Anda di halaman 1dari 27

PERTEMUAN-4

PAJAK NEGARA DAN PAJAK DAERAH


Pajak negara
Pajak daerah dan retribusi daerah
Dasar hukum
Pajak daerah
Jenis pajak dan objek pajak
Tarif pajak
Tata cara pelaksanaan pemungutan pajak
dan penghapusan piutang pajak yang
kadaluwarsa

PAJAK NEGARA
Pajak Negara yang berlaku sampai saat ini
adalah:
1. pajak penghasilan
Dasar hukum pengenaan pajak penghasilan
adalah undang-undang no.7 tahun 1984,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan
undang-undang no.17 tahun 2000.
undang-undang pajak penghasilan berlaku
mulai
tahun
1984
dan
merupakan
pengganti UU pajak perseroan 1925, UU
pajak pendapatan 1944, UU PDBR 1970.

2. Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak


Penjualan Atas Barang Mewah (PPN & PPn
BM)
dasar hukum pengenaan PPN & PPn BM
adalah undang-undang no.8 tahun 1983
sebagaimana
telah
diubah
terakhir
dengan undang-undang no.18 tahun 2000.
undang-undang PPN & PPn BM efektif
mulai berlaku sejak tanggal 1 april 1985
dan merupakan pengganti UU pajak
Penjualan 1951.

3. bea materai
Dasar Hukum Pengenaan Bea Materai adalah
undang-undang no.13 tahun 1985. undangundang bea materai berlaku mulai tanggal 1
januari 1986 menggantikan peraturan dan
undang-undang bea materai yang lama (aturan
bea materai 1921).
4. pajak bumi dan bangunan (PBB)
dasar
hukum pengenaan pajak bumi dan
bangunan adalah undang-undang no.12 tahun
1985 sebagaimana telah diubah dengan
undang-undang no.12 tahun 1994. undangundang PBB berlaku mulai tanggal 1 januari
1986 dan merupakan pengganti;

a. ordonansi pajak rumah tangga tahun


1908.
b. ordonansi verponding indonesia tahun
1923.
c. ordonansi pajak kekayaan tahun 1932.
d. ordonansi verponding tahun 1928.
e. ordonansi pajak jalan tahun 1942.
f. undang-undang darurat nomor 11 tahun
1957 khususnya pasal 14 huruf j, k, l.
g. undang-undang nomor 11 prp.tahun
1959 pajak hasil bumi.

5.bea perolehan hak atas tanah dan


bangunan (BPHTB)
dasar hukum pengenaan bea perolehan
hak atas tanah dan bangunan adalah
undang-undang
no.21
tahun
1997
sebagaimana
telah
diubah
terakhir
dengan undang-undang no.20 tahun 2000.
undang-undang BPHTB berlaku sejak
tanggal 1 januari 1998 menggantikan
Ordonansi bea balik nama staasblad 1924
No.291.

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI


DAERAH

Dasar hukum pemungutan pajak daerah


dan retribusi daerah adalah undangundang no.18 tahun 1997 tentang pajak
daerah dan retribusi daerah sebagaimana
telah diubah terakhir dengan undangundang no.34 tahun 2000.

Beberapa pengertian atau istilah PAJAK


DAERAH;
1. Daerah otonom ; kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas daerah tertentu yang
berwenang
mengatur
dan
mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa
sendiri
berdasarkan
aspirasi
masyarakat dalam ikatan Neagara Kesatuan RI.
2. Daerah Pajak ; iuran WP yang dilakukan oleh
orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai
penyelenggraan
pemerintahan
daerah dan pembangunan daerah.

3.

4.
5.

Badan ; sekumpulan orang dan/atau modal


yang yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun tidak meliputi : PT,
Perseroan komanditer, BUMN dan BUMD,
Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun,
Persekutuan,
Perkumpulan,
Yayasan,
Organisasi masa, Organisasi Sospol, lembaga,
usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.
Subjek pajak ; orang pribadi atau badan yang
dapat dikenakan pajak daerah
Wajib pajak ; orang pribadi atau badan yang
menurut ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah diwajibkan
untuk melakukan pembayaran pajak yang
terutang,
termasuk
pemungutan
atau
pemotongan pajak tertntu.

JENIS PAJAK DAN OBJEK PAJAK


Pajak daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1.
pajak propinsi, terdiri dari:
a.
pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas
air.
b.
Bea balik nama kendaraan bermotor dan
kendaraan di atas air.
c.Pajak bahan bakar kendaraan bermotor.
d.
Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah
tanah dan air permukaan.
2.
pajak kabupaten/kota; terdiri dari:
a.pajak hotel.
b.Pajak restoran.
c.Pajak hiburan
d.Pajak reklame
e.Pajak penerangan jalan.
f. Pajak pengambilan bahan galian golongan C
g.Pajak parkir
h.Pajak lain-lain.

TARIF PAJAK YANG BELUM DINAIKAN


1.pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air
sebesar 5 % (lima persen)
2.Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di
atas air sebesar 10 % (sepuluh persen)
3.Pajak bahan bakar kendaraan bermotor sebesar 5 %
(lima persen)
4.Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah
dan air permukaan sebesar 20 % (dua puluh persen)
5.pajak hotel sebesar 10 % (sepuluh persen)
6.Pajak restoran sebesar 10 % (sepuluh persen)
7.Pajak hiburan sebesar 35 % (tiga puluh lima persen)
8.Pajak reklame sebesar 25 % (dua puluh lima persen)
9.Pajak penerangan jalan sebesar 10 % (sepuluh persen)
10. Pajak pengambilan bahan galian golongan C sebesar
20% (dua puluh persen)
11. Pajak parkir sebesar 20 % (dua puluh persen).

KENAIKAN TARIF MAKSIMUM PAJAK DAERAH

Untuk memberi ruang gerak bagi daerah


mengatur sistem perpajakannya dalamrangka
peningkatan pendapatan dan peningkatan
kualitas pelayanan, penghematanenergi, dan
pelestarian/perbaikan
lingkungan,
tarif
maksimum beberapa jenis pajak daerah
dinaikkan, antara lain:
a.Tarif maksimum Pajak Kendaraan Bermotor,
dinaikkan dari 5% menjadi 10%. Khusus untuk
kendaraan pribadi dapat diterapkan tarif
progresif.

b.Tarif maksimum Bea Balik Nama Kendaraan


Bermotor, dinaikkan dari 10% menjadi
20%.
c.Tarif maksimum Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor, dinaikkan dari 5%
menjadi 10%. Khusus untuk kendaraan
angkutan umum, tarif dapat ditetapkan
lebih rendah.

d. Tarif maksimum Pajak Parkir, dinaikkan dari 20%


menjadi 30%.
e. Tarif maksimum Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan (sebelumnya Pajak Pengambilan Bahan
Galian Golongan C), dinaikkan dari 20% menjadi
25%.
6. Bagi Hasil Pajak Provinsi
Dalam rangka pemerataan pembangunan dan
peningkatan kemampuan keuangan
kabupaten/kota
dalam
membiayai
fungsi
pelayanan kepada masyarakat, pajak
provinsi dibagihasilkan kepada kabupaten/kota,
dengan proporsi sebagai berikut:

No. Jenis Pajak Provinsi Kab/Kota


1. Pajak Kendaraan Bermotor 70% 30%
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 70% 30%
3. Pajak Bahan Bakar Kend. Bermotor 30% 70%
4. Pajak Air Permukaan 50% 50%
5. Pajak Rokok 30% 70%
6. Earmarking yaitu Untuk meningkatkan kualitas
pelayanan secara bertahap dan terus menerus
dan sekaligus menciptakan good governance dan
clean government, penerimaan beberapa jenis
pajak daerah wajib dialokasikan (di-earmark)
untuk mendanai pembangunan sarana dan
prasarana yang secara langsung dapat dinikmati
oleh pembayar pajak dan seluruh masyarakat.

Pengaturan earmarking tersebut adalah:


a. 10% dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor
wajib dialokasikan untuk pemeliharaan dan
pembangunan jalan, serta peningkatan sarana
transportasi umum.
b. 50% dari penerimaan pajak rokok dialokasikan
untuk mendanai pelayanan kesehatan dan
penegakan hukum.
c. Sebagian penerimaan pajak penerangan jalan
digunakan untuk penyediaan penerangan jalan.
Dengan penetapan UU PDRD ini, diharapkan
struktur APBD menjadi lebih baik, iklim investasi
di daerah menjadi lebih kondusif karena PerdaPerda pungutan daerah yang membebani
masyarakat secara berlebihan dapat dihindari,
serta memberikan kepastian hukum bagi semua
pihak.

tata cara pelaksanaan


pemungutan pajak
ditetapkan oleh Kepala Daerah.
Piutang pajak yang tidak mungkin ditagih karena
hak
untuk
melakukan
penagihan
sudah
kadaluwarsa sehingga dapat dihapuskan.
Penghapusan piutang pajak propinsi, kabupaten
atau kota yang sudah kadaluwarsa dilakukan
dengan keputusan masing-masing ditetapkan oleh
gubernur dan bupati atau walikota.
Tata cara penghapusan piutang pajak yang sudah
kadaluwarsa diatur dengan peraturan daerah.

Golongan

Retribusi
adalah
pengelompokan
retribusi
yang
meliputi
Retribusi
Jasa
Umum,
Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi
Perizinan Tertentu;
1. Retribusi Jasa Umum adalah
retribusi atas jasa yang disediakan
atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk tujuan kepentingan
dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau
badan;

Retribusi Daerah
2. Retribusi Daerah, yang selanjutnya
disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan
dan/atau
diberikan
oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan;

3. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi


atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah
dengan
menganut
prinsip
komersial karena pada dasarnya dapat
pula disediakan oleh sektor swasta;
4.
Retribusi Perizinan Tertentu adalah
retribusi
atas
kegiatan
tertentu
Pemerintah
Daerah
dalam
rangka
pemberian izin kepada orang pribadi atau
badan
yang
dimaksudkan
untuk
pembinaan, pengaturan,

pengendalian

dan pengawasan atas


kegiatan
pemanfaatan
ruang,
penggunaan sumber daya alam,
barang, prasarana, sarana, atau
fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.

JENIS RETRIBUSI DAERAH


Dibagi menjadi 3 golongan ;
1.
Retribusi jasa umum
a.
Retribusi pelayanan kesehatan
b.
Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan.
c.
Retribusi pengganti biaya cetak kartu tanda
penduduk dan akte catatan sipil.
d.
Retribusi pelayanan pemakaman dan
pengabuan mayat.
e.
Retribusi pelayanan parker di tepi jalan umum.
f. Retribusi pelayanan pasar.
g.
Retribusi pengujian kendaraan bermotor.
h.
Retribusi pemeriksaan alat pemadam
kebakaran.
i. Retribusi penggantian biaya cetak peta.
j. Retribusi pengujian kapal perikanan.

2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

retribusi jasa usaha


Retribusi pemakaian kekayaan daerah
Retribusi pasar grosir dan/ pertokoan
Retribusi tempat pelalangan
Retribusi terminal
Retribusi tempat khusus parkir.
Retribusi
tempat
penginapan
/pesanggrahan/villag.Retribusi
penyedotan
kakus
h. Retribusi rumah pemotongan hewan
i. Retribusi pelayanan pelabuhan kapal.
j. Retribusi tempat rekreasi dan olah raga.
k. Retribusi penyebrangan di atas air.
l. Retribusi pengolahan limbah cair
m.Retribusi penjualan produksi daerah.

3. Retribusi perizinan tertentu


a. Retribusi izin mendirikan bangunan.
b. Retribusi tempat penjualan minuman
beralkohol.
c. Retribusi izin gangguan.
d. Retribusi izin trayek.

a.

Objek Retribusi Dearah terdiri dari ;


Jasa Umum berupa pelayanan yang
disediakan
atau
yang
diberikan
pemerintah
daerah
untuk
tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta
dapat dinikmati oleh pribadi atau badan

b.

c.

Jasa usaha ; berupa pelayanan yang


disediakan pemerintah daerah dengan
menganut prinsip komersial.
Perizinan tertentu ; kegiatan tertentu
pemerintah daerah dalam rangka pemberian
ijin kepada orang pribadi atau badan dengan
maksud untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalian,
dan
pengawasan
atas
kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan
sumber daya alam, barang, prasarana,
sarana,
atau
fasilitas
tertentu
guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.


a.

b.

c.

a.

Subjek Retribusi Daerah ;


Retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan
yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum
yang bersangkutan
Retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan
yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha
yang bersangkutan
Retribusi perijinan tertentu adalah orang pribadi atau
badan yang memperoleh ijin tertentu dari pemerintah
daerah.
Prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi
daerah ;
Retribusi jasa umum, berdasarkan kebijakan daerah
dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa
yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan
aspek keadilan.

b.

c.

Retribusi jasa usaha ; berdasarkan pada


tujuan untuk memperoleh keuntungan
yang layak sebagaimana keuntungan
yang pantas diterima oleh pengusaha
swasta sejenis yang beroperasi secara
efisien dan beroerintasi pada harga pasar.
Retribusi perijinan tertentu, berdasarkan
pada tujuan untuk menutup sebagian
atau seluruh penyelenggaraan pemberian
izin yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Current Liabilities
    Current Liabilities
    Dokumen45 halaman
    Current Liabilities
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • SME Di Indonesia
    SME Di Indonesia
    Dokumen11 halaman
    SME Di Indonesia
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Jbptunikompp GDL Hdeddysupa 23577 1 Bab1.a e
    Jbptunikompp GDL Hdeddysupa 23577 1 Bab1.a e
    Dokumen20 halaman
    Jbptunikompp GDL Hdeddysupa 23577 1 Bab1.a e
    Agus Reza Pahlevi
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Akmen
    Presentasi Akmen
    Dokumen17 halaman
    Presentasi Akmen
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Penyelesaian Kasus
    Penyelesaian Kasus
    Dokumen4 halaman
    Penyelesaian Kasus
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 6
    Kelompok 6
    Dokumen9 halaman
    Kelompok 6
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Aaaa
    Aaaa
    Dokumen7 halaman
    Aaaa
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Ekuitas
    Ekuitas
    Dokumen52 halaman
    Ekuitas
    Gunawan Setio Purnomo
    0% (1)
  • Latihan Utang Jangka Pendek
    Latihan Utang Jangka Pendek
    Dokumen1 halaman
    Latihan Utang Jangka Pendek
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Aaaaa
    Aaaaa
    Dokumen11 halaman
    Aaaaa
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Kasus Saham
    Kasus Saham
    Dokumen1 halaman
    Kasus Saham
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Vektor Poyinting
    Vektor Poyinting
    Dokumen11 halaman
    Vektor Poyinting
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Soal Utang Jangka Panjang
    Soal Utang Jangka Panjang
    Dokumen1 halaman
    Soal Utang Jangka Panjang
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Imbalan Kerja
    Imbalan Kerja
    Dokumen16 halaman
    Imbalan Kerja
    Ferry Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Barang Dagangan
    Barang Dagangan
    Dokumen9 halaman
    Barang Dagangan
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Lap - Arus Kas
    Lap - Arus Kas
    Dokumen7 halaman
    Lap - Arus Kas
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Pt. Victoria Care Indonesia
    Pt. Victoria Care Indonesia
    Dokumen12 halaman
    Pt. Victoria Care Indonesia
    Gunawan Setio Purnomo
    80% (5)
  • Ok
    Ok
    Dokumen8 halaman
    Ok
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Jakarta
    Jakarta
    Dokumen1 halaman
    Jakarta
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Tata Tertib Praktikum Termo
    Tata Tertib Praktikum Termo
    Dokumen3 halaman
    Tata Tertib Praktikum Termo
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Tugas Pendahuluan1
    Tugas Pendahuluan1
    Dokumen1 halaman
    Tugas Pendahuluan1
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Akustika Bangunan
    Akustika Bangunan
    Dokumen20 halaman
    Akustika Bangunan
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Pengakuan Pendapatan - Metode Persentase Penyelesaian
    Pengakuan Pendapatan - Metode Persentase Penyelesaian
    Dokumen7 halaman
    Pengakuan Pendapatan - Metode Persentase Penyelesaian
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Konveksi
    Konveksi
    Dokumen17 halaman
    Konveksi
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Yyuuyrurur
    Yyuuyrurur
    Dokumen35 halaman
    Yyuuyrurur
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Alin 04
    Alin 04
    Dokumen29 halaman
    Alin 04
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Aaaaa
    Aaaaa
    Dokumen3 halaman
    Aaaaa
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Yyuuyrurur
    Yyuuyrurur
    Dokumen35 halaman
    Yyuuyrurur
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat
  • Okkk
    Okkk
    Dokumen2 halaman
    Okkk
    Gunawan Setio Purnomo
    Belum ada peringkat