Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemangku kepentingan ialah kelompok yang mempunyai kepentingan

dan dapat berdampak pada organisasi tergantung pada seberapa baik kinerjanya

dari waktu ke waktu. Menurut Andriana & Balqis ( 2015) akuntansi

akuntabilitas sangat diperlukan organisasi sebagai cara untuk melaporkan

kinerja operasionalnya. Kegiatan akuntansi ini dilakukan karena adanya fungsi

akuntansi di dalam organisasi, baik organisasi pemerintahan, maupun

organisasi non profit yang digunakan untuk mengambilan keputusan oleh pihak

- pihak yang mempunyai kepentingan atas organisasi tersebut.

Mengingat pentingnya pelaporan keuangan, pelaporan keuangan

diterapkan tidak hanya untuk organisasi komersial, akan tetapi juga organisasi

non profit yang tujuan utamanya tidak mencari keuntungan, dan sumber daya

utama berasal dari anggota berupa sumbangan selain itu, fungsi laporan

keuangan ialah sebagai bahan evaluasi layanan yang diberikan oleh organisasi

non profit serta kinerja direktur didalam melaksanakan tanggungjawabnya.

Organisasi non profit merupakan badan masyarakat atau swasta yang didirikan

dan dikelola dengan maksud untuk membantu masyarakat atau pihak yang

membutuhkan. Setiap organisasi non profit memiliki karakteristik yang unik

maka setiap organisasi non profit untuk pelaporan keuangannya harus

diperbaiki sesuai dengan standarisasi pelaporan keuangan yang berlaku

dikarenakan staff entitas seringkali kurang memahami dan mengetahui

1
2

bagaimana proses menyusun laporan keuangan yang harus sesuai dengan

peraturan Indonesia (Atufah, 2018).

Menurut Undang – Undang No. 16, yayasan didefinisikan sebagai

korporasi yang kekayaannya digunakan untuk tujuan sosial, spiritual, dan

kemanusiaan. Undang – Undang No. 16 telah digantikan Undang - Undang

No. 28 Tahun 2004 yang mengatur kekayaan yayasan yang bersifat tidak

mengikat, dapat berupa uang atau harta benda lain yang diperoleh yayasan

tanpa meminta imbalan apapun dari sumbangan anggota dan donatur termasuk

Hibah, Wakaf dan akuisisi lainnya. Menurut Rahmawati & Puspitasari (2017),

di dalam laporan keuangan wajib melaporkan semua hal yang berkaitan dengan

keuangan, baik dana masuk maupun dana keluar dikarenakan adanya

pemangku kepentingan dalam pengelolaan keuangan entitas, termasuk

organisasi non profit

Salah satu permasalahan umum yang terjadi pada entitas non profit ada

beberapa organisasi non profit di Indonesia yang mengelola laporan

keuangannya dengan benar, sementara itu ada beberapa entitas yang tidak

mengikuti standar akuntansi yang berlaku. Perubahan PSAK 45 menjadi ISAK

35 penerapannya baru diterapkan pada awal tahun 2020 dan untuk pengesahan

ISAK 35 pada pertenggahan bulan April 2019, sehingga diperlukan pengenalan

serta penyesuaian dan pendampingan didalam melakukan penyusunan laporan

keuangan dan juga terdapat tuntutan transparasi dan akuntabilitas publik untuk

pengelolaan dan penyajian laporan keuangan di MTs Darul Muta’allimin

dengan tujuan efektivitas penggunaan ISAK 35.

Pengelolaan dan penyajian laporan keuangan MTs Darul Muta’allimin


3

masih dalam bentuk basis kas sehingga untuk penyusunan diperlukan

pendampingan di dalam pembuatan laporan keuangan, dikarenakan hanya

format penyajiannya yang diatur oleh ISAK 35. Entitas berorientasi non profit

untuk Aturan akuntansi lainnya tetap harus mengacu pada SAK atau SAK

ETAP, karena laporan keuangan wajib dilaporkan sesuai dengan ketentuang

yang berlaku, supaya tidak menurunkan mutu laporan yang akan diterima oleh

pengguna laporan keuangan.

Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat beberapa penelitian yang

menyimpulkan bahwa tidak semua entitas berorientasi non profit telah

mengadopsi ISAK 35. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2020),

dapat disimpulkan bahwa Yayasan MTS Al- Manar tidak sesuai dengan ISAK

35 karena untuk penyajian laporan keuangan hanya berdasarkan penerimaan

dan pengeluaran kas dan hanya menyajikan laporan posisi keuangan

sehingga informasinya tidak benar. Sebaliknya penelitian yang dilakukan oleh

Diviana dkk (2020), berbanding terbalik dikarenakan untuk penyajian laporan

keuangan Masjid Baitul Hadi sudah berdasarkan ketentuan penyajian

laporan keuangan yang berlaku.

Berdasarkan penelitian terdahulu dengan kesimpulan yang berbeda -

beda mengenai aturan penyajian laporan keuangan entitas berorientasi non

profit serta latar belakang diatas oleh karena itu, penulis akan mengangkat

judul dalam Laporan Akhir ini dengan judul “ Penyusunan Laporan

Keuangan pada MTs Darul Muta’allimin berdasarkan ISAK 35 tentang

Penyajian Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Non Profit.”


4

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian pada MTs Darul Muta’allimin memiliki beberapa rumusan

masalah yang diuraikan dibawah ini:

1. Bagaimana siklus penyusunan laporan keuangan MTs Darul

Muta’allimin berlaku saat ini?

2. Bagaimana penyusunan laporan keuangan MTs Darul Muta’allimin

dengan aturan ISAK 35?

1.1 Batasan Masalah

Permasalahan umum yang dimiliki oleh entitas non profit di Indonesia

ialah pengelolaan laporan keuangan, maka penulis membatasi ruang lingkup

analisis hanya pada 4 laporan keuangan yaitu, laporan penghasilan

komprehensif, laporan perubahan aset neto, laporan posisi keuangan dan

laporan arus kas MTs Darul Muta’allimin pada tahun 2021.

1.4 Tujuan Penelitian

Berikut merupakan tujuan penulis dalam penelitian untuk menjawab

permasalahan yang ada, yaitu:

1. Untuk menganalisis penyusunan dan penyajian laporan keuangan

MTs Darul Muta’allimin yang berlaku saat ini.

2. Untuk menjelaskan proses penyusunan laporan keuangan

MTs Darul Muta’allimin sesuai ISAK 35.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diharapkan terdapat manfaat yang

diperoleh, antara lain:


5

1 Manfaat Teoritis

Diharapkan dengan adanya laporan ini dapat menambah pengetahuan

tentang pelaporan keuangan yang diterapkan oleh organisasi non profit sesuai

standar akuntansi yang berlaku.

2 Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Laporan ini diharapkan bisa bermanfaat dalam penerapan literasi

akuntansi keuangan khususnya bagi organisasi non profit.

b. Bagi Entitas Non Profit

Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai acuan pengelolaan

dana untuk penyusunan laporan keuangan dikarenakan ISAK 35

merupakan standar pelaporan yang berlaku.

c. Bagi Instansi/Perguruan Tinggi

Diharapkan dengan adanya laporan ini dapat menambah referensi yang

dapat digunakan sebagai referensi bagi penulis selanjutnya.

1.7 Daftar Istilah

Pembahasan daftar istilah dalam penelitian laporan akhir ini bertujuan

supaya tidak terdapat perbedaan didalam mengartikan istilah yang

dimaksudkan dalam judul laporan akhir ini, oleh karena itu perlu adanya

penjelasan mengenai istilah-istilah dibawah ini:

1. Entitas Non Profit

Berdasar KBBI, entitas memiliki pengertian satuan yang berwujud.

Sedangkan non profit berarti tidak mengutamakan pemerolehan keuntungan.

Ketika digabungkan, entitas non profit memiliki arti satuan yang berwujud
6

dan bersifat lebih mengutamakan pemerolehan keuntungan.

2. Laporan Keuangan

Laporan keuangan ialah alat komunikasi yang berguna untuk

mengkomunikasikan dan melaporkan kepada berbagai pihak internal dan

eksternal tentang posisi keuangan entitas. (Kieso, Kimmel, & Weygardt, 2018,

p. 2)

3. DSAK

Dewan Standar Akuntansi Keuangan ialah salah satu badan dalam IAI

yang bertugas merumuskan, mengembangkan, dan memvalidasi hal-hal yang

berkaitan dengan standar akuntansi di Indonesia.

4. PSAK

Standar akuntansi sangat penting dan digunakan oleh akuntan dan pemilik

bisnis yang biasa digunakan untuk penyusunan laporan keuangan suatu

entitas.

5. AKUNTABILITAS

Persyaratan bagi seorang karyawan untuk menyampaikan laporan yang

akurat, seringkali secara teratur, mengenai penggunaan atau penyalahgunaan

wewenang yang diberikan kepadanya serta ukuran tanggung jawab atau

kewajiban kepada orang lain, dinyatakan dalam bentuk uang atau istilah

lainnya.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Akuntansi

Menurut Peraturan Pemerintahan tentang standar akuntansi nasional No.

71 Tahun 2010 menjelaskan bahwa akuntansi merupakan suatu proses dengan

mengidentifikasi, mencatat, mengukur, mengklasifikasikan, meringkas,

melaporkan, dan menafsirkan hasil transaksi dan kejadian keuangan.

Akuntansi adalah proses sistematis yang dilakukan dengan ,

mengklasifikasikan akun, mengidentifikasi, mencatat, menyajikan, serta

melaporkan segala bentuk transaksi ekonomi atas dasar standar yang berlaku

agar laporan tersebut dapat dipahami oleh pemegang kepentingan. (Bahri,

2020, p. 188).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulkan bahwa

akuntansi ialah seni dalam mengumpulkan, mengidentifikasi, mencatat, serta

mengkomunikasikan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan kepada

pemangku kepentingan. Pengguna informasi akuntansi adalah investor,

karyawan, dan lain-lain. Akuntansi menurut Warren dkk (2017, p. 3),

memiliki beberapa tujuan antara lain:

1. Memberikan data atau informasi ekonomis yang digunakan untuk

pengambilan keputusan,

2. Media komunikasi bisnis bagi pemangku kepentingan,

3. Bentuk pertanggungjawaban manajemen bagi pemilik perusahaan,

4. Gambaran dari kondisi perusahaan antar periode

7
8

2.11 Akuntansi Sektor Pendidikan

Penggunaan akuntansi dalam bidang pendidikan menjadi sangat

penting karena dalam bidang pendidikan, akuntansi banyak digunakan untuk

menjamin akuntabilitas lembaga atau organisasi pendidikan dalam

penyelenggaraan pendidikan. Peran dan fungsi akuntansi adalah

memberikan informasi kuantitatif tentang keadaan sekolah, khususnya

informasi yang bersifat keuangan, sehingga diperlukan penyelenggaraan

akuntansi pendidikan dalam kegiatan organisasi dan bagaimana memastikan

pembukuan yang benar dan akurat. sekolah dengan informasi keuangan

yang benar dalam pengambilan keputusan satuan pendidikan (Entri, 2012).

Undang-Undang Sisdiknas No. 20 (2003), menjelaskan bahwa

satuan pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, dan menengah dibentuk

dengan kebutuhan pelayanan minimum berdasarkan prinsip sektor

pendidikan. Dinas pendidikan perlu memiliki visi dan misi yang jelas,

merencanakan strategi untuk mencapai tujuan, mengalokasikan sumber daya

sendiri, menangani masalah keuangan secara transparan dan bertanggung

jawab, dan membuat laporan mutu sekolah untuk pemangku kepentingan di

sekolah.

2.2 Entitas Non Profit

2.21 Pengertian Entitas Non Profit

Entitas non profit merupakan entitas yang memprioritaskan

pelayanan yang maksimal kepada masyarakat dalam kegiatan utamanya

ditujukan untuk isu-isu sosial kemasyarakatan, bukan mencari laba.

Organisasi non profit meliputi tempat peribadatan, rumah sakit, sekolah,


9

dan lain-lain yang mengukur kinerja manajemen melalui output dan

outcome yang didapat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Istilah

organisasi non profit digunakan semenjak penerbitan PPSAK 13, yang

didalamnya mencakup pencabutan PSAK 45 dan penerbitan ISAK 35, yang

berkaitan dengan penyajian akun organisasi non profit dan sumber-

sumbernya pendapatan dan sumber daya dari donatur.

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) tidak mengatur penentuan

suatu entitas adalah entitas bisnis atau non profit, sehingga entitas harus

menentukan sendiri sifat ataupun orientasi entitasnya. Berikut beberapa

faktor yang digunakan untuk menentukan entitas non profit:

1. Penyedia non-sumber daya yang memberikan sumber daya

kepada entitas tidak mengharapkan imbalan apa pun.

2. Entitas tidak memproduksi barang atau jasa dengan tujuan

menghasilkan keuntungan

3. sebagaimana lazimnya badan usaha, tidak ada kepemilikan.

Karakteristik yang membedakan entitas berorientasi non profit

dengan entitas bisnis adalah tujuan entitas non profit bukan mencari laba

dalam pencapaian programnya, melainkan memberikan pelayanan kepada

masyarakat tanpa mencari laba. Karakteristik lain yang membedakan adalah

tidak adanya pemilik yang dapat diidentifikasi dalam entitas non profit.

