Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

AKUNTANSI RUMAH PERIBADATAN (MASJID)

(Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik)

Dosen Mata Kuliah : Dr. Hj. Sri Fadilah, SE., M.Si., AK, CA

Disusun oleh :

Masca Octa Rio (10090117121)

Anjas Amri (10090117123)

Firazzahran Naila (10090117124)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI AKUNTANSI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2019
ABSTRAK

Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman bagaimana rumah

peribadatan mengelola keuangan mereka dan bagaimana akuntansi diterapkan

pada rumah peribadatan. Makalah ini menunjukan bahwa organisasi peribadatan

termasuk dalam organisasi nirlaba, maka tujuannya bukanlah untuk mencari laba

sebagaimana organisasi privat atau swasta. Meskipun tujuan utamanya bukan

mencari laba bukan berarti organisasi keagamaan tidak memiliki tujuan keuangan.

Tujuan keuangan didalam rumah peribadatan ditujukan untuk mendukung

terlaksananya tujuan pelayanan peribadatan yang memadai yang memenuhi

standar sesuai aturan dalam ajaran agama tersebut.

Manajemen keuangan dalam organisasi peribadatan merupakan usaha

yang dilakukan pengelola tempat peribadatan dalam menggunakan dana umat

sesuai dengan ketentuan dalam ajaran agama dankepentingan umat beragama,

serta bagaimana memperoleh dana dari umat dari cara-cara yang dibenarkan oleh

ajaran agama. Maka dari itu dibutuhkan praktik Akuntansi Pada Organisasi

Tempat Ibadah. Lembaga Masjid merupakan salah satu bentuk organisasi nirlaba

dalam bidang keagamaan, sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK) 45 tahun 2011 tentang Organisasi nirlaba, bahwa organisasi nirlaba juga

harus dan berhak untuk membuat laporan keuangan dan melaporkan kepada para

pemakai laporan keuangan. Untuk itu lembaga masjid harus dan berhak untuk

membuat laporan keuangan yang akuntabilitas dan melaporkan kepada pemakai

laporan keuangan lembaga masjid.

Kata Kunci : Masjid, Single entry, PSAK 45


ABSTRACT

This paper aims to provide an understanding of how houses of worship

manage their finances and how accounting is applied to houses of worship. This

paper shows that worship organizations are included in non-profit organizations,

so the purpose is not to make a profit as private or private organizations. Although

its main purpose is not to make a profit, it does not mean religious organizations

do not have financial goals. The financial objectives in the house of worship are

aimed at supporting the implementation of adequate worship service objectives

that meet the standards according to the rules in the religious teachings.

Financial management in worship organizations is an attempt by the

manager of a place of worship to use the funds of the people in accordance with

the provisions in the teachings of religion and religious interests, and how to

obtain funds from the people from the methods justified by religious teachings.

Therefore the Accounting Implementation in Place of Worship Organization is

needed. Mosque Institution is a form of non-profit organization in the religious

field, in accordance with Statement of Financial Accounting Standards (PSAK) 45

of 2011 concerning non-profit organizations, that non-profit organizations must

also be entitled to make financial reports and report to users of financial

statements. For this reason, mosque institutions must and have the right to make

financial reports that are accountable and report to users of the financial

statements of mosque institutions.

Keywords: Masjid, Single entry, PSAK 45.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Entitas seringkali diartikan sebagai satuan organisasi. Entitas danakuntansi

memiliki keterkaitan yang sangat erat karena dalam salah satu asumsidasar

akuntansi terdapat asumsi entitas akuntansi. Asumsi entitas akuntansi menetapkan

bahwa semua transaksi keuangan yang diakuntansikan adalah yang berkaitan

dengan entitas (kesatuan atau organisasi) yang dilaporkan.

Setiap tempat ibadah pasti memiliki transaksi keuangan, oleh karena itu

tempat peribadatan harus dimaknai sebagai suatu entitas atau organisasi.

Organisasi tempat ibadah juga disebut organisasi keagamaan. Organisasi

keagamaan mengacu pada organisasi dalam sebuah tempat peribadatan seperti

Masjid, Mushola, gereja, Kapel, Kuli, Klenteng, Wiharamaupun Pura. Organisasi

keagamaan dijalankan oleh sebuah lembaga atau organisasi yang muncul atas

kesadaran akan berjalannya visi dan misi agama tertentu.

Masjid merupakan salah satu organisasi nirlaba dalam bidang keagamaan,

sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 45 tahun 2011

tentang Organisasi nirlaba, bahwa organisasi nirlaba juga harus dan berhak untuk

membuat laporan keuangan dan melaporkan kepada para pemakai laporan

keuangan. Laporan keuangan organisasi nirlaba telah diatur dalam PSAK Nomor

45 tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba. Dalam PSAK Nomor 45 (IAI,

2011) telah diatur bahwa laporan keuangan entitas nirlaba meliputi laporan posisi

keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Dengan adanya standar yang mengatur mengenai pelaporan keuangan entitas

nirlaba maka diharapkan laporan keuangan yang dibuat oleh suatu organisasi

nirlaba seperti masjid misalnya, dapat lebih mudah dipahami dan dapat

mencerminkan serta menjelaskan kondisi keuangan organisasi yang

sesungguhnya. Melalui laporan keuangan ini pengguna laporan keuangan baik

pengguna internal ataupun pengguna eksternal dapat menilai kinerja manajemen

organisasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Akuntansi Rumah Peribadatan Masjid?

