Anda di halaman 1dari 46

STRATEGI PENGALOKASIAN DANA ALOKASI UMUM

DALAM URUSAN OTONOMI DAERAH


DI KABUPATEN NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR

Ayler Beniah Ndraha & Dedy Pribadi Uang


Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pemerintahan di IPDN CIlandak-Jakarta Selatan
E-mail: aylerndraha@gmail.com.

Abstrak
Kabupaten Nganjuk merupakan kabupaten di salah satu Provinsi di Jawa
Timur.Strategi pengalokasian dana alokasi umum dalam urusan otonomi daerah di
Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur perlu dirumuskan oleh karena terdapat
ketimpangan dalam penggunaan DAU kabupaten Nganjuk. Penggunaannya lebih besar
persentasenya untuk belanja pegawai dibandingkan untuk belanja kebutuhan publik.
Penelitian ini bermaksud untuk merumuskan strategi pengalokasian dana alokasi
umum dalam lingkup urusan otonomi daerah di Kabupaten Nganjuk menggunakan
teori mengenai strategi yang dikemukakan oleh Chandler, dengan pendekatan kualitatif
deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi dengan
perumusan strategi menggunakan teknik analisis SWOT.
Hasil dari analisis SWOT menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor Internal terdiri atas SDM dan potensi daerah.
Sedangkan faktor eksternal terdiri atas adanya kebijakan desentralisasi fiskal dan
dukungan pihak luar (swasta dan masyarakat).
Kata kunci: desentralisasi, otonomi daerah, strategi, dana alokasi umum.
PENDAHULUAN mengambil keputusan, baik politik maupun
administratif, menurut prakarsa sendiri 1.
Sejak berlakunya reformasi tahun Kebebasan dan kewenangan yang dimiliki
1999 telah membawa dampak terhadap oleh karena adanya penyerahan kekuasaan
tata kelola pemerintahan Indonesia. kepada daerah oleh pemerintah pusat atau
Pemerintahan yang sentralistik yang dikenal dengan desentralisasi. Tujuan
berubah menjadi pemerintahan yang utama yang hendak dicapai dengan adanya
mendistribusikan kekuasaan atau desentralisasi adalah terwujudnya
kewenangan ke tingkat lokal. Perubahan demokratisasi di tingkat lokal, terciptanya
tersebut ditandai dengan pemberlakuan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
otonomi daerah. Dimana setiap daerah pemerintahan daerah dan pembangunan
baik kabupaten/kota atau provinsi ekonomi daerah.
memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus rumah tangga daerahnya
masing-masing. Lilir Romli, otonomi
1 Lili Romli, 2007. Potret otonomi daerah dan wakil
daerah pada hakikatnya mengandung rakyat di tingkat lokal. Pustaka Pelajar:
arti adanya kebebasan daerah untuk Yogyakarta, Hal.7.
129
JE & KP Vol. 5, No. 2/ Desember 2018: 129 – 143
Kewenangan yang dimiliki oleh setiap dana alokasi umum (DAU). Karena pada
daerah harus dapat dipergunakan dengan saat DAU digulirkan kepada setiap daerah,
penuh tanggung jawab untuk memberikan pada kenyataannya banyak menimbulkan
pelayanan publik dan kesejahteraan kesenjangan dan permasalahan yang tidak
masyarakat ditingkat lokal. Dalam sesuai dengan tujuan dengan diberikan
menjalankan kewenangan yang dimiliki DAU, dimana penggunaan DAU banyak
setiap daerah harus didukung oleh diserap untuk belanja pegawai
pembiayaan yang memadai. Pemerintah dibandingkan dengan belanja daerah untuk
pusat tidak hanya mentransfer kewenangan kebutuhan pembangunan dan pelayanan
tetapi disertai dengan pembiayaan yang publik. Disamping itu belum adanya ukuran
memadai melalui kebijakan desentralisasi dan indikator yang jelas penggunaan DAU
fisikal. Menurut Saragih,desentralisasi sehingga daerah dalam penggunaannya
fiskal merupakan suatu proses distribusi hanya sebatas dapat terserap dengan baik
anggaran dari tingkat pemerintahan yang tanpa memperhitungkan dampak dari
lebih tinggi kepada pemerintahan yang pengelolaan DAU. Padahal tujuan dari
lebih rendah, dengan tujuan mendukung DAU adalah untuk mencegah ketimpangan
fungsi atau tugas pemerintahan dan fiskal di tingkal lokal, seperti yang
pelayanan publik sesuai dengan banyaknya dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah
kewenangan bidang pemerintahan yang Nomor 5 Tahun 2005 tentang Dana
dilimpahkan2. Karena sistem desentralisasi Perimbangan pasal 1 bahwa Dana Alokasi
kita adalah desentralisasi negara kesatuan Umum, selanjutnya disebut DAU adalah
bukan desentralisasi negara federal, maka dana yang bersumber dari pendapatan
pemerintah pusat masih bertanggung jawab APBN yang dialokasikan dengan tujuan
untuk mengawasi jalan pemerintahan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah termasuk di dalamnya pengelolaan daerah. Selain itu, besaran DAU
keuangan daerah. diperebutkan oleh daerah pertanda bahwa
Bentuk dari desentralisasi fiskal adalah masih tingginya tingkat ketergantungan
penyaluran dana perimbangan dari fiskal oleh daerah kepada pemerintah pusat.
pemerintah pusat kepada daerah. Dalam Mudrajad Kuncoro mengatakan setidaknya
pasal 1 Undang-Undang Nomor 33 Tahun ada lima penyebab utama rendahnya PAD
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara yang menyebabkan tingginya
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah ketergantungan terhadap subsidi dari pusat.
dijelaskan bahwa dana perimbangan adalah Pertama, kurang berperannya perusahaan
dana yang bersumber dari pendapatan daerah sebagai sumber pendapatan daerah.
