Anda di halaman 1dari 21

Journal of Accounting for Sustainable Society (JASS)

Volume 03 Nomor 02 Tahun 2021 (Hal : 34-53)


DOI : https://doi.org/10.35310/jass.v3i02.896
https://ojs.stiesa.ac.id/index.php/jass/index
ISSN 2614-5286 (Print) ISSN 2615-0409 (Online)

THE INFLUENCE OF LOCAL REVENUE, CAPITAL EXPENDITURE,


ECONOMIC GROWTH OF GDP, GENERAL ALLOCATION FUNDS,
FISCAL DECENTRALIZATION AND DIVERSIFICATION OF
REGIONAL INCOME ON FISCAL STRESS
Icih, Asep Kurniawan, Rijal Fadillah
STIE Sutaatmadja Subang
icih@stiesa.ac.id

INFO ARTIKEL ABSTRACT


Histori Artikel : The purpose of this study is to determine and
Tgl. Masuk : 01-10-2021
Tgl. Diterima : 01-12-2021 analyze the effect of local revenue (PAD), regional
Tersedia Online : 31-12--2021 spending, economic growth (GRDP), general
Keywords: allocation funds, fiscal decentralization and
diversification of regional income towards fiscal
pressure on districts / cities in West Java Province.
This study uses data from West Java which
consists of 18 districts and 9 cities which have been
observed for 5 yeras. This study used descriptive
statistical analysis methods, multiple regression
analysis and tested classical assumptions: normality,
multicollinearity, heteroscedasticity, and automatic
correlation.

PENDAHULUAN dan desentralisasi fiskal. Kebijakan


otonomi daerah dan desentralisasi fiskal
Reformasi 1998 merupakan awal
memberikan dampak yang cukup
kehidupan baru bagi dunia politik di
signifikan terhadap sistem ketatanegaraan
Indonesia, gerakan ini tealh melahirkan
di Indonesia dari negara sentralis menjadi
otonomi daerah yang menjadi alat baru
negara yang desentralistis.
mencapai tujuan Indonesia yang lebih adil
Permbangan keuagan antara
dan sejahtera. Menurut Suprianto (2020,
pemerintah pcsat dan pemerintahan
hlm. 1) Otonomi daerah merapukan buah
daerah merupakan suatu sistem pembgian
dari riformasi yang ada sejak tahun 1998,
keuangan yang adil, poporsional,
namun otonimi daerah bukanlah tujuan
demokratis, transparan, dan bertanggung
final, namun sebuah sarana untuk
jawab dalam rangka pendanaan
mencapai tujuan yang utama yakni
penyelenggaraan desentralisasi, dengan
masarakat Indonesia yang adli dan
mempertimbangkan pootensi, condisi, dan
makmur. Otonomi daerah adalah sebuah
kebutuhan daerah serta besaran
kebijakan yang dirancang oleh pemerintah
pendanaan penyelenggaraan
daerah yang bertujuan mengatur
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
daerahnya itu sendiri. Sebagaimana telah
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004
terikrar dalam pembukaan UUD 1945
tentang pertimbangan keuangan antara
alinea ke 4 salah satu tujuan Negara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah
adalah untuk memajukan kesejahteraan
yaitu pertimbangan keuangan antara
umum.
pemerintah pusat dan pemerintahan
Lahirnya UU No. 32 Tahun 2004
paerah merupakan suatu sistem
menjadi toggak kebijakan otonomi daerah
pembagian keuangan yang adil,
34 Volume 03, No. 02 - Desember 2021

proporsional, domekratis, terbuka, dan pendapatannya tinggi maka akan bisa


efisien dalam rangka pelaksanaan membiayai anggaran belanja daerah.
desentralisasi, dengan mmpertimbangkan Jika pertumbuhan PAD di suatu daerah
kemauan, keadaan, dan kcbutuhan meningkat, kemungkinan daerah
daerah, serta besaran pendanaan tersebut mengalami fiscal stress akan
penyelenggaraan dekonsentrasi dan rendah karena daerah tersebut mampu
tugas pembantuan. untuk membiayai belanja daerahnya.
Penyerahan keuangan negara Namun sebaliknya jika pertumbuhan
kepada pemerintahan daerah dalam PAD di suatu daerah menurun,
rangka melaksanaan desentralisasi atas kemungkinan daerah tersebut
pelimpahan tugas oleh pemerintah pusat mengalami fiscal stress akan tinggi
kepada pemerintah daerah dengan karena daerah tersebut belum mampu
memfokuskan stabilitas dan untuk membiayai belanja daerahnya.
keseimbangan fiskal. Faktor yang kedua adalah belanja
Otonomi daerah dan desentralisasi modal, belanja modal termasuk kedalam
fiskal tersebut telah memberikan belanja daerah yang juga menjadi faktor
konsekuensi pada pembagian terjadinya fiscal stress di suatu daerah
kewenangan dari pemerintah pusat karena jika anggaran belanja modalnya
kepada pemerintah daerah serta tinggi, akan menambah pada belanja
pengelolaan keuangan yang dari daerah. Tetapi jika pendapatan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerahnya kecil itu bisa menyebabkan
daerah supaya daerah tersebut lebih fiscal stress karena pemerintah tidak
mandiri baik dalam hal kewenangan bisa menutupi kekurangan tersebut.
maupun dalam hal pengelolaan keuangan. Faktor yang ketiga adalah
Tujuan dari pelimpahan kewenangan Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), jika
tersebut untuk mendekatkan pelayanan kondisi pertumbuhan suatu daerah
kepada masyarakat supaya mempercepat tersebut meningkat maka akan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. mempengaruhi pendapatan daerah
Pelimpahan kewenangan tersebut tersebut. Menurut Badan Pusat Statistik
diikuti dengan penyerahan sumber- Jawa Barat (2020) Produk Domestik
sumber pendanaan yang tadinya dikelola Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai
pemerintah pusat menjadi dikelola oleh tambah bruto yang timbul dari seluruh
pemerintah daerah berupa penyerahan kegiatan ekonomi di daerah tersebut.
perpajakan maupun bantuan dana Pertumbuhan PDRB ini biasanya dijadikan
transfer. Sistem mekanisme penyaluran sebagai acuan dalam menentukan
pada daerah didasarkan pada pertumbuhan ekonomi daerah. Selain itu
perimbangan untuk mengurangi Pdrb juga dijadikan sebagai salah satu
ketimpangan yang kemungkinan dapat sumber pendapatan daerah. .
terjadi di setiap daerah. Namun demikian, Pertumbuhan ekonomi yang rendah akan
sampai saat ini di Indonesia masih berdampak pada pendapatan yang akan
menghadapi berbagai tantangan seperti berkurang dan itu berpengaruh terhadap
masih relatif tingginya tingkat kemiskinan, anggaran belanja yang sebelumnya sudah
pengangguran dan ketimpangan antar di anggarkan menjadi tidak tercukupi. Hal
daerah di Indonesia. itu lah yang menyebabkan tekanan
Tingginya tingkat fiscal stress anggaran (fiscal stress) karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pendapatan tidak dapat memenuhi
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja anggaran belanja.
Daerah, Pertumbuhan Ekonomi (PDRB),
Dana Alokasi Umum (DAU),
Desentralisasi Fiskal, dan Diversifikasi
Pendapatan Daerah.
Faktor yang pertama adalah
Pendapatan Asli Daerah mempengaruhi
tingkat fiscal stress karena jika
2021 Journal of Accounting for Sustainable Society (JASS) 35

Gambar 1.1 kebijakan otonomi juga dapat mendukung


Realisasi Pendapatan Daerah daerah supaya bisa lebih mandiri. Ketika
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat daerah tersebut sudah bisa mandiri
Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa kemungkinan mengalami tekanan fiskal
(fiscal stress) yang lebih kecil.
Faktor yang keenam adalah
Diversifikasi Pendapatan Daerah, ini
bertujuan untuk mengoptimalkan setiap
potensi sumber daya alam maupun
kapasitas fiskalnya dalam rangka untuk
mengurangi tingkat ketergantungan
terhadap pemerintah pusat.
Ketergantungan tersebut dapat
ditanggulangi dengan diversifikasi
Barat, 2019 pendapatan daerah. Diversifikasi
Faktor yang keempat adalah Dana Pendapatan Daerah ditujukan untuk
Alokasi Umum (DAU), bisa di lihat di menambah pendapatan asli daerah
table 1.2 bahwa Pendapatan Daerah dengan cara penganekaragaman
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat pendapatan yang sebelumnya belum ada.
mengalami kenaikan, namun Dana Diharapkan diversifikasi ini dapat
Perimbangan yaitu Dana Alokasi Umum menambah pendapatan asli daerah yang
(DAU) masih mendominasi kemudian bisa membantu daerah tersebut
dibandingkan dari Pendapatan Asli dalam mengatasi fiscal stress.
Daerah itu sendiri. Menurut Tekanan fiskal (Fiscal Stress) terjadi
Purnaninthesa (2006) : “menyimpulkan akibat belanja lebih besar dari
bahwa fiscal stress pada suatu daerah pendapatan. Ketika suatu daerah
dapat menyebabkan motivasi bagi daerah mengalami fiscal stress pada taun
untuk meningkatkan pendapatan asli sebelumnya, maka pemerintah daerah
daerahnya guna mengurangi sebaiknya lebih teliti lagi dalam menyusun
ketergantungan pada pemerintah pusat.” anggaran pada tahun berikutnya supaya
Semakin tinggi tingkat fiscal stress, tidak terjadi lagi fiscal stress. Berikut
maka ada upaya daerah tersebut untuk disajikan Tabel 1.3 yang menggambarkan
meningkatkan kemandiriannya (PAD) kondisi keuangan pemerintah daerah
yaitu dengan cara mengoptimalkan (termasuk tekanan fiskal) di
potensi asli daerahnya yang salah Kabupaten/Kota di Jawa Barat tahun
satunya tercermin pada Pendapatan Asli 2019.
Daerah. Tabel 1.1
Faktor yang kelima adalah Rekapitulasi Anggaran Penerimaan dan
Desentralisasi Fiskal. Istilah desentralisasi Pengeluaran Pemerintah Jawa Barat
fiskal muncul pada tahun 2004 ketika Tahun 2019 (Ribu Rupiah)
pemerintah mengeluarkan UU no. 32 dan
Kabupaten/Kota
34 mengenai adanya kewenangan daerah
yang lebih mandiri. Kebijakan ini
Regency/City Pendapatan Belanja
merupakan upaya pemerintah untuk
mendorong setiap daerah supaya dapat Revenue Expenditure
memaksimalkan pendapatan daerahnya.
Selain itu juga setiap daerah dituntut untuk
bisa mandiri dalam mengelola berbagai 1. Kab. Bogor 7.298.466 7.304.965
macam urusan daerahnya itu sendiri 2. Kab. Sukabumi 3.762.187 3.832.177
seperti: mengelola sumber daya dan
membuat laporan keuangan. Beberapa 3. Kab. Cianjur 4.017.389 4.000.993
daerah termasuk sebagai daerah yang
4. Kab. Bandung 5.259.974 5.114.895
bagus karena memiliki sumber-sumber
pendapatan yang memadai. Kemudian
36 Volume 03, No. 02 - Desember 2021

