Anda di halaman 1dari 14

( UTS )

PENDIDIKAN PANCASILA

OLEH :

Nama : Umi A. KARIM


Kelas : 1-C Akuntansi
Npm : 02272211092

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
MALUKU UTARA
2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang “ Membawa pancasila dalam suatu
definisi akuntansi “

Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada diri saya sendiri yang telah semanagat
dalam penyusunan karya ilmiah ini

Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, saya dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

saya berharap semoga karya ilmiah yang saya susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.
DAFTAR ISI
JUDUL………………………………………………………………………………………….I

KATA PENGGANTAR………………………………………………………………………..II

DAFTAR ISI………………………………………………………………..............................III

BAB I.

ABSTRAK………………………………………………………………………………………1.1

LATAR BELKANG/PENDAHULUAN………………………………………………………..1.2

BAB II .

ISI/PEMBAHASAN…………………………………………………………………………….2.1

a.) DEFINISI AKUNTANSI BERDASARKAN SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA.

b.) KONSEP FILOSOFI AKUNTANSI KE-INDONESIA-AN BERWAWASAN


HILOSTIK-EKOLOGIS.

c.) IMPLEMENTASI DALAM AKUNTANSI.

BAB III.

KESIMPULAN……………………………………………………………………………….3.1
Bab I

A. ABSTRAK

Membawa Pancasila dalam Suatu Definisi Akuntansi Tujuandari penelitian ini adalah membuat
definisi akuntansi baru berdasar-kan pada nilai-nilai Pancasila. Adapun dalam membuat definisi
penulismenggunakan metode kualitatif yang bersandar pada paradigma posmo-dernisme dalam
sudut pandang Pancasila. Penelitian ini menghasilkan konsep definisi akuntansi berdasarkan
masing-masing sila Pancasila dandiformulasikan menjadi satu definisi baru. Adapun definisi
akuntansiberdasarkan perspektif Pancasila adalah pertanggungjawaban manusia kepada Tuhan
melalui pemanusiaan manusia, semangat persaudaraan,pengangkatan derajat rakyat, serta
penyeimbangan kebutuhan jasmani dan rohani manusia dalam hal aktivitas keuangan.
1.1 LATARA BELAKANG/PENDAHULUAN

Definisi Akuntansi, Pancasila, Posmodernisme, Budaya,Masyarakat, Aktivitas keuangan.Definisi


merupakan dasar bagi manusia dalam berperilaku. Dalam kaitannya dalam bidang akuntansi,
definisi merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan dasar pemikiran serta pandangan
tentang arah dan kebijakan dari akuntansi itu sendiri baik dari segi pembuat standar ataupun dari
segi penggunanya (Sawarjuwono 2012:21).Dasar dari akuntansi merupakan cerminan dari
kondisi masyarakat suatu wilayah. Jikamasyarakat memiliki budaya yang bercorak dengan unsur
kapitalisme, maka dengan sendirinya akuntansi akan bersifat kapita-lisme pula. Hal ini
digambarkan dalam Ha-rahap (2013:384) dalam Gambar 1.Penggambaran konsep akuntansi
tersebut mengasumsikan adanya pemikiran hubungan searah antara kondisi dalam masyarakat
dengan penerapannya dalam bidang akuntansi. Tampaknya hal ini tidak berlaku bagi kondisi
akuntansi di Indonesia.Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia memiliki sebuah ideologi yang
disebut dengan Pancasila, jauh dari nilai-nilai kapita-lisme (Mubyarto 1987:54, Gunadi
1995:173).Anehnya, pada tingkat sistem ekonomi dan khususnya dalam dunia akuntansi sendiri
corak kapitalisme sangat kental, baik dalam tingkat teori maupun tingkat praktis. Kama yanti
(2012) dalam percakapan dia logis dengan mahasiswa juga mengatakan bahwa akuntansi saat ini
sudah jauh dari nilai-nilai etis bangsa Indonesia.Pengadopsian akuntansi yang berdasarkan
dengan unsur kapitalisme sangat menekankan pada unsur pemeliharaan kekuasaan. Harahap
(2013:4) menggambar-kan akuntansi adalah kapitalisme sebagai alat.

