Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PADA PEMERINTAH

DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2020 – 2022

Muhammad Ardiansyah Yuniarto¹, Rayendra Ibnu Hawari², Hishna Barron Savero³, Julianosa
Ivansyah⁴
Universitas Negeri Tidar Magelang
Alamat: JL.Kapten Suparman No. 39, Potrobangsan, Kec. Magelang Utara, Kota Magelang, Jawa
Tengah 56116
Email : muhammad.ardiansah.yuniarto@students.untidar.ac.id
rayendra.ibnu.hawari@students.untidar.ac.id
hishna.barron.savero@students.untidar.ac.id
julianosa.ivansyah@students.untidar.ac.id

Abstrak
APBD adalah anggaran tahunan pemerintah daerah yang mencakup gaji, penggunaan dan dana untuk
membantu upaya perbaikan yang didukung oleh Pertemuan Delegasi Negara Setempat. Tahun
rencana belanja APBD mencakup jangka waktu satu tahun, terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai
dengan tanggal 31 Desember. Maksud pendalaman ini adalah untuk menentukan pameran moneter
APBD Rezim Wonosobo. Strategi yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah penyelidikan
mencerahkan dengan metodologi subjektif. Instrumen cerdas yang digunakan adalah proporsi
moneter. Berdasarkan analisis kinerja anggaran keuangan pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Wonosobo tahun 2020-2022, dapat disimpulkan bahwa pemerintah daerah masih sangat bergantung
pada bantuan dari pusat dan provinsi, namun mampu efektif dalam merealisasikan pendapatan asli
daerah. Selain itu, pemerintah daerah semakin efektif dalam mengalokasikan dana untuk belanja
pembangunan. Analisis rasio keuangan, seperti rasio keserasian dan rasio kemandirian, memberikan
informasi penting terkait dengan efisiensi pengelolaan keuangan daerah.

Abstract
The APBD is the local government's annual budget which includes salaries, expenditure and funds to
assist improvement efforts supported by the Local State Delegation Meeting. The APBD spending
plan year covers a period of one year, starting from January 1 to December 31. The purpose of this
in-depth study is to determine the monetary exhibition of the Wonosobo Regime APBD. The strategy
used in this examination is an enlightening investigation with a subjective methodology. The smart
instrument used is monetary proportion. Based on an analysis of the financial budget performance of
the Wonosobo Regency Regional Government for 2020-2022, it can be concluded that the regional
government is still very dependent on assistance from the center and province, but is able to be
effective in realizing local original income. In addition, local governments are becoming more
effective in allocating funds for development spending. Analysis of financial ratios, such as the

1 |ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2020 – 2022
harmony ratio and independence ratio, provides important information related to the efficiency of
regional financial management.
A. LATAR BELAKANG

Salah satu dampak positif kemandirian daerah adalah penyesuaian kerangka


kewenangan publik dari kerangka terpusat menjadi kerangka desentralisasi. Kekuasaan dan
kewajiban provinsi dalam menyelesaikan kepentingan daerah bergantung pada standar
transparansi, dukungan dan kewajiban. Pemberian kekuasaan berarti memberikan kekuasaan
dan kesempatan kepada daerah untuk secara idealnya mengawasi dan menggunakan aset
provinsi. Penekanan independensi ada pada tingkat Rezim/Kota, namun pada hakikatnya
kebebasan harus dimulai dari tingkat otoritas publik yang paling minimal, khususnya kota.
Untuk melaksanakan kemandirian wilayah, tentu saja kota memerlukan kemampuan dan
kemampuan untuk mencari sumber daya keuangannya sendiri dan didukung oleh bantuan
keuangan dari tingkat pusat dan provinsi.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Keserasian Moneter antara Pemerintahan Pusat dan Negara Provinsi. Seperti yang
ditunjukkan oleh Anita dkk., desentralisasi dan keselarasan moneter antara lembaga legislatif
daerah dan daerah dapat meningkatkan pendapatan pemerintah daerah dan mengambil
keputusan yang sebenarnya ingin meningkatkan pembangunan keuangan provinsi. Secara
keseluruhan, pemerintahan teritorial diberikan kepercayaan untuk mengawasi sejumlah besar
dana dalam melakukan perbaikan di daerah (Anita, Mohammad, dan Hamzah, 2014).
Terbitnya Peraturan Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Nomor 33 Tahun 2004 tentunya
mempunyai kaitan yang erat karena dengan adanya pertukaran kekuasaan dari pemerintah
fokus ke daerah harus dibarengi dengan penyerahan dana yang dibagi oleh pemerintah fokus
dengan daerah. mengolah dana daerah (Rahayu, 2016), Pasal 84 menyatakan bahwa Dengan
asumsi APBD dinilai kekurangan, tidak diselesaikan seluruhnya untuk menutupi kekurangan
yang dapat diperoleh dari Kelebihan Perhitungan Rencana Keuangan (SiLPA) tahun
sebelumnya. Dalam Pedoman Urusan Rumah Tangga Nomor 13 Tahun 2006 tentang Tata
Tertib Penyelenggaraan Moneter Provinsi, Pasal 137 menyebutkan bahwa kelebihan sisa
perhitungan rencana belanja tahun sebelumnya merupakan penunjang pendapatan yang
digunakan untuk menutup kekurangan rencana belanja, dengan asumsi gaji riil lebih kecil
dibandingkan penggunaan yang sebenarnya. Menurut Sudarsana dalam Djuniar, konsumsi
modal yang besar merupakan dampak dari banyaknya pembangunan pondasi dan perkantoran.
Jadi semakin besar kemajuan yang dicapai maka akan semakin berkembang pula
pemerintahan di daerah sehingga pelaksanaan di tingkat provinsi akan semakin baik.
Konsumsi modal digunakan untuk membayar perolehan sumber daya dan menambah nilai
sumber daya tetap/tidak ditetapkan oleh otoritas publik (Djuniar dan Zuraida, 2018).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen strategi


pemerintah provinsi yang disusun dengan memperhatikan pengaturan peraturan dan pedoman
yang terkait. Selain itu, APBD juga menjadi sarana bagi mitra tertentu untuk melihat dan
memahami kemampuan teritorialnya baik dalam hal upah maupun konsumsi. Soal gaji
provinsi, perbaikan APBD bisa dijadikan alasan untuk persiapan sementara. Perbedaan yang
cukup besar antara rencana belanja berbayar dan rencana belanja konsumsi menyebabkan
kelebihan atau kekurangan APBD. Kelebihan anggaran terjadi ketika anggaran belanja
melebihi anggaran konsumsi. Untuk sementara, kekurangan rencana keuangan terjadi ketika
rencana pengeluaran gaji tidak persis sama dengan rencana keuangan konsumsi.

2 |ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2020 – 2022
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan pengaturan kebijakan
tahunan yang dimulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Rencana
belanja tersebut terdiri dari gaji daerah, konsumsi daerah yang tidak seluruhnya ditetapkan
oleh pemerintah daerah dan badan permusyawaratan kota (BPD).

Menganalisis rasio keuangan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yang telah
disusun dan dilakukan merupakan salah satu pendekatan lain untuk membedah kinerja
keuangan pemerintah daerah dalam melakukan pengendalian dana terhadap daerahnya. Rasio
adalah perkiraan tertentu yang digunakan dalam pemeriksaan dalam menganalisis keuangan.
Pemanfaatan pemeriksaan dengan menggunakan analisis rasio laporan keuangan untuk
memeriksa keuangan secara luas telah banyak diterapkan oleh lembaga organisasi yang
besifat komersial. Berdasarkan informasi yang didapat dari data Kabupaten Wonosobo,
Pemerintahan Wonosobo memiliki APBD yang pada tahun 2020 sebesar Rp.
1.935.748.155.714,00, tahun 2021 sebesar 1.898.206.473.829,00, sedangkan tahun 2022
APBD sebesar 1.934.230.518.694.

Untuk menjaga kualitas dan kredibilitas suatu laporan keuangan, maka tindakan
pemeriksaan ini memerlukan prosedur atau teknik khusus yang tepat sehingga tindakan
penyelidikan ini dapat bermanfaat bagi para pemangku kebijakan dan pengambil keputusan
(Alhajjriana et al., 2017; Ningtyas dan Widyawati, 2015). Ada beberapa teknik analisis untuk
membedah atau menganalisis laporan keuangan. Dalam menganalisis rasio keuangan dapat
digunakan untuk menginterprestasikan perkembangan kinerja anggaran keuangan dari tahun
ke tahun yang diantaranya terdapat beberapa rasio yaitu :

1. Rasio Kemandirian

Rasio Kemandirian adalah indikator yang digunakan untuk menggambarkan


kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan,
pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan
retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio Kemandirian
keuangan daerah dapat diformulasikan sebagai berikut:

Rasio Kemandirian = Pendapatan asli daerah x 100%

Total pendapatan
Semakin tinggi jumlah perbandingan pada Rasio Kemandirian setiap tahunnya maka semakin
membuktikan bahwa pemerintah kabupaten Wonosobo memiliki pengelolaan keuangan yang
mandiri. Dalam menentukan kemandirian pada suatu laporan keungan dapat dilihat dari table
berikut.
Tabel 1. Perbandingan Kemandirian Keuangan Daerah
Kemandirian keuangan Kemandirian (%) Pola hubungan
Rendah Sekali 0%-25% Instruktif
Rendah 25%-50% Konsultatif
Sedang 50%-75% Partisipatif
Tinggi 75%-100% Delegatif
3 |ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2020 – 2022
2. Rasio Efektivitas PAD

Rasio efektivitas PAD menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam


merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target
yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.

Rasio ini dapat dihitung dengan membandingkan pendapatan asli daerah (PAD)
yang direalisasikan dengan target yang telah ditetapkan. Tingkat efektivitas PAD
yang tinggi menunjukkan bahwa pemerintah daerah mampu merealisasikan
pendapatan asli daerah yang direncanakan dengan baik

Analisis rasio efektivitas PAD dapat membantu dalam mengevaluasi kinerja


keuangan pemerintah daerah. Rasio ini dapat digunakan untuk membandingkan
kinerja keuangan antara pemerintah daerah yang satu dengan yang lainnya. Selain itu,
rasio efektivitas PAD juga dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan suatu
pemerintah daerah dalam memobilisasi penerimaan PAD.

Berikut ini merupakan rumus dan tabel yang ada pada Rasio Efektifitas PAD tersebut
ialah sebagai berikut :

Rasio Efektivitas Pendapatan = Realisasi Penerimaan PAD X 100%


Anggaran Penerimaan PAD

Tabel 2. Kriteria Efektivitas

Kriteria Efektivitas Persentase Efektivitas


Sangat Efektif >100%
Efektif 100%
Cukup Efektif 90-99%
Kurang Efektif 75-89%
Tidak Efektif <75%

3. Rasio Keserasian

Rasio Keserasian adalah rasio yang menggambarkan bagaimana pemerintah


daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja aparatur daerah dengan
melakukan perbandingan antara Realisasi Total Belanja Operasi dan Total Belanja.
Rasio ini memberikan gambaran tentang sejauh mana pemerintah daerah mampu
mengalokasikan dananya secara efisien untuk membiayai belanja aparatur daerah dan
belanja daerah lainnya.

4 |ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2020 – 2022
Dalam konteks analisis kinerja keuangan pemerintah daerah, rasio keserasian
dapat memberikan informasi yang penting terkait dengan efisiensi pengelolaan
keuangan daerah. Rasio ini dapat membantu dalam mengevaluasi sejauh mana alokasi
dana pemerintah daerah sesuai dengan prioritas pengeluaran yang telah ditetapkan.

Rasio Keserasian ini dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut.

Rasio Belanja Modal = Realisasi Total Belanja Modal x 100%


Total Belanja

Rasio belanja modal dapat diartikan sebagai berikut merupakan Rasio Belanja
Modal merupakan perbandingan antara total realisasi belanja modal dengan total
belanja daerah. Belanja modal mencakup belanja tanah, belanja peralatan dan mesin,
belanja gedung dan bangunan, dan belanja aset tetap lainnya. Rasio ini memberikan
informasi tentang persentase belanja modal dalam total belanja daerah dan
menggambarkan kinerja keuangan pemerintah daerah dalam mengalokasikan dan
mengelola belanja modal secara efisien.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode


deskriptif - kualitatif sesuai untuk penelitian yang akan dilakukan ini, di mana peneliti
berusaha untuk mendeskripsikan hasil analisis rasio keuangan Pemerintah daerah Kabupaten
Wonosobo. Sampel atau data yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Wonosobo dan Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) yang dimana data tersebut dapat diperoleh dari PEMKAB Wonosobo
dengan tahun anggaran pada tahun 2020 – 2022.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan data sekunder yang dapat diperoleh dari, buku,
internet, jurnal maupun artikel yang dapat membantu peneliti dalam melengkapi proses dalam
penelitian yang tersebut.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Rasio Kemandirian

Rasio Kemandirian adalah rasio yang menggambarkan kemampuan pemerintah


daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan
kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan
yang diperlukan daerah. Rasio ini dapat dihitung dengan membandingkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dengan Total Pendapatan pada pemerinta kabupaten Wonosbo pada
rumus sebagai berikut :

Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah. x 100%


Total Pendapatan

5 |ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2020 – 2022
Rasio Kemandirian 2020 = 224.697.826.714,00 x 100% = 11,61%
1.935.748.155.714,00

Rasio Kemandirian 2021 = 236.403.478.344,00 x 100% = 12,45%


1.898.206.473.829,00

Rasio Kemandirian 2022 = 230.186.767.694,00 x 100% = 11,90%


1.934.230.518.694,00

Tabel 3. Analisis Rasio Kemandirian

Tahun PAD Wonosobo Bantuan Dari Pusat Presentase Nilai


dan Provinsi
2020 224.697.826.714,00 1.935.748.155.714,00 11,61% Rendah Sekali
2021 236.403.478.344,00 1.898.206.473.829,00 12,45% Rendah Sekali
2022 230.186.767.694,00 1.934.230.518.694,00 11,90% Rendah Sekali

Berdasarkan dari hasil tabel perhitungan Rasio Kemandirian PAD Kabupaten


Wonosobo masih sangat bergantung kepada bantuan dari pusat dan provinsi. Dalam tahun
2020 hingga tahun 2021 mengalami kenaikan, namun pada tahun berikutnya dari tahun
2021 hingga tahun 2022 adanya penurunan persentase pada tahun tersebut. Bantuan dari
pusat dan provinsi yang relative sangat besar membuat permasalahan pada kemandirian
bagi PAD pemerintah daerah Kabupaten Wonosobo. Dari tabel diatas menunjukkan
bantuan dari pusat dan provinsi kepada pemerintah Kabupaten Wonosobo sebesar Rp
224.697.826.714,00 pada tahun 2020 dan mengalami penurunan pada tahun 2021 dengan
sebesar Rp 236.403.478.344,00 dan pada tahun berlanjut pada tahun 2021 adanya
kenaikan pada bantuan dari pusat dan provinsi sebesar Rp 1.934.230.518.694,00. Jadi
pada nilai yang diperoleh dari analisis Rasio Kemandirian pada Kabupaten Wonosobo
ialah Rendah Sekali dengan sebesar 11,61% pada tahun 2020, pada tahun 2021 sebesar
12,45% dan pada tahun 2022 dengan sebesar 11,90%

Peningkatan dan penurunan rasio kemandirian keuangan pada Kabupaten Wonosobo


setiap tahun dapat terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan
pemerintah daerah tersebut. Berikut adalah beberapa faktor yang berkemungkinan dapat
mempengaruhi perubahan rasio kemandirian keuangan daerah pada Kabupaten
Wonosobo yaitu sebagai berikut :
1.) Adanya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2.) Perubahan Pengalaman dan Prioritas Pemerintah
3.) Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas Pengelolaan Keuangan
4.) Perubahan Kondisi Pasar Ekonomi
5.) Penggunaan Sumber Dana Eksternal

6 |ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2020 – 2022
Jadi dapat disimpulkan dari data Rasio Kemandirian tersebut bahwa pemerintah
daerah kabupaten Wonosobo masih adanya ketergantungan terhadap bantuan dari
pusat dan provinsi yang masih tinggi.

2. Rasio Efektivitas

Rasio efektivitas keuangan daerah menggambarkan kemampuan pemerintah daerah


dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang telah direncanakan
dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah Rasio ini
memberikan informasi tentang sejauh mana pemerintah daerah mampu mengelola
pendapatan asli daerah secara efektif.

Rasio efektivitas keuangan daerah memberikan gambaran tentang sejauh mana


pemerintah daerah mampu mengelola pendapatan asli daerah sesuai dengan target yang
telah ditetapkan. Penilaian efektivitas keuangan daerah dapat memberikan informasi yang
penting terkait dengan kinerja keuangan pemerintah daerah, dan dapat digunakan sebagai
dasar untuk pengambilan keputusan terkait dengan alokasi dana dan perencanaan
keuangan daerah.

Rasio Efektifitas Pendapatan = Realisasi Penerimaan PAD x 100%


Anggaran Penerimaan PAD

Rasio Efektifitas Pendapatan 2020 = 251.724.091.045,00 x 100% = 120,64%


208.649.963.773,00

Rasio Efektifitas Pendapatan 2021 = 339.745.535.241,00 x 100% = 142,71%


238.073.145.205,00

Rasio Efektifitas Pendapatan 2022 = 264.942.660.020,00 x 100% = 112,17%


236.196.772.997,00

Tabel 4. Analisis Rasio Efektivitas

Tahun Target Realisasi PAD Persentase Nilai


2020 208.649.963.773,00 251.724.091.045,00 120,64% Sangat Efektif
2021 238.073.145.205,00 339.745.535.241,00 142,71% Sangat Efektif
2022 236.196.772.997,00 264.942.660.020,00 112,17% Sangat Efektif

7 |ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2020 – 2022
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan nilai rasio efektivitas keuangan daerah
kabupaten Wonosobo lebih dari 100%, maka dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan
pemerintah daerah sangat efektif. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah mampu
merealisasikan pendapatan asli daerah (PAD) yang telah direncanakan dengan baik dan
efektif. Dalam konteks ini, pemerintah daerah dapat memanfaatkan dana yang tersedia
secara efektif untuk membiayai kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan
kepada masyarakat. Namun, perlu diingat bahwa nilai rasio efektivitas yang tinggi tidak
selalu menjamin kinerja keuangan yang baik secara keseluruhan.

3. Rasio Keserasian

Rasio keserasian adalah rasio keuangan yang menggambarkan bagaimana pemerintah


daerah memprioritaskan alokasi dana pada belanja aparatur daerah dan belanja
pembangunan. Rasio ini dapat dihitung dengan membandingkan Realisasi total belanja
rutin atau operasional dengan total anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) atau
total belanja daerah.

Rasio keserasian dapat memberikan informasi tentang sejauh mana pemerintah daerah
mampu mengalokasikan dana yang tersedia secara efektif untuk membiayai kegiatan
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat. Rasio ini juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi kinerja keuangan pemerintah daerah dan membandingkan
kinerja keuangan antara daerah satu dengan yang lainnya.

Rasio Belanja Operasi = Realisasi Total Belanja Operasi x 100%


Total Belanja

Rasio Belanja Operasi 2020 = 1.270.343.179.324,00 x 100% = 61,81%


2.055.345.635.370,00

Rasio Belanja Operasi 2021 = 1.265.844.018.625,00 x 100% = 64,33%


1.967.746.230.449,00

Rasio Belanja Operasi 2022 = 1.307.527.310.750,00 x 100% = 65,48%


1.996.761.244.159,00

8 |ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2020 – 2022
Tabel 5. Analisis Rasio Keserasian

Tahun Realisasi Total Total Belanja Persentase Nilai


Belanja Operasi
2020 1.270.343.179.324,0 2.055.345.635.370,00 61,81% -
0
2021 1.265.844.018.625,0 1.967.746.230.449,00 64,33% -
0
2022 1.307.527.310.750,0 1.996.761.244.159,00 65,48% -
0

Berdasarkan pada tabel diatas, nilai rasio keserasian pada pemerintahan daerah
Kabupaten Wonosobo terus meningkat pada setiap tahunnya, maka dapat diartikan bahwa
pemerintah daerah tersebut semakin efektif dalam mengalokasikan dana yang tersedia
untuk membiayai kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada
masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah semakin mampu
memprioritaskan alokasi dana pada belanja pembangunan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan belanja rutin atau operasional.

9 |ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2020 – 2022
D. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis kinerja anggaran keuangan pada Pemerintah Daerah Kabupaten


Wonosobo tahun 2020-2022, dapat disimpulkan bahwa pemerintah daerah masih sangat
bergantung pada bantuan dari pusat dan provinsi, namun mampu efektif dalam merealisasikan
pendapatan asli daerah. Selain itu, pemerintah daerah semakin efektif dalam mengalokasikan dana
untuk belanja pembangunan. Analisis rasio keuangan, seperti rasio keserasian dan rasio
kemandirian, memberikan informasi penting terkait dengan efisiensi pengelolaan keuangan
daerah. Rasio keserasian membantu dalam mengevaluasi alokasi dana pemerintah daerah sesuai
dengan prioritas pengeluaran yang telah ditetapkan, sementara rasio kemandirian menggambarkan
kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan,
dan pelayanan kepada masyarakat. Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan terkait dengan alokasi dana dan perencanaan keuangan daerah.

Salah satu dampak positif kemandirian daerah adalah penyesuaian kerangka kewenangan
publik dari kerangka terpusat menjadi kerangka desentralisasi. mengolah dana daerah (Rahayu,
2016), Pasal 84 menyatakan bahwa Dengan asumsi APBD dinilai kekurangan, tidak diselesaikan
seluruhnya untuk menutupi kekurangan yang dapat diperoleh dari Kelebihan Perhitungan
Rencana Keuangan (SiLPA) tahun sebelumnya. Menurut Sudarsana dalam Djuniar, konsumsi
modal yang besar merupakan dampak dari banyaknya pembangunan pondasi dan perkantoran.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen strategi pemerintah
provinsi yang disusun dengan memperhatikan pengaturan peraturan dan pedoman yang terkait.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan pengaturan kebijakan tahunan
yang dimulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Menganalisis rasio
keuangan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yang telah disusun dan dilakukan merupakan
salah satu pendekatan lain untuk membedah kinerja keuangan pemerintah daerah dalam
melakukan pengendalian dana terhadap daerahnya. Rasio adalah perkiraan tertentu yang
digunakan dalam pemeriksaan dalam menganalisis keuangan. Untuk menjaga kualitas dan
kredibilitas suatu laporan keuangan, maka tindakan pemeriksaan ini memerlukan prosedur atau
teknik khusus yang tepat sehingga tindakan penyelidikan ini dapat bermanfaat bagi para
pemangku kebijakan dan pengambil keputusan (Alhajjriana et al., 2017; Ningtyas dan Widyawati,
2015). Rasio Kemandirian adalah indicator yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan
pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan
pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber
pendapatan yang diperlukan daerah. Semakin tinggi jumlah perbandingan pada Rasio
Kemandirian setiap tahunnya maka semakin membuktikan bahwa pemerintah kabupaten
Wonosobo memiliki pengelolaan keuangan yang mandiri. Tabel 1. Rasio ini dapat dihitung
dengan membandingkan pendapatan asli daerah (PAD) yang direalisasikan dengan target yang
telah ditetapkan. Analisis rasio efektivitas PAD dapat membantu dalam mengevaluasi kinerja
keuangan pemerintah daerah. Rasio ini dapat digunakan untuk membandingkan kinerja keuangan
10 |ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2020 – 2022
antara pemerintah daerah yang satu dengan yang lainnya. Tabel 2. Rasio Keserasian adalah rasio
yang menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada
belanja aparatur daerah dengan melakukan perbandingan antara Realisasi Total Belanja Operasi
dan Total Belanja. Dalam konteks analisis kinerja keuangan pemerintah daerah, rasio keserasian
dapat memberikan informasi yang penting terkait dengan efisiensi pengelolaan keuangan daerah.
Rasio belanja modal dapat diartikan sebagai berikut merupakan Rasio Belanja Modal merupakan
perbandingan antara total realisasi belanja modal dengan total belanja daerah. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Rasio Kemandirian adalah rasio
yang menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan
retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio Kemandirian = Pendapatan
Asli Daerah. x 100%. Tabel 3. Analisis Rasio Kemandirian. Berdasarkan dari hasil tabel
perhitungan Rasio Kemandirian PAD Kabupaten Wonosobo masih sangat bergantung kepada
bantuan dari pusat dan provinsi. Peningkatan dan penurunan rasio kemandirian keuangan pada
Kabupaten Wonosobo setiap tahun dapat terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi
kinerja keuangan pemerintah daerah tersebut. Jadi dapat disimpulkan dari data Rasio Kemandirian
tersebut bahwa pemerintah daerah kabupaten Wonosobo masih adanya ketergantungan terhadap
bantuan dari pusat dan provinsi yang masih tinggi. Rasio efektivitas keuangan daerah
memberikan gambaran tentang sejauh mana pemerintah daerah mampu mengelola pendapatan asli
daerah sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Tabel 4. Analisis Rasio Efektivitas.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan nilai rasio efektivitas keuangan daerah kabupaten
Wonosobo lebih dari 100%, maka dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah
sangat efektif. Rasio keserasian adalah rasio keuangan yang menggambarkan bagaimana
pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dana pada belanja aparatur daerah dan belanja
pembangunan. Rasio keserasian dapat memberikan informasi tentang sejauh mana pemerintah
daerah mampu mengalokasikan dana yang tersedia secara efektif untuk membiayai kegiatan
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat. Tabel 5. Analisis Rasio
Keserasian. Berdasarkan pada tabel diatas, nilai rasio keserasian pada pemerintahan daerah
Kabupaten Wonosobo terus meningkat pada setiap tahunnya, maka dapat diartikan bahwa
pemerintah daerah tersebut semakin efektif dalam mengalokasikan dana yang tersedia untuk
membiayai kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat.

11 |ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2020 – 2022
Daftar Pustaka

Hantono, L. I. (2020). AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK. Bandung: Media Sains Indonesia.


Miranda Dewi, A. P. (2022). Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo.
Jurnal Ekonomi Kreatif dan Manajemen Bisnis Digital, 9.

12 |ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2020 – 2022

Anda mungkin juga menyukai