@ ADM ANGGARAN KEBIJAKAN NEGARA - Materi Tambahan
@ ADM ANGGARAN KEBIJAKAN NEGARA - Materi Tambahan
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ILMU ADMINISTRASI
OLEH:
Dr. H. Gunawan Undang, Drs., M.Si.
1. Proses Kebijakan Publik dan Administrasi
Publik
• FORMULASI KEBIJAKAN: proses politik
yang dilakukan elit politik dan/ atau
kelompok-kelompok penekan/masyarakat
dalam pemenuhan kebutuhan negara dan
masyarakat;
• IMPLEMENTASI KEBIJAKAN: pelaksanaan
kebijakan melalui program, aktifitas, aksi,
atau tindakan dalam suatu mekanisme
yang terikat pada suatu sistem tertentu.
• EVALUASI KEBIJAKAN: penilaian terhadap
implementasi kebijakan yang meliputi
dimenasi konsistensi, transparansi,
akuntabilitas, keadilan, efektivitas, dan
efisiensi.
SIKLUS KEBIJAKAN PUBLIK & ADMNINISTRASI PUBLIK
OUTCOME
REFORMULASI
KEBIJAKAN
(FEEDBACK)
Gunawan Undang1*
1Program Studi Ilmu Administrasi, Program Pascasarjana, Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia, Kota Medan 20214,
Indonesia
*Corresponding Author: gunawanundang@gmail.com
Abstract
Masalah utama artikel ini adalah bahwa penyelenggaraan desentralisasi dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah di
Indonesia pascareformasi politik (1998) masih bernuansa sentralisasi, sebagaimana sistem pemerintahan Orde Baru.
Hakikat desentralisasi adalah kemandirian daerah, namun dalam praktiknya anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD) masih tergantung pada pemerintah pusat (anggaran pendapatan dan belanja negara – APBN). Fenomena
tersebut hampir merata di Indonesia, termasuk di 33 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, pendapatan
asli daerah (PAD) antar-kabupaten/kota mengalami ketimpangan. Dalam upaya mengevaluasi kebijakan desentralisasi,
studi ini bertujuan untuk menganalisis reformulasi kebijakan tersebut. Metode kajian menggunakan pendekatan mixed
method research dengan bahan analisis data bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara (2019).
Hasil analisis terhadap 33 kabupaten/kota menunjukkan bahwa kontribusi PAD terhadap APBD hanya 9,42%. Artinya,
ketergantungan APBD terhadap APBN melalui pendapatan transfer otomatis yang diterima daerah sangat tinggi, yakni
90,58% sehingga menimbulkan flypaper effect yang berlangsung hampir seperempat abad (1998—2022). Selain itu,
ketimpangan pendapatan antar-daerah sangat ekstrim. Kota Medan memperoleh PAD tertinggi Rp2,34 triliun (di atas rata-
rata provinsi 189,46 milyar) dengan jumlah anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) tertinggi Rp6,12 triliun (di
atas rata-rata provinsi Rp1,37 triliun). Hal tersebut mengalami gap yang cukup tinggi dengan Kabupaten Nias Utara yang
memperoleh PAD terendah, yakni Rp12,54 milyar (di bawah rata-rata provinsi Rp189,46 milyar) dengan APBD hanya
Rp839,63 milyar (di bawah rata-rata provinsi Rp1,37 triliun). Secara regulatif, kebijakan tersebut adalah legal karena
dijamin Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2021
tentang APBN Tahun Anggaran 2022. Namun, tindakan pemerintah pusat tersebut mempengaruhi kemandirian daerah
karena melegalkan flypaper effect. Dengan demikian, tujuan memandirikan daerah dengan sistem desentralisasi dan
otonomi daerah tidak cukup memadai, karena dalam praktiknya masih kongruen dengan sistem sentralisasi seperti era
Orde Baru. Temuan tersebut berkontribusi pada proses evaluasi kebijakan desentralisasi yang menghendaki dilakukannya
reformulasi kebijakan, tidak hanya di Provinsi Sumatera Utara, tetapi juga di Indonesia.
Kata kunci: reformulasi, kebijakan, desentralisasi.
7. QUIS
❑ Analisislah studi kasus pada point 6 di atas
dari perpektif kebijakan publik;
❑ Indikator-indikator analisisnya minimal 5,
misalnya dari aspek kemandirian daerah,
hakikat otonomi daerah, hakikat
desentralisasi, hakikat dekonsentrasi, dan
sejenisnya dipandang dari segi
proses/siklus kebijakan publik dan
administrasi publik.