Abstrak
Kabupaten Nganjuk merupakan kabupaten di salah satu Provinsi di Jawa
Timur.Strategi pengalokasian dana alokasi umum dalam urusan otonomi daerah di
Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur perlu dirumuskan oleh karena terdapat
ketimpangan dalam penggunaan DAU kabupaten Nganjuk. Penggunaannya lebih besar
persentasenya untuk belanja pegawai dibandingkan untuk belanja kebutuhan publik.
Penelitian ini bermaksud untuk merumuskan strategi pengalokasian dana alokasi
umum dalam lingkup urusan otonomi daerah di Kabupaten Nganjuk menggunakan
teori mengenai strategi yang dikemukakan oleh Chandler, dengan pendekatan kualitatif
deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi dengan
perumusan strategi menggunakan teknik analisis SWOT.
Hasil dari analisis SWOT menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor Internal terdiri atas SDM dan potensi daerah.
Sedangkan faktor eksternal terdiri atas adanya kebijakan desentralisasi fiskal dan
dukungan pihak luar (swasta dan masyarakat).
Kata kunci: desentralisasi, otonomi daerah, strategi, dana alokasi umum.
PENDAHULUAN mengambil keputusan, baik politik maupun
administratif, menurut prakarsa sendiri 1.
Sejak berlakunya reformasi tahun Kebebasan dan kewenangan yang dimiliki
1999 telah membawa dampak terhadap oleh karena adanya penyerahan kekuasaan
tata kelola pemerintahan Indonesia. kepada daerah oleh pemerintah pusat atau
Pemerintahan yang sentralistik yang dikenal dengan desentralisasi. Tujuan
berubah menjadi pemerintahan yang utama yang hendak dicapai dengan adanya
mendistribusikan kekuasaan atau desentralisasi adalah terwujudnya
kewenangan ke tingkat lokal. Perubahan demokratisasi di tingkat lokal, terciptanya
tersebut ditandai dengan pemberlakuan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
otonomi daerah. Dimana setiap daerah pemerintahan daerah dan pembangunan
baik kabupaten/kota atau provinsi ekonomi daerah.
memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus rumah tangga daerahnya
masing-masing. Lilir Romli, otonomi
1 Lili Romli, 2007. Potret otonomi daerah dan wakil
daerah pada hakikatnya mengandung rakyat di tingkat lokal. Pustaka Pelajar:
arti adanya kebebasan daerah untuk Yogyakarta, Hal.7.
129
JE & KP Vol. 5, No. 2/ Desember 2018: 129 – 143
Kewenangan yang dimiliki oleh setiap dana alokasi umum (DAU). Karena pada
daerah harus dapat dipergunakan dengan saat DAU digulirkan kepada setiap daerah,
penuh tanggung jawab untuk memberikan pada kenyataannya banyak menimbulkan
pelayanan publik dan kesejahteraan kesenjangan dan permasalahan yang tidak
masyarakat ditingkat lokal. Dalam sesuai dengan tujuan dengan diberikan
menjalankan kewenangan yang dimiliki DAU, dimana penggunaan DAU banyak
setiap daerah harus didukung oleh diserap untuk belanja pegawai
pembiayaan yang memadai. Pemerintah dibandingkan dengan belanja daerah untuk
pusat tidak hanya mentransfer kewenangan kebutuhan pembangunan dan pelayanan
tetapi disertai dengan pembiayaan yang publik. Disamping itu belum adanya ukuran
memadai melalui kebijakan desentralisasi dan indikator yang jelas penggunaan DAU
fisikal. Menurut Saragih,desentralisasi sehingga daerah dalam penggunaannya
fiskal merupakan suatu proses distribusi hanya sebatas dapat terserap dengan baik
anggaran dari tingkat pemerintahan yang tanpa memperhitungkan dampak dari
lebih tinggi kepada pemerintahan yang pengelolaan DAU. Padahal tujuan dari
lebih rendah, dengan tujuan mendukung DAU adalah untuk mencegah ketimpangan
fungsi atau tugas pemerintahan dan fiskal di tingkal lokal, seperti yang
pelayanan publik sesuai dengan banyaknya dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah
kewenangan bidang pemerintahan yang Nomor 5 Tahun 2005 tentang Dana
dilimpahkan2. Karena sistem desentralisasi Perimbangan pasal 1 bahwa Dana Alokasi
kita adalah desentralisasi negara kesatuan Umum, selanjutnya disebut DAU adalah
bukan desentralisasi negara federal, maka dana yang bersumber dari pendapatan
pemerintah pusat masih bertanggung jawab APBN yang dialokasikan dengan tujuan
untuk mengawasi jalan pemerintahan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah termasuk di dalamnya pengelolaan daerah. Selain itu, besaran DAU
keuangan daerah. diperebutkan oleh daerah pertanda bahwa
Bentuk dari desentralisasi fiskal adalah masih tingginya tingkat ketergantungan
penyaluran dana perimbangan dari fiskal oleh daerah kepada pemerintah pusat.
