Anda di halaman 1dari 18

PELAPORAN DANA PUNIA PADA PURA AGUNG PURNASADHA TOLAI

I Gede Egi Saputra1, Nina Yusnita Yamin2, Masruddin3


1
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Tadulako, Palu
2
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Tadulako, Palu
3
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Tadulako, Palu
egisaputra0430@gmail.com
nyusnita2000@gmail.com

ABSTRACT

This research aims to describe and analyze the practice of Punia Fund
Reporting at Pura Agung Purnasadha Tolai, Central Sulawesi.
Ethnomethodology was used as a method in this research. Data collection
techniques were conducted by observation, interview, and documentation.
The informants are people who are directly involved in the management of
punia funds or pengempon temples, namely, the head of pengempon,
pengempon secretary, pengempon treasurer and a temple devotee. The result
of this research shows that; 1) Reporting of punia funds is done through
piodalan ceremonies. Information on the use of funds is conveyed during the
piodalan ceremony by conveying globally. The accountability carried out by
the management is in the form of a report on the receipt of offerings in the
form of bounty funds and the expenditure of ceremonial activities. 2)
Submission of financial information is carried out through a gathering
meeting held every 6 months, namely by distributing reports on receipts and
expenditures to the congregation. The reporting process carried out both
during the piodalan ceremony and the disclosure carried out during the
shelter meeting always presents the congregation as witnesses in the process.
Reporting practices are based on the rationality of karma that will be received
in the future

Keywords: Dana Punia, Ethnomethodology, Financial information, Reporting,


Karma

ABSTRAK
Riset ini memiliki tujuan guna melakukan pendiskripsian serta
analisa praktik Pelaporan Dana Punia Pada Pura Agung Purnasadha Tolai,
Sulawesi Tengah. Etnometodologi dipakai selaku metode pada riset ini.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, serta
pengambilan dokumentasi. Informan ialah individu-individu yang ikut serta
dengan cara langsung pada saat pengelolaan dana punia atau pengempon
pura, yaitu, ketua pengempon, sekretaris pengempon, bendahara pengempon
dan seorang umat pura. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; 1)
Pelaporan dana punia dilakukan melalui upacara piodalan. Informasi
penggunaan dana disampaikan pada saat upacara piodalan dengan
menyampaikan secara global. Pertanggungjawaban yang dilaksanakan bagi
pengurus berwujud laporan penerimaan dari persembahan berupa dana
punia dan pengeluaran kegiatan upacara. 2) Penyampaian informasi
keuangan dilakukan melalui rapat pengerampungan yang dilaksanakan
setiap 6 bulan yaitu dengan membagikan laporan penerimaan dan
pengeluaran kepada umat. Proses pelaporan yang dilakukan baik pada saat
upacara piodalan dan pengungkapan yang dilakukan pada saat rapat
pengerampungan selalu menghadirkan umat sebagai saksi dalam proses
tersebut. Praktik pelaporan di dasari oleh rasionalitas karma yang akan
diterima dikemudian hari.

