Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan Pemerintah kota Kupang pada
Tahun anggaran 2017-2021. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan
keuangan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah periode tahun 2017-2021. Teknik
pengumpulan data yang digunakan ialah studi pustaka dan studi lapangan. Teknik analisis data
yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan menghitung rasio derajat desentralisasi,
rasio ketergantungan, rasio kemandirian, rasio efektifitas, rasio efesiensi, rasio pertumbuhan
dan belanja dari laporan keuangan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah
Pemerintah kota kupang dengan membuat tabel mengukur peringkat kinerja.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum kinerja keuangan pemerintah kota
Kupang kurang baik dalam mengelola Anggaran pendapatan dan belanja daerahnya. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan rasio derajat desentralisasi di kategorikan kurang
dikarenakan rata-rata desentralisasinya sebesar 17 persen, rasio ketergantungan keuangan
daerah dikategorikan sangat tinggi dikarenakan rata-rata ketergantungan sebesar 76 persen,
rasio kemandirian keuangan daerah dikategorikan rendah sekali dikarenakan rata-rata
kemandiriannya sebesar 23 persen, rasio efektivitas dikategorikan sangat efektif dikarenakan
rata-rata efektivitasnya diatas 90 persen yaitu sebesar 97 persen, rasio efesiensi dikategorikan
kurang efesien dikarenakan rata-rata efesiensinya sebesar 36 persen, dan rasio pertumbuhan
pendapatan dan belanja dikategorikan bergerak secara negatif dikarenakan rata-rata
pertumbuhan pendapatan dan belanjanya sebesar -3 dan -4.
Kata Kunci: kinerja keuangan, laporan keuangan daerah, rasio derajat desentralisasi, rasio
ketergantungan, rasio kemandirian, rasio efektivitas, rasio efesiensi, rasio
pertumbuhan pendapatan dan belanja.
Abstract
This study aims to determine the financial performance of the Kupang city goverment in
the 2017-2021. The type of research is quantitative research. The data used in this study is
the financial report of the realization of the regional income and expenditure budget for the
period 2017-2021. Data collection techniques used are library research and field studies. The
data analysis technique used is descriptive statistics by calculating the degree of
decentralization ratio, dependency ratio, effectiveness ratio, effeciency ratio, income and
expenditure growth ratio from the financial statem ents of the realization of the local
government’s revenue and expenditure budget by making a table measuring performance
rantings.
The results of the study indicate that in general the performance of the Kupang city
government is not good in managing its regional revenue and expenditure budget. This can be
seen from the results of calculation of the degree of decentralization ratio in the category of
less because the average decentralization is 17 percent, the regional financial dependence
ratio is categorized as very high because the average dendency is 76 percent, the ratio of
regional financial independence is categorized very low because the avarage independence is
categorized very low because the avarage independence is 23 percent, the effectiveness ratio
is categorized asvery effective because the average effectiveness is above 90 percent which is
97 percent, the efficiency ratiois categorized as less efficient because the average efficiency is
30 percent, and the income and expenditure growth ratio is categorized as moving negatively
bacause the average income growth -3 and -4.
Analisis laporan keuangan perlu dilakukan Analisis vertikal merupakan analisis yang
secara cermat dengan menggunakan dilakukan terhadap hanya satu periode
metode dan analisis yang tepat pula. laporan keuangan saja. analisis dilakukan
Kesalahan dalam melakukan angka atau antara pos-pos yang ada, dalam satu
rumus akan berakibat pada tidak akuratnya periode. Informasi yang diperoleh hanya
hasil yang hendak dicapai. Kemudian hasil untuk satu periode saja dan tidak diketahui
perhitungan tersebut dianalisis dan perkembagan perusahaan dari periode
diinterpresentasikan sehingga diketahui yang lain.
posisi keuangan yang sesungguhnya.
b. Analisis horizontal (dinamis)
Kesemuanya ini harus dilakukan secara
teliti, mendalam dan jujur. Analisis horizontal merupakan analisis
yang dilakukan dengan membandingkan
Kasmir (2016) menyatakan bahwa ada
laporan keuangan beberapa periode. Dari
beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai
hasil analisis ini akan terlihat perkembagan
pihak dengan adanya analisis laporan
perusahaan dari periode yang lain.
keuangan. Secara umum dikatakan bahwa
tujuan dan manfaat analisis laporan Kasmir (2012) menyatakan bahwa metode
keuangan adalah: yang digunakan untuk menganalisis
laporan keuangan terdapat beberapa jenis
a. Untuk mengetahui posisi keuangan
teknik analisis laporan keuangan yang
perusahaan dalam suatu periode
dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
tertentu, baik harta, kewajiban, modal,
maupun hasil usaha yang telah dicapai a. Analisis perbandingan antara laporan
untuk beberapa periode; keuangan merupakan analisis yang
b. Untuk mengetahui kelemahan- dilakukan dengan membandingan
kelemahan apa saja yang menjadi laporan keuangan yang dimana laporan
kekurangan perusahaan; ini lebih dari satu periode. Artinya
Jougogo Abdullah dan Indah Zakiah……. Page 605
Jurnam Manajemen Vol 6 (2) Oktober 2022, p‐ISSN : 2303 – 3495, e‐ISSN : 2746 ‐ 685X
minimal dua periode atau lebih. Dari pos-pos antara laporan keuangan neraca
analisis ini dapat diketahui perubahan- dan laba rugi;
perubahan yang terjadi. Perubahan yang g. Analisis kredit merupakan analisis yang
terjadi dapat berupa kenaikan atau digunakan untuk menilai layak dan
penurunan dari masing-masing tidaknya suatu kredit diluncurkan oleh
komponen analisis. Dari perubahan ini lembaga keuangan seperti Bank. Dalam
terlihat masing-masing kemajuan atau analisis ini digunakan beberapa cara alat
kegagalan dalam mencapai target yang analisis yang digunakan. Kemudian
telah ditetapkan sebelumnya; analisis juga digunakan untuk
meningkat penjualan kredit;
Kasmir (2012) menyatakan secara h. Analisis laba kotor digunakan untuk
umum dari hasil analisis ini akan mengetahui jumlah laba kotor dari
terlihat antara lain: periode. Kemudian untuk mengetahui
sebab-sebab berubahnya laba kotor
1. Angka-angka dalam rupiah;
tersebut antara periode;
2. Angka-angka dalam perusahaan;
i. Analisis titik pulang pokok atau titik
3. Kenaikan atau penurunan jumlah
impas (break even point) digunakan
rupiah;dan
untuk mengetahui pada kondisi
4. Kenaikan atau penurunan baik
beberapa penjualan atau produk
dalam rupiah maupun dalam
dilakukan dan prusahaan tidak
presentase.
mengalami kerugian. Kegunaan
b. Analisis trend atau tendensi merupakan
analisis ini adalah untuk menetukan
analisis laporan keuangan yang
jumlah keuntungan pada berbagai
biasanya dinyatakan dalam presentase
tingkat penjualan.
dari periode ke priode yang akan
datang;
Analisis Kinerja Keuangan
c. Analisis presentse per komponen
merupakan analisis yang dilakukan Sujarweni (2017) menyatakan bahwa
untuk mengetahui presentase investasi kinerja merupakan hasil dari evaluasi
terhadap masing-masing komponen terhadap pekerjaan yang telah selesai
yang ada dalam laporan keuangan; dilakukan, hasil pekerjaan tersebut
d. Analisis sumber dan penggunaan dana dibandingkan dengan kriteria yang telah
dilakukan untuk mengetahui sumber- ditetapkan bersama. Setiap pekerjaan yang
sumber dana perusahaan serta pengguna telah selesai dilakukan perlu dilakukan
dana dalam satu periode. Juga untuk penilaian atau pengukuran secara periodik.
mengetahui jumlah modal kerja dan
sebab-sebab berubahnya modal kerja Pengukuran kinerja keuangan dapat
perusahaan dalam satu periode; dilakukan dengan mengunakan laporan
e. Analisis sumber dan pengawasan kas keuangan sebagai dasar untuk melakukan
digunakan untuk mengetahui sumber pengukuran kinerja. Pengukuran tersebut
pengguna uang kas dalam suatu dapat mengunakan sistem penilaian
periode. Kemudian untuk mengetahui (ranting) yang relevan. Ranting tersebut
sebeb-sebab berubahnya jumlah uang harus mudah di gunakan sesuai dengan
kas; yang akan diukur dan mencerminkan hal-
f. Analisis rasio digunakan untuk hal yang memang menentukan kinerja.
mengetahui hubunggan pos-pos yang Pengukuran kinerja keuangan juga berarti
ada dalam satu laporan keuangan atau membandingkan antara standar yang telah
Bisma (2010) menyatakan bahwa tingkat Mahmudi (2010) menyatakan bahwa rasio
desentralisasi fiskal adalah ukuran untuk kemandirian keuangan daerah dihitung
menunjukkan tingkat kewenangan dan dengan cara membandingkan jumlah
tanggung jawab yang diberikan penerimaan Pendapatan Asli Daerah
pemerintah pusat kepada pemerintah dibagi dengan jumah pendapatan
daerah untuk melaksanakan pembangunan. transfer dari pemerintah pusat dan
Provinsi serta pinjaman daerah.
Berdasarkan beberapa pendapat menurut Semakin tinggi angka rasio ini
para ahli di atas, maka dapat disimpulkan menunjukkan pemerintah daerah semakin
bahwa derajat desentralisasi fiskal adalah tinggi kemandirian keuangan daerahnya.
kemampuan pemerintah daerah dalam
rangka meningkatkan Pendapatan Asli Bisma (2010) menyatakan bahwa tingkat
Daerah (PAD) guna membiayai kemandirian keuangan daerah adalah
pembangunan. ukuran yang menunjukkan kemampuan
keuangan pemerintah daerah dalam
2. Rasio Ketergantungan Keuangan membiayai sendiri kegiatan pemerintahan,
Daerah pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat, yang diukur dengan rasio
Mahmudi (2010) menyatakan bahwa
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap
dalam pelaksanaan otonomi daerah
jumlah bantuan pemerintah pusat dan
Pemda diharapkan bisa menggali
pinjaman.
potensi yang ada di daerah tersebut guna
meningkatkan pendapatan asli daerah, Secara konsepsional pola hubungan antara
sehingga ketergantungan keuangan pemerintah pusat dengan pemerintah
terhadap pemerintah pusat bisa berkurang. daerah harus dilakukan sesuai dengan
Rasio ketergantungan keuangan daerah kemampuan keuangan daerah dalam
dihitung dengan cara membandingkan membiayai pelaksanaan pemerintahan dan
jumlah pendapatan transfer yang diterima pembangunan. Paul Hersey dan Kenneth
oleh penerimaan daerah dengan total Blanchard dalam Halim (2004)
penerimaan daerah. Semakin tinggi rasio memperkenalkan empat macam pola
ini maka semakin besar tingkat hubungan situasional yang dapat
ketergantungan pemerintah daerah digunakan dalam pelaksanaan otonomi
terhadap penerimaan pusat dan/atau daerah yaitu:
pemerintah Provinsi.
a) Pola hubungan instruktif, peranan
3. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah pemerintah pusat lebih dominan dari
pada kemandirian pemerintah daerah.
Keberhasilan kemampuan keuangan
(Daerah yang tidak mampu
daerah dalam melaksanakan otonomi
melaksanakan otonomi daerah);
daerah salah satunya dilihat dari
kemandirian keuangan daerah tersebut. b) Pola hubungan konsultatif, campur
Suatu daerah yang sudah mandiri dalam tangan pemerintah pusat sudah mulai
aspek keuangan diharapkan bisa berkurang, karena daerah dianggap
melaksanakan pembangunan dan sedikit lebih mampu melaksanakan
pelayanan kepada masyarakat tanpa otonomi daerah;
mengharapkan transfer dana dari
pemerintah pusat. c) Pola hubungan partisipatif, peranan
pemerintah pusat semakin berkurang,
mengingat daerah yang bersangkutan pendapatan daerah sesuai dengan apa yang
tingkat kemandiriannya mendekati telah di rencanakan atau yang dianggarkan.
mampu melaksanakan urusan otonomi;
dan Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya
suatu organisasi mencapai tujuannya.
d) Pola hubungan delegatif, campur Apabila suatu organisasi berhasil
tangan pemerintah pusat sudah tidak mencapai tujuan, maka organisasi tersebut
ada karena daerah telah benar-benar dikatakan telah berjalan dengan efektif.
mampu dan mandiri dalam
melaksanakan urusan otonomi daerah. 5. Rasio Efisiensi
c. Rasio Kemandirian
Sumber: Depdagri, Kemendagri No
690.900.327.
Pendapatan asli daerah
Rasio Kemandirian = x 100%
Transfer pusat+Propinsi + Pinjaman
Mahmudi (2015) menyatakan bahwa rasio
Sumber: Mahmudi (2010). efektivitas PAD menunjukan kemampuan
pemerintah daerah dalam memobilisasi
Bisma (2010) menyatakan bahwa tingkat penerimaan PAD sesuai dengan yang
kemandirian keuangan daerah adalah ditargetkan. Rasio efektivitas PAD
ukuran yang menunjukkan kemampuan dihitung dengan cara membandingkan
keuangan pemerintah daerah dalam realisasi penerimaan PAD dengan target
membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, penerimaan PAD atau yang dianggarkan
pembangunan dan pelayanan kepada sebelumnya.
masyarakat, yang diukur dengan rasio
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap
jumlah bantuan pemerintah pusat dan
pinjaman.
Skala Penilaian Efektivitas
Secara konsepsional pola hubungan antara Penilaian Presentase
pemerintah pusat dengan pemerintah Efektivitas Efektivitas
daerah harus dilakukan sesuai dengan Sangat efektif 81% - 100%
Efektif 61%- 80%
kemampuan keuangan daerah dalam
Jougogo Abdullah dan Indah Zakiah……. Page 612
Jurnam Manajemen Vol 6 (2) Oktober 2022, p‐ISSN : 2303 – 3495, e‐ISSN : 2746 ‐ 685X