pemerintah pusat kepada daerah. Dalam Mudrajad Kuncoro mengatakan setidaknya
pasal 1 Undang-Undang Nomor 33 Tahun ada lima penyebab utama rendahnya PAD
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara yang menyebabkan tingginya
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah ketergantungan terhadap subsidi dari pusat.
dijelaskan bahwa dana perimbangan adalah Pertama, kurang berperannya perusahaan
dana yang bersumber dari pendapatan daerah sebagai sumber pendapatan daerah.
APBN yang dialokasikan kepada Daerah Kedua, tingginya derajat sentralisasi dalam
untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam bidang perpajakan. Keempat, bersifat
rangka pelaksanaan Desentralisasi. politis, ada kekhawatiran apabila daerah
Selanjutnya dalam Pasal 10 ayat (1) Dana mempunyai sumber keuangan yang tinggi
Perimbangan terdiri atas: Dana Bagi Hasil; akan mendorong terjadinya disintegrasi dan
Dana Alokasi Umum; dan Dana Alokasi separatisme.Kelima, kelemahan dalam
Khusus. Yang menarik dari ketiga bentuk pemberian subsidi.3
dana perimbangan tersebut adalah Provinsi Jawa Timur merupakan salah
pengalokasian dan pengelolaan satu daerah yang memiliki besaran
2 Saragih. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan 3 Mudrajad Kuncoro, 2014 “Otonomi Daerah
Daerah dalam Otonomi. Ghalia Indonesia: Jakarta, Menuju Era Pembangunan Daerah (Edisi 3)”,
Hal. 83. Erlangga: Ja-karta. Hlm. 14
130
Strategi Pengalokasian DAU dalam Urusan ... (Ayler Beniah Ndraha & Dedy Pribadi Uang)
DAU yang cukup tinggi. Besaran alokasi 23 Kab. Probolinggo 977.570.137
DAU Provinsi Jawa Timur sebesar 24 Kab. Sampang 827.952.746
Rp3.535.734.656.000, lebih besar 25 Kab. Sidoarjo 1.225.261.302
dibandingkan dengan provinsi-provinsi di 26 Kab. Situbondo 821.084.393
Pulau Jawa lainnya, seperti jawa tengah 27 Kab. Sumenep 1.110.487.853
dengan besaran DAU sebesar 28 Kab. Trenggalek 901.379.781
Rp3.520.364.822.000 Provinsi Jawa Barat 29 Kab. Tuban 1.046.758.509
sebesar Rp2.879.143.808.000.Berdasarkan 30 Kab. Tulungagung 1.172.557.802
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2005 31 Kota Blitar 428.743.959
tentang Dana Perimbangan, untuk 32 Kota Kediri 617.780.644
menghitung besaran DAU dialokasikan 33 Kota Madiun 511.375.289
berdasarkan formula yang terdiri atas celah 34 Kota Malang 859.678.208
fiskal dan alokasi dasar. Berikut data 35 Kota Mojokerto 397.094.498
rincian alokasi DAU provinsi, kabupaten 36 Kota Pasuruan 432.090.225
dan kota se-Jawa Timur pada tahun 2017. 36 Kota Probolinggo 470.212.966
37 Kota Surabaya 1.233.380.404
Tabel 1
Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum 38 Kota Batu 480.460.016
Provinsi Jawa Timur (Kabupaten/Kota) Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan,
Tahun 2017 2017.
