Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PROVINSI

SULAWESI SELATAN

Oleh

Syamsidar Hidayah B
Email: syamsidarhidayah10@gmail.com
Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Makassar

ABSTRACK
Syamsidar Hidayah B, 2019. Analisis Kinerja Keuangan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan. Skripsi, Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri
Makassar. Dibimbing oleh Dr.Sri Astuty, S.E., M.Si dan Syamsu Alam, S.Si.M.Si. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat efektivitas dan efisiensi belanja daerah
yaitu belanja langsung dan tidak langsung di Provinsi Sulawesi Selatan. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data time series, yaitu periode 2013 – 2017. Dalam menganalisis
kinerja keuangan pemerintah daerah digunakan alat ukur yaitu rasio efektivitas dan rasio efisiensi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa belanja tidak langsung dikategorikan efektif. Sedangkan
belanja langsung dikategorikan kurang efektif selama tahun 2013-2017. Belanja tidak langsung
dikategorikan efisien. Sedangkan belanja langsung dikategorikan sangat efisien 2013-2017.
Syamsidar Hidayah B, 2019. Analysis of Financial Expenditures for Regional Expenditures in
South Sulawesi Province. Thesis, Development Economics Study Program, Faculty of Economics,
Makassar State University. Supervised by Dr. Sri Astuty, S.E., M.Sc and Syamsu Alam, S.Si. M.Sc.
The purpose of this study is to learn how to increase and increase regional expenditure for direct
and indirect spending in South Sulawesi Province. The data used in this study are time series data,
namely the period 2013 - 2017. In the financial analysis of the local government, measuring
instruments are used, namely efficiency ratios and efficiency ratios. The results of this study prove
that indirect spending is categorized as effective. Whereas direct expenditure is categorized as less
effective during 2013-2017. Indirect shopping is categorized as efficient. While direct spending is
categorized as very efficient in 2013-2017.

Keyword: efficiency, efficiency, Expenditures for Regional

SYAMSIDAR HIDAYAH B 1
PENDAHULUAN

Otonomi Daerah merupakan sebuah permasalahan dalam mengimplementasikan


sistem yang memberikan keleluasaan kepada manajemen keuangan daerah sesuai dengan
pemerintah daerah dalam mengelola dan kaidah – kaidah di atas. Diantaranya adalah
mengurus semua sumber daya yang berada sistem penganggaran tradisional yang
di daerah sendiri. Dengan adanya otonomi bersifat line – item, dimana proses
daerah setiap daerah memiliki kebebasan penyusunan anggaran daerah semata – mata
dalam menjalankan dan menyusun setiap hanya mendasarkan pada ketersediaan dana
agenda yang akan dijalankan di daerah untuk item – item yang sudah ditentukan
tersebut. Menurut Undang – Undang serta mendasarkan pada besarnya realisasi
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 anggaran tahun sebelumnya, sehingga kurang
tentang Pemerintahan Daerah, otonomi responsif terhadap kebutuhan riil masyarakat.
Kedudukan aspek keuangan daerah sangat Adanya kecenderungan masih rendahnya
penting bagi penyelenggaraan pemerintahan kemauan untuk meningkatkan transparansi
daerah, maka terdapat beberapa aturan dan anggaran yang tercermin pada tingginya
prinsip–prinsip penganggaran yang harus alokasi belanja aparatur dibandingkan
ditaati, diantaranya: 1) pengelolaan keuangan dengan alokasi belanja publik, serta masih
daerah harus berorientasi pada kepentingan banyak pihak yang memiliki kepentingan
publik, 2) adanya kejelasan misi dalam berbeda dalam proses penyusunan anggaran.
pengelolaan keuangan daerah, 3) (Prasetyo, 2005). Disamping itu, pada saat
desentralisasi dan pelibatan stakeholders, 4) penyusunan anggaran berbagai pertanyaan
sesuai dengan prinsip pengelolaan keuangan akan muncul, bagaimana membawa
(transparansi, pengendalian dan kepentingan masyarakat ke dalam pernyataan
akuntabilitas), 5) bentuk dan struktur APBD anggaran yang mempunyai aspek
serta anggaran berbasis kinerja, 6) kesejahteraan umum. Bagaimana
pengembangan sistem informasi keuangan pengalokasian yang adil antara belanja
dan transparansi laporan keuangan. Prasetyo aparatur dan belanja publik.
dalam Nurdin (2005). daerah adalah hak, wewenang, dan
Namun demikian dalam prakteknya kewajiban daerah otonom untuk mengatur
tetap saja terdapat celah yang menjadi dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

SYAMSIDAR HIDAYAH B 2
dan kepentingan masyarakat setempat dalam Sadono Sukirno (2000), menjelaskan
sistem Negara Kesatuan Republik variabel pemerintah dalam hal ini adalah
Indonesia. Dari pengertian diatas dapat anggaran dijadikan salah satu faktor yang
dilihat bahwa dengan adanya otonomi menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi.
daerah, setiap daerah otonom memiliki hak, Pengeluaran pemerintah tersebut dapat
wewenang maupun kewajiban dalam menciptakan multiplier effect pada sektor –
mengurus sendiri setiap urusan daerah sektor perekonomian lain. Multiplier effect
mereka masing – masing, termasuk dalam tersebut akan semakin besar jika asumsi
mengelola keuangan pemerintah daerah belanja pemerintah digunakan untuk kegiatan
masing – masing. produktif. Hal ini disebabkan ketika
Infrastruktur merupakan suatu sarana pengeluaran pemerintah mengalami kenaikan
(fisik) pendukung agar pembangunan maka akan menstimulus kegiatan
ekonomi daerah dapat terwujud. perekonomian di suatu daerah dan
Pembangunan infrastruktur mempunyai menciptakan multiplier effect yang pada
pengaruh yang sangat besar terhadap akhirnya akan mengurangi jumlah
pembangunan perekonomian daerah. pengangguran di daerah tersebut.
Menurut Tim LPEM–PSEKP–PSP (2004) Berdasarkan uraian tersebut, maka
menyebutkan bahwa salah satu cara untuk penelitian ini berjudul “ANALISIS
menanggulangi kemiskinan yang cukup KINERJA KEUANGAN DAERAH
efektif adalah pembangunan infrastruktur. PROVINSI SULAWESI SELATAN”.
Pembangunan infrastruktur dasar yang A. Rumusan Masalah
penting adalah pembangunan jalan, Berdasarkan uraian masalah pada latar
jembatan, irigasi, penyediaan air bersih, belakang, maka dapat dirumuskan masalah
sanitasi dan penyediaan tenaga listrik yang yang akan dijadikan rujukan penelitian yaitu
terintegrasi dengan baik akan meningkatkan 1. Bagaimanakah tingkat efisiensi
kondisi pembangunan daerah maupun belanja daerah di Provinsi Sulawesi
nasional. Selatan 2013 – 2017?
Selain kemiskinan dan pertumbuhan 2. Bagaimanakah tingkat efektivitas
ekonomi belanja pemerintah juga belanja daerah di Provinsi Sulawesi
mempengaruhi jumlah pengangguran Selatan 2013 – 2017?
Menurut teori ekonomi Keynesian dalam B. Tujuan Penelitian

SYAMSIDAR HIDAYAH B 3
Sebagaimana yang diuraikan dalam kinerja perusahaan. Rasio keuangan adalah
rumusan permasalahan, maka yang akan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan
menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk antara satu pos laporan keuangan dengan pos
mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas lainnya yang mempunyai hubungan yang
belanja daerah di Provinsi Sulawesi Selatan relevan dan signifikan. Perbandingan dapat
tahun 2013 – 2017. dilakukan antara satu pos dengan pos lainnya
TINJAUAN PUSTAKA dalam satu laporan keuangan atau antar pos
B. Landasan Teori dan Konsep yang ada di antara laporan keuangan Hery
1. Analisis Kinerja Keuangan Daerah (2015).
Analisis keuangan adalah usaha 3. Jenis Rasio Keuangan Daerah
mengidentifikasi ciri-ciri keuangan Untuk menganalisis kinerja keuangan
berdasarkan laporan keuangan yang tersedia pemerintah daerah diperlukan alat yang
(Halim, 2012). Analisis laporan keuangan digunakan untuk analisis, salah satu alat yang
adalah kegiatan untuk menginterpretasikan sering digunakan untuk mengetahui kinerja
angka - angka dalam laporan keuangan dalam suatu organisasi adalah menggunakan rasio
rangka menilai kinerja keuangan yang hasil keuangan. Berikut ini merupakan salah satu
analisis tersebut akan digunakan sebagai rasio keuangan yang dikembangkan
dasar pengambilan keputusan ekonomi, berdasarkan data keuangan.
sosial, atau politik (Mahmudi, 2010).
Analisis terhadap laporan keuangan dianggap a) Konsep Efektivitas
menjadi alat manajerial yang penting untuk 1) Pengertian Efektivitas
evaluasi kekuatan, dan kelemahan suatu Kata efektif berasal dari bahasa Inggris
perusahaan, dan menurut Groves, Godsey, yaitu effective yang berarti berhasil atau
dan Shulman dalam Turley (2014). sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik.
Kamus ilmiah populer mendefinisikan
efetivitas sebagai ketepatan penggunaan,
2. Analisis Rasio Keuangan Daerah hasil guna atau menunjang tujuan. Efektivitas
Rasio keuangan merupakan suatu merupakan unsur pokok untuk mencapai
perhitungan rasio dengan menggunakan tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di
laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun
ukur dalam menilai kondisi keuangan dan program. Disebut efektif apabila tercapai

SYAMSIDAR HIDAYAH B 4
tujuan ataupun sasaran seperti yang telah Efektivitas pengelolaan anggaran
ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat daerah dapat dihitung dengan menggunakan
H. Emerson yang dikutip Handayaningrat S. rasio perbandingan antara realisasi anggaran
(2006) yang menyatakan bahwa “Efektivitas belanja dengan target yang ditetapkan dalam
adalah pengukuran dalam arti tercapainya APBD. Rumusan rasio efektivitas
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.” pengelolaan anggaran belanja adalah sebagai
perkembangan dan kemajuan yang berikut (Mahmudi, 2007).
dicapai oleh suatu lembaga atau organisasi realisasi
Efektifitas = × 100
target
itu sendiri Sedarmayanti (2009). Setiap
Adapun Keputusan Menteri Dalam
organisasi atau lembaga di dalam
Negeri Nomor 690.900–327 tahun 1996,
kegiatannya menginginkan adanya
kriteria tingkat efektivitas anggaran belanja
pencapaian tujuan. Tujuan dari suatu
sebagai berikut:
lembaga akan tercapai segala kegiatannya
1) Jika hasil perbandingan lebih dari
dengan berjalan efektif akan dapat
100%, maka anggaran belanja
dilaksanakan apabila didukung oleh faktor-
dikatakan sangat efektif.
faktor pendukung efektivitas.
2) Jika hasil pencapaian antara 90% -
Berdasarkan beberapa pendapat di atas
100%, maka anggaran belanja
mengenai efektivitas, dapat disimpulkan
dikatakan efektif.
bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang
3) Jika hasil pencapaian antara 80% -
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,
90%, maka anggaran belanja
kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh
dikatakan cukup efektif.
manajemen, yang mana target tersebut sudah
4) Jika hasil pencapaian antara 60% -
ditentukan terlebih dahulu. Hal ini sesuai
80%, maka anggaran belanja
dengan pendapat yang dikemukakan oleh
dikatakan kurang efektif.
Hidayat (2006) yang menjelaskan bahwa:
5) Jika hasil pencapaian dibawah 60%,
“Efektivitas adalah suatu ukuran yang
maka anggaran belanja dikatakan
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,
tidak efektif.
kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana
makin besar persentase target yang dicapai,
b) Konsep Efisiensi
makin tinggi efektivitasnya”
1) Pengertian Efisiensi
2) Mengukur Efektivitas

SYAMSIDAR HIDAYAH B 5
Kata efisien berasal dari bahasa latin 3) Jika hasil pencapaian antara 80% -
efficere yang berarti menghasilkan, 90%, maka anggaran belanja
mengadakan, menjadikan. Pengertian dikatakan cukup efisien.
efisiensi menurut Mulyamah (1987) yaitu 4) Jika hasil pencapaian antara 60% -
efisiensi merupakan suatu ukuran dalam 80%, maka anggaran belanja
membandingkan rencana penggunaan dikatakan efisien.
masukan dengan penggunaan yang 5) Jika hasil pencapaian kurang dari
direalisasikan atau perkataan lain 60%, maka anggaran belanja
penggunaan yang sebenarnya. Pengukuran dikatakan sangat efisien.
Efisiensi
Indikator efisiensi menggambarkan 4. Kebijakan Fiskal
hubungan antara masukan sumber daya oleh Keynes mengemukakan bahwa
suatu unit organisasi (misalnya: staf, upah, kebijakan fiskal memiliki pengaruh yang
biaya administratif) dan keluaran yang signifikan terhadap perekonomian. Sejak saat
dihasilkan. Rumusan efisiensi yang akan itu, para ekonom mulai mempertimbangkan
digunakan adalah rasio dari realisasi dampak makro atas belanja pemerintah dan
pengeluaran (belanja) daerah dengan total pajak. Keynes menekankan bahwa kenaikan
realisasi belanja daerah. belanja pemerintah tidak hanya
realisasi memindahkan sumber daya dari swasta ke
Efisiensi = × 100 %
total realisasi pemerintah. Intervensi pemerintah, yang
Adapun Keputusan Menteri Dalam
dikenal dengan kebijakan fiskal, salah
Negeri Nomor 690.900 – 327 tahun 1996,
satunya dilakukan melalui kebijakan
kriteria tingkat efisiensi anggaran belanja
pengeluaran/belanja pemerintah. Pemikiran
sebagai berikut:
ekonom – ekonom aliran Keynesian dimana
1) Jika hasil perbandingan lebih dari
mereka mendasari pemikiran bahwa variabel
100%, maka anggaran belanja
pemerintah (khususnya anggaran) dianggap
dikatakan tidak efisien.
sebagai salah satu variabel penggerak
2) Jika hasil pencapaian antara 90% -
pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Dan
100%, maka anggaran belanja
nantinya hal ini diharapkan akan
dikatakan kurang efisien.
menciptakan Multiplier effect pada sektor –
sektor ekonomi lainnya. Multiplier effect

SYAMSIDAR HIDAYAH B 6
pengeluaran pemerintah ini akan semakin Sehingga dengan diberlakukannya
besar jika asumsi bahwa belanja pemerintah kebijakan/sistem otonomi daerah, maka
digunakan untuk kegiatan produktif dapat setiap wilayah kabupaten/kota dapat
terpenuhi. menyediakan berbagai pelayanan publik
5. Pengeluaran Pemerintah yang beragam dan sesuai dengan kebutuhan
Penerapan kebijakan otonomi daerah daerahnya dan efek dinamisnya akan
mengakibatkan pelimpahan wewenang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
pemerintah pusat ke daerah. Pemerintah Pemerintah memiliki 4 peran yaitu, 1) Peran
daerah berubah menjadi sebuah alokatif, yakni peranan pemerintah dalam
pemerintahan sendiri yang mempunyai mengalokasikan sumber daya ekonomi yang
kewenangan dan tanggung jawab dalam ada agar pemanfaatannya bisa optimal. 2)
mengatur daerahnya dalam batasan hukum Peran distributif, yaitu peranan pemerintah
yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini dalam mendistribusikan sumber daya,
tercatum dalam European Charter of Local kesempatan dan hasil – hasil ekonomi secara
Self Government (Bailey dalam Siagian adil dan wajar. 3) Peran stabilitatif, yakni
2010): peranan pemerintah dalam memelihara
Local self government denotes the stabilitas perekonomian apabila berada
right and the ability of local dalam keadaan disequilibrium. 4) Peran
authorities, within the limits of the dinamisatif, yakni peranan pemerintah dalam
law, to regulate and manage menggerakkan proses pembangunan
substantial share of public affairs ekonomi agar lebih cepat tumbuh,
under their own responsibility and berkembang dan maju.
in the interest of the local 3. Konsep Belanja Tidak Langsung
population...local authorities shall Berdasarkan Permendagri Nomor 13
be entitled within national economic Tahun 2006, belanja tidak langsung adalah
policy to adequate financial belanja yang dianggarkan tidak terkait secara
recourses of their own, of which they langsung dengan pelaksanaan program yaitu:
may dispose freely within the 1) Belanja pegawai, merupakan belanja
framework of their powers. kompensasi, dalam bentuk gaji dan
tunjangan, serta penghasilan lainnya yang
diberikan kepada pegawai negeri sipil yang

SYAMSIDAR HIDAYAH B 7
ditetapkan sesuai dengan ketentuan bagi hasil yang bersumber dari pendapatan
perundang – undangan. 2) Belanja subsidi provinsi kepada kabupaten/kota atau
digunakan untuk menganggarkan bantuan pendapatan kabupaten/kota kepada
biaya produksi kepada perusahaan/lembaga pemerintah desa atau pendapatan pemerintah
tertentu agar harga jual produksi/jasa yang daerah tertentu kepada pemerintah daerah
dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat Iainnya sesuai dengan ketentuan perundang-
banyak. Belanja subsidi dianggarkan sesuai undangan. 6) Bantuan keuangan digunakan
dengan keperluan perusahaan/lembaga untuk menganggarkan bantuan keuangan
penerima subsidi dalam peraturan daerah yang bersifat umum atau khusus dari provinsi
tentang APBD yang peraturan kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan
pelaksanaannya lebih lanjut dituangkan kepada pemerintah daerah Iainnya atau dari
dalam peraturan kepala daerah. 3) Belanja pemerintah kabupaten/kota kepada
bunga, digunakan untuk menganggarkan pemerintah desa dan pemerintah daerah
pembayaran bunga utang yang dihitung atas Iainnya dalam rangka pemerataan dan/atau
kewajiban pokok utang (principal peningkatan kemampuan keuangan. Bantuan
outstanding) berdasarkan perjanjian keuangan yang bersifat umum peruntukan
pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya
dan jangka panjang. 3) Belanja hibah, berupa kepada pemerintah daerah penerima bantuan.
pengeluaran sukarela yang diberikan Bantuan keuangan yang bersifat khusus
pemerintah kepada pemerintah luar negeri, peruntukan dan pengelolaannya ditetapkan
organisasi internasional, badan usaha milik oleh pemerintah daerah pemberi bantuan. 7)
negara. 4) Belanja bantuan sosial, digunakan Belanja tidak terduga merupakan belanja
untuk menganggarkan pemberian bantuan untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau
dalam bentuk uang atau barang kepada tidak diharapkan berulang seperti
masyarakat yang bertujuan untuk penanggulangan bencana alam dan bencana
peningkatan kesejahteraan masyarakat. sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya,
Bantuan sosial diberikan tidak secara terus termasuk pengembalian atas kelebihan
menerus, tidak berulang setiap tahun penerimaan daerah tahun – tahun sebelumnya
anggaran, selektif dan memiliki kejelasan yang telah ditutup.
peruntukan penggunaannya. 5) Belanja bagi 4. Konsep Belanja Langsung
hasil digunakan untuk menganggarkan dana

SYAMSIDAR HIDAYAH B 8
Berdasarkan Permendagri Nomor 13 dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan
Tahun 2006, Belanja langsung adalah belanja aset tetap lainnya. Nilai
yang dianggarkan terkait secara langsung pembelian/pengadaan atau pembangunan
dengan pelaksanaan program, seperti: 1) aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam
Belanja pegawai, untuk pengeluaran belanja modal hanya sebesar harga
Honorarium atau upah dalam melaksanakan beli/bangun aset. Belanja honorarium panitia
program dan kegiatan pemerintahan daerah. pengadaan dan administrasi
2) Belanja barang dan jasa, digunakan untuk pembelian/pembangunan untuk memperoleh
pengeluaran pembelian atau pengadaan setiap aset yang dianggarkan pada belanja
barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 modal dianggarkan pada belanja pegawai dan
bulan atau pemakaian jasa dalam belanja barang dan jasa.
melaksanakan program dan kegiatan METODE PENELITIAN
pemerintahan daerah. Pengadaan barang dan A. Teknik Analisis Data
pemakaian jasa mencakup belanja barang 1. Analisis Efektivitas Belanja Langsung
pakai habis, material, jasa kantor, premi dan Tidak Langsung
asuransi, perawatan kendaraan bermotor, Efektivitas menurut Hidayat (1986)
cetak atau penggandaan, sewa yaitu suatu ukuran yang menyatakan
rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan
mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan waktu) yang telah tercapai. Dimana makin
dan peralatan kantor, makanan dan minuman, besar presentase target yang dicapai, makin
pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, tinggi efektivitasnya. Efektivitas belanja
pakaian khusus dan hari – hari tertentu, langsung dihitung berdasarkan persentase
perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah perbandingan realisasi belanja dengan target
tugas dan pemulangan pegawai. 3) Belanja belanja. Efektivitas tersebut dapat diukur
modal digunakan untuk pengeluaran yang dengan menggunakan rumus efektivitas di
dilakukan dalam rangka bawah ini.
pembelian/pengadaan atau pembangunan Gambar 3.2 Rumus Efektivitas
aset tetap berwujud yang mempunyai nilai Anggaran belanja langsung
manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan Realisasi Belanja Langsung
Efektivitas = × 100%
Target Belanja Langsung
dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam
bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung

SYAMSIDAR HIDAYAH B 9
Gambar 3.3 Rumus Efektivitas Efisiensi menurut Mulyamah (1987)
Anggaran belanja tidak langsung yaitu efisiensi merupakan suatu ukuran
dalam membandingkan rencana
Realisasi Belanja Tidak Langsung penggunaan masukan dengan penggunaan
Efektivitas =
Target Belanja Tidak Langsung
yang direalisasikan atau perkataan lain
penggunaan yang sebenarnya. Efisiensi
belanja daerah adalah nilai yang dihitung
Kriteria Rasio Efektivitas Keuangan
berdasarkan realisasi belanja dibagi
Daerah diambil dari kriteria penilaian yang
realisasi total belanja. Data yang telah
ditentukan oleh Departemen Dalam Negeri
dikumpulkan dalam penelitian ini akan
melalui Kepmendagri No. 690.900.327 tahun
dianaliasis dengan rumus sebagai berikut:
1996 tentang Pedoman Penilaian Kinerja
Keuangan dengan ketentuan sebagai berikut: Gambar 3.4 Rumus Efisiensi
a) Jika hasil perbandingan lebih dari Anggaran Belanja Langsung
100%, maka anggaran belanja Realisasi Belanja Langsung
Efisiensi = × 100%
realisasi Belanja
dikatakan sangat efektif.
b) Jika hasil pencapaian antara 90% -
Gambar 3.5 Rumus Efisiensi
100%, maka anggaran belanja
Anggaran Tidak Belanja Langsung
dikatakan efektif. Realisasi Belanja Tidak Langsung
Efisiensi =
c) Jika hasil pencapaian antara 80% - Realisasi Belanja

90%, maka anggaran belanja dikatakan


cukup efektif. Sementara kriteria Rasio Efisiensi
d) Jika hasil pencapaian antara 60% - Keuangan Daerah juga diambil dari
80%, maka anggaran belanja dikatakan Kepmendagri No. 690.900.327 tahun 1996
kurang efektif. tentang Pedoman Penilaian Kinerja
e) Jika hasil pencapaian dibawah 60%, Keuangan yaitu:
maka anggaran belanja dikatakan tidak a) Jika hasil perbandingan lebih dari
efektif 100%, maka anggaran belanja
dikatakan tidak efisien.
2. Analisis Efisiensi Belanja Langsung dan b) Jika hasil pencapaian antara 90% -
Tidak Langsung 100%, maka anggaran belanja
dikatakan kurang efisien.

SYAMSIDAR HIDAYAH B 10
c) Jika hasil pencapaian antara 80% - belanja daerah di provinsi Sulawesi Selatan
90%, maka anggaran belanja tahun penelitian.
dikatakan cukup efisien. Bedasarkan hasil penelitian pada tahun
d) Jika hasil pencapaian antara 60% - 2013 belanja tidak langsung sebesar 99 %
80%, maka anggaran belanja dikategorikan efektif, sedangkan belanja
dikatakan efisien. langsung dikategorikan kurang efektif
e) Jika hasil pencapaian dibawah 60%, dengan nilai 66 %. Tahun 2014 belanja tidak
maka anggaran belanja dikatakan langsung dikategorikan sangat efektif dengan
sangat efisien. nilai 107 sedangkan belanja langsung kurang
efektif dengan nilai 76 %. Pada tahun 2015
belanja tidak langsung dengan nilai 96 %
dikategorikan efektif dan belanja langsung
dikategorikan kurang efektif dengan nilai 77
HASIL PENELITIAN %. Sedangkan pada tahun 2016 belanja tidak
Efektivitas yaitu suatu ukuran yang langsung dengan nilai 114 % dikategorikan
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, sangat efektif dan belanja langsung
kualitas, dan waktu) yang telah tercapai. dikategorikan cukup efektif dengan nilai 83
Dimana semakin besar presentase target yang %. Secara keseluruhan belanja tidak
dicapai, makin tinggi efektivitasnya. langsung di provinsi Sulawesi Selatan
Indikator efektivitas adalah rasio antara dikategoriakn efektif. Sedangkan belanja
realisasi pengunaan belanja dengan target langsung dikategorikan kurang efektif
belanja daerah. Efektivitas lebih menitik selama tahun 2013 – 2017.
beratkan kepada tingkat keberhasilan 1. Analisis Efisiensi
organisasi, dalam hal ini adalah Pada umumnya belanja memiliki
pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan kecenderungan selalu naik, alasan kenaikan
yang ditetapkan. Jika disederhanakan bahwa belanja biasanya dikaitkan dengan
tujuan pemerintah daerah dapat dicapai penyesuaian terhadap inflasi, perubahan kurs
sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. rupiah dan penyesuaian faktor makro
Berikut merupakan hasil analisis efektivitas ekonomi. Namun demikian, pemerintah
data daerah harus dapat mengendalikan belanja
daerah, melakukan efisisensi belanja dan

SYAMSIDAR HIDAYAH B 11
penghematan anggaran. Efisiensi lebih menitik beratkan pada kemampuan
menitik beratkan pada kemampuan suatu pemerintah daerah dalam merealisasikan
organisasi untuk mencapai tujuan yang pengeluaran yang direncanakan
diharapkan dengan menggunakan sumber dibandingkan dengan target yang ditetapkan.
daya yang lebih hemat. Efisiensi dapat Belanja langsung yang kurang efektif dapat
dilihat dari dua sisi yaitu kemampuan mempengaruhi pergerakan variabel ekonomi
organisasi untuk menggunakan sejumlah makro hal ini dikarenakan belanja langsung
sumber daya tertentu untuk mendapatkan merupakan pengeluaran pemerintah yang
hasil yang lebih besar. Adapun tingkat berhubungan secara langsung dengan
efisiensi selama tahun penelitian dapat dilihat program – program pemerintah, sedangkan
pada tabel berikut. belanja tidak langsung yang konsepnya tidak
Berdasarkan hasil penelitian tingkat berhubungan dengan program pemerintah
efisiensi belanja daerah di provinsi Sulawesi efektif dari pada belanja langsung.
Selatan khususnya belanja tidak langsung Dari hasil analisis belanja tidak
dari tahun 2013 sampai 2017 dikategorikan langsung dikategorikan efektif dan efisien,
efisien dengan nilai rasio tahun 2013 sebesar sedangkan belanja langsung dikategorikan
72% . Pada tahun 2014 nilai rasio sebesar 69 sangan efisien namun kurang efektif.
% sama dengan tahun 2016. Nilai rasio yang Menurut Mardiasmo jika suatu program
paling baik pada tahun 2015 sebesar 64 % efektif dan efisien maka program tersebut
karena semakin rendah nilai rasio maka dapat dikatakan telah memenuhi efektivitas
semakin tinggi tingkat efisiensi belanja biaya (cost – effectiveness). Efektivitas
daerah tersebut. Secara keseluruhan belanja sebagai esensi dari prinsip value for money
tidak langsung dikategorikan efisien, menjadi indikasi dari penggunaan sumber
sedangkan belanja langsung dikategorikan daya yang dimiliki secara optimum,
sangat efisien dengan nilai di bawah 60 % Chaijareonwattana dalam syah (2016).
dari tahun 2013 – 2017. Belanja daerah merupakan salah satu
Berdasarkan hasil analisis data belanja wujud desentralisasi, desentralisai bertujuan
pemerintah menunjukkan bahwa dari segi untuk meningkatkan pelayanan publik,
efektivitas pengeluaran belanja tidak meningkatkan efisiensi, dan meningkatkan
langsung lebih efektif dari pada belanja kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu
langsung. Mengingat konsep efektivitas yang pemerintah daerah diharapkan mengelola

SYAMSIDAR HIDAYAH B 12
keuangan daerahnya secara efisien dan positif dan negatif. Kualitas belanja diduga
efektif sehingga tujuan desentralisai maupun berpengaruh positif terhadap ukuran kinerja
tujuan daerah yang telah ditetapkan seperti yang diharapkan meningkatan
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan perekonomian.
pendidikan dapat dicapai. Deviani (2016) Setelah diketahui hasil analisis kualitas
Belanja daerah yang efektif merupakan kinerja pemerintah dalam merealisasikan
belanja daerah yang mencapai preferensi belanja daerah di provinsi Sulawesi Selatan
yang direncanakan, seperti meningkatkan pada tahun analisis, pemerintah terus
pertumbuhan ekonomi, menciptakan menambah anggaran belanja daerah pada
lapangan kerja, mengurangi pengangguran tahun setelah tahun analisis, mengingat
atau memperbaiki pelayanan publik (Ding et keberhasilan tahun sebelumnya lumrah jika
al.2014). Efektivitas belanja juga pemerintah menambah proporsi belanja
dipengaruhi secara langsung oleh alokasi daerah. Namun perlu diketahui peningkatan
belanja, karena terdapat ukuran minimal proporsi belanja daerah yang manakah yang
dalam setiap alokasi belanja agar belanja memiliki persentase paling tinggi. Berikut
tersebut menjadi efektif (Zaporozhets et al. merupakan persentase rata – rata belanja
2016). daerah tahun 2013 – 2017.
Prinsip efektivitas biaya sudah
diakomodir dalam regulasi pengelolaan Gambar 4.1 Persentase Rata – Rata Belanja
keuangan di Indonesia. Pasal 4 PP No 58 Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
Tahun 2005 menyebutkan pengelolaan 2013 – 2017.
keuangan dikelola secara tertib, taat aturan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan dan 70

bertanggung jawab. Efektivitas terlihat dari 60


62
ukuran – ukuran kinerja yang disebabkan 50

oleh belanja pemerintah. Ukuran kinerja 40


40
dapat diklasifikasikan menjadi keluaran 30
31 31
(output), hasil (outcomes) dan dampak 20
22
10
(impact). Kualitas belanja diduga 0
0
berpengaruh terhadap ukuran – ukuran
BTL BP * NP* BL BP NP
kinerja tersebut. Pengaruhnya dapat bersifat

SYAMSIDAR HIDAYAH B 13
Sumber: melemahkan sistem pengganggaran belanja
www.djpk.kemenkeu.go.id (diolah) di provinsi Sulawesi Selatan mengingat
Keterangan: sebagian besar alokasi belanja tidak langsung
BTL : Belanja Tidak Langsung masuk pada belanja non pegawai.
P* : Pegawai (dalam belanja tidak Meningkatnya belanja daerah setiap
langsung) tahun dan penyerapan yang efektif dan
NP* : Non Pegawai (dalam belanja tidak efisien ternyata tidak secara nyata
langsung) mempengaruhi perekonomian. Efektif nya
BL : Belanja Langsung belanja tidak langsung belum mampu secara
P : Pegawai (dalam belanja langsung) nyata berkontribusi pada peningkatan
NP :Non Pegawai (dalam belanja pertumbuhan ekonomi, penaggulangan
langsung) kemiskinan dan pengangguraan. Hal ini
Telihat besaran persentase disebabkan karena komposisi belanja tidak
pengalokasian belanja daerah untuk belanja langsung tidak ditujukan memperbaiki
tidak langsung yang mencakup belanja perekonomian, sedangkan belanja langsung
pegawai dan non pegawai (bunga, subsidi, yang kurang efektif dapat di hubungkan
hibah, bantuan sosial, bagi hasil, bantuan dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi
keuangan, tidak terduga) maupun belanja dan meningkatnya angka kemiskinan dan
langsung yang mencakup belanja pegawai pengangguran tahun 2013 - 2017, karena
dan non pegawai (belanja barang dan jasa komposisi belanja langsung salah satunya
serta belanja modal). dapat memberikan dampak pada
Dari lima tahun anggaran belanja tidak perekonomian yaitu belanja modal.
langsung selalu lebih dominan diatas 60 % Pada hasil analisis efisiensi, belanja
sedangkan belanja langsung hanya di bawah tidak langsung dikategorikan efisien yang
belanja non pegawai (dalam belanja artinya pemerintah daerah mampu
langsung. Pada lima tahun tersebut belanja menghemat input dengan output yang baik,
non pegawai (dalam belanja langsung) namun jika dikaitkan dengan pertumbuhan
menyerap seluruh anggaran sedangkan ekonomi yang cenderung menurun dari tahun
belanja pegawai tidak terealisasi sedikitpun. 2013 – 2017 maka efisien nya belanja tidak
Timpangnya belanja langsung dengan langung tidak begitu berarti pada
belanja tidak langsung tidak dapat dikatakan perekonomian, sama hal nya dengan

SYAMSIDAR HIDAYAH B 14
kemiskininan dan pengangguran yang salah satu variabel penggerak pertumbuhan
cenderung meningkat. Sedangkan pada hasil ekonomi di suatu negara dan nantinya hal ini
analisis efisiensi belanja langsung diharapkan akan menciptakan Multiplier
dikategorikan sangat efisien namun effect pada sektor – sektor ekonomi lainnya.
berbanding terbalik dengan laju pertumbuhan Multiplier effect pengeluaran pemerintah ini
ekonomi yang cenderung menurun serta tidak akan semakin besar jika asumsi bahwa
optimalnya penganggulangan kemiskinan belanja pemerintah digunakan untuk kegiatan
dan penggaguran. produktif dapat terpenuhi. Namun dari
Pengeluaran pemerintah dapat komposisi belanja daerah hanya belanja
mempengaruhi tingkat kemiskinan, secara modal yang dapat dikatakan yang bersifat
umum pengeluaran pemerintah yang di produktif. Berikut merupakan proporsi
gunakan untuk penanggulangan kemiskinan penyerapan belanja modal pada tahun 2013 –
di fokuskan pada belanja pendidikan, 2017 di provinsi Sulawesi Selatan.
kesehatan, dan infrastruktur, sehingga Belanja Modal di Provinsi Sulawesi
belanja daerah dapat memperbaiki kualitas Selatan tahun 2013 – 2017.
masyarakat agar mampu bersaing dan keluar
dari kemiskinan dan juga pengangguran.
Selain memperbaiki kualitas masyarakat 18.23 18.38
untuk mengurangi penggangguran,
14.51
pemerintah juga dapat meneyerap tenga kerja
dengan cara meningkatkatkan pertumbuhan 10.52
8.09
ekonomi melalui produksi.
jumlah pengangguran juga mengalami
fluktuatif namun cenderung meningkat,
2013 2014 2015 2016 2017
peningkatan paling signifikan pada tahun
2015 pengangguran bertambah 92.45 ribu
Sumber:www.djpk.kemenkeu.go.id (diolah)
jiwa atau sebesar 32 %.
Menurut ekonom – ekonom aliran
Dari diagram di atas menunjukkan
Keynesian dimana mereka mendasari
bahwa proporsi belanja modal sangat kecil
pemikiran bahwa variabel pemerintah
hanya di bawah 20 % dari tahun 2013 – 2017
(khususnya anggaran) dianggap sebagai

SYAMSIDAR HIDAYAH B 15
bahkan persentase tertinggi pada tahun 2017 menggunakan konsep value for
hanya sebesar 18.38 %. Jadi jika mengacu money untuk menganalisis kinerja
pada pada teori Keynes, wajar saja jika pemerintah daerah.
perekonomian tidak membaik dengan 2. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya
meningkatnya belanja daerah setiap tahunnya menggunakan perbandingan belanja
karena pengeluaran belanja daerah lebih daerah antara satu daerah dan daerah
dominan pada belanja tidak langsung yaitu lain agar dapat diketahui kemampuan
sebesar 69 % yang pada dasarnya belanja daerah tersebut dalam merealisasikan
tidak langsung merupakan bukan belanja daerah.
pengeluaran yang bersifat produktif. 3. Untuk pemerintah daerah, belanja
langsung yang kurang efektif,
PENUTUP baiknya ditingkatkan dengan cara
meminimalkan selisih antara realisasi
A. Kesimpulan dengan rencana anggaran belanja
Berdasarkan pengolahan data dan hasil daerah.
analisis data yang mengacu pada masalah DAFTAR PUSTAKA
dan tujuan penelitian, dapat dirumuskan
kesimpulan penelitian sebagai berikut : Badan Pusat Statistik (BPS). Makassar
Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik
1. Belanja tidak langsung dikategorikan Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar.
efektif. Sedangkan belanja langsung
Basariyah, Siti. 2017. Analisis Efektifitas dan
dikategorikan kurang efektif. Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja
2. Belanja tidak langsung dikategorikan Pada Badan Pemebrdayaan Masyarakat
Dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Daerah
efisien. Sedangkan belanja langsung Propinsi Sulawesi Selatan. Program Studi
dikategorikan sangat efisien. Magister Manajemen Pascasarjana
Universitas Tadulako Palu.
B. Saran
Deddi dan Ayuningtyas, 2010. Akuntansi
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan Sektor Publik. Edisi Kedua, Penerbit
Salemba Empat. Jakarta.
penelitian yang sudah dipaparkan maka dapat
Deni, Friawan, 2008. Kondisi Pembangunan
diberikan saran sebagai berikut: Infrastruktur di Indonesia. CSIS Vol.37 No.2
Juni 2008. Jakarta: Lembaga Penerbit
1. Menggunakan metode analisis yang
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
lebih bervariasi tidak hanya Ding C, Niu Y, Lichtenberg E. 2014.
Spending Preferences of Local Officials with
efektifitas dan efisiensi, sebaiknya
SYAMSIDAR HIDAYAH B 16
Off-Budget Land Revenues of Chinese Cities.
China Economic Review.

Dumairy.1997. Perekonomian Indonesia.


Jakarta: Erlangga.

Ebel, R.D. dan S. Yilmaz. 2002. On The


Measurement and Impact of Fiscal
Desentralization.www.worldbank.org/decen
tralization.

Effendy, Onnong Uchjana. 2008. Dinamika


Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Faud, Ramli Muhammad. 2016. Analisis


Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Ghalia Indonesia. Bogor.

Halim, Abdul. 2012. Akuntansi Sektor Publik


Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 4.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Handayanigrat, Soewarno. 2006. Pengantar


Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen.
Jakarta: Gunung Agung.

Hery. 2015. Analisis Laporan Keuangan.


Edisi 1. Yogyakarta: Center For Academic
Publishing Service.

Internet
www.dpjk.kemenkeu.go.id
https://gosulsel.com

SYAMSIDAR HIDAYAH B 17

Anda mungkin juga menyukai