APBN yang dialokasikan kepada Daerah Kedua, tingginya derajat sentralisasi dalam
untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam bidang perpajakan. Keempat, bersifat
rangka pelaksanaan Desentralisasi. politis, ada kekhawatiran apabila daerah
Selanjutnya dalam Pasal 10 ayat (1) Dana mempunyai sumber keuangan yang tinggi
Perimbangan terdiri atas: Dana Bagi Hasil; akan mendorong terjadinya disintegrasi dan
Dana Alokasi Umum; dan Dana Alokasi separatisme.Kelima, kelemahan dalam
Khusus. Yang menarik dari ketiga bentuk pemberian subsidi.3
dana perimbangan tersebut adalah Provinsi Jawa Timur merupakan salah
pengalokasian dan pengelolaan satu daerah yang memiliki besaran

2 Saragih. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan 3 Mudrajad Kuncoro, 2014 “Otonomi Daerah
Daerah dalam Otonomi. Ghalia Indonesia: Jakarta, Menuju Era Pembangunan Daerah (Edisi 3)”,
Hal. 83. Erlangga: Ja-karta. Hlm. 14
130
Strategi Pengalokasian DAU dalam Urusan ... (Ayler Beniah Ndraha & Dedy Pribadi Uang)
DAU yang cukup tinggi. Besaran alokasi 23 Kab. Probolinggo 977.570.137
DAU Provinsi Jawa Timur sebesar 24 Kab. Sampang 827.952.746
Rp3.535.734.656.000, lebih besar 25 Kab. Sidoarjo 1.225.261.302
dibandingkan dengan provinsi-provinsi di 26 Kab. Situbondo 821.084.393
Pulau Jawa lainnya, seperti jawa tengah 27 Kab. Sumenep 1.110.487.853
dengan besaran DAU sebesar 28 Kab. Trenggalek 901.379.781
Rp3.520.364.822.000 Provinsi Jawa Barat 29 Kab. Tuban 1.046.758.509
sebesar Rp2.879.143.808.000.Berdasarkan 30 Kab. Tulungagung 1.172.557.802
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2005 31 Kota Blitar 428.743.959
tentang Dana Perimbangan, untuk 32 Kota Kediri 617.780.644
menghitung besaran DAU dialokasikan 33 Kota Madiun 511.375.289
berdasarkan formula yang terdiri atas celah 34 Kota Malang 859.678.208
fiskal dan alokasi dasar. Berikut data 35 Kota Mojokerto 397.094.498
rincian alokasi DAU provinsi, kabupaten 36 Kota Pasuruan 432.090.225
dan kota se-Jawa Timur pada tahun 2017. 36 Kota Probolinggo 470.212.966
37 Kota Surabaya 1.233.380.404
Tabel 1
Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum 38 Kota Batu 480.460.016
Provinsi Jawa Timur (Kabupaten/Kota) Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan,
Tahun 2017 2017.
No Nama Daerah Alokasi DAU
Berdasarkan tabel di atas, salah satu
(dalam ribuan
rupiah)
daerah yang memiliki besaran DAU yang
cukup tinggi adalah Kabupaten Nganjuk
1 Provinsi Jawa Timur 3.535.734.656 dengan realisasi dau sebesar
2 Kab Bangkalan 1.012.242.530 1.078.695.643.000. Dengan jumlah
3 Kab. Banyuwangi 1.400.384.500 penduduk Kabupaten Nganjuk sebanyak
4 Kab.Blitar 1.128.511.321 1.017.030 dengan kurang lebih 36%
5 Kab. Bojonegoro 949.118.065 penduduk tinggal di perkotaan dan
6 Kab. Bondowoso 926.596.442 sisanya 64% tinggal di pedesaan 122.433
7 Kab. Gresik 923.469.024 km2, menjadi salah satu dasar dalam
8 Kab. Jember 1.709.892.845 pengalokasian DAU Kabupaten Nganjuk.
9 Kab. Jombang 1.111.301.450
Alokasi dana alokasi umum diharapkan
10 Kab.Kediri 1.242.230.783
semakin lepas ketergantungannya bagi tiap
11 Kab. Lamongan 1.166.655.654
12
daerah sehingga tiap tahun pemerintah
Kab. Lumajang 990.248.409
13 Kab. Madiun 893.565.762 daerah otonom mampu mandiri dalam
14 Kab. Magetan 916.052.436 mencari sumber-sumber income daerahnya.
15 Kab. Malang 1.694.884.660 Berikut perkembangan besaran DAU
16 Kab. Mojokerto 991.180.363 Kabupaten Nganjuk dalam kurun waktu
17 Kab. Nganjuk 1.078.695.643 lima tahun terakhir, dapat dilihat dalam
18 Kab. Ngawi 1.058.208.375 tabel 2. Berdasarkan tabel di atas, pada
19 Kab. Pacitan 807.907.686 tahun 2016, Kabupaten Nganjuk merupakan
20 Kab. Pamekasan 862.935.567 salah satu daerah yang mengalamai
21 Kab. Pasuruan 1.200.611.830 penundaan pembayaran DAU. Mengacu
22 Kab. Ponorogo 1.062.582.799 pada kebijakan penundaan penyaluran DAU
oleh pemerintah pusat
131
JE & KP Vol. 5, No. 2/ Desember 2018: 129 – 143
yang diatur dalam Peraturan Menteri Padahal menurut penghitungan, DAU
Keuangan Republik Indonesia Nomor harus memenuhi alokasi dasar (kebutuhan
125/pmk.07/2016 tentang penundaan gaji PNS dan gaji CPNS) Kabupaten
penyaluran sebagian dana alokasi umum Nganjuk.
tahun anggaran 2016. Dalam lampiran Mengacu pada Peraturan Pemerintah
permenkeu tersebut Kabupaten Nganjuk Nomor 104 Tahun 2000 tentang dana
menerima penundaan penyaluran DAU perimbangan yang telah direvisi menjadi
hampir sebesar 120 Miliyar. Dimulai dari PP No. 5 Tahun 2005 bahwa tujuan DAU
bulan September sampai dengan bulan adalah untuk: (1) horizontal equity dan
Desember, dimana perbulannya sebesar (2) sufficiency. Yang dimaksud dengan
29.296.980.189. Jika dikali empat maka horizontal equity merupakan kepentingan
jumlah DAU yang ditunda penyalurannya pemerintah pusat dalam rangka melakukan
ke kas daerah Kabupaten Nganjuk sebesar distribusi pendapatan secara adil dan merata
117.187.920.756. Hal ini disebabkan oleh agar tidak terjadi kesenjangan yang lebar
tiga hal, yaitu perkiraan kapasitas fiskal, antar daerah. Sedangkan sufficiency atau
belanja daerah dan posisi saldo kas pada kecukupan merupakan tolak ukur untuk
akhir tahun. Kabupaten Nganjuk menutup fiscal gap. Sufficiency dipengaruhi
merupakan salah satu daerah yang oleh beberapa faktor, yaitu kewenangan,
termasuk memiliki proyeksi saldokas beban, dan standar pelayanan minimum4.
dengan kategori sangat tinggi, cukup Alokasi DAU harus menyalurkan sejumlah
tinggi dan sedang. dana yang cukup kepada daerah. Prinsip
Tabel 2 cukup harus diartikan dalam kaitannya
Alokasi DAU Kabupaten Nganjuk dengan beban fungsi.
