Anda di halaman 1dari 16

Dikumpulkan Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

RAPBD/PELAPORAN KEUNGAN KOTA MAKASSAR ATAU SULAWESI SELATAN


Dosen Pengampu :
Almuhajir haris,S.Ip.,M.IP

DISUSUN OLEH
NAMA : RYAN HIDAYATULLAH
NIM : 521041042
PRODI : ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Alhamdulillah panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa
kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para
pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan Makalah yang
berjudul “Analisis RAPBD Pelaporan Keuangan Daerah Di Pemerintah Kota Makassar Atau
Provinsi sulawesi Selatan Makalah/Analisis yang buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat
dalam menyelesaikan Tugas Mata Kuliah.

Akhirnya, sungguh sangat menyadari bahwa Makalah analisis ini masih sangat jauh dari
kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang
budiman, senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Tugas
Makalah analisi ini.

Mudah-mudahan Makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
utamanya kepada Almamater tercinta Kampus Universitas Pancasakti Makassar

Nashrun min Allahu wa Fathun Karien, Bilahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat,
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 21 april 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang
relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk
mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan
operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi
suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan
perundang-undangan lainnya.
Kinerja keuangan Pemerintah Daerah adalah potensi yang dimiliki oleh suatu daerah
dalam menggali, mengelola dan memanfaatkan sumber-sumber keuangan asli daerahnya
guna mendukung berjalannya sistem pemerintahan, pelayanan kepada masyarakat dan
pembangunan daerahnya dengan tidak bergantung sepenuhnya kepada pemerintah pusat
serta dapat mempunyai kebebasan penuh dalam menggunakan/memanfaaatkan dana-dana
bagi kepentingan masyarakat daerah dalam batas-batas yang telah ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku
Kinerja keuangan suatu daerah dapat diketahui dengan cara melakukan analisis atau
pengkajian menyeluruh terhadap keuangan suatu daerah agar dapat diketahui apakah
kinerja keuangan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya baik atau tidak.
Salah satu cara untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan
daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah
ditetapkan dan dilaksanakannya. Halim (2001: 167) menjelaskan bahwa ciri utama suatu
daerah yang mampu melaksanakan otonomi, yaitu (1) kemampuan keuangan daerah, artinya
daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber
keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memandai untuk
membiayai penyelenggaran pemerintahannya, dan (2) ketergantungan kepada bantuan
pusat harus seminimal mungkin, agar Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat menjadi bagian
sumber keuangan terbesar sehingga peranan pemerintah daerah menjadi lebih besar.
Namun pada kenyataannya, sudah dua belas tahun sejak otonomi daerah diberlakukan, saat
ini kemampuan keuangan beberapa pemerintah daerah masih sangat tergantung pada
penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat.
Beberapa permasalahan keuangan daerah yang dihadapi Kota Makassar antara lain ; (1)
ketergantungan pemerintah daerah kepada subsidi dari pemerintah pusat yang tercermin
dalam besarnya bantuan pemerintah pusat baik dari sudut anggaran rutin, yaitu subsidi
daerah otonom maupun dari sudut anggaran pemerintah daerah, (2) rendahnya
kemampuan daerah untuk menggali potensi sumber-sumber pendapatan asli daerah yang
tercermin dari penerimaan Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) yang relative kecil dibanding
total penerimaan daerah, (3) kurangnya usaha dan kemampuan penerimaan daerah dalam
pengelolaan dan menggali sumber-sumber pendapatan yang ada, (4) Inefisiensi pemerintah
daerah dalam melakukan belanja daerah.
Penggunaan analisis rasio laporan keuangan sebagai alat analisis keuangan secara luas
telah banyak digunakan dan diterapkan pada lembaga perusahaan yang ber-sifat komersial,
sedangkan pada lembaga publik, khususnya pemerintah daerah masih sangat
terbatas.Padahal dari analisis rasio laporan keuangan pemerintah daerah dapat diketahui
bagaimana kinerja pemerintah daerah yang bersangkutan dan juga dapat dijadikan sebagai
acuan untuk lebih meningkatkan pendapatan daerah. Untuk dapat mengukur kinerja
pemerintah, perlu diketahui indikator-indikator kinerja sebagai dasar penilaian kinerja,
adanya indikator kinerja akan membantu pemerintahan dalam proses pengambilan
keputusan anggaran dan dalam mengawasi kinerja anggaran pemerintah
Analisis terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kota Makassar akan menghasilkan
informasi yang penting terutama untuk membuat kebijakan dalam pengelolaan keuangan
daerah dan menilai apakah pemerintah daerah telah berhasil mengelola keuangannya
dengan baik, serta memberikan dampak positif kesejahteraan masyarakat. Salah satu alat
ukur yang dapat digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan Kota Makassar adalah
melakukan analisis rasio kemandirian, rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio keserasian, rasio
pertumbuhan dan rasio DSCR (Debt Service Coverage Ratio).
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti
dengan formasi judul “Analisis Kinerja Keuangan Daerah di Pemerintah Kota Makassar

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan
dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja keuangan daerah di Pemerintah Kota
Makassar (SulSel) ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kinerja Keuangan
1. Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah suatu pencapaian oleh keuangan perusahaan pada waktu
tertentu dan memberikan pandangan atas kondisi dari keuangan yang telah tercapai diwaktu
yang tertentu. Menurut Gozali (2014), kinerja keuangan adalah penilaian terhadap kondisi
keuangan perusahaan pada waktu tertentu yang dinilai dengan menggunakan alat analisis
yang diantaranya adalah penilaian laporan keuangan perusahaan sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK). Informasi keuangan diungkap melalui dimensi statemen
keuangan yang sesuai dengan standar, definisi, pengukuran, penilaian, dan penyajian.
Salah satu cara menganalisa kinerja keuangan perusahaan yang baik yaitu dengan
melihat penyajian dari laporan keuangan perusahaan sesuai dengan SAK yang berlaku,
sehingga dalam penilaian laporan keuangan yang sesuai dengan SAK yang berlaku maka
memungkinkan manajer perusahaan untuk melihat kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh
perusahaannya sehingga menjadi alat dasar dalam pengambilan keputusan. Pihak yang
berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan
untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkatkeberhasilan perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya.
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu
perusahaan telah melaksanakan dengan mengunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan
secara baik dan benar.
Penilaian Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan perhitungan rasio keuangan. Nilai rasio
keuangan tersebut yang nantinya dibandingkan dengan tolak ukur yang telah ada,
membandingkan nilai rasio keuangan yang diperoleh dari tahun ke tahun merupakan
langkah guna mengetahui kondisi hasil perhitungan tersebut apakah baik atau kurang baik,
Dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana kondisi perusahaan berada dengan menggunakan perbandingan
dan aturan yang berlaku.
B. Laporan Keuangan
2. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi
keuangan suatu perusahaan, dimana informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran
kinerja keuangan suatu perusahaan. Menurut Munawair, laporan keuangan adalah alat yang
sangat penting untuk memperoleh informasi Sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-
hasil yang telah dicapai oleh perusahaan bersangkutan, dengan begitu laporan keuangan
diharapkan akan membantu para pengguna (user) untuk membuat keputusan ekonomi yang
bersifat finansia.
ROVINSI SULAWESI SELATAN RINGKASAN APBD YANG DIKLASIFIKASI MENURUT
KELOMPOK DAN JENIS PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAAN TAHUN
ANGGARAN 2021

Kode Uraian Jumlah


4 PENDAPATAN DAERAH
4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) 4.872.694.076.981
4.1.0 Pajak Daerah 4.231.760.145.000
1
4.1.0 Retribusi Daerah 55.151.453.959
2
4.1.0 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang 113.633.034.621
3 Dipisahkan
4.1.0 Lain-lain PAD yang Sah 472.149.443.401
4
4.2 PENDAPATAN TRANSFER 5.738.295.465.287
4.2.0 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat 5.738.295.465.287
1
4.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 169.840.810.070
4.3.0 Pendapatan Hibah 169.840.810.070
1
Jumlah Pendapatan 10.780.830.352.338

5 BELANJA
5.1 BELANJA OPERASI 7.380.766.399.205
5.1.0 Belanja Pegawai 3.387.039.397.478
1
5.1.0 Belanja Barang dan Jasa 3.775.225.537.514
2
5.1.0 Belanja Bunga 15.779.131.388
3
5.1.0 Belanja Hibah 196.153.807.825
5
5.1.0 Belanja Bantuan Sosial 6.568.525.000
6
5.2 BELANJA MODAL 2.294.195.461.941
5.2.0 Belanja Modal Tanah 26.320.000.955
1
5.2.0 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 366.605.894.961
2
5.2.0 Belanja Modal Gedung dan Bangunan 1.662.974.012.175
3
5.2.0 Belanja Modal Jalan, Jaringan, dan Irigasi 218.876.679.850
4
5.2.0 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya 19.218.874.000
5
5.3 BELANJA TIDAK TERDUGA 150.000.000.000
5.3.0 Belanja Tidak Terduga 150.000.000.000
1
5.4 BELANJA TRANSFER 2.221.443.851.794
5.4.0 Belanja Bagi Hasil 1.414.239.177.794
1
5.4.0 Belanja Bantuan Keuangan 807.204.674.000
2
Jumlah Belanja 12.046.405.712.940
Total Surplus/(Defisit) (1.265.575.360.602)
6 PEMBIAYAAN
6.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN 1.311.740.168.611
6.1.0 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun 150.000.000.000
1 Sebelumnya
6.1.0 Penerimaan Pinjaman Daerah 1.161.740.168.611
4
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 1.311.740.168.611
6.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN 46.164.808.009
6.2.0 Pembayaran Cicilan Pokok Utang yang Jatuh 46.164.808.009
3 Tempo
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 46.164.808.009
Pembiayaan Netto 1.265.575.360.602
6.3 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Daerah 0
Tahun Berkenaan

3. Kegunaan Laporan Keuangan


keuangan sangat diperlukan untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan
perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui sudah 8 sejauh mana perusahaan
mencapai tujuannya. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan dengan pihak-
pihak yang berkepentingan, sehingga laporan keuangan memegang peranan yang luas dan
mempunyai suatu posisi yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Laporan
keuangan sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak yang menginvestasikan modalnya sehingga
membutuhkan informasi tentang sejauh mana kelancaran aktivitas dan profitabilitas
perusahaan, potensi deviden karena dengan informasi pemegang saham dapat memutuskan
untuk mempertahankan sahamnya, menjual bahkan membelinya. Dapat dipahami bahwa
dengan adanya laporan keuangan yang disediakan oleh pihak manajemen perusahaan maka
sangat membantu pihak pemegang saham dalam proses pengambilan keputusan, seperti
keinginan perusahaan untuk melakukan right issue. Right issue artinya penjualan saham
yang di prioritaskan kepada pemilik saham lama untuk membelinya, sehingga data laporan
keuangan yang diperoleh dan disajikan, maka investor atau pemilik saham perusahaan akan
bisa menganalisis bagaimana kondisi perusahaan serta prospek perusahaan nantinya
khususnya dari segi kemampuan profitabilitas dan deviden yang akan dihasilkan.
Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa laporan keuangan sangat berguna untuk
melihat kondisi suatu perusahaan, baik kondisi pada saat ini maupun dijadikan sebagai alat
untuk memprediksi untuk kondisi di masa yang akan dating (forecast analyzing)
4. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada pihak yang
membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka- 9 angka dalam satuan
moneter. Tujuan laporan keuangan secara garis besar adalah:
1. Screening (sarana informasi), analisa hanya dilakukan berdasarkan laporan
keuangannya, dengan demikian seorang analis tidak perlu turun langsung
kelapangan untuk mengetahui situasi serta kondisi perusahaan yang dianalisa.
2. Understanding (pemahaman), analisa dilakukan dengan cara memahami
perusahaan, kondisi keuangannya dan bidang usahanya serta hasil dari usahanya.
3. Forecasting (peramalan), analisa dapat digunakan juga untuk meramalkan kondisi
perusahaan pada masa yang akan dating.
4. Diagnosis (diagnose), analisa memungkinkan untuk dapat melihat kemungkinan
terdapatnya masalah baik didalam manajemen ataupun masalah yang lain dalam
perusahaan.
5. Evaluation (evaluasi), analisa digunakan untuk menilai serta mengevaluasi kinerja
perusahaan termasuk manajemen dalam meningkatkan tujuan perusahaan
secara efisien.
Dalam perkembangan berikutnya, dengan terbitnya UU No. 17 tahun 2003, pada Pasal
31 dinyatakan bahwa laporan keuangan yang harus disajikan oleh kepala daerah setidak-
tidaknya meliput :
a. Laporan Realisasi APBD
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah laporan yang menyajikan informasi
realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, pembiayaan, dan sisa
lebih/kurang pembiayaan anggaran, yang masing-masing diperbandingkan
dengan anggarannya dalam satu periode.
b. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas mengenai aset, kewajiban
dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri
dari :
1) Aset
Aset adalah sumber ekonomi yang dikuasai atau dimiliki oleh pemerintah
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dansosial dimasa depan diharapkan dapat memperoleh baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk menyesiakan
jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara
karena alasan sejarah dan budaya.
2) Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dan peristiwa masa lalu yang
menyeleseikannya mengakibatkan aliran sumber daya ekonomi
pemerintah.
3) Ekuitas Dana
Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah.

PROVINSI SULAWESI SELATAN RINGKASAN APBD YANG DIKLASIFIKASI MENURUT


KELOMPOK DAN JENIS PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN
2022

Kode Uraian Jumlah


4 PENDAPATAN DAERAH
4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) 5.003.467.478.294
4.1.01 Pajak Daerah 4.241.919.986.325
4.1.02 Retribusi Daerah 53.029.583.800
4.1.03 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang 137.992.055.248
Dipisahkan
4.1.04 Lain-lain PAD yang Sah 570.525.852.921
4.2 PENDAPATAN TRANSFER PEMERINTAH PUSAT 4.095.273.480.415
4.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 124.389.159.861
4.3.01 Pendapatan Hibah 124.389.159.861
Jumlah Pendapatan 9.223.130.118.57
5 BELANJA
5.1 BELANJA OPERASI 5.532.311.259.558
5.1.01 Belanja Pegawai 3.095.610.974.093
5.1.02 Belanja Barang dan Jasa 2.110.433.851.161
5.1.03 Belanja Bunga 2.049.717.476
5.1.05 Belanja Hibah 319.974.716.828
5.1.06 Belanja Bantuan Sosial 4.242.000.000
5.2 BELANJA MODAL 1.673.395.114.550
5.2.01 Belanja Modal Tanah 475.000.000
5.2.02 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 356.564.724.117
5.2.03 Belanja Modal Gedung dan Bangunan 561.922.426.817
5.2.04 Belanja Modal Jalan, Jaringan, dan Irigasi 703.451.548.320
5.2.05 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya 50.681.415.296
5.2.06 Belanja Modal Aset Lainnya 300.000.000
5.3 BELANJA TIDAK TERDUGA 80.000.000.000
5.4 BELANJA TRANSFER 1.823.575.631.356
5.4.01 Belanja Bagi Hasil 1.425.075.631.356
5.4.02 Belanja Bantuan Keuangan 398.500.000.000
Jumlah Belanja 9.109.282.005.464
Total Surplus/(Defisit) 113.848.113.106
6 PEMBIAYAAN
6.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN 73.676.104.829
6.1.01 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun 73.676.104.829
Sebelumnya
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 73.676.104.829
6.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN 187.524.217.935
6.2.02 Penyertaan Modal Daerah 52.500.000.000
6.2.03 Pembayaran Cicilan Pokok Utang yang Jatuh 135.024.217.935
Tempo
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 187.524.217.935
Pembiayaan Netto (113.848.113.106)
6.3 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Daerah Tahun 0
Berkenaan

Berdasarkan tabel diatas, Diketahui, berdasarkan data serapan APBD Makassar tahun
2022 per 10 November, realisasi belanja Pemkot Makassar baru 46,87 persen atau baru Rp
2,2 triliun dari pagu anggaran 4,6 triliun. Sementara realisasi pendapatan per 10 November
ialah Rp 2,9 triliun dari target sebesar Rp 3,9 triliun Sedangkan Tahun 2021 Rancangan
Peraturan daerah tentang APBD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Anggaran 2021
dengan target tiga pendapatan daerah ditetapkan sebesar Rp 10,44 triliun lebih, yang
bersumber dari komponen Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp 4,70 triliun lebih,
Pendapatan Transfer sebesar Rp 5,57 triliun Melalui analisis efektivitas dapat diketahui
seberapa besar realisasi pendapatan daerah terhadap target yang seharusnya dicapai pada
periode tertentu. Dengan adanya target realisasi pendapatan asli daerah dimaksudkan agar
mendorong kinerja pemerintah daerah dalam mencapai penerimaan daerah yang tinggi.
Untuk target pendapatan daerah setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan,
sedangkan untuk tingkat realisasi atas pendapatan juga cenderung mengalami peningkatan.
Dengan meningkatnya rasio efektivitas atas pendapatan daerah, menunjukkan bahwa kinerja
dari pendapatan daerah mengalami peningkatan pada Pemerintah Kota Makassar.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Kinerja Pemerintah Daerah Kota Makassar
cukup efektif dalam mengelola pendapatan asli daerahnya karena nilai rasio efektivitas
menunjukkan 80% - 90% yang termasuk kriteria cukup efektif. Semakin tinggi rasio
efektivitas menggambarkan kemampuan daerah yang semakin efektif.
Adapun faktor yang menyebabkan Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Makassar cukup
Efektif dilihat dari Rasio Efektivitas Keuangan Daerah 41 disebabkan karena pendapatan
daerah masih dibawah dari yang dianggarkan sebelumnya. Dengan menurunnya rasio ini
juga menunjukkan Pemerintah Kota Makassar dapat dikatakan memiliki kinerja keuangan
yang cukup efektif dalam meningkatkan pendapatan daerah. Dari data yang dimiliki ternyata
upaya untuk menghasilan pendapatan cukup sesuai target. Hal ini disebabkan belum
maksimalnya penerimaan yang dihasilkan dari pendapatan dan belanja.

C. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Menurut Halim Pendapatan dan Belanja Daerah dapat didefinisikan sebagai rencana
operasional keuangan Pemda, dimana pada suatu pihak menggambarkan perkiraan
pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek
daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain menggambarkan perkiraan
dan sumber sumber penerimaan daerah guna mentutupi pengeluaran-pengeluaran yang
di maksud
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 32 Tahun 2008, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Tahun Anggaran APBD
meliputi masa satu tahun, mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember.Didasarkan pada Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 yang telah diperbaharui
dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, sehingga struktur APBD-nya menjadi
sebagai berikut:
1) Pendapatan Daerah
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), meliputi: Pajak Daerah, Retribusi Daerah,
Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang sah.
b. Dana Perimbangan, meliputi : Dana Bagi hasil, Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah antara lain hibah atau penerimaan
dari pemerintah propinsi dan penerimaan yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2) Belanja daerah terdiri atas
a. Belanja Tidak Langsung, meliputi ; Belanja Pegawai, Belanja Bunga,
Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bagi hasil
kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa, Belanja
Bantuan Keuangan kepada Propinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan
Desa serta Belanja Tidak Terduga.
b. Belanja Langsung, meliputi ;Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa
serta Belanja Modal.
3) Pembiayaan Daerah, terdiri atas Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran
Pembiayaan

D. Kinerja Keuangan Daerah Pemerintah Kota Makassar Yang diukur dengan Rasio Pertumbuhan
pada tahun 2018-2020
Kinerja keuangan daerah Pemerintah Kota Makassar jika dilihat dari rasio
pertumbuhan ditahun 2020-2021 mengalami penurunan tiap tahunnya, artinya
pendapatan daerah yang terjadi pada Kota Makassar yaitu pertumbuhan negatif karena
mengalami penurunan yang cukup drastis. Hal ini terjadi dikarenakan kurang
maksimalnya jumlah pendapatan yang diterima Pemerintah Kota Makassar. Perlu adanya
optimalisasi sektor PAD di Pemerintah Daerah Kota Makassar terdiri dari pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang
sah. Dimana sektor terbesar penyumbang PAD adalah pajak daerah dan retribusi daerah.
Inilah yang perlu diamati secara keseluruhan agar terciptanya pertumbuhan yang stabil
atau meningkat setiap tahunnya. Hal ini tidak luput dari proses kerjasama yang baik dari
pemerintah maupun dari masyarakat. keuangan daerah Pemerintah Kota Makassar jika
dilihat dari rasio aktivitas ditahun 2020-2021 untuk komponen belanja operasi berada
pada tingkat raata-rata 46,87 %. Sementara pada komponen belanja modal memiliki
rata-rata sebesar 3,9 triln. Angka ini menunjukkan bahwa rasio belanja operasi lebih
tinggi dari rasio belanja modal. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah Kota
Makassar lebih memprioritaskan alokasi dana yang lebih besar pada belanja operasi,
tingginya belanja operasi mengakibatkan semakin berkurangnya porsi alokasi belanja
modal dimana dana tersebut diperuntukkan bagi penyediaan sarana prasarana ekonomi
masyarakat maupun layanan public.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari Analisis Kinerja Keuangan Daerah Pemerintah Kota Makassar
berdasarkan penelitian yang diukur melalui rasio keuangan daerah adalah sebagai berikut :
1. Kinerja keuangan daerah Pemerintah Kota Makassar jika dilihat dari rasio
kemandirian cukup optimal dan pola hubungannya termasuk pola hubungan
partisipatif dimana tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan dari
pemerintah pusat mendekati mampu melaksanakan urusan otonom.
2. Efektivitas kinerja keuangan daerah Pemerintah Kota Makassar di tahun 2020-
2021 memiliki rata-rata 87,47% yang termasuk kedalam kategori kurang efektif
karena masih berada dibawah 100% yaitu diantara 46,87 % yang
menggambarkan pemerintah daerah kurang efektif dalam mengoptimalkan
pencapaian target-targetnya dengan potensi riil yang sudah ditetapkan.
3. Pemerintah Kota Makassar dikategorikan tidak efisien dengan rata-rata rasio
sebesar 214,01% yang mana masih berada dalam skala interval > 100%. Hal ini
disebabkan karena realisasi belanja daerah lebih besar daripada realisasi
pendapatannya sehingga dikategorikan tidak efisien.
4. Pemerintah Kota Makassar dalam menggunakan dananya masih belum berimbang,
karena sebagian besar APBD masih digunakan untuk belanja operasional dengan rata-
rata sebesar 77,1% sedangkan untuk belanja modal hanya memiliki rata-rata 21,42%
5. Pertumbuhan pendapatan Pemerintah Kota Makassar dari Tahun 2020-2021
bernilai negatif karena cenderung mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena
kurang maksimalnya jumlah pendapatan yang diterima pemerintah Kota
Makassar.
B. SARAN
Berdasarkan hasi penelitian yang dilakukan. Adapun saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya Pemerintah Kota Makassar lebih mengoptimalkan
pencapaian target-targetnya agar efektivitas kinerja keuangan daerah
dapat berjalan efektif. Dan juga sebaiknya realisasi PAD sebisa mungkin
untuk dapat ditingkatkan tiap tahunnya.
2. Sebaiknya Pemerintah Kota Makassar lebih proporsional di dalam
mengalokasikan belanjanya dengan mengurangi belanja operasional
dan meningkatkan belanja modal.
3. Bagi peniliti selanjutnya diharapkan untuk lebih rinci lagi dalam
menganalisa kinerja keuangan pemerintah daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdi A, M. (2021).Pengaruh Kinerja Keuangan Sebagai Dasar Pengambilan
Keputusan di Bidang Keuangan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang
Kabupaten Pinrang.Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 4(1), 6.
Bastian, I. (2019). Lingkup Akuntansi Sektor Publik. Lingkup Akuntansi Sektor
Publik.
Biduri, S. (2018). Buku Ajar: Akuntansi Sektor Publik.
Fahmi, Irham. 2012. Analisis Kinerja Keuangan. Alfabeta. Bandung.
Hidayat Wahyu, W. (2018).Dasar-dasar Analisa Laporan Keuangan.Uwais
Inspirasi Indonesi
Maisyuri, M. (2017).Analisis Kinerja Keuangan Daerah Pemerintah Kota Lhokseumawe. Jurnal
Visioner & Strategis, 6(1)

Anda mungkin juga menyukai