5 Kab. Garut 4.301.343 4.257.224 masing-masing dan ketergantungan


terhadap dana perimbangan (dana
6 Kab. Tasikmalaya 3.557.974 3.463.278 transfer) dari Pemerintah Pusat.
7 Kab. Ciamis 2.573.609 2.602.915 Berikut ini daerah yang belanjanya
lebih besar dari pendapatan daerah
8 Kab. Kuningan 2.469.670 2.508.505 adalah: Kabupaten Bogor, Kabupaten
9 Kab. Cirebon 3.683.068 3.681.465 Sukabumi, Kabupaten Ciamis, Kabupaten
Kuningan, Kabupaten Karawang,
10 Kab. Majalengka 2.817.585 2.777.362 Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten
Pangandaran, Kota Bogor, Kota Bandung,
11 Kab. Sumedang 2.749.911 2.689.967
Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Cimahi.
12 Kab. Indramayu 3.338.765 3.250.490 Kota Tasikmalaya, Kota Banjar.
Arnett (2011) menyebutkan bahwa
13 Kab. Subang 2.841.063 2.759.422
Saldo Dana = selisih antara pendapatan
14 Kab. Purwakarta 2.060.667 1.920.109 dan belanja) menjadi penentu tingkat
Fiscal Stress karena pendapatan dan
15 Kab. Karawang 4.188.371 4.315.267 belanja ini merupakan komponen yang
16 Kab. Bekasi 5.437.268 5.057.701 utama. Pemerintah daerah harus terus
berusaha dalam menghadapi
17 Kab. Bandung 2.602.111 2.643.896. permasalahan keuangan yang terjadi di
Barat setiap periodenya. Diharapkan setiap
tahun pendapatan daerah terus meningkat
18 Kab. 1.137.142 1.161.646. supaya bisa menutup belanja daerahnya.
Pangandaran Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan Iskandar Muda
19 Kota Bogor 2.328.730 2.406.586
(2012) adalah terdapat tambahan 3
20 Kota Sukabumi 1.223.767 1.185.870 variabel independen yakni Dana Alokasi
Umum (DAU), desentralisasi fiskal dan
21 Kota Bandung 5.939.997 6.114.449 diversifikasi pendapatan daerah. Alasan
22 Kota Cirebon 1.422.710 1.425.813 peneliti tertarik meneliti tentang fiscal
stress adalah untuk mengetahui
23 Kota Bekasi 4.835.980 5.001.748 perkembangan pertumbuhan pendapatan
24 Kota Depok 2.940.266 2.765.083 di daerah yang ada di Jawa Barat dan
masalah apa saja yang terjadi sehingga
25 Kota Cimahi 1.316.230 1.489.072 menyebabkan fiscal stress. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk melakukan
26 Kota 1.837.915 1.914.915
penelitian dengan judul “Pengaruh
Tasikmalaya Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja
27 Kota Banjar 799.959 803.917.301 Modal, Pertumbuhan Ekonomi (PDRB),
Dana Aloksai Umum (DAU),
Total 86.742.131 86.449.742 Desentralisasi Fiskal dan Diversifikasi
Provinsi Jawa Barat 33.919.022 33.117.934 Pendapatan Daerah Terhadap Fiscal
Stress.

Tabel 1.1 diatas menunjukkan 1.2 Identifikasi Masalah:


realisasi pendapatan dan belanja daerah 1. Apakah Pendapatan Asli Daerah
di Provinsi Jawa Barat tahun 2019. Dari (PAD) berpengaruh ngetaif
table diatas terdapat 14 Kabupaten/Kota terhadap Fiscal Stress?
yang mengalami fiscal stress karena 2. Apakah Belanja Modal
pengeluaran (belanja) lebih besar berpengaruh positif terhadap
dibandingkan pendapatan daerah. Hal Fiscal Stress?
tersebut terjadi karena kabupaten/kota 3. Apakah Pertumbuhan Ekonomi
tersebut kurang memaksimalkan potensi (PDRB) berpengaruh negatif
pendapatan yang ada di daerahnya terhadap Fiscal Stress?
2021 Journal of Accounting for Sustainable Society (JASS) 37

4. Apakah Dana Alokasi Umum wawasan penulis terkait pembahasan dari


(DAU) berpengaruh negatif praktiknya.
terhadap Fiscal Stress? KERANGKA TEORITIS DAN
5. Apakah Desentralisasi Fiskal
berpengaruh negatif terhadap
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Stewardship Theory
Fiscal Stress?
Pengertian stewardship theory
6. Apakah Diversifikasi Pendapatan
menurutDonalson dan Davis (1997) :
Daerah berpengaruh negatif
Stewardship Theory didefinisikan sebagai
terhadap Fiscal Stress?
suatu situasi dimana manager tidak
7. Apakah Pendapatan Asli Daerah
mempunyai kepentingan pribadi tapi lebih
(PAD), Belanja
mementingkan prinsipal.” Stewardship
Modal/Pembangunan,
Theory merupakan teori yang
Pertumbuhan Ekonomi (PDRB),
menggambarkan situasi dimana para
Dana Alokasi Umum (DAU),
manajer tidaklah termotivasi oleh tujuan-
Desentralisasi Fiskal dan
tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada
Diversifikasi Pendapatan Daerah
sasaran hasil utama mereka untuk
secara simultan berpengaruh
kepentingan organisasi.
terhadap Fiscal Stress?
Menurut Puspitawati (2016) : “Dengan
1.3 Tujuan Penelitian: demikian, teori ini berasumsi bahwa
Tujuan Penelitian ini untuk manajemen dipandang sebagai pihak
mengetahui: yang memiliki integritas tinggi dan mampu
1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah melakukan tindakan dengan penuh
(PAD) terhadap Fiscal Stress. tanggung jawab untuk melaksanakan
2. Pengaruh Belanja Modal terhadap tugas dan fungsinya guna memnuhi
Fiscal Stress. kebutuhan stakeholder.”
3. Pengaruh Perumbuhan Ekonomi Kaitan dari teori stewardship dengan
(PDRB) terhadap Fiscal Stress. penelitian ini yaitu bagaimana pemerintah
4. Pengaruh Dana Alokasi Umum selaku manajer (steward) yang diberikan
(DAU) terhadap Fiscal Stress. kepercayaan dapat melaksanakan tugas
5. Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan fungsinya sesuai dengan peraturan
terhadap Fiscal Stress. yang berlaku sehingga dapat
6. Pengaruh Diversifikasi Pendapata menghasilkan perencanaan yang
Daerah terhadap Fiscal Stress. sebelumnya sudah dibuat dan
7. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah melaksanakan pengelolaan dengan baik.
(PAD), Belanja Tugas selanjutnya yaitu melakukan
Modal/Pembangunan, pertanggungjawaban keuangan sesuai
Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), dengan standar keuangan yang berlaku.
Dana Alokasi Umum (DAU), Untuk melaksanakan tanggungjawab
Desentralisasi Fiskal dan tersebut, maka pemerintah diharapkan
Diversifikasi Pendapatan Daerah dapat mengerahkan kemampuan dan
secara simultan berpengaruh keahlian yang dimilikinya secara maksimal
terhadap Fiscal Stress? supaya mencapai kualitas laporan
1.4 Manfaat Penelitian: keuangan yang disajikan sesuai dengan
1. Manfaat Teoritis kebutuhan para pengguna (stakeholder).
Diharapkan laporan ini dapat
mencegah pemerintah daerah mengalami
fiscal stress. Fiscal Stress
2. Manfaat Praktis Kesadaran mengenai pengaruh
Diharapkan laporan ini dapat penerimaan maupun pengeluaran
digunakan sebagai referensi laporan pemerintah baru muncul belum lama
selanjutnya terkait pembahasan yang dalam bidang ilmu pengetahuan, namun
sama bagi pembaca dan menambah dengan disadarinya pengaruh-pengaruh
tersebut maka munculah sebuah gagasan
38 Volume 03, No. 02 - Desember 2021

yang dengan sengaja merubah Menurut Peraturan Pemerintah No.