Periode 2014 sd 2017 Sebagaimana diketahui, beban finansial
Tahun Jumlah DAU (Rp) dalam menjalankan fungsi tidaklah statis,
2014 1.004.037.764.000 melainkan cenderung meningkat karena
2015 1.024.223.014.000 satu atau berbagai faktor. Oleh karena
2016 ******* (penundaan itulah maka penerimaan pun seharusnya
pembayaran) naik sehingga pemerintah daerah mampu
2017 1.078.695.643.000 membiayai beban anggarannya. Bila
2018 1.059.746.429.000 alokasi DAU mampu merespon terhadap
Sumber: Data diolah penulis, 2018. kenaikan beban anggaran yang relevan,
Pada tahun 2018, jumlah maka DAU suatu daerah dikatakan
memenuhi prinsip kecukupan. Faktor lain
DAU Kabupaten Nganjuk sebesar dalam prinsip kecukupan adalah standar
Rp1.059.746.429.000, sedangkan realisasi pelayanan minimal, dimana ketika DAU
anggaran untuk belanja pegawai sebesar mampu menggerakkan pemerintah daerah
Rp1,097 triliun. Dibandingkan tahun 2017, penerima DAU untuk menjalankan urusan
belanja pegawai hanya dianggarkan sebesar pemerintahan. Karena dalam pelaksanaan
Rp.63,267 miliar. Ada kenaikan 23,738 urusan pemerintahan selalu berpedoman
milliar hanya untuk membayar honor pada standar pelayanan minimal. Pasal 9
pegawai. Hal ini berarti pada tahun 2018, ayat 1 UU Nomor 23 Tahun 2014
terdapat selisih DAU dikurangi kebutuhan dikatakan bahwa urusan pemerintahan
gaji sebesar Rp-38.746.429.000 atau masih terdiri atas urusan pemerintahan absolut,
ada kekurangan untuk membayar gaji 4 Mardiasmo, 2002.Otonomi Dan Manajemen
sebesar Rp38.746.429.00. Keuan-gan Daerah.ANDI:Yogyakarta, Hal. 157.
132
Strategi Pengalokasian DAU dalam Urusan ... (Ayler Beniah Ndraha & Dedy Pribadi Uang)
urusan pemerintahan konkuren, dan urusan 2. Belum adanya ukuran dan indikator
pemerintahan umum. Dalam kaitannya yang jelas penggunaan DAU sehingga
dengan pengalokasian DAU, urusan daerah dalam penggunaannya hanya
pemerintahan konkuren merupakan tolak sebatas dapat terserap dengan baik
ukur yang menjadi indikator dalam tanpa memperhitungkan dampak dari
penentuan besaran DAU dari faktor pengelolaan DAU.
kecukupan. Urusan pemerintahan konkuren 3. Terdapat selisih kekurangan
merupakan urusan pemerintahan yang pembayaran gaji pegawai
dibagi antara pemerintah pusat dan daerah menggunakan DAU Kabupaten
provinsi dan daerah kabupaten/ kota. Nganjuk di tahun 2018.
Urusan konkuren dibagi menjadi dua yaitu
4. Ketergantungan daerah terhadap
urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan
subsidi dari pemerintah pusat.
wajib adalah urusan yang berkaitan dengan
pelayanan dasar dan yang tidak berkaitan 5 DAU kabupaten Nganjuk belum
dengan pelayanan dasar. memenuhi prinsip kecukupan.
Urusan Pemerintahan Wajib yang Berdasarkan atas identifikasi masalah
berkaitan dengan Pelayanan Dasar dalam di atas, maka penulis akan membatasi
Pasal 11 ayat (2) UU Nomor 23 Tahun masalah penelitian pada Strategi
2014, meliputi: Pengalokasian Dana Alokasi Umum Pada
a. pendidikan; Urusan Pemerintahan Wajib Yang
Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar
b. kesehatan;
Dalam Urusan Otonomi Daerah di
c. pekerjaan umum dan penataan ruang; Kabupaten Nganjuk.
d. perumahan rakyat dan kawasan Penulis merumuskan masalah dalam
permukiman; penelitian ini sebagai berikut:
e. ketenteraman, ketertiban umum, dan 1. Bagaimana strategi pengalokasian
pelindungan masyarakat; dan dana alokasi umum dalam
f. sosial. menjalankan urusan otonomi daerah
di Kabupaten Nganjuk ?
Penyaluran DAU harus memenuhi
prinsip kecukupan untuk memberikan 2. Faktor-faktor apa saja yang
keleluasaan bagi daerah dalam ditemui terkait tentang strategi
menjalankan kewenangannya untuk pengalokasiandana alokasi umum
mengelola kewenangan keuangan yang dalam urusan otonomi daerah di
dimiliki dalam menjawab beban finansial Kabupaten Nganjuk ?
yang dihadapi dan pelaksanaan urusan
pemerintahan konkuren yang berpedoman KAJIAN PUSTAKA
pada standar pelayanan minimal.
Berdasarkan latar belakang yang telah Desentralisasi Fiskal
diuraikan di atas, maka identifikasi Asas otonomi adalah prinsip dasar
masalah dalam penelitian ini adalah penyelenggaraan pemerintahan daerah
sebagai berikut: berdasarkan otonomi daerah.Sedangkan
1. Penggunaan DAU banyak diserap otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
untuk belanja pegawai dibandingkan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dengan belanja daerah untuk kebutuhan dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
pembangunan dan pelayanan publik. dan kepentingan masyarakat
133
JE & KP Vol. 5, No. 2/ Desember 2018: 129 – 143
setempat dalam sistem Negara Kesatuan bertujuan untuk memberikan
Republik Indonesia. pelayanan publik yang lebih baik dan
Ada empat hal yang penting yang menciptakan proses pengambilan
menjadi landasan dalam penyelenggaraan keputusan publik yang lebih
7
pemerintahan daerah, pendelegasian demokratis.
sebuah kewenangan, keleluasaan dalam c. Simanjuntak, sasaran desentralisasi
pengambilan keputusan, pelayanan, fiskal di Indonesia adalah:
5
dan wilayah tertentu .Kewenangan 1. Untuk memenuhi aspirasi daerah
menjadi salah satu elemen penting menyangkut penguasaan atas
dalam penyelenggaraan otonomidaerah. sumber-sumber keuangan daerah.
Kewenangan menunjukkan legalitas
2. Mendorong akuntabilitas, dan
dalam menjalankan kekuasaan yang
dimiliki oleh pemerintah daerah. transparansi pemerintah daerah.
Kewenangan tidak dapat dijalankan tanpa 3. Meningkatkan partisipasi
adanya pembiayaaan. Dengan banyak masyarakat dalam proses
daerah otonom baru yang bermunculan pembangunan daerah.
maka pemerintah pusat mengambil suatu 4. Mengurangi ketimpangan antar
kebijakan di bidang pembiayaan untuk daerah.
mengatur perimbangan keuangan antara 5. Menjamin terselenggaranya
pusat dan daerah serta antar daerah yang pelayanan publik minimum di
satu dengan daerah yang lain dengan
setiap daerah.
