ABSTRACT
This paper discusses the problems of public budgets, particularly in government
spending. The discussion will be more emphasized on aspects of government and discussed
about the issue of the effectiveness of public spending, especially in the case studies of
Magetan district. This paper used qualitative descriptive method. The collection of data
obtained through secondary data and analysis document. Data were analyzed with
interactive model, through data reduction, data presentation, and conclusion.Discussion of
the results shows that overall government spending and areas in Indonesia can not be said
to be healthy and in accordance with the needs of the community. Their dominance of
indirect expenditure in the form of personnel expenditure sector remains deeply embedded
in the budget. Both on the expenditure and the shopping area, both have similarities in
personnel expenditure dominance were very swollen. Besides government spending and
shopping area cannot provide the impact poverty reduction and improvement of people's
welfare.
Keywords: Public Expenditure, Government Budgets, APBD, APBN.
ABSTRAK
Tulisan ini membahas mengenai permasalahan anggaran publik, khususnya pada
pembelanjaan pemerintah. Pembahasan akan lebih dititik beratkan pada aspek belanja
negara/ belanja pemerintah dan dibahas mengenai permasalahan tentang efektivitas belanja
publik terutama dengan studi kasus di kabupaten Magetan. Tulisan ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Dimana pengumpulan data diperoleh melalui data sekunder
dan telaah dokumen. Data dianalisis dengan model interaktif, melalui reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa secara
keseluruhan belanja negara maupun belanja daerah di Indonesia belum dapat dikatakan
sehat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Adanya dominasi belanja tak langsung
yang berupa sektor belanja pegawai masih sangat melekat di anggaran belanja. Baik pada
belanja negara maupun pada belanja daerah, keduanya memiliki kesamaan dalam dominasi
belanja pegawai yang sangat membengkak. Selain itu belanja negara belum dapat
memberikan dampak pengurangan kemiskinan dan peningkatan kemakmuran rakyat.
Kata kunci: Belanja Publik, Anggaran Pemerintah, APBD.
31
NATAPRAJA Vol. 4 No. 1, Mei 2016
PENDAHULUAN
3
Neny Ayu Nourmanita – Belanja Publik (Expenditure
3
NATAPRAJA Vol. 4 No. 1, Mei 2016
3
Neny Ayu Nourmanita – Belanja Publik (Expenditure
3
NATAPRAJA Vol. 4 No. 1, Mei 2016
3
Neny Ayu Nourmanita – Belanja Publik (Expenditure
3
NATAPRAJA Vol. 4 No. 1, Mei 2016
anggaran 2009 hanya terserap 91,8 persen, daerahnya. Permasalahan tersebut antara
lalu menjadi 90,9 % pada 2010. Dua tahun lain disebabkan daya dukung infrastruktur
berikutnya, penyerapan anggaran berkisar untuk menopang perkembangan kegiatan
pada 87 %. Penyerapan anggaran yang ekonomi belum tersedia secara memadai
tidak optimal 100% baik pada tingkat di seluruh wilayah secara merata.
pusat maupun daerah menjadikan Pentingnya peran infrastruktur yang
penumpukan anggaran pada akhir tahun memadai dalam pencapaian sasaran
dan tidak terpakainya anggaran (idle pembangunan dapat terlihat dalam
cash). Hal ini menyebabkan terjadinya beberapa hal sebagai berikut. Infrastuktur,
penggunaan anggaran yang sia-sia yang khususnya jaringan transportasi antar
justru digunakan oleh pemerintah dalam daerah, akan meningkatkan keterkaitan
pengadaan program-program yang tak dan keterhubungan antar daerah di
terencana untuk menghabiskan anggaran Indonesia. Hal ini diharapkan mampu
yang terlanjur dibuat. Selain itu dapat menciptakan peluang dan kesempatan
diketahui pada simpanan yang dimiliki yang lebih besar bagi pengembangan
daerah pada bank-bank daerah maupun kegiatan ekonomi masyarakat serta
umum karena sisa anggaran yang tidak aktivitas produksi.
terpakai.
Peningkatan aktivitas ekonomi dan
Selama ini permasalahan yang produksi akan menciptakan kesempatan
banyak dikeluhkan masyarakat dan perlu dan peluang kerja, peningkatan
untuk mendapatkan perhatian pada saat ini pendapatan, perbaikan taraf hidup dan
adalah terkait ketersediaan infrastruktur peningkatan kesejahteraan masyarakat.
untuk mendorong kegiatan dan Infrastruktur yang mendukung perbaikan
pemerataan hasil-hasil pembangunan. Hal komunikasi dan transportasi antar wilayah
ini merupakan tantangan tersendiri bagi di Indonesia akan menciptakan peluang
upaya pemerintah untuk mewujudkan pasar yang lebih besar bagi dunia usaha.
pembangunan yang merata. Di samping itu, ketersediaan infrastruktur
Pemerataan masih dirasakan yang merata akan lebih memberikan
kegiatan pertumbuhan yang masih jaminan yang lebih baik bagi penyebaran
terpusat di daerah tertentu, sementara hasil-hasil pembangunan ke seluruh
daerah lain masih belum mampu wilayah dan masyarakat, khususnya bagi
mengoptimalkan potensi ekonomi masyarakat di wilayah-wilayah terluar dan
3
Neny Ayu Nourmanita – Belanja Publik (Expenditure
3
NATAPRAJA Vol. 4 No. 1, Mei 2016
Infrastruktur yang memadai juga dapat akan efektif apabila ditingkatkan besaran
mendorong peningkatan ekonomi di anggaran untuk peningkatan kemakmuran
daerah-daerah, mendekatkan komunikasi publik.
dan transportasi antar wilayah di
Indonesia yang berupa kepulauan. Kondisi Belanja Daerah: Studi Kasus di
Kabupaten Magetan
Cara terbaik untuk meningkatkan
Sama halnya dengan belanja negara,
kesejahteraan masyarakat atau hal yang
secara umum kondisi belanja daerah juga
seharusnya dilakukan pemerintah dengan
mengalami permasalahan. Permasalahan
kondisi belanja negara saat ini yaitu
yang dihadapi dalam belanja daerah
dengan membuat kebijakan anggaran yang
adalah masih dominannya belanja tidak
tepat yaitu dengan membuat kebijakan
langsung dibandingkan belanja langsung
anggaran yang pro rakyat. Maksudnya
dalam komposisi belanja daerah.
disini adalah dengan menyeimbangkan
Akibatnya, belanja langsung yang
pendapatan (baik negara/ daerah) dengan
digunakan untuk meningkatkan kuantitas
kebutuhan yang diperlukan. Misalnya
dan kualitas pemenuhan hak layanan dasar
apabila difokuskan pada hal belanja
dalam pelayanan publik bagi masyarakat
negara/ daerah maka perlu untuk
belum optimal.
melakukan menekan anggaran belanja
pegawai. Memang tidak mungkin untuk Selain itu masalah yang menyangkut
mengurangi gaji pegawai yang selama ini anggaran di daerah yaitu korupsi yang
jumlahnya terus membengkak, namun terjadi di tingkat daerah dalam
dapat dilakukan dengan menekan penggunaan anggaran belanja. Dana
pengeluaran dalam pemberian honorarium APBD banyak digunakan untuk politik
maupun biaya perjalanan dinas bagi uang bagi para pejabat, biaya prosedural
pegawai. politik dan dana lain-lain. Selain itu
Disamping itu, dengan lebih bentuk korupsi yang dilakukan di daerah
meningkatkan belanja modal pemerintah yaitu berupa banyaknya kepala daerah
agar pembangunan infrastruktur bagi yang menggunakan dana APBD untuk
masyarakat terus meningkat. Hal ini kepentingan pribadi dan kelompoknya
karena belanja modal pemerintah yang maupun bersama pihak swasta yang
berupa pembelian aset nilainya jangka menjadi rekanan bisnis atau proyek
panjang dan lebih dari 12 bulan sehingga penyelewengan anggaran.
