Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam
Riau. Jl.kaharuddin Nasution No.113 Perhentian Marpoyan, Pekanbaru, Riau 28284
Email: arhadi15@student.uir.ac.id
ABSTRAK
Koordinasi merupakan suatu usaha kerja sama antar badan, instansi, unit dalam pelaksanaan
tugas-tugas tertentu sedemikian rupa, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan
saling melengkapi. Namun, yang terjadi dalam koordinasi pemerintahan di Indonesia masih
banyak instansi pemerintah yang belum bisa menjalin koordinasi antara satu dengan yang
lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana koordinasi pemerintah
antara Satuan Polsi Pamong Praja dengan Dinas Sosial dan Pemakaman Umum dalam
penanggulangan permasalahan gelandangan dan pengemis di Kota Pekanbaru. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori Koordinasi. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koordinasi pemerintah belum
berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan masih kurangnya koordinasi yang dilakukan dalam
penanggulangan gelandangan dan pengemis. Oleh karena itu disarankan bagi Satuan Polisi
Pamong Praja dan Dinas Sosial untuk menjalin dan meningkatkan hubungan kerja agar
terwujudnya koordinasi pemerintahan yang baik.
ABSTRACT
429
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx
Salah satu persoalan yang muncul Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa
adalah kesenjangan atau ketimpangan yang masih banyak terdapat penduduk yang
semakin besar dalam pembagian pendapatan hidupnya berada di garis kemiskinan,
antara berbagai golongan pendapatan, antara sebagaimana yang kita ketahui bahwa
daerah perkotaan dan pedesaan. Ini berarti penyebab terjadinya permasalahan sosial
juga bahwa pertumbuhan ekonomi yang seperti gelandangan dan pengemis
pesat belum berhasil untuk menanggulangi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
masalah kemiskinan, seperti pengangguran adalah kemiskinan, sehingga ditakutkan
dan masalah sosial ekonomi lainnya, seperti akan menimbulkan dan menjadi penyebab
gelandangan dan pengemis (Muslim, 2013) meningkatnya jumlah gelandangan dan
Fenomena sosial adanya pengemis di Kota Pekanbaru.
gelandangan dan pengemis di kota-kota Kota Pekanbaru memiliki
sudah menjadi pemandagan sehari-hari, Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2008
tidak terkecuali Kota Pekanbaru. yang mengatur tentang ketertiban sosial,
Keberadaan Gelandangan dan Pengemis di yang mana dalam aturan ini memuat aturan
Kota Pekanbaru sangat mudah dijumpai yang melarang melakukan pengemisan di
karena kurangnya penertiban yang dilakukan depan umum dan di tempat umum baik di
oleh Instansi terkait, hal ini mengakibatkan jalan raya, jalur hijau, persimpangan lampu
dampak negatif bagi kota yaitu dapat merah, dan jembatan penyebrangan, dan
mengganggu kenyamanan dan ketentraman juga melarang bagi setiap orang
warga, selain itu juga dapat mengotori memberikan sumbangan dalam bentuk uang
lingkungan. atau barang kepada gelandangan dan
Tabel: Garis Kemiskinan dan Jumlah pengemis di jalan raya, jalur hijau,
Penduduk Miskin di Kota persimpangan lampu merah dan jembatan
Pekanbaru, 2013-2019 penyeberangan atau di tempat-tempat
Tahun Garis Penduduk Miskin umum.
Kemiskinan Jumlah Persen
Hal ini sudah sejalan dengan yang
(Rp) (jiwa) (%)
dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 23
2013 357.200 32.500 3,27
2014 399.451 32.290 3,17 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah,
2015 416.479 33.760 3,27 bahwa Kepala Daerah memiliki tugas
2016 435.082 32.490 3,07 “memelihara ketentraman dan ketertiban
2017 473.788 33.090 3,05 masyarakat”. Selanjutnya pemerintah telah
2018 499.852 31.618 2,85 memberikan wewenang kepada pemerintah
2019 516.368 28.600 2,52 daerah dalam menyelenggarakan urusan
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota daerahnya masing-masing, tak terkecuali
Pekanbaru Tahun 2020
penyelenggaraaan ketentraman dan
ketertiban umum.
430
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx
diserahkan kepada Dinas Sosial untuk hasil yang membuktikan bahwa kinerja dan
diberikan pembinaan, hal ini tidak usaha yang dilakukan benar-benar seperti
memberikan efek jera atau belum efektif yang diminta.
karena masih banyak gelandangan dan Dalam penjelasan sebelumnya dan
pengemis yang masih bisa melakukan berdasarkan pengamatan awal maka penulis
aktivitasnya yaitu kembali berkeliaran di jelaskan beberapa fenomena penelitian
tempat umum atau di jalanan. yaitu:
Penulis juga mengutip berita dari 1. Masih adanya gelandangan dan
(Halloriau.com) bahwa Kepala Dinas Sosial pengemis yang berkeliaran di kota
Kota Pekanbaru Chairani menyampaikan Pekanbaru, contoh yang di dapat
bahwa pihaknya berkoordinasi dengan oleh peneliti adalah gelandangan
Satpol PP Kota Pekanbaru dalam penertiban dan pengemis yang berkeliaran di
Gelandangan dan Pengemis (gepeng). Pasar Pagi Arengka, di Jl. Tuanku
Pihaknya siap menggelar penertiban ketika Tambusai, dan di Jl. HR. Subrantas.
mendapati aktivitas anak jalanan, pengemis 2. Kurangnya komunikasi pemerintah
dan gelandangan yang meresahkan, “ kami yaitu antara Satuan Polisi pamong
koordinasi dengan Satpol PP untuk Praja dengan Dinas Sosial dan
menertibkan. Hal ini sesuai dengan bidang pemakaman Umum dalam
penertiban” ulasnya. penanggulangan permasalahan
Dinas Sosial dan Pemakaman Umum Gelandangan dan Pengemis di Kota
bersama Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pekanbaru.
Pekanbaru dalam penanggulangan 3. Kurang jelasnya pembagian kerja
permasalahan gelandangan dan pengemis, antara Satuan Polisi Pamong Praja
masih terkesan belum mampu, baik dari dengan Dinas Sosial dalam
pelaksanaan teknis, penertiban dan penanggulangan permasalahan
pembinaan, maupun dalam pengawasan dan Gelandangan dan Pengemis di Kota
penindakan. Hal ini dikarenakan masih Pekanbaru.
terkesan lemahnya koordinasi serta 4. Kurang disiplinnya petugas dari
kurangnya solusi dan keseriusan mulai dari Satuan Polisi Pamong Praja saat
kesiapan hingga bentuk nyata penertiban Gelandangan dan
penyelesaiannya. Pengemis maupun petugas dari
Selama ini semua bentuk larangan Dinas Sosial dan Pemakaman
tegas yang tertulis tersebut hanya sebagai Umum dalam melakukan
bentuk peraturan saja namun tindakannya pembinaan bagi Gelandangan dan
tidak mencerminkan dari suatu keberhasilan Pengemis.
dalam penerapan peraturan tersebut.
Pemerintah dalam hal ini terkesan hanya Dari uraian penjelasan di atas penulis
sebatas memenuhi tanggungjawab tanpa ada menyimpulkan bahwa Pemerintahan Daerah
430
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx
Kota Pekanbaru melalui Satuan Polisi diperintah akan jasa-publik dan layanan
Pamong Praja dengan Dinas Sosial dan civil. Lebih lanjut Iver dalam Syafiie
Pemakaman Umum Kota Pekanbaru masih (2013:45) mengartikan pemerintahan itu
harus saling membangun koordinasi dan sebagai suatu organisasi dari orang-orang
bekerja keras khususnya dalam yang mempunyai kekuasaan (government is
penanggulangan permasalahan gelandangan the organization of men under authority).
dan pengemis, sehingga judul yang diambil Menurut Maulidiah dalam (Rauf,
oleh peneliti adalah “Koordinasi Pemerintah 2017) bahwa, Pemerintahan secara umum
antara Satuan Polisi Pamong Praja dengan merupakan suatu organisasi atau lembaga
Dinas Sosial dan Pemakaman Umum dalam yang diberikan legitimasi (keabsahan) oleh
Penanggulangan Permasalahan Gelandangan rakyat sebagai pemegang kedaulatan
dan Pengemis di Kota Pekanbaru”. tertintggi untuk menyelenggarakan tugas-
Penelitian ini bertujuan ntuk mengetahui tugas pemerintahan (kekuasaan negara)
Koordinasi Pemerintah antara Satuan Polisi pada suatu negara, serta dilengkapi dengan
Pamong Praja dengan Dinas Sosial dan alat-alat kelengkapan negara. Sehingga
Pemakaman Umum dalam Penanggulangan dapat diartikan bahwa unsur utama dari
Permasalahan Gelandangan dan Pengemis di suatu pemerintahan tersebut wujudnya
Kota Pekanbaru dan juga untuk mengetahui dalam bentuk bentuk organisasi atau
Hambatan Koordinasi Pemerintah dalam lembaga, organisasi atau lembaga yang
Penanggulangan Permasalahan Gelandangan diberikan legitimasi dalam bentuk
dan Pengemis di Kota Pekanbaru. kewenangan oleh masyarakat melalui suatu
proses pemilihan umum, serta dilengkapai
STUDI KEPUSTAKAAN dengan alat-alat kelengkapan negara
1. Konsep Pemerintahan sebagai unsur pendukung dalam
Secara etimologi kata pemerintahan menyelenggarakan tugas-tugas
berasal dari kata perintah yang kemudian pemerintahan tersebut. Oleh karena itu
mendapat awalan pe- menjadi kata penyelenggaraan pemerintahan tidak lain
pemerintah, sehingga pemerintah berarti adalah menjalankan fungsi legislasi, fungsi
badan atau organ elit yang melakukan eksekutif, dan fungsi yudikatif sesuai
pekerjaan mengurus negara; serta mendapat dengan kewenangan masing-masing
akhiran -an menjadi kata pemerintahan, lembaga yang diatur oleh peraturan
berarti perihal, cara, perbuatan atau urusan perundang-undangan.
dari badan yang berkuasa dan memilih Ndraha (2015:6) menyatakan bahwa
legitimasi. (Rusadi et al., 2019). Pemerintah adalah orang yang berwenang
Menurut Ndraha (2015:5) memproses pelayanan public dan
Pemerintahan adalah sebuah system berkewajiban memperoses pelayanan sipil
multiproses yang bertujuan memenuhi dan bagi setiap orang yang melalui hubungan
melindungi kebutuhan dan tuntutan yang- pemerintahan, sehingga setiap anggota
431
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx
Menurut Hasibuan dalam (Gerald satu dari sekian banyak kebutuhan manusia
Hard Lantemona et al., 2017) Koordianasi dalam menjalani hidup dan kehidupannya.
adalah suatu usaha kerja sama antar Dalam organisasi komunikasi sangat penting
badan, instansi, unit dalam pelaksanaan karena dengan komunikasi partisipasi
tugas-tugas tertentu sedemikian anggota akan semakin tinggi dan pimpinan
rupa,sehingga terdapat saling mengisi, saling memberitahukan tugas kepada karyawan
membantu dan saling melengkapi. harus dengan komunikasi.
Hasibuan dalam (Rahmeina, 2013) c. Pembagian Kerja
berpendapat bahwa faktor-faktor yang Secara teoritis tujuan dalam suatu
mempengaruhi koordinasi sebgai berikut: organisasi adalah untuk mencapai tujuan
a. Kerjasama bersama dimana individu tidak dapat
Pada hakekatnya koordinasi mencapainya sendiri. Kelompok dua atau
memerlukan kesadaran setiap anggota lebih orang yang bekerja bersama secara
organisasi atau satuan organisasi untuk kooperatif dan dikoordinasikan dapat
saling menyesuaikan diri atau tugasnya mencapai hasil lebih daripada dilakukan
dengan anggota atau satuan organisasi perseorangan. Dalam suatu organisasi, tiang
lainnya agar anggota atau satuan organisasi dasarnya adalah prinsip pembagian kerja
tersebut tidak berjalan sendiri-sendiri. Oleh (Division of labor). Prinsip pembagian kerja
sebab itu konsep kerjasama adalah inti ini adalah maksudnya jika suatu organisasi
daripada koordinasi. Kerjasama dari pada diharapkan untuk dapat berhasil dengan baik
usaha, berarti bahwa pemimpin harus dalam usaha mencapai tujuannya, maka
mengatur sedemikian rupa usaha-usaha dari hendaknya lakukan pembagian kerja.
pada tiap kegiatan individu sehingga Dengan pembagian kerja ini diharapkan
terdapat adanya keserasian di dalam dapat berfungsi dalam usaha mewujudkan
mencapai hasil. Kerjasama ini merupakan tujuan suatu organisasi. Pembagian kerja
suatu kewajiban dari pimpinan untuk adalah perincian tugas dan pekerjaan agar
memperoleh suatu koordinasi yang baik setiap individu dalam organisasi
dengan mengatur jadwal waktu bertanggungjawab untuk melaksanakan
dimaksudkan bahwa kesatuan usaha itu sekumpulan kegiatan yang terbatas.
dapat berjalan sesuai dengan waktu yang d. Disiplin
telah direncanakan. Pada setiap organisasi yang
b. Komunikasi kompleks, setiap bagian harus bekerja secara
Komunikasi tidak dapat dipisahkan terkoordinasi, agar masingmasing dapat
dari koordinasi, karena komunikasi sejumlah menghasilkan hasil yang diharapkan.
unit dalam organisasi akan dapat Koordinasi adalah usaha penyesuaian
dikoordinasikan berdasarkan rentang dimana bagian-bagian yang berbeda-beda agar
sebagian besar ditentukan oleh adanya kegiatan dari pada bagian-bagian itu selesai
komunikasi. Komunikasi merupakan salah pada waktunya, sehingga masing-masing
433
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx
komunikasi bisa dilakukan baik lisan Gelandangan dan Pengemis tentu juga
maupun verbal sehingga mempermudah diperlukan pembagian kerja agar proses
untuk dilakukan suatu pihak kepada pihak hubungan kerja dalam koordinasi tidak
lain atau dari komunikator kepada terjadi simpang siur.
komunikan yang bertujuan untuk mencapai Berdasarkan hasil wawancara
pemahaman bersama. Komunikasi sangat mendalam dan pengamatan yang dilakukan
dibutuhkan dalam proses koordinasi dengan oleh penulis kepada informan, dapat
adanya komunikasi yang dilakukan pihak disimpulkan bahwa untuk setiap instansi
Satpol PP dengan Dinas Sosial maka akan yang terlibat dalam koordinasi
mempermudah dalam melakukan kegiatan penanggulangan permasalahan gelandangan
dalam penanggulangan permasalahan dan pengemis mereka sudah bekerja sesuai
Gelandangan dan Pengemis di Kota tugas dan fungsi seperti Satpol PP yang
Pekanbaru. menegakkan Perkada untuk melakukan
Berdasarkan hasil wawancara penertiban, Dinas Sosial sebagai yang
mendalam dan pengamatan yang dilakukan melakukan pembinaan, walaupun dari pihak
oleh penulis kepada informan, dapat Dinas Sosial sering juga melakukan kegiatan
disimpulkan bahwa bahwa masih kurang yang seharusnya dilakukan oleh pihak
terjadwal maupun kurang terstruktuurnya Satpol PP yaitu bertugas sebagai yang
komunikasi yang dilakukan antara Satpol PP melakukan penertiban kepada Gepeng.
