Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN DAN


KEMISKINAN

Syamsudin, Bayu Tri Cahya, Syahrina Nurmala Dewi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-mail: syamsudin_ums@yahoo.co.id

ABSTRACT

The Purpose of this research is to examine directly effect variables financial


performance on economic growth, to examine directly effect economic growth on
jpoverty and unemployment also to examine indirectly effect variables financial
performance on poverty and unemployment. The samples of study are region
expense and revenue budget in 2006 – 20011 at 7 municipal. The result of study with
regression indicate that variables finacial performance namely independently ratio,
directly have positive significantly effect on economic growth, while effectiveness
ratio and efficiency ratio directly have not significantly effect on economic growth.
At economic growth directly have positive significantly effect on unemployment and
also directly have positive significantly effect on poverty. To examine indirectly
among variables financial performance on unemployment and povery indicate
independently ratio, effectiveness ratio and efficiency ratio have significant effect on
unemployment and poverty, while effectiveness have not significant effect on
unemployment and poverty.

Keyword: financial performance, economic growth, poverty, unemployment

PENDAHULUAN Aspek Keuangan (Studi Empiris pada


Sejak dimulainya pelimpahan wewenang Wilayah Karesidenan Surakarta)”,
dan tanggung jawab dari pemerintah pusat menyebutkan bahwa kemandirian
kepada pemerintah daerah ( UU no 22 tahun
1999) dan pengaturan perimbangan keuangan
antara pusat dan daerah ( UU no 25 tahun
1999), atau lebih populer dengan Otonomi
Daerah, telah banyak studi empiris yang
telah dilakukan terkait dengan kinerja
pemerintah daerah terutama kinerja
anggaran/ keuangan.
Penelitian ini merupakan kajian kinerja
keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi,
pengangguran dan kemiskinan di Eks-
Karesidenan Surakarta 2005-2011. Sularmi
dan Agus Endro Suwarno (2006) dalam
penelitiannya yang berjudul “Analisis
Kinerja Pemerintah Daerah Dalam
Menghadapi Otonomi Daerah Ditinjau
1
pemerintah daerah disetiap kabupaten/kota di
Karesidenan Surakarta masih relative rendah
karena pemerintah daerah sangat tergantung
pada pemerintah pusat, sehingga dapat
dikatakan pemerintah daerah di Karesidenan
Surakarta dilihat dari segi keuangannya
belum berhasil untuk mencukupi kebutuhan
daerahnya sendiri. Hal ini terlihat dari hasil
perhitungan derajat desentralisasi fiskal,
dimana rasio PAD dan BHPBP baik secara
rata-rata maupun untuk setiap tahunnya
selama tiga tahun anggaran (2001-2003)
memiliki proporsi yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan rasio
sumbangan/subsidi pemerintah pusat.
Sebagaimana diketahui bahwa sruktur
pemerintahan yang baik pada umumnya
mampu melindungi dan melayani kebutuhan
masyarakat. Pada pemerintahan yang baik,
struktur pemerintah biasanya berdasarkan

2
DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber
Daya

sistem “check and balances”. Indikator berupa perbandingan antara komponen-


kesusksesan pada organisasi pemerintahan komponen yang terdapat pada anggaran.
tidak diukur dari saldo laba, tetapi dilihat dari Kajian kinerja keuangan dalam
mutu pelayanan dan efisiensi dari penelitian ini berupa rasio kemandirian, rasio
penggunaan dana yang tersedia. Maka, suatu efektifitas, dan rasio efisiensi. Ketiga rasio
daerah bisa kuat keuangannya karena tersebut dapat digunakan peneliti untuk
tergantung pada cara pengelolaan menguji secara langsung pengaruh kinerja
keuangannya. Di mana Pengelolaan keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi,
keuangan daerah sangat besar pengaruhnya menguji secara langsung pertumbuhan
terhadap nasib suatu daerah. ekonomi terhadap kemiskinan dan
Pengelolaan keuangan daerah yang pengangguran serta menguji secara tidak
dilakukan secara ekonomis, efisien, dan langsung pengaruh kinerja keuangan
efektif atau memenuhi value for money terhadap kemiskinan dan pengangguran.
serta partisipasi, transparansi, akuntabilitas
dan keadilan akan mendorong pertumbuhan
KAJIAN PUSTAKA
ekonomi yang selanjutnya mengurangi
jumlah pengangguran serta menurunkan 1. Kemandirian Pemerintah Daerah
tingkat kemiskinan. Untuk pengelolaan Pemerintah daerah dituntut untuk
daerah tidak hanya dibutuhkan sumber daya bisa lebih mandiri dalam mengelola
manusia, tetapi juga sumber daya ekonomi penerimaaan daerah yang ditujukan untuk
berupa keuangan yang dituangkan dalam proses restrukturisasi pembangunan daerah.
suatu anggaran pemerintah daerah. Otonomi daerah merupakan salah satu bentuk
dari program pemerintah yang dibuat dengan
Anggaran daerah atau Anggaran
tujuan agar dapat menyelesaikan
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
permasalahan daerah dalam
merupakan rencana keuangan tahunan
mengelolainformasi kedaerahan, membuat
pemerintah daerah yang disetujui dan
pemerintah daerah berada dalam posisi lebih
ditetapkan DPRD melalui peraturan daerah.
baik, untuk memobilisasi sumber daya secara
APBD merupakan instrumen kebijakan yang
mandiri serta untuk pencapaian tujuan
utama bagi pemerintah daerah. Anggaran
pembangunan daerah. Setelah suatu sistem
daerah menduduki posisi sentral dalam
pengelolaan keuangan terbentuk, perlu
upaya pengembangan kapabilitas, efisiensi,
disiapkan suatu alat untuk mengukur kinerja
dan efektifitas pemerintah daerah, dan
dan untuk mengendalikan pemerintahan agar
dipergunakan sebagai alat untuk menentukan
tidak terjadi : KKN (Korupsi, Kolusi dan
besarnya pendapatan, pengeluaran, dan
Nepotisme), tidak adanya kepastian hukum
pembiayaan, alat bantu pengambilan
dan stabilitas politik, dan ketidak jelasan arah
keputusan dan perencanaan pembangunan.
dan kebijakan pembangunan (Mardiasmo,
Anggaran daerah juga sebagai alat otoritas
2002).
pengeluaran di masa yang akan datang,
ukuran standar untuk evaluasi kinerja serta Menurut Halim (2001), gambaran
alat koordinasi bagi semua aktivitas di kemandirian daerah dalam berotonomi
berbagai unit kerja. Selain itu, anggaran dapat diketahui melalui seberapa besar
tersebut dapat digunakan sebagai instrumen kemampuan sumber daya keuangan untuk
kebijakan dan menduduki posisi sentral yang daerah tersebut agar mampu membangun
harus memuat kinerja keuangan, baik untuk daerahnya, dan untuk bersaing secara sehat
penilaian secara internal maupun keterkaitan dengan daerah lainnya dalam mencapai
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, otonomi yang sesungguhnya. Upaya nyata
mengurangi pengangguran dan menurunkan dalam mengukur tingkat kemandirian, yaitu
tingkat kemiskinan. Kinerja yang terkait dengan membandingkan besarnya realsiasi
dengan anggaran merupakan kinerja PAD dengan total pendapatan daerah.
keuangan
3
DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber
Daya