Organisasi berorientasi non profit memiliki banyak bentuk, seperti

contohnya organisasi sosial, lembaga pemerintah, organisasi agama,

yayasan sosial, institusi pendidikan, serta institusi kesehatan.


10

2.22 Ciri-ciri Entitas Non Profit

DE ISAK 35, menyebutkan terdapat beberapa faktor yang membuat

suatu entitas disebut organisasi non profit, antara lain:

1. Sumber daya entitas tidak berharap untuk dibayar atau menerima

manfaat keuangan lainnya.

2. Tidak ada uang yang diberikan kepada pendiri atau pemilik organisasi

non profit karena produk dan/atau layanan tidak disediakan untuk

mencari keuntungan.

3. Seperti tipikal entitas bisnis yang berorientasi laba, tidak ada

kepemilikan.

2.3 Laporan Keuangan

Berdasarkan PSAK No. 1 (revisi 2014), menjelaskan bahwa laporan

keuangan ialah laporan yang mencakup posisi keuangan dan hasil usaha

kinerja dan sejarah entitas-entitas ini yang dikuantifikasi sebagai data moneter

atau data keuangan yang dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan.

Menurut Kieso, Kimmel dan Weygardt (2018, p. 2), laporan keuangan ialah

alat komunikasi yang berguna untuk menginformasikan kondisi yang

berkaitan dengan posisi keuangan entitas kepada para pemangku kepentingan.

Laporan keuangan memainkan peran penting dalam manajemen bisnis,

termasuk entitas non profit. Laporan keuangan membantu entitas non profit

mencapai akuntabilitas dengan menjadi alat yang menghubungkan pimpinan

lembaga dengan pihak yang berkepentingan.

Menurut pendapat Warren dkk (2017, p. 411), laporan keuangan

merupakan laporan yang berisi posisi keuangan dan kinerja suatu


11

perusahaan yang telah perhitungkan didalam pengambilan keputusan oleh

para pemangku kepentingan, sebaliknya menurut Kasmir (2014, p. 10),

berpendapat bahwa laporan keuangan ialah hasil dari proses akuntansi yang

diselesaikan oleh entitas tertentu yang dapat berguna sebagai suatu sarana

untuk mengkomunikasikan informasi atau aktivitas entitas pada pihak yang

berkepentingan dengan informasi dan efektivitas suatu entitas. Pernyataan

tersebut diatas menyimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk

menginformasikan tentang kesehatan keuangan organisasi non profit.

Informasi tersebut diperlukan pihak yang menyediakan sumber daya untuk

entitas non profit.

Penyajian laporan keuangan entitas non profit diatur oleh ISAK 35 yang

merupakan aturan yang berlaku di Indonesia. Tujuan penerbitan ISAK 35

adalah untuk menggantikan PSAK 45 yang telah dicabut dalam PPSAK 13

terkait Pencabutan PSAK 45 karena didalam PSAK 1 sudah mengatur tentang

penyajian laporan keuangan, sehingga DSAK IAI berpendapat bahwa

terdapat dua pernyataan PSAK 1 dan PSAK 45 yang mengatur penyajian

laporan keuangan yang berbeda pada tingkat level standar yang sama,

menyebabkan inkonsistensi peraturan serta ketidakjelasan batasan ruang

lingkup diantara kedua PSAK tersebut, sehingga ISAK 35 mengklarifikasi

bahwa format laporan keuangan entitas non profit tetap mengacu pada PSAK

1 yang telah diamandemen. Entitas non profit juga membuat penyesuaian

deskriptif terhadap laporan keuangan. Namun entitas non profit harus

mempertimbangkan semua fakta agar tidak merusak akuntabilitas laporan

keuangan itu sendiri.


12

Perubahan standar dari PSAK 45 menjadi ISAK 35 ini mempengaruhi

semua entitas berorientasi non profit, akan tetapi perubahan standar yang

terjadi tidak berdampak besar dikarenakan PSAK 1 dan PSAK 45 pada

dasarnya mempunyai struktur serta cara penyajian laporan keuangan yang

sama. Perbedaan kedua standar tersebut terletak pada deskripsi pos-pos dalam

laporan keuangan itu sendiri. Berdasarkan ISAK 35, laporan keuangan entitas

nonprofit meliputi berbagai jenis laporan keuangan atau neraca yang terdapat

pada PSAK No. 1 dan diterapkan dalam entitas non profit.

2.31 Laporan Posisi Keuangan

Total aset, liabilitas/kewajiban, dan aset neto suatu organisasi

termasuk dalam laporan posisi keuangan, bersama dengan informasi tentang

bagaimana komponen-komponen ini berhubungan satu sama lain dengan

cara yang bersangkutan. Menurut contoh ISAK 35, terdapat 2 (dua) format

penyajian pos-pos akun, yaitu:

a. Item pendapatan komprehensif lainnya diungkapkan secara terpisah

dalam Format A sebagai komponen asset neto tak terbatas. Namun, jika

pendapatan komprehensif lain berasal dari aset neto yang dibatasi,

entitas melaporkan pendapatan komprehensif lain sesuai dengan kelas

aset bersih yang dibatasi.

b. Informasi tentang item pendapatan komprehensif yang berbeda tidak

ditampilkan dalam Format B.

2.32 Laporan Penghasilan Komprehensif

Laporan laba rugi adalah nama lain dari laporan penghasilan

komprehensif, dalam ISAK 35, terdapat dua contoh laporan laba rugi
13

menyeluruh untuk entitas non profit. Kieso, Kimmel, & Weygardt, (2018,

p. 24) mendefinisikan bahwa laporan laba rugi merupakan laporan

keuangan yang disusun secara sistematis yang mencakup pendapatan,

beban, didalam organisasi selama satu periode.

1. Format A menampilkankan informasi dalam satu kolom.

2. Format B memberikan informasi berdasarkan kelas aset neto.

Menurut ISAK 35, pendapatan dan beban dalam organisasi non

profit dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu tidak dibatasi oleh

pemasok sumber daya atau dibatasi oleh pemasok sumber daya. Laporan

tersebut memberikan perincian tentang sumber daya perusahaan, distribusi

biaya yang dikeluarkan selama operasi, dan keuntungan atau kerugian

yang dialami perusahaan selama periode tersebut.

2.33 Laporan Perubahan Aset Neto

Menurut ISAK 35, pernyataan perubahan aset neto adalah laporan

yang menunjukkan perubahan aset neto dalam satu periode yang dipegang

oleh organisasi non profit, termasuk perubahan aset neto yang tidak dibatasi

oleh pemasok sumber daya dan perubahan aset neto yang dibatasi oleh

sumber daya. Pemasok laporan tersebut tunduk pada pendapatan

komprehensif yang timbul dari surplus atau defisit tahun berjalan

berpengaruh pada jumlah aset neto, serta penghasilan komprehensif.