2. Apa Fungsi dan Peran Rumah Peribadatan (Masjid)?

3. Bagaimana Penerapan Akuntansi pada Rumah Peribadatan (Masjid)?

4. Apa saja Pedoman Pengelolaan Keuangan Masjid?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan Pengertian Akuntansi Rumah Peribadatan Masjid

2. Menjelaskan Fungsi dan Peran Rumah Peribadatan (Masjid)

3. Menjelaskan PenerapanAkuntansi pada Rumah Peribadatan (Masjid)

4. Menjelaskan Pedoman Pengelolaan Keuangan Masjid


BAB II

TEORI

2.1 Pengertian Organisasi Peribadatan

Entitas seringkali diartikan sebagai satuan organisasi. Entitas dan

akuntansi memiliki keterkaitan yang sangat erat karena dalam salah satu asumsi

dasar akuntansi terdapat asumsi entitas akuntansi. Asumsi entitas akuntansi

menetapkan bahwa semua transaksi keuangan yang diakuntansikan adalah yang

berkaitan dengan entitas (kesatuan atau organisasi) yang dilaporkan (Halim,

2008). Setiap tempat ibadah pasti memiliki transaksi keuangan, oleh karena itu

tempat peribadatan harus dimaknai sebagai suatu entitas atau organisasi.

Organisasi tempat ibadah juga disebut organisasi keagamaan (Bastian:

2007). Organisasi keagamaan mengacu padaorganisasi dalam sebuah tempat

peribadatan seperti Masjid,Mushola, gereja, Kapel, Kuli, Klenteng, Wihara

maupun Pura. Organisasi keagamaan dijalankan oleh sebuah lembaga atau

organisasi yang muncul atas kesadaran akan berjalannya visi dan misi agama

tertentu (Bastian, 2007: 216).

2.2 Tujuan Organisasi Peribadatan

Setiap organisasi memiliki tujuan yang spesifik yang ingin dicapai. Karena

organisasi peribadatan termasuk dalam organisasi nirlaba, maka tujuannya

bukanlah untuk mencari laba sebagaimana organisasi privat atau swasta. Menurut

Bastian (2007) dan Halim (2012:454) tujuan utama dari organisasi peribadatan

atau keagamaan adalah untuk memberikan pelayanan dan menyelenggarakan


seluruh aktivitas yang dibutuhkan maupun yang telah menjadi ritual ibadah rutin

dalam organisasi keagamaan yang bersangkutan.

Meskipun tujuan utamanya adalah untuk pelayanan umat, bukan berarti

organisasi keagamaan tidak memiliki tujuan keuangan (Bastian, 2007). Tujuan

keuangan ditujukan untuk mendukung terlaksananya tujuan pelayanan peribadatan

yang memadai yang memenuhi standar sesuai aturan dalam ajaran agama tersebut

(shari’at), serta menunjang tujuan lainnya seperti tujuan social kemasyarakatan

dan pendidikan (Halim, 2012: 455).

Menurut Halim (2012: 455) Kebanyakan pengelola dan pengurus

organisasi keagamaan belum menyadari menciptakan tata kelola yang baik (good

governance). Salah satu usaha untuk menciptakan tata kelola yang baik adalah

dengan menciptakan akuntabilitas yang baik dengan menyelenggarakan praktik

akuntansi. Akuntansi pada organisasi keagamaan merupakan aktivitas yang tidak

dapat dipisahkan dalam rangkaian pengelolaan kegiatan, dalam bentuk lengkap

maupun acara sederhana.

2.3 Fungsi dan Peran Organisasi Peribadatan

Tujuan utama tempat ibadah sebagai sebuah organisasi adalah untuk

melayani keperluan umat dalam rangka melaksanakan ibadah riual rutin maupun

yang sifatnya incidental. Selain itu, berfungsi untuk kegiatan-kegiatan lain yang

bersifat social kemasyarakatan, sebagai pusat ibadah dan pusat pembinaan umat

(politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan budaya).


2.4 Manajemen Organisasi Peribadatan

Pengelolaan dan pengurusan atau manajemen tempat peribadatan biasanya

berada pada satu tokoh agama yang disegani. Tokoh atau kelompok yang

berpengaruh ini biasanya mengarahkan semua kebijakan dan pengelolaan

organisasi. Tipologi pemimpin atau tokoh termasuk pilihan dan orientasi

kebijakannya akan sangat berpengaruh dalam menentukan gaya manajerialnya,

termasuk dalam menyusun struktur organisasi.

2.5 Manajemen Keuangan Organisasi Peribadatan

Pada umumnya manajemen keuangan didefinisikan sebagai

pengorganisasi kekayaan yang ada pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan

yang ingin dicapai organisasi tersebut. Dengan kata lain, definisi yang lain

mengatakan manajemen keuangan adalah kegiatan untuk memperoleh dan

menggunakan dana dengan tujuan meningkatkan atau memaksimalkan nilai

organisasi. Dalam konteks organisasi peribadatan, manajemen keuangan

organisasi peribadatan adalah usaha yang dilakukan pengelola tempat peribadatan

dalam menggunakan dana umat sesuai dengan ketentuan dalam ajaran agama dan

kepentingan umat beragama, serta bagaimana memperoleh dana dari umat dari

cara-cara yang dibenarkan oleh ajaran agama.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam manajemen keuangan terdapat dua

fungsi yaitu :

1. Fungsi mendapatkan dana


Bagaimana cara pengelola organisasi peribadatan dalam mendapatkan

dana yang sesuai dengan ajaran agama dan tidak memberatkan umat.

2. Fungsi menggunakan dana.

Bagaimana menggunakan dana secara efektif dan efisien. Pada fungsi

yang kedua, juga mencakup pertanggungjawaban pengelolaan dana.

Sumber pendanaan organisasi keagamaan berasal dari jamaah dan

sumbangan-sumbangan pihak tertentu. Aliran dari jamaah ini dilakukan secara

sukarela atau dilakukan dalam rangka memenuhi kewajibannya sebagai umat

suatu agama.Halim (2012: 459) menjelaskan pertanggungjawaban organisasi

keagamaan dilakukan kepada seluruh umat yang memberikan amanahnya, dan

merupakan bagian terpenting dalam menciptakan kredibilitas pengelolaan yang

dijalankan.

Alat untuk melaksanakan manajemen keuangan adalah tata usaha. Tata

usaha dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tata usaha umum atau administrasi dan

tata usaha keuangan. Akuntansi merupakan tata usaha keuangan. Jadi, akuntansi

untuk organisasi keamanan merupakan tata usaha keuangan organisasi

keagamaan.

2.6 Praktik Akuntansi Pada Organisasi Tempat Ibadah

praktik pembukuan atau akuntansi yang ada masih menggunakan sistem

tata buku tunggal (Single entry) dan berbasis kas. Ritonga (2010) menyebutkan

(single entry) memiliki kelemahan yaitu informasi yang dihasilkan tidak

komprehensif dan tidak integral. Sehingga, informasi yang parsial


(sepotong;potong) tidak memadai untuk pengambilan keputusan yang berguna.

Sementara itu, basis kas memiliki kelemahan antara lain:

 Informasi yang lebih kompleks tidak dapat dihasilkan.

 Hanya Terfokus pada aliran kas dan mengabaikan aliran sumber daya lain.

 Bertanggungjawaban kepada umat jadi terbatas hanya pada penggunaan kas

dan tidak pada sumber daya yang lain.

Pada umumnya siklus akuntansi pada organisasi nirlaba dikelompokkan

menjadi tiga tahap, adalah sebagai berikut: Tahap pencatatan, Tahap

pengikhtisaran, Tahap Pelaporan.


BAB III

PEMBAHASAN DAN KASUS

A. PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Akuntansi Rumah Peribadatan Masjid

Akuntansi Tempat Ibadah adalah proses pengidentifikasian, pengukuran,

pencatatan, dan pelaporan transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan entitas

tempat ibadah sebagai pertanggungjawaban dalam mengelola sumber daya.

Menurut berbagai sumber, Akuntansi masjid merupakan proses

pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi-transaksi

keuangan yang dilakukan oleh sebuah organisasi (biasanya disebut takmir).

Akuntansi masjid dapat diartikan sebagai tata buku atau rangkaian

kegiatan yang dilakukan secara sistematis dalam bidang keuangan, berdasarkan

prinsip, standarnisasi, dan prosedur tertentu untuk menghasilkan informasi aktual

di bidang keuangan dalam organisasi masjid.

3.2 Fungsi dan Peran Rumah Peribadatan (Masjid)

Dewan Masjid Indonesia (DMI) menyebutkan tiga fungsi masjid sebagai

ibadah (madhlah) juga merupakan tempat ibadah secara luas (ghairu madhlah)

selama dilakukan dalam batas – batas syariah, sebagai wadah pengembangan

masyarakat melalui berbagai sarana dan prasarana yang dimiliki masjid yang

bersangkutan dan terakhir masjid sebagai pusat komunikasi dan persatuan umat.

Masjid tidak hanya berfungsi untuk tempat melakukan shalat berjamaah

maupun shalat jumat saja, melainkan dapat berfungsi untuk kegiatan-kegiatan lain
yang bersifat social kemasyarakatan. Seperti pada zaman Nabi Muhammad saw.,

masjid menjadi pusat segala kegiatan masyarakat (dikpoleksusbudhankam). Pada

masa itu, masjid tidak hanya sebagai tempat peribadatan, pusat pendidikan, pusat

budaya Islam, dan pertahanan dan keamanankaum muslimin pada waktu itu. Pada

saat Nabi Muhammmad saw, datang ke kota Madinah dalam rangka hijrah dari

makkah, yang didirikan pertama kalibukanlah benteng pertahanan, melainkan

masjid (Ayub, 1996). Hal ini menunjukkan begitu pentingnya fungsi dan peranan

masjid pada waktu itu.

Dalam konteks saat ini, masjid tidak mungkin lagi menjadi pusat kegiatan

sebagaimana jaman Muhammad saw. Namun, Masjid sebagai pusat pendidikan,

budaya Islam, pusat sosial kemasyarakatan maupun pusat ekonomi masih

mungkin dijalankan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka organisasi

peribadatan, dalam konteks ini dicontohkan organisasi masjid, dapat berfungsi

sebagai:

1) Tempat beribadat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT

2) Tempat pembinaan kesadaran dalam beragama bagi umat agama tersebut

3) Tempat bermusyawarah untuk memecahkan permasalahan umat muslim

4) Tempat berkumpulnya umat muslim (silaturahm)

5) Tempat membina kerukunan dan gotong royong antar-umat muslim dengan

memperkokoh ikatan batin dan rasa sepersaudaraan seiman sehingga dapat

mewujudkan kesejahteraan bersama

6) Pusat pendidikan dan pengajaran agama Islam bagi umat muslim di

sekitarnya

7) Tempat mengumpulkan dana, menyimpan, dan mengelolanya


8) Tempat melaksanakan pengaturan dan pengawasan social

Sementara, berdasarkan tujuan-tujuan dan fungsi-fungsi dari organisasi

masjid, maka paling tidak masjid memiliki dua peranan besar, yaitu yaitu sebagai

pusat ibadah dan pusat pembinaan umat (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan

budaya).