tujuan mencegah ketimpangan fiskal,
6. Meningkatkan kesejahteraan
maka lahirlah UU 33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah masyarakat secara umum.8
pusat dan pemerintah daerah. Dalam UU Melihat dari beberapa definisi dan
tersebut diaturlah tentang desentralisasi gambaran tentang desentralisasi fiskal di
fiskal yang menghasilkan kebijakan dana atas, dapat disimpulkan bahwa
perimbangan. desentralisasi fiskal adalah suatu bentuk
Beberapa ahli memberikan definisi dan kebijakan pemerintah yaitu dengan
gambar tentang desentralisasi fiskal atau cara memberikan kewenangan kepada
daerah untuk mengatur penerimaan dan
keuangan, antara lain sebagai berikut:
pengeluaran keuangan daerah dengan
a. Djaenuri, pemerintah pusat dalam tujuan menciptakan keleluasan bagi daerah
hal ini melimpahkan kewenangan
untuk menggunakan kewenangan di bidang
yang lebih besar kepada daerah untuk
keuangan dengan sasaran menghasilkan
membuat kebijakan dalam pengelolaan
kebijakan yang pada prakteknya mampu
keuangan daerah (berkenaan dengan
pengeluaran, pendapatan, pinjaman,
dan pengelolaan aset (manajemen 7 Mahfud Sidik. 2002. Perimbangan Keuagan Pusat
dan Daerah: Antara Teori dan Aplikasinya di Indo-
kekayaan daerah).6 nesia. Disampaikan pada Seminar “Setahun Imple-
b. Mahfud Sidik, desentralisasi fiskal mentasi Kebijakan Otonomi Daerah di Indonesia”
Yogyakarta.
merupakan suatu kebijakan yang 8 Simanjuntak, Robert.A. Otonomi Daerah dan De-
sentralisasi Fiskal, Kajian Hubungan Keuangan
5 Aries Djaenuri, 2012. “Hubungan Keuangan Pusat Pusat-Daerah Pasca Orde Baru, disampaikan seb-
dan Daerah-Elemen-elemen Penting Hubungan agai bahan Seminar & Dialog Nasional “Platform
Keuangan Pusat Dan Daerah. Ghalia Indonesia: Untuk Masa Depan Ekonomi Indonesia”.Diseleng-
Ja-karta. Hlm: 13. garakan ISEI Cbg Padang dengan IRIS Univ.Mar-
6 Ibid, hal. 63. ryland serta USAID. Padang, 15-16 April 1999.
134
Strategi Pengalokasian DAU dalam Urusan ... (Ayler Beniah Ndraha & Dedy Pribadi Uang)
menciptakan kesejahteraan di tingkat untuk tujuan mengisi kesenjangan antara
lokal. kapasitas dan kebutuhan fiskalnya, dan
distribusikan dengan formula berdasarkan
Dana Perimbangan prinsip-prinsip tertentu yang secara umum
mengindikasikan bahwa daerah miskin dan
Dana Perimbangan adalah dana yang
terbelakang harus menerima lebih banyak
bersumber dari penerimaan APBN yang
dari pada daerah kaya. Dengan kata lain,
dialokasikan kepada daerah untuk
tujuan penting alokasi DAU adalah dalam
membiayai kebutuhannya dalam rangka
kerangka pemerataan kemampuan
pelaksanaan desentralisasi. Menurut UU
penyediaan pelayanan publik antar pemda
No. 25/1999 pasal 6 dan UU No. 33/2004
di Indonesia. UU No. 25/1999 pasal 7
pasal 10, Dana Perimbangan terdiri dari:
(1) Dana Bagi Hasil, yang terdiri atas PBB, menggariskan bahwa pemerintah pusat
BPHTB, PPh orang pribadi dan SDA berkewajiban menyalurkan paling sedikit
(Sumber Daya Alam); (2) Dana Alokasi 25 % dari penerimaan dalam negerinya
Umum (DAU); (3) Dana Alokasi Khusus dalam bentuk DAU.11
(DAK)9. Tujuan dari dana perimbangan DAU bertujuan untuk pemerataan
adalah menguatkan kewenangan daerah kemampuan keuangan antar daerah yang
dalam menjalankan urusan pemerintahan dimaksudkan untuk mengurangi
yang disertai dengan pembiayaan. Hal ini ketimpangan kemampuan keuangan antar
diperkuat dengan pendapat Aries Djaenuri daerah melalui penerapan formula yang
adalah untuk pemerataan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan potensi
memperhatikan potensi daerah, luar daerah, daerah.DAU suatu daerah ditentukan atas
keadaan geografi, jumlah penduduk, dan besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap)
tingkat pendapatan masyarakat di daerah, suatu daerah, yang merupakan selisih antara
sehingga perbedaan antara daerah yang kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi
maju dengan daerah yang belum daerah (fiscal capacity).Perubahan dalam
berkembang dapat diperkecil.10. Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
menegaskan kembali mengenai formula
beberapa pandangan tersebut, dapat
celah fiskal dan penambahan variabel
disimpulkan bahwa dana perimbangan
adalah dana transfer dari pemerintah pusat DAU. Alokasi DAU bagi daerah yang
kepada daerah otonomi dengan tujuan potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan
membantu dan memperkuat daerah fiskal besar, akan memperoleh alokasi
menjalankan kewenangannya untuk DAU relatif besar. Secara implisit, prinsip
menyelenggarakan setiap pelayanan dasar tersebut menegaskan fungsi DAU sebagai
dan pengembangan potensi daerah demi faktor pemerataan kapasitas fiskal.12
tercapainya tujuan dari pelaksanaan
desentralisasi yaitu kesejahteraan di tingkat Perhitungan DAU
lokal. DAU ditetapkan sekurang-kurangnya
26% dari pendapatan dalam negeri neto
Dana Alokasi Umum
dari APBN.Jumlah DAU 26% merupakan
DAU merupakan block grant yang jumlah DAU untuk seluruh provinsi/
diberikan kepada semua kabupaten dan kota kab/kota. Proporsi DAU provinsi dan

9 Mudrajad Kuncoro, 2014 “Otonomi Daerah 11 Ibid. Hal: 63


Menuju Era Pembangunan Daerah (Edisi 3)”, 12 Ahmad Yani, 2013. Hubungan Keuangan antara
Erlangga: Ja-karta. Hlm. 58. Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia (Edisi
10 Aries Djaenuri, Op.Cit. Hal: 100. Revisi). Jakarta: Rajawali Pers, hlm 142.
135
JE & KP Vol. 5, No. 2/ Desember 2018: 129 – 143
kabupaten kota ditetapkan dengan dan mengurus urusan pemerintahan dan
imbangan 10% dan 90% dan sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat
bobot urusan pemerintahan yang menjadi menurut prakarsa sendiri berdasarkan
kewenangan provinsi dan kab/kota. DAU aspirasi masyarakat dalam sistem Negara
untuk suatu daerah dialokasikan atas dasar Kesatuan Republik Indonesia. Contoh
celah fiskal dan alokasi dasar.Celah fiskal daerah otonom (local self-government)
adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan adalah kabupaten dan kota.
kapasitas fiskal daerah.Alokasi dasar Otonomi daerah adalah hak penduduk
dihitung berdasarkan jumlah gaji pegawai yang tinggal dalam suatu daerah untuk
negeri sipil daerah. kebutuhan fiskal daerah mengatur, mengurus, mengendalikan dan
merupakan kebutuhan pendanaan daerah mengembangkan urusannya sendiri dengan
untuk melaksanakan fungsi layanan dasar menghormati peraturan perundangan yang
umum. Layanan dasar publik yang berlaku14. Dengan digunakannya asas
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) UU desentralisasi pada kabupaten dan kota,
Nomor 23 Tahun 2014, meliputi: (1) maka kedua daerah tersebut menjadi daerah
pendidikan; (2) kesehatan; (3) pekerjaan otonom penuh15.Menurut Ateng
umum dan penataan ruang; (4) perumahan 16
Syarifuddin , Otonomi Daerah memiliki
rakyat dan kawasan permukiman; (5)
makna kebebasan atau kemandirian namun
ketenteraman, ketertiban umum, dan
bukan kemerdekaan (untuk merdeka)
pelindungan masyarakat; dan (6) sosial.
melainkan hanya sebuah kebebasan yang
Pendanaan daerah untuk melaksanakan terbatas atau kemandirian itu terwujud
layanan dasar umum diukur berdasarkan sebagai suatu pemberian kesempatan yang
jumlah penduduk, luas wilayah, indeks harus dapat dipertanggungjawabkan.
kemahalan konstruksi, PDRB per kapita, Menurut Mahwood, otonomi daerah
dan Indeks Pembangunan Manusia. adalah suatu hak dari masyarakat sipil
Kebutuhan pendanaan suatu daerah guna mendapatkan sebuah kesempatan
dihitung dengan pendekatan total serta perlakuan yang sama, baik dalam hal
pengeluaran rata-rata nasional. Kapasitas mengekspresikan, melakukan, maupun
fiskal daerah merupakan sumber pendanaan memperjuangkan suatu kepentingan
daerah yang berasal dari PAD dan DBH.13 mereka masing-masing, dan ikut
mengontrol sebuah penyelenggaraan
Otonomi Daerah
kinerja pemerintahan daerah17.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun Dari beberapa pendapat di atas dapat
2014 tentang Pemerintahan Daerah, ditarik kesimpulan bahwa otonomi daerah
definisi otonomi daerah sebagai berikut: dapat diartikan sebagai wewenang yang
“Otonomi daerah adalah hak, wewenang, diberikan oleh pemerintah pusat kepada
dan kewajiban daerah otonom untuk daerah baik kabupaten maupun kota untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat
14 Hanif Nurcholis. 2007.Teori dan Praktik Pemerin-
setempat sesuai dengan peraturan tahan dan Otonomi Daerah.Grasindo: Jakarta. Hal.
perundang- undangan”. Daerah otonom, 30.
15 Ibid hal. 29.
selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan
16 Syarifudin, Ateng. 1984.Pasang Surut Otonomi
masyarakat hukum yang mempunyai batas- Daerah. Binacipta: Bandung.
batas wilayah yang berwenang mengatur 17 Philip Mahwood, Local Government in the Third World
(Chichester: John Wiley & Sons, 1983), B. C.
Smith, Decentralization. Making Decentralization
13 Ibid, hlm 143-144. Ac-countable.
136
Strategi Pengalokasian DAU dalam Urusan ... (Ayler Beniah Ndraha & Dedy Pribadi Uang)
mengatur, mengurus, mengendalikan dan pelayanan kepada masyarakat, sesuai
mengembangkan urusannya sendiri sesuai dengan potensi dan karakteristik masing-
dengan kemampuan daerah masing- masing daerah.
masing dan mengacu kepada kepada
peraturan perundangan yang berlaku dan `` Prinsip Otonomi Nyata
mengikatnya. Yang dimaksud prinsip otonomi nyata
Prinsip otonomi daerah menggunakan adalah suatu tugas, wewenang dan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti kewajiban untuk menangani urusan
daerah diberikan kewenangan mengurus pemerintahan yang senyatanya telah ada
dan mengatur semua urusan pemerintahan dan berpotensi untuk tumbuh dan
di luar yang menjadi urusan pemerintah berkembang sesuai dengan potensi dan
yang ditetapkan dalam undang-undang ini. karakteristik daerah masing-masing.
Daerah memiliki kewenangan membuat
kebijakandaerahuntukmemberipelayanan, `` Prinsip Otonomi yang Bertanggung
peningkatan peranserta, prakarsa, dan Jawab
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan
Yang dimaksud dengan prinsip
pada peningkatan kesejahteraan rakyat18.
otonomi yang bertanggung jawab adalah
Dukungan penyelenggaraan otonomi
otonomi yang dalam penyelenggaraannya
daerah itu diperlukan adanya otonomi
harus benar-benar sejalan dengan tujuan
yang luas, nyata, dan bertanggung jawab
pemberian otonomi yang pada dasarnya
di daerah secara proporsional dan
untuk memberdayakan daerah, termasuk
berkeadilan, jauh dari praktik-praktik
korupsi, kolusi, nepotisme serta adanya meningkatkan kesejahteraan rakyat20.
perimbangan antara keuangan pemerintah Tujuan utama penyelenggaraan
pusat dan daerah19. Dengan demikian otonomi daerah menurut Mardiasmo21yaitu
prinsip otonomi daerah adalah sebagai untuk meningkatkan pelayanan publik dan
berikut: memajukan perekonomian suatu daerah.
Pada dasarnya terkandung tiga misi utama
`` Prinsip Otonomi Luas pelaksanaan otonomi daerah yaitu:
(1) meningkatkan kualitas dan kuantitas
Yang dimaksud otonomi luas adalah pelayanan publik dan kesejahteraan
kepala daerah diberikan tugas, wewenang, masyarakat, (2) menciptakan efisiensi dan
hak, dan kewajiban untuk menangani efektivitas pengelolaan sumber daya
urusan pemerintahan yang tidak ditangani daerah, dan (3) memberdayakan dan
oleh pemerintah pusat sehingga isi otonomi menciptakan ruang bagi masyarakat untuk
yang dimiliki oleh suatu daerah memiliki berpartisipasi dalam proses pembangunan.
banyak ragam dan jenisnya. Di samping itu, Menurut Deddy S.B. danDadang
daerah diberikan keleluasaan untuk
Solihin22, tujuan peletakan kewenangan
menangani urusan pemerintahan yang
dalam penyelenggaraan otonomi daerah
diserahkan itu, dalam rangka mewujudkan
adalah peningkatan kesejahteraan rakyat,
tujuan dibentuknya suatu daerah, dan tujuan
pemberian otonomi daerah itu sendiri 20 Abdullah Rozali, 2007. Pelaksanaan Otonomi Luas
terutama dalam memberikan Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Lang-
sung. RajaGrafindo Persada: Jakarta. Hal. 5.
18 HAW. Widjaja. 2007. Penyelenggaraan Otonomi 21 Op.Cit., hal. 46.
Daerah di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo 22 Bratakusuma Deddy Supriady dan Solihin Dadang.
Persada. Hal. 133. 2004. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
19 Ibid. hal. 7-8. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 32.
137
JE & KP Vol. 5, No. 2/ Desember 2018: 129 – 143
pemerataan dan keadilan, demokratisasi dan Berbeda dengan Quinn yang
penghormatan terhadap budaya lokal dan mengemukakan bahwa strategi adalah
memperhatikan potensi dan pola atau rencana yang mengintegrasikan
keanekaragaman daerah. Dengan demikian tujuan, kebijakandan aksi utama dalam
pada intinya tujuan otonomi daerah adalah hubungan yang kohesif.27
untuk meningkatkan kesejahteraan Berdasarkan beberapa definisi para
masyarakat dengan cara meningkatkan ahli di atas dapat ditarik sebuah
pelayanan publik kepada masyarakat dan kesimpulan bahwa formulasi misi dan
memberdayakan masyarakat untuk tujuan organisasi, termasuk di dalamnya
berpartisipasi dalam proses pembangunan. adalah rencana aksi (action plans) untuk
mencapai tujuan tersebut dengan secara
Strategi
eksplisit mempertimbangkan kondisi
Para pelopor konsep strategi persaingan dan pengaruh-pengaruh
memberikan definisi tentang strategi. kekuatan di luar organisasi yang secara
Menurut Chandler, strategi adalah langsung atau tidak berpengaruh terhadap
penentuan tujuan dan sasaran jangka kelangsungan organisasi.
panjang perusahaan, diterapkannya aksi
dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan METODE PENELITIAN
untuk mencapai tujuan yang telah
Penelitian ini merupakan penelitian
ditetapkan.23 Sedangkan Andrews24
dengan pendekatan kualitatif deskriptif.
berpendapat bahwa pola sasaran, tujuan,
Informan ditentukan dengan teknik
dan kebijakan/rencana umum untuk
purposive sampling dan snowball
meraih tujuan yang telah ditetapkan, yang
sampling.Teknik pengumpulan data yaitu
dinyatakan dengan mendefinisikan apa
dengan wawancara dan dokumentasi.
bisnis yang dijalankan oleh perusahaan,
atau yang seharusnya dijalankan oleh Teknik Analisis Data menggunakan
perusahaan, atau yang seharusnya Analisis SWOT.
dijalankan oleh perusahaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Itami dan Kuncoro menambahkan
bahwa menentukan kerangka kerja dari Gambaran Umum
aktivitasbisnisperusahaandanmemberikan
Luas wilayah administratif Kabupaten
pedoman untuk mengkoordinasi aktivitas,
Nganjuk adalah 1.224,331 Km2 dengan
sehingga perusahaan dapat menyesuaikan
batas-batas wilayah, sebelah utara
dan memengaruhi lingkungan yang selalu
berbatasan dengan Kabupaten
berubah. Strategi mengatakan dengan Bojonegoro, sebe- lah selatan berbatasan
jelas lingkungan yang diinginkan oleh dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten
perusahaan dan jenis organisasi seperti Tulungagung, sebelah timur berbatasan
apa yang hendak dijalankan.2526 dengan Kabupaten Jombang dan
Kabupaten Kediri, dan sebelah barat
23 Alfred, D. Chandler, Jr.1962.Strategy and Structure:
Chapters in The History, of The industrial Enter-prise. berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo
Cambridge Mass: MIT Press, pg. 13. dan Kabupaten Madiun.
24 Kenneth R. Andrews (1971). The Concept of Corpo-
rate Strategy. Homewood, IL: Dow Jones-Irwin.
25 Itami. 1987. H, Mobilizing Invisible Asset, Harvard
University Press, Cambridge.
26 Kuncoro, Mudrajad, 2005. Strategi Bagaimana 27 Quinn, P.M. 1990. Qualitative Evalution and Re-
Meraih Keunggulan Kompetitif?. Jakarta: Erlangga. search Methods. Sage Publications. New Delhi.
138
Strategi Pengalokasian DAU dalam Urusan ... (Ayler Beniah Ndraha & Dedy Pribadi Uang)
Kabupaten Nganjuk merupakan salah pusat kepada tingkat di bawahnya untuk
satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur mengelola pengeluaran dan penerimaan
yang terletak di bagian barat dari wilayah keuangan dari sumber-sumber keuangan yang
Provinsi Jawa Timur pada koordinat 111° tesedia dan diatur dalam peraturan perundag-
5’ – 112° 13’ Bujur Timur dan 7° undangan. Dalam model keuangan dikenal
20’ – 7° 50’ Lintang Selatan. Topografi dengan dana perimbangan, salah satunya
Kabupaten Nganjuk meliputi, sebelah adalah dana alokasi umum.
barat daya merupakan daerah pegunungan Dana alokasi umum merupakan dana
(Gunung Wilis) dengan ketinggian 1.000 transfer dari pemerintah pusat kepada daerah
sampai dengan 2.300 m DPL, potensial dengan tujuan menutupi ketimpangan fiskal
untuk tanaman perkebunan dan dalan rangka pelaksanaan desentralisasi.
holtikultura. Bagian tengah merupakan Dalam prakteknya pengalokasian DAU di
dataran rendah dengan ketinggian 60-140 Kabupaten Nganjuk sebagai lokasi penelitian
m DPL, merupakan daerah pertanian peneliti mengalami dinamika pengelolaan
tanaman pangan dan holtikultura.Bagian DAU yang pada kenyataannya belum mampu
utara merupakan daerah pegunungan mencukupi ketidakmampuan daerah dalam
(PegununganKendeng)den-ganketinggian memenuhi kebutuhan fiskal. Ada selisih
60-300 m DPL, yang merupakan daerah antara besaran DAU dengan belanja pegawai
hutan jati, lahan potensial untuk tanaman untuk memenuhi kebutuhan akan alokasi gaji
tembakau dan bahan galian kapur. pegawai negeri sipil daerah. Hal ini jelas
Sebagian besar kecamatan berada pada bahwa DAU di Kabupaten Nganjuk belum
dataran rendah dengan ketinggian antara 46 memenuhi salah satu prinsip dan tujuan
meter sampai dengan 95 meter di atas dalam pengelolaan DAU adalah prinsip
permukaan laut. Sedangkan 4 (empat) kecukupan.
kecamatan berada pada daerah pegunungan Jumlah Dana Alokasi Umum (DAU) di
dengan ketinggian 150 meter sampai 750 meter Kabupaten Nganjuk rentang periode1994 –
di atas permukaan laut. Daerah tertinggi terletak 2013 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
di Desa Ngliman Kecamatan Sawahan. Pada
bagian dataran rendah, keadaan air tanah
merupakan air tanah dangkal.
Kabupaten Nganjuk dilewati oleh Kali
Widas yang berasal dari Kabupaten Madiun
dan Kali Kuncir yang melewati Kota
Nganjuk di bagian utara dan selatan. Kedua
sungai tersebut bertemu di Kali
Kedungsoko yang mengalir ke utara
bertemu dengan Kali Widas.Kali Widas
tersebut mengalir ke timur melalui
Kecamatan Lengkong dan bermuara di Kali
Brantas yang merupakan batas wilayah
Kabupaten Nganjuk bagian timur.