2.34 Laporan Arus Kas

Arus kas masuk dan keluar organisasi non profit selama periode

waktu tertentu dirinci dalam laporan arus kas. Menurut PSAK 2 (revisi

2009), laporan arus kas organisasi non profit dimodifikasi untuk


14

memperhitungkan sejumlah item yang termasuk dalam laporan keuangan.

Menurut PSAK 2, terdapat tiga kategori yang berbeda untuk

mengelompokkan penyajian arus kas masuk dan keluar.

Aktivitas Operasi Pada bagian ini, perkiraan arus kas yang terkait

dengan operasi lembaga ditambahkan dan dikurangkan. Perubahan dalam

piutang, surplus atau defisit, penyusutan tahunan, inventaris, dan biaya

dibayar di muka adalah beberapa contoh transaksi yang masuk dalam

kategori ini.

Aktivitas Investasi bagian ini mencakup penerimaan dan

pembayaran kas yang dilakukan sehubungan dengan investasi lembaga,

seperti penempatan atau penarikan deposito atau investasi lain, pembelian

atau penjualan aset tetap, dll. Pengeluaran kas untuk pengembangan aset

jangka panjang seperti sebagai aset tetap adalah contoh transaksi yang

masuk dalam kategori ini.

Kegiatan Pendanaan Bagian ini mencakup perkiraan untuk transaksi

yang menambah atau mengurangi aset bersih dan menambah atau

mengurangi kewajiban dari surplus atau defisit lembaga. Informasi yang

dapat digunakan pihak berkepentingan disajikan dalam laporan arus kas.

2.35 Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan periode berjalan merupakan salah

satu bagian terpenting dari laporan tahunan dan tidak dapat dipisahkan dari

laporan tahunan. Tujuannya adalah untuk mencatat atau melaporkan

informasi tambahan dalam bentuk estimasi terperinci. Estimasi tersebut

disajikan sebagai aset tetap pada akhir laporan keuangan. Catatan atas
15

laporan tahunan berisi informasi tambahan seperti nama-nama aset,

kewajiban, kekayaan bersih, dan informasi mengenai metode akuntansi lain

yang digunakan perusahaan.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

Perubahan standar PSAK 45 ke ISAK 35 mempengaruhi semua

organisasi non profit, seperti yayasan, yang diartikan sebagai badan hukum

yang tidak beranggotakan, meliputi kekayaan yayasan yang bertujuan yang

bergerak pada bidang kemanusiaan, sosial, dan religi. Obyek pada penelitian

ini adalah Laporan Keuangan organisasi non profit oleh Yayasan MTs Darul

Muta'allimin yang berlokasi di Jl Raya Dayu Kecamatan Purwoasri Kabupaten

Kediri.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode terapan, termasuk pengumpulan,

pencatatan, dan analisis data secara metodis dan objektif, untuk membantu

pengambilan keputusan. Penelitian terapan biasanya dilakukan oleh

perusahaan, institusi atau individu yang ingin mencari solusi dari permasalahan

yang sedang dihadapi subjek terkait (Hasiara, Sudarlan, & Diah, 2019, p. 69).

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, berdasarkan filosofi

positivis digunakan untuk mempelajari populasi atau sampel tertentu, dengan

menggunakan alat penelitian untuk pengumpulan data, analisis data kuantitatif

atau statistik, dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditentukan

sebelumnya (Sugiono, 2017, p. 23).

16
17

3.3 Sumber data dan Data yang dibutuhkan

Data yang diperlukan untuk laporan ini adalah data sekunder dan data

primer sebagai pendukung. Data sekunder ialah informasi yang diperoleh dari

sumber lain atau lebih jauh untuk memperoleh informasi yang kita perlukan.

Data sekunder dalam laporan ini adalah laporan keuangan dan data lain yang

berkaitan dengan pokok bahasan laporan ini. Sumber pendukung dalam

penelitian ini adalah laporan keuangan Yayasan MTs Darul Muta'allimin.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan untuk mencapai tujuan penelitian.

Metode pengumpulan data meliputi:

a. Studi Kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan dengan maksut

untuk mencari referensi dari berbagai jurnal yang dipublikasikan,

buku-buku terkait, dan peraturan maupun standar akuntansi.

b. Wawancara adalah metode pengumpulan data yang menghasilkan

pertukaran informasi dan ide secara langsung dengan menggunakan

format tanya jawab untuk membantu mengembangkan makna tentang

topik tertentu, untuk mendapatkan data laporan ini, penulis

mewawancarai ketua Yayasan MTs Darul Muta'allimin

c. Observasi adalah cara pengumpulan dengan mencatat semua perihal

yang berkaitan dengan data penelitian.

d. Dokumentasi Telaah adalah metode pengumpulan dokumen seperti

peninggalan tertulis, arsip madrasah, yang berkaitan dengan

pembahasan dikarenakan minimnya informasi yang dimiliki oleh

obyek penelitian. Adapun dokumentasi yang dikumpulkan berupa


18

arsip-arsip yayasan dan laporan keuangan yayasan MTs Darul

Muta’allimin

3.4 Teknik Analisis Data

3.51 Metode Analisis Data

Metode penyusunan pada penelitian ini adalah kuantitatif, metode

analisis data dengan cara meggambarkan kesimpulannya berupa angka.

Berikut adalah tahapan yang dilakukan didalam melakukan penelitian

adalah sebagai berikut :

a. Melakukan observasi atau wawancara ke yayasan terkait serta mengolah

data yang diperoleh.

b. Mengumpulkan laporan keuangan yang sudah disusun oleh yayasan

pada periode 2021

c. Melakukan peninjauan dan mempelajari laporan keuangan yayasan.

d. Melakukan penyusunan ulang laporan keuangan sesuai ISAK 35.

e. Menarik kesimpulan atas rumusan masalah dan untuk memberikan saran

atas permasalahan yang ada sehingga yayasan dapat lebih meningkatkan

kualitas pelaporan keuangan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum MTs Darul Muta’allimin dan Data Penelitian

4.11 Gambaran Umum Perusahaan

a. Sejarah Perusahaan

Pendirian lembaga pendidikan MTs Darul Muta’allimin ini atas

prakarsa dari Paguyuban Islam Desa Dayu Kecamatan Purwoasri pada tahun

1988 yang ingin mendirikan sekolah menengah pertama berbasis Islam

sehingga dibentuklah Yayasan Pendidikan dan Sosial Darul Muta’allimin.