Pendapatan Asli Daerah 3. Efisiensi Pendapatan Asli Daerah


Tingkat
Kemandirian = Kinerja pemerintah daerah dalam
Total Penerimaan melakukan pemungutan pendapatan
Daerah dikategorikan efisien, apabila rasio yang
Tingkat kemandirian daerah tidak efektif.
menggambarkan tingkat partisipasi
masyarakat dalam membangun daerahnya.
Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam
membayar pajak dan retribusi daerah yang
merupakan komponen utama Pendapatan
Asli Daerah, berarti semakin tinggi tingkat
kemandirian. Semakin tingginya tingkat
kesadaran masyarakat dalam membayar
pajak dan retribusi daerah menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat yang
semakin tinggi pula. Rasio ini juga
menggambarkan ketergantungan pemerintah
daerah terhadap sumber dana eksternal.
Semakin tinggi rasio ini, maka tingkat
ketergantungan daerah terhadap pihak
eksternal semakin rendah, begitu pula
sebaliknya.

2. Efektifitas Pendapatan Asli Daerah


(PAD)
Pengertianefektifitasterkaitdenganderajat
keberhasilan suatu operasi pada sektor publik
sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif
jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh
besar terhadap kemampuan menyediakan
pelayanan masyarakat yang merupakan
sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Rasio efektifitas menggambarkan
kemampuan pemerintah daerah dalam
merealisasikan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang direncanakan dibandingkan
dengan target yang ditetapkan berdasarkan
potensi riil daerah. Semakin besar realisasi
penerimaan PAD dibanding target
penerimaan PAD, maka dapat dikatakan
semakin efektif, begitu pula sebaliknya.
Nilai efektifitas diperoleh dari perbandingan
sebagaimana tersebut diatas, diukur dengan
kriteria penilaian kinerja keuangan (Budiarto,
2007). Apabila persentase kinerja keuangan
di atas 100% dapat dikatakan sangat efektif,
90% - 100 % adalah efektif, 80% - 90%
adalah cukup efektif, 60% - 80% adalah
kurang efektif dan kurang dari 60% adalah

1
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran Dan

dicapai kurang dari 1(satu) atau dibawa


100%. Semakin kecil rasio ini, berarti
kinerja pemerintah semakin baik. Untuk itu
pemerintah daerah perlu menghitung secara
cermat, berapa besar biaya yang dikeluarkan
untuk merealisasikan seluruh pendapatan
yang diterima, sehingga dapat diketahui
apakah kegiatan pemungutan pendapatannya
tersebut efisien atau tidak. Hal itu perlu
dilakukan, karena keberhasilan Pemerintah
daerah dalam merealisasikan pendapatannya
sesuai target kurang memiliki arti, jika biaya
yang dikeluarkan untuk itu lebih besar dari
realisasi pendapatannya. Dalam hal ini,
asumsinya adalah pengeluaran yang
dibelanjakan sesuai dengan kebutuhannya,
dan memenuhi apa yang direncanakan.
Kegiatan pada sektor pelayanan
masyarakat, adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dengan baik, dengan pengorbanan
seminimal mungkin. Suatu kegiatan
dikerjakan secara efisien jika pelaksanaan
pekerjaan tersebut telah mencapai hasil
(output) dengan biaya (input) yang terendah,
atau, dengan biaya minimal diperoleh hasil
yang diinginkan. Rasio efisiensi adalah
rasio yang menggambarkan perbandingan
antara besarnya biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh pendapatan dengan
realisasi pendapatan yang diterima. Dengan
mengetahui hasil perbandingan antara
realisasi pengeluaran dan realisasi
penerimaan (dengan menggunakan ukuran
efisiensi tersebut), maka penilaian kinerja
keuangan dapat ditentukan (Budiarto, 2007).
Apabila kinerja keuangan diatas 100% ke
atas dapat dikatakan tidak efisien, 90% -
100% adalah kurang efisien, 80% - 90%
adalah cukup efisien, 60% - 80% adalah
efisien dan dibawah dari 60% adalah sangat
efisien.

