Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Wedana Volume 1 NO 20 april 2021

KOORDINASI PEMERINTAH ANTARA SATUAN POLISI PAMONG


PRAJA DENGAN DINAS SOSIAL DAN PEMAKAMAN UMUM DALAM
PENANGGULANGAN PERMASALAHAN GELANDANGAN DAN
PENGEMIS DI KOTA PEKANBARU
Abdul Rahman Hadi

Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam
Riau. Jl.kaharuddin Nasution No.113 Perhentian Marpoyan, Pekanbaru, Riau 28284
Email: arhadi15@student.uir.ac.id

ABSTRAK
Koordinasi merupakan suatu usaha kerja sama antar badan, instansi, unit dalam pelaksanaan
tugas-tugas tertentu sedemikian rupa, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan
saling melengkapi. Namun, yang terjadi dalam koordinasi pemerintahan di Indonesia masih
banyak instansi pemerintah yang belum bisa menjalin koordinasi antara satu dengan yang
lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana koordinasi pemerintah
antara Satuan Polsi Pamong Praja dengan Dinas Sosial dan Pemakaman Umum dalam
penanggulangan permasalahan gelandangan dan pengemis di Kota Pekanbaru. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori Koordinasi. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koordinasi pemerintah belum
berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan masih kurangnya koordinasi yang dilakukan dalam
penanggulangan gelandangan dan pengemis. Oleh karena itu disarankan bagi Satuan Polisi
Pamong Praja dan Dinas Sosial untuk menjalin dan meningkatkan hubungan kerja agar
terwujudnya koordinasi pemerintahan yang baik.

Kata Kunci: Koordinasi, Manajemen Pemerintahan, Gelandangan dan Pengemis

ABSTRACT

Coordination is a cooperative effort between agencies, agencies, units in the implementation of


certain tasks in such a way that there is mutual complementarity, mutual assistance and
complementarity. However, what happens in government coordination in Indonesia is that there
are still many government agencies that have not been able to coordinate with one another. The
purpose of this study was to find out how the government coordination between the Satuan Polisi
Pamong Praja and the Dinas Sosial in overcoming the problem of homeless and beggars in
Pekanbaru City. The theory used in this research is Coordination theory. This study used
qualitative research methods. The results of this study indicate that government coordination has
not been going well. This is because there is still a lack of coordination in dealing with homeless
people and beggars. Therefore, it is recommended for the Satuan Polisi Pamong Praja and the
Dinas Sosial to establish and improve working relations in order to realize good government
coordination.

Keywords: Coordination, Government Management, Homeless and Beggar

429
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx

PENDAHULUAN menjadi bagian urusan wajib oleh


Kesenjangan sosial memang menjadi pemerintah daerah.
permasalahan yang tak kunjung Menyelesaikan permasalahan di
terselesaikan bagi pemerintahan di bidang sosial memang sangat kompleks,
Indonesia, sebagai negara yang dibutuhkan koordinasi yang serius antara
dikategorikan sebagai negara berkembang, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
Masalah kesejahteraan sering kali menjadi baik provinsi maupun kabupaten/kota.
fokus utama pemerintah dalam Namun, yang terjadi dalam koordinasi
pembangunan dengan membuat berbagai pemerintahan di Indonesia masih banyak
program untuk masyarakat. (Damayanti, yang tidak berjalan sesuai dengan apa yang
2015). diharapkan, masih banyak instansi
Konstitusi telah mengamanatkan pemerintah yang belum bisa menjalin
bahwa fakir miskin dan anak-anak yang koordinasi antara satu dengan yang lainnya
terlantar dipelihara oleh negara. Untuk masih banyak yang terkesan mementingkan
mewujudkan hal ini, negara melalui ego masing-masing. Sehingga apa yang
pemerintahnya baik di tingkat pusat maupun dimaksud dengan masalah koordinasi dapat
di tingkat daerah diwajibkan untuk disebutkan bahwa masalah perihal
menangani permasalahan tersebut sebagai kerjasama antara aparatur pemerintahan dan
tanggung jawab pemerintah di bidang pertaliannya satu sama lain merupakan
kesejahteraan sosial yang menurut Undang- masalah koordinasi pemerintahan.
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Dalam penyelenggaraan kegiatan
Tahun 1945 disebut sebagai fakir miskin dan pemerintahan daerah, masalah koordinasi
anak-anak terlantar. pemerintahan dan hal yang berpengaruh
Dalam menjalankan roda terhadap terlaksananya koordinasi adalah
pemerintahan, Pemerintah Indonesia telah kesiapan sumber daya manusia aparatur
membagi urusan pemerintahan sebagaimana pemerintah daerah dalam pelaksanaan
dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 23 kewenangan atributif atau delegatif yang
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah diemban. (Febrian, 2013)
Pada pasal 9 dijelaskan beberapa pembagian Kota Pekanbaru tumbuh menjadi
urusan pemerintahan, seperti urusan kota metropolitan secara baik dan bahkan
pemerintahan absolut, urusan pemerintahan menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.
konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Perkembangan pesat, seperti berdirinya
Dalam hal ini sebagaimana dinyatakan kantor-kantor, pusat perbelanjaan, sarana
dalam pasal 11 ayat 2, penelitian ini perhubungan, pabrik, sarana hiburan dan
menggunakan urusan pemerintahan wajib sebagainya menjadi daya tarik masyarakat
yang menjadi kewenangan daerah yaitu pada luar datang ke kota pekanbaru untuk
sub (e) tentang ketertiban umum. Hal ini mengadu nasib (Suri, 2017)
mengafirmasi bahwasanya ketertiban umum
429
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx

Salah satu persoalan yang muncul Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa
adalah kesenjangan atau ketimpangan yang masih banyak terdapat penduduk yang
semakin besar dalam pembagian pendapatan hidupnya berada di garis kemiskinan,
antara berbagai golongan pendapatan, antara sebagaimana yang kita ketahui bahwa
daerah perkotaan dan pedesaan. Ini berarti penyebab terjadinya permasalahan sosial
juga bahwa pertumbuhan ekonomi yang seperti gelandangan dan pengemis
pesat belum berhasil untuk menanggulangi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
masalah kemiskinan, seperti pengangguran adalah kemiskinan, sehingga ditakutkan
dan masalah sosial ekonomi lainnya, seperti akan menimbulkan dan menjadi penyebab
gelandangan dan pengemis (Muslim, 2013) meningkatnya jumlah gelandangan dan
Fenomena sosial adanya pengemis di Kota Pekanbaru.
gelandangan dan pengemis di kota-kota Kota Pekanbaru memiliki
sudah menjadi pemandagan sehari-hari, Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2008
tidak terkecuali Kota Pekanbaru. yang mengatur tentang ketertiban sosial,
Keberadaan Gelandangan dan Pengemis di yang mana dalam aturan ini memuat aturan
Kota Pekanbaru sangat mudah dijumpai yang melarang melakukan pengemisan di
karena kurangnya penertiban yang dilakukan depan umum dan di tempat umum baik di
oleh Instansi terkait, hal ini mengakibatkan jalan raya, jalur hijau, persimpangan lampu
dampak negatif bagi kota yaitu dapat merah, dan jembatan penyebrangan, dan
mengganggu kenyamanan dan ketentraman juga melarang bagi setiap orang
warga, selain itu juga dapat mengotori memberikan sumbangan dalam bentuk uang
lingkungan. atau barang kepada gelandangan dan
Tabel: Garis Kemiskinan dan Jumlah pengemis di jalan raya, jalur hijau,
Penduduk Miskin di Kota persimpangan lampu merah dan jembatan
Pekanbaru, 2013-2019 penyeberangan atau di tempat-tempat
Tahun Garis Penduduk Miskin umum.
Kemiskinan Jumlah Persen
Hal ini sudah sejalan dengan yang
(Rp) (jiwa) (%)
dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 23
2013 357.200 32.500 3,27
2014 399.451 32.290 3,17 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah,
2015 416.479 33.760 3,27 bahwa Kepala Daerah memiliki tugas
2016 435.082 32.490 3,07 “memelihara ketentraman dan ketertiban
2017 473.788 33.090 3,05 masyarakat”. Selanjutnya pemerintah telah
2018 499.852 31.618 2,85 memberikan wewenang kepada pemerintah
2019 516.368 28.600 2,52 daerah dalam menyelenggarakan urusan
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota daerahnya masing-masing, tak terkecuali
Pekanbaru Tahun 2020
penyelenggaraaan ketentraman dan
ketertiban umum.

430
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx

Tetapi gelandangan dan pengemis Untuk mengatasi permasalahan


masih saja berkeliaran di tempat- tempat gelandangan dan pengemis tersebut dalam
umum, bahkan pemerintah juga tidak Peraturat Daerah Kota Pekanbaru Pasal 8
menegakkan sanksi terhadap gelandangan Ayat 4 dijelaskan bahwa Satuan Polisi
dan pengemis yang tertangkap. Hal ini dapat Pamong Praja berkoordinasi dengan Dinas
dilihat bahwa Peraturan Daerah nomor 12 Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru
tahun 2008 tentang ketertiban sosial tidak untuk melakukan penertiban dan pembinaan
diimplementasikan dan dikoordinasikan bagi gelandangan dan pengemis baik non
secara baik terhadap gelandangan dan panti maupun panti sosial milik Pemerintah
pengemis yang berkeliaran, yang Daerah dan atau panti swasta dan atau
mengakibatkan permasalahan ini terus pengembalian bagi mereka yang berasal dari
berulang ulang dan tidak memberikan efek luar Kota Pekanbaru.
jera kepada gelandangan dan pengemis
tersebut.

Tabel: Serah Terima Penertiban Gepeng Oktober-November 2020


Serah Terima Penertiban Gepeng tanggal 14 Oktober 2020
NO NAMA ASAL LOKASI KET
1 Bernart Singalingging Teluk Sanggung Tabek Gadang Gepeng
2 Ganda Ananda Pekanbaru Tabek Gadang Gepeng
3 Putri Destia Jawa Barat Tabek Gadang Gepeng
4 Hendri Jambi Tabek Gadang Gepeng
5 Aliran Rahap Tapanuli Selatan Tabek Gadang Gepeng
Serah Terima Penertiban Gepeng tanggal 02 November 2020
NO NAMA ASAL LOKASI KET
1 Bernart Singalingging Teluk Sanggung Tabek Gadang Gepeng
2 Ganda Ananda Pekanbaru Tabek Gadang Gepeng
3 Putri Destia Jawa Barat Tabek Gadang Gepeng
4 Tri Anugrah Putra Pekanbaru Jl. KH. Nasution Gepeng
5 Farel Fernando Pekanbaru Jl. KH. Nasution Gepeng
6 Mahben Dio Lampung Jl. KH. Nasution Gepeng
Sumber: Satpol PP Kota Pekanbaru 2020

Tabel di atas merupakan tabel serah Kota Pekanbaru untuk melakukan


terima Penertiban Gelandangan dan pembinaan. Dari tabel di atas bisa kita lihat
Pengemis yang dilakukan oleh Satuan Polisi bahwa penertiban oleh Satuan Polisi
Pamong Praja pada bulan Oktober sampai Pamong Praja masih terdapat adanya orang
dengan November 2020 dan diserahkan yang sama yang ditertibkan meskipun
kepada Dinas Sosial dan Pemakaman Umum sebelumnya juga sudah ditertibkan dan
431
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx

diserahkan kepada Dinas Sosial untuk hasil yang membuktikan bahwa kinerja dan
diberikan pembinaan, hal ini tidak usaha yang dilakukan benar-benar seperti
memberikan efek jera atau belum efektif yang diminta.
karena masih banyak gelandangan dan Dalam penjelasan sebelumnya dan
pengemis yang masih bisa melakukan berdasarkan pengamatan awal maka penulis
aktivitasnya yaitu kembali berkeliaran di jelaskan beberapa fenomena penelitian
tempat umum atau di jalanan. yaitu:
Penulis juga mengutip berita dari 1. Masih adanya gelandangan dan
(Halloriau.com) bahwa Kepala Dinas Sosial pengemis yang berkeliaran di kota
Kota Pekanbaru Chairani menyampaikan Pekanbaru, contoh yang di dapat
bahwa pihaknya berkoordinasi dengan oleh peneliti adalah gelandangan
Satpol PP Kota Pekanbaru dalam penertiban dan pengemis yang berkeliaran di
Gelandangan dan Pengemis (gepeng). Pasar Pagi Arengka, di Jl. Tuanku
Pihaknya siap menggelar penertiban ketika Tambusai, dan di Jl. HR. Subrantas.
mendapati aktivitas anak jalanan, pengemis 2. Kurangnya komunikasi pemerintah
dan gelandangan yang meresahkan, “ kami yaitu antara Satuan Polisi pamong
koordinasi dengan Satpol PP untuk Praja dengan Dinas Sosial dan
menertibkan. Hal ini sesuai dengan bidang pemakaman Umum dalam
penertiban” ulasnya. penanggulangan permasalahan
Dinas Sosial dan Pemakaman Umum Gelandangan dan Pengemis di Kota
bersama Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pekanbaru.
Pekanbaru dalam penanggulangan 3. Kurang jelasnya pembagian kerja
permasalahan gelandangan dan pengemis, antara Satuan Polisi Pamong Praja
masih terkesan belum mampu, baik dari dengan Dinas Sosial dalam
pelaksanaan teknis, penertiban dan penanggulangan permasalahan
pembinaan, maupun dalam pengawasan dan Gelandangan dan Pengemis di Kota
penindakan. Hal ini dikarenakan masih Pekanbaru.
terkesan lemahnya koordinasi serta 4. Kurang disiplinnya petugas dari
kurangnya solusi dan keseriusan mulai dari Satuan Polisi Pamong Praja saat
kesiapan hingga bentuk nyata penertiban Gelandangan dan
penyelesaiannya. Pengemis maupun petugas dari
Selama ini semua bentuk larangan Dinas Sosial dan Pemakaman
tegas yang tertulis tersebut hanya sebagai Umum dalam melakukan
bentuk peraturan saja namun tindakannya pembinaan bagi Gelandangan dan
tidak mencerminkan dari suatu keberhasilan Pengemis.
dalam penerapan peraturan tersebut.
Pemerintah dalam hal ini terkesan hanya Dari uraian penjelasan di atas penulis
sebatas memenuhi tanggungjawab tanpa ada menyimpulkan bahwa Pemerintahan Daerah
430
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx

Kota Pekanbaru melalui Satuan Polisi diperintah akan jasa-publik dan layanan
Pamong Praja dengan Dinas Sosial dan civil. Lebih lanjut Iver dalam Syafiie
Pemakaman Umum Kota Pekanbaru masih (2013:45) mengartikan pemerintahan itu
harus saling membangun koordinasi dan sebagai suatu organisasi dari orang-orang
bekerja keras khususnya dalam yang mempunyai kekuasaan (government is
penanggulangan permasalahan gelandangan the organization of men under authority).
dan pengemis, sehingga judul yang diambil Menurut Maulidiah dalam (Rauf,
oleh peneliti adalah “Koordinasi Pemerintah 2017) bahwa, Pemerintahan secara umum
antara Satuan Polisi Pamong Praja dengan merupakan suatu organisasi atau lembaga
Dinas Sosial dan Pemakaman Umum dalam yang diberikan legitimasi (keabsahan) oleh
Penanggulangan Permasalahan Gelandangan rakyat sebagai pemegang kedaulatan
dan Pengemis di Kota Pekanbaru”. tertintggi untuk menyelenggarakan tugas-
Penelitian ini bertujuan ntuk mengetahui tugas pemerintahan (kekuasaan negara)
Koordinasi Pemerintah antara Satuan Polisi pada suatu negara, serta dilengkapi dengan
Pamong Praja dengan Dinas Sosial dan alat-alat kelengkapan negara. Sehingga
Pemakaman Umum dalam Penanggulangan dapat diartikan bahwa unsur utama dari
Permasalahan Gelandangan dan Pengemis di suatu pemerintahan tersebut wujudnya
Kota Pekanbaru dan juga untuk mengetahui dalam bentuk bentuk organisasi atau
Hambatan Koordinasi Pemerintah dalam lembaga, organisasi atau lembaga yang
Penanggulangan Permasalahan Gelandangan diberikan legitimasi dalam bentuk
dan Pengemis di Kota Pekanbaru. kewenangan oleh masyarakat melalui suatu
proses pemilihan umum, serta dilengkapai
STUDI KEPUSTAKAAN dengan alat-alat kelengkapan negara
1. Konsep Pemerintahan sebagai unsur pendukung dalam
Secara etimologi kata pemerintahan menyelenggarakan tugas-tugas
berasal dari kata perintah yang kemudian pemerintahan tersebut. Oleh karena itu
mendapat awalan pe- menjadi kata penyelenggaraan pemerintahan tidak lain
pemerintah, sehingga pemerintah berarti adalah menjalankan fungsi legislasi, fungsi
badan atau organ elit yang melakukan eksekutif, dan fungsi yudikatif sesuai
pekerjaan mengurus negara; serta mendapat dengan kewenangan masing-masing
akhiran -an menjadi kata pemerintahan, lembaga yang diatur oleh peraturan
berarti perihal, cara, perbuatan atau urusan perundang-undangan.
dari badan yang berkuasa dan memilih Ndraha (2015:6) menyatakan bahwa
legitimasi. (Rusadi et al., 2019). Pemerintah adalah orang yang berwenang
Menurut Ndraha (2015:5) memproses pelayanan public dan
Pemerintahan adalah sebuah system berkewajiban memperoses pelayanan sipil
multiproses yang bertujuan memenuhi dan bagi setiap orang yang melalui hubungan
melindungi kebutuhan dan tuntutan yang- pemerintahan, sehingga setiap anggota
431
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx

masyarakat yang bersangkutan wadah atau organisasi serta


menerimanya pada saat diperlukan, sesuai peraturan hubungan antara wadah-
dengan tuntutan yang diperintah. wadah tersebut.Prinsip organisasi
yang penting adalah pembagian
2. Konsep Manajemen Pemerintahan kerja, pendelegasian wewenang
Menurut Stoner dalam Wijayanto dan koordinasi yang dilakukan
(2012:1) Manajemen adalah prooses dalam organisasi.
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, 3. Coordinating (Koordinasi)
dan pengawasan terhadap usaha-usaha para Merupakan fungsi manajemen
anggota organisasi dan penggunaan sumber- yang melakukan berbagai
sumber daya organisasi lainnya agar kegiatan denganjalan
mencapai tujuan organisasi yang telah menghubungkan, menyatukan dan
ditetapkan. menyelaraskan pekerjaan
Menurut Nawawi dalam (Suharyadi sehingga terdapat kerjasama yang
& Insani, 2016) Manajemen Pemerintah terarah dalam usaha mencapai
adalah manajemen yang ditetapkan dalam tujuan organisasi.
lingkungan aparatur pemerintahan atau 4. Actuating (Pelaksanaan)
aparatur negara dalam administrasi public Merupakan suatu fungsi yang
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan melakukan kegiatan dalam suatu
dengan sarana dan prasarana yang ada, organisasi oleh stakeholders.
termasuk organisasi serta sumber dana dan 5. Controling (Pengawasan)
sumber daya yang ada. Merupakan suatu fungsi yang
Nawawi menyatakan bahwa didalamnya termasuk
Manajemen Pemerintahan terdiri dari 5 mengendalian pelaksanaan agar
aspek yaitu: sesuai dengan rencana, mengukur
1. Planning (Perencanaan) hasil dibandingkan dengan target
Merupakan kegiatan yang sudah dan rencana.
diputuskan dengan menentukan
apa-apa yang akan dilakukan 3. Konsep Koordinasi
untuk mencapai tujuan yang telah Secara luas koordinasi diartikan oleh
ditetapkan dalam sebuah rencana Leonard dalam (Fatahilah & B, 2019) bahwa
pasti memerlukan masukan sari “Koordinasi adalah penyesuaian diri dari
berbagai sumber informasi antara masing-masing bagian dan usaha
lain dari kegiatan pengawasan dan menggerakkan serta mengoperasikan
evaluasi yang dilakukan diwaktu bagian-bagian pada waktu yang cocok
sebelumnya. sehingga dengan demikian masing-masing
2. Organizing (Organsiasi) Meliputi bagian dapat memberikan sumbangan
p enentuan dan pembentukan terbanyak pada keseluruhan hasil”
432
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx

Menurut Hasibuan dalam (Gerald satu dari sekian banyak kebutuhan manusia
Hard Lantemona et al., 2017) Koordianasi dalam menjalani hidup dan kehidupannya.
adalah suatu usaha kerja sama antar Dalam organisasi komunikasi sangat penting
badan, instansi, unit dalam pelaksanaan karena dengan komunikasi partisipasi
tugas-tugas tertentu sedemikian anggota akan semakin tinggi dan pimpinan
rupa,sehingga terdapat saling mengisi, saling memberitahukan tugas kepada karyawan
membantu dan saling melengkapi. harus dengan komunikasi.
Hasibuan dalam (Rahmeina, 2013) c. Pembagian Kerja
berpendapat bahwa faktor-faktor yang Secara teoritis tujuan dalam suatu
mempengaruhi koordinasi sebgai berikut: organisasi adalah untuk mencapai tujuan
a. Kerjasama bersama dimana individu tidak dapat
Pada hakekatnya koordinasi mencapainya sendiri. Kelompok dua atau
memerlukan kesadaran setiap anggota lebih orang yang bekerja bersama secara
organisasi atau satuan organisasi untuk kooperatif dan dikoordinasikan dapat
saling menyesuaikan diri atau tugasnya mencapai hasil lebih daripada dilakukan
dengan anggota atau satuan organisasi perseorangan. Dalam suatu organisasi, tiang
lainnya agar anggota atau satuan organisasi dasarnya adalah prinsip pembagian kerja
tersebut tidak berjalan sendiri-sendiri. Oleh (Division of labor). Prinsip pembagian kerja
sebab itu konsep kerjasama adalah inti ini adalah maksudnya jika suatu organisasi
daripada koordinasi. Kerjasama dari pada diharapkan untuk dapat berhasil dengan baik
usaha, berarti bahwa pemimpin harus dalam usaha mencapai tujuannya, maka
mengatur sedemikian rupa usaha-usaha dari hendaknya lakukan pembagian kerja.
pada tiap kegiatan individu sehingga Dengan pembagian kerja ini diharapkan
terdapat adanya keserasian di dalam dapat berfungsi dalam usaha mewujudkan
mencapai hasil. Kerjasama ini merupakan tujuan suatu organisasi. Pembagian kerja
suatu kewajiban dari pimpinan untuk adalah perincian tugas dan pekerjaan agar
memperoleh suatu koordinasi yang baik setiap individu dalam organisasi
dengan mengatur jadwal waktu bertanggungjawab untuk melaksanakan
dimaksudkan bahwa kesatuan usaha itu sekumpulan kegiatan yang terbatas.
dapat berjalan sesuai dengan waktu yang d. Disiplin
telah direncanakan. Pada setiap organisasi yang
b. Komunikasi kompleks, setiap bagian harus bekerja secara
Komunikasi tidak dapat dipisahkan terkoordinasi, agar masingmasing dapat
dari koordinasi, karena komunikasi sejumlah menghasilkan hasil yang diharapkan.
unit dalam organisasi akan dapat Koordinasi adalah usaha penyesuaian
dikoordinasikan berdasarkan rentang dimana bagian-bagian yang berbeda-beda agar
sebagian besar ditentukan oleh adanya kegiatan dari pada bagian-bagian itu selesai
komunikasi. Komunikasi merupakan salah pada waktunya, sehingga masing-masing
433
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx

dapat memberikan sumbangan usahanya dengan berbagai cara dan alasan


secara maksimal agar diperoleh hasil secara untuk mengharapkan belas
keseluruhan untuk itu diperlukan disiplin. kasihan orang lain.
Kriteria-kriteria Pengemis yaitu:
4. Konsep Gelandangan dan Pengemis 1. Anak sampai dewasa (laki-
Menurut Effendi dalam (Darmawan, laki/perempuan) usia 18-59 tahun
2019) menyebutkan gelandangan adalah 2. Meminta-minta di rumah-rumah
predikat yang disandang oleh sekelompok penduduk, pertokoan,
anggota masyarakat yang tidak persimpangan jalan (lampu lalu
mempunyai tempat tinggal tetap dan layak, lintas), pasar, tempat ibadah
tidak mempunyai pekerjaan tetap dan layak, dengan tempat umum lainnya
serta makan dan minum di sembarang 3. Bertingkah laku untuk
tempat. Menurut Hartinnovmi dalam mendapatkan belas kasihan,
(Jahidin, 2017) gelandangan dan pengemis berpura-pura sakit, merintih, dan
memiliki kriteria-kriteria sendiri, kadang-kadang mendoakan
diantaranya sebagai berikut: dengan bacaan-bacaan ayat suci,
Kriteria-kriteria Gelandangan: meminta sumbangan untuk
1. Anak sampai usia dewasa (laki- organisasi
laki/perempuan) usia 18-59 tahun, 4. Biasanya mempunyai tempat
tinggal dan hidup mengembara tinggal tertentu atau tetap,
atau menggelandang di membaur dengan penduduk pada
sembarangan tempat dan tempat- umumnya.
tempat umum, biasanya di kota-
kota besar METODE PENELITIAN
2. Mereka tidak mempunyai tanda Metode Penelitian yang digunakan
pengenal atau identitas diri, hidup penulis dalam penelitian Koordinasi
bebas/liar, terlepas dari norma Pemerintah antara Satuan Polisi Pamong
kehidupan masyarakat pada Praja dengan Dinas Sosial dan Pemakaman
umumnya Umum dalam Penanggulangan
3. Mereka tidak punya pekerjaan Permasalahan Gelandangan dan Pengemis di
tetap, meminta-minta atau Kota Pekanbaru adalah metode Kualitatif.
mengambil sisa makanan atau Menurut Creswell (2016:4-5)
barang bekas atau tidur di Penelitian kualitatif merupakan metode-
emperan toko dan kolong metode untuk mengeksplorasi dan
jembatan. Sedangkan pengemis memahami makna yang-oleh sejumlah
adalah orang-orang yang individu atau sekelompok orang dianggap
mendapat penghasilan dengan berasal dari masalah sosial atau
memintaminta di tempat umum kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini
434
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx

melibatkan upaya-upaya penting, seperti sama lainya saling berhubungan meliputi


mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan Kerja Sama, Komunikasi, Pembagian
prosedur-prosedur, mengumpulkan data Kerja, Disiplin.
yang spesifik dari para partisipan,
menganalisis data secara induktif mulai dari 1. Efektivitas
tema-tema yang khusus ke tema-tema Dalam melakukan proses koordinasi
umum, dan menafsirkan makna data. baik itu antar individu maupun antar
Penelitian ini bertujuan untuk kelompok diperlukan yang namanya
memperoleh pemahaman dan menjadi kerjasama. Kerjasama adalah suatu proses
tentang Koordinasi Pemerintah antara atau usaha yang dilakukan oleh pihak yang
Satuan Polisi Pamong Praja dengan Dinas saling terkait untuk saling bantu untuk
Sosial dan Pemakaman Umum dalam mencapai tujuan secara bersama.
Penanggulangan Permasalahan Gelandangan Dalam melakukan koordinasi
dan Pengemis di Kota Pekanbaru. penanggulangan Gelandangan dan Pengemis
di Kota Pekanbaru perlu adanya kerjasama
HASIL PENELITIAN DAN antara pihak pihak yang bersangkutan yaitu
PEMBAHASAN Satuan Polisi Pamong Praja dengan Dinas
Menurut Hasibuan dalam (Gerald Sosial dan Pemakaman Umum sehingga
Hard Lantemona et al., 2017) Koordianasi dalam pelaksanaannya bisa saling
adalah suatu usaha kerja sama antar melengkapi dengan melakukan atau
badan, instansi, unit dalam pelaksanaan mengerjakan tugas yang telah ditetapkan.
tugas-tugas tertentu sedemikian Berdasarkan hasil wawancara terkait
rupa,sehingga terdapat saling mengisi, saling indikator koerjasama dalam melakukan
membantu dan saling melengkapi. penanggulangan permasalahan gelandangan
Koordinasi pemerintahan antara dan pengemis dari analisis peneliti serta
satuan polisi pamong praja dengan dinas pengamatan yang penulis lakukan di
sosial dan pemakaman umum dalam lapangan dapat ditarik kesimpulan
penanggulangan permasalahan gelandang bahwasannya kedua Instansi tersebut kurang
dan pengemis di kota pecan baru dapat di melakukan kerjasama, karena belum adanya
nilai dari berbagai faktor dan aspek yang jadwal yang pasti untuk melakukan
mempengaruhi pelaksanaan atau penerapan penertiban terhadap masalah sosial yaitu
kebijakan bagi dinas terkait dalam gelandangan dan pengemis di Kota
menanggulangi permasalahan gelandangan Pekanbaru.
dan pengemis di kota pekanbaru, penilaian
atau koordinasi menurut Hasibuan dalam 2. Komunikasi
(Rahmeina, 2013), dalam pandangan Komunikasi adalah suatu bentuk
hasibuan tentang koordinasi pemerintah di penyampaian informasi, baik itu pesan atau
pengaruhi oleh empat variabel, yang satu gagasan dari suatu pihak ke pihak lainnya.
435
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx

komunikasi bisa dilakukan baik lisan Gelandangan dan Pengemis tentu juga
maupun verbal sehingga mempermudah diperlukan pembagian kerja agar proses
untuk dilakukan suatu pihak kepada pihak hubungan kerja dalam koordinasi tidak
lain atau dari komunikator kepada terjadi simpang siur.
komunikan yang bertujuan untuk mencapai Berdasarkan hasil wawancara
pemahaman bersama. Komunikasi sangat mendalam dan pengamatan yang dilakukan
dibutuhkan dalam proses koordinasi dengan oleh penulis kepada informan, dapat
adanya komunikasi yang dilakukan pihak disimpulkan bahwa untuk setiap instansi
Satpol PP dengan Dinas Sosial maka akan yang terlibat dalam koordinasi
mempermudah dalam melakukan kegiatan penanggulangan permasalahan gelandangan
dalam penanggulangan permasalahan dan pengemis mereka sudah bekerja sesuai
Gelandangan dan Pengemis di Kota tugas dan fungsi seperti Satpol PP yang
Pekanbaru. menegakkan Perkada untuk melakukan
Berdasarkan hasil wawancara penertiban, Dinas Sosial sebagai yang
mendalam dan pengamatan yang dilakukan melakukan pembinaan, walaupun dari pihak
oleh penulis kepada informan, dapat Dinas Sosial sering juga melakukan kegiatan
disimpulkan bahwa bahwa masih kurang yang seharusnya dilakukan oleh pihak
terjadwal maupun kurang terstruktuurnya Satpol PP yaitu bertugas sebagai yang
komunikasi yang dilakukan antara Satpol PP melakukan penertiban kepada Gepeng.
dan Dinas Sosial dalam melakukan kegiatan
penanggulangan permasalahan gelandangan 4. Disiplin
dan pengemis, seperti tidak adanya jadwal Disiplin merupakan perasaan taat
yang pasti untuk melakukan komunikasi dan patuh terhadap nilai-nilai yang menjadi
atau melakukan rapat untuk menentukan tanggung jawabnya. Pendisplinan adalah
sistem kerja antar kedua instansi tersebut usaha untuk menerapkan nilai ataupun
untuk penanggulangan Gelandangan dan pemaksaaan agar subjek memiliki
Pengemis di Kota Pekanbaru. kemampuan untuk menaati sebuah
peraturan. Disiplin sangat penting dalam
3. Pembagian Kerja organisasi karena dengan melakukan
Pembagian kerja adalah informasi disiplin pegawai yang mana pegawai
tertulis yang menguraikan tugas dan tangung tersebut akan melaksanakan pekerjaannya
jawab, kondisi pekerjaan, hubungan dengan baik.
pekerjaan, dan aspek-aspek yang ada pada
suatu jabatan tertentu dalam organisasi Menurut pendapat dan hasil
sehingga mereka berkerja sesuai dengan wawancara indikator disiplin dari analisis
tugas yang telah diberikan. peneliti serta pengamatan yang penulis
Dalam melakukan proses Koordinasi lakukan dilapangan dapat ditarik kesimpulan
dalam penanggulangan permasalahan bahwa untuk setiap instansi yang terlibat

436
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx

dalam koordinasi penanggulangan a. Mengenai Kerjasama penertiban


permasalahan gelandangan dan pengemis gelandangan dan pengemis,
kedua instansi kurang disiplin dalam berdasarkan Peraturan Daerah
menjalankan tugasnya dalam hal No. 12 Tahun 2008 Tentang
menanggulangi permasalahan gelandangan Ketertiban Sosial, dilakukan
dan pengemis, karena yang terjadi di dengan cara razia oleh Satpol PP
lapangan masih banyak ditemui anggota dan Dinas Sosial dan
Satpol PP ataupun Dinas Sosial yang Pemakaman Kota Pekanbaru.
bertindak diluar dari prosedur yang berlaku, Pelaksanaan razia yang
seperti bertindak tidak sesuai dengan SOP dilakukan oleh Dinas Sosial dan
dalam melakukan penertiban maupun dalam Satpol PP belum berjalan
melakukan pembinaan terhadap dengan efeltif, dan ini sesuai
gelandangan dan peengemis. dengan observasi dan awancara
yang peneliti lakukakn
KESIMPULAN DAN SARAN dilapangan. Karena seharusnya
Kesimpulan razia yang dilakukan dapat
Berdasarkan hasil penelitian dan meminimalisir gelandangan dan
pembahasan mengenai Koordinasi pengemis di Kota Pekanbaru.
Pemerintah Antasa Satuan Polisi Pamong Namun pada kenyataannya
Praja dengan Dinas Sosial dan Pemakaman masih banyak terdapat
Umum dalam Penanggulangan gelandangan dan pengemis di
Permasalahan Gelandangan dan Pengemis di Kota Pekanbaru.
Kota Pekanbaru tidak berjalan dengan baik b. Mengenai Komunikasi dalam
pada prakteknya atau pada pelaksanaan penanggulangan gelandangan
tugasnya masih banyaknya gelandangan dan dan pengemis, tindak lanjut razia
pengemis yang belum mendapatkan yang dilakukan oleh Satpol PP,
pembinaan dari pihak yang menangani di koordinasikan dengan Dinas
permasalahan tersebut. Sosial dan Pemakaman Kota
Koordinasi Pemerintah Antara Pekanbaru untuk melakukan
Satuan Polisi Pamong Praja dengan Dinas pembinaan dan pelatihan bagi
Sosial dan Pemakaman Umum dalam gelandangan dan pengemis baik
Penanggulangan Permasalahan Gelandangan non panti maupun panti sosial
dan Pengemis di Kota Pekanbaru ditentukan milik Pemerintah Daerah dan
dalam 4 (empat) indikator yaitu Kerjasama, atau panti swasta dan atau
Komunikasi, Pembagian Kerja, dan Disiplin, pengembalian bagi mereka yang
sehingga menghasilkan kesimpulan sebagai berasal dari luar Kota
berikut: Pekanbaru. Pembinaan yang
diberikan oleh Dinas Sosial
437
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx

belum efektif dan ini sesuai 1. Satuan Polisi Pamong Praja dan
dengan observasi dan Dinas Sosial harus meningkatkan
wawancara yang peneliti koordinasi dalam penanggulangan
lakukan di lapangan. permasalahan Gelandangan dan
Berdasarkan hasil wawancara Pengemis seperti meningkatkan
yang diperoleh, sebagian kerjasama, komunikasi, dan
gelandangan dan pengemis tidak meningkatkan kedisplinan dalam
mendapatkan pembinaan oleh menjalankan tugas.
Dinas Sosial. 2. Pemerintah harus menigkatkan
c. Mengenai Pembagian Kerja, Sumber Daya Manusia baik di
dalam hal ini kedua instansi Satpol PP maupun di Dinas Sosial,
fokus kepada tugas dan agar kedua instansi tersebut dapat
fungsinya masing-masing, menjalankan tugas secara
mereka bekerja berpedoman maksimal.
keoada aturan yang berlaku, dan 3. Pemerintah Kota Pekanbaru
mereka bertanggung jawab atas seharusnya mempertegas sanksi
tugasnya masing-masing. yang ada di dalam Peraturan daerah
d. Mengenai Disiplin dalm No. 12 tahun 2008 tentang larangan
penanggulangan permasalahan memberikan uang kepada gepeng
gelandangan dan pengemis di yang meminta-minta, memberikan
Kota Pekanbaru, kedua Instansi uang kepada gepeng dan
mengatakan telah menjalankan merealisasikan sanksi tersebut.
tugasnya sesuai dengan SOP 4. Dinas sosial dan Satpol PP dalam
yang ada, akan tetapi pada melakukan penertiban harus lebih
observasi yang dilakukan oleh memperhatikan SOP agar tidak ada
penulis masih banyak ditemukan pihak yang dirugikan, dan tidak
pihak Satpol PP maupun Dinas memberikan citra buruk kepada
Sosial yang terkesan tidak pihak Satpol PP maupun Dinas
menjalankan tugasnya sesuai Sosial dan Pemakaman Umum
prosedur yang ada, seperti Kota Pekanbaru.
bersikap kasar dan berperilaku
yang kurang baik dalam DAFTAR PUSTAKA
penertiban ataupun pembinaan. Damayanti, W. (2015). Implementasi
Saran Kebijakan Penanggulangan
Adapun saran-saran yang dapat Gelandangan Dan Pengemis Di
Kabupaten Demak Berdasarkan
diberikan oleh peneliti adalah sebagai
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
berikut: 2015. Ilmu Pemerintahan, 1–19.

438
Jurnal Wedana
Volume X NO x xxx

Darmawan, D. (2019). Eksploitasi Muslim. (2013). Penanggulanggan


Perempuan Dalam Meng-Gepeng Di Pengemis dan Gelandangan di Kota
Kota Denpasar: Potret Buram Dari Pekanbaru. 40.
Modernisasi Dan Kapitalisasi. Journal
of Chemical Information and Modeling, Rahmeina, F. R. (2013). KOORDINASI
53(9), 1689–1699. DALAM PROGRAM KAMPUNG KB
https://doi.org/10.1017/CBO97811074 DI KOTA PEKANBARU.
15324.004
Rauf, R. (2017). Perubahan Kedudukan
Fatahilah, A., & B, A. (2019). PROVINSI Kelurahan Dari Perangkat Daerah
SULAWESI TENGAH Asri B dan Adee Menjadi Perangkat Kecamatan.
Fatahilah Institut Pemerintahan Dalam WEDANA Jurnal Pemerintahan, Politik
Negeri PENDAHULUAN Latar Dan Birokrasi, III(April), 221–232.
Belakang Pemerintah merupakan suatu
Rusadi, S., Wedayanti, M. D., & Branding,
bentuk organisasi yang bekerja dan
C. (2019). Strategi City Branding Oleh
menjalankan tugas untuk mengelola
Pemerintah Daerah Kabupaten Siak.
sistem pemerintah dan menetapkan
V(2), 16–21.
kebijakan dal. 1(1), 61–78.
Shalfiah, R. (2013). Peran Pemberdayaan
Febrian, R. A. (2013). Analisis
dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
Permasalahan Koordinasi Pemerintahan
dalam Mendukung program-program
(Tinjauan Konseptual Dan Teoritis).
Pemerintah Kota Bontang. EJournal
Journal of Chemical Information and
Ilmu Pemerintahan, 1(3), 975–984.
Modeling, 53(9), 1689–1699.
http://perpustakaan.unmul.ac.id/ejourna
https://doi.org/10.1017/CBO97811074
l/index.php/um/article/view/92
15324.004
Suharyadi, H., & Insani, M. A. (2016).
Gerald Hard Lantemona, M., Kecamatan, D.
Manajemen Pemerintahan Dalam
I., & Lantemona, G. H. (2017).
Program Unit Reaksi Cepat Tambal
Https://Ejournal.Unsrat.Ac.Id/Index.Ph
Jalan Di Kota Bandung Tahun 2015.
p/Jurnaleksekutif/Article/View/20717.
CosmoGov, 2(2), 239.
Jurnal EKSEKUTIF, 2(2).
https://doi.org/10.24198/cosmogov.v2i
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/j
2.10014
urnaleksekutif/article/view/20717
Suri, D. M. (2017). Analisis faktor yang
Jahidin, A. (2017). Model Sistem Rujukan
mempengaruhi implementasi kebijakan
Gelandangan dan Pengemis di Camp
penertiban dan pembinaan
Assesment Dinas Sosial DIY. 6(1), 39–
gelandangan dan pengemis di kota
54.
pekanbaru. 3(1).

439

Anda mungkin juga menyukai