Setelah terbentuknya yayasan, kemudian yayasan mendirikan Madrasah

Ibtidaiyah Darul Muta’allimin pada tahun awal terbentuknya yayasan,

jumlah siswa di yayasan tersebut berkembang pesat setiap tahunnya, akan

tetapi untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi

membutuhkan jarak tempuh sangat jauh, oleh karena itu yayasan Darul

Muta’allimin mempunyai gagasan untuk mendirikan MTs Darul

Muta’allimin.

Yayasan MTs Darul Muta’allimin Dayu Purwoasri resmi didirikan

pada tanggal 17 Juni 1988 dengan SK WM.06.03/PP.03.2/000935/'88. Saat

pertama kali berdiri, MTs Darul Muta’allimin berstatus Swasta, dan

berkependudukan di Desa Dayu dan masih menggunakan gedung Madrasah

Ibtidaiyah Darul Muta’allimin karena Madrasah Ibtidaiyah masuknya sore,

maka MTs Darul Muta’allimin Dayu Purwoasri bisa memakai gedungnya

19
20

pada pagi harinya, dan masih terdiri dari tiga lokal. Sesuai dengan

perkembangan zaman, orang tua murid mulai sadar akan nilai dan manfaat

pendidikan. Sehingga anak-anaknya di daftarkan di madrasah,

dikarenakan lokasi yang masih pinjam dari Madrasah Ibtidaiyah, sedangkan

tuntutan dari pemerintah harus mempunyai lokasi sendiri, maka MTs Darul

Muta’allimin Dayu Purwoasri berpindah lokasi yang lebih luas dan

memenuhi syarat. Demikianlah sekilas sejarah singkat dari MTs Darul

Muta’allimin dan agar lebih jelasnya lagi, penulis akan memaparkan

nama-nama kepala MTs Darul Muta’allimin sebagai berikut :

a. Yusuf Nawawi (1988-1991)

b. Ali Muksin, B.A (1991-1993)

c. Drs. Sudarum (1993-1994)

d. Ali Muksin, B.A (1994-1995)

e. Akhiyak Ali Mudin, B.A (1995-1997)

f. Sudjadi, S.Pd.I (1997-1998)

g. H. Sumarto Mawardi, B.A (1998-2001)

h. Mintono, S.Pd (2001- 2006)

i. H. Sumarto Mawardi, BA (2006- 2015)

j. Aminudin, M. Pd. I ( 2016- Sekarang)

b. Visi Misi dan Tujuan MTs Darul Muta’allimin


a) Visi

Terbentuknya Lulusan yang Beriman dan Bertaqwa, Berilmu,


21

Beramal Sholih.

b) Misi

Menanamkan kepribadian, iman dan taqwa, ilmu dan amal soleh.

Meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan. Mengembangkan

pembelajaran efektif dan inovati, Mengembangkan minat, bakat secara

optimal. Menciptakan lingkungan yang bersih, tertib dan bernuansa

Islami.

c) Tujuan Sekolah

1) Terbentuknya siswa berbudi pekerti luhur ( Akhlakul Karimah ).

2) Siswa berilmu pengetahuan dan mempunyai wawasan yang luas,

baik agama maupun umum.

3) Siswa dapat menumbuh kembangkan jiwa sosial, dalam kehidupan

masyarakat.

4) Siswa berbakti kepada Agama, Orang tua, Nusa dan Bangsa.

C Struktur Organisasi MTs Darul Muta’allimin

Yayasan MTs Darul Muta'allimin yang berada di Desa Dayu

Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri, sama halnya dengan organisasi

lainnya, memerlukan struktur organisasi. Bagan organisasi MTs Darul

Muta'allimin ditampilkan sebagai berikut :


22

GAMBAR 1
STRUKTUR ORGANISASI MTS DARUL

MUTA’ALLIMIN TAHUN AJARAN

2023/2024

Sumber: Yayasan MTs Darul Muta’allimin (2023)

d Ketenagakerjaan

Tujuan utama MTs Darul Muta’allimin ialah untuk menyediakan sarana

pendidikan bagi anak-anak sekitar yang ingin bersekolah di madrasah

tsanawiyah islam, yang pengajarannya didasarkan pada ajaran Islam.


23

Yayasan MTs Darul Muta’allimin pada tahun ajaran 2023/2024 memiliki

ketenagakerjaan sebanyak 19 orang yang terdiri dari beberapa status

kepegawaian meliputi Guru Tetap Yayasan, Guru PPPK, dan Staff Tata Usaha

dengan berbagai jenjang pendidikan. Berikut ini merupakan ringkasan daftar

ketenagakerjaaan MTs Darul Muta’allimin, dapat dilihat pada tabel 1 di bawah

ini:

TABEL 1
DAFTAR KETENAGAKERJAAN

MTS DARUL MUTA’ALLIMIN

TAHUN AJARAN 2023/2024

Pendidikan Guru
No. Status Guru Jumlah Total
Jumlah S-2 Jumlah S-1 Jumlah D-3

1 Guru Tetap 2 14 - 16

Yayasan

Guru Tidak
2 - - - -

Tetap Yayasan

3 Guru PPPK - 1 - 1

4 Staff Tata Usaha - 2 - 2

sumber: Yayasan MTs Darul Muta’allimin (2023)

4.12 Data Penelitian

Berdasarkan keterangan dari kepala Tata Usaha, Pendanaan MTs Darul

Muta’allimin memiliki dua sumber penerimaan dana yang berasal dari Dana
24

BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan biaya semester dari siswa.

Penerimaan dana tersebut digunakan untuk membiayai seluruh keperluan MTs

Darul Muta’allimin dalam menyediakan pelayanan.

MTs Darul Muta’allimin pada dasarnya memiliki dana internal yang

berasal dari biaya semester dari setiap siswa sebesar Rp. 477.000, yang

dibayarkan di setiap semesternya, untuk dana internal ini madrasah membuat

kebijakan yang bertujuan tidak memberatkan para wali murid seperti didalam

biaya semester terdapat tabungan wajib siswa yang diperuntukan untuk biaya

SKAL (Studi Kenal Alam dan Lingkungan) ke Yogyakarta Jawa Tengah,

untuk pembayarannya dilakukan di setiap semester selama dua tahun, biaya

semester ini juga diperuntukan untuk melakukan pembayaran seperti, Buku

LKS 16 mata pelajaran, dana ekstrakurikuler, infak, kas koperasi, kas OSIS

dan atribut madrasah.