3.3 Penerapan Akuntansi pada Rumah Peribadatan (Masjid)

Akuntansi yang diterapkan pada organisasi keagamaan memiliki kaitan

yang erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi pada domain publik. Domain

publik yang dimaksud adalah para anggota, umat, atau pengikut agama di

organisasi keagamaan yang bersangkutan. Dalam hal ini domain publik dari

organisasi masjid adalah umat muslim secara keseluruhan pada umumnya, dan

masyarakat sekitar pada khususnya.

Masjid sebagai salah satu organisasi nirlaba harus dapat

mempertanggungjawabkan informasinya karena menyangkut kepentingan orang

banyak. Masjid sebagai salah satu bentuk organisasi nirlaba dimana sebagian

besar sumber pendanaannya berasal dari masyarakat dalam bentuk infak atau

shodakoh, tentunya juga harus membuat laporan keuangan sesuai dengan format
dalam PSAK Nomor 45. Namun PSAK Nomor 45 tidak dapat secara langsung

diterapkan pada lembaga masjid. Masjid merupakan salah satu contoh organisasi

keagamaan yang sebagian besar dananya berasal dari sumbangan publik yang

biasa disebut dengan zakat dan infak atau shodakoh dimana sebagian besar

transaksi yang terjadi didasari dengan ketentuan dasar syariah sesuai dengan

ajaran agama Islam. Oleh karena itu penyusunan laporan keuangan masjid juga

harus mempertimbangkan perlakuan akuntansi untuk akun khusus atas transaksi

yang didasarkan pada kaidah syariah khususnya untuk akuntansi zakat dan

infak/sedekah yang diatur dalam PSAK Nomor 109. PSAK Nomor 109 bertujuan

untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi

zakat dan infak/sedekah. Di dalam PSAK Nomor 109 (IAI, 2008) disebutkan

bahwa laporan keuangan yang seharusnya dibuat oleh amil terdiri dari laporan

posisi keuangan, laporan perubahan dana, laporan perubahan aset kelolaan,

laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Bila dibandingkan dengan

PSAK Nomor 45, terdapat perbedaan komponen laporan keuangan yang harus

dibuat oleh masjid (amil). Mengingat masjid adalah salah satu bentuk organisasi

nirlaba dan menjalankan kegiatan dan transaksi syariah maka penerapan PSAK

Nomor 45 pada lembaga masjid diperlukan adanya kombinasi dengan PSAK

Nomor 109.
Tabel 1: Perbedaan Karakteristik Organisasi Nonlaba dengan

Perusahaan Komersial

Not-For-Profit Entity Commercial Business Enterprises


1. Pemberi dana adalah pemilik atau
1. Menerima kontribusi sumber
kreditor yang mempunyai
dana dalam jumlah signifikan dari
kepentingan untuk memiliki atau
pemberi dana yang tidak
pengembalian tambah keuntungan
mengharapkan pengembalian
atau bunga.
2. Beroperasi untuk menghasilkan
2. Menghasilkan barang dan jasa
barang dan jasa yang bukan untuk
untuk menghasilkan laba.
mencari laba
3. Pemberi dana mempunyai
3. Pemberi dana tidak mempunyai
kepentingan untuk memiliki atau
kepentingan terhadap organisasi.
pengembalian dana.

Laporan Keuangan

Tujuan utama laporan keuangan menurut PSAK No. 45 adalah menyediakan

informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota

organisasi, kreditur, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi

organisasi nirlaba.

Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba

Laporan keuangan organisasi nirlaba menurut Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan No.45 meliputi:

1. Laporan Posisi Keuangan

Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi

mengenai aktiva,kewajiban dan aktiva bersih serta informasi mengenai

hubungan antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu.


2. Laporan Aktivitas

Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai

pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset

neto; hubungan antar transaksi dan peristiwa lain; dan bagaimana

penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa.


3. Laporan Arus Kas

Tujuan utuama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai

penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode.

4. Catatan Atas Laporan Keuangan

Merupakan bagian dari laporan keuangan yang tak terpisahkan karena

berisikan penjelasan – penjelasan rinci atas akun – akun dalam laporan

keuangan. Organisasi nirlaba menggunakan basis akuntansi akrual untuk

mengakui pendapatan dan bebannya. PSAK No.45 mengelompokkan

sumberdaya organisasi nirlaba dalam 4 (empat) kategori yang masing-

masing tergantung pada ada tidaknya pembatasan:

a. Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumberdaya yang

ditetapkan oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan

pembayaran kembali agar sumber daya tersebut dipertahankan secara


permanen, tetapi entitas nirlaba diizinkan untuk menggunakan sebagian

atas semua penghasilan atau manfaat ekonomi lain yang berasal dari

sumber daya tersebut.

b. Pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh

pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali

yang menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai

dengan periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan

tertentu.

c. Sumber daya terikat adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi

untuk tujuan tertentu oleh pemberi sumber daya yang tidak

mengharapkan pembayaran kembali. Pembatasan tersebut dapat bersifat

permanen atau temporer.

d. Sumber daya tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak

dibatasi untuk tujuan tertentu oleh pemberi sumber daya yang tidak

mengharapkan pembayaran kembali.

3.4 Pedoman Pengelolaan Keuangan Masjid

Kekayaan Ta’mir Masjid diperoleh dari usaha-usaha dan sumbangan yang

halal dan tidak mengikat. Dana terkumpul merupakan amanah yang harus

dipertanggungjawabkan penggunaannya, karena itu perlu dikelola dengan baik.

Adanya Pedoman Pengelolaan Keuangan dimaksudkan agar dapat memberi acuan

kepada Pengurus dalam mengelola dana organisasi tersebut.

Pedoman Pengelolaan Keuangan Ta’mir Masjid mengatur keuangan

organisasi yang meliputi sumber dana, penganggaran kegiatan maupun lalu lintas
keuangannya. Uang yang masuk dan keluar harus halal, jelas sumbernya, tercatat

dengan rapi dan dilaporkan secara periodik. Demikian pula prosedur pemasukan

dan pengeluaran dana harus ditata dan dilaksanakan dengan baik.

 Sumber Dana

Dari segi sumber pendanaan atau lebih konkretnya struktur modal dan

struktur pembiayaan, organisasi keagamaan sangat berbeda dalam hal bentuk dan

jenisnya. Sumber pendanaan organisasi keagamaan berasal dari umat dan

sumbangan-sumbangan pihak tertentu. Aliran dana dari umat ini dilakukan secara

sukarela atau bahkan dilakukan dalam rangka memenuhi kewajibannya sebagai

umat untuk suatu agama. Karena sifatnya yang sukarela, karakteristik dana yang

diperolehnya sulit untuk diprediksi perolehannya.

Pada organisasi masjid, umumnya sebagian besar sumber dana berasal dari

umat muslim, walaupun tidak menutup kemungkinan bantuan dari pihak luar

ataupun pinjaman. Namun, khusus untuk pinjaman biasanya dihindari oleh

pengurus atau pengelola organisasi masjid, kecuali ada yang menjamin secara

pribadi. Organisasi masjid memiliki sumber dana dari umat yang bisa dalam

berbagai bentuk seperti infak, sedekah, zakat, fidyah, dan lain-lain sesuai ajaran

Islam. Sedangkan, alokasi dana masjid selain untuk pemeliharaan bangunan

beserta seluruh perlengkapannya secara berkala, juga dialokasikan untuk berbagai

kegiatan lainnya seperti pengajian rutin atau yang bersifat incidental, TPQ atau

pengajian anak-anak, bazaar, maupun kegiatan peringatan hari-hari besar Islam.

Adapun dalam konteks pola pertanggungjawabannya, jika organisasi

sektor swasta bertanggung jawab kepada pemilik usaha atau krediturnya, maka

pertanggung jawaban organisasi keagamaan dilakukan kepada seluruh umat yang


telah memberikan amanahnya, dan merupakan bagian terpenting dalam

menciptakan kredibilitas pengelolaan yang dijalankan. Apabila elemen

pertanggungjawaban ini tidak dapat dipenuhi, maka implikasinya dapat berwujud

ketidakpercayaan, ketidakpuasan, atau bahkan fitnah.

Kegiatan Ta’mir Masjid memerlukan dana yang tidak sedikit. Kurang

baiknya pendanaan dapat menyebabkan terhambatnya kegiatan-kegiatan yang

telah diprogramkan. Oleh karena itu masalah ini perlu ditangani secara serius.

Beberapa kegiatan penggalian dana dapat dilakukan, diantaranya:

1. Donatur tetap, yaitu sumbangan dari jama’ah atau pihak lain yang secara

periodik memberikan infaq.

2. Donatur tidak tetap, yaitu sumbangan dari berbagai pihak yang dilakukan

dengan mengajukan permohonan, misalnya kepada instansi pemerintah,

instansi swasta, lembaga donor atau simpatisan.

3. Donatur bebas, yaitu sumbangan yang diperoleh dari lingkungan jama’ah

sendiri atau pihak luar yang bersifat insidentil. Hal ini dilakukan dengan

menyediakan Kotak Amal maupun penggalangan dana masyarakat.

4. Usaha ekonomi, yaitu dana yang diperoleh dengan melakukan aktivitas

ekonomi, khususnya di bidang jasa dan perdagangan.

 Penganggaran Kegiatan

Perencanaan keuangan dalam melaksanakan Program Kerja dilakukan

secara periodik. Perencanaan ini meliputi pengeluaran dan penerimaan dana

secara detail, sehingga kebutuhan biaya operasi dan pemenuhannya dapat

diperkirakan.
a. Mekanisme penyusunan anggaran.

b. Masing-masing bidang kerja menjabarkan Program Kerja hasil

Musyawarah Jama’ah untuk kegiatan tahunan.

c. Melakukan identifikasi kegiatan dan penjadwalannya.

d. Melakukan penghitungan biaya dan pendanaan atas masing-masing

kegiatan.

e. Mengajukan anggaran yang telah disusun masing-masing bidang pada

Rapat Kerja Pengurus.

f. Melakukan integrasi keseluruhan pembiayaan dan penerimaan dengan

memperhatikan skala prioritas.

 Budgeting (penganggaran)

Melalui Rapat Kerja pengurus menyusun anggaran pengeluaran dan

pemasukan sesuai dengan kegiatan yang akan diselenggarakan. Diusahakan dalam

penyusunan anggaran pengurus memiliki sumber dana yang jelas supaya tidak

mengalami defisit. Beberapa yang perlu diperhatikan antara lain :

a. Melakukan prioritas kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dana.

b. Pos-pos pengeluaran dan pemasukan ditunjukkan secara jelas.

c. Memberi toleransi anggaran sebesar (+) 10 % atau lebih sebagai faktor

safety.

d. Jumlah pengeluaran masing-masing bidang dinyatakan angka-angkanya.

e. Melakukan integrasi seluruh bidang dalam menyusun anggaran dengan

menetapkan Rencana Kerja dan Anggaran Pengelolaan (RKAP).


 Lalu Lintas Keuangan

1. Pengumpulan

Pengumpulan dana dikoordinasi oleh Pengurus Bidang Dana dan

Perlengkapan yang berupaya dalam memenuhi kebutuhan pendanaan

untuk keseluruhan aktivitas. Pengurus melakukan beberapa aktivitas

penggalangan dana, di antaranya mengajukan proposal, membuat kotak

amal, aktivitas jasa dan ekonomi, dan lain sebagainya.

2. Pemasukan dan pengeluaran

Dana yang telah dikumpulkan Bidang Dana dan Perlengkapan selanjutnya

diserahkan kepada Bendahara dengan diketahui Ketua Umum. Hal ini

dilakukan dengan mekanisme Form Penyerahan Dana. Oleh Bendahara

selanjutnya dana tersebut dimasukkan dan disimpan dalam kas Keuangan

Ta’mir Masjid atau Rekening Bank. Apabila disimpan di Bank, sebaiknya

menggunakan Bank Syari’ah dengan Ketua Umum dan atau Bendahara

sebagai penandatangan cheque atau pengambilan cash. Untuk pengeluaran

dan perlu diperhatikan adanya kesesuaian dengan anggaran yang telah

ditetapkan bagi masing-masing bidang. Bidang yang bersangkutan

mengajukan permohonan dana kepada Ketua Umum dengan mengisi Form

Permintaan Uang Muka. Apabila disetujui, selanjutnya Bendahara

mengeluarkan dana sesuai yang dimintakan. Demikian pula, penggunaan

dana tersebut dipertanggungjawabkan kegiatan dengan melampirkan

Laporan Keuangan, atau dipertanggungjawabkan dengan mengisi Form

Pertanggungjawaban Uang Muka. Laporan keuangan ini dicatat atau


dibuat oleh bendahara masjid ini ada 3 yaitu bendahara umum, bendahara

penerimaan dan bendahara pengeluaran.

1. Bendahara Umum:

 Sebagai Pemegang buku kas masjid atau laporan keuangan.

 Meminta dan memeriksa catatan atas laporan penerimaan dan

pengeluaran dari bendahara penerimaan dan bendahara

pengeluaran.

 Mencatat semua penerimaan dan pengeluaran dalam buku kas.

 Menerima uang dari bendahara penerimaan dan menyimpan atau

menyetorkan ke Bank.

 Mengambil uang dari bank dan menyerahkan uang belanja masjid

kepada bendahara pengeluaran.

 Menyusun laporan keuangan masjid setiap bulan dan melaporkan

kepada rapat ta'mir tiga bulan sekali.

 Mengumumkan keuangan masjid, khususnya hasil kotak jum'at

kepada jamaah setiap jum'at.

2. Bendahara Penerimaan

 Menerima dan menghitung dan mencatat secara tertib semua

pemasukan masjid ke dalam buku penerimaan.

 Melaporkan secara tertulis semua penerimaan kepada bendahara

umum setiap akhir bulan sesuai dengan format yang ditentukkan

bendahara umum.

 Menyerahkan semua uang penerimaan masjid kepada bendahara

umum.
 Memimpin dan mengkoordinir pembukaan semua kotak amal

masjid.

 Mengatur penempatan dan pergerakan kotak amal

 Memelihara dan mengawasi keberadaan kotak amal.

3. Bendahara Pengeluaran:

 Mengajukan permintaan uang belanja rutin masjid kepada

bendahara umum setiap awal bulan secara tertulis. Membayar

semua belanja barang jasa, honor dan ongkos untuk keperluan

masjid, serta biaya kegiatan masjid. Menghimpun semua bukti

pengeluaran berupa nota, rekening, kwitansi, faktur dan

sebagainya.

 Mencatat semua pengeluaran belanja dan melaporkan kepada

bendahara umum setiap akhir bulan sesuai dengan format atau

blanko yang ditentukkan bendahara umum dengan melampirkan

bukti – bukti pengeluaran.

 Bersama–sama dengan bendahara penerimaan dan petugas lainnya

ikut membuka dan menghitung hasil kotak amal masjid.

Menyetorkan kembali sisa uang belanja masjid setiap akhir bulan

kepada bendahara umum.

3. Pengawasan

Aktivitas pengumpulan dana oleh Bidang Dana dan Perlengkapan maupun

pengelolaan dana oleh Bendahara perlu dilakukan pengontrolan. Hal ini

dilakukan antara lain melalui:


a. Lembar bukti. Beberapa lembar bukti yang bisa digunakan antara lain:

kwitansi, nota, deklarasi, kupon dan lain sebagainya.

b. Lembar Informasi. Informasi pengumpulan dan pengelolaan dana tiap

bulan disampaikan oleh Bidang Dana dan Perlengkapan maupun

Bendahara.

c. Papan Pengumuman. Informasi keuangan Ta’mir Masjid yang

ditempelkan pada papan pengumuman.

d. Laporan rutin. Pengurus Bidang Dana dan Perlengkapan maupun

Bendahara menyampaikan laporan rutin pengelolaan dana pada forum

Rapat Umum maupun Laporan Tahunan Pengurus. Juga disampaikan

dalam Laporan Pertanggungjawaban Pengurus pada saat Musyawarah

Jama’ah.

e. Forum/Lembaga pengawas. Beberapa forum atau lembaga yang bisa

melakukan pengwasan secara langsung adalah :

 Rapat Umum

 Rapat Pleno

 Majelis Syura

 Musyawarah Jama’ah

B. KASUS

a. Laporan Posisi Keuangan

Aset yang dimiliki oleh Masjid XYZ dikelompokkan menjadi aset lancar dan aset

tidak lancar. Aset lancar meliputi kas dan setara kas yang berasal dari penerimaan

sumbangan dan layanan jasa masjid serta piutang yang dari pihak ketiga. Aset
tidak lancar Masjid XYZ terdiri dari aset tetap yang berupa bangunan, inventaris,

dan aset tetap lain yang dimiliki oleh lembaga masjid dan digunakan untuk

melayani umat. Liabilitas pada masjid XYZ juga dikelompokkan ke dalam dua

jenis, yaitu liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang. Untuk periode

tahun 2014 pada masjid XYZ tidak memiliki liabilitas. Aset neto digolongkan

berdasarkan jenis dana dan pembatasan yang diberikan oleh pemberi sumber daya.

Dalam PSAK Nomor 45 aset neto dibedakan berdasarkan pembatasan aset yang

dimiliki yang meliputi aset neto tidak terikat, aset neto terikat temporer, dan aset

neto terikat permanen. Pada PSAK Nomor 109 digunakan istilah saldo dana yang

dikelompokkan berdasarkan perbedaan perlakuan dan tujuan penggunaannya yang

meliputi saldo dana zakat, saldo dana infak/sedekah, saldo dana amil, dan saldo

dana nonhalal. Rekonstruksi laporan keuangan ini menggunakan kombinasi

diantara keduanya sehingga pada bagian aset neto meliputi dana zakat,

infak/sedekah terikat dan tidak terikat, wakaf, dan dana kemanusiaan. Berikut

adalah laporan posisi keuangan masjid XYZ berdasarkan kombinasi PSAK

Nomor 45 dan PSAK Nomor 109.


b. Laporan Aktivitas

Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan yang berasal dari pemberi

sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali dan beban-beban

yang terjadi pada entitas. Pendapatan dan beban masing-masing dikelompokkan

berdasarkan perbedaan pembatasan dan jenis dana yang melekat. Penerimaan

disajikan sebagai penambah aset neto baik zakat, infak/sedekah terikat dan tidak

terikat, wakaf, dan dana kemanusiaan. Sedangkan beban disajikan sebagai

pengurang aset neto.


Selama tahun 2014 penerimaan sumbangan pada masjid XYZ mencapai Rp

330.449.000. Selain penerimaan sumbangan, Masjid XYZ juga menerima

penerimaan atas jasa yang berasal dari pelaksanaan akad nikah yang

diselenggarakan di Masjid XYZ. Penerimaan jasa dan penerimaan sumbangan

digolongkan ke dalam penerimaan infak/sedekah tidak terikat. Pada periode tahun

2014, Masjid XYZ mengumpulkan dana zakat sebesar Rp 13.750.000 yang

seluruhnya disalurkan pada periode berjalan 2014. Masjid XYZ juga mendapatkan

penerimaan infak/sedekah terikat berupa dana bantuan safari ramadhan sebesar Rp

1.000.000. Penerimaan dari pelayanan jasa/infak akad nikah sebesar Rp 2.000.000

dan Penerimaan lain-lain dari hasil penjualan barang bekas sebesar Rp 100.000.

Beban yang dikeluarkan oleh Masjid XYZ berupa beban program, beban gaji dan
upah, beban transportasi, beban manajemen dan umum, beban perawatan dan

pemeliharaan, beban ATK, penyusutan aset tetap dan beban lain-lain digolongkan

ke dalam beban tidak terikat. Jumlah total beban yang terjadi pada tahun 2014

adalah sebesar Rp 421.459.956.

c. Laporan Perubahan Aset Kelolaan

Masjid XYZ selama ini tidak memiliki aset kelolaan baik yang bersifat lancar

ataupun tidak lancar. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa di kemudian

hari aset yang dimiliki dalam masing-masing jenis dana akan dikelola oleh

pengurus masjid. Untuk itu perlu dibuat laporan perubahan aset kelolaan dengan

format sebagai berikut.

d. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas bertujuan untuk menyajikan informasi mengenai penerimaan

dan pengeluaran kas dalam satu periode. Laporan arus kas harus menyajikan arus

kas selama satu periode yang diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas

investasi, dan aktivitas pendanaan. Arus kas dari aktivitas operasi mencakup kas

dari pendapatan jasa, kas dari penyumbang, penerimaan lain-lain dikurangi

dengan kas yang dibayarkan kepada karyawan dan pembayaran beban usaha. Arus
kas dari aktivitas investasi Masjid XYZ mancakup pembelian peralatan inventaris,

pembelian investasi aset tetap, dan biaya yang digunakan untuk perbaikan

bangunan masjid. Untuk arus kas dari aktivitas pendanaan dan penyesuaian

rekonsiliasi perubahan dalam aset neto menjado kas neto yang digunakan untuk

aktivitas operasi tidak ada dalam laporan arus kas karena tidak adanya transaksi

yang mencakup bagian tersebut di dalam Masjid XYZ. Berikut ini merupakan

laporan arus kas Masjid XYZ yang disesuaikan dengan PSAK Nomor 45.
e. Catatan atas laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan juga memuat informasi mengenai kebijakan

akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Catatan atas

laporan keuangan pada Masjid XYZ dibuat dengan berdasarkan contoh catatan
atas laporan keuangan pada PSAK Nomor 45 yang disesuaikan dengan kondisi

obyek penelitian. Berikut merupakan catatan atas laporan keuangan masjid XYZ

untuk periode tahun 2014.

1. Catatan A

Aset tetap berupa tanah yang dimiliki oleh Masjid XYZ merupakan tanah

wakaf dengan adanya persyaratan yang membatasi penggunaannya dari

pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali.

pembatasan yang diberikan merupakan pembatasan terikat permanen

karena tanah berstatus wakaf dengan syarat untuk digunakan sebagai

bangunan masjid untuk kepentingan umat dengan periode selamanya. Oleh

karena itu tanah wakaf Masjid XYZ diakui dan dilaporkan pada saat aset

tetap tersebut dimanfaatkan.

2. Catatan B

Aset neto berupa infak/sedekah terikat yang dimiliki oleh Masjid XYZ

untuk periode tahun 2014 adalah penerimaan lain-lain berupa bantuan

safari ramadhan sebesar Rp 1.000.000 yang belum digunakan oleh

pengelola masjid.

3. Catatan C

Aset neto berupa wakaf yang dimiliki oleh Masjid XYZ adalah berupa

tanah yang penggunaanya dibatasi oleh pemberi sumber daya yang tidak

mengharapkan pembayaran kembali untuk digunakan sebagai tempat

ibadah (masjid) dengan periode waktu selamanya. Aset neto terikat

permanen tersebut dinilai sebesar Rp 1.620.000.000.


BAB IV

KESIMPULAN

Rumah Peribadatan seperti mesjid sudah melakukan proses akuntansi,

hanya saja dengan sistem pencatatan yang sangat sederhana. Akuntansi yang

diterapkan pada organisasi keagamaan memiliki kaitan yang erat dengan

penerapan dan perlakuan akuntansi pada anggota, umat, atau pengikut agama di

organisasi keagamaan yang bersangkutan.

Lembaga masjid merupakan organisasi nirlaba yang banyak menghadapi

kendala dalam pelaporan keuangannya. Meski bentuknya adalah organisasi

nirlaba tetapi PSAK No.45 Tahun 2011 menyatakan bahwa organisasi nirlaba

memiliki hak dan harus membuat laporan keuangan. Lembaga masjid dalam

pengelolaan keuangannya membutuhkan penerapan akuntansi yang baik sebagai

bentuk pertanggung jawaban terhadap para donatur dan masyarakat sekitar yang

menjadi jamaah masjid. Laporan keuangan yang terstruktur seperti diatur dalam

PSAK No. 45 tahun 2011dapat dijadikan panduan untuk menyusun laporan

keuangan sehingga laporan keuangan yang dihasilkan akuntable dan lebih

transparan. Hal ini juga menjadi jawaban atas ketidak percayaan masyarakat yang

bertanya-tanya tentang laporan keuangan masjid yang selama ini biasanya

pencatatannya sangat sederhana dan tidak detail.

Dari segi sumber pendanaan, sumber pendanaan organisasi keagamaan

berasal dari umat dan sumbangan-sumbangan pihak tertentu. Aliran dana dari

umat ini dilakukan secara sukarela atau bahkan dilakukan dalam rangka

memenuhi kewajibannya sebagai umat untuksuatu agama.


DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Irham. 2013. PENGANTAR MANAJEMEN KEUANGAN. Alfabeta

Bandung.

Dewan Masjid Indonesia. 2009. Menata Kembali Masjid di Indonesia. From

www.dmi.or.id , diakses pada 20 Juli 2017.

Nainggolan, P. 2005. Akuntansi Keuangan Yayasan dan Lembaga Nirlaba

Sejenis. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

http://repository.ung.ac.id/get/simlit/1/1087/2/Studi-Ethnosains-Dilema-

Transparansi-dan-Akuntabilitas-dalam-Pelaporan-Sumbangan-Donatur-dan-

Pengelolaan-Keuangan-Masjid-Studi-Kasus-Di-Kabupaten-Gorontalo.pdf

http://lib.unnes.ac.id/29905/1/7211413119.pdf

https://repository.usd.ac.id/27759/2/142114041_full.pdf

https://jurnal.unej.ac.id/index.php/e-JEBAUJ/article/download/4553/3371/

http://ejournal.upi.edu/index.php/JRAK/article/download/8975/7159/

https://www.academia.edu/13014587/Makalah_Akuntansi_Sektor_Publik

https://www.academia.edu/attachments/39445717/download_file

http://repository.unpas.ac.id/968/2/BAB%2520I.pdf

http://repository.ung.ac.id/get/simlit/1/1087/2/Studi-Ethnosains-Dilema-

Transparansi-dan-Akuntabilitas-dalam-Pelaporan-Sumbangan-Donatur-dan-

Pengelolaan-Keuangan-Masjid-Studi-Kasus-Di-Kabupaten-Gorontalo.pdf

https://www.acisindonesia.com/2016/07/01/software-akuntansi-untuk-entitas-

tempat-peribadatan/
https://media.neliti.com/media/publications/276499-rekonstruksi-perlakuan-

akuntansi-untuk-e-23ca4c46.pdf

https://www.jurnal.id/id/blog/2018-6-peran-akuntansi-manajemen-sektor-publik-

dalam-organisasi/

Anda mungkin juga menyukai