Bab II

2.1 ISI/PEMBAHASAN
a.) Definisi akuntansi berdasarkan sila Ketuhanan yang Maha Esa.
Sebagai sebuah alat, akuntansi tidak lepas dari suatu perkembangan peradaban. Akuntansi tidak
hanya memiliki nilai yang statis,namun mengalami perubahan yang bersifat dinamis mengikuti
perkembangan jaman.Berkaca dari pendapat Mulawarman (2013:153) yang menyatakan bahwa
perkembangan teknologi, tanah, pangan dan energi yangberujung pada terbentuknya nilai
kapitalisme, disadari atau tidak secara langsung akuntansi terbawa dalam arus peradaban
manusia. Inilah yang menjadi realitas dari akuntansi saat ini, yang lebih memfokuskan diri
kepada unsur fisik semata daripada nilai Ketuhanan.Konsep akuntansi modern yang dibuat oleh
Luca Pacioli sebenarnya sudah mencerminkan adanya keterkaitan antara akuntansi dengan
agama Penggunaan kalimat In TheName Of God sebagai pembuka pada laoran keuangan yang
digagas olehnya (Kamayanti,2012) menunjukkan adanya nilai Ketuhanan dalam Rahim
akuntansi.
Dalam perspektif lain, profesi Luca Pacioli sebagai seorang biarawan (Kamayanti 2012;
Harahap 2012:32; Sukoharsono 2012:459) menunjukkan adanya keinginan untuk
menggabungkan pemikiran antara akuntansi itu sendiri dengan pertanggungjawaban Kepada
Tuhan agama.Memang, terdapat juga pihak yang meragukan kehadiran Luca Pacioli sebagai
pelopor terbentuknya akuntansi modern.Hal ini terdapat dalam pernyataan Harahap (2012:37-41)
dan Kamayanti (2012) yang mengklaim bahwa akuntansi yang dibawakan oleh Pacioli sudah
dipraktekkan oleh bangsa Arab mulai abad 9 M. Sedangkan Triyuwono (2012:22-23)
berpendapat bahwa teknik akuntansi modern berasal dari kebudayaan Spanyol yang pada waktu
itu merupakan negara Muslim dan pusat perkembangan teknologi di Eropa. Terlepas dari adanya
perbedaan perspektif pelopor,bagi penulis terdapat kesamaan nilai yang dibawakan yaitu
kandungan agama dalam
diri akuntansi itu sendiri.Adapun untuk mewujudkan akuntansiyang mendekatkan hubungan
manusia kepada Tuhan, maka Triyuwono (2006b) mengusulkan konsep akuntansi yang berbasis
kepada semangat manunggaling KawuloGusti.
Pemahaman ini terinsipirasi dari ajaran Syekh Siti Jenar yang beranggapan bahwa segala
sesuatu berasal dari Tuhan dan kembali kepada Tuhan, seperti yang diungkapkan oleh Djaya
dalam Triyuwono (2012:368)dalam kutipan berikut ini: Ajaran sangkan paraning dumadiyang
berarti pangkal atau mula dan arah tujuan semua kejadian,menggambarkan suatu (filsafat)proses,
kesinambungan awal-akhir, bagaimana permulaannya dan juga kesudahannya. Hal itu
menumbuhkan pemahaman manunggaling KawuloGusti.Konsep manunggaling Kawulo-Gusti
sendiri sebenarnya bukan hanya diajarkan oleh satu agama semata. Dalam Al-quran terdapat ayat
innaa Iilahi wa inna ilahi raajiuum (Surah Al-Baqarah ayat 156) yang memiliki pengertian bahwa
segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan akan kembali kepada Tuhan.
Sedangkan dalam Alkitab terdapat ayat debu kembali menjadi tanah seperti semula dan
roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya (Pengkhotbah 12:7) yang memiliki makna
bahwa hakekat manusia sebenarnya berasal dari Tuhan. Sedangkan masyarakat India mengenal
istilah Yoga untuk memberikan pengertian yang sama (Triyuwono 2006b). Ini menandakan
dalam agama apapun tujuan konsep manusia sebagai ciptaan Tuhan pada akhirnya akan kembali
kepada Tuhan untuk bersatu dengan-Nya.Berkaca dalam proses manunggaling KawuloGusti
dalam akuntansi, kerendahan hati manusia tentunya sangat diperlukan untuk dapat menyatu
dengan Tuhan.Tidaklah mungkin manusia dapat menyatu dengan Tuhan jika masih
menggunakan pemikiran yang bersifat egois dan rasional.Sikap kerendahan hati inilah yang
memungkinkan manusia untuk membuka cakrawala pemikiran yang bersifat irasional dan
spiritual. Akuntansi spiritual hadir sebagai sarana untuk mewujudkan sikap kerendahan hati
manusia. Melalui akuntansi yang berbasis pada nilai spiritual, manusia diajarkan untuk semakin
menyadari bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa dalam kehidupan. Namun, pemaknaan akuntansi
yang berbasis kepada nilai spiritual juga harus mengalami perubahan terlebih dahulu. Jika
akuntansi.
Definisi merupakan dasar bagi manusia dalam berperilaku. Dalam kaitannya dalam
bidang akuntansi, definisi merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan dasar
pemikiran serta pandangan tentang arah dan kebijakan dari akuntansi itu sendiri baik dari segi
pembuat standar ataupun dari segi pengguna dari akuntansi itu sendiri. Adapun jika melihat
definisi akuntansi yang selama ini menjadi konsep pengembangan akuntansi di Indonesia,
sangat terlihat jelas bahwa akuntansi hanya dimaknai sebagai proses bisnis semata. Sedangkan
nilai-nilai non materi yang menjadi karakteristik manusia humanis tidak terdapat dalam cakupan
definisi tersebut. Hal ini berdampak pada pengembangan konsep akuntansi yang hanya
mengakomodasi kepentingan investor dan para pemilik modal.
Sedangkan masyarakat kalangan menengah ke bawah justru dianggap sebagai
beban.Penelitian ini mencoba untuk menggali lebih dalam definisi akuntansi dalam perspektif
Pancasila. Sila-sila yang terdapat dalam Pancasila merupakan upaya untuk menangkal serangan
imperialisme yang notabene merupakan buah dari kapitalisme itu sendiri. Nilai-nilai Pancasila
yang merupakan wujud dari hubungan pertanggungjawaban manusia terhadap Tuhan dan sesama
mampu menghasilkan suatu pribadi humanis sehingga tidak hanya berorientasi kepada pemikiran
pribadi dan rasional semata namun mampu melihat unsur-unsur sosial yang merupakan
pandangan yang bertentangan dengan nilai kapitalisme itu sendiri.
Oleh karena itu, definisi akuntansi juga harus mengikuti nilai-nilai dalam Pancasila sehingga
dapat terwujud akuntansi yang tidak memikirkan nilai egoisme semata, namun juga
mengakomodir seluruh kepentingan rakyat dan juga Tuhan.
 Konsep Filosofis Akuntansi Ke-Indonesia-an Berwawasan Holistik-Ekologis.
Konstruksi ilmu akuntansi perlu dilakukan dengan menggunakan pendekatan holistik.
Pendekatan holistik dalam ranah akuntansi telah dilakukan oleh beberapa peneliti, salah satunya
adalah Darwis (2007). Saat itu, Darwis (2007) mengusulkan pendeketan holistik yang
berdimensi Spritual, Ekologi, Ekonomi, dan Sosial (SPEC-ECOSI). Beliau menjelaskan bahwa
di dalam akuntansi sebenar-nya terjadi proses saling ketergantungan di masing-masing dimensi
tersebut. Lebih jauh, pandangan ini juga ingin mensinergikan antara dimensi, orientasi,
kepentingan ekologi, sosial, dan ekonomi yang dijiwai oleh nilai-nilai serta orientasi spiritual
dalam pengelolaan sumber daya.
Menurut Capra (2002) (Lihat juga Soemarwoto, 2004; dan Zohar dan Marshall, 2005)
pandangan holistik adalah pandangan yang melihat suatu objek sebagai suatu keseluruhan
fungsional yang saling bergantung secara keseluruhan.Pendekatan holistik juga akan melihat
kehidupan non manusia (Darwis, 2007), sehingga penelitian ini akan berusaha meneropong sisi
ekologis. Pandangan ekologis disini mencakup pandangan holistik, tetapi menambahkan persepsi
tentang bagaimana suatu objek tersebut berada dalam lingkungan alamiah dan sosialnya. Dengan
demikian pandangan holistik-ekologis disini adalah suatu cara pandang yang mengakui adanya
nilai yang melekat pada kehidupan non manusia. Lebih jauh, dengan meminjam pendapat Capra
(2002) mengenai tiga dalil deepecology-nya kita dapat memahami lebih jauh mengenai konsep
ekologis ini. Pertama, deep ecology tidak memisahkan manusia atau apapun dari lingkungan
alamiah. Kedua, deep ecology mengakui nilai intrinsik semua makhluk hidup dan memandang
manusia tidak lebih dari satu untaian dalam jaringan kehidupan. Ketiga, kesadaran deep ecology
adalah kesadaran akan nilai spiritual atau religious.
Akuntansi sebagai Ilmu.Menurut Anshari (1981) ilmu adalah usaha pemahaman manusia
yang disusun dalam suatu sistem mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan
hukum-hukum tentang hal ihwal yang diselidiki (alam, manusia dan agama) sejauh yang dapat
dijangkau daya pikiran yang dibantu pengindraan manusia itu, yang kebenarannya diuji secara
empiris, riset dan eksperimental. Sedangkan Suriasumantri (1999) mendefinisikan ilmu sebagai
suatu pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alam tersebut tidak lagi
menjadi misteri. Untuk menjelaskan rahasia alam, ilmu menafsirkan realiatas objek penjelajahan
sebagaimana adanya (das sain) yang terbatas pada segenap nilai yang bersifat praduga apakah
nilai itu bersumber dari moral, idiologi, atau kepercayaan atau dengan perkataan lain secara
metafisis ilmu harus bebas dari nilai. Suriasumantri (1999) menjelaskan bahwa terdapat beberapa
kriteria untuk menguji validitas pernyataan-pernyataan sebagai perangkat pengetahuan agar
dapat disebut sebagai ilmu, yaitu:
a) koherensi, seperangkat pernyataan-pernyataan diturunkan secara logis atau bernalar dari
asumsi atau premis yang mendasarinya.
b) korespondensi, menentukan apakah konklusi yang diturunkan dari teori yang mendasarinya
didukung oleh fakta empiris di dunia nyata.
c) keterujian, menghendaki terdapatnya metode yang cukup meyakinkan untuk menguji teori,
dan
d) universal, merupakan kriteria untuk menentukan apakah pernyataan-pernyataan (teori) mampu
untuk mencakupi dan menjelaskan semua fakta yang berkaitan dengan fenomena yang dibahas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah suatu cabang pengetahuan yang bertujuan
untuk mendapatkan kebenaran atau validitas penjelasan tentang suatu fenomena dengan
menerapkan metode ilmiah. Hasil akhir dari ilmu merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan
beserta argumen-argumen sebagai penjelasan yang telah valid dan secara keseluruhan
membentuk teori.
Suwardjono (2005), menyatakan bahwa teori diajukan semata-mata untuk mendapatkan
penjelasan yang valid tenteng suatu fenomena dan bukan untuk mencapai tujuan sosial,
ekonomik atau politik tertentu atau untuk menjustifikasi suatu kebijakan atau untuk
mempengaruhi perilaku. Maka jika akuntansi dipandang sebagai ilmu maka akuntansi akan
banyak membahas gejala akuntansi seperti mengapa perusahaan memilih metode akuntansi
tertentu, faktor-faktor apa yang mendorong manajemen memanipulasi laba, dan apakah
partisipasi dalam penyusunan anggaran mempengaruhi kinerja manajer divisi. Tujuan akuntansi
adalah menghasilkan atau menemukan prinsip-prinsip umum untuk menjustifikasi kebijakan
dalam rangka pencapai tujuan tertentu (tujuan pelaporan keuangan) bukan untuk mendapatkan
kebenaran penjelasan (teori). Prinsip-prinsip umum tersebut dicari untuk menjadi dasar penentu
standar, metoda, atau teknik yang diharapkan bermanfaat untuk mempengaruhi atau
memperbaiki praktik.
Karena kebermanfaatan menjadi pertimbangan utama, akuntansi tidak dapat bebas nilai