No Nama Daerah Alokasi DAU
Berdasarkan tabel di atas, salah satu
(dalam ribuan
rupiah)
daerah yang memiliki besaran DAU yang
cukup tinggi adalah Kabupaten Nganjuk
1 Provinsi Jawa Timur 3.535.734.656 dengan realisasi dau sebesar
2 Kab Bangkalan 1.012.242.530 1.078.695.643.000. Dengan jumlah
3 Kab. Banyuwangi 1.400.384.500 penduduk Kabupaten Nganjuk sebanyak
4 Kab.Blitar 1.128.511.321 1.017.030 dengan kurang lebih 36%
5 Kab. Bojonegoro 949.118.065 penduduk tinggal di perkotaan dan
6 Kab. Bondowoso 926.596.442 sisanya 64% tinggal di pedesaan 122.433
7 Kab. Gresik 923.469.024 km2, menjadi salah satu dasar dalam
8 Kab. Jember 1.709.892.845 pengalokasian DAU Kabupaten Nganjuk.
9 Kab. Jombang 1.111.301.450
Alokasi dana alokasi umum diharapkan
10 Kab.Kediri 1.242.230.783
semakin lepas ketergantungannya bagi tiap
11 Kab. Lamongan 1.166.655.654
12
daerah sehingga tiap tahun pemerintah
Kab. Lumajang 990.248.409
13 Kab. Madiun 893.565.762 daerah otonom mampu mandiri dalam
14 Kab. Magetan 916.052.436 mencari sumber-sumber income daerahnya.
15 Kab. Malang 1.694.884.660 Berikut perkembangan besaran DAU
16 Kab. Mojokerto 991.180.363 Kabupaten Nganjuk dalam kurun waktu
17 Kab. Nganjuk 1.078.695.643 lima tahun terakhir, dapat dilihat dalam
18 Kab. Ngawi 1.058.208.375 tabel 2. Berdasarkan tabel di atas, pada
19 Kab. Pacitan 807.907.686 tahun 2016, Kabupaten Nganjuk merupakan
20 Kab. Pamekasan 862.935.567 salah satu daerah yang mengalamai
21 Kab. Pasuruan 1.200.611.830 penundaan pembayaran DAU. Mengacu
22 Kab. Ponorogo 1.062.582.799 pada kebijakan penundaan penyaluran DAU
oleh pemerintah pusat
131
JE & KP Vol. 5, No. 2/ Desember 2018: 129 – 143
yang diatur dalam Peraturan Menteri Padahal menurut penghitungan, DAU
Keuangan Republik Indonesia Nomor harus memenuhi alokasi dasar (kebutuhan
125/pmk.07/2016 tentang penundaan gaji PNS dan gaji CPNS) Kabupaten
penyaluran sebagian dana alokasi umum Nganjuk.
tahun anggaran 2016. Dalam lampiran Mengacu pada Peraturan Pemerintah
permenkeu tersebut Kabupaten Nganjuk Nomor 104 Tahun 2000 tentang dana
menerima penundaan penyaluran DAU perimbangan yang telah direvisi menjadi
hampir sebesar 120 Miliyar. Dimulai dari PP No. 5 Tahun 2005 bahwa tujuan DAU
bulan September sampai dengan bulan adalah untuk: (1) horizontal equity dan
Desember, dimana perbulannya sebesar (2) sufficiency. Yang dimaksud dengan
29.296.980.189. Jika dikali empat maka horizontal equity merupakan kepentingan
jumlah DAU yang ditunda penyalurannya pemerintah pusat dalam rangka melakukan
ke kas daerah Kabupaten Nganjuk sebesar distribusi pendapatan secara adil dan merata
117.187.920.756. Hal ini disebabkan oleh agar tidak terjadi kesenjangan yang lebar
tiga hal, yaitu perkiraan kapasitas fiskal, antar daerah. Sedangkan sufficiency atau
belanja daerah dan posisi saldo kas pada kecukupan merupakan tolak ukur untuk
akhir tahun. Kabupaten Nganjuk menutup fiscal gap. Sufficiency dipengaruhi
merupakan salah satu daerah yang oleh beberapa faktor, yaitu kewenangan,
termasuk memiliki proyeksi saldokas beban, dan standar pelayanan minimum4.
dengan kategori sangat tinggi, cukup Alokasi DAU harus menyalurkan sejumlah
tinggi dan sedang. dana yang cukup kepada daerah. Prinsip
Tabel 2 cukup harus diartikan dalam kaitannya
Alokasi DAU Kabupaten Nganjuk dengan beban fungsi.
Periode 2014 sd 2017 Sebagaimana diketahui, beban finansial
Tahun Jumlah DAU (Rp) dalam menjalankan fungsi tidaklah statis,
2014 1.004.037.764.000 melainkan cenderung meningkat karena
2015 1.024.223.014.000 satu atau berbagai faktor. Oleh karena
2016 ******* (penundaan itulah maka penerimaan pun seharusnya
pembayaran) naik sehingga pemerintah daerah mampu
2017 1.078.695.643.000 membiayai beban anggarannya. Bila
2018 1.059.746.429.000 alokasi DAU mampu merespon terhadap
Sumber: Data diolah penulis, 2018. kenaikan beban anggaran yang relevan,
Pada tahun 2018, jumlah maka DAU suatu daerah dikatakan
memenuhi prinsip kecukupan. Faktor lain
DAU Kabupaten Nganjuk sebesar dalam prinsip kecukupan adalah standar
Rp1.059.746.429.000, sedangkan realisasi pelayanan minimal, dimana ketika DAU
anggaran untuk belanja pegawai sebesar mampu menggerakkan pemerintah daerah
Rp1,097 triliun. Dibandingkan tahun 2017, penerima DAU untuk menjalankan urusan
belanja pegawai hanya dianggarkan sebesar pemerintahan. Karena dalam pelaksanaan
Rp.63,267 miliar. Ada kenaikan 23,738 urusan pemerintahan selalu berpedoman
milliar hanya untuk membayar honor pada standar pelayanan minimal. Pasal 9
pegawai. Hal ini berarti pada tahun 2018, ayat 1 UU Nomor 23 Tahun 2014
terdapat selisih DAU dikurangi kebutuhan dikatakan bahwa urusan pemerintahan
gaji sebesar Rp-38.746.429.000 atau masih terdiri atas urusan pemerintahan absolut,
ada kekurangan untuk membayar gaji 4 Mardiasmo, 2002.Otonomi Dan Manajemen
sebesar Rp38.746.429.00. Keuan-gan Daerah.ANDI:Yogyakarta, Hal. 157.
132
Strategi Pengalokasian DAU dalam Urusan ... (Ayler Beniah Ndraha & Dedy Pribadi Uang)
urusan pemerintahan konkuren, dan urusan 2. Belum adanya ukuran dan indikator
pemerintahan umum. Dalam kaitannya yang jelas penggunaan DAU sehingga
dengan pengalokasian DAU, urusan daerah dalam penggunaannya hanya
pemerintahan konkuren merupakan tolak sebatas dapat terserap dengan baik
ukur yang menjadi indikator dalam tanpa memperhitungkan dampak dari
penentuan besaran DAU dari faktor pengelolaan DAU.
kecukupan. Urusan pemerintahan konkuren 3. Terdapat selisih kekurangan
merupakan urusan pemerintahan yang pembayaran gaji pegawai
dibagi antara pemerintah pusat dan daerah menggunakan DAU Kabupaten
provinsi dan daerah kabupaten/ kota. Nganjuk di tahun 2018.
Urusan konkuren dibagi menjadi dua yaitu
4. Ketergantungan daerah terhadap
urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan
subsidi dari pemerintah pusat.
wajib adalah urusan yang berkaitan dengan
pelayanan dasar dan yang tidak berkaitan 5 DAU kabupaten Nganjuk belum
dengan pelayanan dasar. memenuhi prinsip kecukupan.
Urusan Pemerintahan Wajib yang Berdasarkan atas identifikasi masalah
berkaitan dengan Pelayanan Dasar dalam di atas, maka penulis akan membatasi
Pasal 11 ayat (2) UU Nomor 23 Tahun masalah penelitian pada Strategi
2014, meliputi: Pengalokasian Dana Alokasi Umum Pada
a. pendidikan; Urusan Pemerintahan Wajib Yang
Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar
b. kesehatan;
Dalam Urusan Otonomi Daerah di
c. pekerjaan umum dan penataan ruang; Kabupaten Nganjuk.
d. perumahan rakyat dan kawasan Penulis merumuskan masalah dalam
permukiman; penelitian ini sebagai berikut:
e. ketenteraman, ketertiban umum, dan 1. Bagaimana strategi pengalokasian
pelindungan masyarakat; dan dana alokasi umum dalam
f. sosial. menjalankan urusan otonomi daerah
di Kabupaten Nganjuk ?
Penyaluran DAU harus memenuhi
prinsip kecukupan untuk memberikan 2. Faktor-faktor apa saja yang
keleluasaan bagi daerah dalam ditemui terkait tentang strategi
menjalankan kewenangannya untuk pengalokasiandana alokasi umum
mengelola kewenangan keuangan yang dalam urusan otonomi daerah di
dimiliki dalam menjawab beban finansial Kabupaten Nganjuk ?
yang dihadapi dan pelaksanaan urusan
pemerintahan konkuren yang berpedoman KAJIAN PUSTAKA
pada standar pelayanan minimal.
Berdasarkan latar belakang yang telah Desentralisasi Fiskal
diuraikan di atas, maka identifikasi Asas otonomi adalah prinsip dasar
masalah dalam penelitian ini adalah penyelenggaraan pemerintahan daerah
sebagai berikut: berdasarkan otonomi daerah.Sedangkan
1. Penggunaan DAU banyak diserap otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
untuk belanja pegawai dibandingkan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dengan belanja daerah untuk kebutuhan dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
pembangunan dan pelayanan publik. dan kepentingan masyarakat
133
JE & KP Vol. 5, No. 2/ Desember 2018: 129 – 143
setempat dalam sistem Negara Kesatuan bertujuan untuk memberikan
Republik Indonesia. pelayanan publik yang lebih baik dan
Ada empat hal yang penting yang menciptakan proses pengambilan
menjadi landasan dalam penyelenggaraan keputusan publik yang lebih
7
pemerintahan daerah, pendelegasian demokratis.
sebuah kewenangan, keleluasaan dalam c. Simanjuntak, sasaran desentralisasi
pengambilan keputusan, pelayanan, fiskal di Indonesia adalah:
5
dan wilayah tertentu .Kewenangan 1. Untuk memenuhi aspirasi daerah
menjadi salah satu elemen penting menyangkut penguasaan atas
dalam penyelenggaraan otonomidaerah. sumber-sumber keuangan daerah.
Kewenangan menunjukkan legalitas
2. Mendorong akuntabilitas, dan
dalam menjalankan kekuasaan yang
dimiliki oleh pemerintah daerah. transparansi pemerintah daerah.
Kewenangan tidak dapat dijalankan tanpa 3. Meningkatkan partisipasi
adanya pembiayaaan. Dengan banyak masyarakat dalam proses
daerah otonom baru yang bermunculan pembangunan daerah.
maka pemerintah pusat mengambil suatu 4. Mengurangi ketimpangan antar
kebijakan di bidang pembiayaan untuk daerah.
mengatur perimbangan keuangan antara 5. Menjamin terselenggaranya
pusat dan daerah serta antar daerah yang pelayanan publik minimum di
satu dengan daerah yang lain dengan
setiap daerah.
tujuan mencegah ketimpangan fiskal,
6. Meningkatkan kesejahteraan
maka lahirlah UU 33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah masyarakat secara umum.8
pusat dan pemerintah daerah. Dalam UU Melihat dari beberapa definisi dan
tersebut diaturlah tentang desentralisasi gambaran tentang desentralisasi fiskal di
fiskal yang menghasilkan kebijakan dana atas, dapat disimpulkan bahwa
perimbangan. desentralisasi fiskal adalah suatu bentuk
Beberapa ahli memberikan definisi dan kebijakan pemerintah yaitu dengan
gambar tentang desentralisasi fiskal atau cara memberikan kewenangan kepada
daerah untuk mengatur penerimaan dan
keuangan, antara lain sebagai berikut:
pengeluaran keuangan daerah dengan
a. Djaenuri, pemerintah pusat dalam tujuan menciptakan keleluasan bagi daerah
hal ini melimpahkan kewenangan
untuk menggunakan kewenangan di bidang
yang lebih besar kepada daerah untuk
keuangan dengan sasaran menghasilkan
membuat kebijakan dalam pengelolaan
kebijakan yang pada prakteknya mampu
keuangan daerah (berkenaan dengan
pengeluaran, pendapatan, pinjaman,
dan pengelolaan aset (manajemen 7 Mahfud Sidik. 2002. Perimbangan Keuagan Pusat
dan Daerah: Antara Teori dan Aplikasinya di Indo-
kekayaan daerah).6 nesia. Disampaikan pada Seminar “Setahun Imple-
b. Mahfud Sidik, desentralisasi fiskal mentasi Kebijakan Otonomi Daerah di Indonesia”
Yogyakarta.
merupakan suatu kebijakan yang 8 Simanjuntak, Robert.A. Otonomi Daerah dan De-
sentralisasi Fiskal, Kajian Hubungan Keuangan
5 Aries Djaenuri, 2012. “Hubungan Keuangan Pusat Pusat-Daerah Pasca Orde Baru, disampaikan seb-
dan Daerah-Elemen-elemen Penting Hubungan agai bahan Seminar & Dialog Nasional “Platform
Keuangan Pusat Dan Daerah. Ghalia Indonesia: Untuk Masa Depan Ekonomi Indonesia”.Diseleng-
Ja-karta. Hlm: 13. garakan ISEI Cbg Padang dengan IRIS Univ.Mar-
6 Ibid, hal. 63. ryland serta USAID. Padang, 15-16 April 1999.
134
Strategi Pengalokasian DAU dalam Urusan ... (Ayler Beniah Ndraha & Dedy Pribadi Uang)
menciptakan kesejahteraan di tingkat untuk tujuan mengisi kesenjangan antara
lokal. kapasitas dan kebutuhan fiskalnya, dan
distribusikan dengan formula berdasarkan
Dana Perimbangan prinsip-prinsip tertentu yang secara umum
mengindikasikan bahwa daerah miskin dan
Dana Perimbangan adalah dana yang
terbelakang harus menerima lebih banyak
bersumber dari penerimaan APBN yang
dari pada daerah kaya. Dengan kata lain,
dialokasikan kepada daerah untuk
tujuan penting alokasi DAU adalah dalam
membiayai kebutuhannya dalam rangka
kerangka pemerataan kemampuan
pelaksanaan desentralisasi. Menurut UU
penyediaan pelayanan publik antar pemda
No. 25/1999 pasal 6 dan UU No. 33/2004
di Indonesia. UU No. 25/1999 pasal 7
pasal 10, Dana Perimbangan terdiri dari:
(1) Dana Bagi Hasil, yang terdiri atas PBB, menggariskan bahwa pemerintah pusat
BPHTB, PPh orang pribadi dan SDA berkewajiban menyalurkan paling sedikit
(Sumber Daya Alam); (2) Dana Alokasi 25 % dari penerimaan dalam negerinya
Umum (DAU); (3) Dana Alokasi Khusus dalam bentuk DAU.11
(DAK)9. Tujuan dari dana perimbangan DAU bertujuan untuk pemerataan
adalah menguatkan kewenangan daerah kemampuan keuangan antar daerah yang
dalam menjalankan urusan pemerintahan dimaksudkan untuk mengurangi
yang disertai dengan pembiayaan. Hal ini ketimpangan kemampuan keuangan antar
diperkuat dengan pendapat Aries Djaenuri daerah melalui penerapan formula yang
adalah untuk pemerataan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan potensi
memperhatikan potensi daerah, luar daerah, daerah.DAU suatu daerah ditentukan atas
keadaan geografi, jumlah penduduk, dan besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap)
tingkat pendapatan masyarakat di daerah, suatu daerah, yang merupakan selisih antara
sehingga perbedaan antara daerah yang kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi
maju dengan daerah yang belum daerah (fiscal capacity).Perubahan dalam
berkembang dapat diperkecil.10. Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
menegaskan kembali mengenai formula
beberapa pandangan tersebut, dapat
celah fiskal dan penambahan variabel
disimpulkan bahwa dana perimbangan
adalah dana transfer dari pemerintah pusat DAU. Alokasi DAU bagi daerah yang
kepada daerah otonomi dengan tujuan potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan
membantu dan memperkuat daerah fiskal besar, akan memperoleh alokasi
menjalankan kewenangannya untuk DAU relatif besar. Secara implisit, prinsip
menyelenggarakan setiap pelayanan dasar tersebut menegaskan fungsi DAU sebagai
dan pengembangan potensi daerah demi faktor pemerataan kapasitas fiskal.12
tercapainya tujuan dari pelaksanaan
desentralisasi yaitu kesejahteraan di tingkat Perhitungan DAU
lokal. DAU ditetapkan sekurang-kurangnya
26% dari pendapatan dalam negeri neto
Dana Alokasi Umum
dari APBN.Jumlah DAU 26% merupakan
DAU merupakan block grant yang jumlah DAU untuk seluruh provinsi/
diberikan kepada semua kabupaten dan kota kab/kota. Proporsi DAU provinsi dan