Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD),

DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)


TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH PADA PEMERINTAH
DAERAH KABUPATEN KOTA DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

Nurafni Kustianingsih1, Muslimin dan Abdul Kahar2


1
(Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Tadulako)
2
(Dosen Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Tadulako)

Abstract
This study aims to determinate and analyze simultanoes and partia influeence of local
revenues, general allocation funds, and special allocation funds on districts/towns independency
level in central sulawesi province. Sample consist of 11 district/towns in Central Sulawesi Province
that selected through purposive sampling method. Method of study in descriptive verificative and
analyzed with multiple liner regressions. The result shows that local revenues, general allocation
fund simultaneously have significant and positive influence on district/towns independency level in
Central Sulawesi Province; partialy, local revenues has significant and positive influence on
districts/towns independency level in Central Sulawesi Province; partially, general allocation
funds and special allocaqtion funds have significant and negative influence on district/towns
independency level in Central Sulawesi Province.
Keywords: Local independency level, local revenues, general allocation funds, and special
allocation fund

Reformasi sektor publik yang disertai Daerah dalam mengurangi ketergantungan


adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu kepada Pemerintah Pusat, dan mempercepat
fenomena global termasuk Indonesia. Tuntutan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Proses
demokratisasi ini menyebabkan aspek pembangunan di tingkat nasional dan daerah
transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek merupakan satu kesatuan rangkaian
tersebut menjadi hal penting dalam pengelolaan pembangunan yang terintegrasi dan
pemerintahan termasuk di bidang pengelolaan berkesinambungan.
keuangan negara maupun daerah. Sejak Diberlakukannya Undang-undang Nomor
diberlakukannya otonomi daerah yang dimulai 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sejak tanggal 01 Januari 2001, telah membawa dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004
implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah Tentang Perimbangan Keuangan Antara
merupakan fenomena politis yang menjadikan Pemerintah Pusat dan Daerah. Lahirnya
penyelenggaraan pemerintahan yang sentralistik Undang-undang ini juga akan memberikan
birokratis ke desentralistik parsitipatoris. implikasi positif bagi dinamika aspirasi
Otonomi daerah merupakan peluang dan masyarakat setempat. Kebijakan daerah tidak
sekaligus juga sebagai tantangan. Otonomi lagi bersifat selalu menerima dari pemerintah
daerah memberikan kesempatan yang luas pusat, namun justru pemerintah daerah mesti
kepada daerah untuk berkreasi dalam mengambil inisiatif dalam merumuskan
meningkatkan dan mengembangkan potensi kebijakan daerah yang sesuai dengan aspirasi,
yang dimiliki dan dinikmati sebesar-besarnya potensi, dan sosio kultural masyarakat setempat.
untuk kesejahteraan masyarakat. Disisi lain Undang-undang ini juga membuka jalan bagi
otonomi juga sebagai tantangan bagi Pemerintah terselenggaranya pemerintahan yang baik (good

82
83 Katalogis, Volume 6 Nomor 6 Juni 2018 hlm 82-91 ISSN: 2302-2019

governance) di satu pihak dan pemberdayaan melalui kerjasama dengan pemerintah daerah.
ekonomi rakyat di pihak lain. Melalui otonomi (Halim, 2009).
daerah, pemerintahan Kabupaten Kota memiliki Keberhasilan pengembangan otonomi
kewenangan yang memadai untuk daerah bisa dilihat dari derajat otonomi fiskal
mengembangkan program - program daerah, yaitu perbandingan antara PAD dengan
pembangunan berbasis masyarakat (ekonomi total penerimaan APBDnya yang semakin
rakyat). Jika selama ini program-program meningkat, diharapkan dimasa yang akan
pemberdayaan ekonomi rakyat di desain dari datang ketergantungan daerah terhadap transfer
pusat, tanpa daerah memiliki kewenangan untuk dana pusat hendaknya diminimalisasi guna
berkreasi, sekaranglah saatnya pemerintah menumbuhkan kemandirian pemerintah daerah
daerah menunjukkan kemampuannya. dalam pelayanan publik dan pembangunan.
Kemandirian daerah merupakan salah satu Permasalahan yang dihadapi daerah pada
kriteria untuk melihat berhasil atau tidaknya umumnya berkaitan dengan penggalian sumber-
salah satu kebijakan pemerintah yaitu otonomi sumber pajak dan retribusi daerah yang
daerah yang mulai dilaksanakan pada tahun merupakan salah satu komponen dari
2001. Kemandirian daerah dapat diartikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih belum
sebagai seberapa besar tingkat ketergantungan memberikan konstribusi signifikan terhadap
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat penerimaan daerah secara keseluruhan. (Halim,
dalam melaksanakan pembangunan, mengingat 2009).
pelaksanaan program pembangunan daerah di Kemampuan perencanaan dan
berbagai bidang membutuhkan biaya/investasi pengawasan keuangan yang lemah. Hal tersebut
yang cukup besar. Daerah yang mampu dapat mengakibatkan kebocoran-kebocoran
memperkecil tingkat ketergantungannya kepada yang sangat berarti bagi daerah. Peranan
pemerintah pusat dapat dikatakan sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam
daerah yang mandiri. Kemandirian daerah membiayai kebutuhan pengeluaran daerah
(otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan sangat kecil dan bervariasi antar daerah, yaitu
pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kurang dari 10% hingga 50%. Sebagian besar
kegiatan pemerintahan, pembangunan dan wilayah provinsi dapat membiayai kebutuhan
pelayanan kepada masyarakat yang telah pengeluaran kurang dari 10%. Distribusi pajak
membayar pajak dan retribusi sebagai sumber antar daerah sangat timbang karena basis pajak
pendapatan yang diperlukan daerah. antar daerah sangat bervariasi. peranan pajak
Pembiayaan penyelenggaraan dan retribusi daerah dalam pembiayaan yang
pemerintahan berdasarkan asas desentralisasi sangat rendah dan bervariasi, dimana hal ini
dilakukan atas beban Anggaran Pendapatan dan terjadi karena adanya perbedaan yang sangat
Belanja Daerah (APBD). Dalam rangka besar dalam jumlah penduduk, keadaan
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan geografis (berdampak pada biaya relatif mahal)
kepada masyarakat, daerah diberi kewenangan dan kemampuan masyarakat, sehingga dapat
untuk memungut pajak/retribusi dan mengelola mengakibatkan biaya pelayanan kepada
Sumber Daya Alam (SDA). Sumber dana bagi masyarakat sangat bervariasi.
daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor Melalui otonomi daerah berarti
33 Tahun 2004 pasal 157 terdiri dari Pendapatan pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri,
Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan (Dana tak terkecuali juga mandiri dalam masalah
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan finansial. Setiap daerah mempunyai
Dana Bagi Hasil) dan Pinjaman Daerah. Tiga kemampuan keuangan yang tidak sama dalam
sumber pertama langsung dikelola oleh mendanai kegiatan-kegiatannya, hal ini
Pemerintah Daerah melalui APBD, sedangkan menimbulkan ketimpangan fiskal antara satu
yang lain dikelola oleh Pemerintah Pusat daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu,
Nurafni Kustianingsih, dkk. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU),…………….....84

untuk mengatasi ketimpangan fiskal ini Realisasi APBD Kabupaten Kota di Wilayah
pemerintah mengalokasikan dana yang Provinsi Sulawesi Tengah
bersumber dari APBN untuk mendanai T.A. 2011-2015
kebutuhan daerah dalam pelaksanaan 2011 2012 2013 2014 2015
desentralisasi. Salah satu dana perimbangan dari NO KABUPATEN/KOTA
PAD DAU DAK PAD DAU DAK PAD DAU DAK PAD DAU DAK PAD DAU DAK
pemerintah ini adalah Dana Alokasi Umum 1 Kota Palu 78.348 422.094 39.201 109.600 512.824 42.362 135.875 575.235 45.042 211.275 637.378 61.697 253.977 652.407 154.422
(DAU) yang pengalokasiannya menekankan 2 Kab. Banggai 35.337 504.060 64.238 51.508 580.225 61.530 69.208 711.134 68.285 94.645 794.840 81.720 112.387 835.942 110.046
pada aspek pemerataan dan keadilan yang 3 Kab. Banggai Kepulauan 9.374 323.380 48.543 13.499 371.918 57.895 14.323 446.340 74.232 16.015 347.051 62.678 20.792 410.850 62.832
selaras dengan penyelenggaraan urusan 4 Kab. Buol 8.633 328.940 45.506 16.351 359.941 40.479 29.828 405.310 50.566 35.113 454.371 53.873 45.986 472.180 198.410
5 Kab. Tolitoli 16.655 351.739 47.497 19.316 436.210 39.289 23.494 487.396 68.020 47.846 535.154 75.730 63.600 670.921 67.034
pemerintahan (UU No. 32 Tahun 2004). Selain
6 Kab. Donggala 30.238 392.154 65.281 36.197 464.885 69.147 41.337 523.660 80.352 58.214 573.670 63.351 59.927 604.513 215.149
Dana Alokasi Umum (DAU), pemerintah juga 7 Kab. Morowali 20.431 435.729 48.483 30.528 548.247 55.359 39.134 615.422 72.035 25.341 286.764 63.792 74.439 432.831 163.673
memberikan Dana Alokasi Khusus yaitu dana 8 Kab. Poso 25.654 433.883 57.437 26.224 509.604 58.877 33.409 583.806 73.980 66.747 642.281 82.058 70.168 678.031 190.888
yang bersumber dari pendapatan APBN yang 9 Kab. Parigi Moutong 20.578 447.590 70.237 28.919 520.677 67.427 33.528 588.502 82.492 76.559 660.265 83.047 77.841 692.805 135.772
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan 10 Kab. Tojo una-una 23.022 310.268 55.069 26.765 373.700 51.799 29.129 426.316 71.661 43.985 482.416 75.756 49.782 509.717 204.531
tujuan untuk membantu mendanai kegiatan 11 Kab. Sigi 10.259 383.436 53.918 11.582 442.899 51.218 13.796 503.990 56.981 23.589 561.491 67.149 25.506 595.913 134.743
Ket. PAD, DAU, DAK (dalam milyar rupiah)
khusus yang merupakan urusan daerah dan
sesuai dengan prioritas nasional (UU No. 32 Pada Tabel di atas dapat dilihat bahwa
Tahun 2004). dari tahun 2011-2015 Pendapatan Asli Daerah
Persoalan kemandirian keuangan (PAD) dan transfer pusat (DAU dan DAK)
pemerintah daerah ini menjadi tantangan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya.
tidak ringan bagi daerah disebabkan oleh Peningkatan transfer pemerintah daerah
masalah makin membengkaknya biaya yang menunjukkan bahwa masih kurangnya
dibutuhkan pemerintah daerah untuk pelayanan kemandirian suatu daerah. Meskipun jumlah
publik (fiscal need), sementara laju Penerimaan Asli Daerah (PAD) saja tidak cukup
pertumbuhan penerimaan daerah (fiscal untuk menunjukkan tingkat kemandirian daerah.
capacity) tidak mencukupi. Oleh karena itu Pada kenyataannya dapat dilihat pada Tabel di
pemerintah daerah harus melakukan upaya atas meskipun jumlah PAD setiap periode
peningkatan kapasitas fiskal daerah (fiscal mengalami kenaikan akan tetapi jumlah
capacity) untuk mengurangi ketergantungan kontribusinya masih sangat kecil bila
terhadap pembiayaan dari pusat. Peningkatan dibandingkan dengan jumlah transfer pusat. Hal
kapasitas fiskal daerah ini pada dasarnya adalah ini menunjukkan bahwa ketergantungan fiskal
optimalisasi sumber-sumber penerimaan daerah pemerintah daerah Kabupaten Kota se-Sulawesi
yang merupakan indikator bagi pengukuran Tengah terhadap pemerintah pusat masih relatif
tingkat kemampuan keuangan daerah itu sendiri. besar.
Sumber-sumber pendapatan daerah tersebut Berdasarkan latar belakang di atas, maka
berupa: pajak daerah, retribusi daerah, hasil rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1)
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Bagaimana gambaran perkembangan
dan lain-lain PAD yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi
Kabupaten Kota di wilayah Provinsi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK)
Sulawesi Tengah selama ini penerimaan dan tingkat kemandirian daerah pada
daerahnya masih mengandalkan dana transfer pemerintah daerah Kabupaten Kota di Provinsi
dari pemerintah pusat sebagai sumber terbesar Sulawesi Tengah. 2) Apakah Pendapatan Asli
bagi penerimaan daerah. Hal ini mencerminkan Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU),
bahwa ketergantungan daerah kepada Dana Alokasi Khusus (DAK) secara simultan
pemerintah pusat masih sangat dominan. Dapat berpengaruh signifikan terhadap tingkat
dilihat pada Tabel 1. di bawah ini: kemandirian daerah pada pemerintah daerah
Kabupaten Kota di Provinsi Sulawesi Tengah;
85 Katalogis, Volume 6 Nomor 6 Juni 2018 hlm 82-91 ISSN: 2302-2019

3) Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Tingkat Kemandirian Daerah pada
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pemerintah daerah Kabupaten Kota di Provinsi
tingkat kemandirian daerah pada pemerintah Sulawesi Tengah. Dengan penelitian ini maka
daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sulawesi dapat dibangun teori yang dapat berfungsi untuk
Tengah; 4) Apakah Dana Alokasi Umum menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu
(DAU) secara parsial berpengaruh signifikan gejala (Sugiyono, 2007).
terhadap tingkat kemandirian daerah pada Sumber data dalam penelitian ini berupa
pemerintah daerah Kabupaten Kota di Provinsi data sekunder. Data sekunder ini berupa
Sulawesi Tengah; 5) Apakah Dana Alokasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah periode
Khusus (DAK) secara parsial berpengaruh tahun 2011-2015 pada Kabupaten Kota se-
signifikan terhadap tingkat kemandirian daerah Sulawesi Tengah hasil audit yang diperoleh dari
pada pemerintah daerah Kabupaten Kota di Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Provinsi Sulawesi Tengah. (BPK RI) Perwakilan Propinsi Sulawesi
Mengacu pada rumusan masalah yang Tengah.
telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai Variabel yang digunakan dalam penelitian
dalam penelitian ini adalah 1) Mendeskripsikan ini adalah: Variabel bebas (independen) yang
tentang Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana terdiri dari: Pendapatann Asli Daerah (X1),
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Umum (X2) dan Dana Alokasi
(DAK) dan tingkat kemandirian daerah pada Khusus (X3) serta Variabel terikat yaitu Tingkat
pemerintah daerah Kabupaten Kota di Provinsi Kemandirian Daerah (Y).
Sulawesi Tengah; 2) Untuk mengetahui dan Teknik pengambilan data dilakukan
menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah dengan cara dokumentasi: yaitu teknik
(PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana pengumpulan data yang diperoleh melalui
Alokasi Khusus (DAK) terhadap tingkat pencatatan dokumen - dokumen yang
kemandirian daerah pada pemerintah daerah berhubungan dengan penelitian ini.
Kabupaten Kota di Provinsi Sulawesi Tengah; Teknik analisis data dalam penelitian ini
3) Untuk mengetahui dan menganalisis menggunakan metode pendekatan kuantitatif.
pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dengan menggunakan data sekunder yang yang
terhadap tingkat kemandirian daerah pada diperoleh dari Laporan Realisasi Anggaran
pemerintah daerah Kabupaten Kota di Provinsi (LRA). Software yang digunakan untuk
Sulawesi Tengah; 4) Untuk mengetahui dan menganalisis data penelitian adalah program
menganalisis pengaruh Dana Alokasi Umum SPSS Statistics 21.0
(DAU) terhadap tingkat kemandirian daerah Populasi dalam penelitian ini adalah 13
pada pemerintah daerah Kabupaten Kota di (tiga belas) daerah Kabupaten Kota di Provinsi
Provinsi Sulawesi Tengah; 5) Untuk mengetahui Sulawesi Tengah dengan menggunakan dimensi
dan menganalisis pengaruh Dana Alokasi waktu selama 5 (lima) tahun. Adapun daerah
Khusus (DAK) terhadap tingkat kemandirian Kabupaten Kota yang menjadi Populasi adalah:
daerah pada pemerintah daerah Kabupaten Kota
di Provinsi Sulawesi Tengah. Tabel 1. Daerah Kabupaten Kota di Sulawesi
Tengah sebagai Populasi
METODE

Penelitian ini menggunakan jenis


penelitian deskriptif verifikatif yang bertujuan
untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi
Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK)
Nurafni Kustianingsih, dkk. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU),…………….....86

Teknik pengambilan sampel yang masyarakat yang telah membayar pajak dan
digunakan adalah purposive sampling yaitu retribusi sebagai pendapatan daerah.
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan Kemandirian daerah ditunjukkan oleh besar
tertentu. Daerah-daerah yang dijadikan sampel kecilnya PAD dibandingkan dengan pendapatan
dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria daerah yang berasal dari sumber lainnya
memiliki laporan keuangan pada kurun waktu misalnya transfer pusat (DAU, DAK, DBH)
penelitian (tahun 2011-2015) dan dari 13 (tiga maupun dari pinjaman.
belas) daerah yang ada hanya terdapat Sejalan dengan bergulirnya otonomi
sebanyak 11 (sebelas) daerah yang memenuhi daerah maka daerah diberikan pelimpahan
kriteria memiliki laporan keuangan lengkap sebagian kewenangan dari pemerintah pusat
selama kurun waktu penelitian. yang sebelumnya menjadi kewenangan
Berdasarkan kriteria dari 13 Kabupaten pemerintah pusat. Oleh sebab itu agar dalam
Kota dalam Populasi, 2 (dua) Kabupaten tidak penyelenggaraan kewenangan yang diberikan
memenuhi kriteria 1, yaitu Kabupaten Morowali tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan
Utara dan Kabupaten Banggai Laut dikarenakan pemberian otonomi daerah, maka daerah
2 (dua) Kabupaten tersebut hanya memiliki diberikan kewenangan untuk memperoleh
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) periode sumber-sumber pembiayaan berdasarkan
2014-2015 karena merupakan Kabupaten yang potensi yang ada di daerahnya dengan mengacu
baru dimekarkan pada tahun 2013. Dengan pada peraturan perundang-undangan yang
demikian sampel dalam penelitian ini berjumlah berlaku. Hal ini tentunya sesuai dengan
10 kabupaten dan 1 kota, penelitian ini memiliki penjelasan pada UU No. 23 Tahun 2014 tentang
dimensi waktu 5 tahun, sehingga jumlah Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa
pengamatan berjumlah 11 Kabupaten Kota x 5 daerah diberikan hak untuk mendapatkan
tahun menjadi 55 sampel pengamatan. sumber keuangan yang antara lain berupa:
kepastian tersedianya pendanaan dari
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemerintah sesuai dengan urusan pemerintah
yang diserahkan; kewenangan memungut dan
Kemandirian daerah mendayagunakan pajak dan retribusi daerah
Berdasarkan hasil uji simultan (Uji F) dan hak untuk mendapatkan bagi hasil dari
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan sumber-sumber daya nasional yang berada di
dari pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, daerah dan dana perimbangan lainnya; hak
dan dana alokasi khusus terhadap tingkat untuk mengelola kekayaan daerah dan
kemandirian daerah pada pemerintah daerah mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain
Kabupaten Kota di Provinsi Sulawesi Tengah. yang sah serta sumber-sumber pembiayaan
Dengan hasil tersebut mengindikasikan bahwa lainnya.
ketiga variabel bebas tersebut mempunyai Selain diberikan kewenangan untuk
pengaruh terhadap peningkatan kemandirian memperoleh sumber-sumber pendanaan dari
daerah pada Kabupaten Kota di Provinsi potensi daerah masing-masing, daerah juga
Sulawesi Tengah. Hal ini berarti bahwa diberikan sumber pendanaan lain dari
Kabupaten Kota yang memiliki PAD yang pemerintah pusat melalui dana transfer berupa
tinggi akan menentukan arah dan kebijakan dana bagi hasil (DBH), dana alokasi umum
pemerintah pusat dalam mengalokasikan dana (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK).
transfer dalam hal ini DAU dan DAK. Tujuannya adalah untuk membantu daerah
Tingkat kemandirian daerah dalam melaksanakan kewenangan yang
mengindikasikan kemampuan pemerintah diberikan dan untuk mengurangi kesenjangan
daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pendanaan antar daerah. Dengan mengandalkan
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan sumber-sumber pendanaan dari potensi
87 Katalogis, Volume 6 Nomor 6 Juni 2018 hlm 82-91 ISSN: 2302-2019