karena faktor lingkungan harus dipertimbangkan. Pertimbangan dalam ilmu dibimbing oleh
metode ilmiah sementara pertimbangan akuntansi dibimbing oleh kebermanfaatan dalam
mencapai tujuan ekonomik sehingga prinsip umum dalam akuntansi (termasuk asumsi) tidak
harus dapat diuji validitasnya. Namun demikian penurunan prinsip umum dalam akuntansi masih
tetap memenuhi kriteria koherensi. Artinya prinsip akuntansi diturunkan secara logis atas dasar
asumsi atau premis yang disepakati sebagai prinsip penalaran. Suwardjono(2005) menyimpulkan
bahwa akuntansi bukan ilmu, namun demikian bukan berarti bahwa akuntansi tidak ilmiah.
Dalam proses pemahaman.
 Implementasi pancasila dalam akutansi
Salah satu karakter yang wajib dimiliki oleh seorang akuntan adalah kejujuran dalam bertindak
serta berperilaku. Tidak sedikit peluang yang ada untuk melakukan kecurangan dengan
melakukan pemalsuan data dalam membuat laporan keuangan yang dilakukan sendiri atau
bahkan kerja sama antar beberapa orang demi mencapai kepuasan kelompok tertentu. Diperlukan
kesadaran diri seorang akuntan terhadap tindak kecurangan karena dalam membuat laporan
keuangan, seorang akuntan mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya tidak hanya di
hadapan manusia namun juga di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan Pancasila
pertama, seorang akuntan mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya kepada Tuhan Yang
Maha Esa, kebenaran atau kecurangan yang diperbuat oleh seorang akuntan akan dicatat sebagai
amal baik ataupun amal buruk oleh-Nya. Hal tersebut berkaitan dengan sikap jujur karena dari
kejujuran maka hasil laporan keuangan akan dibuat secara benar. Kejujuran juga termasuk
sebagai nilai Pancasila sila ke-2 dan ke-5. Sila ke-2 memiliki makna yang berarti seorang
akuntan harus berlaku adil, dalam artian tidak boleh berlaku curang untuk mementingkan
keuntungan suatu kelompok sehingga merugikan pihak lain. Sila ke-5 memiliki makna bahwa
seorang akuntan harus turut serta dalam menyejahterakan rakyat melalui profesinya, yaitu
dengan bersikap jujur dalam bekerja.
Pada sila ke-3, penerapan semangat persatuan dan persaudaraan yang dimiliki oleh
seorang akuntan tentu sangat dibutuhkan untuk merekatkan hubungan antar komponen
perusahaan atau aktivitas ekonomi. Melalui semangat persaudaraan, maka kesejahteraan
ekonomi bangsa dan negara akan terwujud.Terdapat juga salah satu tugas akuntan yang terkait
dengan Pancasila pada sila ke-4, yaitu pengambilan keputusan. Pada tugasnya, seorang akuntan
tidak dapat memutuskan sebuah keputusan sepihak, tetapi perlu adanya musyawarah agar
keputusan tidak hanya terfokuskan pada tujuan kepentingan perusahaan besar, tetapi juga pada
usaha-usaha menengah sampai ke usaha kecil. Hal ini dilakukan karena profesi akuntan sebagai
pihak netral dan tidak memihak dalam memberikan informasi mengenai laporan untuk usaha
apapun. Jika tercapainya sikap netral, maka akan dengan sangat mudah terealisasi kesejahteraan
dalam usaha atas keberhasilan dalam mengimplementasikan kebutuhan alokasi anggaran yang
dibutuhkan oleh pengelola usaha.
Sedangkan Akuntansi syari’ah secara bahasa Arab memiliki arti menghitung dan
mengukur. Secara istilah memiliki arti perbuatan seseorang secaraterus-menerus sampai pada
pengadilan akhirat dan melalui timbangan sebagai alat pengukuran serta Tuhan sebagai
akuntannya. Kaidah-kaidah akuntansi syariah memiliki karakteristik khusus yang membedakan
dengan akuntansi konvensional, kaidah akuntansi syariah harus sesuai dengan norma-norma
masyarakat Islami.

Bab III

3.1 KESIMPULAN

Definisi merupakan dasar bagi manusia dalam berperilaku. Dalam kaitannya dalam
bidang akuntansi, definisi merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan dasar
pemikiran serta pandangan tentang arah dan kebijakan dari akuntansi itu sendiri baik dari segi
pembuat standar ataupun dari segi pengguna dari akuntansi itu sendiri. Adapun jika melihat
definisi akuntansi yang selama ini menjadi konsep pengembangan akuntansi di Indonesia, sangat
terlihat jelas bahwa akuntansi hanya dimaknai sebagai proses bisnis semata. Sedangkan nilai-
nilai non materi yang menjadi karakteristik manusia humanis tidak terdapat dalam cakupan
definisi tersebut. Hal ini berdampak pada pengembangan konsep akuntansi yang hanya
mengakomodasi kepentingan investor dan para pemilik modal, sedangkan masyarakat kalangan
menengah ke bawah justru dianggap sebagai beban.Penelitian ini mencoba untuk menggali lebih
dalam definisi akuntansi dalam perspektif Pancasila. Sila-sila yang terdapat dalam Pancasila
merupakan upaya untuk menangkal serangan imperialisme yang notabene merupakan buah dari
kapitalisme itu sendiri. Nilai-nilai Pancasila yang merupakan wujud dari hubungan
pertanggungjawaban manusia terhadap Tuhan dan sesama mampu menghasilkan suatu pribadi
humanis sehingga tidak hanya berorientasi kepada pemikiran pribadi dan rasional semata namun
mampu melihat unsur-unsur sosial yang merupakan pandangan yang bertentangan dengan nilai
kapitalisme itu sendiri.Oleh karena itu, definisi akuntansi juga harus mengikuti nilai-nilai dalam
Pancasila sehingga dapat terwujud akuntansi yang tidak memikirkan nilai egoisme semata,
namun juga mengakomodir seluruh kepentingan rakyat dan juga Tuhan.Adapun berdasarkan
hasil penel.
ilmu atau teknologi yang ditinjau secara filosofi yaitu:
1) Belum adanya definisi akuntansi secara autoritatif, menjadikan penafsiran istilah akuntansi
selalu berbeda-beda yang berdampak pada pendefinisian akuntansi.
2) Definisi akuntansi sebagai seni sekarang ini harus dipermasalahkan, karena kemajuan
teknologi membuat akuntansi harus mengikuti perkembangan teknologi, sehingga pendefinisian
akuntansi sebagai seni tidak layak lagi digunakan di jaman modern seperti sekarang ini.
3) Perdebatan akuntansi sebagai ilmu, perlu terus dikaji sehingga para ahli tidak menjadi ilmuan
yang metodolatri, yang menganggap hanya metodenya saja yang lebih baik atau dengan kata lain
hanya dari sudut pandangnyalah suatu pendapat itu dikatakan benar. Maka agar perkembangan
ilmu pengetahuan agar lebih bermanfaat secara sungguh-sungguh bagi kehidupan umat manusia,
pemikiran seperti itu harus ditinggalkan (Soewardi, 2004), 4) Akuntansi bisa saja dikaji melalui
sain bersifat bebas nilai (value free)atau sain tidak bebas nilai (value bound), hal ini sangat
tergantung dari sikap atau perilaku para akuntan itu sendiri, mau pilih yang mana, 5) dilihat dari
penerapan akuntansi di dalam praktik, akuntansi bisa saja dikatakan sebagai teknologi, karena
akuntansi merupakan alat institusi social untuk menyediakan pedoman pengukuran dan metode
untuk mengendalukan kegiatan dan prilaku penggambilam keputusan ekonomik yang dominan
dalam lingkup organisasi, ataupun lembaga pemerintah ( Negara ).
DAFTAR PUSTAKA

Sitorus. (2015). Membawa Pancasila Dalam Suatu Definisi Akuntansi.


jurnal Akuntansi Multiparadigma, Vol. 6, No. 2: 254-271.

Triyuwono, I. (2012). Akuntansi Syariah: Perspektif, Metodologi, dan Teori(ed. dua).


Jakarta: Rajawali.

Syafe'ie. (2000). Konsep Ilmu Pengeta-huan Dalam Al-Qur’an, Tela’ah dan Pendekatan
Filsafat Ilmu. Yog-yakarta : UII Press.

Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Beberapa Dimensi Akuntansi: Menurut Alquran, Ilahiyah,
Sejarah Islam dan Kini. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 2 No. 2.
hal 44-56.

Ashari, Endang Saefuddin,1981,Ilmu, filsafat dan Agama Penerbit Bina ilmu, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai