Sri Opti
Universitas Trilogi
sriopti@trilogi.ac.id
Khoirina Farina
Universitas Trilogi
khoirina@trilogi.ac,id
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laporan keuangan pada lembaga masjid
yang berada di wilayah Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan dan apakah laporan
keuangan masjid sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada PSAK No.45. Data
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, data diperoleh
secara langsung dari pengurus masjid. Objek penelitian terdiri dari 30 lembaga
masjid. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian melalui:
observasi dan wawancara. Metode analisis penelitian adalah kualitatif deskriptif,
hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Masjid yang berada di Wilayah
Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan tidak menyusun laporan posisi keuangan dan
catatan atas laporan keuangan. Pengurus masjid menggunakan metode cash basis
dalam mencatat pendapatan dan biaya dan menggunakan metode pembukuan tunggal
(single entry method), dimana takmir masjid tidak membuat jurnal, dan buku besar.
Sebagian besar pengurus masjid belum menerapkan PSAK No. 45 dalam menyusun
laporan keuangan
I. PENDAHULUAN
Organisasi merupakan wadah sekelompok orang yang berkumpul dan bekerja sama
dengan cara yang terstruktur untuk mencapai tujuan. Berdasarkan tujuannya organisasi
dibedakan atas organisasi yang berorientasi laba dan non laba atau organisasi nirlaba. Menurut
Sujarweni (2015:185) bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber dana berasal dari
sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun
dari organisasi tersebut. Lembaga masjid merupakan salah satu bentuk organisasi nirlaba dalam
bidang keagamaan, sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45
tentang organisasi nirlaba, bahwa organisasi nirlaba juga harus membuat laporan keuangan dan
melaporkan kepada para pemakai laporan keuangan. PSAK No. 45 menghendaki penerapan
akuntansi akrual bagi organisasi nirlaba. Dalam PSAK No.45 yang menjadi karakteristik untuk
entitas nirlaba ini yaitu sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang mana tidak
mengharapkan adanya hasil, imbalan atau keuntungan komersial lain.
Hasil penelitian Badu dan Hambali (2014) di sejumlah masjid di Gorontalo.
menemukan masih rendahnya pelaporan keuangan masjid di Gorontalo dan belum banyak
pengurus masjid yang sadar akan pentingnya pelaporan keuangan masjid dalam mewujudkan
akuntabilitas keuangan. Menurut Badu dan Hambali (2014) yang menyebabkan masih
rendahnya masjid menyusun laporan keuangan, dikarenakan keterbatasan sumber daya dalam
menyusun laporan keuangan.
Menurut Halim dan Kusufi (2012), masjid merupakan bagian dari entitas publik
dimana masjid memiliki fungsi untuk mengelola dana dari publik Dari sini, sudah sewajarnya
masjid menjalankan praktik akuntansi. Masjid harus membuat laporan keuangan yang akurat
dan memberikan informasinya kepada pengguna laporan keuangan tersebut yaitu donatur
masjid. Untuk dapat membuat laporan keuangan dana masjid yang akurat dibutuhkan penerapan
akuntansi. Akuntansi dibutuhkan oleh masjid untuk menghasilkan informasi keuangan maupun
untuk meningkatkan mutu pada masjid itu sendiri.
Masjid tidak hanya sekedar pengelolaan rutinitas penyelenggaraan ibadah, pengelola
masjid juga dituntut mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain, misalnya aktivitas
kajian rohani, pendidikan keagamaan khusus, fasilitas taman atau halaman masjid sebagai ruang
serba guna (untuk acara akad nikah), serta lembaga-lembaga pendukung seperti taman
pendidikan Al qur an, panitia zakat infaq dan sedekah, peringatan hari besar islam, manasik haji
atau lainnya. Masjid pada akhirnya memiliki kewajiban mempublikasikan kinerjanya dalam
bentuk laporan keuangan yang secara tersurat mengandung rincian kegiatan yang telah
dilakukan. Permasalahan yang lain, masih banyaknya masjid tidak melakukan pencatatan secara
rinci. Pencatatan keuangan masjid biasanya hanya mencakup penerimaan dan pengeluaran kas
masjid saja tanpa memperlihatkan jumlah aset yang dimiliki oleh masjid dan berapa nilainya,
sehingga banyak kasus hilangnya aset masjid karena kelemahan sistem pencatatan laporan
keuangan.
Mengingat adanya tuntutan atas akuntabilitas dan transparan pada sektor publik serta
pentingnya laporan keuangan yang disusun oleh organisasi nirlaba, maka pembahasan secara
mendalam mengenai laporan keuangan yang mengacu pada PSAK No.45 perlu untuk dianalisis
secara lebih mendalam lagi. Untuk itu perlu dilakukan penelitian bagaimana penerapan PSAK
No.45 dalam pelaporan keuangan Masjid di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui laporan keuangan pada masjid yang berada di wilayah
Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan dan implementasi apakah sudah sesuai dengan ketentuan-
ketentuan ada dalam PSAK No.45.
telah diklasifikasikan sesuai pembatasannya yatu tidak terikat, terikat temporer dan terikat
permanen yang sesuai dengan dengan laporan aktivitas bentuk B pada PSAK No. 45; (6)
Laporan arus kas telah disusun sesuai dengan PSAK No.45 dengan mengambil bentuk langsung
pada penyusunannya; (7) Catataan atas laporan keuangan yang disusun Yayasan Masjid Al
Falah terdapat beberapa perbedaan, yakni yayasan tidak mencatatkan penerimaan hibah atau
wakaf yang diterima.
Korompis (2014), penelitiannya mengenai Penerapan PSAK No.45 Tentang Pelaporan
Keuangan Organisasi Nirlaba Pada Sanggar Seni Budaya Logos Ma’Kantar. Penelitiannya
adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi
dan dokumentasi. Hasil penelitiannya bahwa Sanggar Seni Budaya belum menerapkan
sepenuhnya laporan keuangan yang sesuai dengan format laporan keuangan organisasi nirlaba
yang ada dalam Pernyataan Standar Akuntansi No.45 karena belum ada penyajian laporan
aktivitas. Namun secara umum tujuan penyusunan laporan keuangan pada Sanggar Seni Budaya
Logos Ma’Kantar telah tercapai.
Penelitian Yuliarti (2014), perolehan data melalui observasi dan wawancara. Metode
penelitiannya adalah deskriptif kualitatif. Yayasan Panti Asuhan Yabappenatim mengelola dana
yang berasal dari donatur, dan proses pendistribusian lebih condong kepada santunan berupa
bantuan pendidikan, kesehatan dan modal kerja. Yayasan Panti Asuhan membuat dua laporan
yaitu laporan neraca sederhana dan laporan sumber dan pendayagunaan dana. Yayasan juga
tidak melakukan catatan atas laporan keuangan. Yayasan Panti Asuhan Yabbapenatim sudah
memenuhi peraturan perundang-undangan zakat untuk membuat laporan keuangan. Namun
komponen laporan keuangan yang dibuat belum lengkap dan belum memenuhi komponen
laporan keuangan menurut PSAK No.45.
Gultom dan Poputra (2015). jenis penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan
data dilakukan melalui wawancara, observasi dan pustaka. Hasil penelitiannya, Kantor Sinode
GMIM belum menerapkan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan format laporan
keuangan nirlaba yang terdapat pada PSAK No.45, karena Kantor Sinode GMIM hanya
menyusun laporan realisasi anggaran belanja dan pendapatan sesuai arahan yang terdapat dalam
tata Gereja Masehi Injil di Minahasa. Kantor Sinode GMIM belum taat administrasi karena
belum menyajikan secara spesifik akun-akun yang terdapat dalam rupa-rupa aset dan ekuitas
serta belum memisahkan jumlah dana yang digunakan untuk angsuran kendaraan dan beban
perawatan kendaraan. Kantor Sinode GMIM juga belum melakukan konsolidasi terhadap unit-
unit usaha yang dimilikinya.
Penelitian Stephanie dan Budiarso (2017), di Kampung Biau Kecamatan Siau Timur
Selatan Kabupaten kepulauan Sitaro. Metode analisis menggunakan metode kualitatif
deskriptif. Hasil penelitiannya bahwa Jemaat GMIST Pniel Biau belum menerapkan PSAK
No.45 pada penyajian laporan keuangannya. GMIST Jemaat Pniel Biau hanya menyusun
laporan keuangan berupa laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja. Sesuai dengan
peraturan GMIST no.6 tahun 2012. Jemaat GMIST Pniel Biau belum melakukan penilaian dan
pengungkapan terhadap aset tetap, tapi hanya mencatat dalam daftar inventaris. Meskipun
belum menyajikan laporan keuangan sesuai PSAK No.45, Jemaat GMIST Pniel Biau telah
menerbitkan laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja serta mempunyai badan
pengawas program dan perbendaharaan yang merupakan bentuk pertanggungjawaban dan
transparansi pengelolaan keuangan.
Penelitian dewi et. all (2017), mengenai laporan keuangan masjid berdasarkan kombinasi
PSAK Nomor 45 dan PSAK Nomor 109. Objek penelitian adalah Masjid XYZ di Jawa Timur.
Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil
penelitiannya, bahwa Masjid XYZ belum menerapkan PSAK No.. 45 atau PSAK No.109 ke
dalam penyusunan laporan keuangannya selama ini. Pencatatan keuangan dilakukan secara
sederhana ke dalam bentuk buku kas. Pencatatan keuangan masjid dilakukan berdasarkan basis
kas, yaitu pencatatan transaksi berdasarkan adanya kas masuk dan kas keluar. Siklus akuntansi
yang dijalankan oleh Masjid XYZ juga belum memenuhi siklus akuntansi pada umumnya.
Rekonstruksi laporan keuangan Masjid XYZ dilakukan dengan mengkombinasikan PSAK
Nomor 45 dengan PSAK Nomor 109 untuk menghasilkan laporan keuangan yang sesuai bagi
entitas masjid. Pada bagian aset neto di laporan posisi keuangan dan laporan aktivitas
menggunakan akun yang ada pada PSAK Nomor 109 dengan istilah saldo dana. Sedangkan
laporan arus kas mengikuti format yang ada pada PSAK Nomor 45. Dari keempat komponen
laporan keuangan yang ada dalam PSAK Nomor 45, pada rekonstruksi laporan keuangan
Masjid XYZ ditambahkan laporan perubahan aset kelolaan dengan mengikuti format yang ada
dalam PSAK Nomor 109.
Haryono (2019), mengenai evaluasi penerapan PSAK No.45 pada GMIM Sion Teling
Sentrum Manado. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
Haryono (2019) bahwa GMIM Sion Teling Sentrum Manado belum menerapkan penyusunan
laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK No.45 dimana pelaporan keuangan yang dilakukan
hanya berupa laporan anggaran dan realisasi pendapatan dan belanja gereja. Namun tujuan
penyajian laporan keuangan jemaat GMIM Sion Teling Manado telah tercapai dan memiliki
informasi yang cukup jelas
lingkungan masyarakat adalah hasil dari wakaf . Dari keseluruhan total masjid yang berada di
Wilayah Kecamatan Pancoran, terdapat lima masjid yang pengelolaan aset tetapnya berada pada
lembaga tempat di mana masjid itu berada. Sehingga semua kebutuhan aset tetapnya berupa
bangunan dan pemeliharaannya semuanya ditanggung oleh lembaganya dimana masjid itu
berada . Masjid hanya membiayai kebutuhan rutinnya saja . Dari total objek penelitian sebanyak
30 lembaga masjid yang berada di Wilayah Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan, terdapat lima
masjid berada pada lingkungan perkantoran. Berikut dibawah ini objek penelitian masjid yang
berada di wilayah Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan.
Seperti halnya organisasi bisnis, di dalam organisasi nirlaba juga tidak terlepas dari aspek
keuangan. Meskipun tidak berorientasi pada laba tetapi aspek keuangan juga merupakan hal
penting yang harus diperhatikan. Keuangan masjid meliputi cara mengumpulkan dana, sumber
pendanaan, pengelolaan dan pertanggungjawaban dana masjid. Berdasarkan data penelitian
menunjukkan bahwa sumber pendanaan masjid di Wilayah Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan
sebagian besar relative sama berasal dari sumbangan masyarakat berupa infaq, shodaqoh,
donatur baik melalui kotak amal yang telah disediakan oleh pengelola masjid ataupun
penerimaan dana sumbangan ini tidak hanya berupa uang tunai atau kas, tetapi juga berupa
barang yang ditujukan untuk kepentingan masjid dan umat beragama.
No Pernyataan Jumlah
1 Sumber dana
Zakat 25
Infaq 24
Shodaqah 30
Wakaf 17
CSR/instansi 5
Kotak amal 26
Donatur 23
2 Sumber dana kotak amal
Jum atan 29
Harian 6
Hari besar islam 15
3 Sumber dana dari donator
Tetap 3
Insidental 29
Lainnya 1
Sumber: data diolah
2. Donatur tidak tetap, yaitu sumbangan dari berbagai pihak yang dilakukan dengan
mengajukan permohonan, misalnya kepada instansi pemerintah, instansi swasta, lembaga
donor atau simpatisan.
3. Donatur bebas, yaitu sumbangan yang diperoleh dari lingkungan jama’ah sendiri atau
pihak luar yang bersifat insidentil. Hal ini dilakukan dengan menyediakan Kotak Amal
maupun penggalangan dana masyarakat.
4. Zakat , yaitu tiitipan zakat dana ini bukan miliknya masjid tetapi hanya titipan maka
harus dilaporkan sebagai utang ,
5. Iuran TPA, yaitu iuran dari peserta TPA yang mana dananya akan digunakan untuk
kegiatan TPA seperti pembayaran guru TPA dan peralatan Pendidikan TPA
6. Usaha ekonomi, yaitu dana yang diperoleh dengan melakukan aktivitas ekonomi,
khususnya di bidang jasa dan perdagangan
Selain dana sumbangan dari masyarakat, masjid juga mendapatkan dana bantuan dari
pemerintah kota dengan ketentuan mengajukan proposal terlebih dahulu. Dana yang terkumpul
kemudian digunakan untuk membiayai kegiatan operasional masjid sehari-hari seperti
kebersihan masjid, pemeliharan masjid, membeli peralatan dan program-program kegiatan yang
dilakukan baik yang bersifat rutin ataupun tidak. Berikut di bawah ini adalah kegiatan dari
setiap masjid. Dari kegiatan Masjid akan memerlukan pos-pos pengeluaran kas masjid yang
dibagi dalam 6 kelompok adalah :
1. Pengeluaran Untuk Bangunan
a.Program pembangunan seperti membuat atau renovasi WC, tempat wudhu,
memindahkan ruangan kantor, membangun ruang sekolah dan politeknik.
b.Pemeliharaan fisik Bangunan seperti Genteng bocor, lantai rusak, kaca pecah,
c.Pembelian alat alat kebersihan dan barang habis pakai untuk kebersihan
d.Pembayaran honorarium pemeliharaan kebersihan seperti tukang cleaning service,
tukang taman dan lain-lainnya.
2. Kegiatan Ibadah :
a.Membayar uang transport khatib
b.Membayar insentif imam tetap
c.Memperbaharui alat Sholat
d.Membeli Alquran
e.Membeli peralatan dan perlengkapan lainnya untuk ibadah
3.Kegiatan pendidikan:
a.Membayar honorarium tenaga pengajar
b.Membeli peralatan dan perlengkapan pendidikan
c.Membeli Buku Buku Keagamaan
4. Penyelenggaraan Organisasi dan
Administrasi: a.Membayar honorarium
tenaga staf b.Penyediaan uang transport
kegiatan
c.Pembelian alat administrasi seperti Komputer , Alat Tulis dan kantor
d.Pembelian Peralatan dan perlengkapan lainnya
5. Listrik , Air dan
Telepon 6.Pembinaan
sosial:
a.Bantuan fakir miskin
b.Bantuan meringankan musibah jamaah
c.Pembelian sarana kesehatan dan lain-lain
No Pernyataan Ya Tidak
1 Penerimaan aset bukan kas di catat dalam satuan 3% 97%
moneter
2 Aset tetap yang digunakan untuk operasional telah 0% 100%
disusutkan (depresiasi)
3 keseluruhan asset yang ada atau digunakan untuk 37% 64%
keperluan aktivitas masjid telah dicatat
4 Tanah dan bangun masjid di peroleh dari wakaf 70% 30%
5 Seluruh keperluan masjid di peroleh dengan pembayaran 93% 7%
tunai
6 Apakah pengurus masjid (penyususn laporan keuangan) 30% 70%
memahami akuntansi sederhana ?
7 Apakah pencatatan atas laporan keuangan masjid sudah 0% 100%
mengikuti PSAK 45 ?
8 Apakah Bapak/Ibu berencana untuk melakukan 100% 0%
penyusunan laporan keuangan ?
9 Apakah Pengurus masjid telah melakukan pencatatan 100% 0%
atau pembukuan secara rutin ?
10 Apa alasan Bapak/ibu tidak membuat pencatatan
Catatan atas laporan keuangan juga memuat informasi mengenai kebijakan akuntansi
yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Catatan Keuangan yang disiapkan oleh
pengurus Masjid hanya berupa catatan keuangan penerimaan uang dan pengeluaran uang.
Catatan keuangan tersebut belum sesuai dengan PSAK No. 45.
Hal diatas terjadi karena :
1. Tidak adanya takmir masjid yang menguasai PSAK 45
2. Sebagian besar pengurus masjid tidak mengetahui adanya standar akuntansi untuk
organisasi nirlaba
3. Organisasi masjid dijalankan kekeluargaan dengan asumsi semua yang terlibat di masjid
akan amanah
َيا َأي
ّ
ها َ ُ
َّال
ن ِإلَى َأَجٍل م َسم ٍ ُِذيَن آمَن وا ِإَذا َتَداَيْنت ْم ِبَدْي
ّ
ب َأنْ َيكْت بَ َكمَا
ٌ ب ِبالْعَْدِل ولَا َيْأبَ َكاِت
ٌ ُى َفاكْت ب وه َولَْيكْت بْ َبْينَك ْم َكاِت
َّعل
ُمَه
َّا ل
ُه َفلَْيكْت بْ َولْي مْلِِل
•َّال
ُ ِذي علَْيِه اْ•لَحق
ّ
ُ
ََّولْيت
هَداءِ ُ َ ن ِم ْ
ن ُه ِبالْعَْدِل َواْسَتش •ْه•ِد وا َشهِيَدْي ِ
َأ ْ
ن
ضل َت ِ
ُ ِإْحَداه مَا َفت
َذك
ب الش خ َرى ولَا َيأْ َ
َُر ِإْحَداه مَا الْ• أ ْ
عْند•َ
صِغير ا َأْو َكِبير ا ِإلَى َأَجلِِه َذلِك ْم أقَ َْسط ِ
ن َتكْت ب وه َ
هَداء ِإَذا مَا د ع وا ولَا َتْسأَم وا َأ ْ
ُ َ
ال
ُهِ َوأَْقَوم
ِلش
هاَدِة َوأَْدَنى
ُ َ
َأل
ُا َتْرَتاب وا
ِإل
ضَرة ت ِدير وَنهَا َبْينَك• ْم فلَْيس•َ علَْيك ْم ج نَا ٌ
ح رة َحا ِ
ن ِتَجا َ
ن َتك و َ
ُا أ َ ْ
َأل
ها ُا َتْكت ب• و َ
هد وا ِإَذا تَباَيْعت ْم ولَا ي
َوأَْش ِ
ضار َ
ن َتف•َْعل وا
هيٌد َوإِ ْ
ُ َكاِتبٌ ولَا َش ِ
َفِإن
ق ِبك ْم ُه ف س و ٌ
َوات
ُق وا
ال
ُهَ َوي
َعل
ُم ك م
ال
ُه
َوا ل
ُه ِبك
ل
علِيٌم ُ َشيٍْء َ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang
berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua orang lelaki,
Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai,
supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu
enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis
hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih
adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu. (Tulis lah mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya.
dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis
dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka
Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”
Berdasarkan ayat di atas maka masjid harus memiliki pembukuan atas seluruh transaksi
atau kegiatan masjid sehingga semua transaksi dicatat dan dilaporkan dalam laporan keuangan
Bahwa sebagai pengurus harus mencatat seluruh pengeluaran uang dan pemasukan dengan baik.
Pembukuan keuangan tersebut secara terbuka bisa dilihat oleh pengurus lainnya. Bahkan kalau
diperlukan, setiap akhir tahun bisa diaudit oleh tim Independen dan terpercaya. Intinya Uang
masjid adalah uang amanat. Jika Laporan keuangan masjid andal maka akan mengundang
orang atau masyarakat untuk menyalurkan zakat, infak dan shodaqohnya ke masjid.
Berdasarkan hasil data penelitian dari 30 lembaga masjid, terkait hambatan-hambatan
dalam penyusunan laporan keuangan masjid, bahwa 70% atau 21 responden sebagai pengurus
masjid yang menyusun laporan dikarenakan tidak mengerti, 13% dikarenakan pengurus
keuangan masjid memiliki latar belakang yang berbeda. 10% dikarenakan menyusun laporan
keuangan terlalu sulit atau komplek. Dan sisanya, yakni 7% tidak mengetahui PSAK No.45.
Alasan dari pengurus keuangan masjid tidak melakukan pembukuan sesuai dengan PSAK No.
45 dikarenakan 93% atau sebagian besar lembaga masjid tidak memiliki staf atau bendahara
yang mengerti akuntansi. Dari masalah tersebut mereka atau pengurus masjid dari hasil
wawancara memiliki rencana untuk menyusun laporan keuangan
V. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian mengenai implementasi PSAK No.45 atas laporan keuangan
lembaga masjid yang berada di Wilayah Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan disimpulkan:
1. Pembuatan pencatatan keuangan bertujuan hanya sebagai alat untuk mencatat adanya
penerimaan dan pengeluaran kas.
2. Sebagian besar masjid tidak mencatat aset tidak lancar (seperti aset tetap dan inventaris),
laporannya hanya berupa jumlah unit yang disusun dalam daftar inventarisasi masjid
sehingga tidak diketahui nilai buku dari aset tetap dan perlengkapan.
3. Sebagian besar lembaga masjid menggunakan cash basis dalam mencatat pendapatan
dan biaya (dicatat pada saat kas diterima dan dibayarkan).
4. Menggunakan metode pembukuan tunggal (single entry method) dimana takmir masjid
tidak membuat jurnal, dan buku besar.
5. Sebagian besar Pengurus masjid belum menerapkan laporan keuangan sesuai dengan
PSAK 45.
DAFTAR PUSTAKA
Ade Rizky, Adiyani. 2013. Analisis Penerapan PSAK No.45 Pada Yayasan Masjid Al Falah
Surabaya. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol.2 No.7 (2013).
Badu, R.S & Hambali, I.R (2014). Studi Ethnoscience: Dilema Transparansi dan Akuntansi
dalam Pelaporan Sumbangan Donatur dan Pengelolaan Keuangan Masjid (Studi kasus
di Kabupaten Gorontalo). Laporan Penelitian. Universitas Gorontalo.
Citra Yuliarti, Norita. 2014. Studi Penerapan PSAK 45 Yayasan Panti Asuhan Yabappenatim
Jember. Jurnal Akuntansi Universitas Jember. Vol. 12 No 2 Desember
Dewi et.al., 2017. Laporan Keuangan Masjid Berdasarkan Kombinasi PSAK Nomor 45 dan
PSAK Nomor 109. E-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi. Volume IV (1): 6-11.
Haryono, Fini. 2019. Evaluasi Penerapan PSAK No.45 Tentang Pelaporan Keuangan Entitas
Nirlaba Pada Jemaat GMIM Sion Teling Sentrum Manado. Jurnal EMBA. Vol 7
no.1.hal 981-990.
Halim, A., dan Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta Salemba Empat
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2015. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.45 (revisi
2015). Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba, Jakarta.
I.R. Gultom & A.T Poputra. 2015. Analisis Penerapan PSAK NO.45 Tentang Laporan
Keuangan Jurnal Accountability Organisasi Nirlaba Dalam Mencapai Transparansi Dan
Akuntabilitas Kantor Sinode GMIM. Jurnal EMBA. Vol. 3 No.4
Korompis, Claudia. 2014. Penerapan PSAK No.45 Tentang Pelaporan Keuangan Organisasi
Nirlaba Pada Sanggar Seni Budaya Logos Ma’Kantar. Jurnal Riset Akuntansi Going
Concern. Hal.16-30
Stephanie Janis, Raisa S & Budiarso, Novi S. 2017. Analisis Penerapan PSAK No.45 Tentang
Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba Pada Jemaat GMIST Pniel Biau Kab Kep Sitaro.
Vol 06. Nomor 01.
Sujarweni. 2015. Akuntansi Sektor Publik. Pustaka Baru Press. Yogyakarta