daerahnya masing-masing, daerah akan Pengaruh PAD Terhadap kemandirian


kesulitan untuk melaksanakan kewenangan- Daerah
kewenangan yang dilimpahkan dari pemerintah Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pusat karena tidak semua daerah memiliki pendapatan asli daerah memiliki pengaruh yang
potensi sumber pendanaan yang besar. positif dan signifikan terhadap tingkat
Kaitannya dengan otonomi daerah, maka kemandirian daerah Kabupaten Kota di Provinsi
tugas utama pemerintah daerah adalah Sulawesi Tengah. Hal ini berarti jika PAD suatu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah lebih besar dibandingkan dengan
daeranya melalui penyediaan sarana dan bantuan pemerintah pusat/provinsi dan
prasarana dasar kebutuhan masyarakat, tetapi pinjaman maka daerah tersebut sudah mandiri
tidak semua daerah memiliki kemampuan yang dari segi finansialnya sehingga pemerintah pusat
cukup untuk membiayai penyediaan sarana dan bisa mengurangi pengalokasian dana
prasarana tersebut. Oleh karena itu untuk perimbangan kepada daerah tersebut.
membantu daerah dalam penyediaan sarana dan Sebaliknya jika PAD suatu daerah lebih kecil
prasarana kebutuhan dasar masyarakat, dibandingkan dengan pinjaman daerah serta
pemerintah pusat memberikan bantuan bantuan pemerintah pusat/provinsi seperti DAU,
pembiayaan melalui dana alokasi khusus DAK, DBH maka daerah tersebut dikatakan
(DAK). Sebagaimana yang tertuang dalam belum mandiri dari segi finansialnya karena
penjelasan UU No. 33 Tahun 2004, DAK daerah tersebut masih bergantung pada
dimaksudkan untuk membantu membiayai pemerintah pusat (Marizka, 2013).
kegiatan-kegiatan khusus di daerah tertentu Desentralisasi ditujukan untuk
yang merupakan urusan daerah dan sesuai mewujudkan kemandirian daerah, dimana
dengan prioritas nasional, khususnya untuk pemerintah daerah otonom mempunyai
membiayai kebutuhan sarana dan prasarana kewenangan untuk mengatur dan mengurus
pelayanan dasar masyarakat yang belum kepentingan masyarakat setempat menurut
mencapai standar tertentu atau untuk prakarsa dan kemampuan sendiri berdasar
mendorong percepatan pembangunan daerah. aspirasi masyarakat seperti yang telah tercantum
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada Undang-Undang No 23 Tahun 2014
DAK digunakan untuk penyediaan sarana dan tentang Pemerintahan Daerah. Di sisi lain
prasanana yang sifatnya investasi bagi daerah kemampuan daerah untuk menyediakan
dan dapat meningkatkan kesejahteraan pendanaan yang berasal dari daerah sangat
masyarakat di daerah. tergantung pada kemampuan merealisasikan
Hasil penelitian ini sejalan dengan Susanti potensi ekonomi tersebut menjadi bentuk-
dkk (2015), yang menyatakan bahwa secara bentuk kegiatan ekonomi yang mampu
bersama-sama PAD, DAU, DAK berpengaruh menciptakan alokasi dana untuk pembangunan
positif dan signifikan terhadap tingkat daerah yang berkelanjutan. Di sisi lain, wilayah
kemandirian keuangan daerah Kabupaten Kota dengan sumber dana PAD yang tinggi dapat
di Provinsi Jawa Barat tahun 2011-2014. memiliki tuntutan yang besar dari
Penelitian yang sama juga sejalan dengan masyarakatnya untuk semakin dapat
Simbolon (2011), yang menyatakan bahwa memperoleh akses yang besar terhadap
secara bersama-sama Rasio Efektivitas PAD, pendapatan daerah tersebut. Masyarakat akan
DBH, DAU dan DAK berpengaruh signifikan semakin banyak yang menyuarakan pada
terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah tuntutan perbaikan pelayanan umum.
pada Kabupaten Kota di umatera Utara. man Dalam pelaksanaan otonomi daerah,
akan seluruh pengelolaan aset. (Hamidah, sumber keuangan yang berasal dari pendapatan
2013). asli daerah lebih penting dibandingkan dengan
sumber-sumber pendapatan lain karena PAD
Nurafni Kustianingsih, dkk. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU),…………….....88

merupakan sumber keuangan daerah yang digali Salah satu kendala yang dihadapi dalam
dalam wilayah daerah yang bersangkutan implementasi otonomi daerah adalah adanya
sehingga optimalisasi sumber-sumber PAD disparitas (kesenjangan) fiskal antar daerah.
perlu dilakukan untuk meningkatkan Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah pusat
kemampuan keuangan daerah. Dana bantuan memberikan bantuan (transfer) kepada
dari pemerintah pusat seperti DAU, DAK, dan pemerintah daerah salah satunya adalah
DBH serta bentuk transfer lainnya hanya pemberian dana alokasi umum (DAU). Daerah
bersifat pendukung bagi pelaksanaan yang mempunyai kemampuan fiskal rendah
pemerintahan dan pembangunan daerah. Upaya akan mendapatkan DAU dalam jumlah yang
untuk meningkatkan PAD dapat dilakukan relatif besar, sebaliknya daerah yang
dengan intensifikasi pemungutan pajak dan mempunyai kemampuan fiskal tinggi akan
retribusi yang sudah ada. Peningkatan mendapat DAU dalam jumlah yang kecil.
kemandirian tidak akan mungkin terjadi apabila Pemberian DAU ini diharapkan benar-benar
tidak ada peran serta masyarakat yang tercermin dapat mengurangi disparitas fiskal horizontal,
dalam pembayaran pajak maupun retribusi. daerah mempunyai tingkat kesiapan fiskal yang
Berdasarkan hasil penelitian yang relatif sama dalam mengimplementasikan
membuktikan adanya pengaruh PAD terhadap otonomi daerah. Daerah diharapkan mampu
tingkat kemandirian daerah sekaligus sejalan mengalokasikan sumber dana ini pada sektor-
dengan penelitian yang dilakukan oleh Tahar sektor produktif yang mampu mendorong
dkk (2011), dan Hanafiah (2012), Nur’ainy dkk adanya peningkatan investasi di daerah dan juga
(2013) yang menyatakan bahwa pendapatan asli pada sektor yang berdampak pada peningkatan
daerah berpengaruh signifikan dan positif pelayanan publik, yang pada gilirannya dapat
terhadap tingkat kemandirian daerah. Dengan meningkatkan konstribusi publik terhadap
PAD yang kecil, pemda pada umumnya pajak. Kemandirian daerah menjadi semakin
bergantung pada transfer daerah. Namun sangat tinggi seiring dengan meningkatnya kapasitas
disayangkan ketika dana tersebut sebagaian fiskal daerah, dan pada gilirannya tanggungan
besar habis untuk belanja pegawai. Sehingga pemerintah untuk memberikan DAU bisa lebih
porsi untuk belanja modal yang dapat dikurangi. (Adi, 2008).
meningkatkan penerimaan PAD tidak ideal Realitas menunjukkan bahwa dalam
akibatnya pembangunan di daerah tidak begitu perkembangannya daerah tidak menunjukkan
terasa. adanya peningkatan kemandirian. Daerah justru
Pengaruh DAU Terhadap Kemandirian lebih mengandalkan sumber pendanaan lain
Daerah dalam pembiayaan dengan cenderung
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan penerimaan DAU dikarenakan
Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki pengaruh jumlahnya yang sangat besar daripada
negatif dan signifikan terhadap tingkat mengupayakan peningkatan pendapatan sendiri.
kemandirian daerah pada pemerintah Kabupaten Pemberian DAU yang seharusnya menjadi
Kota di Provinsi Sulawesi Tengah. Hal ini stimulus peningkatan kemandirian daerah, justru
berarti bahwa daerah Kabupaten Kota yang direspon berbeda oleh daerah. Kenyataannya
memiliki DAU yang tinggi cenderung tingkat daerah tidak menjadi lebih mandiri, akan tetapi
kemandiriannya rendah. Kebutuhan DAU oleh semakin bergantung pada pemerintah pusat.
suatu daerah ditentukan dengan menggunakan Permasalahan dalam implementasinya, DAU
pendekatan fiscal gap, yaitu ditentukan atas banyak terserap dibelanja pegawai menjadi hal
kebutuhan daerah dengan potensi daerah krusial di daerah. Karena urgensi dari belanja
melebihi dari potensi penerimaan daerah yang tidak sejalan dengan pembangunan masyarakat
ada (UU No. 34 Tahun 2004). sesuai dengan kebutuhan yang ada.
(Kompasiana, 17 Juni 2015).
89 Katalogis, Volume 6 Nomor 6 Juni 2018 hlm 82-91 ISSN: 2302-2019