pengeluaran dan penerimaan pemerintah 71 Tahun 2010 Laporan keuangan
untuk mencapai sebuah kestabilan merupakan laporan yang terstruktur
ekonomi. Teknik mengubah ini yang saat mengenai posisi keuangan dan transaksi-
ini kita kenal dengan kebijakan fiscal atau transaksi yang dilakukan oleh suatu
politik fiscal atau dengan kata lain teknik entitas pelaporan. Entitas pelaporan
mengubah pengeluaran dan pemasukan merupakan unit pemerintahan yang terdiri
pada pemerintah. Menurut Bastian I dari satu atau lebih entitas akuntansi yang
(2001) : “Kebijakan Fiskal adalah menurut ketentuan peraturan perundang
kebijaksanaan yang ditempuh oleh undangan wajib menyajikan laporan
pemerintah dalam rangka untuk pertanggungjawaban, berupa laporan
membelankan uangnya guna mencapai keuangan.
tujuan Negara dan upaya yang ditempuh Dengan demikian dapat disimpulkan
oleh pemerintah dalam rangka bahwa laporan keuangan pemerintah
mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk daerah merupakan suatu bentuk
membiayai pembelanjaan pemerintah.” pertanggungjawaban dalam pelaksanaan
Namun dalam pelaksanaannya kegiatan pemerintah yang berisi catatan
kebijakan fiskal tentunya mengalami atas transaksi keuangan yang
beberapa masalah seperti keterbatasan menghasilkan informasi mengenai kinerja
penerimaan (pendapatan asli daerah), keuangan entitas selama periode
belanja daerah, tingkat pertumbuhan akuntansi.
ekonomi, dana alokasi umum, Pendapatan Asli Daerah (PAD)
desentralisasi fiskal dan diversefikasi Pengertian Pendapatan Asli Daerah
pendapatan daerah. (PAD) Menurut Koswara (2000)
Menurut Arnet (2011) menyebutkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
bahwa fiscal stress adalah tekanan merupakan salah satu indikator dalam
anggaran yang terjadi akibat pendapatan mengukur tingkat kemandirian suatu
tidak bisa memenuhi kebutuhan belanja. daerah otonom dalam penyelenggaraan
Pemerintah daerah harus terus berusaha administrasi pemerintahan dan
dalam menghadapi permasalahan pembangunan daerah tersebut. Sejalan
keuangan yang terjadi di setiap dengan itu, daerah otonom harus memiliki
periodenya. Diharapkan setiap tahun kewenangan dan kemampuan untuk
pendapatan daerah terus meningkat menggali sumber keuangannya sendiri,
supaya bisa menutup belanja daerahnya. mengelola dan menggunakan
Fiscal Stress dapat dirumuskan keuangannya sendiri untuk membiayai
sebagai berikut ini: penyelenggaraan pemerintah daerahnya.
Fiscal Stress = Total Pendapatan Menurut Halim A (2004: 67),
Daerah – Total Belanja Pendapatan Asli Daerah (PAD)
merupakan semua penerimaan daerah
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli
Menurut Undang-Undang Republik daerah. Kelompok pendapatan asli daerah
Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang dipisahkan menjadi empat jenis
Pemerintah Daerah menjelaskan bahwa pendapatan, yaitu:
yang dimaksud Pemerintah Daerah adalah 1. Pajak daerah
kepala daerah sebagai unsur 2. Retribusi daerah
penyelenggara Pemerintah Daerah yang 3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil
memimpin pelaksanaan urusan pengelolaan kekayaan milik daerah
pemerintahan yang menjadi kewenangan yang dipisahkan
daerah otonom. Sebagai bentuk Menurut Firstanto (2015, hlm 41)
pertanggungjawaban pengelolaan Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah
keuangan daerah selama suatu periode (PAD) daerah dapat dihitung dengan
maka pemerintah daerah harus menyusun melihat PAD tahun yang dicari (t) dikurangi
dan menyajikan laporan keuangan. PAD t-1 (tahun sebelumnya) kemudian
dibagi dengan PAD tahun sebelumnya.
2021 Journal of Accounting for Sustainable Society (JASS) 39

Pertumbuhan PAD dapat dirumuskan Menurut Badan Pusat Statistik (2019)


sebagai berikut: : “Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pendapatan Asli Daerah dapat merupakan jumlah nilai tambah barang dan
dirumuskan sebagai berikut ini: jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan
PPAD (t) =
𝐏𝐀𝐃𝐭 −𝐏𝐀𝐃𝐭−𝟏
x 100 % perekonomian di suatu daerah.”
𝐏𝐀𝐃𝐭−𝟏 Pertumbuhan PDRB ini biasanya dijadikan
Belanja Modal
sebagai acuan dalam menentukan
Pengertian Belanja Modal Menurut
pertumbuhan ekonomi daerah. Selain itu
Halim (2004: 73), Belanja Modal
Pdrb juga dijadikan sebagai salah satu
merupakan belanja pemerintah daerah
sumber pendapatan daerah.
yang manfaatnya melebihi satu tahun
Apabila pertumbuhan ekonomi pdrb
anggaran dan akan menambah aset atau
di daerah tersebut mengalami peningkatan
kekayaan daerah dan selanjutnya akan
itu bisa berdampak pada meningkatnya
menambah belanja yang bersifat rutin
pendapatan yang kemudian akan menjadi
seperti biaya pemeliharaan pada
stabilnya APBD di daerah tersebut.
Kelompok Belanja Administrasi Umum.
Namun jika pertumbuhan ekonomi
Menurut Halim (2004: 73)
pdrb rendah akan berdampak pada
(Tambahin ke dafpus) Kelompok belanja
pendapatan yang akan berkurang dan itu
memiliki beberapa jenis baik untuk belanja
berpengaruh terhadap anggaran belanja
aparatur daerah maupun pelayanan untuk
yang sebelumnya sudah di anggarkan
publik. Adapun jenisnya sebagai berikut;:
menjadi tidak tercukupi. Hal itu lah yang
a) Belanja modal tanah
menyebabkan tekanan anggaran (fiscal
b) Belanja modal jalan dan jembatan
stress) karena pendapatan tidak dapat
c) Belanja modal bangunan air (Irigasi)
memenuhi anggaran belanja.
d) Belanja modal instalansi
Menurut Firstanto (2015:41)
e) Belanja modal jaringan
menyatakan bahwa pertumbuhan Product
f) Belanja modal bangunan gedung
Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat
g) Belanja modal monument
dihitung berdasarkan PDRB periode t
h) Belanja modal alat-alat besar
kemudian dikurangi PDRB periode t-1
i) Belanja modal alat-alat angkutan
(tahun sebelumnya) kemudian dibagi
j) Belanja modal alat-alat bengkel
dengan PDRB periode t-1 (tahun
Belanja modal merupakan salah
sebelumnya). Adapun rumus yang
satu indikator pengeluaran pemerintah,
digunakan sebagai berikut:
semakin tinggi belanja modal maka akan
Pertumbuhan Ekonomi pdrb dapat
terjadi pengeluaran pemerintah yang
dirumuskan sebagai berikut ini:
tinggi. Biasanya setiap tahun belanja 𝐏𝐃𝐑𝐁𝐭−𝐏𝐃𝐑𝐁𝐭−𝟏
modal mengalami pertumbuhan sesuai PPDRB (t) = x 100 %
𝐏𝐃𝐑𝐁𝐭−𝟏
dengan kebutuhan masing-masing setiap Dana Alokasi Umum
daerah yang kian meningkat untuk Menurut Bastian I (2001) Dana
meningkatkan pelayanan publik terhadap Alokasi Umum (DAU) adalah “Dana
masyarakat. Alokasi Umum merupakan dana yang
Menurut Firstanto (2015:42) didapatkan dari APBN yang dianggarkan
mengungkapkan pertumbuhan belanja dengan tujuan pemerataan kemampuan
modal dapat dihitung berdasarkan belanja keuangan di setiap daerah dalam
modal periode t kemudian dikurangi membiayai kebutuhan pembelanjaannya
belanja modal periode t-1 (tahun dalam rangka pelaksanaan
sebelumnya) dan dibagi dengan belanja desentralisasi.”
daerah periode t-1 (tahun sebelumnya). Adapun cara menghitung dana
Adapun rumus yang digunakan sebagai alokasi umum menurut Bastian I (2001).
berikut: adalah sebagai berikut:
Belanja Modal dapat dirumuskan 1. Dana Alokasi Umum (DAU) dapat
sebagai berikut ini: ditetapkan dengan sekurang-
𝐁𝐌𝐭−𝐁𝐌𝐭−𝟏 kurangnya 25% dari pendapatan dalam
PBM (t) = x 100 %
𝐁𝐌𝐭−𝟏
Pertumbuhan Ekonomi Pdrb
40 Volume 03, No. 02 - Desember 2021

Negara yang telah ditetapkan pada Menurut Kamus Besar Bahasa


APBN Indonesia (KBBI) : “diversifikasi adalah
2. Dana Alokasi Umum (DAU) yang penganekaragaman usaha untuk
diberikan pada provinsi sebesar 10% menghindari ketergantungan pada
dan untuk daerah kabupaten/kota 90% ketunggalan kegiatan, produk, jasa atau
dari Dana Alokasi Umum investasi.” Pemerintah Daerah harus bisa
3. Dana Alokasi Umum (DAU) yang berusaha supaya tidak mengandalkan
diberikan untuk daerah kabupaten/kota bantuan dari pusat dengan cara
tertentu dapat ditetapkan berdasarkan melakukan diversifikasi pendapatan
perkalian jumlah Dana Alokasi Umum daerah.
pada seluruh daerah kabupten/kota Menurut Yan (2012) : “Pemerintah
yang telah ditetapkan di dalam APBN Daerah telah berpaling pada beberapa
dengan porsi daerah yang sumber Pendapatan Daerah pada masa
bersangkutan sekarang untuk mengurangi
ketergantungan keuangan daerah pada
DAU dapat dirumuskan sebagai berikut ini: bantuan dari luar daerah.” Berdasarkan
DAU = DAU / Total Pendapatan Daerah pendapat tersebut, untuk dapat
× 100% memaksimalkan pendapatan dari aktivitas
ekonomi pada daerah, maka
Desentralisasi Fiskal pemerintahan daerah harus dapat
Pengertian Desentralisasi Fiskal melakukan diversifikasi kepada
menurut Mardiasmo (2018): “Otonomi pendapatan daerahnya. Karena
daerah dan desentralisasi fiskal telah pendapatan daerah yang memiliki
memberikan dampak pada hubungan berbagai jenis akan menghasilkan
kewenangan antara pemerintah pusat dan pendapatan yang lebih baik jika
pemerintah daerah. Terjadinya dibandingkan hanya memiliki satu jenis
pelimpahan kewenangan untuk sektor pada pendapatan daerah.
menjalankan tugas pemerintahan dari Diversifikasi pendapatan daerah
pemerintah pusat kepada pemerintah dapat dirumuskan sebagai berikut ini:
daerah dalam rangka mendekatkan Pendapatan Lain-lain PAD / Total
pelayanan kepada masyarakat untuk Pendapatan Daerah × 100%
mempercepat peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Pengembangan Hipotesis
Penyerahan kewenangan tersebut Pengaruh Pendapatan Asli Daerah
diikuti dengan beralihnya sumber-sumber Terhadap Fiscal Stress
pendanaan berupa pajak daerah maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD)
bantuan mekanisme transfer ke daerah. merupakan pendapatan yang didapatkan
Mekanisme transfer ke daerah didasarkan oleh pemerintah daerah dari penghasilan
kepada pertimbangan untuk mengurangi di wilayahnya sendiri yang diambil
ketimpangan yang mungkin terjadi baik berdasarkan peraturan daerah yang
antar daerah maupun antara pemerintah dibuat. Menurut Siregar B (2015) :
pusat dan pemerintah daerah.” “Pendapatan asli daerah meliputi pajak
Adanya desentralisasi fiskal serta daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
otonomi daerah adalah untuk kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
meningkatkan kemakmuran masyarakat lain-lain PAD yang sah.”
juga perekonomian di daerah sebagai Setiap daerah diminta untuk
pendukung perekonomian nasional. menggali potensi sumber-sumber
Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pendapatan daerahnya masing-masing
yang diharapkan adalah yang sehat dan supaya daerah tersebut bisa berkembang
berkelanjutan. dan bersaing dengan daerah lainnya
Desentralisasi Fiskal dapat dirumuskan dalam hal ekonomi dan pembangunan.
sebagai berikut ini: Selain itu pendapatan juga supaya daerah
PAD / Total Pendapatan Daerah × 100% tidak terlalu ketergantungan terhadap
Diversifikasi Pendapatan Daerah
2021 Journal of Accounting for Sustainable Society (JASS) 41