dan Dinas Sosial dalam melakukan kegiatan
penanggulangan permasalahan gelandangan 4. Disiplin
dan pengemis, seperti tidak adanya jadwal Disiplin merupakan perasaan taat
yang pasti untuk melakukan komunikasi dan patuh terhadap nilai-nilai yang menjadi
atau melakukan rapat untuk menentukan tanggung jawabnya. Pendisplinan adalah
sistem kerja antar kedua instansi tersebut usaha untuk menerapkan nilai ataupun
untuk penanggulangan Gelandangan dan pemaksaaan agar subjek memiliki
Pengemis di Kota Pekanbaru. kemampuan untuk menaati sebuah
peraturan. Disiplin sangat penting dalam
3. Pembagian Kerja organisasi karena dengan melakukan
Pembagian kerja adalah informasi disiplin pegawai yang mana pegawai
tertulis yang menguraikan tugas dan tangung tersebut akan melaksanakan pekerjaannya
jawab, kondisi pekerjaan, hubungan dengan baik.
pekerjaan, dan aspek-aspek yang ada pada
suatu jabatan tertentu dalam organisasi Menurut pendapat dan hasil
sehingga mereka berkerja sesuai dengan wawancara indikator disiplin dari analisis
tugas yang telah diberikan. peneliti serta pengamatan yang penulis
Dalam melakukan proses Koordinasi lakukan dilapangan dapat ditarik kesimpulan
dalam penanggulangan permasalahan bahwa untuk setiap instansi yang terlibat
436
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx
belum efektif dan ini sesuai 1. Satuan Polisi Pamong Praja dan
dengan observasi dan Dinas Sosial harus meningkatkan
wawancara yang peneliti koordinasi dalam penanggulangan
lakukan di lapangan. permasalahan Gelandangan dan
Berdasarkan hasil wawancara Pengemis seperti meningkatkan
yang diperoleh, sebagian kerjasama, komunikasi, dan
gelandangan dan pengemis tidak meningkatkan kedisplinan dalam
mendapatkan pembinaan oleh menjalankan tugas.
Dinas Sosial. 2. Pemerintah harus menigkatkan
c. Mengenai Pembagian Kerja, Sumber Daya Manusia baik di
dalam hal ini kedua instansi Satpol PP maupun di Dinas Sosial,
fokus kepada tugas dan agar kedua instansi tersebut dapat
fungsinya masing-masing, menjalankan tugas secara
mereka bekerja berpedoman maksimal.
keoada aturan yang berlaku, dan 3. Pemerintah Kota Pekanbaru
mereka bertanggung jawab atas seharusnya mempertegas sanksi
tugasnya masing-masing. yang ada di dalam Peraturan daerah
d. Mengenai Disiplin dalm No. 12 tahun 2008 tentang larangan
penanggulangan permasalahan memberikan uang kepada gepeng
gelandangan dan pengemis di yang meminta-minta, memberikan
Kota Pekanbaru, kedua Instansi uang kepada gepeng dan
mengatakan telah menjalankan merealisasikan sanksi tersebut.
tugasnya sesuai dengan SOP 4. Dinas sosial dan Satpol PP dalam
yang ada, akan tetapi pada melakukan penertiban harus lebih
observasi yang dilakukan oleh memperhatikan SOP agar tidak ada
penulis masih banyak ditemukan pihak yang dirugikan, dan tidak
pihak Satpol PP maupun Dinas memberikan citra buruk kepada
Sosial yang terkesan tidak pihak Satpol PP maupun Dinas
menjalankan tugasnya sesuai Sosial dan Pemakaman Umum
prosedur yang ada, seperti Kota Pekanbaru.
bersikap kasar dan berperilaku
yang kurang baik dalam DAFTAR PUSTAKA
penertiban ataupun pembinaan. Damayanti, W. (2015). Implementasi
Saran Kebijakan Penanggulangan
Adapun saran-saran yang dapat Gelandangan Dan Pengemis Di
Kabupaten Demak Berdasarkan
diberikan oleh peneliti adalah sebagai
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
berikut: 2015. Ilmu Pemerintahan, 1–19.
438
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx
439