Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah Vol 3 No 1, Januari 2020

E-ISSN : 2599-3410 | P-ISSN : 2614-3259


DOI : https://doi.org/10.36778/jesya.v3i1.119

Analisis Implementasi PSAK No. 45 Pelaporan Keuangan Masjid di


Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan

Sri Opti
Universitas Trilogi
sriopti@trilogi.ac.id

Khoirina Farina
Universitas Trilogi
khoirina@trilogi.ac,id

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laporan keuangan pada lembaga masjid
yang berada di wilayah Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan dan apakah laporan
keuangan masjid sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada PSAK No.45. Data
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, data diperoleh
secara langsung dari pengurus masjid. Objek penelitian terdiri dari 30 lembaga
masjid. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian melalui:
observasi dan wawancara. Metode analisis penelitian adalah kualitatif deskriptif,
hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Masjid yang berada di Wilayah
Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan tidak menyusun laporan posisi keuangan dan
catatan atas laporan keuangan. Pengurus masjid menggunakan metode cash basis
dalam mencatat pendapatan dan biaya dan menggunakan metode pembukuan tunggal
(single entry method), dimana takmir masjid tidak membuat jurnal, dan buku besar.
Sebagian besar pengurus masjid belum menerapkan PSAK No. 45 dalam menyusun
laporan keuangan

Kata Kunci Laporan keuangan; Masjid; PSAK No.45

I. PENDAHULUAN
Organisasi merupakan wadah sekelompok orang yang berkumpul dan bekerja sama
dengan cara yang terstruktur untuk mencapai tujuan. Berdasarkan tujuannya organisasi
dibedakan atas organisasi yang berorientasi laba dan non laba atau organisasi nirlaba. Menurut
Sujarweni (2015:185) bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber dana berasal dari
sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun
dari organisasi tersebut. Lembaga masjid merupakan salah satu bentuk organisasi nirlaba dalam
bidang keagamaan, sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45
tentang organisasi nirlaba, bahwa organisasi nirlaba juga harus membuat laporan keuangan dan
melaporkan kepada para pemakai laporan keuangan. PSAK No. 45 menghendaki penerapan
akuntansi akrual bagi organisasi nirlaba. Dalam PSAK No.45 yang menjadi karakteristik untuk
entitas nirlaba ini yaitu sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang mana tidak
mengharapkan adanya hasil, imbalan atau keuntungan komersial lain.
Hasil penelitian Badu dan Hambali (2014) di sejumlah masjid di Gorontalo.
menemukan masih rendahnya pelaporan keuangan masjid di Gorontalo dan belum banyak
pengurus masjid yang sadar akan pentingnya pelaporan keuangan masjid dalam mewujudkan
akuntabilitas keuangan. Menurut Badu dan Hambali (2014) yang menyebabkan masih
rendahnya masjid menyusun laporan keuangan, dikarenakan keterbatasan sumber daya dalam
menyusun laporan keuangan.
Menurut Halim dan Kusufi (2012), masjid merupakan bagian dari entitas publik
dimana masjid memiliki fungsi untuk mengelola dana dari publik Dari sini, sudah sewajarnya

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Washliyah 1


Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah Vol 3 No 1, Januari 2020
E-ISSN : 2599-3410 | P-ISSN : 2614-3259
DOI : https://doi.org/10.36778/jesya.v3i1.119

masjid menjalankan praktik akuntansi. Masjid harus membuat laporan keuangan yang akurat
dan memberikan informasinya kepada pengguna laporan keuangan tersebut yaitu donatur
masjid. Untuk dapat membuat laporan keuangan dana masjid yang akurat dibutuhkan penerapan
akuntansi. Akuntansi dibutuhkan oleh masjid untuk menghasilkan informasi keuangan maupun
untuk meningkatkan mutu pada masjid itu sendiri.
Masjid tidak hanya sekedar pengelolaan rutinitas penyelenggaraan ibadah, pengelola
masjid juga dituntut mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain, misalnya aktivitas
kajian rohani, pendidikan keagamaan khusus, fasilitas taman atau halaman masjid sebagai ruang
serba guna (untuk acara akad nikah), serta lembaga-lembaga pendukung seperti taman
pendidikan Al qur an, panitia zakat infaq dan sedekah, peringatan hari besar islam, manasik haji
atau lainnya. Masjid pada akhirnya memiliki kewajiban mempublikasikan kinerjanya dalam
bentuk laporan keuangan yang secara tersurat mengandung rincian kegiatan yang telah
dilakukan. Permasalahan yang lain, masih banyaknya masjid tidak melakukan pencatatan secara
rinci. Pencatatan keuangan masjid biasanya hanya mencakup penerimaan dan pengeluaran kas
masjid saja tanpa memperlihatkan jumlah aset yang dimiliki oleh masjid dan berapa nilainya,
sehingga banyak kasus hilangnya aset masjid karena kelemahan sistem pencatatan laporan
keuangan.
Mengingat adanya tuntutan atas akuntabilitas dan transparan pada sektor publik serta
pentingnya laporan keuangan yang disusun oleh organisasi nirlaba, maka pembahasan secara
mendalam mengenai laporan keuangan yang mengacu pada PSAK No.45 perlu untuk dianalisis
secara lebih mendalam lagi. Untuk itu perlu dilakukan penelitian bagaimana penerapan PSAK
No.45 dalam pelaporan keuangan Masjid di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui laporan keuangan pada masjid yang berada di wilayah
Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan dan implementasi apakah sudah sesuai dengan ketentuan-
ketentuan ada dalam PSAK No.45.

II. LANDASAN TEORI


IAI (2015:45.3) dalam PSAK No.45, menyatakan bahwa tujuan utama laporan keuangan
adalah menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para pemberi sumber
daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, anggota, kreditor dan pihak lain yang
menyediakan sumber daya bagi entitas nirlaba.

2.1 Unsur-unsur Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba


Akuntansi organisasi nirlaba meliputi bentuk laporan keuangan dan nama-nama rekening
berdasarkan pola PSAK No.45. Unsur-unsur laporan keuangan berdasarkan PSAK No.45 adalah
sebagai berikut:
1. Laporan Posisi Keuangan,
Laporan posisi keuangan merupakan nama lain dari neraca pada laporan keuangan lembaga
komersial. Laporan ini memberikan informasi mengenai besarnya aset atau harta lembaga
dan sumber perolehan aset pada suatu titik tertentu
2. Laporan aktivitas
Laporan aktivitas berisi dua bagian besar yaitu besaran pendapatan dan biaya lembaga
selama satu periode anggaran. Pendapatan digolongkan berdasarkan restriksi atau ikatan
yang ada. Sedangkan beban atau biaya disajikan dalam laporan aktivitas berdasarkan
kriteria fungsional. Dengan demikian beban biaya akan terdiri dari biaya kelompok
program jasa utama dan aktivitas pendukung
3. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menunjukkan arus uang kas masuk dan keluar untuk suatu periode.
Penyajian arus kas masuk dan keluar harus digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu
aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Washliyah 2


Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah Vol 3 No 1, Januari 2020
E-ISSN : 2599-3410 | P-ISSN : 2614-3259
DOI : https://doi.org/10.36778/jesya.v3i1.119

4. Catatan Atas Laporan Keuangan


Catatan atas laporan keuangan dapat berupa:
a Perincian dari suatu perkiraan yang disajikan, misalnya aktiva tetap
b Kebijakan akuntansi yang dilakukan, misalnya metode penyusutan serta tarif yang
digunakan untuk aktiva tetap lembaga, metode pencatatan piutang yang tidak dapat
ditagih serta persentase yang digunakan untuk pencadangannya.

2.2 Tujuan Laporan Keuangan Organisasi nirlaba PSAK No.45


1 Laporan Posisi Keuangan
Tujuan laporan posisi keuangan adalah menyediakan informasi mengenai aset, liabilitas
dan aset neto serta informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu
tertentu. Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan,
dan informasi dalam laporan keuangan lain dapat membantu pemberi sumber daya yang
tidak mengharapkan pembayaran kembali, anggota, kreditur dan pihak lain untuk menilai:
kemampuan entitas nirlaba untuk memberikan jasa secara berkelanjutan dan likuiditas,
fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya dan kebutuhan
pendanaan eksternal.
2 Tujuan Laporan Aktivitas
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai pengaruh
transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset neto, hubungan antara
transaksi dan peristiwa lain, dan bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan
berbagai program atau jasa. Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama
dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu
pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, anggota, kreditur dan
pihak lain untuk mengevaluasi kinerja dalam suatu periode, menilai upaya, kemampuan dan
kesinambungan entitas nirlaba dam memberikan jasa dan menilai pelaksanaan tanggung
jawab dan kinerja manajer.
3 Laporan Arus kas
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan
catatan atas laporan keuangan
4 Tujuan laporan keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan, adalah untuk
menyajikan informasi mengenai:
a Jumlah dan sifat aset, liabilitas dan aset neto entitas nirlaba
b Pengaruh transaksi, peristiwa dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan sifat aset neto
c Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu periode dan
hubungan antara keduanya
d Cara entitas nirlaba mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan
melunasi pinjaman dan faktor lainnya yang berpengaruh pada likuiditasnya usaha jasa
entitas nirlaba.

2.3 Penelitian Terdahulu


Penelitian Ade Rizky (2013), tentang Analisis Penerapan PSAK No. 45 Pada Yayasan
Masjid Al Falah Surabaya. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui penyusunan, bentuk
dan isi laporan keuangan pada yayasan dengan mengacu pada ketentuan-ketentuan PSAK
No.45. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa (1) Yayasan Masjid Al Falah telah menyusun
laporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang ada di dalam PSAK No.45 dimana yayasan
menyusun empat laporan keuangan; (2) yayasan belum mempunyai gambar struktur organisasi
yang memisahkan pembagian wewenang dan tanggung jawab; (3) aset bersih yayasan tidak
diklasifikasikan ke dalam tiga bagian, yaitu aset bersih tidak terikat, terikat temporer dan terikat
permanen. (4) Kerugian piutang tidak tertagih diakui secara langsung; (5) Laporan aktivitas

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Washliyah 3


Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah Vol 3 No 1, Januari 2020
E-ISSN : 2599-3410 | P-ISSN : 2614-3259
DOI : https://doi.org/10.36778/jesya.v3i1.119

telah diklasifikasikan sesuai pembatasannya yatu tidak terikat, terikat temporer dan terikat
permanen yang sesuai dengan dengan laporan aktivitas bentuk B pada PSAK No. 45; (6)
Laporan arus kas telah disusun sesuai dengan PSAK No.45 dengan mengambil bentuk langsung
pada penyusunannya; (7) Catataan atas laporan keuangan yang disusun Yayasan Masjid Al
Falah terdapat beberapa perbedaan, yakni yayasan tidak mencatatkan penerimaan hibah atau
wakaf yang diterima.
Korompis (2014), penelitiannya mengenai Penerapan PSAK No.45 Tentang Pelaporan
Keuangan Organisasi Nirlaba Pada Sanggar Seni Budaya Logos Ma’Kantar. Penelitiannya
adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi
dan dokumentasi. Hasil penelitiannya bahwa Sanggar Seni Budaya belum menerapkan
sepenuhnya laporan keuangan yang sesuai dengan format laporan keuangan organisasi nirlaba
yang ada dalam Pernyataan Standar Akuntansi No.45 karena belum ada penyajian laporan
aktivitas. Namun secara umum tujuan penyusunan laporan keuangan pada Sanggar Seni Budaya
Logos Ma’Kantar telah tercapai.
Penelitian Yuliarti (2014), perolehan data melalui observasi dan wawancara. Metode
penelitiannya adalah deskriptif kualitatif. Yayasan Panti Asuhan Yabappenatim mengelola dana
yang berasal dari donatur, dan proses pendistribusian lebih condong kepada santunan berupa
bantuan pendidikan, kesehatan dan modal kerja. Yayasan Panti Asuhan membuat dua laporan
yaitu laporan neraca sederhana dan laporan sumber dan pendayagunaan dana. Yayasan juga
tidak melakukan catatan atas laporan keuangan. Yayasan Panti Asuhan Yabbapenatim sudah
memenuhi peraturan perundang-undangan zakat untuk membuat laporan keuangan. Namun
komponen laporan keuangan yang dibuat belum lengkap dan belum memenuhi komponen
laporan keuangan menurut PSAK No.45.
Gultom dan Poputra (2015). jenis penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan
data dilakukan melalui wawancara, observasi dan pustaka. Hasil penelitiannya, Kantor Sinode
GMIM belum menerapkan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan format laporan
keuangan nirlaba yang terdapat pada PSAK No.45, karena Kantor Sinode GMIM hanya
menyusun laporan realisasi anggaran belanja dan pendapatan sesuai arahan yang terdapat dalam
tata Gereja Masehi Injil di Minahasa. Kantor Sinode GMIM belum taat administrasi karena
belum menyajikan secara spesifik akun-akun yang terdapat dalam rupa-rupa aset dan ekuitas
serta belum memisahkan jumlah dana yang digunakan untuk angsuran kendaraan dan beban
perawatan kendaraan. Kantor Sinode GMIM juga belum melakukan konsolidasi terhadap unit-
unit usaha yang dimilikinya.
Penelitian Stephanie dan Budiarso (2017), di Kampung Biau Kecamatan Siau Timur
Selatan Kabupaten kepulauan Sitaro. Metode analisis menggunakan metode kualitatif
deskriptif. Hasil penelitiannya bahwa Jemaat GMIST Pniel Biau belum menerapkan PSAK
No.45 pada penyajian laporan keuangannya. GMIST Jemaat Pniel Biau hanya menyusun
laporan keuangan berupa laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja. Sesuai dengan
peraturan GMIST no.6 tahun 2012. Jemaat GMIST Pniel Biau belum melakukan penilaian dan
pengungkapan terhadap aset tetap, tapi hanya mencatat dalam daftar inventaris. Meskipun
belum menyajikan laporan keuangan sesuai PSAK No.45, Jemaat GMIST Pniel Biau telah
menerbitkan laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja serta mempunyai badan
pengawas program dan perbendaharaan yang merupakan bentuk pertanggungjawaban dan
transparansi pengelolaan keuangan.
Penelitian dewi et. all (2017), mengenai laporan keuangan masjid berdasarkan kombinasi
PSAK Nomor 45 dan PSAK Nomor 109. Objek penelitian adalah Masjid XYZ di Jawa Timur.
Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil
penelitiannya, bahwa Masjid XYZ belum menerapkan PSAK No.. 45 atau PSAK No.109 ke
dalam penyusunan laporan keuangannya selama ini. Pencatatan keuangan dilakukan secara
sederhana ke dalam bentuk buku kas. Pencatatan keuangan masjid dilakukan berdasarkan basis

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Washliyah 4


Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah Vol 3 No 1, Januari 2020
E-ISSN : 2599-3410 | P-ISSN : 2614-3259
DOI : https://doi.org/10.36778/jesya.v3i1.119

kas, yaitu pencatatan transaksi berdasarkan adanya kas masuk dan kas keluar. Siklus akuntansi
yang dijalankan oleh Masjid XYZ juga belum memenuhi siklus akuntansi pada umumnya.
Rekonstruksi laporan keuangan Masjid XYZ dilakukan dengan mengkombinasikan PSAK
Nomor 45 dengan PSAK Nomor 109 untuk menghasilkan laporan keuangan yang sesuai bagi
entitas masjid. Pada bagian aset neto di laporan posisi keuangan dan laporan aktivitas
menggunakan akun yang ada pada PSAK Nomor 109 dengan istilah saldo dana. Sedangkan
laporan arus kas mengikuti format yang ada pada PSAK Nomor 45. Dari keempat komponen
laporan keuangan yang ada dalam PSAK Nomor 45, pada rekonstruksi laporan keuangan
Masjid XYZ ditambahkan laporan perubahan aset kelolaan dengan mengikuti format yang ada
dalam PSAK Nomor 109.
Haryono (2019), mengenai evaluasi penerapan PSAK No.45 pada GMIM Sion Teling
Sentrum Manado. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
Haryono (2019) bahwa GMIM Sion Teling Sentrum Manado belum menerapkan penyusunan
laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK No.45 dimana pelaporan keuangan yang dilakukan
hanya berupa laporan anggaran dan realisasi pendapatan dan belanja gereja. Namun tujuan
penyajian laporan keuangan jemaat GMIM Sion Teling Manado telah tercapai dan memiliki
informasi yang cukup jelas

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kualitatif deskriptif
yaitu metode yang sifatnya menguraikan, menggambarkan, membandingkan suatu data dan
keadaan, sedemikian rupa menghasilkan suatu kesimpulan. Subjek dari penelitian adalah
lembaga -masjid yang berada di Wilayah Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Jenis data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, dimana
data diperoleh secara langsung kepada dari sumber data, yaitu pengurus masjid. di wilayah
Kecamatan Jakarta Selatan

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian adalah melalui:
1. Observasi, dimana peneliti akan melakukan pengamatan langsung ke objek penelitian
untuk mendapatkan dan mencatat data-data yang diperlukan
2. Wawancara (interview), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dan diperoleh
dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan bagian-bagian yang berkepentingan
dan terlibat langsung dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini
3. Dokumentasi, dimana penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang
dimaksud baik teori dan laporan yang ada di objek yang diteliti.

IV. HASIL PENELITIAN


Masjid merupakan tempat beribadah bagi umat islam dan untuk melakukan kegiatan
seperti pengajian, kegiatan yang ada kaitannya dengan hari raya islam dan lain sebagainya.
Objek penelitian terdiri dari 30 masjid yang berada di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan Dari
total keseluruhan objek penelitian terdapat tiga Masjid yang berada di perkantoran, satu masjid
di lingkungan Apartemen, satu masjid berada dalam komplek DPR dan terdapat 25 masjid
berada di lingkungan masyarakat umum. Status Tanah dari masjid yang berada di lingkungan
perkantoran dan di apartemen semuanya adalah SHM. Sebagian besar masjid yang berada di

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Washliyah 5


Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah Vol 3 No 1, Januari 2020
E-ISSN : 2599-3410 | P-ISSN : 2614-3259
DOI : https://doi.org/10.36778/jesya.v3i1.119

lingkungan masyarakat adalah hasil dari wakaf . Dari keseluruhan total masjid yang berada di
Wilayah Kecamatan Pancoran, terdapat lima masjid yang pengelolaan aset tetapnya berada pada
lembaga tempat di mana masjid itu berada. Sehingga semua kebutuhan aset tetapnya berupa
bangunan dan pemeliharaannya semuanya ditanggung oleh lembaganya dimana masjid itu
berada . Masjid hanya membiayai kebutuhan rutinnya saja . Dari total objek penelitian sebanyak
30 lembaga masjid yang berada di Wilayah Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan, terdapat lima
masjid berada pada lingkungan perkantoran. Berikut dibawah ini objek penelitian masjid yang
berada di wilayah Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan.

Tabel 1 Daftar Masjid Yang Berada Di Wilayah Kecamatan Jakarta Selatan

No Nama Masjid Alamat


1 Jami Darussalam Jl Pancoran Timur 2D
2 Masjid Al-Inabah Jl.Pancoran BaratXI Rt03/03 Pancoran Jakarta
Selatan
3 Masjid At-Taubah Jl. Raya Pancoran Barat VIII , Kel.Pancoran,
Kec.Pancoran Jakarta Selatan
4 Miftahul Jannah Jl Trikora
5 Nurul Hilal Jl Raya Kalibata RT 002/07
6 Masjid Maulana Jl. Letjen M.T. Haryono No.1, Cikoko, Pancoran
Hasanuddin
7 Masjid Guru Amin Jl.Raya Ps.Minggu, Kel.Duren Tiga
8 Masjid Al-Munawwar Jl. Raya Pasar Minggu No.6, RT.1/RW.6, Pancoran
9 Masjid AR-Rayhan Jl.Pengadegan Timur 1 no 30
10 Baiyul Maliki rrohman Jl Pancoran Timur 3
11 Jami Al Istijabah Jl Pengadegan Barat 4 RT 03 RW 06
12 Fatul Jami Jl Pengadegan Selatan VII RW 05
13 Jami darul Muhtar ll. Pengadegan Timur 11 no 5 rt 7/rw 2
14 Masjid Baitul Khae Jl.Pengadegan Timur II Rt04/02 Kel.Pengadegan
Pancoran Jakarta Selatan
15 Masjid Nurul Hidayah Jl.H.Samali Ujung Kalilbata Pancoran Jakarta Selatan
16 Masjid Nurullah Apartemen Kalibata City, Jl. Raya TMP. Kalibata
No.1 Pancoran
17 Masjid As Salam Kampus Universitas Trilogi (d/h STEKPI) Jl. TMP.
Kalibata No. 1, Jakarta Selatan, 12760
18 Jami Raudhatus Sholihin Jl Cikoko Timur Raya RT 002/01
19 Masjid An-Nur Jl. Pancoran Timur no.41a, Jakarta Selatan
20 Masjid Al Kausar Jl. Pengadegan Selatan 3
21 Masjid At-Taqwa Jl. Kalibata Tengah 2 No 5
22 Masjid Raudhatus Solihin LAKESPRA Suryanto TNI AU, Cikoko, Pancoran,
RT.1/RW.1
23 Jl. Mampang Prapatan XVc, Duren tiga Pancoran
Masjid An Nur Jakarta Selatan
24 Masjid Baitussalam Jl. PLN Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, Prov.
DKI Jakarta
25 Masjid Al-Amin Komp.DPR RI Kalibata Jl.Pengadegan Kel.Rawajati
26 Masjid Al-Muttaqin Jl. Kalibata Timur No.21, Rt.09/Rw.08 Kalibata,
Kec.Pancoran
27 Masjid Darul Ilmi Jl. Kalibata Timur I, Rt010/008,
Kel.Kalibata,Kec.Pancoran Jakarta Selatan

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Washliyah 6


Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah Vol 3 No 1, Januari 2020
E-ISSN : 2599-3410 | P-ISSN : 2614-3259
DOI : https://doi.org/10.36778/jesya.v3i1.119

28 Masjid Arrohmannirrohim Jl. Pancoran Barat VIII, No.19 RT09/06


Kel.Pancoran, Kec.Pancoran Jakarta Selatan
29 Masjid Al-Mu'awanah Jl.Raya Duren Tiga,Rt008/01, Kel.Duren Tiga
30 Masjid AL-HUDA JL.Kalibata Selatan 1, Kel.Kalibata, Pancoran Jakarta
Selatan

Sumber: data diolah

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus lembaga masjid menunjukkan pendidikan


akhir dari bendahara masjid yang berada di Wilayah Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan. Dari
total keseluruhan objek penelitian sebanyak 30 lembaga masjid yang berada di Wilayah
Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan terdapat 63% atau 19 lembaga masjid dengan pengurus
sebagai bendahara masjid memiliki latar belakang pendidikan akhir SLTA, Sebanyak 27% atau
sebanyak 8 orang bendahara masjid berpendidikan S1, 3% atau sebanyak satu orang bendahara
masjid dengan pendidikan akhir D3 dan terdapat 7% dari total keseluruhan atau terdapat 2 orang
bendahara masjid memiliki pendidikan akhir S1 jurusan akuntansi.
Masjid adalah tempat ibadah umat islam yang selain berfungsi sebagai tempat
pelaksanaan sholat berjamaah juga merupakan sebuah institusi dan juga organisasi yang
komplek mengingat berbagai kegiatan dilaksanakan di dalam masjid seperti kegiatan perayaan
hari besar, diskusi, kajian agama. Layaknya sebuah organisasi, masjid pun memiliki struktur
organisasi. Struktur organisasi merupakan susunan unit-unit kerja yang saling berhubungan satu
sama lainnya. Masing-masing unit mempunyai fungsi yang berbeda, tetapi dihubungkan
dengan garis koordinasi. Adanya koordinasi inilah yang menyebabkan antar unit kerja menjadi
satu kesatuan. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan dari keseluruhan objek penelitian
masjid yang berada di Wilayah Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan telah memiliki struktur
organisasi masjid.

4.1 Aktivitas/Kegiatan Masjid


Tabel 2 berikut ini merupakan kegiatan lembaga masjid berdasarkan hasil observasi
terhadap 30 lembaga masjid yang berada di sekitar Kecamatan Pancoran menunjukkan bahwa
Masjid digunakan untuk kegiatan ibadah sholat harian rutin maupun ibadah sholat sunnah
seperti sholat jum at, sholat ied dan kegiatan peribadatan umat islam lainnya. Selain itu juga
Masjid digunakan sebagai tempat belajar masyarakat seperti pengajian rutin anak-anak, para
remaja dan orangtua. (seperti TPA)
Organisasi keagamaan masjid merupakan organisasi nirlaba karena sumber dana untuk
membiayai aktivitas organisasi atau lembaga masjid tersebut berasal dari sumbangan para
jamaah. Masjid dan para penyumbang lainnya yang tidak mengharapkan imbalan apapun yang
bersifat duniawi. Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 tahun
2011 tentang operasi nirlaba maka organisasi keagamaan masjid juga harus membuat laporan
keuangan dan melaporkan keuangan kepada para pemakai laporan keuangan seperti masyarakat
sebagai bentuk pertanggungjawaban pengurus terhadap dana yang telah diterima.

Tabel 2 Kegiatan Masjid Di Wilayah Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan


No Pernyataan Jumlah
1 Kegiatan Pendidikan
TPA 20
Madrasah 3
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat 27
2 Kegiatan ibadah
Pengajian rutin 28

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Washliyah 7


Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah Vol 3 No 1, Januari 2020
E-ISSN : 2599-3410 | P-ISSN : 2614-3259
DOI : https://doi.org/10.36778/jesya.v3i1.119

Hari besar islam 24


Sholat Ju mat 27
Ibadah Fardhu 30
Pengurusan jenazah 20
3 Kegiatan Pemeliharaan
Kebersihan 30
Bangunan 24
Peralatan 12
4 Kegiatan Pembangungan
Sarana ibadah 29
Sarana Pendidikan 18
5 Kegiatan Ekonomi
Koperasi 0
Lain-lain 3

Sumber: data diolah

Seperti halnya organisasi bisnis, di dalam organisasi nirlaba juga tidak terlepas dari aspek
keuangan. Meskipun tidak berorientasi pada laba tetapi aspek keuangan juga merupakan hal
penting yang harus diperhatikan. Keuangan masjid meliputi cara mengumpulkan dana, sumber
pendanaan, pengelolaan dan pertanggungjawaban dana masjid. Berdasarkan data penelitian
menunjukkan bahwa sumber pendanaan masjid di Wilayah Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan
sebagian besar relative sama berasal dari sumbangan masyarakat berupa infaq, shodaqoh,
donatur baik melalui kotak amal yang telah disediakan oleh pengelola masjid ataupun
penerimaan dana sumbangan ini tidak hanya berupa uang tunai atau kas, tetapi juga berupa
barang yang ditujukan untuk kepentingan masjid dan umat beragama.

Tabel 3 Sumber Dana Masjid

No Pernyataan Jumlah
1 Sumber dana
Zakat 25
Infaq 24
Shodaqah 30
Wakaf 17
CSR/instansi 5
Kotak amal 26
Donatur 23
2 Sumber dana kotak amal
Jum atan 29
Harian 6
Hari besar islam 15
3 Sumber dana dari donator
Tetap 3
Insidental 29
Lainnya 1
Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel 3 di atas, maka sumber dana masjid dikelompokkan menjadi:


1. Donatur tetap, yaitu sumbangan dari jama’ah atau pihak yang secara periodik
memberikan infaq dan shadaqah

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Washliyah 8


Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah Vol 3 No 1, Januari 2020
E-ISSN : 2599-3410 | P-ISSN : 2614-3259
DOI : https://doi.org/10.36778/jesya.v3i1.119

2. Donatur tidak tetap, yaitu sumbangan dari berbagai pihak yang dilakukan dengan
mengajukan permohonan, misalnya kepada instansi pemerintah, instansi swasta, lembaga
donor atau simpatisan.
3. Donatur bebas, yaitu sumbangan yang diperoleh dari lingkungan jama’ah sendiri atau
pihak luar yang bersifat insidentil. Hal ini dilakukan dengan menyediakan Kotak Amal
maupun penggalangan dana masyarakat.
4. Zakat , yaitu tiitipan zakat dana ini bukan miliknya masjid tetapi hanya titipan maka
harus dilaporkan sebagai utang ,
5. Iuran TPA, yaitu iuran dari peserta TPA yang mana dananya akan digunakan untuk
kegiatan TPA seperti pembayaran guru TPA dan peralatan Pendidikan TPA
6. Usaha ekonomi, yaitu dana yang diperoleh dengan melakukan aktivitas ekonomi,
khususnya di bidang jasa dan perdagangan

Selain dana sumbangan dari masyarakat, masjid juga mendapatkan dana bantuan dari
pemerintah kota dengan ketentuan mengajukan proposal terlebih dahulu. Dana yang terkumpul
kemudian digunakan untuk membiayai kegiatan operasional masjid sehari-hari seperti
kebersihan masjid, pemeliharan masjid, membeli peralatan dan program-program kegiatan yang
dilakukan baik yang bersifat rutin ataupun tidak. Berikut di bawah ini adalah kegiatan dari
setiap masjid. Dari kegiatan Masjid akan memerlukan pos-pos pengeluaran kas masjid yang
dibagi dalam 6 kelompok adalah :
1. Pengeluaran Untuk Bangunan
a.Program pembangunan seperti membuat atau renovasi WC, tempat wudhu,
memindahkan ruangan kantor, membangun ruang sekolah dan politeknik.
b.Pemeliharaan fisik Bangunan seperti Genteng bocor, lantai rusak, kaca pecah,
c.Pembelian alat alat kebersihan dan barang habis pakai untuk kebersihan
d.Pembayaran honorarium pemeliharaan kebersihan seperti tukang cleaning service,
tukang taman dan lain-lainnya.
2. Kegiatan Ibadah :
a.Membayar uang transport khatib
b.Membayar insentif imam tetap
c.Memperbaharui alat Sholat
d.Membeli Alquran
e.Membeli peralatan dan perlengkapan lainnya untuk ibadah
3.Kegiatan pendidikan:
a.Membayar honorarium tenaga pengajar
b.Membeli peralatan dan perlengkapan pendidikan
c.Membeli Buku Buku Keagamaan
4. Penyelenggaraan Organisasi dan
Administrasi: a.Membayar honorarium
tenaga staf b.Penyediaan uang transport
kegiatan
c.Pembelian alat administrasi seperti Komputer , Alat Tulis dan kantor
d.Pembelian Peralatan dan perlengkapan lainnya
5. Listrik , Air dan
Telepon 6.Pembinaan
sosial:
a.Bantuan fakir miskin
b.Bantuan meringankan musibah jamaah
c.Pembelian sarana kesehatan dan lain-lain

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Washliyah 9


Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah Vol 3 No 1, Januari 2020
E-ISSN : 2599-3410 | P-ISSN : 2614-3259
DOI : https://doi.org/10.36778/jesya.v3i1.119

4.2 Laporan Keuangan Masjid


Masjid merupakan lembaga milik publik yang kepemilikan hartanya merupakan milik
umat yang dititipkan kepada para pengelolanya (takmir). Takmir menjalankan perannya
berdasarkan kepercayaan umat, maka laporan keuangan yang merupakan bentuk
pertanggungjawaban para pengurus masjid sangat diperlukan untuk memenuhi kepercayaan
yang telah diberikan. Menurut PSAK No.45, laporan keuangan organisasi nirlaba terdiri dari
laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Secara umum tujuan laporan posisi keuangan entitas nirlaba adalah untuk menyajikan informasi
mengenai aset, liabilitas dan aset neto. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
menunjukkan bahwa secara total keseluruhan objek penelitian, yaitu 30 lembaga masjid,
sebagian besar lembaga masjid yang berada di Wilayah Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan
tidak menyusun laporan posisi keuangan. Aset yang dimiliki oleh lembaga masjid digunakan
untuk kegiatan atau aktivitas masjid. Kebanyakan aset (seperti komputer, lemari) yang dimiliki
masjid dicatat dalam jumlah saja. Aset yang ada tidak pernah dihitung depresiasi atau
penyusutannya. Tanah dan bangunan yang dimiliki lembaga masjid merupakan tanah dan
bangunan wakaf, yaitu kekayaan yang diserahkan untuk dikelola dan dimanfaatkan untuk
kepentingan umum.
Berdasarkan tabel 4 berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pengurus
masjid bahwa laporan keuangan masjid sangat diperlukan. Pengurus Masjid membuat laporan
keuangan secara rutin sebagai bentuk pertanggungjawaban dan administrasi Masjid. Setiap
transaksi keuangan yang terjadi dicatat oleh bendahara masjid ke dalam pembukuan sederhana.
Pencatatan tersebut dilengkapi dengan bukti-bukti transaksi sebagai dokumen pendukung.
Suatu transaksi diakui sebagai biaya apabila pihak pengelola masjid mengeluarkan kas dan
disertai dengan buktinya untuk disimpan. Sedangkan transaksi pendapatan diakui ketika
terdapat aliran kas masuk yang sebagian besar berupa sumbangan (infak atau sedekah).
Tentunya laporan keuangan yang berisi penerimaan kas dan pengeluaran kas belum sesuai
dengan ketentuan atau format baku yang mengacu pada PSAK No. 45 Tahun 2011. Hasil
penelitian sejalan dengan penelitian Korompis, Claudia W.M (2014), Citra Yuliarti (2014),
Gultom, Ignatius Rian dan Poputra, Agus T (2015), Stephanie Janis dan Budiarso (2017), dan
Haryono (2019).

Tabel 4 Jawaban Responden Atas Laporan Keuangan Masjid

No Pernyataan Ya Tidak
1 Penerimaan aset bukan kas di catat dalam satuan 3% 97%
moneter
2 Aset tetap yang digunakan untuk operasional telah 0% 100%
disusutkan (depresiasi)
3 keseluruhan asset yang ada atau digunakan untuk 37% 64%
keperluan aktivitas masjid telah dicatat
4 Tanah dan bangun masjid di peroleh dari wakaf 70% 30%
5 Seluruh keperluan masjid di peroleh dengan pembayaran 93% 7%
tunai
6 Apakah pengurus masjid (penyususn laporan keuangan) 30% 70%
memahami akuntansi sederhana ?
7 Apakah pencatatan atas laporan keuangan masjid sudah 0% 100%
mengikuti PSAK 45 ?
8 Apakah Bapak/Ibu berencana untuk melakukan 100% 0%
penyusunan laporan keuangan ?
9 Apakah Pengurus masjid telah melakukan pencatatan 100% 0%
atau pembukuan secara rutin ?
10 Apa alasan Bapak/ibu tidak membuat pencatatan

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Washliyah 1


Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah Vol 3 No 1, Januari 2020
E-ISSN : 2599-3410 | P-ISSN : 2614-3259
DOI : https://doi.org/10.36778/jesya.v3i1.119

(pembukuan) atas laporan keuangan ? (jawaban boleh


lebih dari satu)
Tidak perlu 0
Tidak ada staf yang mengerti akuntansi 26
Membutuhkan waktu lebih 2
11 Tujuan membuat laporan keuangan adalah:
Sebagai Pertanggungjawaban ke masyarakat 29
Untuk memperoleh dana CSR 4
Lainnya 1
12 Laporan keuangan yang di susun dilaporkan ke :
Hanya ke pengurus 6
Ke masyarakat 27
Pihak pemberi dana 3
13 Laporan keuangan disusun setiap:
Akhir Bulan 8
Akhir Kegiatan 20
Akhir tahun 0
Lainnya 17
14 Laporan Keuangan yang disusun oleh pengurus berupa
Laporan Aktivitas 3
Laporan Arus Kas 6
Laporan Posisi Keuangan 0
Catatan atas laporan keuangan 0
Lain-lain bentuk laporan keuangan 22

Sumber: data diolah

Catatan atas laporan keuangan juga memuat informasi mengenai kebijakan akuntansi
yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Catatan Keuangan yang disiapkan oleh
pengurus Masjid hanya berupa catatan keuangan penerimaan uang dan pengeluaran uang.
Catatan keuangan tersebut belum sesuai dengan PSAK No. 45.
Hal diatas terjadi karena :
1. Tidak adanya takmir masjid yang menguasai PSAK 45
2. Sebagian besar pengurus masjid tidak mengetahui adanya standar akuntansi untuk
organisasi nirlaba
3. Organisasi masjid dijalankan kekeluargaan dengan asumsi semua yang terlibat di masjid
akan amanah

Dalam Firman Allah : surat Al-Baqarah ayat 282

‫َيا َأي‬
ّ
‫ها‬ َ ُ
َّ‫ال‬
‫ن ِإلَى َأَجٍل م َسم‬ ٍ ‫ُِذيَن آمَن وا ِإَذا َتَداَيْنت ْم ِبَدْي‬
ّ
‫ب َأنْ َيكْت بَ َكمَا‬
ٌ ‫ب ِبالْعَْدِل ولَا َيْأبَ َكاِت‬
ٌ ‫ُى َفاكْت ب وه َولَْيكْت بْ َبْينَك ْم َكاِت‬
َّ‫عل‬
‫ُمَه‬
َّ‫ا ل‬
‫ُه َفلَْيكْت بْ َولْي مْلِِل‬
•َّ‫ال‬
‫ُ ِذي علَْيِه اْ•لَحق‬
ّ
ُ
َّ‫َولْيت‬

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Washliyah 1


‫‪Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah Vol 3 No 1, Januari 2020‬‬
‫‪E-ISSN : 2599-3410 | P-ISSN : 2614-3259‬‬
‫‪DOI : https://doi.org/10.36778/jesya.v3i1.119‬‬
‫ُقِ‬
‫ا لَّ‬
‫َُه‬
‫رَّب‬
‫ن َكا َ‬
‫ن‬ ‫ُه وَلا َيْ•بَخس•ْ ِمنْه َشْيئ ا َفِإ ْ‬
‫الَّ•‬
‫ُ ِذي علَْيِه اْ•لَحق‬
‫ّ‬
‫طيع•‬
‫ُ َسِفيه ا َأْو ضَِعيف ا َأْو َلا َيْستَ ِ‬
‫ل َوامَْرأَتا ِ‬
‫ن‬ ‫ن َفَرج• ٌ‬‫َرج لَْي ِ‬ ‫ن َلْم َيك‬
‫ن ي ِرجَاِلك ْم َفإِ ْ‬ ‫َأ ْ‬
‫مِم‬ ‫ونَا‬ ‫م ِل‬
‫ن الش‬ ‫ن ِم َ‬‫ضْو َ‬
‫ن َتْر َ‬
‫ُ ْ‬ ‫ُ ه َو َفلْي مْلِْل َولِي‬

‫هَداءِ‬ ‫ُ َ‬ ‫ن ِم ْ‬
‫ن‬ ‫ُه ِبالْعَْدِل َواْسَتش •ْه•ِد وا َشهِيَدْي ِ‬
‫َأ ْ‬
‫ن‬
‫ضل‬ ‫َت ِ‬
‫ُ ِإْحَداه مَا َفت‬
‫َذك‬
‫ب الش‬ ‫خ َرى ولَا َيأْ َ‬
‫َُر ِإْحَداه مَا الْ• أ ْ‬

‫عْند•َ‬
‫صِغير ا َأْو َكِبير ا ِإلَى َأَجلِِه َذلِك ْم أقَ َْسط ِ‬
‫ن َتكْت ب وه َ‬
‫هَداء ِإَذا مَا د ع وا ولَا َتْسأَم وا َأ ْ‬
‫ُ َ‬
‫ال‬
‫ُهِ َوأَْقَوم‬
‫ِلش‬
‫هاَدِة َوأَْدَنى‬
‫ُ َ‬
‫َأل‬
‫ُا َتْرَتاب وا‬
‫ِإل‬
‫ضَرة ت ِدير وَنهَا َبْينَك• ْم فلَْيس•َ علَْيك ْم ج نَا ٌ‬
‫ح‬ ‫رة َحا ِ‬
‫ن ِتَجا َ‬
‫ن َتك و َ‬
‫ُا أ َ ْ‬
‫َأل‬
‫ها‬ ‫ُا َتْكت ب• و َ‬
‫هد وا ِإَذا تَباَيْعت ْم ولَا ي‬
‫َوأَْش ِ‬
‫ضار‬ ‫َ‬
‫ن َتف•َْعل وا‬
‫هيٌد َوإِ ْ‬
‫ُ َكاِتبٌ ولَا َش ِ‬
‫َفِإن‬
‫ق ِبك ْم‬ ‫ُه ف س و ٌ‬
‫َوات‬
‫ُق وا‬
‫ال‬
‫ُهَ َوي‬
‫َعل‬
‫ُم ك م‬
‫ال‬
‫ُه‬
‫َوا ل‬
‫ُه ِبك‬
‫ل‬
‫علِيٌم‬ ‫ُ َشيٍْء َ‬

‫‪Artinya:‬‬
‫‪“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk‬‬
‫‪waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di‬‬
‫‪antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya‬‬
‫‪sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang‬‬

‫‪Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Washliyah‬‬ ‫‪1‬‬


Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah Vol 3 No 1, Januari 2020
E-ISSN : 2599-3410 | P-ISSN : 2614-3259
DOI : https://doi.org/10.36778/jesya.v3i1.119

berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang
berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua orang lelaki,
Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai,
supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu
enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis
hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih
adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu. (Tulis lah mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya.
dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis
dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka
Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”
Berdasarkan ayat di atas maka masjid harus memiliki pembukuan atas seluruh transaksi
atau kegiatan masjid sehingga semua transaksi dicatat dan dilaporkan dalam laporan keuangan
Bahwa sebagai pengurus harus mencatat seluruh pengeluaran uang dan pemasukan dengan baik.
Pembukuan keuangan tersebut secara terbuka bisa dilihat oleh pengurus lainnya. Bahkan kalau
diperlukan, setiap akhir tahun bisa diaudit oleh tim Independen dan terpercaya. Intinya Uang
masjid adalah uang amanat. Jika Laporan keuangan masjid andal maka akan mengundang
orang atau masyarakat untuk menyalurkan zakat, infak dan shodaqohnya ke masjid.
Berdasarkan hasil data penelitian dari 30 lembaga masjid, terkait hambatan-hambatan
dalam penyusunan laporan keuangan masjid, bahwa 70% atau 21 responden sebagai pengurus
masjid yang menyusun laporan dikarenakan tidak mengerti, 13% dikarenakan pengurus
keuangan masjid memiliki latar belakang yang berbeda. 10% dikarenakan menyusun laporan
keuangan terlalu sulit atau komplek. Dan sisanya, yakni 7% tidak mengetahui PSAK No.45.
Alasan dari pengurus keuangan masjid tidak melakukan pembukuan sesuai dengan PSAK No.
45 dikarenakan 93% atau sebagian besar lembaga masjid tidak memiliki staf atau bendahara
yang mengerti akuntansi. Dari masalah tersebut mereka atau pengurus masjid dari hasil
wawancara memiliki rencana untuk menyusun laporan keuangan

V. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian mengenai implementasi PSAK No.45 atas laporan keuangan
lembaga masjid yang berada di Wilayah Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan disimpulkan:
1. Pembuatan pencatatan keuangan bertujuan hanya sebagai alat untuk mencatat adanya
penerimaan dan pengeluaran kas.
2. Sebagian besar masjid tidak mencatat aset tidak lancar (seperti aset tetap dan inventaris),
laporannya hanya berupa jumlah unit yang disusun dalam daftar inventarisasi masjid
sehingga tidak diketahui nilai buku dari aset tetap dan perlengkapan.
3. Sebagian besar lembaga masjid menggunakan cash basis dalam mencatat pendapatan
dan biaya (dicatat pada saat kas diterima dan dibayarkan).
4. Menggunakan metode pembukuan tunggal (single entry method) dimana takmir masjid
tidak membuat jurnal, dan buku besar.
5. Sebagian besar Pengurus masjid belum menerapkan laporan keuangan sesuai dengan
PSAK 45.

DAFTAR PUSTAKA

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Washliyah 1


Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah Vol 3 No 1, Januari 2020
E-ISSN : 2599-3410 | P-ISSN : 2614-3259
DOI : https://doi.org/10.36778/jesya.v3i1.119

Ade Rizky, Adiyani. 2013. Analisis Penerapan PSAK No.45 Pada Yayasan Masjid Al Falah
Surabaya. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol.2 No.7 (2013).
Badu, R.S & Hambali, I.R (2014). Studi Ethnoscience: Dilema Transparansi dan Akuntansi
dalam Pelaporan Sumbangan Donatur dan Pengelolaan Keuangan Masjid (Studi kasus
di Kabupaten Gorontalo). Laporan Penelitian. Universitas Gorontalo.
Citra Yuliarti, Norita. 2014. Studi Penerapan PSAK 45 Yayasan Panti Asuhan Yabappenatim
Jember. Jurnal Akuntansi Universitas Jember. Vol. 12 No 2 Desember
Dewi et.al., 2017. Laporan Keuangan Masjid Berdasarkan Kombinasi PSAK Nomor 45 dan
PSAK Nomor 109. E-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi. Volume IV (1): 6-11.
Haryono, Fini. 2019. Evaluasi Penerapan PSAK No.45 Tentang Pelaporan Keuangan Entitas
Nirlaba Pada Jemaat GMIM Sion Teling Sentrum Manado. Jurnal EMBA. Vol 7
no.1.hal 981-990.
Halim, A., dan Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta Salemba Empat
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2015. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.45 (revisi
2015). Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba, Jakarta.
I.R. Gultom & A.T Poputra. 2015. Analisis Penerapan PSAK NO.45 Tentang Laporan
Keuangan Jurnal Accountability Organisasi Nirlaba Dalam Mencapai Transparansi Dan
Akuntabilitas Kantor Sinode GMIM. Jurnal EMBA. Vol. 3 No.4
Korompis, Claudia. 2014. Penerapan PSAK No.45 Tentang Pelaporan Keuangan Organisasi
Nirlaba Pada Sanggar Seni Budaya Logos Ma’Kantar. Jurnal Riset Akuntansi Going
Concern. Hal.16-30
Stephanie Janis, Raisa S & Budiarso, Novi S. 2017. Analisis Penerapan PSAK No.45 Tentang
Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba Pada Jemaat GMIST Pniel Biau Kab Kep Sitaro.
Vol 06. Nomor 01.
Sujarweni. 2015. Akuntansi Sektor Publik. Pustaka Baru Press. Yogyakarta

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Washliyah 1

Anda mungkin juga menyukai