4
Neny Ayu Nourmanita – Belanja Publik (Expenditure
4
NATAPRAJA Vol. 4 No. 1, Mei 2016
Data tersebut sebelumnya dapat masih relatif rendah. Hal ini berarti
dilakukan analisis efektivitas APBD pada efektivitas penggunaan anggaran untuk
Kabupaten Magetan yaitu bahwa APBD meningkatkan kesejahteraan masyarakat
tersebut belum dapat dikatakan efektif. di kabupaten Magetan juga masih relatif
Hal ini dilihat dari alokasi belanja tidak kecil dan menghambat pertumbuhan
langsung berupa gaji pegawai masih ekonomi daerah. Kemudian apabila
sangat tinggi daripada alokasi pada dilihat dari besarnya anggaran belanja
belanja langsungnya. Padahal belanja barang/jasa, anggaran sebesar Rp.
langsung berupa honorarium pegawai, 254.562.992.866,00 menunjukkan bahwa
belanja barang/ jasa dan belanja modal pemkab masih cenderung konsumtif
lebih penting dan dibutuhkan masyarakat dalam pengadaan barang dan jasa.
untuk digunakan dalam kegiatan-kegiatan
Penyerapan anggaran daerah
ekonomi untuk mendorong pertumbuhan
banyak dialokasikan untuk pengadaan
ekonomi daerah.
barang/jasa. Seharusnya pengadaan
Efektivitas anggaran daerah dapat barang dan jasa ini dilakukan dengan
diketahui dengan seberapa besar melakukan evaluasi dan pengkajian
pemerintah daerah mengalokasikan terhadap barang-barang inventaris yang
besaran nilai belanja untuk kepentingan tersedia baik dari sisi kondisi maupun
publik yang dapat digunakan secara umur ekonomisnya sehingga pengadaan
optimal untuk kegiatan ekonomi demi barang inventaris dapat dilakukan secara
kesejahteraan masyarakat. Dalam selektif sesuai kebutuhan masing-masing
permendagri dalam pedoman penyusunan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
APBD juga telah dijelaskan bahwa dalam
Namun, apabila dilihat rincian
penyusunan APBD harus ditekankan
anggaran belanja barang/ jasa ini ternyata
pada keberpihakan pada kepentingan
masih didominasi belanja barang/ jasa
masyarakat (publik) yang berupa belanja
bagi kepentingan pegawai pemkab
langsung daripada kepentingan aparatur
sendiri. Belanja kepentingan barang
(belanja tidak langsung).
pegawai ini berupa penggunaan fasilitas
Belanja modal kabupaten Magetan bagi pegawai berupa pemeliharaan
yang hanya sebesar 222.683.607.134,00 kendaraan dinas, biaya bensin, maupun
menunjukkan bahwa pengeluaran daerah asuransi kesehatan bagi PNS. Hal ini
4
Neny Ayu Nourmanita – Belanja Publik (Expenditure
4
NATAPRAJA Vol. 4 No. 1, Mei 2016
4
Neny Ayu Nourmanita – Belanja Publik (Expenditure
4
NATAPRAJA Vol. 4 No. 1, Mei 2016
sektor yang utama di Kabupaten Magetan dan barang/jasa. Juga diakibatkan dari
maka tentu saja sektor pangan juga harus belum sesuainya anggaran yang
dikedepankan untuk mendapatkan ditetapkan dalam pengalokasian anggaran
anggaran belanja yang besar. Namun, belanja sesuai dengan potensi dan
apabila dilihat pada urusan wajib, kebutuhan yang diperlukan oleh
anggaran belanja daerah pada urusan masyarakat di Kabupaten Magetan.
ketahanan pangan mendapatkan proporsi
anggaran belanja yang kecil, yaitu hanya
sebesar Rp.6.145.475.575,00. Seharusnya SIMPULAN
anggaran untuk ketahanan pangan juga Secara keseluruhan belanja negara
saling terkait dengan sektor pertanian, maupun belanja daerah di Indonesia
karena usaha melakukan ketahanan belum dapat dikatakan sehat dan sesuai
pangan di kabupaten magetan harus dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini
ditingkatkan. Jika sektor pertanian tinggi disebabkan masih banyaknya persoalan
namun dari sektor dinas yang mengurusi yang masih belum mampu diatasi oleh
atau berwenang dalam hal ketahan pemerintah. Adanya dominasi belanja tak
pangan tidak melakukan upaya langsung yang berupa sektor belanja
dikarenakan kurangnya anggaran belanja pegawai masih sangat melekat di
pada dinas terkait, maka hal tersebut anggaran belanja kita. Baik pada belanja
tentu akan percuma. negara maupun pada belanja daerah,
keduanya memiliki kesamaan dalam
Maka, untuk menjawab
dominasi belanja pegawai yang sangat
pertanyaan “Apakah prioritas belanja di
membengkak. Persoalan lain yaitu belum
daerah sudah sesuai dengan kebutuhan
terserapnya anggaran belanja pemerintah
pembangunan di daerah yang
pusat maupun daerah dengan baik sesuai
bersangkutan?” jika dicermati sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini
dengan studi kasus pada daerah di
menyebabkan terjadinya kelebihan
kabupaten magetan tersebut jawabannya
anggaran yang tak jarang menimbulkan
adalah belum sesuai. Hal ini dikarenakan
korupsi di berbagai lini pemerintah, baik
di kabupaten magetan, proporsi belanja
kementerian, lembaga, badan usaha,
daerah selain masih didominasi oleh
hingga pada pemerintah daerah dari
belanja tak langsung pada sektor belanja
kepala daerah, birokrat publik, maupun
pegawai dan rendahnya belanja modal
4
Neny Ayu Nourmanita – Belanja Publik (Expenditure
kepala dinas. Kebocoran anggaran ini tak sangat diperlukan. Pemerintah daerah
hanya dari sektor belanja saja melainkan maupun pusat wajib memberikan
menyeluruh pula pada sektor pendapatan keterbukaan akan anggaran yang telah
yang diperoleh pemerintah pusat maupun dibuat dan besaran belanja yang
daerah. digunakan. Perlu dibuat laporan
Selain itu belanja negara dan pertanggungjawaban yang seluruh
belanja daerah belum dapat memberikan aktivitas pembelanjaan masyarakat dapat
dampak pengurangan kemiskinan dan mengetahui untuk ikut mengawasi
peningkatan kemakmuran rakyat. Hal ini jalannya pembiayaan belanja yang
karena kurangnya belanja modal yang dilakukan pemerintah. Partisipasi
dimiliki daerah untuk membangun masyarakat dalam pengawasan kinerja
infrastruktur untuk menghubungkan pemerintah dalam pembelanjaan
wilayah antar pulau di Indonesia, untuk anggaran perlu ditingkatkan. Jangan
memeratakan hasil pembangunan, sampai masyarakat baru ikut
mendorong peningkatan ekonomi berpartisipasi ketika anggaran belanja
masyarakat, menarik investor untuk yang digunakan pemerintah ditemukan
melakukan investasi pada daerah di telah terjadi penyelewengan anggaran.
Indonesia. Perlu dilakukan pembuatan Masyarakat perlu untuk terus memantau
anggaran belanja modal yang semakin apa yang dilakukan pemerintah dalam
tajam pada sektor ini. Belanja modal belanja publik.
yang tajam dapat digunakan untuk Peningkatan kapasitas dan
pelayanan dasar bagi masyarakat, dalam kapabilitas pemerintah dalam SKPD juga
hal pendidikan, kesehatan, pelayanan perlu ditingkatkan untuk melayani
sosial, dan infrastruktur. Dengan begitu masyarakat dalam pelayanan publik.
infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat Pengetahuan akan kebutuhan dasar
akan terpenuhi sehingga ekonomi akan masyarakat dalam pelayanan publik perlu
meningkat. Pemerintah daerah juga perlu untuk ditingkatkan oleh pemerintah.
melakukan peningkatan daya serap Dengan begitu, SKPD akan mengetahui
anggaran yang semakin besar untuk anggaran belanja yang perlu untuk
kepentingan pelayanan publik. ditingkatkan maupun diperbesar agar
Dalam hal ini transparansi dan pelayanan publik bagi masyarakat
keterbukaan pemerintah dalam anggaran terpenuhi. Dan pada akhirnya, yang
4
NATAPRAJA Vol. 4 No. 1, Mei 2016
DAFTAR PUSTAKA
Kabupaten Magetan. 2013. Deskripsi
analisis APBD.
http://setkab.go.id/kawal-
apbn/penyerapananggarandanpert
umbuhanekonomi/html. diakses
pada 25 mei pukul 08.05
Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor
Publik. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Kementerian Keuangan RI. 2014. Nota
keuangan.