TABEL 2

DATA PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS

MTS DARUL MUTA'ALLIMIN

TAHUN AJARAN 2020/2021

Tanggal Uraian Jumlah


31/01/202
1 Setor Tabungan Wajib Rp 10.017.000,00
Lks & Kalender -Rp 18.180.000,00
Infaq -Rp 315.000,00
28/02/202
1 Setor tabungan Wajib Rp 5.724.000,00
Infaq -Rp 175.000,00
31/03/202
1 Setor tabungan Wajib Rp 8.109.000,00
UTS Semt Ganjil -Rp 960.000,00
30/04/202
1 Setor tabungan Wajib Rp 4.770.000,00
25

Infaq -Rp 115.000,00


31/05/202
1 Setor tabungan Wajib Rp 15.741.000,00
30/06/202
1 PAS Semt Ganjil -Rp 1.920.000,00
Kas Koperasi ,Kas Osis dan atribut Rp 3.535.000,00
31/07/202
1 Setor tabungan Wajib Rp 5.724.000,00
LKS -Rp 17.170.000,00
31/08/202
1 Setor tabungan Wajib Rp 9.063.000,00
Infaq -Rp 125.000,00
Qurban -Rp 5.050.000,00
Tambahan Biaya Qurban Rp 1.900.000,00
30/09/202
1 Setor tabungan Wajib Rp 5.724.000,00
UTS Semt Genap -Rp 1.515.000,00
31/10/202
1 Setor tabungan Wajib Rp 3.816.000,00
30/11/202
1 Setor tabungan Wajib Rp 8.586.000,00
Infaq -Rp 150.000,00
31/12/202
1 Setor tabungan Wajib Rp 6.201.000,00
PAS Semt Genap -Rp 2.525.000,00
Infaq -Rp 230.000,00
Jumlah Pengeluaran -Rp 44.895.000,00
Saldo Rp 40.480.000,00
Jumlah Pemasukan Rp 85.375.000,00
sumber: Yayasan MTs Darul Muta’allimin (2021)

Selain sumber dana dari internal, madrasah juga mempunyai sumber dana

dari eksternal yang merupakan sumber utama pendanaan yang ada di madrasah

yang berasal dari dana BOS, untuk tahap pencairannya terbagi menjadi dua

tahap di setiap semesternya dan untuk besaran jumlah dana BOS

dapat dilihat dari pagu definitif jumlah siswa di madrasah yang diambil melalui

aplikasi kementerian agama, yaitu EMIS (Education Information Management

System). Dana eksternal ini dikelola untuk pembayaran honor guru dan tenaga

kependidikan, tagihan internet dan listrik, membeli alat peraga sekolah,


26

pemeliharaan sarana madrasah, pengadaan buku pembelajaran dan

pelaksanaan penilaian ujian.

4.2 Hasil Analisis

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bersama ibu Siti

Muthi’ah, S.Pd.I. dan ibu Ririn Hariyanti, S.Sos. selaku bendahara madrasah

dan bendahara dana BOS pada 23 Februari 2023 terkait format laporan

keuangan khususnya dana internal yang ada di MTs Darul Muta’allimi

menjelaskan bahwa untuk format laporan keuangan masih menggunakan basis

kas dan untuk proses akuntansinya yayasan hanya melakukan pencatatan pada

buku kas umum dan tidak membuat laporan keuangan lainnya. Sedangkan

untuk format laporan pertangungjawaban dana BOS sudah memiliki format

khusus dari Kementerian Agama Kabupaten Kediri dan langsung bertanggung

jawab kepada kepala madrasah yang dilaporkan setiap enam bulan sekali.

4.3 Pembahasan

4.31 Gambaran Penyusunan Laporan Keuangan

Bendahara Madrasah memiliki peran yang cukup penting didalam

mengelola laporan keuangan MTs Darul Muta’allimin, semua jenis

transaksi harus memiliki kuitansi sebagai alat bukti dalam pembuatan

laporan harian berupa penerimaan dan pengeluaran pada buku kas.

Madrasah juga memiliki kuitansi tersendiri sebagai alat kontrol untuk tetap

menjaga pengeluaran kas secara wajar. Kuitansi ini harus disetujui oleh

pihak yang meminta dana, bendahara madrasah, dan kepala madrasah.

Setelah laporan telah selesai dicatat berdasarkan kuitansi yang telah

disetujui dan telah diperiksa oleh kepala Tata Usaha, selanjutnya bendahara
27

madrasah memberikan laporan tersebut kepada kepala madrasah untuk

dimintakan persetujuan permohonan dana. Berikut ini merupakan diagram

alir penyusunan laporan keuangan pada MTs Darul Muta’allimin.

GAMBAR 2

FLOWCARD PROSEDUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

MTS DARUL MUTA’ALLIMIN


28

4.32 Tahapan Pembuatan Laporan Keuangan

Sub bab ini menjelaskan bagaimana proses penyusunan laporan

keuangan sesuai dengan ISAK 35 yang sejalan dengan tujuan penulisan ini

yaitu menjelaskan proses penyusunan laporan keuangan sesuai dengan

ISAK 35, Berikut prosedur yang digunakan untuk menyusun laporan

keuangan MTs Darul Muta' allimin yang diuraikan

pada bagian di bawah ini.

1. Membuat daftar kode akun (Chart of Accounts)

Penulis membuat daftar kode akun agar yayasan dapat menyusun laporan

keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi mengingat menurut

Bendahara MTs Darul Muta'allimin penyusunannya masih dilakukan secara

manual dan belum adanya daftar akun dan kode disetiap akun. Daftar kode

akun memiliki tiga kolom meliputi kode akun, kelompok akun, dan nama

akun. Adapun daftar kode akun yang lengkap di sajikan pada lembar

Lampiran 3 dan untuk tiap-tiap akun di kelompokkan sebagai berikut:

a. Akun dengan penunjukan nomor kode satu adalah kelompok aset

lancar yang mencakup aset entitas, termasuk kas dan bank, piutang,

perlengkapan lainnya dengan saldo sisi debet yang khas.

b. Akun dengan nomor kode dua adalah kelompok akun aset tidak

lancar mencakup tanah, bangunan, peralatan, serta akun akumulasi

penyusutan lainnya.

c. Akun Aset Neto dengan nomor kode tiga merupakan pembeda

antara entitas laba dengan non profit sesuai ISAK 35 dengan saldo

normal Kredit.
29

d. Akun nomer kode empat meupakan akun pendapatan, dengan

saldo normal di sisi kredit.

e. Akun nomer kode lima meupakan akun beban, dengan saldo

normal di sisi kredit.

2. Pembuatan neraca saldo awal

Pembuatan neraca saldo awal perlu untuk dilakukan agar madrasah dapat

mengetahui jumlah saldo awal akun sebelum melakukan pembukuan.

Neraca saldo awal terdiri atas aset, liabilitas, dan aset neto, aset ini

dibagi atas menjadi 2 bagian yaitu, aset neto dengan pembatasan dari

permberi sumber daya dan aset neto tanpa pembatasan dari pemberi sumber

daya. Perincian saldo awal bulan madrasah disajikan pada Lampiran 4.