pemerintah pusat, jika pendapatannya (PDRB) merupakan nilai tambah bruto


lebih besar daripada belanja maka tidak seluruh barang dan jasa yang tercipta atau
akan terjadi fiscal stress namun sebaliknya dihasilkan di wilayah domestik suatu
jika pendapatannya lebih kecil dari belanja negara yang timbul akibat berbagai
maka akan terjadi tekanan fiskal (fiscal aktivitas ekonomi dalam suatu periode
stress). Penelitian Muda I (2012) tertentu tanpa memperhatikan apakah
memberikan bukti bahwa Pendapatan Asli faktor produksi yang dimiliki residen atau
Daerah (PAD) secara simultan non-residen.”
berpengaruh signifikan terhadap fiscal Menurut Adriana, dkk (2017, hlm:
stress. Selain itu, penelitian Firstanto 49) menyatakan pertumbuhan ekonomi
(2015) menemukan hasil bahwa PDRB dijadikan sebagai acuan untuk
pendapatan asli daerah secara parsial menentukan pertumbuhan ekonomi pada
berpengaruh positif terhadap fiscal stress. suatu daerah. PDRB juga dapat dijadikan
Berdasarkan uraian tersebut, maka sebagai salah satu potensi pendapatan di
hipotesis dalam penelitian ini yaitu: suatu daerah. Hal ini karena kewajiban
H1: Pendapatan Asli Daerah (PAD) masyarakat untuk membayar pajak dan
berpengaruh negatif terhadap fiscal retribusi kepada daerah tergantung
stress kepada aktivitas ekonomi yang
Pengaruh Belanja Modal Terhadap masyarakat lakukan. Jika aktivitas
Fiscal Stress ekonomi masyarakat berjalan dengan baik
Menurut Halim (2004: 73) “Belanja dan meningkat, maka akan meningkatkan
Modal merupakan belanja pemerintah pendapatan.
daerah yang manfaatnya melebihi satu Artinya dengan pertumbuhan
tahun anggaran dan akan menambah aset ekonomi pdrb yang meningkat maka
atau kekayaan daerah dan selanjutnya pendapatan daerahnya pun akan ikut
akan menambah belanja yang bersifat meningkat dan memiliki kemampuan
rutin seperti biaya pemeliharaan pada ekonomi yang cukup baik untuk
Kelompok Belanja Administrasi Umum.” membiayai belanja daerah. Maka
Menurut Firstanto (2015) kemungkinan daerah tersebut terkena
menyatakan bahwa “belanja modal seperti fiscal stress akan kecil.
belanja pembangunan jangka pendek H3: Pertumbuhan Ekonomi pdrb
akan mempengaruhi anggaran belanja berpengaruh negatif terhadap fiscal
daerah menjadi lebih besar. Hal ini jika stress
tidak diimbangi dengan pendapatan besar Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)
maka kemungkinan terkena tingkat fiscal Terhadap Fiscal Stress
stress yakan cukup besar, mengingat Menurut Siregar B (2015) : “Dana
fiscal stress di sini dicerminkan adanya Alokasi Umum (DAU) termasuk kedalam
selisih anggaran pendapatan dengan Dana Perimbangan. Dana perimbangan
belanja.” Hal ini menunjukkan bahwa adalah dana yang bersumber dari APBN
pertumbuhan belanja daerah dapat (Anggaran Pendapatan dan Belanja
mempengaruhi Fiscal Stress. Negara) yang dialokasikan kepada daerah
Hal tersebut bertolak belakang untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
dengan penelitian yang dilakukan oleh rangka pelaksanaan desentralisasi.” Dana
Firstanto (2015) yang menunjukkan hasil perimbangan meliputi Dana Bagi Hasil
bahwa pertumbuhan belanja modal (DBH), Dana Aloksai Umum (DAU) dan
berpengaruh negatif terhadap fiscal stress. Dana Alokasi Khusus (DAK).
Berdasarkan uraian tersebut, maka Jika dana alokasi umum naik maka
hipotesis dalam penelitian ini yaitu: kemungkinan fiscal stress nya akan turun
H2: Belanja Modal berpengaruh positif karena dana alokasi umum akan
terhadap fiscal stress membantu pendapatan daerah untuk
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Pdrb menutupi kekurangan belanja. Hal ini
Terhadap Fiscal Stress didukung dengan penelitian yang
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS: dilakukan oleh (Ichan, 2018) yang
2019) : “Produk Domestik Regional Bruto menunjukkan hasil bahwa Dana Alokasi
42 Volume 03, No. 02 - Desember 2021

Umum (DAU) berpengaruh negatif daerah akan membantu daerah tersebut


signifikan terhadap belanja daerah. dalam pendapatan namun dampak
H4: Dana Alokasi Umum (DAU) negatifnya daerah akan dituntut untuk
berpengaruh negatif terhadap fiscal mandiri dalam hal pendapatan artinya
stress daerah tersebut harus bisa menggali
Pengaruh Desentralisasi Fiskal potensi pendapatan asli daerahnya itu
Terhadap Fiscal Stress sendiri.
Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 Jika daerah tersebut belum bisa
tentang Penyelenggaraan Otonomi mandiri maka bisa jadi akan menimbulkan
Daerah, pengaturan, pembagian, dan defisit anggaran karena belanja daerah
pemanfaatan sumber daya nasional yang tiap tahun akan meningkat sesuai dengan
berkaitan serta perimbangan keuangan kebutuhan atau yang biasa disebut fiscal
pusat dan daerah dalam kerangka Negara stress.
Kesatuan Republik Indonesia. H5: Desentralisasi Fiskal berpengaruh
Menurut UU No 32 Tahun 2004 negatif terhadap fiscal stress
Tentang Pendapatan Asli Daerah Pengaruh Diversifikasi Pendapatan
menyatakan bahwa: “Pendapatan asli Daerah Terhadap Fiscal Stress
daerah merupakan Pendapatan Daerah Menurut Yan (2012) : “Pemerintah
yang bersumber dari hasil Pajak Daerah, Daerah telah berpaling pada beberapa
hasil Retribusi Daerah, hasil pengelolaan sumber Pendapatan Daerah pada masa
kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan sekarang untuk mengurangi
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang ketergantungan keuangan daerah pada
sah, yang bertujuan untuk memberikan bantuan dari luar daerah.” .” Berdasarkan
keleluasaan kepada Daerah dalam pendapat tersebut, pemerintah daerah
menggali pendanaan dalam pelaksanaan harus dapat memaksimalkan pendapatan
otonomi daerah sebagai perwujudan asas daerahnya dengan cara melakukan
Desentralisasi.” diversifikasi terhadap berbagai jenis
Asas desentralisasi ini muncul pendapatan pada daerah, karena
sejalan dengan otonomi daerah sesuai bagaimanapun, pendapatan daerah yang
dengan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang lebih beragam jenis akan menghasilkan
perimbangan Keuangan antara pendapatan yang lebih baik lagi jika
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. dibandingkan dengan satu jenis
Misi utama kedua undang-undang pendapatan atau hanya pada satu sektor
tersebut adalah desentralisasi. saja.
Desentralisasi mengemban misi utama Berdasarkan hal tersebut, maka
berupa pelimpahan wewenang dari diversifikasi pendapatan daerah bisa
pemerintah pusat ke pemerintah yang meningkatkan pendapatan daerah.
lebih rendah dan mendorong partisipasi Sehingga dengan meningkatnya
masyarakat dalam pembangunan. Hak pendapatan diharapkan pemerintah
otonomi yang diberikan kepada daerah daerah akan bisa membiayai belanja
kabupaten maupun kota dilakukan dengan daerahnya. Dengan kata lain, diversifikasi
cara memberikan kewenangan atau pendapatan daerah akan bisa mengatasi
diskresi yang, nyata, luas serta masalah pemerintah daerah dalam
bertanggung jawab kepada pemerintah melakukan optimalisasi pendapatan
daerah secara proporsional. daerah. Ketika pemerintah daerah sudah
Artinya pelimpahan tanggung jawab optimal dalam meningkatkan pendapatan
ini akan diikuti juga oleh pengaturan, daerah, maka kemungkinan daerah
pembagian, serta pemanfaatan sumber tersebut terkena fiscal stress akan kecil.
daya nasional yang berkeadilan juga pada H6: Diversifikasi Pendapatan Daerah
perimbangan keuangan baik pusat dan berpengaruh negatif terhadap fiscal
daerah. Kewenangan perimbangan pusat stress
ke daerah tentunya akan menimbulkan Pengaruh Pendapatan Asli Daerah,
dampak positif dan negatif, dampak Belanja Modal, Pertumbuhan Ekonomi
positifnya dengan adanya perimbangan ke PDRB, Dana Alokasi Umum,
2021 Journal of Accounting for Sustainable Society (JASS) 43

Desentralisasi Fiskal dan Diversifikasi H7: Pendapatan Asli Daerah, Belanja


Pendapatan Terhadap Fiscal Stress Modal, Pertumbuhan Ekonomi PDRB,
Berdasarkan pada penelitian Dana Alokasi Umum, Desentralisasi
terdahulu dan teori yang telah diuraikan Fiskal dan Diversifikasi Pendapatan
diatas, maka faktor yang berkontribusi berpengaruh secara simultan terhadap
terhadap fiscal stress yaitu pendapatan Fiscal Stress.
asli daerah, belanja daerah, pertumbuhan
ekonomi pdrb, dana alokasi umum,
desentralisasi fiskal dan diversifikasi
pendapatan daerah. Setelah dilakukan
pengujian secara parsial, kemudian
dilakukan pengujian secara simultan.
Adapun hubungan dari keenam
faktor tersebut secara bersama-sama
yaitu dengan terciptanya anggaran yang
baik supaya terjadi keseimbangan antara
anggaran pendapatan dan angaran
pengeluaran. Dalam pelaksanaan
realisasi anggaran tersebut, pemerintah
daerah harus dapat memanfaatkan
anggaran itu sesuai dengan tujuannya
masing-masing sehingga anggaran yang
sebelumnya sudah dapat menutupi
belanja daerah dapat terpenuhi sehingga
tidak terjadi defisit anggaran (fiscal stress).
Selain dari pendapatan dan belanja
daerah, pertumbuhan ekonomi
berkontribusi dalam membantu
pemerintah daerah merealisasikan
anggaran tersebut karena jika
pertumbuhan ekonominya bagus/naik
maka bisa menambah pendapatan daerah
tersebut. Kemudian ada juga bantuan dari
pemerintah pusat berupa dana alokasi
umum yang bertujuan untuk membantu
pemerintah daerah dalam memenuhi
kebutuhan pembangunan daerah tersebut
supaya tidak tertinggal dan juga bisa
menambah anggaran pemerintah daerah.
Diterapkannya desentralisasi fiskal
sebagai kebijakan pemerintah pusat yang
memberi kewenangan kepada pemerintah
daerah juga bisa mempengaruhi
pemerintah daerah tersebut supaya bisa
mandiri dan maju. Dalam desentralisasi
fiskal pemerintah daerah dituntut untuk
menggali peluang pendapatan yang ada di
daerah tersebut supaya pendapatan
daerah itu bisa beranekaragam dan tidak
terpacu pada satu pendapatan saja atau
biasa disebut dengan diversifikasi
pendapatan daerah. Diharapkan dengan
diterapkannya kebijakan ini pemerintah
daerah bisa menghindari fiscal stress.
44 Volume 03, No. 02 - Desember 2021

dalam penelitian ini dilakukan dengan


Kerangka Hipotesis cara:
H1 (-)
1. Informasi yang dibutuhkan
H2 (+)
penelitian didapat dari buku, jurnal dan
Pendapatan Asli Daerah
artikel terkait.
H3(-)
(-)
2. Laporan keuangan
Belanja Daerah
H4 (-)
(-)H5 (-) pemerintah daerah yang dibutuhkan
Pertumbuhan Ekonomi
penelitian didapat melalui
H6 (-)
Fiscal Stress pengunduhan dokumen laporan
Dana Alokasi Umum
(Y) keuangan pemerintah daerah yang
diperoleh dari laporan keuangan
METODOLOGI PENELITIAN
Desentralisasi Fiskal pemerintah daerah yang dipublikasikan
Menurut Sugiyono (2006:2) : “Metode oleh Badan Pusat Statistik Provinsi
penelitian
Diversifikasi Pendapatan
pada dasarnya merupakan cara Jawa Barat.
Daerah (X6)ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu.” Teknik Pengambilan Sampel
Berdasarkan hal tersebut terdapat empat Metode pengambilan sampel
kata kunci yang diperhatikan yaitu, cara yang digunakan adalah sampling
ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Jenis jenuh, Menurut Sugiyono (2014 : 85)
penelitian yang digunakan penelitian ini : “sampel yang jenuh adalah teknik
adalah penelitian kuantitatif. Pengertian penentuan sampel bila semua
penelitian kuantitatif Menurut Sugiyono anggota populasi digunakan sebagai
2006:8) : sampel. Istilah lain sampel jenuh
Metode penelitian kuantitatif dapat adalah sensus, dimana semua
diartikan sebagai metode penelitian yang anggota populasi dijadikan sampel.”
berlandaskan pada filsafat positivism,
digunakan untuk meneliti pada populasi Populasi dan Sampel
atau sampel tertentu, pengumpulan data Menurut Sugiyono (2014:80) :
menggunakan instrument penelitian, “mengartikan bahwa Populasi adalah
analisis data bersifat kuantitatif/statistic wilayah generalisasi yang terdiri atas:
dengan tujuan untuk menguji hipotesis obyek/subyek yang mempunyai kualitas
yang telah ditetapkan. dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
Jenis, Sumber dan Teknik oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
Pengumpulan Data ditarik kesimpulannya.” Jadi populasi
Jenis data yang digunakan penelitian bukan hanya perihal orang, namun juga
ini merupakan data kuantitatif yang berupa obyek yang lain. Populasi juga mencakup
data sekunder. Data sekunder merupakan karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek
data yang didapatkan secara tidak atau obyek itu.
langsung, misalnya lewat orang lain atau Adapun populasi yang digunakan
lewat dokumen. Data sekunder juga berisi dalam penelitian ini yaitu Laporan
tentang informasi yang telah ada Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
sebelumnya dan dengan sengaja Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat.
dikumpulkan oleh peneliti yang digunakan Dengan demikian banyaknya populasi
untuk melengkapi kebutuhan data yaitu 18 Kabupaten dan 9 Kota jadi
penelitian. Sedangkan sumber data dalam totalnya ada 27 populasi. Berikut ini daftar
penelitian ini berupa laporan keuangan Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi
dari setiap masing-masing daerah yang Jawa Barat.
ada di Provinsi Jawa Barat dari periode Definisi dan Pengukuran Variabel
2015-2019 yang mana data laporan Penelitian
keuangan tersebut diperoleh dari website Menurut Sugiyono (2016:63) :
resmi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa “Variabel penelitian pada dasarnya adalah
Barat. Adapun teknik pengumpulan data segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk
2021 Journal of Accounting for Sustainable Society (JASS) 45

dipelajari sehingga diperoleh informasi Pengertian analisis regresi berganda


tentang hal tersebut, kemudian ditarik menurut Gujarati (2003), Secara umum,
kesimpulannya.” Dalam penelitian ini analisis regresi pada dasarnya adalah
variabel yang digunakan berupa variabel studi mengenai ketergantungan variabel
dependen dan variabel independen. dependen (terikat) dengan satu atau lebih
Adapun variabel tersebut diuraikan variabel independen (variabel
sebagai berikut: penjelas/bebas), dengan tujuan untuk
mengestimasi dan/atau memprediksi rata-
Variabel Dependen rata populasi atau nilai rata-rata variabel
Menurut Sugiyono (2016:64) : dependen berdasarkan nilai variabel
“Variabel dependen sering disebut independen yang diketahui.
sebagai variabel output, kriteria, Menurut Ghozali (2018:96) : “Dalam
konsekuen. Dalam bahasa Indonesia analisis regresi berganda, selain
sering disebut sebagai variabel terikat. mengukur kekuatan hubungan antara dua
Variabel terikat merupakan variabel yang variabel atau lebih, juga menunjukkan
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, arah hubungan antara variabel dependen
karena adanya variabel bebas.” Variabel dengan variabel independen.” Variabel
dependen dalam penelitian ini yaitu Fiscal dependen diasumsikan random/stokastik,
Stress. Arnet (2011) menyebutkan bahwa yang berarti mempunyai distribusi
Fiscal Stress merupakan tekanan probabilistic. Variabel independen/bebas
anggaran (fiscal) yang terjadi akibat diasumsikan memiliki nilai tetap (dalam
keterbatasan penerimaan dalam pengambilan sampel yang berulang).
memenuhi kebutuhan pengeluaran Rumus: Y = a + b1X1+b2X2+…+bnXn
(belanja). Y = variabel terikat
a = konstanta
Variabel Independen b1,b2 = koefisien regresi
Menurut Sugiyono (2016:64) : X1, X2 = variabel bebas
“Variabel Independen sering disebut
sebagai variabel stimulus, prediktor, Uji Asumsi Klasik
antecedent. Dalam bahasa Indonesia Menurut Kuncoro (2004) : “Pengujian
sering disebut variabel bebas. Variabel asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui
bebas merupakan variabel yang masalah-masalah dalam menganalisis
mempengaruhi atau yang menjadi sebab data. Masalah tersebut dalam
perubahannya atau timbulnya variabel ekonometrika termasuk dalam pengujian
dependen (terikat).” Penelitian ini asumsi klasik, yaitu ada tidaknya masalah
menggunakan 6 variabel independen multikolinearitas, autokorelasi,
yaitu: heteroskedastisitas dan normalitas.”
Pengujian asumsi klasik meliputi:

Metode Analisis
Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali, (2019:19) : “Statistik
deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai
rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range,
kurtosis dan skewness (kemencengan
distribusi).”

Analisis Regresi Berganda


46 Volume 03, No. 02 - Desember 2021

Uji Normalitas Menurut Ghozali (2018:97) :


Menurut Ghozali (2018:161) : “Uji “Koefisien determinasi (R2) pada intinya
normalitas bertujuan untuk menguji mengukur seberapa jauh kemampuan
apakah model regresi, variabel model dalam menerangkan variasi
pengganggu atau residual memiliki variabel dependen.” Rentang nilai R2
distribusi normal.” Uji t dan uji F adalah antara nol sampai dengan satu.
menjelaskan bahwa nilai residual Nilai R2 yang kecil berarti variabel
mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini independen tidak terlalu berkontribusi
tidak dipenuhi, maka uji statistik menjadi terhadap variabel dependen. Namun jika
tidak valid untuk jumlah sampel kecil. nilainya mendekati satu berarti variabel
independen berkontribusi cukup banyak
Uji Multikolonieritas terhadap variabel dependen.
Menurut Ghozali (2018:107) : “Uji
Multikolonieritas bertujuan untuk menguji Uji Statistik F
apakah model regresi ditemukan adanya Menurut Ghozali (2018:98) Uji F
korelasi antar variabel bebas menguji joint hipotesa bahwa b1, b2 dan
(independen). Model regresi yang baik b3 secara bersama-sama sama dengan
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara nol atau:
variabel independen.” Jika variabel H0 : b1 = b2 = ……..= bk = 0
independen saling berhubungan, maka HA : b1 ≠ b2 ≠ ……..≠ bk ≠ 0
varibael-varibel ini tidak orthogonal. Uji hipotesis seperti ini dinamakan uji
Varibael orthogonal adalah variabel signifikansi secara keseluruhan . Apakah
independen yang nilai korelasi antar variabel Y berhubungan linear terhadap
sesame variabel independen sama variabel X1, X2, X3,X4,X5 dan X6. Untuk
dengan nol. menguji hipotesis ini digunakan statistik F
dengan kriteria pengambilan keputusan
Uji Autokorelasi sebagai berikut:
Menurut Ghozali (2018:111),
menyatakan bahwa “uji autokorelasi Uji Statistik t
bertujuan menguji apakah dalam model Menurut Ghozali (2018:99) : “Uji
regresi linear ada korelasi antara statistik t pada dasarnya menunjukkan
kesalahan pengganggu pada periode t seberapa jauh pengaruh satu variabel
dengan kesalahan pengganggu pada penjelas/independen secara individual
periode t-1 (sebelumnya).” Apabila terjadi dalam menerangkan variasi variabel
auotokorelasi, maka data tersebut dependen.” Hipotesis nol (Ho) yang
mengalami masalah yakni adanya hendak diuji adalah apakah suatu
keterkaitan waktu satu sama lainnya. parameter (bi) sama dengan nol, atau:
Uji Heteroskedastisitas Ho : bi = 0
Menurut Ghozali (2018:137) : “Uji HA : bi ≠ 0
Heteroskedastisitas bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terjadi HASIL DAN PEMBAHASAN
ketidaksamaan variance dari residual satu Analisis Hasil Pengumpulan Data
pengamatan ke pengamatan yang lain.” Dalam penelitian ini adalah seluruh
Jika pada gambar heteroskedastisitas kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa
menyebar, maka data tersebut tidak terjadi Barat periode 2015-2019. Jumlah populasi
heteroskedastisitas. Penelitian yang dalam penelitian ini sebanyak 135 Laporan
bagus adalah yang tidak terjadi Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
heteroskedastisitas. Fokus penelitian ini yaitu bagaimana
pengaruh variabel pendapatan asli
daerah, belanja modal, pertumbuhan
ekonomi pdrb, dana alokasi umum,
Pengujian Statistik desentralisasi fiskal dan diversifikasi
Koefisien Determinasi pendapatan daerah terhadap fiscal stress.
2021 Journal of Accounting for Sustainable Society (JASS) 47

Penelitian ini menggunakan data dari untuk memprediksi variabel dependen dan
laporan keuangan pemerintah daerah variabel independen.
yang telah di audit oleh Badan Uji Hipotesis
Pemeriksaan Keuangan Republik Koefisien Determinasi
Indonesia (BPK RI) atau Laporan Hasil Berdasarkan hasil model dari hasil
Pemeriksaan (LHP). Metode pengambilan output SPSS versi 22 diketahui nilai
sampel dalam pengumpulan data yaitu koefisien determinasi sebesar 0,349 atau
sampel jenuh, dimana metode 35%. Artinya variabel Fiscal Stress (Y)
pengambilan sampel dilakukan dengan mampu dijelaskan oleh variabel
mengambil semua anggota populasi yang Pendapatan Asli Daerah (X1), Belanja
ada. Modal (X2), Pertumbuhan Ekonomi Pdrb
Uji Asumsi Klasik (X3), Dana Alokasi Umum (X4),
Uji Normalitas Desentralisasi Fiskal (X5) dan Diversifikasi
Dari pengujian pada tabel yang Pendapatan Daerah (X6) sebesar 45%,
menggunakan One-Sample Kolmogorov- sedangkan sisanya sebesar 65%
Smirnov test tersebut terlihat besarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
nilai Signifikan adalah 0,200 dan nilainya tidak diteliti dalam penelitian ini.
jauh diatas α=0,05. Dalam hal ini berarti H 0 Uji F
ditolak yang berarti data residual Berdasarkan tabel output SPSS
berdistribusi normal. diatas, diketahui nilai Sig. adalah sebesar
Uji Multikolinearitas 0,000, karena nilai Sig. 0,000 < 0,05 maka
Dari hasil pengujian spss, terlihat sesuai dengan dasar pengambilan
bahwa variabel independen yaitu keputusan dalam uji F bahwa hipotesis
Pendapatan Asli Daerah (X1), Belanja diterima (variabel independen secara
Modal (X2), Pertumbuhan Ekonomi PDRB bersama-sama berpengaruh terhadap
(X3), Dana Alokasi Umum (X4), variabel dependen).
Desentralisasi Fiskal (X5) dan Diversifikasi Uji t
Pendapatan Daerah (X6) mempunyai 1. Variabel Pendapatan Asli Daerah (X1)
angka Variance Inflation Factor (VIF) didapatkan nilai t hitung sebesar 1,656
dibawah angka 10. Hal ini berarti bahwa sehingga t hitung 1,656 < t table 1,97867
regresi yang dipakai untuk ke 6 (enam)
variabel independen diatas tidak terdapat Coefficientsa
persoalan multikolinieritas. Standa
Uji Autokorelasi
rdized
Berdasarkan data penelitian
menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson Unstandardized Coeffici
sebesar 1,536 dengan jumlah data sampel Coefficients ents
adalah 127 dan jumlah variabel
Model B Std. Error Beta t Sig.
independen adalah 6. Pada kondisi
tersebut menghasilkan dl sebesar 1,3834 1 Constant) 243947.554 95128.869 2.564 .011
dan nilai du 1,5078. Hasil tersebut dapat X1 6.389 3.858 .122 1.656 .100
disimpulkan bahwa nilai Durbin-Watson
sebesar 1,536 berada diantara nilai du X2 -7.489 2.485 -.219 3.014 .003

1,5078 sampai dengan 4-du 2,1875. X3 -67.131 68.284 -.072 -2.983 .027
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
X4 -13.976 17.429 -.094 -2.802 .024
terdapat gejala autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas X5 -70.760 13.312 -.651 -5.316 .000
Berdasarkan hasil olah data, maka X6 -17.716 18.801 -.073 -.942 .348
disimpulkan bahwa titik-titik menyebar
secara acak serta tersebar baik diatas a. Dependent Variable: Fiscal Stress
maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dengan tingkat signifikansi 0,100 lebih
= tidak terjadi heteroskedastisitas. besar dari taraf signifikansi 0,05, sehingga
Sehingga persamaan regresi layak dipakai dapat disimpulkan bahwa variabel
Pendapatan Asli Daerah tidak
48 Volume 03, No. 02 - Desember 2021

berpengaruh signifikan terhadap fiscal Pengaruh Pendapatan Asli Daerah


stress. Hal ini tidak mendukung hipotesis 1 terhadap Fiscal Stress
atau hipotesis ditolak. Hasil analisis statistik untuk
2. Variabel Belanja Modal (X2) didapatkan variabel pendapatan asli daerah
nilai t hitung sebesar 3,014 sehingga t menunjukkan nilai thitung 1,656 < ttabel
hitung 3,014 > t table 1,97867 dengan 1,97867, serta memiliki nilai signifikansi
tingkat signifikansi 0,003 lebih kecil dari sebesar 0,100 lebih besar dari 0,05 dan
taraf signifikansi 0,05, sehingga dapat koefisien memiliki tanda positif. Hal
disimpulkan bahwa variabel Belanja Modal tesebut menunjukkan bahwa variabel
berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan asli daerah tidak berpengaruh
fiscal stress. Hal ini mendukung hipotesis signifikan terhadap fiscal stress. Maka
2 atau hipotesis diterima. hipotesis pertama yang diajukan ditolak.
3. Variabel Pertumbuhan Ekonomi Pdrb Hasil ini sesuai dengan penelitian
(X3) didapatkan nilai t hitung sebesar - Meta Adriana, Yessi Muthia Basri Dan
2.983 sehingga t hitung -2.983 > t table Novita Indrawati (2017) yang
1,97867 dengan tingkat signifikansi 0,013 menunjukkan bahwa pendapatan asli
lebih kecil dari taraf signifikansi 0,27, daerah tidak berpengaruh signifikan
sehingga dapat disimpulkan bahwa terhadap fiscal stress. Hal tersebut
variabel Pertumbuhan Ekonomi Pdrb menunjukkan pemerintah daerah belum
berpengaruh negative signifikan terhadap bisa mengoptimalkan pendapatan asli
fiscal stress. Hal ini mendukung hipotesis daerahnya untuk menunjang kebutuhan
3 atau hipotesis diterima. daerah tersebut dalam hal belanja daerah.
4. Variabel Dana Alokasi Umum (X4) Salah satu faktornya yaitu karena
didapatkan nilai t hitung sebesar -2.802 pemerintah daerah masih bergantung
sehingga t hitung -2.802 > t table 1,97867 terhadap dana dari pemerintah pusat
dengan tingkat signifikansi 0,019 lebih untuk memenuhi keperluan belanja
kecil dari taraf signifikansi 0,24, sehingga daerahnya.
dapat disimpulkan bahwa variabel Dana Dari hasil penelitian mennelaskan
Alokasi Umum berpengaruh negative bahwa pendapatan asli daerah tidak
signifikan terhadap fiscal stress. Hal ini berpengaruh signifikan terhadap fiscal
mendukung hipotesis 4 atau hipotesis stress, hal ini terjadi karena
diterima. kabupaten/kota sangat tergantung pada
5. Variabel Desentralisasi Fiskal (X5) pendapatan transfer. Hal tersebut bisa
didapatkan nilai t hitung sebesar -5.316 dilihat dalam presentase pendapatan asli
sehingga t hitung -5.316 > t table 1,97867 daerah terhadap total pendapatan daerah
dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih yang sangat kecil kontribusinya. Total dari
kecil dari taraf signifikansi 0,05, sehingga seluruh kabupaten/kota pada tahun 2015-
dapat disimpulkan bahwa variabel 2019 hanya 23,59% kontribusi pad
Desentralisasi Fiskal berpengaruh terhadap total pendapatan daerah.
negative signifikan terhadap fiscal stress. Sedangkan 76,41% pendapatan daerah
Hal ini mendukung hipotesis 5 atau berasal dari dana transfer dari pemerintah
hipotesis diterima. pusat. Contohnya pada Kabupaten Ciamis
6. Variabel Diversifikasi Pendapatan pada tahun 2019 karena pendapatan asli
Daerah (X6) didapatkan nilai t hitung daerahnya hanya berkontribusi 8% dari
sebesar -.942 sehingga t hitung -.942 < t total pendapatan daerah pada tahun
table 1,97867 dengan tingkat signifikansi tersebut yakni sebesar Rp.
0,348 lebih besar dari taraf signifikansi 243.051.180.575 dari total pendapatan
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah sebesar Rp. 2.992.362.402.748.
variabel Diversifikasi Pendapatan Daerah Sedangkan pendapatan transfer
tidak berpengaruh signifikan terhadap berkontribusi besar 88% dari total
fiscal stress. Hal ini tidak mendukung pendapatan daerah pada tahun 2019
hipotesis 6. yakni sebesar Rp. 2.631.880.814.457 dari
Pembahasan Hasil Penelitian total pendapatan daerah sebesar Rp.
2021 Journal of Accounting for Sustainable Society (JASS) 49

2.992.362.402.748. Jadi dari data tersebut Belanja Daerah (APBD), karena


bisa dilihat ketika pendapatan asli daerah pemerintah daerah harus lebih berhati-hati
mengalami kenaikan atau penurunan tidak dalam menganggarkan belanja modal
akan berpengaruh terhadap fiscal stress supaya tidak terlalu besar.
karena kontribusinya kurang maksimal.
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Pdrb
Pengaruh Belanja Modal terhadap terhadap Fiscal Stress
Fiscal Stress Hasil analisis statistik untuk
Hasil analisis statistik untuk variabel pendapatan asli daerah
variabel belanja modal menunjukkan nilai menunjukkan nilai thitung -2,983 > ttabel
thitung 3,014 > ttabel 1,97867, serta 1,97867, serta memiliki nilai signifikansi
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,003 sebesar 0,027 lebih kecil dari 0,05 dan
lebih kecil dari 0,05 dan koefisien memiliki koefisien memiliki tanda negatif. Hal
tanda positif. Hal tesebut menunjukkan tesebut menunjukkan bahwa variabel
bahwa variabel belanja modal pertumbuhan ekonomi pdrb berpengaruh
berpengaruh positif dan signifikan negatif dan signifikan terhadap fiscal
terhadap fiscal stress. Maka hipotesis stress. Maka hipotesis ketiga yang
kedua yang diajukan diterima. diajukan diterima.
Hasil ini berbeda dengan penelitian Menurut Firstanto (2015)
Rian Firstanto (2015) yang menunjukkan menyatakan bahwa “pertumbuhan
bahwa belanja modal berpengaruh negatif ekonomi pdrb berpengaruh negatif
terhadap fiscal stress. Dimana pengaruh terhadap fiscal stress.” Menurut Muryawan
positif didapat saat belanja modal rendah, dan Sukarsa (2016) juga membuktikan
tingkat fiscal stress juga akan rendah bahwa “fiscal stress berpengaruh
sehingga tekanan anggaran daerah signifikan terhadap pertumbuhan
tersebut kecil. ekonomi.” Perekonomian suatu daerah
Hal tersebut bisa berdampak pada dinyatakan baik apabila pertumbuhan
total belanja daerah, jika belanja modalnya ekonomi Pdrb selalu mengalami
rendah maka total belanja daerahnya juga peningkatan dari setiap tahunnya.
akan rendah. Dalam data penelitian Sehingga dari peningkatan tersebut
menunjukkan bahwa pada periode tahun pemerintah daerah dapat menambah
2015-2019 belanja modal berkontribusi pendapatan.
sebesar 32% terhadap total belanja Dari hasil penelitian menunjukkan
daerah. Dengan tingginya belanja modal bahwa pertumbuhan ekonomi pdrb
maka total belanja daerah juga akan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat
meningkat dan kemungkinan daerah rata-rata mengalami pertumbuhan
tersebut terkena fiscal stress juga akan ekonomi pdrb sebesar 5% dari tahun
tinggi. Namun sebaliknya jika belanja 2015-2019. Pertumbuhan ekonomi pdrb
modalnya rendah maka total belanja paling tinggi yaitu pada tahun 2016
daerah juga akan menurun dan sebesar 6%, sedangkan pertumbuhan
kemungkinan daerah tersebut terkena ekonomi pdrb paling rendah yaitu pada
fiscal stress juga akan kecil. Contohnya tahun 2015 sebesar 5,24%. Apabila
belanja modal Kabupaten Sukabumi pada pertumbuhan ekonomi pdrb suatu daerah
tahun 2019 hanya Rp. 651.200.904.317 tersebut mengalami peningkatan maka
lebih rendah daripada tahun sebelumnya pendapatan daerahnya akan bertambah
yakni sebesar Rp. 723.842.704.010, hal ini dan kebutuhan akan belanja daerahnya
diikuti dengan rendahnya fiscal stress di juga ikut bertambah sehingga akan
tahun 2019 sebesar Rp. 421.316.842159 berdampak pada kemungkinan daerah
dibanding tahun sebelumnya yakni tersebut terkena fiscal stress.
sebesar Rp. Rp. 225.384.303.002.
Semakin kecil tingkat fiscal stress semakin Pengaruh Dana Alokasi Umum
bagus pemerintah daerah dalam terhadap Fiscal Stress
mengelola Anggaran Pendapatan dan
50 Volume 03, No. 02 - Desember 2021

Hasil analisis statistik untuk Hasil analisis statistik untuk


variabel pendapatan asli daerah variabel pendapatan asli daerah
menunjukkan nilai thitung -2,802 > ttabel menunjukkan nilai thitung -5,316 > ttabel
1,97867, serta memiliki nilai signifikansi 1,97867, serta memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,024 lebih kecil dari 0,05 dan sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan
koefisien memiliki tanda negatif. Hal koefisien memiliki tanda negatif. Hal
tesebut menunjukkan bahwa variabel tesebut menunjukkan bahwa variabel
dana alokasi umum berpengaruh negatif desentralisasi fiskal berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap fiscal stress. Maka dan signifikan terhadap fiscal stress. Maka
hipotesis keempat yang diajukan diterima. hipotesis kelima yang diajukan diterima.
Hasil ini berbeda dengan penelitian Menurut Adriana, dkk (2017)
Khairur Ichsan (2018) yang menunjukkan menyatakan bahwa “desentralisasi fiskal
bahwa dana alokasi umum berpengaruh berpengaruh negatif terhadap fiscal
positif terhadap belanja daerah, yang stress.” Pelaksanaan undang-undang
mana belanja daerah tersebut sebagai otonomi daerah yang mengharuskan
indikator penyebab fiscal stress. setiap daerah untuk bisa lebih mandiri
Kebutuhan dana alokasi umum oleh suatu dalam mengelola keuangannya terutama
daerah ditentukan dengan menggunakan dalam hal meningkatkan pendapatan.
pendekatan fiscal gap, yaitu ditentukan Namun, masih banyak pemerintah daerah
atas kebutuhan daerah dengan potensi yang belum mampu meningkatkan
daerah. penerimaan yang bersumber langsung
Pada umumnya dana alokasi dari hasil kekayaan daerah. Hal ini terlihat
umum ditujukan untuk membiayai belanja dengan masih rendahnya pendapatan asli
daerah yang melebihi dari pendapatan daerah pada kabupaten/kota di Provinsi
daerah yang ada supaya daerah tersebut Jawa Barat, sementara itu dana
tidak mengalami tekanan fiskal (fiscal perimbangan masih mendominasi total
stess). Hal tersebut dibuktikan dengan pendapatan daerah. Berdasarkan data
masih mendominasinya dana alokasi penelitian, presentasi pendapatan asli
umum dalam pendapatan daerah. Dalam daerah terhadap total pendapatan daerah
data penelitian didapat bahwa sekitar 40% masih rendah, contohnya: total
total pendapatan daerah berasal dari dana pendapatan daerah Kabupaten Bandung
alokasi umum pada periode 2015-2019. pada tahun 2019 sebesar Rp.
Contohnya pada Kabupaten Tasikmalaya 5.511.564.249.395 dan hanya 12% yang
tahun 2015, total pendapatan daerah bersumber dari pendapatan asli daerah
sebesar Rp. 2.750.630.839.061 dan 50% yakni sebesar Rp. 937.419.374.522. Hal
nya bersumber dari dana alokasi umum tersebut yang kemudian bisa
yaitu sebesar Rp. 1.380.490.312.000. menimbulkan fiscal stress karena jika
Namun setiap tahun daerah tersebut tidak pendapatan daerahnya rendah maka
akan sama menerima dana alokasi umum kemungkinan mengalami fiscal stress
tergantung dengan kebutuhan daerah di akan besar.
tahun tersebut. Contohnya dana alokasi
umum yang diterima Kabupaten Bogor Pengaruh Diversifikasi Pendapatan
pada tahun 2015 sebesar Rp. Daerah terhadap Fiscal Stress
2.163.439.062.000, kemudian pada tahun Hasil analisis statistik untuk
2016 berbeda yaitu sebesar Rp. variabel pendapatan asli daerah
1.917.780.234.000. Hal tersebut yang menunjukkan nilai thitung -0,942 < ttabel
kemudian bisa menimbulkan fiscal stress 1,97867, serta memiliki nilai signifikansi
karena jika dana alokasi umumnya rendah sebesar 0,348 lebih besar dari 0,05 dan
maka kemungkinan mengalami fiscal koefisien memiliki tanda positif. Hal
stress akan besar. tesebut menunjukkan bahwa variabel
diversifikasi pendapatan daerah tidak
Pengaruh Desentralisasi Fiskal berpengaruh signifikan terhadap fiscal
terhadap Fiscal Stress
2021 Journal of Accounting for Sustainable Society (JASS) 51

stress. Maka hipotesis keenam yang


diajukan ditolak. Penelitian ini bertujuan untuk
Menurut Adriana, dkk (2017), mengetahui pengaruh pendapatan asli
menyebutkan bahwa “diversifikasi daerah, belanja modal, pertumbuhan
pendapatan daerah secara parsial ekonomi pdrb, dana alokasi umum,
berpengaruh negative terhadap fiscal desentralisasi fiskal dan diversifikasi
stress.” Diversifikasi pendapatan daerah pendapatan daerah terhadap fiscal stress
pada 27 kabupaten/kota se Provinsi Jawa (studi empiris pada kabupaten/kota di
Barat pada jangka 5 tahun menunjukkan Provinsi Jawa Barat tahun 2015-2019).
terjadinya peningkatan. Namun meskipun Berdasarkan hasil olah data yang telah
mengalami peningkatan kontribusinya disajikan dalam bab IV maka dapat di
masih kecil sehingga diversifikasi ambil kesimpulan sebagai berikut:
pendapatan daerah tidak mempengaruhi 1. Pendapatan Asli Daerah tidak
tingkat fiscal stress. Berdasarkan data berpengaruh secara signifikan terhadap
penelitian diversifikasi pendapatan daerah fiscal stress di 27 kabupaten/kota se-
terhadap total pendapatan daerah masih Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015
kurang maksimal dan hanya berkisar rata- sampai dengan 2019. Hal ini disebabkan
rata 10% dari total pendapatan daerah. karena kontribusi PAD terhadap total
Contohnya: Kabupaten Subang sebesar pendapatan daerah masih kecil sekitar
Rp. 2.955.528.280.585 dan hanya 6% 23,59%. Oleh karena itu jika PAD
yang bersumber dari diversifikasi mengalami peningkatan atau penurunan
pendapatan daerah yaitu Rp. itu tidak akan berpengaruh terhadap fiscal
188.227.973.000. Jadi dari data tersebut stress karena kontribusinya yang kurang
bisa dilihat ketika diversifikasi pendapatan maksimal.
daerah mengalami kenaikan atau 2. Belanja Modal berpengaruh positif
penurunan tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap fiscal stress di
terhadap fiscal stress karena kontribusinya 27 kabupaten/kota se-Provinsi Jawa Barat
sangat kecil. pada tahun 2015 sampai dengan 2019.
Hal ini disebabkan karena belanja modal
Pendapatan Asli Daerah, Belanja memiliki kontribusi yang cukup besar
Modal, Pertumbuhan Ekonomi pdrb, terhadap total belanja daerah yakni
Dana Alokasi Umum, Desentralisasi sebesar 32%. Hal tersebut menyebabkan
jika belanja modalnya rendah maka total
Fsikal dan Diversifikasi Pendapatan
belanja daerahnya juga akan rendah.
Daerah secara bersama-sama Dengan rendahnya total belanja daerah,
berpengaruh signifikan terhadap Fiscal maka kemungkinan daerah tersebut
Stress terkena fiscal stress kecil.
Berdasarkan hasil uji statistik yang telah 3. Pertumbuhan Ekonomi Produk
dilakukan menunjukkan bahwa adanya Domestik Regional Bruto (PDRB)
pengaruh dari variabel pendapatan asli berpengaruh negatif secara signifikan
daerah, belanja modal, pertumbuhan terhadap fiscal stress di 27 kabupaten/kota
ekonomi pdrb, dana alokasi umum, se-Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015
desentralisasi fiskal dan diversifikasi sampai dengan 2019. Pertumbuhan
pendapatan daerah secara bersama- ekonomi di Provinsi Jawa Barat rata-rata
sama berpengaruh terhadap fiscal stress. mengalami pertumbuhan sebesar 5%. Hal
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji ini disebabkan karena pertumbuhan PDRB
statistik regresi yang menunjukkan bahwa yang naik dan turun sehingga dapat
nilai sig.F sebesar 0,000 dimana nilai mempengaruhi kondisi pendapatan dan
signifikan kurang dari 0,05 (sig<0,05) yang belanja di suatu daerah, apabila
berarti keenam variabel tersebut secara pertumbuhan ekonomi suatu daerah
simultan berpengaruh terhadap fiscal tersebut mengalami peningkatan maka
stress. pendapatan daerahnya akan bertambah
KESIMPULAN dan kebutuhan akan belanja daerahnya
juga ikut bertambah sehingga akan
52 Volume 03, No. 02 - Desember 2021

berdampak pada kemungkinan daerah b. Untuk memperluas penelitian


tersebut terkena fiscal stress. hendaknya peneliti selanjunya
4. Dana Alokasi Umum berpengaruh menambah variabel baru yang
negatif secara signifikan terhadap fiscal terkait dengan fiscal stress.
stress di 27 kabupaten/kota se-Provinsi 2. Bagi pemerintah
Jawa Barat pada tahun 2015 sampai a. Dengan menerapkan otonomi
dengan 2019. Hal ini ditujukan dengan daerah yaitu desentralisasi
dana alokasi umum yang masih fiskal, diharapkan pemerintah
mendominasi terhadap pendapatan daerah bisa memaksimalkan
daerah dan membantu daerah dalam potensi yang ada di setiap
mengatasi tingkat fiscal stress. daerahnya untuk menambah
5. Desentralisasi Fiskal secara parsial pendapatan asli daerahnya.
berpengaruh negatif terhadap fiscal stress b. Untuk menghadapi tingkat
di 27 kabupaten/kota se-Provinsi Jawa fiscal stress pemerintah
Barat pada tahun 2015 sampai dengan daerah harus lebih teliti lagi
2019. Hal ini menunjukkan bahwa dalam membuat anggaran
desentralisasi fiskal bisa membantu yang akan diajukan untuk
daerah dalam mengatasi tingkat fiscal tahun selanjutnya. Antara
stress. Meskipun secara rata-rata pendapatan dan belanja harus
Desentralisasi Fiskal di setiap daerah seimbang supaya tidak terjadi
masih kecil dari tahun 2015 sampai ketimpangan.
dengan 2019, namun upaya pemerintah
tetap harus ditingkatkan lagi supaya IMPLIKASI DAN
pendapatan daerah terus meningkat
KETERBATASAN
setiap tahunnya.
Adapun keterbatasan yang terkait
6. Diversifikasi Pendapatan Daerah secara
dengan penelitian ini adalah sebagai
parsial tidak berpengaruh terhadap fiscal
berikut :
stress di 27 kabupaten/kota se-Provinsi
1. Populasi hanya terkonsentrasi pada
Jawa Barat pada tahun 2015 sampai
Provinsi Jawa Barat
dengan 2019. Hal ini disebabkan karena
2. Penggunaan variabel penelitian yang
Diversifikasi Pendapatan Daerah masih
sudah banyak diteliti dalam penelitian
kurang berkontribusi terhadap pendapatan
lain.
daerah, dalam data penelitian didapatkan
bahwa hanya sekitar 10% dari total 3. Masih adanya variabel lain yang dapat
pendapatan daerah. Hal tersebut yang mempengaruhi fiscal stress.
menyebabkan diversifikasi pendapatan
daerah tidak berpengaruh terhadap fiscal REFERENCES
stress.
Adriana, M., Basri, Y. M., & Indrawati, N.
5.2 Saran (2017). VARIABEL YANG
Berdasarkan kesimpulan yang telah MEMPENGARUHI FISCAL
diuraikan diatas, peneliti memberikan STRESS DI KABUPATEN/KOTA
saran sebagai berikut: SE-PROVINSI RIAU. Jurnal
1. Bagi peneliti selanjutnya Ekonomi, Volume 25.
a. Diharapkan peneliti Afiah, N. N. (2010). Akuntansi
selanjutnya dapat menambah Pemerintahan: Implementasi
LKPD yang diteliti serta Akuntansi Keuangan Pemerintah
menambah jumlah periode Daerah. Jakarta: Kencana
menjadi lebih banyak Prenada Media Group.
setidaknya lima atau enam Bastian, I. (2017). Akuntansi Manajemen
tahun periode supaya dapat Sektor Publik. Jakarta: Salemba
meningkatkan jumlah data Empat, Jakarta.
yang diteliti. Dr. Indra Bastian, M. (2001). Akuntansi
Sektor Publik di Indonesia.
2021 Journal of Accounting for Sustainable Society (JASS) 53

Yogyakarta: BPFE- Siregar , B. (2015). Akuntansi Sektor


YOGYAKARTA. Publik. Yogyakarta: UPP STIM
Firstanto, R. (2015). ANALISIS YKPN.
PENGARUH PERTUMBUHAN Sugiyono. (2006). Metode Penelitian
PAD, PDRB, DAN BELANJA Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.
MODAL TERHADAP FISCAL Bandung: Alfabeta, cv.
STRESS PADA KABUPATEN Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
DAN KOTA DI PROVINSI JAWA Kombinasi (Mixed Methods).
TENGAH. Bandung: Alfabeta, cv.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Multivariate Dengan Program IBM Kebijakan. Bandung: Alfabeta, cv.
SPSS 25 Edisi 9. Semarang: Suparmoko. (1990). Keuangan Negara.
Badan Penerbit Universitas Yogyakarta: BPFE - Yogyakarta.
Diponegoro. Susilowati, S. H. (2017). DINAMIKA
Halim, A. (2018). Teori , Konsep, dan DIVERSIFIKASI SUMBER
Aplikasi Akuntansi Sektor Publik PENDAPATAN RUMAH TANGGA
Dari Anggaran Hingga Laporan PERDESAAN DI BERBAGAI
Keuangan Dari Pemerintah Hingga AGROEKOSISTEM. Jurnal Agro
Tempat Ibadah. Jakarta: Salemba Ekonomi, Vol. 35, 105-126.
Empat, Jakarta. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2016). Penyelenggaraan Otonomi Daerah
Pengertian Diversifikasi. Yan. Wenli. 2012. The Impact of Revenue
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/diversifi Diversification and Economic Base on
kasi State Revenue Stability. J. of Public
Mahsun, M. (2006). Pengukuran Kinerja Budgeting, Accounting & Financial
Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE - Management, 24 (1), 58-81.
Yogyakarta.
Muda, I. (2012). VARIABEL YANG
MEMPENGARUHI FISCAL
STRESS PADA
KABUPATEN/KOTA SUMATERA
UTARA. Jurnal keuangan & Bisnis,
Volume 4, No,1.
Muryawan, Sang Made & Sukarsa, Made.
2016. Pengaruh Desentralisasi Fiskal,
Fiscal Stress, Dan Kinerja Keuangan
Daerah Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Di Kabupaten/Kota Provinsi Bali.
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana 5.2 (2016) : 229-252.
Prof. Dr. Mardiasmo, M. A. (2018).
OTONOMI & MANAJEMEN
KEUANGAN DAERAH. Jakarta:
Penerbit ANDI.
Shamsub, H., & Akoto, J. (2004). State
and local fiscal structures and fiscal
stress. Journal of Public Budgeting,
Accounting & Financial
Management, Vol. 16 Issue: 1,
pp.40-61.

Anda mungkin juga menyukai