Penelitian ini sejalan dengan Muliana Kota di Provinsi Sulawesi Tengah. Hal ini
(2009), Sutami (2016), yang menyatakan berarti bahwa semakin besar transfer dana
bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) alokasi khusus dari pemerintah pusat maka
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemandirian daerah semakin rendah,
tingkat kemandirian daerah. Hal ini berarti jika demikian pula sebaliknya, semakin kecil
DAU yang dialokasikan Pemerintah Pusat ke transfer dana alokasi khusus dari pemerintah
daerah relatif besar maka daerah tersebut pusat maka tingkat kemandirian keuangan
dikatakan kurang mandiri karena daerah semakin tinggi.
tersebut masih mengandalkan dana dari Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan
pemerintah pusat sebagai penerimaan utamanya. dana yang bersumber dari dana perimbangan
Penggunaan DAU yang dialokasikan oleh selain Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi
Pemerintah Pusat belum digunakan dan Hasil. Tujuan DAK untuk mengurangi beban
dimanfaatkan secara efektif dan efisien oleh biaya kegiatan khusus yang harus ditanggung
daerah berarti penggunaan dana tersebut belum oleh pemerintah daerah. Pemanfaatan DAK
mencapai target atau tujuan kepentingan publik diarahkan kepada kegiatan investasi
serta penggunaanya belum untuk menghasilkan pembangunan, pengadaan, peningkatan,
output yang maksimal atau berdaya guna. perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan
(Tjahjono, 2016). publik dengan umur ekonomis panjang. DAK
Ketidak efektifan pemanfaatan DAU digunakan untuk menutup kesenjangan
karena tidak ada ukuran kinerja yang jelas dari pelayanan publik antar daerah dengan memberi
DAU tersebut. Seharusnya DAU yang diberikan prioritas pada bidang pendidikan, kesehatan,
juga diikuti target kinerja yang kemudian infrastruktur, kelautan dan perikanan, pertanian,
dilaporkan kepada Menkeu. Saat ini tidak sanksi prasarana pemerintahan daerah, dan lingkungan
yang tegas yang jelas serta kontrol seperti apa, hidup. Apabila dikelola dengan baik, DAK yang
ini permasalahan yang terjadi. Daerah seenak secara khusus digunakan untuk pembangunan
saja menggunakan DAU asal dapat terserap dan rehabilitasi sarana dan prasarana fisik ini
dengan baik tanpa mementingkan outcome dan dapat membantu menanggulangi kemiskinan
impact dari DAU itu sendiri. (Kompasiana, 17 dan secara umum dapat digunakan untuk
Juni 2015). membangun perekonomian nasional. Dana
Daerah bisa jadi meningkatkan kebutuhan Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber
fiskalnya dengan cara meningkatkan anggaran dari pendapatan APBN yang dialokasikan
belanjanya. Oleh karena itu, perubahan pola kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
belanja daerah ini perlu dicermati, apakah lebih membantu mendanai kegiatan khusus yang
menekankan perubahan pada belanja-belanja merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
modal yang berkaitan langsung dengan prioritas nasional. Daerah tertentu yang
peningkatan pelayanan publik atau pada dimaksud adalah daerah yang memenuhi kriteria
belanja-belanja rutin yang selama ini oleh yang ditetapkan setiap tahun untuk
banyak kalangan dinilai terjadi inefisiensi dalam mendapatkan alokasi DAK. Dengan demikian,
pemanfaatannya. (Adi, 2008). tidak semua daerah mendapatkan alokasi DAK
yang sama besarnya. Hal yang dimaksud dengan
Pengaruh DAK Terhadap Kemandirian fungsi dalam rincian belanja negara antara lain
Daerah terdiri atas layanan umum, pertahanan,
ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hidup, perumahan dan fasilitas umum,
Dana Alokasi Khusus (DAK) memiliki kesehatan, pariwisata, budaya, agama,
pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pendidikan, dan perlindungan sosial. (UU
kemandirian daerah pada pemerintah Kabupaten Nomor 33/2004).
Nurafni Kustianingsih, dkk. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU),…………….....90

Penelitian ini sejalan dengan Marizka 3. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh


(2013), Ikasari (2015), yang menyatakan bahwa signifikan positif terhadap Tingkat
Dana Alokasi Khusus berpengaruh negatif dan Kemandirian Daerah pada Kabupaten Kota
signifikan terhadap tingkat kemandirian daerah. di Sulawesi Tengah.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar 4. Dana Alokasi Umum berpengaruh
transfer DAK dari pemerintah pusat, maka signifikan negatif terhadap Tingkat
tingkat kemandirian daerah semakin rendah. Kemandirian Daerah pada Kabupaten Kota
Pemberian DAK oleh pemerintah yang di Sulawesi Tengah.
dialokasikan bagi daerah tertentu bertujuan 5. Dana Alokasi Khusus berpengaruh
untuk mendanai kegiatan tertentu yang menjadi signifikan negatif terhadap Tingkat
prioritas nasional. Jadi, penggunaan DAK telah Kemandirian Daerah pada Kabupaten Kota
ditentukan oleh pemerintah pusat, sehingga di Sulawesi Tengah.
daerah tidak dapat membelanjakannya untuk
kebutuhan lain. Daerah yang memenuhi kriteria Rekomendasi
pada setiap tahunnya akan diberikan DAK. 1. Bagi Pemerintah Daerah
Penggunaan dana tersebut diutamakan untuk Diharapkan pemerintah daerah tidak
proses pembangunan yang menyangkut hanya mengandalkan dana transfer dari
infrastruktur maupun sarana dan prasarana fisik pemerintah pusat saja, hendaknya pemerintah
pelayanan dasar masyarakat. Dengan DAK daerah terus berupaya meningkatkan
diharapkan terjadi pemerataan dalam penerimaan melalui intensifikasi, ekstentifikasi,
pembangunan, serta pelayanan bagi masyarakat. dan menggunakan anggaran secara efektif,
Daerah yang keuangannya kurang mencukupi efisien serta bertahap mengurangi
akan terbantu oleh DAK, sehingga dapat ketergantungan dari pemerintah pusat serta
meminimalisir kecemburuan antar daerah. Di mengoptimalkan potensi ekonomi lokalnya
samping itu pula diharapkan dapat mencapai untuk menambah penerimaan daerah sehingga
standar pelayanan minimal bagi setiap daerah, tercipta kemandirian daerah untuk membiayai
karena masyarakat memiliki hak untuk pengeluaran-pengeluaran sehingga pada
mendapatkan pelayanan yang baik. Oleh karena akhirnya ketergantungan pada pemerintah pusat
itu, DAK menjadi sangat penting fungsinya dapat dikurangi
untuk mencapai kegiatan yang menjadi program 2. Bagi Peneliti Selanjutnya
nasional. (Makruf, 2011). Diharapkan kepada peneliti selanjutnya
agar dapat mengembangkan penelitian tentang
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI hal-hal yang mempengaruhi tingkat
kemandarian daerah dengan menambahkan
Kesimpulan variabel lain seperti pinjaman daerah, dan
1. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah, inventasi, sehingga dapat menambah referensi
Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dalam memperkaya ilmu pengetahuan dan
dan Tingkat Kemandirian Daerah Kabupaten mengindentifikasi faktor-faktor lain yang benar-
Kota di Provinsi Sulawesi Tengah secara benar menjadi unsur determinasi terhadap
umum menunjukkan peningkatan dari tahun tingkat kemandirian daerah, serta menambahkan
ke tahun. metode penelitian dengan melakukan
2. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi wawancara langsung untuk mengumpulkan data
Umum, dan Dana Alokasi Khusus secara yang lebih valid dan lengkap. Menambah
simultan berpengaruh signifikan positif rentang waktu penelitian sehingga dapat
terhadap Tingkat Kemandirian Daerah pada digeneralisasikan dengan baik..
Kabupaten Kota di Sulawesi Tengah.
91 Katalogis, Volume 6 Nomor 6 Juni 2018 hlm 82-91 ISSN: 2302-2019

DAFTAR RUJUKAN Jakarta. Publik, Salemba, Jakarta


http://www.kompasiana.com/conspiracy8
Abdullah, Syukriy dan Halim Abdul, 2004. 6/permasalahan-dana-alokasi-umum_
“Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) 54f92601a3331169018b482c. Diakses
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tanggal 16 Maret 2017.
terhadap Belanja Pemerintah Daerah : Ikasari, Putri. 2015. “Pengaruh Dana Alokasi
Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Jawa dan Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja
Bali”, Proceeding Simposium Nasional Modal Terhadap Tingkat Kemandirian
Akuntansi VI, 16-17 Oktober 2003, Keuangan Daerah (Studi Kasus pada
Surabaya, hal. 1140. Kabupaten Kota di DIY periode 2007-
Adi, Priyo Hari. 2008. Relevansi Transfer 2014)”. Artikel. Universitas PGRI
Pemerintah Pusat Dengan Upaya Pajak Yogyakarta.
Daerah (Studi pada Pemerintah Kabupaten Imawan, Riswanda, dan Agus Wahyudin. 2014.
dan Kota se-Jawa). The 2nd National Analisis Kemandirian Keuangan Daerah
Conference UKWMS. Surabaya, 06 Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran
September 2008. 2010-2012. Accounting Analysis Journal.
Ariani, Kurnia Rina dan Putri, Gustita Arnawati. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri
2015. “Pengaruh Belanja Modal Dan Semarang.
Dana Alokasi Umum Terhadap Tingkat Kadafi Muhammad dan Wendy Wewisa Putra.
Kemadirian Keuangan Daerah”. ISSN. 2013. Kemandirian Keuangan Daerah
2460-0784. (Studi Kasus Pemerintah Kota Samarinda
Ariani, Kurnia Rina. 2010. Pengaruh Belanja Tahun 2001-2010),
Modal Dan Dana Alokasi Umum
Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan
Daerah Dan Tax Effort (Studi Kasus Pada
Pemerintah Kabupaten Kota Wilayah Eks
Karesidenan Surakarta). Skripsi.
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Bastian, Indra, 2006. Sistem Akuntansi Sektor
Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan. 2015. Dana Transfer.
http://www.djpk.depkeu.go.id/. Diakses
pada tanggal 12 Februari 2017.
Ersyad, Muhammad. 2011. Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap
Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah
(Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota
di Sumatera Barat). Skripsi. FE UNP:
Padang.
Fitriyanti, Ismi Rizky dan Pratolo, Suryo. 2009.
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan
Belanja Pembangunan terhadap Rasio
Kemandirian dan Pertumbuhan Ekonomi,
Studi pada Kota/Kabupaten dan Propinsi
di DIY. Makalah dalam Konferensi
Penelitian Keuangan Sektor Publik II.

Anda mungkin juga menyukai