3. Membuat Jurnal Umum

Madrasah sekarang dapat membuat jurnal umum setelah pembuatan

daftar kode akun dan neraca awal dan dapat memulai jurnal umum. Semua

jenis jurnal umum ada bukti transaksi yang dicatat selama periode tertentu.

Perlu diketahui bahwa penjurnalan ini hanya mencakup periode berjalan

pada tahun 2021. Penjurnalan dilakukan dalam siklus bulanan, karena jurnal

tersebut sudah mewakili semua transaksi yang terjadi pada tahun

2021. Langkah selanjutnya adalah mencatat transaksi ke dalam jurnal sesuai

dengan data transaksi yang telah dicatat sebelumnya, untuk membuat format

jurnal kas di tangan kemudian dibuatkan buku pembantu kas untuk setiap

kwitansi. Hal ini memudahkan untuk menyiapkan laporan seperti yang

tertera pada Lampiran 5.


30

4. Posting ke buku besar

Posting ke buku besar dilakukan setelah mencatat neraca dan membuat

jurnal umum. Caranya dengan menghitung semua transaksi periode berjalan

ke masing-masing akun individual untuk setiap akun, ini dilakukan untuk

menilai dampak dari saldo yang dihasilkan setiap akun. Saldo akhir setiap

akun akan berfungsi untuk membuat trial balance sebagai titik awal untuk

tahap selanjutnya, untuk keseluruhan format buku besar, disajikan pada

Lampiran 6.

5. Membuat Neraca saldo sebelum penyesuaian

Langkah selanjutnya adalah membuat neraca saldo setelah memposting

ke buku besar, yang dijelaskan pada langkah 4. Semua transaksi yang terjadi

selama periode tersebut dicatat dalam neraca saldo. Kolom debit dan kredit

neraca saldo menampilkan daftar akun dan total saldo akun. Neraca saldo

dibuat pada akhir periode akuntansi. Akun - akun yang tercantum di sana

adalah akun - akun buku besar yang muncul di neraca saldo. Neraca saldo

juga sangat berguna saat menyiapkan laporan keuangan tahunan. Neraca

saldo tidak dapat menunjukkan bahwa semua transaksi telah diposting,

tercatat secara benar. Neraca saldo sebelum penyesuaian MTs Darul

Muta’allimin disajikan pada Lampiran 7.

6. Membuat Jurnal Penyesuaian

Setelah membuat jurnal umum periode berjalan, langkah selanjutnya

adalah membuat jurnal penyesuaian. Jurnal penyesuaian ialah transaksi yang

sudah disediakan dan biaya yang sudah dikeluarkan. Hal ini dilakukan

pada setiap akhir periode akuntansi yang memiliki tujuan ganda untuk
31

memastikan bahwa kebijakan pencatatan pendapatan dan beban konsisten

dengan penyajian saldo akun yang sebenarnya pada akhir periode akuntansi.

Jurnal Penyesuaian secara lengkap disajikan pada Lampiran 8.

7. Membuat neraca saldo setelah penyesuaian

Neraca saldo setelah penyesuaian harus dibuat setelah membuat jurnal

penyesuaian dan harus dicatat dalam buku besar. Adanya jurnal tambahan,

khususnya jurnal penyesuaian, inilah yang membedakan neraca saldo

dengan neraca saldo setelah penyesuaian. Tujuan dari neraca saldo setelah

penyesuaian adalah untuk menunjukkan bahwa, meskipun setelah

penyesuaian, kolom debet dan kredit untuk setiap akun tetap

menghasilkan saldo yang seimbang, dan untuk tujuan pembuatan laporan

keuangan, yang menjadi dasar pembuatan adalah neraca saldo setelah

penyesuaian. Adapun neraca saldo setelah penyesuaian MTs Darul

Muta’allimin tertera pada Lampiran 9.

8. Menyiapkan laporan Keuangan

Seperti yang telah disebutkan pada bagian pembahasan pertama

penulis menggunakan ISAK 35 untuk membuat tiga laporan keuangan.

Membuat lembar kerja terlebih dahulu, lalu laporan, adalah tindakan

terbaik. Lembar kerja berisi neraca saldo dengan kolom debit dan kredit

sebelum penyesuaian, jurnal penyesuaian, neraca saldo dengan penyesuaian,

penghasilan komprehensif, dan posisi keuangan (neraca). Berikut penjelasan

lebih lengkap mengenai keempat laporan keuangan berdasarkan ISAK 35

tersebut.

a. Laporan penghasilan komprehensif


32

Berdasarkan pengolahan data, MTs Darul Muta’allimin mengalami

surplus pada tahun 2021 sebesar Rp.17.983.667. Surplus ini berasal dari

pendapatan dan beban tanpa pembatasan dari sumber daya. Hasil Penelitian

ini didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Diviana dkk (2020), dengan

hasil penghasilan komprehensif mengalami penurunan dikarenakan

mengalami surpluss defisit tahun 2020 dengan pembatasan sebesar Rp

12.200.190. Laporan penghasilan komprehensif pada MTs Darul

Muta’allimin secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11.

b. Laporan perubahan aset neto

Berdasarkan perhitungan, MTs Darul Muta’allimin memiliki jumlah

aset neto pada tahun 2021 sebesar Rp 897.348.667. madrasah tidak

memiliki aset neto yang dibebaskan dari pembatasan dan penghasilan

komprehensif lain. Hasil Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya

oleh Diviana dkk (2020), dengan hasil jumlah aset neto tanpa pembatasan

senilai Rp 40.840.594 dan juga terdapat aset neto dengan pembatasan

senilai Rp 10.159.304.956 sehingga jumlah aset neto pada masjid baitul hadi

senilai Rp 10.200.145.550. Berikut merupakan Laporan perubahan aset neto

secara lengkap MTs Darul Muta’allimin disajikan pada Lampiran 12.

c. Laporan posisi keuangan

Berdasarkan perhitungan yang telah dibuat, saldo aset lancar pada

tahun 2021 sebesar Rp.387.240.500 dan untuk saldo aset tidak lancar

sebesar Rp.510.108.167 sehingga, total aset menjadi Rp.897.348.667.

MTs Darul Muta’allimin tidak memiliki utang pada tahun 2021. Jadi, total

aset neto dan liabilitas menjadi Rp.897.348.667. Hasil Penelitian ini


33

didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Diviana dkk (2020), dengan hasil

saldo aset lancar pada masjid baitul hadi senilai Rp 149.118.987 dan untuk

total saldo aset tidak lancar senilai Rp 10.051.026.563 sehingga, total aset

menjadi Rp.10.200.145.550. Dikarenakan Masjid Baitul Hadi tidak

memiliki utang pada tahun 2020. Maka, total aset neto dan liabilitas menjadi

Rp. 10.200.145.550. Laporan posisi keuangan madrasah disajikan pada

Lampiran 13.

d. Laporan Arus Kas

Berdasarkan Perhitungan yang dibuat untuk kas dan setara kas pada awal

periode laporan arus kas MTs Darul Muta’Allimin pada tahun 2021 sebesar

Rp.296.461.000 dan untuk kas neto atas aktivitas operasi sebesar

Rp.78.887.500. sehingga kas dan setara kas akhir periode sebesar

Rp.375.348.500. Hasil Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya

oleh Diviana dkk (2020), dengan hasil kas dan setara kas pada awal bulan

Masjid Baitul Hadi sebesar Rp 118.657.460 dan untuk jumlah kas neto atas

aktivitas operasi sebesar Rp.9.257.527. sehingga kas dan setara kas akhir

periode sebesar Rp.127.914.987. Berikut merupakan Laporan Arus Kas

MTs Darul Muta’allimin pada tahun 2021 di sajikan pada Lampiran 14.

e. Berdasarkan batasan pembahasan laporan keuangan yang di sajikan pada

Penelitian ini bahwa untuk Catatan Atas Laporan keuangan tidak

dimunculkan karena laporan tersebut hanya memuat penjelasan mengenai

profil entitas, kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas, angka-angka

yang terdapat pada laporan keuangan suatu entitas dan informasi lainnya.
34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data yang telah diuraikan

pada pembahasan tentang penyusunan laporan keuangan berdasarkan ISAK 35

di MTs Darul Muta'allimin, penulis menarik kesimpulan bahwa MTs Darul

Muta'allimin merupakan organisasi non profit yang bergerak dalam bidang

pendidikan dan belum pernah menggunakan tata cara penyusunan laporan

keuangan sesuai ISAK 35 tentang Penyajian Laporan Keuangan Organisasi

Berorientasi Non Profit. Siklus penyusunan laporan keuangan MTs Darul

Muta'allimin yang berlaku sampai saat ini adalah membuat laporan bulanan

yang nantinya dilaporkan selama triwulan yang terbagi menjadi dua,

penerimaan dan pengeluaran kas. Setiap tahunnya, kepala tata usaha belum

melakukan menginventarisasi asetnya serta penyusutan. Sehingga, penyusunan

laporan keuangan masih belum sesuai standar laporan keuangan organisasi non

profit yang berlaku. MTs Darul Muta'allimin memiliki dua sumber dana untuk

memenuhi kebutuhan operasionalnya. Sumber tersebut berasal dari uang

semester siswa dan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Dana BOS

dikelola oleh bendahara khusus yang dibentuk oleh kepala madrasah dan

langsung bertanggung jawab kepada Kementerian Agama Kabupaten Kediri.

Sedangkan, untuk dana yang berasal dari uang semester siswa dikelola oleh

bendahara madrasah. Penulis melakukan pencatatan akuntansi untuk dana yang

berasal kedua sumber. Berkaitan dengan Laporan Penghasilan Komprehensif


35

Organisasi non profit yang mendapatkan hasil surplus ini dikarenakan proses

awal pendirian madrasah yang mendapatkan pendapatan tanpa pembatasan dari

donatur mulai dari tanah dan bangunan, sehingga mengakibatkan aliran kas

masuk melebihi aliran kas keluar madrasah, perolehan surplus yang dimiliki

madrasah dapat berfungsi untuk memperbesar skala pengabdian dan

memperbarui sarana yang rusak. Terdapat keterbatasan penelitian dikarenakan

Ketidaklengkapan data mengenai waktu perolehan aset lancar dan tidak lancar.

Objek hanya mengingat tahun perolehannya. sehingga, penulis dan kepala

tata usaha membuat asumsi perolehan aset tersebut secara lengkap Penulis

menyusun laporan keuangan MTs Darul Muta'allimin sesuai ISAK 35

berdasarkan catatan keuangan dan dokumen yang dimiliki madrasah.

Tahapan ini dimulai dari memuat daftar kode akun, membuat neraca saldo

awal, membuat jurnal umum, melakukan posting ke buku besar, membuat

jurnal penyesuaian, membuat neraca setelah penyesuaian, dan membuat

laporan keuangan. Secara keseluruhan, terdapat beberapa hal yang harus

diperhatikan terkait laporan keuangan MTs Darul Muta'allimin. Pertama,

madrasah hanya memiliki aset neto tanpa pembatasan karena madrasah hanya

mengelola dana yang berasal dari madrasah saja dan tidak menerima donatur

dari pihak swasta sepanjang pandemi covid-19 ini. Kemudian, madrasah juga

tidak memiliki utang yang khusus, dan proses menginventarisir aset madrasah

yang tidak lengkap, dikarenakan kurangnya wawasan pegawai pengenai proses

inventarisir aset madrasah.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang sudah diuraikan maka penulis ingin


36

memberikan beberapa saran kepada pegawai yang terkait seperti bendahara

madrasah, kepala tata usaha, dan kepala madrasah. Berikut saran atau

rekomendasi yang diberikan penulis:

1. Bendahara madrasah diharapkan mengikuti penyusunan laporan keuangan

sesuai dengan tahapan akuntansi yang benar yang dijelaskan di dalam

pembahasan penelitian. Selanjutnya, bendahara juga dapat mengikuti

pelatihan atau workshop mengenai penyusunan laporan keuangan

organisasi non profit berdasarkan ISAK 35, sehingga bendahara dapat

menguasai langkah-langkah penyusunan laporan keuangan secara

kompleks yang sesuai dengan ISAK 35.

2. Kepala tata usaha/administrasi diharapkan melengkapi daftar inventarisasi

aset madrasah dengan mencantumkan tanggal, bulan dan tahun yang

lengkap. Pencatatan aset disertai dengan masa manfaat aset itu sendiri.

Selanjutnya, pencatatan dilengkapi dengan nominal penyusutan dan

akumulasi penyusutannya.

3. Kepala madrasah sebaiknya menerbitkan kebijakan atau surat putusan

terkait dengan akuntansi madrasah. Kebijakan ini sebaiknya

didiskusikan bersama bendahara, dan kepala tata usaha. Kebijakan yang

didiskusikan antara lain mengenai daftar kode akun yang sesuai dengan

proses bisnis, penentuan aset tidak lancar dan aset lancar, penentuan masa

manfaat dari setiap aset tidak lancar, dan ketentuan penyusutan. Hal ini

dilakukan agar tidak terjadi penyelewangan dana dan pegawai keuangan

memiliki acuan dasar dalam membuat laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai