Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Vokasi Indonesia

Volume 4 Number 2 Article 7

12-30-2016

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKOTA


BOGOR TAHUN ANGGARAN 2010 -2014
Arthaingan H. Mutiha
Laboratorium Akuntansi, Program Vokasi Universitas Indonesia, h.mutiha@ui.ac.id

Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jvi

Part of the Accounting Commons, Arts Management Commons, Business Administration,


Management, and Operations Commons, Business Analytics Commons, Educational Administration and
Supervision Commons, Insurance Commons, and the Tourism and Travel Commons

Recommended Citation
Mutiha, Arthaingan H. (2016) "ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKOTA BOGOR
TAHUN ANGGARAN 2010 -2014," Jurnal Vokasi Indonesia: Vol. 4: No. 2, Article 7.
DOI: 10.7454/jvi.v4i2.1087
Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jvi/vol4/iss2/7

This Article is brought to you for free and open access by the Vocational Education Program at UI Scholars Hub. It
has been accepted for inclusion in Jurnal Vokasi Indonesia by an authorized editor of UI Scholars Hub.
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN 2010 -2014
Arthaingan H.Mutiha
Laboratorium Akuntansi, Program Vokasi Universitas Indonesia,
h.mutiha@ui.ac.id,

Diterima : 7 April 2016 Layak Terbit : 25 Juni 2016


Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kinerja keuangan dari Pemerintah Kota Bogor
periode 2010 – 2014. Analisa kinerja keuangan ini dilakukan dengan menggunakan analisa rasio
seperti derajat desentralisasi, rasio kemandirian keuangan, rasio efektif pendapatan, rasio belanja
langsung dibandingkan total belanja, rasio belanja tidak langsung terhadap total belanja, serta rasio
pertumbuhan.
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa rasio tingkat kemandirian keuangan kota Bogor
memiliki hubungan yang konsultatif, di sisi lain, pemerintah kota Bogor sangat efektif dalam
merealisasikan pendapatan asli daerahnya, serta memiliki rasio pertumbuhan yang positif. Namun
pemerintah kota Bogor masih memprioritaskan anggarannya dalam belanja tidak langsung
dibandingkan dengan belanja langsung.

Kata kunci; analisa rasio, laporan keuangan, rasio keuangan, kota Bogor

Abstract
This study aimed to analyze the financial performance of the City Government of Bogor for the period of 2010 -
2014. The financial performance analysis is performed using ratio analysis such as the degree of
decentralization, the ratio of financial independence, ratio of revenue effectiveness, the ratio of direct expenditure
compared to total expenditure, the ratio of indirect expenditure compared to total expenditures, and growth
ratios.
The research concluded that the the ratio of financial independence of City Government of Bogor has a
consultatif relation, on the other hand, City Government of Bogor is highly effective in fulfilling its target of
achieving its PAD, and also has positive growth over 5 years. But, City Government of Bogor still put its
priority in indirect expenditure to total expenditure compared to its direct expense.

Keyword; ratio analysis, financial statement, financial ratio, City Government of Bogor

PENDAHULUAN Pemerintah Pusat dan Daerah, era otonomi


Latar Belakang daerah dimulai di Indonesia.
Dengan diimplementasikannya Menurut Undang-undang No. 32
Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang tahun 2004 pasal 1 disebutkan bahwa otonomi
kemudian menjadi UU No.32 Tahun 2004 daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- daerah otonom untuk untuk mengatur dan
undang Nomor 25 Tahun 1999 yang mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kemudian menjadi UU No.33 Tahun 2004 kepentingan masyarakat setempat sesuai
tentang Perimbangan Keuangan antara dengan peraturan perundang-undangan.
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN 2010 -2014
Arthaingan H.Mutiha
Volume 4 Nomor 2 ,pp 105-121

Dengan otonomi daerah yang kemampuan pemerintah daerah dalam


dimilikinya, daerah memiliki kewenangan mengelola keuangan daerah dituangkan dalam
yang lebih luas dalam mengelola daerahnya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Daerah harus menjadi lebih mandiri sehingga (APBD) yang langsung maupun tidak
mampu mengurangi ketergantungannya langsung mencerminkan kemampuan Pemda
kepada pemerintah pusat. dalam membiayai pelaksanaan tugas-tugas
Selain itu, salah satu perwujudan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
pelaksanaan otonomi daerah adalah sosial masyarakat.
pelaksanaan desentralisasi. Menurut UU No. Untuk mengukur kemampuan
32 tahun 2004, definisi dari desentralisasi pemerintah daerah tersebut perlu ditetapkan
adalah penyerahan wewenang pemerintahan standar atau acuan kapan suatu daerah
oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk dikatakan mandiri, efektif, efisien, dan
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan akuntabel sehingga diperlukan suatu
dalam sistem Negara Kesatuan Republik pengukuran kinerja keuangan pemerintah
Indonesia. daerah sebagai tolak ukur dalam penetapan
Dengan diberlakukannya otonomi kebijakan keuangan pada tahun anggaran
daerah, kota Bogor mengemban tanggung selanjutnya.
jawab untuk menjadi lebih mandiri dalam Kinerja keuangan pemerintah daerah
mengelola dan meningkatkan kinerja adalah kemampuan suatu daerah menggali
keuangan pemerintahannya yang pada dan mengelola sumber-sumber keuangan asli
akhirnya akan dipertanggungjawabkan daerah dalam memenuhi kebutuhannya guna
kepada pemerintah pusat bahkan masyarakat mendukung berjalannya sistem pemerintahan,
kota Bogor sendiri. pelayanan kepada masyarakat dengan tidak
Pada era otonomi daerah, terjadi bergantung sepenuhnya kepada pusat.
pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat Pemerintah daerah juga memiliki fleksibilitas
kepada pemerintah daerah. Pemerintah dalam menggunakan dananya sesuai dengan
daerah diberi kewenangan untuk aturan yang berlaku (Syamsi, 1986)
menyelenggarakan tugas daerah dalam Mardiasmo (2009) mengatakan bahwa
rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal yang tujuan dilakukannya pengukuran kinerja
dibiayai atas beban Anggaran Pendapatan dan adalah membantu memperbaiki kinerja
Belanja Daerah (APBD). APBD merupakan pemerintah, mengalokasikan sumber daya dan
cerminan dari program-program yang akan membuat keputusan, serta mewujudkan
dilaksanakan oleh pemerintah daerah selama akuntabilitas publik.
periode tertentu. APBD dijadikan sebagai Bentuk dari pengukuran kinerja
acuan bagi pemerintah daerah dalam tersebut adalah dengan melakukan analisis
menyelenggarakan sistem pemerintahan. laporan keuangan terhadap APBD yang telah
Halim (2007) mengungkapkan bahwa ditetapkan dan dilaksanakannya. Analisis

106
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN 2010 -2014
Arthaingan H.Mutiha
Volume 4 Nomor 2 ,pp 105-121

laporan keuangan dimaksudkan untuk bimbingan teknis bagi para aparatur desa atas
membantu bagaimana cara memahami laporan pemberlakuan akuntansi desa melalui UU No.
keuangan, bagaimana menafirkan angka- 6 tahun 2014. Pendampingan seperti ini
angka dalam laporan keuangan, bagaimana sudah mulai dilakukan oleh wilayah Jawa
mengevaluasi laporan keuangan, dan Timur dalam mempersiapkan aparatur desa
bagaimana menggunakan informasi keuangan mengaplikasikan akuntansi desa. Diharapkan
untuk pengambilan keputusan (Mahmudi, penelitian ini merupakan penelitian awal
2007). yang akan berlanjut kepada penelitian-
penelitian berikutnya yang berfokus pada
Rumusan Masalah pemerintah daerah dan desa.
Berdasarkan uraian latar belakang
tersebut, maka dalam hal ini yang menjadi
TINJAUAN PUSTAKA
rumusan permasalahan adalah: Bagaimana
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja
kinerja keuangan pemerintah daerah Kota
Daerah)
Bogor selama lima tahun terakhir (Tahun
Berdasarkan Undang-Undang Nomor
2010-2014) dengan menggunakan analisis
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
derajat kemandirian, rasio kemandirian,
APBD didefinisikan sebagai rencana
efektifitas dan efisiensi PAD, rasio belanja
operasional keuangan pemerintah daerah,
langsung terhadap total belanja, rasio belanja
dimana satu pihak menggambarkan perkiraan
tidak langsung terhadap total belanja, dan
pengeluaran guna membiayai kegiatan-
rasio pertumbuhan.
kegiatan dan proyek- proyek daerah dalam
satu tahun anggaran tertentu dan dipihak lain
Tujuan Penelitian
menggambarkan perkiraan penerimaan dan
Tujuan dari penelitian dengan judul Analisis
sumber-sumber penerimaan daerah guna
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota
menutupi pengeluaran-pengeluaran yang
Bogor Tahun Anggaran 2010-2014 adalah
dimaksud.
untuk menganalisis kinerja keuangan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor
pemerintah daerah Kota Bogor selama lima
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
tahun terakhir (2010-2014) dengan analisis
Daerah, struktur APBD merupakan satu
derajat kemandirian, rasio kemandirian,
kesatuan yang terdiri dari Pendapatan daerah,
efektifitas dan efisiensi PAD, rasio belanja
belanja daerah dan pembiayaan.
langsung terhadap total belanja, rasio belanja
1. Pendapatan Daerah adalah semua hak daerah
tidak langsung terhadap total belanja, dan
yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
rasio pertumbuhan.. Pertimbangan berikutnya
bersih dalam satu tahun anggaran.
adalah karena kota Bogor memiliki banyak
Pendapatan daerah terdiri dari :
desa dan merupakan potensi bagi Program
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Vokasi untuk melakukan pendampingan /

107
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN 2010 -2014
Arthaingan H.Mutiha
Volume 4 Nomor 2 ,pp 105-121

b. Dana Perimbangan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah


c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah (LKPD)
2. Belanja daerah adalah semua kewajiban daerah
Menurut UU No. 32 Tahun 2004
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
pasal 184, bahwa Kepala Daerah
bersih dalam periode satu tahun anggaran.
menyampaikan rancangan Perda tentang
Kelompok belanja terdiri atas:
pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa
a. Belanja pegawai
Laporan Keuangan yang telah diperiksa oleh
b. Belanja Barang
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) paling
c. Bunga
lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
d. Subsidi
berakhir. Dimana Laporan keuangan
e. Hibah
pemerintah daerah tersebut terdiri dari:
f. Bantuan sosial
neraca, laporan realisasi anggaran, laporan
g. Belanja modal
arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
h. Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan
i. Belanja tak terduga Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
3. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang Menurut Halim (2007) kinerja
perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran keuangan daerah atau kemampuan daerah
yang akan diterima kembali, baik pada pada merupakan salah satu ukuran yang dapat
tahun anggaran yang bersangkutan maupun digunakan untuk melihat kemampuan daerah
pada tahun-tahun anggaran berikutnya. dalam menjalankan otonomi daerah.
Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan Untuk mewujudkan pengelolaan
pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. keuangan daerah yang transparan, jujur,
Penerimaan pembiayaan mencakup hal-hal demokratis dan efektif, efisien dan akuntabel,
berikut ini : analisis rasio keuangan terhadap pendapatan
a. SILPA tahun anggaran sebelumnya belanja daerah perlu dilaksanakan
b. Pencairan dana cadangan (Mardiasmo, 2002).
c. Hasil penjualan kekayaan daerah yang Menurut Mahmudi (2010) terdapat
dipisahkan beberapa analisis rasio didalam pengukuran
d. Penerimaan pinjaman kinerja keuangan daerah yang dikembangkan
e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman berdasarkan data keuangan yang bersumber
Pengeluaran pembiayaan mencakup : dari APBD adalah sebagai berikut :
a. Pembentukan dana cadangan a. Derajat Desentralisasi
b. Penyertaan modal pemerintah daerah, Derajat desentralisasi dihitung berdasarkan
termasuk investasi nirlaba pemerintah perbandingan antara jumlah pendapatan asli
daerah daerah dengan total penerimaan daerah.
c. Pemberian pinjaman Rasio ini menunjukkan derajat kontribusi
PAD terhadap total penerimaan daerah.

108
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN 2010 -2014
Arthaingan H.Mutiha
Volume 4 Nomor 2 ,pp 105-121

Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin


tinggi kemampuan pemerintah daerah dalam Kemampuan Rasio Pola
peyelenggaraan desentralisasi. Keuangan Kemandirian Hubungan
(%)
Rendah Sekali 0-25 Instruktif
Derajat Desentralisasi =
Pendapatan Asli Daerah Rendah >25 –50 Konsultatif
Total Pendapatan Daerah Sedang >50-75 Partisipatif
Tinggi >75-100 Delegatif
Sumber : Abdul Halim (2007)
b. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Kemandirian keuangan daerah c.
(otonomi fiskal) menunjukan kemampuan Menurut Mahsun (2006) rasio efektivitas
pemerintah daerah dalam membiayai sendiri diukur dengan :
kegiatan pemerintahan. Rasio Kemandirian
dihitung dengan cara perbandingan antara
Pendapatan Asli Daerah dengan Bantuan Rasio Efektifitas
Pemerintah Pusat atau Propinsi dan = Realisasi Penerimaan PAD
Pinjaman. Target Penerimaan PAD yang
ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah
Rasio Kemandirian =
= Pendapatan Asli Daerah
Bantuan Pemerintah Pusat atau Tabel Efektivitas Keuangan Daerah
Propinsi dan Pinjaman Efektivitas
Keuangan
Rasio
Daerah Otonom
Pola hubungan pemerintah pusat dan daerah Efektivitas (%)
dan Kemampuan
serta tingkat kemandirian dan kemampuan
Keuangan
keuangan daerah dapat dapat ditampilkan
Tidak Efektif X<100%
dalam Rasio Efektifitas dan Efisiensi
Efektif Berimbang X = 100%
Pendapatan Asli Daerah Rasio efektifitas
Efektif X>100%
menggambarkan kemampuan pemerintah
dalam merealisasikan pendapatan asli daerah
yang direncanakan dibandingkan dengan  Rasio efisiensi adalah rasio yang

target yang ditetapkan berdasarkan potensi menggambarkan perbandingan antara

riil daerah. besarnya biaya yang dikeluarkan untuk


memperoleh pendapatan dengan realisasi

Tabel Pola Hubungan, Tingkat Kemandirian, pendapatan yang diterima.

dan Kemampuan Keuangan Daerah 

109
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN 2010 -2014
Arthaingan H.Mutiha
Volume 4 Nomor 2 ,pp 105-121

Rasio Efisiensi Rasio Belanja Langsung terhadap Total


=Realisasi Biaya untuk memperoleh Belanja
pendapatan
= Total Belanja Langsung
Realisasi Pendapatan Asli Daerah
Total Belanja Daerah

Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap


Tabel Efisiensi Keuangan Daerah
Total Belanja
Rasio Efisiensi
Times
(%) = Total Belanja Pembangunan
Total Belanja Daerah
Tidak Efisien X>100%
e. Rasio Pertumbuhan
Efisien Berimbang X = 100%
Rasio pertumbuhan (Growth ratio)
Efisien X<100%
mengukur seberapa besar kemampuan
Sumber : Moh.Mahsun, 2006 pemerintah daerah dalam mempertahankan
dan meningkatkan keberhasilannya yang telah
d. Rasio Belanja Langsung dan Belanja Tidak dicapai dari periode ke periode.
Langsung
Menurut Mahmudi (2010) analisis
proporsi belanja langsung dan tidak langsung Rasio Pertumbuhan PAD =
bermanfaat untuk kepentingan manajemen Realisasi Penerimaan PAD Xn-Xn-1
Realisasi Penerimaan PAD Xn - 1
internal pemerintah daerah, yaitu untuk
pengendalian biaya dan pengendalian
Rasio Pertumbuhan pendapatan =
anggaran. Realisasi pendapatan Xn-Xn-1
Belanja langsung adalah belanja yang Realisasi pendapatan Xn-1
terkait langsung dengan kegiatan (aktivitas)
Rasio pertumbuhan belanja =
sedangkan belanja tidak langsung merupakan
Realisasi belanja Xn-Xn-1
pengeluaran belanja yang tidak terkait dengan Realisasi belanja Xn - 1
pelaksanaan kegiatan secara langsung.
Semestinya belanja langsung lebih besar dari
belanja tidak langsung, sebab belanja Keterangan :
langsung sangat mempengaruhi output Xn = Tahun Yang dihitung
kegiatan. Xn-1 = Tahun Sebelumnya
Secara sederhana rasio tersebut dapat
diformulasikan sebagai berikut :

110
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN 2010 -2014
Arthaingan H.Mutiha
Volume 4 Nomor 2 ,pp 105-121

METODE PENELITIAN dalam bentuk angka, dapat diukur, dan


Jenis Penelitian dilakukan perhitungan serta perlu ditafsirkan
Jenis penelitian yang dilakukan adalah terlebih dahulu agar menjadi suatu informasi.
penelitian berbentuk deskriptif kuantitatif, Data yang digunakan didalam
dimana penelitian ini bertujuan penelitian ini adalah data sekunder yang
mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan terdiri atas : Laporan Realisasi Anggaran kota
akurat mengenai fakta dan sifat populasi Bogor yaitu untuk tahun 2010-2014 serta data
tertentu atau mencoba menggambarkan pendukung lainnya yang bersumber dari
fenomena secara detail (Yusuf, 2014). Selain Publikasi DJPK Kemenkeu, data statistik kota
itu dapat dikatakan juga bahwa penelitian Bogor dalam angka periode 2010-2014 yang
deskriptif kuantitatif merupakan usaha sadar diambil dari Badan Pusat Statisitik Kota
dan sistematis untuk memberikan jawaban Bogor, LAKIP 2013 dan LAKIP 2014.
terhadap suatu masalah dan/atau
menggunakan tahap-tahap penelitian dengan Teknik Pengumpulan Data
pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan peneliti adalah dengan cara seperti
Lokasi Penelitian melakukan dokumentasi. Teknik
Penelitian ini dilakukan pada dokumentasi ini dilakukan dengan cara
pemerintah kota Bogor dengan pengambilan mencatat atau mengcopy dokumen-dokumen,
data dari BPKAD Kota Bogor sebagai arsip-arsip maupun data lain yang terkait
pengelola keuangan pemerintah kota Bogor dengan masalah yang diteliti.
dan dari Badan Pusat Statistik Kota Bogor.
Sementara pengolahan data dilakukan di Metode Analisis Data
Program Vokasi Universitas Indonesia. Tahap-tahap analisis laporan
Selain itu, alasan kenapa penelitian ini keuangan Pemerintah Kota Bogor tahun 2010
dilakukan di Kota Bogor, karena kota Bogor – 2014 dapat diuraikan sebagai berikut :
memiliki letak geografis yang sangat strategis 1. Menghitung derajat kemandirian
dan letaknya berdekatan dengan ibu kota 2. Menghitung rasio kemandirian keuangan
Negara. Letak yang strategis ini seharusnya daerah
menjadikan kota Bogor memiliki potensi 3. Menghitung rasio efektivitas dan efisiensi
keuangan daerah yang cukup tinggi dan daerah
diharapkan mampu memiliki kinerja 4. Menghitung rasio belanja langsung dan
perekonomian yang baik untuk menunjang tidak langsung
pembangunan daerah. 5. Menghitung rasio pertumbuhan
Penelitian ini menggunakan data
kuantitatif sebagai satu-satunya jenis data.
Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan

111
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN 2010 -2014
Arthaingan H.Mutiha
Volume 4 Nomor 2 ,pp 105-121

PEMBAHASAN 2. Sebelah Timur dengan Kecamatan


Gambaran Umum Kota Bogor Sukaraja dan Kecamatan Ciawi, Kabupaten
Secara geografis, Kota Bogor memiliki Bogor
letak yang strategis karena letaknya yang 3. Sebelah Barat dengan Kecamatan Dramaga
berdekatan dengan Ibu Kota Negara dan Ibu dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor
Kota Provinsi Jawa Barat. Jarak Kota Bogor 4. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Cijerul
dengan DKI Jakarta ± 60 km dan ± 120 km dan Kecamatan Caringin Kabupaten
dengan kota Bandung. Kota Bogor terletak Bogor.
diantara 6°30’30” - 6°41’00” – Lintang Selatan Gambaran Umum PDRB Kota Bogor
dan 106°43’30”-106°51’ 00” Bujur Timur.
Produk Domestik Regional Bruto
Ketinggian rata-rata di Kota Bogor minimal
(PDRB) pada dasarnya merupakan jumlah
190 meter dan maksimal 350 meter diatas
nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
permukaan laut. Luas wilayah Kota Bogor
usaha dalan suatu daerah/wilayah tertentu
mencapai 11.850 Ha atau 0,27% dari wilayah
atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa
Provinsi Jawa Barat. Kota Bogor terbagi
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
dalam 6 kecamatan, 68 kelurahan, 780 RW,
ekonomi. PDRB dipengaruhi oleh
dan 3.479 RT.Seluruh wilayah kota Bogor
pengeluaran pemerintah (Governmental
berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor
Expenditure) yang terdiri dari DAU, DAK,
dengan rincian sebagai berikut :
DBH dan PAD.
1. Sebelah utara dengan kecamatan Kemang, Perhitungan PDRB dilakukan dengan 2
Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan (dua) cara yaitu PDRB dinilai berdasarkan
Sukaraja, Kabupaten Bogor atas harga tahun berjalan/berlaku dan atas
harga dasar pada tahun dasar (konstan)
tertentu.
Tabel 1. PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga
Konstan dan Harga Berlaku (2009 – 2013)

No Tahun PDRB Atas Dasar PDRB Atas Dasar


Harga Berlaku Harga Konstan

1 2009 11.904.599,66 4.508.705,07

2 2010 13.908.899,57 4.785.434,36

3 2011 15.487.253,96 5.081.482,69

4 2012 17.323.335,99 5.394.303,88

5 2013 19.535.008,93 5.710.336,54

Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor Tahun 2013

112
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN 2010 -2014
Arthaingan H.Mutiha
Volume 4 Nomor 2 ,pp 105-121

Tahun yang dipergunakan sebagai Rasio Derajat Desentralisasi Kota


tahun dasar perhitungan adalah tahun 2000. Bogor relatif mengalami peningkatan dari
Perkembangan PDRB Kota Bogor tahun 2009 tahun ke tahun walaupun sedikit mengalami
sampai dengan tahun 2013. penurunan 1% pada tahun 2014.

Tabel 2.Derajat desentralisasi Kota Bogor 2010 – 2014

Tahun Derajat Desentralisasi (%) Pertumbuhan (%)


2009 14 -
2010 14 2
2011 20 41
2012 22 10
2013 30 33
2014 29 (1)

Sumber : LRA Kota Bogor, diolah kembali

Hasil Tabulasi dan Analisis Data Rasio Bila dilakukan rata-rata rasio derajat
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah desentralisasi selama 5 tahun terakhir (tahun
Kota Bogor Tahun 2010 – 2014 2010 – 2014), maka angka rasio ini mencapai
1. Derajat Desentralisasi 23,09 %. Ini menunjukkan bahwa jumlah
Derajat desentralisasi dihitung Pendapatan Asli Daerah masih relatif kecil
berdasarkan perbandingan antara jumlah dibandingkan dengan total Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah dengan total Daerah.
penerimaan daerah. Rasio ini menunjukkan Hal ini diperkuat dengan grafik pada
derajat kontribusi PAD terhadap total gambar 1, dimana dari gambar tersebut
penerimaan daerah. terlihat bahwa Pendapatan Asli Daerah masih
Berikut ini hasil analisis rasio relatif lebih kecil dibandingkan Total
kemandirian keuangan pemerintah daerah Penerimaan Daerah secara keseluruhan.
kota Bogor berdasarkan Laporan Realisasi
Kota Bogor Tahun 2010 – 2014 : 2. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
(KKD) menunjukkan kemampuan pemerintah

Tabel 2. Rasio Kemandirian Keuangan Pemerintah Kota Bogor Tahun 2010 – 2014
Tahun Rasio Kemandirian (%) Pola Hubungan Pertumbuhan (%)
2009 14,95 Instruktif -
2010 14,24 Instruktif (4,74)
2011 24,06 Instruktif 69
2012 26,16 Konsultatif 8,72
2013 36,30 Konsultatif 38,78
2014 58,72 Partisipatif 61,77
Sumber : LRA Kota Bogor, diolah kembali

113
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN 2010 -2014
Arthaingan H.Mutiha
Volume 4 Nomor 2 ,pp 105-121

daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pola hubungan yang instruktif sejak tahun
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan 2009 hingga tahun 2010, kemudian di tahun
kepada masyarakat yang telah membayar 2012 hingga 2013 mulai mengalami
pajak dan retribusi sebagai sumber yang peningkatan mejadi pola hubungan
diperlukan oleh daerah. konsultatif. Selanjutnya di tahun 2014, pola
hubungan meningkat menjadi partisipatif.
Rasio Kemandirian = Namun bila dilakukan perhitungan
Pendapatan Asli Daerah rata-rata Kota Bogor selama lima tahun
Bantuan Pemerintah Pusat atau Propinsi dan terakhir yaitu tahun 2010 – 2014, nilai rasio
Jaminan KKD mencapai 31,89 %. Angka ini
menginterpretasikan pola kemandirian yang
konsultatif. Pola hubungan konsultatif
Berikut ini hasil analisis rasio kemandirian
menunjukkan peranan pemerintah pusat
keuangan pemerintah daerah kota Bogor
masih lebih dominan daripada kemandirian
berdasarkan Laporan Realisasi Kota Bogor
pemerintah daerah.
Tahun 2010 – 2014 ,

Gambar 1.Realisasi Komponen Pendapatan Dibandingkan Total Pendapatan


Tahun 2010 - 2014

Berdasarkan perhitungan rasio Pola konsultatif tersebut membuat


Kemandirian Keuangan Daerah diatas bahwa ketergantungan pemerintah kota Bogor
kemampuan pemerintah kota Bogor dalam dariisi finansial terhadap pemerintah pusat
membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, masih sangat tinggi.
pembangunan dan pelayanan kepada Kenaikan rasio KKD ini disebabkan
masyarakat pada tahun anggaran 2010 – 2014 karena meningkatnya pendapatan asli daerah
cukup mengalami peningkatan. Dimulai dari

114
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN 2010 -2014
Arthaingan H.Mutiha
Volume 4 Nomor 2 ,pp 105-121

kota Bogor dimana hal ini dapat dilihat pada dengan target yang ditetapkan berdasarkan
pada gambar 2. Dari gambar 2 terlihat bahwa potensi riil daerah. Semakin tinggi rasio
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan efektivitas, menggambarkan kemampuan
Pendapatan Transfer mengalami peningkatan daerah yang semakin baik. Dari perhitungan
pertumbuhan dari tahun ke tahun. Namun, rasio EKD pada tabel 3 dapat dilihat bahwa
bila dibandingkan antara jumlah pendapatan efektivitas pengelolaan keuangan daerah kota
asli daerah dan jumlah pendapatan transfer, Bogor cukup baik karena menunjukkan pola
pendapatan transfer masih mendominasi hubungan yang efektif yaitu rata-rata diatas
komponen pendapatan daerah secara 100%.
keseluruhan.

Gambar 2 Realisasi Komponen Pendapatan dari tahun 2009 – 2013

Sumber : LRA Kota Bogor, diolah kembali

Tabel 3 Rasio Efektivitas Keuangan Pemerintah Kota Bogor Tahun 2010 – 2014

Pertumbuhan Rasio
Tahun Rasio Efektifitas (%) Pola Hubungan
Efektifitas (%)
2010 101,37 Efektif -
2011 114,98 Efektif 13,42
2012 119,28 Efektif 3,75
2013 115,98 Efektif (2,77)
2014 104 Efektif (10,31)
Sumber : LRA Kota Bogor, diolah kembali

3. Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Namun bila dilihat dari pertumbuhan rasio
Rasio Efektivitas Keuangan Daerah efektivitas dapat dilihat bahwa pertumbuhan
(Rasio EKD) menggambarkan kemampuan rasio tertinggi ada di tahun 2011 dan semakin
pemerintah daerah dalam merealisasikan menurun dari tahun ke tahun bahkan
pendapatan asli daerah yang direncanakan mencapai pertumbuhan yang negatif di tahun

115
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN 2010 -2014
Arthaingan H.Mutiha
Volume 4 Nomor 2 ,pp 105-121

2013 hingga tahun 2014. Namun secara memprioritaskan alokasi dananya pada belanja
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa langsung atau belanja tidak langsung.
kemampuan pemerintah kota Bogor dalam Belanja langsung adalah belanja yang
merealisasikan pendapatan asli daerah yang terkait langsung dengan kegiatan (aktivitas)

Gambar 3 Rasio Efektifitas Keuangan Daerah

Sumber : LRA Kota Bogor, diolah kembali

direncanakan dengan target yang ditetapkan sedangkan belanja tidak langsung merupakan
cukup baik. pengeluaran belanja yang tidak terkait dengan
Berikut adalah gambar yang pelaksanaan kegiatan secara langsung.
memperlihatkan rasio efektifitas keuangan Menurut Mahmudi (2010) semestinya belanja
daerah kota Bogor dari tahun 2010 – 2014. langsung lebih besar dari belanja tidak
langsung.

Tabel 4 Rasio Aktivitas Pemerintah Kota Bogor Tahun 2010 – 2014

Rasio Belanja Tidak


Rasio Belanja Langsung
Tahun Langsung terhadap Total
terhadap Total Belanja
Belanja
2010 61,32 38,68
2011 60,61 39,69
2012 53,64 46,36
2013 53,41 46,59
2014 46,91 53,09
Sumber : LRA Kota Bogor, diolah kembali

4. Rasio Aktivitas Sebab belanja langsung sangat mempengaruhi


Rasio Aktivitas menggambarkan kualitas output kegiatan Dilihat dari tabel 4,
bagaimana pemerintah daerah dalam sejak tahun 2010 hingga tahun 2013, rasio

116
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN 2010 -2014
Arthaingan H.Mutiha
Volume 4 Nomor 2 ,pp 105-121

belanja tidak langsung terhadap total belanja 5. Rasio Pertumbuhan


masih lebih besar dibandingkan rasio belanja Rasio pertumbuhan menunjukkan
langsung terhadap total belanja. Pada tahun seberapa besar kemampuan pemerintah
2014, rasio belanja langsung terhadap total daerah dalam mempertahankan dan
belanja lebih besar dibandingkan rasio belanja meningkatkan keberhasilannya yang telah
tidak langsung terhadap total belanja. Secara dicapai dari periode ke periode.
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
kebijakan pemerintah kota Bogor masih
memprioritaskan dalam belanja tidak

Gambar 4 Rasio Aktivitas Kota Bogor Tahun 2010 – 2014

Sumber : LRA Kota Bogor, diolah kembali

langsung walaupun pada tahun 2014, alokasi


Dari tabel diatas terlihat bahwa
belanja sudah mulai diprioritaskan pada
pertumbuhan Pendapatan Daerah Kota Bogor
belanja langsung. Hal ini perlu dilakukan
menunjukkan pertumbuhan yang positif.
karena semestinya belanja langsung lebih
Pertumbuhan Pendapatan Daerah yang
besar dari belanja tidak langsung, sebab
tertinggi ada pada tahun 2011 yaitu sebesar
belanja langsung sangat mempengaruhi
27,96% dan mengalami penurunan
kualitas output kegiatan.
pertumbuhan di tahun 2014 sebesar 8,95%.
Tabel 5 Hasil Analisis Rasio Pertumbuhan APBD Kota Bagor Tahun Anggaran
2010 – 2014

Tahun Pendapatan Pendapatan Belanja Belanja Tidak


Anggaran Asli Daerah Daerah Langsung Langsung
2010 - - - -
2011 80,76% 27,96% 14,39% 11,02%
2012 30,58% 18,82% 37,59% 3,46%
2013 54,42% 16,06% 13,77% 12,72%
2014 8,12% 8,95% 33,18% 2,61%
Sumber : LRA Kota Bogor, diolah kembali

117
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN 2010 -2014
Arthaingan H.Mutiha
Volume 4 Nomor 2 ,pp 105-121

Demikian pula dengan Pendapatan variabel seperti rasio derajat desentralisasi


Asli Daerah Kota Bogor menunjukkan selama 5 tahun terakhir (tahun 2010 – 2014),
pertumbuhan yang positif walaupun cukup maka angka rasio ini mencapai 23,09 %.
berfluktuatif. Puncak pertumbuhan berada Ini menunjukkan bahwa jumlah Pendapatan
pada tahun 2011 yaitu sebesar 80,76% Asli Daerah masih relatif kecil dibandingkan
sementara itu terjadi penurunan pertumbuhan dengan total Penerimaan Daerah.
di tahun 2014, yaitu sebesar 8,12%.

Tabel 6 Summary Rasio Keuangan Kota Bogor Tahun Anggaran 2010 - 2014

Rasio 2010 2011 2012 2013 2014 Rata2


Derajat Desentralisasi 14 20 22 30 29 23,09
Kemandirian Daerah 14,24 24,06 26,16 36,30 58,72 31,89
Efektivitas Keuangan Daerah 101,37 114,98 119,28 115,98 104 111
Aktivitas :
Belanja tidak langsung 61,32 60,61 53,64 53,41 46,91 55,18
Belanja langsung 38,68 39,69 46,36 46,59 53,09 44,82
Pertumbuhan :
PAD 80,76 30,58 54,42 8,12
Pendapatan 27,96 18,82 16,06 8,95
Belanja Langsung 14,39 37,59 13,77 33,18
Belanja Tidak Langsung 11,02 3,46 12,72 2,61
Sumber : LRA Kota Bogor, diolah kembali

Selain pendapatan, belanja langsung kota Sementara rasio tingkat kemandirian memiliki
Bogor juga mengalami pertumbuhan. hubungan yang konsultatif dikarenakan
Pertumbuhan belanja langsung tertinggi ada tingkat kemandirian daerahnya memiliki rata-
pada tahun 2012 yaitu sebesar 37,59%. rata 31,89% namun demikian Pemerintah
Sementara pertumbuhan belanja tidak Kota Bogor masih bisa dikatakan berusaha
lagsung tertinggi ada pada tahu 2013 yaitu untuk mandiri terlihat dari meningkatnya
sebesar 12,72%. rasio Kemandirian Keuangan daerah setiap
tahun.
Rangkuman Rasio Keuangan Kota Bogor Selain berusaha untuk mandiri,
Berikut ini ditampilkan pada tabel 6 Pemerintah Kota Bogor sangat efektif dalam
rangkuman rasio derajat desentralisasi, rasio merealisasikan pendapatan asli daerahnya
kemandirian daerah, rasio efektivitas terlihat dari rata-rata rasio efektif keuangan
keuangan daerah, rasio aktivitas dan rasio daerahnya sebesar 111%.
pertumbuhan. Dilihat dari tabel diatas bahwa Namun pemerintah kota Bogor masih
secara keseluruhan hubungan kinerja memprioritaskan anggarannya dalam belanja
keuangan Kota Bogor dengan beberapa tidak langsung dibandingkan dengan belanja

118
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN 2010 -2014
Arthaingan H.Mutiha
Volume 4 Nomor 2 ,pp 105-121

langsung dimana rata-rata rasio aktivitas Sementara itu pertumbuhan pendapatan dan
belanja tidak langsung selama tahun 2010 – belanja mengalami pertumbuhan yang positif.
2014 adalah sebesar 55,18%. Ini lebih besar
dibandingkan dengan rata-rata rasio aktivitas SARAN
belanja langsung sebesar 44,82%. Melihat permasalahan yang ada dan
Selanjutnya rasio pertumbuhan Kota Bogor dengan memperhatikan hasil dari analisis
memiliki kinerja pengelolaan keuangan daerah terhadap rasio pengelolaan keuangan terhadap
yang baik pada PAD, pendapatan daerah dan APBD Kota Bogor, maka saran-saran yang
belanja langsung dan tidak langsung terbukti mungkin bermanfaat bagi pertumbuhan
dari rasio pertumbuhan yang positif setiap ekonomi kota Bogor adalah sebagai berikut :
tahunnya. 1. Pemerintah Kota Bogor harus mengurangi
PENUTUP ketergantungan kepada pemerintah pusat
SIMPULAN yaitu dengan mengoptimalkan potensi sumber
Berdasarkan hasil analisis dan pendapatan yang ada.
pembahasan yang telah diuraikan rata-rata 2. Pemerintah kota Bogor perlu meningkatkan
kinerja pengelolaan kota Bogor berdasarkan pembangunan serta penyediaan sarana dan
rasio keuangan adalah baik. prasarana umum untuk meningkatkan
Pola hubungan kemandirian daerah perekonomian kota Bogor dan untuk menarik
kota Bogor dalam lima tahun terakhir investor.
menunjukkan pola hubungan konsultatif
dimana peran pemerintah pusat masih lebih BATASAN PENELITIAN
dominan daripada pemerintah kota Bogor. 1. Keterbatasan data.
Pencapaian rasio kemandirian ini memang Data penelitian hanya didapat dari angka
relatif rendah sedikit diatas pola hubungan yang dikeluarkan dari LAKIP Kota
instruktif. Bogor Tahun 2013 dan 2014. LAKIP
Sementara itu efektivitas keuangan Tahun 2013 didapat melalui akses ke
daerah kota Bogor cukup baik atau efektif, website pemerintah kota Bogor
melampaui target yang telah ditetapkan. sementara LAKIP Tahun 2014 meminta
Namun peningkatan pendapatan asli daerah langsung kepada BPKAD melalui anak
perlu lebih diperhatikan karena kontribusi magang Program Vokasi yang
pendapatan asli daerah dibandingkan total melakukan magang di BPKAD Bogor.
pendapatan masih relatif lebih kecil. 2. Keterbatasan Laporan Keuangan yang
Selanjutnya, porsi belanja tidak tidak dipublikasikan melalui website kota
langsung terhadap total pendapatan relatif Bogor.
lebih besar dibandingkan porsi belanja Peneliti datang langsung ke BPKAD
langsung terhadap total pendapatan. kota Bogor dan staf penerima tamu
disana mengatakan prosedur untuk

119
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN 2010 -2014
Arthaingan H.Mutiha
Volume 4 Nomor 2 ,pp 105-121

meminta laporan keuangan harus melalui selanjutnya, penulis akan membuat


surat ditujukan kepada Walikota Bogor. penelitian mengenai kaitan keterbukaan
Hal yang sama juga dikatakan oleh informasi publik dengan laporan
Kepala Akuntansi di BPKAD bahwa keuangan pemerintah daerah.
untuk meminta laporan keuangan harus 3. Rasio Efisiensi tidak dapat dihitung.
melalui formalitas surat ditujukan kepada Rasion efisiensi tidak dapat dihitung
Walikota Bogor. karena peneliti tidak mendapatkan data
Laporan Keuangan merupakan laporan mengenai biaya pemungutan PAD karena
yang seharusnya bisa diakses secara memang data ini tidak terdapat di dalam
langsung dan bebas oleh pihak yang Laporan Keuangan.
membutuhkannya terlebih lagi laporan 4. Angka Tahun 2014 berasal dari LRA
keuangan yang sudah diaudit. Hal ini yang belum diaudit.
menunjukkan transparansi informasi Angka Tahun 2014 dalam Penelitian ini
keuangan kepada publik dan bentuk adalah angka yang belum diaudit.
akuntabilitas publik. Karena bersamaan dengan waktu
Beberapa website pemerintah daerah penelitian angka audit belum terupdate di
yang sempat ditelusuri oleh penulis website, sementara angka di LAKIP 2014
sudah mencantumkan laporan keuangan memang masih unaudited.
di websitenya. Mungkin untuk penelitian

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Bogor. Kota Bogor Dalam Angka 2013, Bogor.
Badan Pusat Statistik Kota Bogor. Kota Bogor Dalam Angka 2014, Bogor.
Badan Pusat Statistik Kota Bogor. Kota Bogor Dalam Angka 2012. Diambil dari http:// www.
Bogorkota.bps.go.id
Badan Pusat Statistik Kota Bogor. Kota Bogor Dalam Angka 2011. Diambil dari http:// www.
Bogorkota.bps.go.id
Badan Pengelola Keuangan Aset Daerah. LAKIP 2014. Bogor
Badan Pengelola Keuangan Aset Daerah. LAKIP 2013. Diambil dari http:// www.
Bpkad.kotabogor.go.id
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Laporan Realisasi Anggaran Kota Bogor 2009 – 2013.
Diambil dari http:// www.djpk.depkeu.go.id
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Neraca Kota Bogor 2009 – 2013. Diambil dari http://
www.djpk.depkeu.go.id
Halim , Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik, Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi 3.
Jakarta: Salemba Empat.

120
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN 2010 -2014
Arthaingan H.Mutiha
Volume 4 Nomor 2 ,pp 105-121

Halim dan Kusufi. 2014. Teori, Konsep dan Aplikasi. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat
Mahmudi, 2007, Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah: Panduan Bagi
Eksekutif, DPRD dan Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan Ekonomi, Sosial dan Politik,
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta.
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi, Yogyakarta
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : CV Andi Offset
Mahmudi, 2007. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Mahmudi, 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik, edisi revisi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Mahsun, Mohammad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : BPFE
Puspitasari, Ayu, 2013. Analisa Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Daerah Kota Malang. Simposium
Nasional Akuntansi
Syamsi, Ibnu. 1986. Pokok-pokok Kebijaksanaan, Perencanaan, Pemrograman, dan Penganggaran
Pembangunan Tingkat Nasional dan Regional. Jakarta : CV Rajawali
Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, Penelitian Gabungan. Jakarta : Kencana
Prenamedia Group.
Pemerintah Indonesia. 1999. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
Jakarta
________________ 1999. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Jakarta
________________2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Jakarta
_________________. 2004. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Jakarta

121

Anda mungkin juga menyukai