4. Pertumbuhan Ekonomi,
Pengangguran dan Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi secara umum
dapat diartikan perkembangan kegiatan
dalam

1
DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber
Daya

perekonomian yang menyebabkan barang sebesar 2,5% diatas trendnya yang telah
dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat dicapai pada tahun tertentu, maka tingkat
bertambah dan kemakmuran masyarakat pengangguran akan turun sebesar 1%.
meningkat. Pertumbuhan ekonomi dapat Jadi 1%/2,5% = 0,4%. Apabila tingkat
juga diartikan sebagai kenaikan Gross pengangguran ingin diturunkan sebesar 2%,
Domestic Product (GDP) atau Gross maka pertumbuhan ekonomi haruslah dipacu
National Product (GNP) tanpa memandang agar bisa tumbuh sebesar 5% diatas ratarata..
apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih Ada beberapa indikator yang
kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk menyebabkan orang terperangkap
atau apakah perubahan struktur ekonomi kemiskinan, diantaranya perkembangan di
terjadi atau tidak (Arsyad, 1999). bidang sosial dan ekonomi antara lain
Menurut pendapat Sadono Sukirno pelayanan kesehatan, gizi, pengajaran,
(1994), pertumbuhan ekonomi adalah perumahan, konsumsi, transportasi dan jasa,
perkembangan kegiatan dalam perekonomian pertanian, industri dan perdagangan.
yang menyebabkan barang dan jasa yang Diluar hasil tersebut secara logis
diproduksikan dalam masyarakat bertambah Keterkaitan Antara Kinerja Keuangan Dengan
dan kemakmuran masyarakat meningkat. Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran,
Ukuran yang sering digunakan dalam dan Kemiskinan ketika Kemandirian dan
menghitung pertumbuhan ekonomi adalah pengelolaan secara ekonomis, efektif, dan
Produk Domestik Bruto (PDB). Pertumbuhan efisiensi suatu daerah atau wilayah akan
ekonomi menerangkan atau mengukur dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
prestasi dari perkembangan suatu daerah tersebut. Hal ini dikarenakan kurang
perekonomian. Dalam kegiatan ekonomi atau tidak adanya intervensi dalam hal
yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi kebijakan terkait dengan pengelolaan daerah
berarti perkembangan ekonomi fiskal yang tersebut. Di samping itu, aparatur daerah
terjadi di suatu negara, seperti pertambahan dapat secara inisiatif dan kreatif dalam
jumlah dan produksi barang industri,
mengelola daerah untuk mendorong
perkembangan infrastruktur, pertambahan
pertumbuhan daerah. Pertumbuhan ekonomi
jumlah sekolah, pertambahan produksi
daerah selanjutnya akan mengurangi tingkat
kegiatan ekonomi yang sudah ada, dan
pengangguran dan menurunkan tingkat
perkembangan lainnya. Todaro (1997) secara
kemiskinan pada daerah tersebut. Dari
spesifik menyebutkan ada tiga faktor atau
beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
komponen utama pertumbuhan ekonomi,
bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan
yaitu akumulasi modal, pertumbuhan
kemampuan suatu negara dalam
penduduk, dan hal-hal yang berhubungan
menyediakan kebutuhan akan barang dan
dengan kenaikan jumlah angkatan kerja
yang dianggap secara positif merangsang jasa kepada masyarakat dalam jumlah yang
pertumbuhan ekonomi. Pengertian banyak sehingga memungkinkan untuk
pengangguran adalah penduduk yang tidak kenaikan standar hidup yang mana
bekerja, tetapi sedang mencari pekerjaan berdampak pula bagi penurunan tingkat
atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru pengangguran dalam jangka panjang.
atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan
karena tidak mungkin mendapatkan 5. Penelitian Terdahulu
pekerjaan (discouraged workers) atau Riset yang pernah dilakukan oleh
penduduk yang tidak mencari pekerjaan Hamzah (2007), yaitu studi pada 29
karena sudah diterima bekerja atau Kabupaten dan 9 kota di Propinsi Jawa
mempunyai pekerjaan tetapi belum bekerja Timur menyebutkan bahwa, hasil pengujian
(Putong, 2003). secara langsung antara kinerja keuangan
terhadap pertumbuhan ekonomi
Penelitian Arthur Okun dalam Putong
menunjukkan bahwa, rasio kemandirian1,
(2003) mengatakan apabila GNP tumbuh
rasio kemandirian2,
1
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran Dan

dan rasio efisiensi, berpengaruh positif Penelitian ini mendukung pernyataan


secara signifikan terhadap pertumbuhan BAPENAS (2003) yang menegaskan bahwa
ekonomi, sedangkan rasio efektifitas tidak pertumbuhan PAD seharusnya sensitif
berpengaruh secara signifikan terhadap terhadap kenaikan pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan ekonomi. Untuk pengujian (Harianto dan Adi, 2007).
pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap Penelitian lain yang dilakukan oleh
pengangguran menunjukkan terdapat Priyo Hari Adi (2007) menyimpulkan bahwa
pengaruh positif, sedangkan pengaruh belanja pembangunan memberikan dampak
pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan yang positif dan signifikan terhadap PAD
terdapat pengaruh secara negatif. Pada maupun pertumbuhan ekonomi . Hasil
pengujian secara tidak langsung antara ini mendukung sintesa yang menyatakan
kinerja keuangan dengan pengangguran bahwa, pemberian otonomi yang lebih besar
dan kemiskinan menunjukkan rasio memberikan peluang bagi daerah untuk
kemandirian1, rasio kemandirian2, dan rasio mengalokasikan secara lebih efisien berbagai
efisiensi secara tidak langsung berpengaruh potensi lokal untuk kepentingan pelayanan
terhadap pengangguran dan kemiskinan publik (Mardiasmo, 2002).
melalui pertumbuhan ekonomi. Setiaji dan Hadi (2007) dengan judul
Sebelumnya Landiyanto (2005), “Peta Kemampuan Keuangan Daerah Sesudah
melakukan penelitian pada Pemerintahan Otonomi Daerah : Apakah Mengalami
Kota Surabaya (Pemkod Surabaya) Pergeseran? (Studi pada Kabupaten dan
menyimpulkan bahwa pemerintah kota Kota se Jawa-Bali)”. Hasil penelitian ini
Surabaya memiliki ketergantungan terdapat perbedaan Growth (pertumbuhan)
yang tinggi kepada pemerintah pusat, PAD yang signifikan antara sebelum dan
yang disebabkan oleh belum optimalnya sesudah otonomi daerah. Pertumbuhan
penerimaan PAD kota Surabaya. Pemkot PAD setelah otonomi secara empiris lebih
Surabaya perlu meningkatkan penerimaan tinggi (lebih baik) dibanding pertumbuhan
dari sumber daya daerah ( pajak dan retribusi PAD sebelum otonomi. Namun demikian,
) serta optimalisasi kinerja BUMD. Selain perbedaan ini tidak diikuti dengan
itu juga perlu diberi keleluasaan dalam kenaikan share (kontribusi) PAD terhadap
melakukan pinjaman untuk pembiyaan belanja. Kontribusi PAD terhadap belanja
pembangunan. Ketergantungan finansial justru lebih rendah dibanding kontribusi
pemerintah daerah juga dikemukan oleh Setu setelah otonomi.
Setyawan ketika mengukur kinerja Anggaran Tawangningrum (2009) melakukan
pemerintah kota Malang. penelitian dengan judul ”Analisis Kinerja
Haryanto (2007), dalam penelitian Keuangan Pemerintah Kabupaten Boyolali
mengenai Dampak Desentralisasi fiskal Tahun Anggaran 2005-2007”. Hasil dari
terhadap pertumbuhan Ekonomi dan penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja
Ketimpangan Pendapatan Antar Daerah di keuangan pemerintah daerah kabupaten
Indonesia menyebutkan dalam kesimpulan Boyolali belum dapat dikatakan baik. Hal ini
penelitiannya bahwa, desentralisasi fiskal dapat dilihat dari Rasio Kemandirian daerah
berdampak meningkatkan pertumbuhan yang masih rendah, karena ketergantungan
ekonomi relatif lebih tinggi di daerah pusat pada sumber pendapatan dari pihak ekstern
bisnis dan daerah yang kaya sumber daya yang masih cukup tinggi. Hal ini dikarenakan
alam, daripada daerah bukan pusat bisnis, sumber-sumber keuangan potensial negara
dan miskin sumber daya alam. Pendapatan adalah milik pemerintah pusat. Namun bila
Asli Daerah berpengaruh positif dan dilihat dari Rasio Efektifitas dan Efisiensi
signifikan terhadap perubahan Pendapatan kinerja pemerintah daerah Boyolali sudah
Per Kapita. berjalan efektif dan efisien.

2
DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber
Daya

Penelitian yang dilakukan oleh Ronald Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten/Kota


dan Sarmiyatiningsih (2010) dengantahun 2006-2011.
judul “Analisis Kinerja Keuangan dan Metode pengumpulan data adalah suatu
Pertumbuhan Ekonomi Sebelum dan cara yang digunakan untuk mendapatkan
Sesudah Diberlakukannya Otonomi Daerah informasi yang dibutuhkan yang kemudian
di Kabupaten Kulon Progo” Hasil dari dikumpulkan sebagai bahan penelitian. Data
penelitian ini menunjukkan bahwa sesudah LKPD yang dikumpulkan diperoleh dari
diberlakukannya Otonomi Daerah, rasio Laporan Hasil Pemeriksaan oleh BPK RI,
efisiensi belanja cenderung menurun, artinya melalui situs www.bpk.go.id dan situs-situs
Belanja Daerah cenderung efisien sehingga lain yang menyediakan informasi tersebut,
pertumbuhan ekonomi mengalami serta kunjungan langsung pada DPPKA
peningkatan meskipun dalam angka yang masing-masing kabupaten/kota Se-Soloraya
relatif kecil. Hal ini dimungkinkan karena Teknik pengambilan sampel dilakukan
dalm penelitian ini tidak mengidentifikasi secara judgement-sampling, dimana sampel
diambil berdasarkan kriteria yang telah
penyebab terjadinya varians dalam analisis
peneliti ditetapkan. Kriteria tersebut antara
efisiensi belanja sehingga ada kemungkinan
lain, (a) Laporan keuangan pemerintah
memang terjadi efisiensi yang tinggi. Akan daerah yang telah diaudit oleh BPK (Badan
tetapi dapat juga karena ada sebagian Pemeriksa Keuangan) dengan pendapat wajar
kegiatan yang tidak dilaksanakan atau dengan pengecualian atau wajar tanpa
dikarenakan penyusunan anggaran yang pengecualian
masih menggunakan sistem tradisional (b) Tersedia data-data yang dibutuhkan
sehingga terdapat kemungkinan penentuan dalam penelitian.
anggaran yang kurang tepat yang berakibat Pengukuran Variabel Penelitian, yaitu
pada hasil pengukuran kinerja menggunakan dengan variabel kinerja keuangan berupa
ukuran efisiensi belanja menjadi tinggi. rasio kemandirian, rasio efektifitas, dan rasio
efisiensi serta pertumbuhan ekonomi. (a)
METODOLOGI PENELITIAN Rasio Kemandirian. Merupakan
Penelitian ini menggunakan pendekatan perbandingan antara ketergantungan
kuantitatif. Dalam penelitian ini peneliti pendapatan asli daerah dengan pendapatan
menggunakan statistik deskriptif dan regresi daerah yang berasal dari sumber lain.
linier berganda untuk melakukan analisis Formula yang digunakan untuk mengukur
adalah sebagai berikut:
terhadap variabel-variabel penelitian. Pendapatan Asli Daerah
Penelitian ini merupakan penelitian empiris Tingkat
Kemandirian
=
yang dirancang untuk mengetahui pengaruh Total Penerimaan
kinerja keuangan (rasio kemandirian, rasio Daerah
efektifitas, dan rasio efisiensi) terhadap

pertumbuhan ekonomi dan pengaruh (b) Rasio Efektifitas. Menurut Widodo


tidak terhadap tingkat pengangguran dan (Halim, 2004:285) Rasio efektifitas PAD
kemiskinan. menggambarkan kemampuan pemerintah
Penelitian inimenggunakan data daerah dalam merealisasikan PAD yang
sekunder, yaitu informasi yang diperoleh dari direncanakan dibandingkan dengan target
pihak lain (Sekaran, 2006). Alasan yang ditetapkan berdasarkan potensi riil
penggunaan data sekunder dengan daerah. PAD efektif apabila rasio yang
dicapai minimal sebesar 100. Namun
pertimbangan bahwa data ini mempunyai
demikian, semakin besar rasio efektifitas
validitas data yang dijamin oleh pihak lain
menggambarkan kinerja pemerintah ynag
sehingga handal untuk digunakan dalam semakin baik. Formulanya adalah sebagai
penelitian. Data yang digunakan dalam berikut
penelitian ini diambil dari Laporan Keuangan
2
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran Dan

(e) Pengangguran. Tingkat pengangguran


Realisasi penerimaan dapat dihitung, yaitu dengan cara
Pendapatan Asli Daerah membandingkan jumlah pengangguran
Rasio =
Efektivitas Target Penerimaan PAD yang dengan jumlah angkatan kerja yang
ditetapkan berdasarkan dinyatakan dalam persen. Ketiadaan
potensi pendapatan menyebabkan penganggur harus
riil daerah mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya
(c) Rasio Efisiensi. Menurut mahmudi ( tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
2007: 152 ) rasio efisiensi belanja merupakan Pengangguran yang berkepanjangan juga
rasio yang menggambarkan perbandingan dapat menimbulkan efek psikologis yang
antara realisasi pengeluaran/belanja daerah buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
dengan anggaran belanja daerah. Semakin Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi
kecil rasio belanja maka semakin efisien, juga dapat menyebabkan kekacauan politik
begitu pula sebaliknya. Anggaran pemerintah keamanan dan sosial sehingga mengganggu
efisiensi jika rasionya kurang dari 100, dan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
sebaliknya. Formulanya adalah sebagai Akibat jangka panjang adalah menurunnya
berikut: GNP dan pendapatan per kapita suatu negara
(f) Kemiskinan. Mendefinisikan
Biaya yang dikeluarkan untuk kemiskinan berarti pula harus memahami
Rasio memungut PAD konsep yang ada terhadap makna ’makmur’.
Efisiensi = (Realisasi
Pengeluaran)
dikaitkan dengan apa yang pada umumnya
dimaknai sebagai miskin, baik individu
Realisasi Penerimaan PAD maupun keluarga dimana mereka tidak
(d) Pertumbuhan Ekonomi, untuk memiliki cukup sumber daya untuk
pertumbuhan ekonomi diukur pendapatan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Konsep ini
domestik regional bruto (PDRB) saat adalah dengan melakukan perbandingan
ini dikurangi dengan PDRB sebelumnya terhadap pendapatan, konsumsi, pendidikan
dibagi dengan PDRB saat ini. Pertumbuhan atau atribut lainnya dari ’si miskin’ dengan
ekonomi berguna untuk mengukur seberapa ambang batas yang telah didefinisikan dan
besar kemampuan pemerintah daerah dalam penelitian ini menitikberatkan pada
dalam mempertahankan dan meningkatkan dimensi moneter terhadap kondisi ‘sejahtera’,
keberhasilannya yang telah dicapai dari pendapatan dan konsumsi secara obyektif
periode ke periode berikutnya. Dalam dan kuantitatif
kegiatan ekonomi yang sebenarnya
pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan HASIL PENELITIAN DAN PEM-
ekonomi fiskal yang terjadi di suatu negara, BAHASAN
seperti pertambahan jumlah dan produksi 1. Statistik Deskriptif
barang industri, perkembangan infrastruktur, Dalam analisis deksriptif yang tersaji
pertambahan jumlah sekolah, pertambahan dalam tabel 1 menunjukkan bahwa rasio
produksi kegiatan ekonomi yang sudah ada, kemandirian memiliki mean sebesar
dan berbagai perkembangan lainnya. 8,3602 yang berarti pemerintah kota dan
pemerintah daerah di karisidenan Solo rara-
rata mempunyai kemampuan PAD sebesar
8,3% dari total penerimaan daerah.
Sementara
Laju Pertumbuhan GDPt - GDPt-1
Ekonomi = x100% itu unuk rasio efektivitas memiliki mean
GDPt-1 sebesar 105,4648 yang berarti bahwa rata-

2
DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber
Daya

rata kemampuan pemerintah daaerah dalam sangat efektif. Hal ini dikatrenakan
merealisasikan PAD yang direncanakan prosentase kinerja keuangan yang dicapai
dibandingkan target yang ditetapkan adalah diatas 100%, yaitu sebesar 105,46%.

Tabel 1. Statistik Deskriptif


N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
RASIO.KEMANDIRIAN 42 .06 17.59 8.2205 3.07852
RASIO.EFEKTIVITAS 42 76.90 124.50 105.4648 10.17009
RASIO.EFISIENSI 42 7.50 14.64 11.1738 1.75349
PERTUMBUHAN.EKO 42 1.73 6.53 4.8907 1.12759
KEMISKINAN 42 6.21 19.08 14.1336 3.42080
PENGANGGURAN 42 3.19 15.52 6.6555 2.89796

Dalam analisis deksriptif dalam tabel 1 2. Uji Asumsi Klasik


di atas menunjukkan bahwa rasio Uji normalitas menunjukkan bahwa
kemandirian memiliki mean sebesar 8,3602 besarnya nilai Kolmogorov Smirnov adalah
yang berarti pemerintah kota dan 0,309.Sehingga karena nilai signifikansinya
pemerintah daerah di karisidenan Solo rara- lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa
rata mempunyai kemampuan PAD sebesar data tersebut berdistribusi normal. Sedangkan
8,3% dari total penerimaan daerah. terkait hasil analisis menunjukkan bahwa
Sementara itu unuk rasio efektivitas memiliki nilai VIF semua variabel independendibawah
mean sebesar 105,4648 yang berarti bahwa nilai 10 dan tolerance value diatas 0,10.
rata-rata kemampuan pemerintah daaerah Sehingga dapat disimpulkan dari hasil diatas
dalam merealisasikan PAD yang maka tidak ada multikolinearitas antar
direncanakan dibandingkan target yang variabel independen dalam model regresi.
ditetapkan adalah sangat efektif. Hal ini Untuk heteroskedastisitas dalam penelitian
dikatrenakan prosentase kinerja keuangan ini dilakukan dengan uji Glejser. Dimana
yang dicapai diatas 100%, yaitu sebesar dalam uji ini meregresi nilai absolut residual
105,46%. dengan variabel independen. Dari hasil
Sedangkan untuk rasio efisiensi olah data yang dilakukan tidak ada satupun
memiliki mean sebesar 11,1738 yang berarti variabel yang secara signifikan secara
bahwa besarnya biaya yang dikeluarkan statistik mempengaruhi variabel dependen
untuk memperoleh pendapatan sebesar absolut. Hal tersebut kadang dari probabilitas
11,17% dari total realisasi pendapatan. signifikansinya diatas tingkat kepercayaan
Selanjutnya untuk nilai rata-rata 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi
pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 4,89. tidak mengandung adanya
Nilai minimum pertumbuhan ekonomi heteroskedastisitas. Begitu juga dengan uji
sebesar 1,73 dan nilai maksimumnya sebesar autokorelasi Dari hasil pengujian tampak
6,53. Dari pertumbuhan ekonomi tersebut bahwa nilai DW untuk persamaan model
menunjukkan bahwasanya terdapat hasil regersinya adalah sebesar 1,314. Nilai
yang cukup baik walaupun belum pada tersebut berdasarkan kriteria dari
tingkat yang memuaskan. Begitu juga dengan pernyataan Singgih Santoso angka D-W
tingkat pengganguran dan kemiskinan sebesar 1,314 terletak di antara -2 sampai 2
dimana masih juga belum menunjukkan pada berarti diindikasikan tidak ada autokorelasi.
tingkat yang baik.

2
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran Dan

3. Analisis Regresi
Dari hasil perhitungan data yang diperoleh secara studi empiris disajikan dalam tabel 2
berikut ini
Tabel 2. Hasil Analisis Regresi

Dari hasil olah data diketahui bahwa pinjaman dan bantuan pusat, maka semakin
kinerja keuangan yang diukur menggunakan mandiri daerah tersebut.
rasio kemandirian, rasio efektifitas, dan Dengan semakin mandiri daerah
rasio efisiensi mempengaruhi pertumbuhan tersebut, maka pertumbuhan ekonomi di
ekonomi sebesar 21,8 % sedangkan sisanya daerah tersebut dapat mengalami
dipengaruhi dari aspek lain. Dari hasil olah peningkatan. Hal ini dikarenakan daerah
data tersebut diketahui bahwa rasio tersebut mampu mengelola dengan
kemandirian beroengaruh positif terhadap ekonomis, efisien, dan efektif serta
pertumbuhan ekonomi pada tingkat kurangnya campur tangan kebijakan yang
signifikansi 1% dilakukan oleh pemerintah pusat.
Hasil analisis regresi di atas Selain itu Hasil analisis regresi juga
menunjukkan bahwa dari ketiga hipotesis menunjukkan bahwa rasio efektivitas dan
yang diajukan oleh peneliti hanya hipotesis efisiensi terbukti tidak berpengaruh terhadap
pertama yang diterima, dimana rasio pertumbuhan ekonomi pada pemerintah
mempunyai pengaruh yang signifikan kota/kabupaten di kawasan Solo Raya. Hal
terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan ini berarti hipotesis kedua dan ketiga yang
hipotesis pertama dan kedua ditolak, dimana peneliti ajukan ditolak.
rasio efektifitas dan rasio efisiensi tidak Pada rasio efektifitas tidak berpengaruh
mempunyai pengaruh yang signifikan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan perbedaan antara
Hasil analisis regresi menunjukkan realisasi penerimaan PAD dengan target
bahwa rasio kemadirian berpengaruh secara penerimaan PAD pada masing-masing
positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada daerah tidak terlalu signifikan atau kurang
pemerintah kota/kabupaten di kawasan memenuhi ekonomis, efisien, dan efektif
Solo Raya. Penelitian ini konsisten dengan (value for money). Dengan kurang adanya
penelitian yang dilakukan oleh Hamzah perbedaan yang signifikan tersebut, maka
(2008), studi pada 29 Kabupaten dan 9 kota kurang mendorong adanya pertumbuhan
di Propinsi Jawa Timur ekonomi di daerah tersebut.
Penelitian ini mendukung hipotesis Untuk rasio efisiensi tidak berpengaruh
yang diajukan. Hal ini dikarenakan semakin terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini
besar PAD yang diperoleh dari pajak dikarenakan realisasi belanja yang tidak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan cukup kecil daripada realisasi pendapatan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain- yang diterima atau adanya inefisiensi.
lain pendapatan yang sah serta semakin kecil Dengan adanya inefisiensi, maka sebgai
2
DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber
Daya

anggaran yang

2
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran Dan

dialokasin belum mampu yang mendorong pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap


pertumbuhan ekonom secara signifikan.
Sedangkan terkait dengan menunjukkan pengangguran dapat ditunjukkan pada tabel
hasil sebagai berikut Untuk hasil pengujian IV.7 sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Linear


Unstandardized Standardized
Mode Coefficients Coefficients T Sig.
l
B Std. Error Beta

(Constant) 1.970 1.891 1.042 .304


1
.958 .377 .373 2.541 .015
PERTUMBUH
AN.
EKONOMI
a. Dependent Variable: PENGANGGURAN

Hasil penelitian ini menunjukkan dikarenakan fungsi intermediasi perbankan


ada pengaruh signifikan yang positif dalam menyalurkan kredit kepada sektor
antara pertumbuuhan ekonomi dengan riil juga relatif kecil sehingga pertumbuhan
tingkat pengangguran. Hal ini dikarenakan sektor riil juga stagnan bahkan menurun.
pertumbuhan ekonomi hanya berdasarkan Efeknya, daya serap sektor riil terhadap jumlah
angka-angka makro saja, seperti tingkat pengangguran tidak berjalan sebagaimana
inflasi yang terkendali, nilai tukar rupiah mestinya. Ditambah lagi, akumulasi modal
yang stabil, Indeks Harga Saham Gabungan untuk pertumbuhan ekonomi bukan lebih
(HSG) yang menguat dan lain-lain, banyak dibelanjakan untuk belanja publik,
sedangkan pada sektor riil khususnya Usaha tetapi disimpan pada Sertifikat Bank Indonesia
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kurang (SBI) dan pertambahan jumlah penduduk
berkembang dan berdaya sehingga kurang khususnya angkatan kerja melebihi dari
atau tidak menyerap jumlah pengangguran. pertumbuhan ekonomi yang ada.
Selain itu, juga

Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Linear


Standardized
Unstandardized Coefficients
Mode Coefficients t Sig.
l
B
Std. Error Beta
(Constant) 8.590 2.232 3.849 .000
1 PERTUMBUHAN.
EKONOMI 1.134 .445 .374 2.548 .015
a. Dependent Variable: KEMISKINAN

Dengan mengacu pada tabel 4 di atas terhadap kemiskinan. Penelitian ini sesuai
dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi hipotesis yang diajukan. Dari hasil riset
berpengaruh positif secara signifkan pada menunjukkan bahwa meningkat laju
level 0,15 terhadap kemiskinan. Penelitian ini pertumbuhan ekonomi
sesuai hipotesis yang diajukan. Dengan
mengacu pada tabel 4 tersebut dapat dilihat
bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh
positif secara signifikan pada level 0,15
2
DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber
Daya

masih bertamabh pula tingkat


pengangguran. Dari data yang dimiliki
pemerintah daerah kota Surakarta dan
sekitarnya menunjukkan peningkatan
yang cukup baik, hal ini mungkin
disebabkan oelh melonjaknya konsumsi
pada kawasan solo raya dan minat
investasi yang kuat selama beberapa tahun
ini. Tetapi ternyata penignkatan
pendapatan tersebut tidak dirasakan oleh
para masyarkat miskin. Hal ini
dikarenakan pertumbuhan saat ini terjadi
di sector yang tidak menciptakan
lapangan

2
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran Dan

pekerjaan (sektor non‐tradable). Sektor dimana:


industry pengolahan terbelit banyakmasalah R2m = total keragaman data
,seperti infrastruktur, birokrasi perpajakan PE1 2 = nilai kuadrat residu pada
,dan korupsi.Adapun sector pertanian, pertumbuhan ekonomi
peternakan, kehutanan, dan perikanan PE2 2 = nilai kuadrat residu pada
terhambat masalah seputar perizinan dan pengangguran
penyediaan lahan. Hal‐hal itulah yang PE3 2 = nilai kuadrat residu pada kemiskinan
menyebabkan terjadinya penurunan
kontribusi. Besarnya R2m sebesar 42,4 % artinya
Selanjutnya terdapat dua indikator keragaman data yang dapat dijelaskan oleh
validitas model di dalam analisis jalur (path model tersebut adalah sebesar 42,4 % atau
analysis) yaitu koefisien determinan total dan dengan kata lain informasi yang terkandung
trimming theory. Untuk koefisien determinan dalam data 42,,4% dapat dijelaskan oleh
total merupakan total keragaman data yang model tersebut, sedangkan sisanya sebesar
dapat dijelaskan oleh model yang diukur 57,6 % dijelaskan oleh variabel lain yang
dengan: belum dimasukkan alam model penelitian.
Berdasarkan teori trimming, maka jalur-jalur
yang non signifikan dibuang sehingga
R2m = 1 - PE1.2 PE2.2 PE32
diperoleh model yang didukung oleh data
R2m = 1 – (0,864)2 (0,939)2(0,936)2
empirik. Adapun model dalam bentuk diagram
R2m = 1 – 0,746. 0.882. 0.876 jalur berdasarkan teori trimming adalah sebagai
R2m = 1 – 0,576 berikut:
R2m = 0,424 atau 42,4%

Berdasarkan model tersebut di atas ekonomi selanjutnya pertumbuhan ekonomi


menunjukkan pengaruh tidak langsung rasio berpengaruh positif juga terhadap
Kemandirian ke pengangguran melalui kemiskinan.
pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 0,572
X 0,373 = 0,2133 atau sebesar 21.33%. Hasil
ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
Ini menunjukkan bahwa rasio kemandirian
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
selanjutnya pertumbuhan ekonomi
berpengaruh positif pada pengangguran.
Pada pengaruh tidak langsung rasio
kemandirian1 ke kemiskinan melalui
pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 0,572
X 0,374 = 0.214 atau
21.4 %. Hasil ini sesuai hipotesis yang
diajukan. Ini menunjukkan rasio kemandirian
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

2
DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber
Daya

Pada pengaruh tidak langsung rasio


efektivitas ke pengangguran melalui
pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 0,124
X 0,373 = 0,046 atau sebesar 4,6%. Hasil
ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
Ini menunjukkan bahwa rasio kemandirian
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
selanjutnya pertumbuhan ekonomi
berpengaruh positif pada pengangguran. Pada
pengaruh tidak langsung rasio efektivitas ke
kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi
adalah sebesar 0,124 X 0,374 = 0,047
atau 4,7%. Hasil ini sesuai hipotesis yang
diajukan. Ini menunjukkan rasio efektivitas
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi selanjutnya pertumbuhan ekonomi
berpengaruh negatif terhadap kemiskinan.

2
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran Dan

Pada pengaruh tidak langsung Karesidenan Surakarta. Semakin besar PAD


rasio efisiensi ke pengangguran melalui yang diperoleh dari pajak daerah, retribusi
pertumbuhan ekonomi adalah sebesar daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
0,103 X 0,373 = 0,038 atau sebesar 3,8%. yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan
Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang yang sah serta semakin kecil pinjaman dan
diajukan. Ini menunjukkan bahwa rasio bantuan pusat, maka semakin mandiri daerah
efisiensi dapat meningkatkan pertumbuhan tersebut. Dengan semakin mandiri daerah
ekonomi, selanjutnya pertumbuhan ekonomi tersebut, maka pertumbuhan ekonomi di
berpengaruh positif pada pengangguran. daerah tersebut dapat mengalami
Pada pengaruh tidak langsung rasio efisiensipeningkatan.
ke kemiskinan melalui pertumbuhan (b) Fokus penelitian ini pada kinerja
ekonomi adalah sebesar 0,103 X 0,374 = keuangan yang diukur melalui rasio
0,039 atau 3,9%. Hasil ini sesuai hipotesis kemandiria, rasio efektifitas dan rasio
yang diajukan. Ini menunjukkan rasio efisiensi saja.
efisiensi berpengaruh positif terhadap Peneliti menyarankan bagi peneliti
pertumbuhan ekonomi selanjutnya selanjutnya untuk melakukan penelitian yang
pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif sejenis bisa memasukkan variabel-variabel
terhadap kemiskinan. lainnya,sepertikarakteristik pemerintah
daerah yang terdiri dari ukuran (size)
KESIMPULAN pemerintah daerah, kemakmuran (wealth),
Penelitian ini dapat dsimpulkan sebagai ukuran legislatif, leverage, dan
berikut. (a) Ratio kemandirian berpengaruh intergovermental revenue terhadap
positif terhadap pertumbuhan ekonomi Eks- pertumbuhan ekonomi yang dilakukan
dengan menggunakan model regresi
berganda

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Priyo Hari , 2007. Peta Kemampuan Keuangan Daerah Sesudah Otonomi Daerah:
Apakah Mengalami Pergeseran? (Studi Pada Kabupaten dan Kota se Jawa-Bali).
Simposium Nasional Akuntansi X.
Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi
Pertama. Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Bruijn, Hans De. 2002. Performance Measurement in The Public Sector: Strategies to Cope
With The Risk of Performance Measurement. Emerald Insight.
Budiarto, Bambang. 2007. Pengukuran Keberhasilan Pengelolaan Keuangan Daerah. Seminar
Ekonomi Daerah. Surabaya.
Budiarto, Bambang. 2007. Pemgukuran Keberhasilan Pengelolaan Keuangan Daerah.
Seminar Ekonomi Daerah. Surabaya.
Ghozali, Imam. 2006. Statistik Multivariat SPSS. Penerbit Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang.
Greiling, Dorothea. 2005. Performance measurement in the public sector: the German
experience. Emerald Research, Vol. 54: 551-567.
Halim, Abdul. 2001. Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit UPP Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN. Yogyakarta.
Hamzah, Ardi, 2008. Analisa Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi,

3
DAYA SAING Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber
Daya

Pengangguran, Dan Kemiskinan: Pendekatan Analisisjalur (Studi Pada 29 Kabupaten

3
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran Dan

Dan 9 Kota Di Propinsi Jawa Timur Periode 2001 – 2006). Jurnal Studi Ekonomi, Vol
III No. 1, Juni.
Harianto, David dan Priyo Hari Adi, 2007. Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja
Modal, Pendapatan Asli Daerah, dan Pendapatan Per Kapita. Simposium Nasional
Akuntansi X, Makassar.
Landiyanto, Erlangga Agustino, 2005. Kinerja Keuangan dan Strategi Pembangunan Kota di
Era Otonomi Daerah: Studi Kasus Kota Surabaya.Cures Working Paper, No. 05/01.
Mahmudi. 2007. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Nolan, James F, Moore, Adrian, dan Segal, Geoffrey. 2003. Putting out the trash: measuring
municipal service efficiency in U.S. cities. Working Paper Series. SSRN September
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business : Metodologi Penelitian untuk Bisnis.
Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat.
Todaro, MP. 1997. Economic Development. Sixth Edition. Published by New York University.
UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
UU No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Anda mungkin juga menyukai