Kata kunci: Dana Punia, Etnometodologi, Informasi keuangan, Pelaporan,


Karma

A. PENDAHULUAN

Akuntansi sudah alami perkembangan yang lumayan pesat beberapa


dekade terakhir ini. Dalam perkembangan akuntansi yang kita ketahui lebih
banyak memiliki orientasi dalam bidang swasta, sekarang akuntansi Pura hadir
selaku bagian budaya yang ada dalam tengah-tengah khalayak. Akan tetapi pada
saat praktiknya, akuntansi yang berjalan dalam bidang publik seperti ini kerap
diberikan pandangan sebelah mata bagi para pemangku keperluan. Peran
akuntansi selaku sarana pada lingkup agama guna entitas-entitas peribadatan
sesungguhnya hadir melalui wujud kombinasi diantara akuntansi serta
keagamaan (spiritual) ataupun sistem nilai.
Pura ialah sebutan guna tempat ibadah agama Hindu dalam Indonesia.
Tiap-tiap pura mempunyai organisasi keagamaan yang mengelola dana ataupun
pengatur keuangan tiap-tiap diselenggarakannya upacara ataupun
pembangunan yang berhubungan terhadap pura. Organisasi keagamaan dalam
pura ialah organisasi non-laba. Berlandaskan atas Nickels et al. (2009)
Organisasi non-laba ialah sebuah organisasi yang tujuan-tujuannya tak berfokus
atas keuntungan guna keperluan pribadi pemilik ataupun pengaturnya.
Organisasi non-laba kerap kali berupaya meraih laba itu guna tujuan sosial
ataupun pendidikan oleh organisasi serta bukanlah guna keperluan individu.
Dana punia ialah pemberian yang baik serta suci melalui ketulusan serta
keikhlasan selaku bagian dari wujud implementasi ajaran dharma. Selaras
terhadap asal kata dana punia, dana memiliki arti pemberian serta punia
memiliki arti selamat, baik, bahagia, indah serta suci. Dana punia ialah sebuah
alat guna menaikkan sradha serta bakti kita terhadap Tuhan, di sisi lain melalui
berdana punia hendak menunjang perilaku peduli kita pada lainnya.
Dana punia tak sekedar berwujud sumbangan dengan wujud uang namun
dapat pula dengan wujud artha dana yakni pemberian berwujud harta benda
baik berwujud makanan, minuman, pakaian serta sebagainya, terdapat pula
dengan wujud abhaya dana yakni pemberian berwujud perlindungan, rasa aman,
serta ketertiban terhadap individu lainnya ataupun khalayak serta yang terakhir
dengan wujud brahma dana yakni pemberian berwujud wawasan (Jnana), baik
itu ilmu pengetahuan teknologi ataupun agama. Yang mana yang diberi
penjelasan bagi bendahara pengempon yang ikut serta pada pembuatan
pelaporan jika terdapat pelaporan yang dilaksanakan dalam Pura Agung
Purnasadha Tolai berkaitan terhadap pelaporan dana punia. Namun seperti apa
praktik pelaporan tersebut dilakukan, menjadi hal yang menarik untuk
ditelusuri.
Praktik akuntansi dalam lembaga-lembaga agama ataupun lembaga non-
laba yang lain ialah suatu hal yang tak lazim. Meskipun tak lazim, riset praktik
akuntansi dalam lembaga agama semacam dalam Gereja kerap dilaksanakan
bagi sejumlah periset akuntansi. Raya (2017), memberi pernyataan jika
keterbukaan laporan keuangan organisasi agama amatlah berarti alhasil
pertanggungjawaban keuangan menjadi jelas serta mampu menaikkan keyakinan
para donatur serta umat guna melakukan pengelolaan dana itu selaras terhadap
acuan yang digunakan. Maka dari itu, tujuan dilakukannya laporan keuangan
organisasi keagamaan bisa teraih serta bisa memberi keyakinan dan
transparansi keuangan untuk para donatur serta umat untuk layanan terhadap
Tuhan serta sesama guna melakukan pengembangan karya pewartaan.
Peranan akuntansi selaku alat dalam lingkungan keagamaan guna tempat-
tempat peribadatan hadir dengan wujud kombinasi dengan agama (spiritual),
sistem nilai, serta cara berfikir. Sebagaimana yang ditunjukkan dari hasil
penelitian Badu serta Hambali (2014) yang memberi pernyataan jika selaku
entitas, Mesjid memakai laporan akuntansi yang anggarannya memiliki asal
melalui sumbangan semacam: zakat, infaq, sedekah ataupun wujud bantuan
sosial yang lain. Maka dari itu, akuntansi menjadi berarti guna
pertanggungjawaban terhadap khalayak perihal laporan keuangan itu.
dibutuhkannya penyajian yang akuntabel serta transparan pada laporannya,
yang membuat entitas sanggup berlangsung dengan baik serta mampu bertahan.
Praktek akuntansi hendak sangat berfungsi pada saat mengambil keputusan.
Praktek akuntansi dalam lembaga organisasi keagamaan ataupun entitas non-
laba yang lain menjadi suatu hal yang belum lazim, akan tetapi diperlukan tahap
transparansi serta akuntabilitas guna teraihnya keyakinan umat.
Pura selaku entitas pelaporan akuntansi yang memakai dana khalayak
selaku sumber dananya dengan wujud dana punia, bantuan sosial yang lain
yang memiliki asal melalui khalayak (publik). Pura menjadi salah satu entitas
publik yang semua kegiatannya wajib dipertanggung jawabkan terhadap public.
Pura Agung Purnasadha Tolai adalah salah satu pura yang memiliki umat lebih
dari seribu orang. Dengan kapasitas umat sebanyak ini tentu saja dana punia
yang dikelola pun sangat besar. Maka dari itu sumber-sumber anggaran yang
didapatkan wajib sanggup dilakukan pengelolaan secara baik supaya pemakaian
anggarannya bisa berlangsung dengan cara yang efisien, supaya dijadikan
sebagai kunci kesuksesan untuk entitas guna senantiasa eksis serta bertahan
hidup dalam tengah-tengah khalayak. Maka dari itu sangat diperlukan suatu
pelaporan agar masyarakat mengetahui pengelolaan dana tersebut. Umat yang
memberikan dananya mungkin saja tidak mempertanyakan bagaimana dana
yang mereka berikan digunakan. Namun, sebagai pengelola yang diberi amanah
untuk mengelola dana umat tentu harus bertanggung jawab. Bentuk
pertanggungjawaban tersebut setidaknya terlihat dari laporannya. Cara atau
praktik pelaporan dana punia menjadi fokus dalam penelitian ini.

B. TINJAUAN PUSTAKA
B.1. Teori Stewardship
Teori Stewardship ialah teori yang dikemukakan bagi Donaldson serta Davis,
teori tersebut memberi penggambaran keadaan yang mana para manajer
bukanlah termotivasi melalui tujuan-tujuan perseorang namun lebih ditunjukan
dalam target hasil pokok mereka guna keperluan kelompok, alhasil teori tersebut
memiliki dasaran psikologi serta sosiologi yang sudah dilakukan perancangan
yang mana para eksekutif selaku steward dimotivasi guna melakukan tindakan
selaras terhadap harapan prinsipal, di sisi lain tingkah laku steward tak hendak
meninggalkan organisasinya dikarenakan steward berupaya meraih sasaran
kelompoknya. Menurut Zamrana (2010) Teori tersebut dilakukan pendesainan
untuk para periset guna melakukan pengujian keadaan yang mana para
eksekutif pada industri selaku pelayan bisa diberikan motivasi gune melakukan
tindakan menggunakan cara yang paling baik dalam principalnya. Stewardship
teori mampu dimengerti pada produk pembiayaan lembaga perbankan. Bank
syariah selaku prinsipal yang meyakinin nasabah selaku steward guna
melakukan pengelolaan anggaran yang idealnya sanggup melakukan akomodasi
seluruh keperluan bersama diantara principal serta steward yang mendasar atas
pelayan yang berperilaku yang mana dia bisa dibangun supaya senantiasa
mampu untuk bekerja sama pada organisasi, berperilaku kolektif ataupun
bergolongan dengan utilitas tinggi daripada perseorangnya serta senantiasa
memiliki kesediaan guna memberikan layanan.
Berlandaskan atas Murwaningsari (2009) Teori tersebut menggambarkan
perihal terdapatnya korelasi yang kokoh diantara rasa puas serta suksesnya
sebuah kelompok, Teori stewardship berlandaskan atas asumsi filosofis perihal
karakter khalayak jika khalayak mampu diberi kepercayaan, bertanggungjawab,
serta khalayak ialah seseorang yang memiliki integritas. Pemerintah sebagai
steward yang berfungsi pengatur sumber daya serta rakyat sebagai principal yang
memiliki sumber daya. Berlangsunglah kesepakatan yang terhubung diantara
pemerintah (steward) serta rakyat (principal) berlandaskan atas rasa percaya,
kolektif selaras tujuan kelompok. Organisasi bidang publik bertujuan memberi
layanan terhadap publik serta mampu dipertanggung jawabkan terhadap
khalayak (publik)

B.2. Pelaporan
Berlandaskan atas Bastian (2010) Pelaporan ialah cerminan dari kewajiban
guna menggambarkan serta memberikan pelaporan kinerja seluruh kegiatan dan
sumber daya yang wajib dipertanggung jawabkan. Pelaporan tersebut ialah
bentuk adanya tahapan akuntabilitas kinerja. Tiap-tiap instansi pemerintah
memiliki kewajiban guna mempersiapkan, melakukan penyusunan, serta
memberi pelaporan anggaran dengan cara tertulis, periodik, serta melembaga.
Laporan ialah sebuah wujud pertanggung jawaban karena sebuah aksi
ataupun aktivitas yang dilaksanakan. Berikut ialah definisi laporan yang
dikemukakan bagi sejumlah ahli. Berlandaskan atas Keraf pada sumbernya
(Rajab, 2009) laporan ialah sebuah cara komunikasi dimana penulis memberikan
penyampaian informasi terhadap individu ataupun sebuah badan dikarenakan
tanggungjawab yang dilimpahkan terhadapnya. Berlandaskan atas Soegito yang
mana yang dilakukan pengutipan (Rajab, 2009) Laporan memuat informasi yang
ditunjang melalui data yang terperinci selaras terhadap fakta yang didapatkan.
Data dilakukan penyusunan sedemikian rupa alhasil akurasi informasi yang kita
beri mampu diyakini serta tidak sukar guna dimengerti.
Berlandaskan atas penjelasan tersebut, mampu ditarik kesimpulan jika
pelaporan ialah sebuah wujud disampaikannya informasi yang ditunjang melalui
data yang terperinci selaras terhadap fakta alhasil informasi yang diberi mampu
diyakini dan tidak sulit dimengerti. Pada saat menyampaikannya, laporan bisa
memiliki sifat lisan ataupun tertulis. Pelaporan tak terlepas oleh adanya
pencatatan dikarenakan saat sebelum adanya pelaporan oleh bawahan terhadap
atasannya ataupun melalui sebuah instansi daerah ke instansi pusat wajib
dilaksanakannya pencatatan terkait perihal yang hendak dilakukan pelaporan
setelah itu dilaksanakan perekapan dan dilaporkan.

B.3. Sistem Pelaporan Keuangan Sector Publik


Akuntansi sektor publik kerap didefinisikan selaku akuntansi anggaran
khalayak, perihal tersebut mencakup teknik serta analisa akuntansi yang
dipakai di tiap-tiap organisasi bidang publik. Akuntansi sektor publik pun
memiliki keterkaitan terhadap implementasi serta perlakuan akuntansi dalam
wilayah publik. Berlandaskan atas (Bastian,2010) mengartikan akuntansi sektor
publik selaku prosedur teknik serta analisa akuntansi yang diimplementasikan
dalam pengelolaan anggaran khalayak dalam lembaga-lembaga tinggi negara
serta departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD,
LSM, serta yayasan sosial, ataupun dalam projek-projek kerjasama sektor publik
dan swasta.
Ruang lingkup akuntansi sektor publik berlandaskan atas (Bastian,2010)
yang mencakup lembaga-lembaga tinggi negara serta departemen-departemen
dibawahnya, pemerintah daerah, yayasan, partai politik, perguruan tinggi serta
organisasi-organisasi publik non-laba yang lain. Dalam Indonesia, akuntansi
sektor publik meliputi sejumlah bidang pokok yakni:
a. Akuntansi pemerintah pusat,
b. Akuntansi pemerintah daerah,
c. Akuntansi partai politik,
d. Akuntansi LSM,
e. Akuntansi yayasan,
f. Akuntansi pendidikan,
g. Akuntansi kesehatan,
h. Akuntansi tempat peribadatan.
Sistem pelaporan keuangan sektor publik Menurut (Bastian,2010)
mencakup 3 sistem yaitu:
a. Dasar kas (case base), yaitu sistem akuntansi yang sekedar
mengakui arus kas masuk serta keluar,
b. Dasar akrual (accrual base), yaitu penerimaan serta pengeluaran
dilakukan pengakuan saat transaksi berlangsung, bukanlah disaat
kas guna transaksi diterima ataupun dilakukan pembayaran;
Akuntansi dana (fund accounting), yakni bagian dari alternatif sistem
akuntansi pada sektor publik yang dilakukan pengembangan melalui dasar kas
serta mekanisme dikendalikannya dana.

B.4.”Penngelolaan Keuangan Pura


“berlandaskan atas Masmudi (2003) Laporan keuangan sektor publik dalam
hakekatnya ialah sebuah wujud pertanggung jawaban pemerintah terhadap
rakyat atas dikelolanya anggaran publik baik melalui pajak, retribusi ataupun
transaksi yang lain. Berdasarkan hal tersebut, pengelolaan keuangan pura
berarti serangkaian kegiatan mengelola anggaran pura mulai dari rencana,
pembukuan, pembelanjaan, pengawasan serta pertanggung jawaban keuangan
pura. Dengan demikian aktivitas pendanaan untuk seluruh kegiatan yang ada di
pura tersebut dapat terlaksana dengan baik dan efisien.
Berbincang terkait praktek pengelolaan keuangan pastinya tak terlepas oleh
terdapatnya pertanggung jawaban. Pertanggung jawaban pengelolaan anggaran
ialah bagian dari wujud responsibility oleh pihak yang memiliki tugas melakukan
pengelolaan pada pihak yang memberi tugas maupun mandat. Oleh karena itu
pada saat pengelolaan keuangan harus berlandaskan atas prinsip keadilan,
efisiensi, transparansi, serta akuntabilitas publik. Di sisi lain prinsip efektivitas
pun butuh memperoleh penekanan. Tujuan dilakukannya penyelenggaraan
mengelola anggaran ialah guna mendapatkan jaminan anggaran yang tersedia
digunakan selaras terhadap apa yang dibutuhkan serta memastikan bahwa
praktek penerimaan, pencatatan, serta pengeluaran anggaran dimengerti serta
diselenggarakan.

B.5. Akuntabilitas
Halim (2012) akuntabilitas yakni Kewajiban guna memberi pertanggung
jawaban dan menjelaskan kinerja serta aksi individu, badan hukum ataupun
pimpinan kelompok terhadap pihak yang lainnya yang berhak serta kewajiban
guna meminta kewajiban pertanggung jawaban serta keterangan. Pengertian lain
dikemukakan oleh Bastian (2010) Akuntabilitas ialah hal yang wajib guna
melakukan penyampaian pertanggung jawaban ataupun guna memberi jawaban,
menjelaskan kinerja, serta aksi individu ataupun badan hukum serta pimpinan
kolektif ataupun kelompok terhadap pihak yang berhak ataupun memiliki
kewenangan guna melakukan permintaan keterangan ataupun pertanggung
jawaban. Terdapat Akuntabilitas yang dijelaskan bagi Kusumastuti (2014)
Akuntabilitas adalah bentuk hal yang wajib penyedia pelaksanaan aktivitas
publik guna mampu memberi penjelasan serta jawaban semua perihal yang
berkaitan tahap oleh semua ketetapan serta tahap yang dilaksanakan, dan
pertanggung jawaban pada hasil kinerjanya.
Berlandaskan atas pengertian di atas bisa ditarik kesimpulan jika
akuntabilitas merupakan perwujudan suatu hal yang wajib bagi individu
ataupun unit organisasi guna mempertanggung jawabkan pengelolaan serta
sumber daya dan penyelenggaraan peraturan yang diyakini terhadapnya dengan
rangka perwujudan tujuan yang sudah ditentukan bagi media pertanggung
jawaban dengan cara periodik. Pengendalian internal yang baik mewajibkan
terdapatnya sistem pertanggung jawaban serta pengaturan sebuah kelompok
yang mengarah terhadap asas akuntabilitas. Tujuan dilakukannya
penyelenggaraan akuntabilitas ialah guna melakukan pencarian jawaban karena
apa yang wajib dipertanggung jawabkan, berlandaskan atas perihal apa yang
benar-benar berlangsung dan melakukan pembandingan melalui apa yang
seharusnya berlangasung.

B.6. Transparansi
Krina (2003) mendefinisikan transparansi selaku prinsip yang memberikan
jaminan akses maupun kebebasan untuk tiap individu agar mendapatkan data
mengenai penyelenggaraan pemerintahan, yaitu data mengenai kebijakan proses
pembuatan serta pelaksanaanya dan juga hasil-hasil yang tercapai. Transparansi
merupakan teradapatnya kebijakan terbuka untuk pengawasan. Sedangkan yang
informasi merupakan data tentang seluruh faktor kebijakan pemerintah yang
bisa publik jangkau. Keterbukaan informasi memiliki harapan yakni dapat
menciptakan politik yang bersaing dengan toleran, sehat, serta kebijakan
diciptakan menurut preferensi masyarakat umum.
Transparansi berarti keterbukaan pada memberikan informasi tanpa adanya
rahasia dari pengelola untuk para pemangku kepentingan. Transparansi
mempunyai beberapa dimensi. Dimensi transparansi berdasarkan pendapt
Mardiasmo (2009) yakni:
1. Informativeness (informatif)
Arus informasi yang diberikan, berita, penjelasan mekanisme, prosedur,
data, fakta, pada stakeholders yang memerlukan data yang akurat serta
jelas
2. Disclosure (pelaporan)
Pelaporan pada publik maupun masyarakat (stakeholders) dari aktivitas
serta kapasitas finansial.
a. Kondisi Keuangan. Sebuah tampilan maupun keadaan dengan utuh
dari keuangan organisasi atau organisasi selama periode maupun
durasi khusus.
b. Susunan pengurus. Komponen-komponen (unit-unit kerja) pada
organisasi. Struktur organisasi menunjukan adanya pembagian kerja
dan memperlihatkan fungsi maupun aktivitas yang memiliki
perbedaan itu dilakukan intergrasi (koordinasi).
c. Wujud perencanaan serta hasil dari aktivitas. Serangkaian tindakan
untuk mencapai hasil yang diinginkan
Arus informasi yang diberikan, berita, penjelasan mekanisme, cara, data,
fakta, pada stakeholders yang memerlukan data dengan akurat dan jelas.
B.7. Peran Strategis Akuntansi dalam Organisasi Keagamaan
Sistem akuntansi bisa memberi informasi yang bermanfaat bagi pihak
internal ataupun pihak eksternal. Pihak manajemen menggunakan informasi
akuntansi dengan tujuan mengalokasikan anggaran yang didapatkan juga
menetapkan nilai ekonomis kegiatan yang dilakukan. Untuk pihak eksternal,
akuntansi dapat dipakai dalam melihat pertanggungjawaban dari anggaran yang
pengurus pura kelola. Fungsi dari informasi akuntansi yang dipakai kemudian
mempengaruhi bagaimana peranan akuntansi yang strategis ketika mengelola
organisasi keagamaan.
Sistem akuntansi dapat berguna dalam hal penyusunan laporan
pertanggungjawaban keuangan yang tepat serta bisa diakui, yang kemudian
dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan dan Umat. Ketika sistem akuntansi
sudah diterapkan dengan baik, adanya pengendalian internal yang bagus
diharapkan. Sehingga pengurus pura tidak melakukan penyimpangan dan
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Di lain itu, sistem akuntansi
juga bisa menolong pura agar kian transparan, akuntabel, dan kian tertata pada
pengelolaan keuangan pura. Agar siklus akuntansi itu dapat dijalankan dengan
lancar, maka sumber daya manusia yang kompeten pada sektor akuntansi serta
cara mengelola keuangan dibutuhkan (Halim dan Kusufi, 2012).

B.8. Dana Punia (sumbangan keagamaan)


Bagian penting dari kepercayaan dan praktik Hindu adalah konsep
hukuman. Dana punia diartikan sebagai pemberian yang baik dan suci yang
dibuat dalam semangat dharma demi melakukan perbuatan baik. Menurut
etimologi kata punia, dana berarti pemberian, dan punia memiliki arti selamat,
baik, bahagia, indah, serta suci. Dana yang disisihkan untuk punia adalah cara
untuk menumbuhkan sradha, atau pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan untuk mengembangkan karakter yang lebih dermawan melalui tindakan
amal.
Makanan (Kanista Dana), pakaian (Madhyama Dana), jasa (Utama Dana),
dan pemberian pengetahuan (Vidya Dana) adalah semua bentuk pemberian dana
punia yang dapat diterima. Dana Punia tidak terbatas pada kompensasi uang,
tetapi dapat dalam bentuk apa pun, tetapi tidak terbatas pada ketulusan dan
keikhlasan.

B.9. Etnometodologi
Istilah etnometodologi adalah triad Yunani yang terdiri dari kata 'etnos',
'metodas', serta 'logos'. 'Etnos' mengacu pada umat manusia, 'Metodas" pada
praktik ilmiah, dan 'Logos' pada pemikiran rasional. Salah satu definisi
etnometodologi adalah studi atau ilmu tentang metode yang dipakai dalam
memeriksa bagaimana individu menciptakan dan memahami kehidupan sehari-
hari mereka, termasuk cara mereka menyelesaikan pekerjaan dalam kehidupan
sehari-hari mereka.
Pendekatan ini merupakan kritik terhadap bias positivis dalam penelitian
sosial karena dianggap bahwa pengetahuan tentang peristiwa sosial saja tidak
cukup untuk membuat generalisasi tentang gejala tanpa mempertimbangkan
karakteristik interior individu. Kesadaran, pandangan, perilaku, interaksi, dan
kebiasaan adalah beberapa hal yang sering dicermati oleh kajian etnometodologi.
Masing-masing faktor tersebut diselidiki, diikuti dengan deskripsi kualitatif yang
menekankan seberapa erat kaitannya dengan subjektivitas. Dalam hal ini,
subjektivitas bergantung pada kemampuan peneliti untuk memahami suatu
situasi dan kemudian bebas untuk mendefinisikannya. Dengan kata lain,
seorang ahli etnometodologi dapat menggambarkan suatu keadaan secara
tertulis berdasarkan apa yang didengar dan dilihatnya
Menurut Kamayanti (2020) penelitian etnometodologi memakai empat
analisis yakni:
1. Tujuan analisis indeksikalitas adalah untuk menguraikan makna
simbolik dari tindakan, gerak tubuh, dan ekspresi wajah yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari. Tahapan analisis refleksifitas akan
memberikan pemahaman yang lebih bernuansa tentang data ini.
2. Tujuan dari analisis refleksivitas adalah untuk menyelidiki makna
tersembunyi dan data simbolik yang biasanya dibagikan oleh para
informan. Peran ahli etnometodologi adalah untuk membangkitkan
minat informan untuk berbicara tentang pemikiran dan proses penalaran
yang mengarah pada pemikiran tersebut.
3. Tugas praktis sehari-hari yang dapat diidentifikasi dan dilaporkan
adalah fokus dari analisis tindakan konseptual. Ekspresi indeksikalitas
muncul dan digunakan secara rasional dalam proses yang dikenal
sebagai tindakan konseptual. Keseluruhan aktivitas dan spesifikasi dari
setiap hasil yang dapat diamati dapat dimintai pertanggungjawaban.
4. Analisis indeksikalitas akan menyajikan informasi simbolik tentang
struktur sosial yang akan memberikan gambaran luas tentang
kehidupan sehari-hari dan kesepakatan informan sebagai anggota
masyarakat. Pembentukan indeksikalitas dapat dipahami dengan
mempertimbangkan hubungan antara indeks dan refleksi. Temuan
simbolik analisis indeksikalitas akan memberikan pandangan sekilas
tentang kehidupan sehari-hari dan norma sosial informan. Bagaimana
indeksikalitas terbentuk dapat dilihat dengan melihat hubungan antara
indeks dan refleksi.
Informasi tentang bagaimana dana punia dikumpulkan dilaporkan akan
disajikan dalam bentuk transkrip dalam penelitian ini, dengan analisis
indeksikalitas. Dengan menggunakan informan simbolik yang didapatkan, akan
dibuat beberapa kesimpulan awal dan kemudian memeriksa kesimpulan tersebut
dengan informan. Setelah informan mengkonfirmasi temuan awal, analisis
refleksivitas dilakukan untuk menguraikan informasi simbolis yang diperoleh
dari wawancara. Analisis tindakan kontekstual akan dipakai dalam
menginterpretasikan makna yang terungkap melalui prosedur analisis
refleksifitas. Studi ini menggunakan analisis tindakan kontekstual untuk
menguji apakah dan bagaimana makna direalisasikan melalui indeks dan
pembenaran rasional yang mendasarinya. Untuk menjelaskan bagaimana
pelaporan dana punia bekerja, pengetahuan akal sehat mengenai struktur sosial
akan dilakukan untuk menjelaskan norma atau aturan apa yang diyakini dan
dilakukan secara kolektif.

C. METODE PENELITIAN,
C.1 Paragdima Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan tahapan yang peneliti lakukan yang
bertujuan dalam mendapatkan informasi atau data juga melaksanakan
penelitan dalam data yang sudah didapatkan metode yang dipakai pada riset ini
yakni metode penelitian diperoleh dengan pendekatan etnometodologi, yaitu
dengan menggambarkan dan menjelaskan tentang Pelaporan Dana Punia pada
Pura Agung Purnasadha Tolai. Menurut Sugiono (2004) bahwa metode
penelitian kualitatif dapat dipakai dalam mengobservasi keadaan objek alamiah
yang mana peneliti sebagai instrument kunci atau teknik pengumpulan data
memiliki sifat induktif sehingga hasil dari penelitian kualitatif ditekankan
makna dibanding generalisasi. Etnometodologi adalah studi tentang bagaimana
orang benar-benar melakukan hal-hal seperti membuat keputusan, bercakap-
cakap, dan sampai pada kesimpulan.

C.2 “Metode Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang memakai pendekatan
etnometodologi yakni riset mengenai metode-metode yang dipakai individu
dalam melaksanakan kegiatan sehari-harinya. Metode etnometodologi
digunakan dalam penelitian ini karena berkaitan dengan tujuan utama dalam
penelitian ini yaitu bagaimana memahami proses-proses yang ada dalam
lingkungan sebuah komunitas yaitu di Pura Agung Purnasadha Tolai.

C.3 Jenis Penelitian


Data subjektif yang dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan
pihak-pihak terkait digunakan untuk penelitian ini. Penekanannya di sini
adalah pada sifat kualitatif penelitian. Dalam penelitian kualitatif, wawancara
dan observasi merupakan sumber data primer, sedangkan dokumen dan data
pelengkap lainnya digunakan bila diperlukan.
C.4 Rancangan Prosedur Penelitian
Daerah atau lokasi riset akan dilaksanakan diartikan dengan lokasi
penelitian. Untuk mendapatkan data penelitian yang terpercaya, peneliti
melakukan percobaan, merekam fenomena, atau meneliti apa yang sebenarnya
terjadi dengan objek yang dipelajarinya. Di Desa Tola, Kecamatan Torue,
Kabupaten Parigi Moutong, peneliti melakukan penelitian.
Orang-orang yang dijadikan informan penelitian memberikan perincian
tentang konteks dan keadaan seputar penelitian. Moleong (2007) Informan
adalah mereka yang memiliki pengetahuan langsung tentang masalah penelitian.
Dalam penelitian ini, informan dipilih berdasarkan kemampuannya dalam
memberikan informasi komprehensif yang relevan dengan penelitian sehingga
hasilnya dapat diverifikasi keakuratannya. Menurut Jurana (2017), hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah pola pikir dan tingkat kesadaran informan
telah berubah akibat dari penelitian tersebut.

C.5 Karma
Agama Hindu memiliki ajaran Karma Phala sebagai Hukum Sebab Akibat.
Karma (perbuatan) sebagai sebab, phala (hasil) sebagai akibat. Karma Phala
diyakini sebagai hukum sebab akibat oleh umat beragama Hindu. Berdasarkan
atas hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa :
1. Karma Phala termasuk ajaran Panca Sradha. Keyakinan Hindu pada
Karma Phala adalah prinsip utama ketiga mereka. Karma seseorang
adalah akibat langsung dari tindakannya, baik atau buruk.
2. Bagian-bagian Karma Phala yaitu :
a. Kurangnya penerimaan penuh atas tindakan masa lalu seseorang,
atau Sancita Karma Phala, menanam benih untuk hasil yang tidak
menguntungkan dalam kehidupan seseorang saat ini.
b. Prarabda Karma Phala adalah imbalan dari perlakuan pada
kehidupan saat ini dapat memetik hasilnya, atas karma yang dibuat
saat ini.
c. Kriyamana Karma Phala merupakan pahala dari yang dilakukan
sekarang kemudian didapatkan dalam kehidupan mendatang pada
kelahiran berikutnya.
3. Usaha mematuhi ajaran Karma Phala selaku Hukum Sebab Akibat pada
Agama Hindu bisa dilaksanakan melalui penerapan ajaran Tri Kaya
Parisudha, yakni:
a. Manacika mengajarkan umat beragama Hindu untuk berpikir yang
baik.
b. Wacika mengajarkan umat beragama Hindu untuk berkata yang baik.
c. Kayika mengajarkan umat beragama Hindu untuk berbuat yang baik
Usaha mematuhi ajaran Karma Phala selaku Hukum Sebab Akibat pada
Agama Hindu bisa dilaksanakan melalui penerapan ajaran Tri Kaya Parisudha.
Menurut Kemenuh (2019) Tri Kaya Parisudha adalah pelajaran yang amat luhur
megajarkan umat Hindu untukberpikir, berkata, dan berbuat yang baik. Kitab
Sārasamuccaya sloka 77 menyebutkan bahwa :
Kāyena manasā vācā yadabhiksnam niṣevyate,
tadevāpaharatyenam tasmāt kalyāṇ amācaret. Apan ikang
kinatahwan ikang wwang, kolahanya,kangenangênanya,
kocapanya, ya juga bwat umalap ikang wwang, jênêk
katahwan irika wih, matangnyan ikang hayu atika
ngabhyas an, ring kāya, wāk, manah. (Sārasamuccaya, 77)

Terjemahan :
Sebab yang membuat orang dikenal, adalah perbuatannya,
pikirannya, ucapan-ucapannya; hal itulah yang sangat
menarik perhatian orang, untuk mengetahui kepribadian
seseorang; oleh karena itu hendaklah yang baik itu selalu
dibiasakan dalam laksana, perkataan, dan pikiran (Kajeng,
2010:67-68).

Dari penjabaran itu bisa diambil kesimpulkan jika bagaimana karma dapat
menahan hawa nafsu seseorang untuk tidak berbuat penyelewengan dalam
tugasnya dalam hal ini sebagai pengurus pengempon pura agung purnasadha
Tolai adalah ketika seorang individu yang mengemban amanat dari
umat/masyarakat, memahami ajaran agama dalam hal ini karma, beliau pasti
akan segan untuk berbuat hal-hal yang tidak benar seperti korupsi uang umat,
tetapi kalau individunya sudah tidak memahami dan bahkan tidak peduli akan
karma pasti melakukan perbuatan yang tidak baik dalam profesinya sebagai
pengurus umat. Pengimplementasian karma berkerja tidak bisa di lihat secara
langsung , sebagai Hindu mengenal ada 3 buah dari karma, bisa saja individu
tersebut saat ini berbuat tidak baik dengan korupsi tapi hidupnya baik-baik
saja, tidak pernah mendapatkan musibah ataupun celaka. Karena ada karma
baiknya mungkin di masa lalu, tapi secara hukum karma apapun perbuatanya
pasti akan membuahkan hasil, dan itu kepercayaan mutlak dalam hindu yang
tertuang dalam panca sradha.
Tabel 1
Daftar Nama Informan Kunci
No Nama Jabatan
1 I Ketut Karya Ketua pengempon
2 I Komang Harmoniasa Bendahara pengempon
3 Drs. I Nyoman Sudimantra Sekretaris pengempon
4 Gede Budasana Perwakilan Umat
Sumber: diolah kembali 2022

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Proses analisis data dengan metode etnometodologi yaitu, yaitu analisis
indeksikalitas, refleksivitas, konseptual, dan penyajian common sense knowledge
of social struktur, menemukan praktik pelaporan dana punia yang dilakukan oleh
pengelola Pura Agung Purnasadha Tolai, sebagai berikut:

D.1 Pelaporan Dana Punia Dilakukan Melalui Upacara Piodalan


Piodalan adalah upacara keagamaan yang memperingati berdirinya sebuah
situs suci. Akar kata "piodalan" adalah "wedal", yang artinya "keluar" atau
"dilahirkan". Oleh karena itu, seperti halnya pesta ulang tahun, pada saat
upacara piodalan di pura atau bangunan suci, diperlakukan seolah-olah benar-
benar lahir. Dengan kata lain, piodalan adalah festival Hindu untuk
menghormati pendirian situs suci. Penyampaian informasi keuangan atau dana
punia yang dilakukan pada saat upacara piodalan yang disampaikan oleh ketua
pengempon (pengelola pura) dengan menggunakan alat pengeras suara, agar
terdengar oleh semua orang yang hadir. Ia menyampaikan jumlah keseluruhan
dana dari pemasukan dan pengeluaran pura.
Berdasarkan pernyataan ketua dan Pura Agung Purnasadha Tolai,
penyampaian informasi keuangan dalam Pura yaitu dengan cara
mengumumkan pemasukan dan pengeluaran pada saat upacara piodalan
namun hanya secara global. Sistem pencatatan yang dilakukan tidak pernah
dipermasalahkan oleh umat, karena yang terpenting hanyalah tersalurkannya
informasi keuangan yang mudah dimengerti dan diterima oleh umat. Proses
pencatatan laporan pertanggungjawaban dalam Pura dibuat setiap akhir
kegiatan. Laporan tersebut berisi biaya-biaya yang dikeluarkan dalam satu
kegiatan

D.2 Pelaporan Dana Punia dilakukan Melalui Rapat Pengerampungan


Penyampaian informasi keuangan dalam Pura Agung Purnasadha Tolai
bukan hanya dilakukan pada saat upacara piodalan saja. Informasi tersebut
juga disampaikan saat rapat pengerampungan yang diadakan setiap 6 bulan
sekali. Rapat pengerampungan dilaksanakan di Pura Agung Purnasadha Tolai
yang dihadiri oleh pengurus dan umat/masyarakat Hindu. Tujuan diadakannya
rapat pengerampungan yaitu untuk membahas dan mengevaluasi pelaksanaan
program kerja serta tugas kepengurusan lainnya, dan untuk menyampaikan
informasi serta menyelesaikan sebuah persoalan yang diselesaikan melalui
musyawarah serta kekeluargaan.
Pelaksanaan rapat pengerampungan yang dipimpin oleh ketua. Informasi
keuangan disampaikan oleh bendahara, dimana sebelumnya bendahara telah
membagikan copian laporan pertanggungjawaban kepada umat/masyarakat
yang berisi rincian dari pemasukan dan pengeluaran di setiap kegiatan yang
dilaksanakan dalam pura. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh seorang
umat bahwa Bapak ketua Pura Agung Purnasadha Tolai memberikan beberapa
penyampaian, kemudian laporan dana punia disampaikan oleh bendahara
dengan membagikan hard copy laporan pertanggungjawaban yang berisi jumlah
uang satu persatu tentang pemasukan dan pengeluaran kepada
umat/masyarakat. Cara yang dilakukan agar umat mudah mengerti dan
memahami tentang laporan pertanggungjawaban yang ada. Hal tersebut
dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama antara umat dan pengurus yang
dilaksanakan secara kekeluargaan karena mengingat Pura Agung Purnasadha
Tolai adalah milik kita bersama.
Laporan tersebut berisi pemasukan, pengeluaran, total keseluruhan dana
yang diperoleh maupun dana yang dikeluarkan. Salah satu contoh seperti yang
tertulis yaitu total dari "pemasukan iuran purnamaning kapat", bendahara
menuliskan total keseluruhan dari juran purnamaning kapat, dimana iuran
tersebut diperoleh dari umat/masyarakat. Iuran yang diberikan oleh
umat/masyarakat selalu ditulis dalam bentuk catatan-catatan kecil oleh
bendahara yaitu dengan menuliskan nama beserta jumlah uang yang diberikan.
Oleh karena itu, penyampaian informasi keuangan yang dilakukan pada saat
rapat pengerampungan lebih rinci dan jelas. Penyampaian informasi keuangan
dalam Pura dilaksanakan pada saat Rapat pengerampungan, seperti gambar
berikut ini:
Gambar 1. Laporan Pertanggungjawaban Pura Agung Purnasadha Tolai
D.3 Filosofi Dana Punia Memberi Untuk Kembali
Dana punia mengajarkan kepada orang-orang bagaimana menjalani
kehidupan sebagaimana adanya dan mengabdikan diri sepenuhnya kepada
Tuhan dalam keadaan apa pun. Jika mempraktikkan dana punia karena
pengabdian kepada Tuhan, Tuhan akan memenuhi kebutuhan kita dan menjaga
harta benda kita, meskipun spesifiknya akan berbeda-beda tergantung pada
karma seseorang dan ketulusan yang kita berikan. Donasi dalam jumlah berapa
pun akan dianggap sebagai yajna yajna utama jika dilakukan dengan itikad
baik. Dana punia seharusnya tak ada ketakutan. Pembagian dan
penghimpunan dana punia juga mengikuti dasar-dasar yang ditetapkan dalam
sastra. Waktu pemberian sangat penting (beberapa orang percaya bulan
purnama sangat tepat untuk memberikan punia).
Memberi kepada mereka yang membutuhkan sangat terkait secara intrinsik
dengan keyakinan agama sehingga tidak lagi menjadi kebenaran yang dapat
diperdebatkan dari perspektif agama. "Tidak ada makan siang gratis" di dunia
sekarang ini, salah satu ciri aliran pemikiran manusia adalah melihat sesuatu
dengan pendekatan rasional, bahkan sampai menggunakan rumus hukum
sebab akibat dan menghitung untung atau rugi.
Melihat kecenderungan saat ini yang seringkali membuat umat manusia
tidak terbiasa dengan sikap dan tindakan memberi, hal ini menjadi fenomena
yang memerlukan proses perenungan untuk menengok makna dan fungsi
sebenarnya dari nilai-nilai yang terkandung dalam sikap dan tindakan
kedermawanan. Begitu juga halnya dengan danaa punia seseorang yang
memberikan punia baik dalam bentuk uang maupun benda, bahkan punia
dalam beentuk kepedulian dengan hati yang tulus iklhas pasti paham dan
percaya akan hukum sebab akibat, oleh karena itu seseorang seperti itu tidak
pernah memandang besar kecil apa yang bisa ia berikan tetapi seberapa iklas ia
untuk memberi karean ia percaya apa yang ia beri pasti akan kembali
kepadanya dalam bentuk yang tidak diketahui.
Mempelajari alam adalah sumber yang menarik untuk introspeksi dan
refleksi yang dapat membantu seseorang sampai pada pemahaman yang
mendalam dan berbudi luhur tentang tindakan memberi. Air adalah materi yang
memiliki tujuan dan memiliki arti penting bagi kehidupan manusia, tetapi juga
memiliki peran penting dalam siklus kehidupan alam semesta. Setiap pagi, saat
matahari memanaskan bumi, ia menguapkan air dari sungai, danau, dan
samudra, yang semuanya akhirnya mengembun menjadi awan dan jatuh
kembali ke tanah sebagai hujan.
Bentang alam berhutan dan pepohonan dengan banyak air memberikan lebih
banyak uap air ke matahari yang mengembun menjadi lebih banyak awan,
kemudian menghasilkan lebih banyak hujan di area tersebut. Sebaliknya,
lanskap gurun yang gersang hanya memiliki sedikit air dan pepohonan di sana
menghasilkan uap air yang sangat sedikit, sehingga jumlah hujan yang turun di
sana juga terbatas. Inspirasi dari sebagaimana adanya, hukum sebab dan akibat
universal mengajarkan kita bahwa hukum memberi dan menerima terkait erat
dengan nasib umat manusia dalam memahami arti kemurahan hati.

E.“PENUTUP
E.1. Kesimpulan”
Dapat disimpulkan bahwa, proses pelaporan dana punia Pura merupakan
sebuah pelayanan kepada Tuhan dan sesama umat Tuhan. Menjaga
kepercayaan umat atau masyarakat terhadap pengelolaan sumber daya dalam
Pura merupakan suatu hal yang mendorong untuk melakukan proses pelaporan
dana punia agar terlahir hasil yang maksimal serta dapat dipahami oleh umat.
Pura Agung Purnasadha Tolai dalam menjalankan tugas kepengurusan
berdasarkan pedoman yang disebut Awig-awig, dimana hal tersebut menjadi
sebuah ketentuan yang mengendalikan tata krama perilaku hidup
bermasyarakat yang dibuat oleh Krama Desa yang bersifat mengikat digunakan
pedoman bagi pengurus Pura Agung Purnasadha Tolai dalam menjalankan
kewajibannya maupun bagi umat atau masyarakat. Proses pelaporan dana
punia juga tak lepas dari aturan yang mengikat sistem dan prosedur di
dalamnya.
Adapun bentuk dari proses pelaporan dana punia Pura Agung Purnasadha
Tolai Desa Tolai yaitu: Proses pelaporan dana punia dilakukan melalui upacara
piodalan. Penyampaian informasi keuangan yang berupa pemasukan dan
pengeluaran yang dilakukan secara global. Selanjutnya Proses pelaporan dana
punia yang dilakukan setiap selesai persembahyangan dilaporkan secara global
dan menyebutkan nama serta jumlah uang yang di punia kan. Selanjutnya
Proses pelaporan keuangan dilakukan melalui rapat pengerampungan.
Selanjutnya, pelaporan yang dilakukan disaksikan oleh umat. Dalam proses
pelaksanaan penyampaian informasi keuangan dalam Pura mengutamakan
saksi yang dilakukan oleh umat/masyarakat di Desa Tolai.

E.2. Saran
E.2.1 Bagi Pura
Peneliti mengharapkan kepada umat dan pengurus Pura Agung Purnasadha
Tolai Desa Tolai untuk saling mendukung dalam pelaksanaan seluruh kegiatan
dalam Pura, termasuk dalam proses pelaporan keuangan dana punia Pura.
Kemudian, diharap agar lebih banyak memberi pelatihan-pelatihan dalam
pencatatan laporan keuangan kepada para pemegang keuangan, mengingat
sebagian besar dari mereka bukan berasal dari latar belakang pendidikan
keuangan.

E.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya


Peneliti diharapkan dapat memperpanjang durasi penelitian, termasuk
dalam melakukan pendekatan pada informan, sehingga informan akan lebih
terbuka dalam mengemukakan pendapatnya. Kemudian, disarankan juga agar
lebih mendalami penelitian..

E.3 Keterbatasan Penelitian


Masalah dan kendala yang terjadi selama melakukan penelitian tentunya
adalah sesuatu yang tak bisa dihindari. Dengan demikian, masalah dan kendala
tersebut peneliti tuangkan sebagai keterbatasan penelitian ini untuk dapat
dijadikan pertimbangan bagi para pembaca penelitian ini. Adapun masalah dan
kendala tersebut adalah sebagai berikut:

E.3.1 Kendala waktu menjadi salah satu masalah penulis dalam penelitian ini,
karena ada beberapa informan yang bekerja di beberapa bidang sehingga
sangat sulit untuk menemuinya. Tentunya ini menjadi kendala dalam
proses wawancara.
E.3.2 Waktu penelitian selama sebulan lebih, sehingga masih banyak informasi
yang perlu didalami terkait obyek penelitian.

E.4 Ucapan Terimakasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang banyak
memberikan dukungan dan kasih sayang yang tulus kepada penulis. Rasa terima
kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktunya dalam membimbing juga memberikan saran kepada penulis demi
terselesaikannya penelitian ini. Serta rasa terima kasih pula kepada Bapak dan Ibu
dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Tadulako yang telah banyak
membagikan ilmu yang bermanfaat selama proses perkuliahan. Rasa terima kasih
sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang sudah terlibat dan banyak
membantu hingga terselesaikannya penelitian ini
Daftar Pustaka

Bastian, Indra. (2010). Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar Edisi Ketiga.
Penerbit Erlangga Jakarta

Halim. 2012 Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Keempat.


Penerbit Salemba Empat. Jakarta

Jurana. 2017. "Pembebasan Mindset Akuntan Pendidik Melalui Pembelajaran


Filsafat Ilmu dan Spiritual". Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Vol.
8, No. 1, hlm: 107-125

Krina, Loina Lalolo. (2003). Indikator & Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas,
Transparansi & Partisipasi. Jakarta: Sekretariat Good Public
Governance Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Lukito, Penny, Kusumastuti, (2014), Membumikan Transparansi Dan


Akuntabilitas Kinerja Sektor Publik Tantangan Demokrasi KeDepan.
PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta

Mardiasmo (2009). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Masmudi. (2003).  Laporan Keuangan Sector Public, Antara Konsep Dan Praktek.


Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Sector Public, Volume 3 No. 1

Moleong, L. J. 2007. Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya


Nickels, Wiliam G., McHugh, James M., McHugh, Susan M.
(2009).PengantarBisnis – Understanding Business.Buku 1. Edisi
Kedelapan. Salemba Empat. Jakarta

Rajab, Wahyudin. (2009). Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan.


Jakarta EGC

Raya, Maria Kurniati Gedi. 2017. "Evaluasi Implementasi Pelaporan Keuangan


Sebagai Bentuk Akuntabilitas Organisasi Keagamaan." Jurnal of
Accounting & Management Innovation. Vol.1 No. 1

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta

Zamrana, A. (2010). Stewardship Theory. http://www.conceptaccounting.blog


spot.com.

Anda mungkin juga menyukai