Strategi Pengalokasian Dana Alokasi


Umum dalam Menjalankan Urusan
Desentralisasi fiskal adalah suatu
Sumber: databoks.co.id (statistik dan data portal).
kebijakan penyerahan kekuasaan dari tingkat
139
JE & KP Vol. 5, No. 2/ Desember 2018: 129 – 143
Prinsip kecukupan dipengaruhi oleh b. Fasilitas sarana dan prasarana
kewenangan, beban, dan standar pelayanan penunjang dalam pelaksanaan
minimal.Kewenangan diukur sejauh mana urusan pelayanan dasar yang wajib
daerah mampu memanfaatkan kewenangan tergolong sudah cukup baik.
yang dimiliki dengan mengelola DAU yang c. Adanya komitmen pimpinan
diberikan. Beban berbicara sejauh mana daerah
DAU kabupaten nganjuk dapat menjawab
d. Adanya koordinasi lintas dinas,
beban daerah dalam bentuk alokasi dasar
badan, kantor, dan lembaga teknis
(gaji PNSD) serta mampu dimanfaatkan
daerah untuk bersama-sama
untuk penyelenggaraan urusan
dalam mengidentifikasi dan
pemerintahan konkuren dalam hal ini
merumuskan pengalokasian DAU
urusan pemerintahan wajib khusus urusan
pemerintahan yang berkaitan dengan
untuk urusan otonomi daerah.
pelayanan dasar yang harus sesuai dengan 2. Adapun Weakness (kelemahan-
standar pelayanan minimal yang ditetapkan kelemahan) yaitu:
dalam peraturan perundang-undangan. a. Ego politik dari para pimpinan
daerah
Kabupaten Nganjuk merupakan salah b. Ketidaklegawaaan beberapa
satu daerah yang termasuk memiliki stakeholders untuk memberikan
proyeksi saldokas dengan kategori sangat urusan pemerintahan yang berupa
tinggi, cukup tinggi dan sedang.Pada pelayanan dasar kepada dinas/
tahun 2018, jumlah DAU kabupaten kantor/lembaga teknis seharusnya
Nganjuk sebesar Rp1.059.746.429.000, merupakan tugas dan fungsinya.
sedangkan realisasi anggaran untuk c. Belum adanya RPJMD yang
belanja pegawai sebesar Rp1,097 triliun. mampu mengcover semua urusan
Dibandingkan tahun 2017, belanja pemerintahan wajib daerah yang
pegawai hanya dianggarkan sebesar
berkaitan dengan pelayanan
Rp.63,267 miliar. Ada kenaikan 23, 738
daerah.
milliar hanya untuk membayar honor
pegawai. Hal ini berarti pada tahun 2018, d. Kualitas sumber daya manusia
terdapat selisih DAU dikurangi kebutuhan PNSD yang masih kurang dari
gaji sebesar Rp-38.746.429.000 atau sisi latar belakang pendidikan dan
masih ada kekurangan untuk membayar pengalaman.
gaji sebesar Rp38.746.429.00. Padahal e. Beberapa jabatan dalam
menurut penghitungan, DAU harus mengurusi pelayanan dasar di
memenuhi alokasi dasar (kebutuhan gaji daerah belum sesuai dengan the
PNS dan gaji CPNS) Kabupaten Nganjuk. right man on the right place.
1. Hal-hal yang berkaitan dengan kondisi f. Kurangnya pengawasan baik
internal berupa strengths (kekuatan- dari eksternal maupun internal
kekuatan) yaitu sebagai berikut: baik itu pemerintah daerah
a. Potensi sumber daya manusia maupun pemerintah pusat melalui
pegawai negeri sipil daerah yang pemerintah provinsi.
cukup banyak, diharapkan g. Beberapa oknum pegawai masih
mampu dimaksimalkan kuantitas belum bekerja secara maksimal,
tersebut dengan diiringi semakin tidak dengan dorongan dari diri
meningkatnya kualitas SDM-nya. sendiri untuk bekerja.
140
Strategi Pengalokasian DAU dalam Urusan ... (Ayler Beniah Ndraha & Dedy Pribadi Uang)
h. Birokrasi yang masih cenderung tantangan globalisasi.
berbelit-belit yang dilakukan oleh b. Politik lokal yang terus mengalami
pegawai dalam memberikan ketidakstabilan akan berdampak
pelayanan dasar. terhadap kebijakan pemerintah
i. Ketidakefektifan pemanfaatan yang tidak lagi mengutamakan
DAU karena tidak ukuran kinerja kepentingan publik tetapi lebih
yang jelas dari DAU tersebut. mengutamakan kepentingan elit.
3. Beberapa hal yang menjadi peluang
Hasil Analisis SWOT terhadap
(Oportunity), adalah sebagai berikut: Pengalokasian Dana Alokasi Umum
a. Adanya Kebijakan Desentralisasi dalam Menjalankan Urusan Kabupaten
yang memberikan kewenangan Nganjuk
otonomi kepada pemerintah
daerah untuk memaksimalkan a. Strenght-Treat (ST)
penggunaan DAU demi Political Will di dalam pemimpin
pemenuhan kebutuhan lokal untuk membangun kepercayaan
masyarakat. Dengan sendirinya publik dalam pengelolaan DAU untuk
akan memunculkan kemandirian menjalankan urusan otonomi daerah.
sesuai prinsip demokrasi untuk Dapat dilakukan dengan melakukan
mengakomodir kebutuhan publik koordinasi baik internal maupun
dan potensi daerah yang dimiliki lintas sektoral dengan memanfaat
b. Potensi sumber daya alam sumber daya manusia yang memadai
Kabupaten Nganjuk yang untuk mencegah ancaman globalisasi
diharapkan mampu menjadi dan ketidakstabilan politik.
penggerak dan alternatif sumber
b. Strenghts-Opportunities (SO)
anggaran di pemerintah daerah
Kabupaten Nganjuk. Dukunganpemerintahuntuk
c. Sesuai prinsip good governance, membangun kerja sama yang baik
maka tata kelola pemerintahan dengan swasta maupun masyarakat
yang baik harus didukung oleh akan membuka ruang publik untuk
pihak lain selain pemerintah. Yaitu mengakomodir kebutuhan publik agar
Swasta dan masyarakat. Dalam hal pemanfaatan DAU sesuai dengan
ini adanya dukungan swasta, akan tujuan penggunaannya, serta
menciptakan sinergitas yang baik
melakukan koordinasi yang baik
menghasilkan kebijakan yang
dengan pemerintah pusat untuk
pencapaian tujuan diberikannya
menstimulasi pembangunan dan
otonomi daerah yaitu menciptakan
pelayanan publik.
pemerataan di tingkat lokal.
4. Adapun yang menjadi ancaman
(treat) adalah sebagai berikut: c. Weakness-Opportunities
a. Sengitnya kompetisi global yang Pembenahan birokrasi dengan
terus berkembang dinamis akan menempatkan personil sesuai dengan
menjadi ancaman bagi pemerintah kompotensi dapat dilakukan dengan
daerah, jika tidak mempersiapkan sistem merit yang bersih dari KKN.
diri dengan melakukan Dengan demikian akan mencegah
pembenahan baik secara struktural kelemahan dan menciptakan peluang.
dan fungsional dalam menghadapi Sehingga pengelolaan DAU didukung
141
JE & KP Vol. 5, No. 2/ Desember 2018: 129 – 143
oleh Sumber Daya Manusia yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang
memadai. Untuk memastikan hal dan ancaman. Faktor-faktor tersebut
tersebut diperlukan pengawasan yang terdiri dari faktor internal dan faktor
berkelanjutan. eksternal. Faktor Internal terdiri atas SDM
dan potensi daerah. Sedangkan faktor
d. Weakness-Treat eksternal terdiri atas adanya kebijakan
Ketidaksiapan SDM dalam desentralisasi fiskal dan dukungan pihak
penggunaan DAU akan luar (swasta dan masyarakat).
mendatangkan ancaman globalisasi.
Mengakibatkan ketertinggalan daerah Saran
dalam pemenuhan kebutuhan publik. Adapun saran yang diberikan terkait
Dari hasil Analisis SWOT tersebut penelitian ini adalah:
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
1. Mendorong peningkatan kapasitas
terdapat beberapa faktor-faktor yang
fiskal di daerah, permasalahan ini
memengaruhi strategi Pengalokasian Dana
banyak dialami oleh daerah-daerah
Alokasi Umum dalam Menjalankan Urusan
terutama daerah yang miskin sumber
Kabupaten Nganjuk. Pertama, Faktor
daya alam. Tetapi tidak menutup
Internal yaitu Sumberdaya Manusia baik
kemungkinan kaya akan potensi
pemimpin lokal maupun SDM pendukung
alamnya menjadi daya tarik pariwisata.
organisasi pemerintah daerah. Kedua,
Potensi Daerah yang dimiliki untuk 2. Penghitungan pagu DAU nasional
menciptakan sumber-sumber pembiayaan dalam APBN harus dilakukan dengan
daerah. Ketiga, Faktor Eksternal, Kebijakan memperhatikan kemampuan keuangan
Desentralisasi yang memberikan negara dalam mendanai DAU.
kewenangan bagi daerah untuk 3. Kontrol terhadap DAU perlu
menjalankan urusan otonomi daerah. Serta ditingkatkan, sanksi terhadap kinerja
Dukungan Swasta dan Masyarakat dalam daerah yang buruk berdampak pada
menjalankan tata kelola pemerintahan yang pengurangan DAU. Dalam pemberian
baik. DAU perlu ada perjanjian misalnya,
hanya boleh untuk gaji pegawai
SIMPULAN DAN SARAN beberapa persen dan selebihnya untuk
pembangunan. Ataupun bisa juga ada
indikator kinerja aparat birokrasi yang
Simpulan
dicapai dalam pemberian DAU kepada
Strategi pengalokasian dana alokasi daerah. Karena yang membayar aparat
umum dalam urusan otonomi daerah di birokrasi di daerah adalah pemerintah
Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur pusat, maka pemerintah pusat berhak
perlu dirumuskan oleh karena terdapat mengatur kinerja aparat yang sesuai.
ketimpangan dalam penggunaan DAU 4. Kedepannya pemerintah pusat tidak
kabupaten Nganjuk. Penggunaannya lebih ragu dalam melakukan rightsizing
besar prosentasenya untuk belanja atau perampingan birokrasi.
pegawai dibandingkan untuk belanja Pemerintah pusat mengevaluasi
kebutuhan publik. Perumusan strategi secara mendalam pegawai-pegawai
menggunakan teknik analisis SWOT. yang ada di daerah sudah sesuai
Hasil dari analisis SWOT menunjukkan dengan kebutuhannya dan jangan
bahwa terdapat beberapa faktor yang sampai terjadi birokrasi menjadi
142
Strategi Pengalokasian DAU dalam Urusan ... (Ayler Beniah Ndraha & Dedy Pribadi Uang)
“bengkak”. Desentralisasi memang Mardiasmo, 2002.Otonomi Dan
memberikan kewenangan ke daerah Manajemen Keuangan Daerah.
tetapi perlu ada kontrol yang kuat, ANDI:Yogyakarta.
kemudian terdapat pegawai-pegawai Philip Mahwood, Local Government
yang tidak berkompeten dilakukan in the Third World
kebijakan pensiun dini. (Chichester: John Wiley & Sons,
1983), B. C. Smith, Decentralization.
Making Decentralization
DAFTAR PUSTAKA Accountable.
Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi
Abdullah Rozali, 2007. Pelaksanaan Fiskal dan Keuangan Daerah dalam
Otonomi Luas Dengan Pemilihan Otonomi. Ghalia Indonesia:Jakarta
Kepala Daerah Secara Langsung. Sidik, Mahfud. 2002. Perimbangan Keuagan
RajaGrafindo Persada: Jakarta. Pusat dan Daerah: Antara Teori dan
Aplikasinya di Indonesia.
Ahmad Yani, 2013. Hubungan Keuangan
Disampaikan pada Seminar “Setahun
antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Implementasi Kebijakan Otonomi
di Indonesia (Edisi Revisi). Jakarta:
Daerah Di Indonesia” Yogyakarta.
Rajawali Pers.
Simanjuntak, Robert.A. Otonomi Daerah dan
Alfred, D. Chandler, Jr.1962.Strategy and
Desentralisasi Fiskal, Kajian
Structure: Chapters in The History, of
Hubungan Keuangan Pusat-Daerah
The Industrial Enterprise. Cambridge
Pasca Orde Baru, Disampaikan
Mass: MIT Press.
Sebagai Bahan Seminar & Dialog
Bratakusuma Deddy Supriady dan Nasional “Platform Untuk Masa
Solihin Dadang. 2004. Otonomi Depan Ekonomi Indonesia”.
Penyelenggaraan Pemerintah Diselenggarakan ISEI Cbg Padang
Daerah. Jakarta: P.T. Gramedia dengan IRIS Univ.Marryland serta
Pustaka Utama. USAID. Padang, 15-16 April 1999.
Djaenuri, Aries. 2012. Hubungan Keuangan Smith, Brian C. 2012. Decentralization- The
Pusat - Daerah - Elemen - Elemen Territorial Dimension of The State.
Penting Hubungan Keuangan Pusat- MIPI:Jakarta.
Daerah. Ghalia Indonesia:Bogor. Syarifudin,Ateng. 1984.Pasang Surut Otonomi
Hanif Nurcholis. 2007.Teori dan Praktik Daerah. Binacipta: Bandung.
Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Quinn, P.M. 1990. Qualitative Evalution and
Grasindo: Jakarta. Research Methods. Sage
HAW. Widjaja. 2007. Penyelenggaraan Publications. New Delhi.
Otonomi Daerah di Indonesia.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Peraturan Perundang-Undangan
Itami. H, Mobilizing Invisible Asset, Harvard
UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
University Press, Cambridge, 1987.
Daerah
Kenneth R. Andrews 1971.The Concept of
UU 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Corporate Strategy. Homewood, IL:
Keuangan
Dow Jones-Irwin.
Kuncoro, Mudrajad, 2005. Strategi PP 5 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Bagaimana Meraih Keunggulan
Kompetitif?. Jakarta: Erlangga.
Lili Romli, 2007. Potret Otonomi Daerah
Dan Wakil Rakyat Di Tingkat Lokal.
Pustaka Pelajar:Yogyakarta
143
JE & KP Vol. 5/ Tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai