OLEH :
NIM : 7183520018
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
Hal ini mengindikasikan bahwa Pendapatan Asli daerah (PAD) yang tinggi
menunjukkan kemandirian keuangan yang tinggi. Suatu daerah dikatakan
semakin mandiri apabila daerah tersebut tidak bergantung pada bantuan
pemerintah pusat. Semakin tinggi kontribusi PAD dan semakin tinggi kemampuan
daerah untuk membiayai dirinya sendiri, maka hal tersebut akan berdampak pada
kinerja keuangan yang positif. Kinerja keuangan yang positif dapat diartikan
sebagai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai kebutuhan pembangunan
daerah dan mendukung pelaksanaan otonomi pada daerah tersebut (Pambudi,
2008).
Tabel 1.1
Realisasi PAD Kabupaten/kota di Wilayah Tapanuli
2015-2020
(000 rupiah)
Kabupaten
2015 2016 2017 2018 2019 2020
/Kota
Tapanuli
65.224.735 71.758.982 72.710.309 76.660.083 88.441.123 87.469.318
Tengah
Tapanuli
82.861.214 94.783.155 162.441.906 105.656.763 120.736.498 348.417.723
Utara
Toba
30.986.265 54.391.304 54.840.824 52.298.961 68.042.531 49.852.010
Samosir
Humbang
35.237.806 42.096.842 85.598.357 92.735.854 73.757.932 67.937.695
Hasundutan
Samosir 34.298.410 39.268.200 72.228.748 47.440.830 60.497.451 60.373.806
Sibolga 60.486.786 68.537.903 103.672.204 81.245.734 69.311.245 79.539.316
Sumber : BPS Sumut
Wilayah tapanuli terdiri dari Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Toba
Samosir, Humbang hasundutan, Samosir, Sibolga, Nias, Nias Selatan, Dairi dan
Pakpak Barat dengan fokus daerah penelitian yaitu Tapanuli Tengah, Tapanuli
Utara, Toba Samosir, Humbang hasundutan, Samosir, dan Sibolga. Pada tabel 1.1
dapat dilihat bahwa Pendapatan Asli Daerah wilayah tapanuli pada tahun 2015 –
2020 rata-rata mengalami peningkatan, untuk kabupaten Tapanuli Tengah pada
tahun 2015 sekitar Rp 65.224.735 meningkat menjadi Rp 71.758.982 dan terus
meningkat ditahun berikutnya. Begitu juga ke lima kabupaten/kota lainya yang
juga terus mengalami peningkatan. Sedangkan untuk kabupaten/kota dengan
perolehan terendah dari ke 6 kabupaten/kota pada tahun 2015 adalah kabupaten
Toba Samosir. Pada tahun 2016-2020. Hal ini tentunya banyak upaya–upaya yang
dilakukan oleh pemerintah daerahnya dalam menggali sumber penerimaan.
Kenaikan pendapatan asli daerah ciri utama yang menunjukkan suatu daerah
otonom mampu berotonomi, karena daerah memiliki kemampuan untuk mengurus
rumah tangganya sendiri dengan mengandalkan kemampuan keuangan daerahnya
sendiri. Semakin banyak pendapatan yang dihasilkan daerah akan mampu
melaksanakan pembangunan di daerahnya masing-masing. Hal ini mencerminkan
masih tergantungnya pemerintah daerah terhadap bantuan dana dari pemerintah
pusat atau dalam pelaksanaan otonomi daerah tidak diiringi dengan mandirinya
keuangan suatu daerah tersebut. Oleh karena itu fenomena dalam penelitian ini
yaitu mengenai kemandirian keuangan daerah di wilayah Tapanuli.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap tahun selama periode 2013-
2016 pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara
mengalami kenaikan. Namun pendapatan asli daerah yang tidak diikuti
pertumbuhan ekonomi menyebabkan meningkatnya tingkat
pengangguran ,kemiskinan dan ketimpangan antar daerah. Peningkatan
pendapatan seharusnya menghasilkan kinerja pembangunan daerah yang semakin
baik, yang diukur dari pertumbuhan ekonomi. Kebijakan desentralisasi oleh
pemerintah pusat memiliki tujuan untuk mewujudkan kemandirian daerah dalam
pengelolaan rumah. Dengan adanya kebijakan desentralisasi, daerah mendapat
kesempatan untuk mengelola rumah tangganya sendiri untuk mencapai
kemandirian daerah. Dengan wewenang yang dimiliki, pemerintah daerah
diharapkan akan mampu mengembangkan seluruh potensi ekonomi yang ada di
setiap daerah karena pemerintah daerah dianggap lebih mengetahui kondisi serta
apa yang dibutuhkan daerah. Berdasarkan pandangan ini, pemerintah daerah
dipercaya bisa mengalokasikan dana kepada masing-masing sektor dalam
ekonomi secara lebih efektif dan efisien daripada pemerintah pusat
Desentralisasi fiskal adalah salah satu program kebijakan dengan
mempertimbangkan kondisi daerah, kekayaan SDA di daerah serta SDM yang
berada di daerah. Daerah yang memilliki sumber daya yang melimpah akan
mempunyai modal yang besar dalam mendorong pertumbuhan ekonominya,
sementara daerah yang memiliki sumber daya terbatas harus bisa memanfaatkan
sumber daya yang dimilikinya agar lebih efektif yang pada akhirnya hal ini
menyebabkan terjadinya ketimpangan baik pembangunan maupun hasilnya, yakni
pendapatan antar daerah. Ketimpangan antar daerah akan terus terjadi bahkan
meningkat apabila tidak adanya implikasi atau kebijakan dari pemerintah dalam
menurunkan ketimpangan tersebut, baik dari sisi fiskal maupun distribusi
pendapatan. Dalam hal ini, diperlukan campur tangan pemerintah dalam
memecahkan permasalahan. Pemerintah berusaha untuk menurunkan ketimpangan
pendapatan salah satunya dengan melalui penyelenggaraan desentralisasi fiskal
(Nurman, 2013). Merujuk pada penelitian Rosmeli (2010), diketahui bahwa
semenjak diimplementasikannya desentralisasi fiskal berdampak pada semakin
meluasnya ketimpangan antar wilayah di Indonesia bila dibandingkan dengan
sebelum diberlakukannya desentralisasi fiskal.
Sebagian peneliti berpendapat bahwa desentralisasi fiskal merupakan alat
yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi sektor publik serta mengurangi
kesenjangan antar daerah (Akai dan Sakata, 2005). Dengan adanya desentralisasi,
maka pemerintah daerah dapat menyediakan pelayanan publik sesuai dengan
kebutuhan masyarakat daerah secara efisien (Siburian, 2020). Hasil penelitian
Ezcurra & Pascual (2008) menemukan bahwa desentralisasi fiskal dapat
mengurangi ketimpangan pendapatan, hal ini sejalan dengan penelitian Tselios et
al., (2012) bahwa desentralisasi fiskal dapat menurunkan ketimpangan pendapatan
regional seiring meningkatnya pendapatan regional.
Berdasarkan studi-studi terdahulu, desentralisasi fiskal merupakan salah
satu kebijakan yang dapat mempengaruhi kemandirian keuangan daerah dan
efektivitas distribusi pendapatan sehingga akan lebih memeratakan pembangunan
sesuai dengan keinginan daerah dalam mengembangkan wilayah menurut potensi
masing-masing. Dengan demikian, dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui
hubungan antara desentralisasi fiskal terhadap kemandirian keuangan daerah dan
ketimpangan pendapatan di Wilayah Tapanuli.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peneliti Terdahulu
Berikut adalah penelitian terdahulu terkait Tingkat Kemandirian Keuangan
Daerah:
1. Neneng (2018)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PAD dan dana
Perimbangan terhadap kemandirian keuangan daerah pada pemerintahan
kota Tasikmalaya tahun 2006-2015. Metode yang digunakan metode
deskriptif dengan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa PAD secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kemandirian keuangan daerah. Jika PAD meningkat, maka tingkat
kemandirian keuangan daerah juga akan meningkat , dan sebaliknya. Dana
perimbangan secara parsial berpengaruh signifikan, Hal ini menunjukkan
dana perimbangan yang diterima lebih kecil dari PAD akan meningkatkan
kemandirian keuangan daerah, dan sebaliknya.
2. Afarahim (2013)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PAD dan Dana
perimbangan terhadap Kemandirian Keuangan Daerah di Kabupaten
Indragiri Universitas Sumatera Utara 21 Hilir periode 2005-2010. Hasil
penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh signifikan antara PAD
terhadap kemandirian Keuangan Daerah Indragiri Hilir. PAD memiliki
kontribusi yang sangat rendah dalam meningkatkan Kemandirian
Keuangan Daerah dan tidak terdapat pengaruh signifikan antara Dana
Perimbangan terhadap tingkat Kemandirian Keuangan daerah. Dana
Perimbangan juga memiliki kontribusi yang sangat rendah dalam
meningkatkan Kemandirian Keuangan Daerah.
3. Sultan dan Jamzani Sodik (2010)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketimpangan regional antar
kabupaten di DIY dan Jawa Tengah serta pengaruh penanaman modal asing dan
ekspor terhadap ketimpangan tersebut. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis dengan mengaplikasikan metode OLS (Ordinary Least Squared), dan
menggunakan data time series dalam kurun waktu 5 tahun (time series)mulai
tahun 2000-2004. Tahun 2000 dipilih sebagai tahun awal penelitian karena tahun
tersebut telah terjadi pemulihan (recovery) perekonomianIndonesia setelah
terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 - 1998. Sedangkan variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ketimpangan pendapatan
regional, pertumbuhan penanaman modal asing, pertumbuhan ekspor,
pertumbuhan PDRB. Model regresi dalam penelitian ini sebagai berikut: = + + +
+ ......................... (2.7)
Keterangan:
Y = Ketimpangan
β = Konstanta = Koefisien
i = Cross section (35 kabupaten/kota)
t = Time series (tahun 2000-2004)
X1= Pertumbuhan penanaman modal asing (FDI)
X2= Pertumbuhan eksport
X3= Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis ini dapat diperoleh bahwa: terdapat
ketimpangan pendapatan regional di DIY dan Jawa Tengah dalam tahun 2000
sampai dengan tahun 2004. Pertumbuhan penanaman modal asing mempunyai
pengaruh negatif dan signifikan terhadap ketimpangan pendapatan regional.
Pertumbuhan ekspor mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap
ketimpangan pendapatan regional. Pertumbuhan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap
ketimpangan pendapatan.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama Variabel Penelitian Hasil Penelitan
Tahun Judul Penelitian Independen Dependen
1. Afarahim Pengaruh Pendapatan Kemandirian Hasil penelitian
(2013) Pendapatan Asli Asli daerah Keuangan menunjukkan
Daerah dan dana dan Dana daerah bahwa tidak
Perimbangan perimbangan terdapat
terhadap pengaruh
kemandirian signifikan antara
keuangan daerah Pendapatan Asli
Daerah di Daerah terhadap
Kabupaten Kemandirian
Indragiri Hilir Keuangan
periode 2005- Daerah Indragiri
2010. Hilir. Dan Tidak
terdapat
pengaruh
signifikan antara
Dana
Perimbangan
terhadap
kemandirian
Keuangan
Daerah Indragiri
Hilir.
2. Neneng Pengaruh Pendapatan Kemandirian Pendapatan asli
(2018) Pendapatan Asli Asli Daerah, Keuangan daerah secara
Daerah dan dana Dana daerah parsial
Perimbangan Perimbangan berpengaruh
terhadap signifikan
kemandiria n terhadap
keuangan daerah kemandirian
(Studi kasus pada keuangan
pemerintah an daerah. Dana
kota Tasikmalay perimbangan
a tahun 2006- secara parsial
2015) berpengaruh
signifikan
terhadap
kemandirian
keuangan
daerah.
3. Sultan Analisis Ketimpa pertumbuhan Ketimpangan Terdapat
dan ngan Pendapatan penanaman pendapatan ketimpangan
pendapatan
Jamzani Regional di DIY- modal asing, regional regional di DIY
Sodik Jawa Tengah serta pertumbuhan dan Jawa
(2010) faktor-faktor yang ekspor, dan
Tengah pada
tahun 2000-
Mempengaruhi pertumbuhan 2004.
periode 2000- 2004 PDRB Pertumbuhan
penanaman
modal asing
mempunyai
pengaruh negatif
dan signifikan
terhadap
ketimpangan
pendapatan
regional.
Pertumbuhan
ekspor
mempunyai
pengaruh negatif
dan signifikan
terhadap
ketimpangan
pendapatan
regional.
Pertumbuhan
Produk
Domestik
Regional Bruto
(PDRB)
mempunyai
pengaruh negatif
dan signifikan
terhadap
ketimpangan
pendapatan
4. Ezcurra
&
Pascual
(2008)
5.
Akai dan
Sakata
(2005
6.
Rosmeli
(2010)
Kemandirian Keuangan
Daerah
Desentralisasi Fiskal
Ketimpangan
Pendapatan
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang
diperoleh atau dikumpulkan dan disatukan oleh studi studi sebelumnya. Biasanya
sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan arsip – arsip resmi.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk data Pendaapatan Asli
Darah dan realisasi APBD tahun 2015-2020.
Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini diperoleh melalui situs
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Republik Indonesia
(http://www.djpk.kemenkeu.go.id) untuk data realisasi APBD, dan situs resmi
Badan Pusat Statistik (https://www.bps.go.id) untuk data pertumbuhan ekonomi.
3.3.1 Populasi
Menurut Erlina (2011 : 81), ‟Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang
dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu yan
berkaitan dengan masalah penelitian‟. Populasi bisa berupa orang, benda, objek,
peristiwa atau apapun yang menjadi objek dari survei. Populasi penelitian ini adalah
Realisasi APBD dan Pendapatan Asli Daerah dari 5 Kabupaten dan 1 Kota yang ada di
wilayah Tapanuli untuk tahun 2015 – 2020.
3.3.2 Sampel
Menurut Erlina (2011 : 82), ‟Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk
memperkirakan karakteristik populasi‟‟. Metode pengambilan sampel dilakukan
purposive sampling yang dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan
kriteria tertentu. Adapun kriteria yang ditentukan oleh peneliti dalam pengambilan
sampel adalah sebagai berikut: