pada kesalahan material dan non-
material.

Eksternal Audit

1) Audit eksternal dilaksanakan oleh auditor eksternal yang berasal dari luar
perusahaan (Kantor Akuntan Publik).
2) Auditor Eksternal dianggap sebagai pihak yang independen.
3) Tujuan Eksternal audit adalah memberikan masukan terkait kewajaran
laporan finansial yang disusun manajemen perusahaan.
4) Isi dari external audit report yaitu pendapat tentang kewajaran financial
report. Selain laporan tersebut juga disetai management letter yang berisi
tentang kelemahan pengendalian internal dan saran perbaikannya yang
akan dilaporkan kepada manajemen perusahaan.
18

5) Standar yang digunakan pada audit eksternal adalah Standar Profesional


Akuntan Publik dari Ikatan Akuntan Indonesia.
6) Pelaksanaan audit eksternal dilaksanakan dengan sampling dikarenakan
waktu yang terbatas. Selain itu biaya pemeriksaan akan jauh lebih besar
bila dilaksanakan secara mendetail.
7) Pimpinan dari audit eksternal berasal dari akuntan publik yang terdaftar
dan memiliki register number/registered public accountant.
8) Auditor eksternal memperoleh fee atas jasa audit yang dilakukannya.
9) Sebelum memberikan laporan hasil audit, auditor harus menyertakan
“Surat Pernyataan Langganan/Client Representation Letter.
10) External Auditor hanya fokus dan tertarik pada kesalahan material yang
berpengaruh terhadap kewajaran laporan finansial perusahaan.

3.2 Audit Operasional

3.2.1 Struktur dan Ruang Lingkup Audit Operasional


Menurut Guy dkk. (2003:421), struktur umum dari audit operasional adalah
proses lima tahap yaitu :
1. Pengenalan
Sebelum memulai suatu audit operasional, auditor (atau konsultan)
terlebih dahulu harus mengenali kegiatan atau fungsi yang sedang di audit.
Untuk melaksanakan hal ini, auditor menelaah latar belakang informasi,
tujuan, struktur organisasi, dan pengendalian kegiatan atau fungsi yang
sedang di audit, serta menentukan hubungannya dengan entitas secara
keseluruhan.
2. Survei
Selama tahap survei dari audit operasional, yang lebih dikenal sebagai
survei pendahuluan (preliminary survey), auditor harus berusaha untuk
mengidentifikasi bidang masalah dan bidang penting yang menjadi kunci
keberhasilan kegiatan atau fungsi yang sedang di audit.
3. Pengembangan Program
Pada awalnya auditor menyusun program pekerjaan, berdasarkan tujuan
audit, yang merinci pengujian dan analisis yang harus dilaksanakan atas
19

bidang-bidang yang dianggap "penting" dari hasil survei pendahuluan.


Disamping itu, auditor juga menjadwalkan kegiatan kerja, menugaskan
personel yang sesuai, menentukan keterlibatan personel lainnya dalam
penugasan, serta menelaah kertas kerja audit.
4. Pelaksanaan Audit
Pelaksanaan audit merupakan tahap utama dari audit operasional. Auditor
melaksanakan prosedur audit yang telah ditentukan dalam program audit
untuk mengumpulkan bukti-bukti, melakukan analisis, menarik
kesimpulan, dan mengembangkan rekomendasi. Selama melakukan
pekerjaan lapangan, auditor harus menyelesaikan setiap langkah audit
yang spesifik dan mencapai tujuan audit secara keseluruhan untuk
mengukur efektivitas, efisiensi, dan ekonomis.
5. Pelaporan
Tahap pelaporan merupakan tahap yang penting bagi keberhasilan
keseluruhan audit operasional yang dilakukan. Laporan audit operasional
pada umumnya mengandung dua unsur utama, yaitu (1) tujuan penugasan,
ruang lingkup, dan pendekatan serta, (2) temuan-temuan khusus dan
rekomendasi.

Ruang lingkup audit operasional lebih difokuskan pada fungsi produksi


suatu perusahaan yang berarti melakukan pemeriksaan segi operasional suatu
perusahaan. Ruang lingkup audit keuangan tradisional lebih ditekankan pada
accounting control yang terdiri dari :
a. Mengamankan perusahaan
b. Menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi
Cara yang digunakan untuk mencapai tujuan di atas, yaitu dengan
menggunakan laporan keuangan. Sedangkan audit operasional bertujuan untuk
mengetahui apakah cara-cara yang digunakan dalam perusahaan sudah berjalan
dengan lancar
Jadi, audit operasional lebih ditekankan pada administrative control
yang terdiri dari:
1. Menunjang efektivitas perusahaan
2. Menilai ketaatan pada kebijakan yang telah digariskan oleh pimpinan.
20

Persamaan dari keduanya adalah auditor sama-sama melakukan


perbandingan antara standar atau kriteria tertentu dengan melaksanakan yang
ditemuinya. Ruang lingkup audit operasional menurut Mulyadi (2002:428)
adalah “Pembatasan terhadap ruang lingkup audit operasional, mempunyai
akibat terhadap jumlah dan kompetensi bukti yang dapat dikumpulkan oleh
auditor dari suatu perusahaan”.
Jadi, disimpulkan bahwa ruang lingkup audit operasional adalah tinjauan
kebijakan operasinya, perencanaan, praktik (kinerja), hasil dari kegiatan dalam
mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu, audit dilakukan tidak terbatas
hanya pada masalah akuntansinya saja, melainkan di segala bidang yang
berhubungan dengan perusahan seperti kepegawaian.

3.2.2 Jenis Audit Operasional


Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan Jusuf A.A pada
buku 2 (2003), membagi audit operasional menjadi tiga jenis yaitu:
1. Functional Audit
2. Organizational Audit
3. Special Assigment.

Dari kutipan diatas dapat diuraikan sebagai berikut :


1. Functional Audit
Fungsi merupakan suatu alat penggolangan kegiatan suatu perusahaan,
seperti fungsi penerimaan kas atau fungsi produksi. Seperti yang tersirat
dalam namanya, audit fungsional berkaitan dengan sebuah fungsi atau
lebih dalam suatu organisasi. Keunggulan audit fungsional adalah
menungkinkan adanya spesialisasi oleh auditor. Auditor dapat lebih efisien
memakai seluruh waktu mereka untuk memeriksa dalam bidang itu.
Kekurangan audit fungsional adalah tidak dapat dievaluasinya fungsi yang
saling berkaitan didalam organisasi.
2. Organizational Audit
Audit operasional atas suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit
organisasi, seperti departemen, cabang, atau anak perusahaan. Penekanan
21

dalam suatu audit organisasi adalah seberapa efisien dan efektif fungsi-
fungsi yang saling berinteraksi.
3. Special Assigment
Penugasan audit operasional khusus timbul atas permintaan manajemen.
Ada banyak variasi dalam audit seperti itu. Contoh-contohnya mencakup
penentuan penyebab tidak efektifnya system PDE, penyelidikan
kemungkinan kecurangan dalam suatu divisi, dan membuat rekomendasi
untuk mengurangi biaya produksi suatu barang.

3.2.3 Kriteria Audit Operasional


Salah satu kesulitan yang dihadapi dalam audit operasional adalah
menentukan kriteria untuk mengevaluasi apakan efisiensi dan efektivitas telah
tercapai. Di dalam audit keuangan, Standar Akuntansi Keuangan merupakan
kriteria umum untuk mengevaluasi kewajaran penyajian laporan keuangan,
dalam audit operasional tidak ada kriteria standar yang dapat digunakan sebagai
pedoman.
Menurut Arens et al (2008:781), ada beberapa sumber kriteria yang dapat
digunakan:
1. Kinerja Historis (Historical Performance)
Historical Performance merupakan kriteria yang didasarkan pada hasil
aktual dari periode (atau audit) sebelumnya. Hal ini dilaksanakan untuk
membandingkan apakah prestai kerja periode sekarang lebih baik atau
lebih buruk dibandingkan dengan prestasi kerja periode sebelumnya.
Keuntungan penggunaan kriteria ini adalah tidak dapat memberikan
gambaran apakah perusahaan tersebut benar-benar berjalan dengan baik
atau sebaliknya.
2. Kinerja yang dapat diperbandingkan (Benchmarking)
Benchmarking merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil yang
dicapai oleh entitas yang sama dalam organisasi secara keseluruhan atau
diluar organisasi. Data prestasi dari entitas dibandingkan merupakan
sumber yang baik untuk kriteria dalam benchmarking.
3. Standar Rekayasa (Engineered Standards)
22

Engineerd Standards merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan


standar teknik, seperti time and motion study untuk menentukan
banyaknya output yang harus diproduksi. Penggunaan krteria ini efektif
untuk menyelesaikan berbagai masalah operasional yang penting, tetapi
pembuatan kriteria ini memerlukan keahlian yang khusus sehingga
memakan banyak waktu dan biaya yang cukup tinggi.
4. Diskusi dan Kesepakatan (Discussion and Agreement)
Discussion and Agreementmerupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan
hasil diskusi dan kesepakatan bersama antara pihak manajemen dan entitas
yang akan diaudit, auditor operasional, dan pihak yang akan menerima
laporan hasil audit operasional. Kriteria ini umum digunakan karena
pembuatan kriteria yang lalu sering kali sulit dan membutuhkan biaya
yang tinggi.

3.2.4 Tahap-Tahap Audit Operasional


Auditor operasional perlu memiliki suatu tahapan tugas untuk pedoman
baginya dalam bekerja. Tanpa adanya tahapan yang tersusun baik pemeriksa
akan banyak menghadapai kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan mengingat
bahwa struktur perusahaan ataupun kegiatan sekarang ini sudah semakin maju
dan rumit.
Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam audit manajemen.
Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lima, menurut Bayangkara
I.B.K (2008:10) yaitu:

1. Audit Pendahuluan
Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang
terhadap objek yang diaudit. Pada tahap audit ini juga dilakukan
penelaahan terhadap berbagai peraturan, ketentuan dan kebijakan
berkaitan dengan aktivitas yang diaudit serta menganalisis berbagai
informasi yang telah diperoleh untuk mengidentifikasi hal-hal yang
potensial mengandung kelemahan pada perusahaan yang diaudit.
2. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen
Pada tahap ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap
pengendalian manajemen objek audit dengan tujuan untuk menilai
23

efektivitas pengendalian manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan


perusahaan.
3. Audit Rinci / Lanjutan
Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan
kompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah ditentukan. Pada
tahap ini juga dilakukan pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan
antara satu temuan dengan temuan yang lain dalam menguji permasalahan
yang berkaitan dengan tujuan audit.
4. Pelaporan
Tahapan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil audit termasuk
rekomendasi yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan.
Hal ini penting untuk meyakinkan pihak manajemen (objek audit) tentang
keabsaha hasil audit dan mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk
melakukan perbaikan terhadap berbagai kelemahan yang ditemukan.
5. Tindak Lanjut
Sebagai tahap akhir dari audit manajemen, tindak lanjut bertujuan untuk
mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melaksanakan tindak
lanjut (perbaikan) sesuai dengan rekomendasi yang diberikan.

3.2.5 Keterbatasan Audit Operasional


Meskipun audit operasional memiliki banyak manfaat, audit ini juga
memiliki banyak keterbatasan. Menurut Reider (2002:31)audit operasional
memiliki banyak keterbatasan karena tidak dapat menyelesaikna semua masalah
yang timbul didalam organisasi. Ada tiga factor yang membatasi audit
operasional yaitu :
1. Waktu
Waktu merupakan faktor yang membatasi audit operasional untuk
mencapai tujuan dan manfaat audit operasional. Hal ini disebkan
karena auditor harus dengan segera memberikan informasi kepada
manajemen mengenai masalah organisasi yang timbul dan cara-cara
yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Audit operasional harus
dilaksanakan secara teratur untuk menjamin bahwa masalah-masalah
organisasi yang penting tidak menjado kronis dalam perusahaan.
24

2. Keahlian yang diperlukan


Keterbatasan dalam audit operasional yang lain adalah kurangnya
keahlian audit operasinal terhadap teknik audit dan objek yang
diperiksa. Tidak mungkin bagi seorang auditor untuk ahli disegala
bidang bisnis. Untuk mengatasi keterbatasan ini perlu pendidikan dan
pelatihan bagi auditor operasional.
3. Biaya
Biaya juga merupakan salah satu faktor pembatas bagi audit
operasional. Auditor operasional selalu mencoba untuk menghemat
uang kliennnya.Keterbatasan biaya yang tersedia ini mengharuskan
auditor untuk menentukan segala prioritas auditnya. Masalah
organisasi yang mengancam keeradaan organisasi perlu mendapatkan
prioritas audit.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Audit internal adalah proses mengaudit atau pemeriksaan yang dilakukan
oleh auditor pihak internal suatu entitas yang bekerja dalam suatu entitas
tersebut, yang memiliki aktivitasindependen, memunculkan keyakinan
obyektif, dan konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan
meningkatkan operasi perusahaan. Audit internal ini digunakan untuk
membantu suatu entitas dalam mencapai tujuannya dengan melakukan
pendekatan yangsistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan proses tata
kelola.
Audit operasional adalah proses mengaudit atau pemeriksaan suatu usaha
dari tingkat yangtinggi ke tingkat bawah untuk meyakinkan bahwa
operasional manajemen suatu entitasmenunjukan kondisi sehat berjalan
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan suatu entitasdidalamnya. Dalam
audit operasional ini untuk menilai efektivitas, efisiensi dan
ekonomidibawah pengendalian suatu manajemen perusahaan sehingga
dapat mempermudah hubunganyang paling efektif dengan entitas luar.
4.2 Hasil akhir dari pelaksanaan audit dituangkan dalam suatu bentuk laporan
tertulis melalui proses penyusunan yang baik dan teratur. Laporan ini
merupakan suatu alat penting untuk menyampaikan pertanggungjawaban
kepada manajemen.

25
26

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. (2004). Auditing II. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas


Ekonomi Universitas Indonesia.
Agoes, Sukrisno. (2012). Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh
Akuntan Publik. Edisi4. Jakarta: Salemba Empat.
Arens,A.A., Randal J.Elder, and Mark S. Beasley. (2012). Edisi14. Auditing and
Assurance Service. Pearson

Mulyadi. (2002). Auditing. Edisi keenam. Cetakan kesatu. Jakarta: Salemba


Empat

YPIA. (2009). http://satuan.blogdetik.com/2018/12/22/perbedaan-audit


operasionadan-audit-keuangan//

Guy, Dan M., C. Wayne Alderman, Alan J. Winter, 2003,


Auditing, Diterjemahkan oleh Paul A. Rajoe, Edisi Ke-5, Jakarta:
Erlangga.
Sawyer’s, Lawrence B., 2005, Internal Auditing, 5th Edition, Jakarta: Salemba
Empat

Anda mungkin juga menyukai