Anda di halaman 1dari 10

UNIVERSITAS MERCU BUANA

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Program Studi S-1 Manajemen
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia
Dosen : Dr. Endri, SE., ME
Tugas 1 : Review Jurnal
Waktu : 2-9 Mei 2023
Materi Kuliah : Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
NAMA : Muhammad Taufik Hidayat
NIM : 43122010080

I. Soal Teori
1. Jelaskan alasan-alasan dan tujuan dilakukannya otonomi daerah dan desentralisasi
fiskal
2. Menurut saudara apakah kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal selama
ini mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasioanal. Ungkapkan pendapat
kritis saudara!
3. Buat Ringkasan untuk artikel dengan judul “Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia”

II. Review Jurnal

Tugas Review: Menyusun makalah tinjauan kritis (critical review) terhadap jurnal empiris
yang terdiri review jurnal wajib dan pilihan. Critical review mencakup:
(i) Buat Ringkasan INTI POKOK/POIN-POIN PENTING dari Isi Artikel
(ii) Berikan Kritikan terhadap Isi Artikel dan Masukan untuk Perbaikan dari
Kelemahan Artikel

Artikel yang di Review: Pilih salah satu Paper Berikut:

1. DESENTRALISASI FISKAL DAN OTONOMI DAERAH DI INDONESIA


(2019)
2. Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (2016)
3. Pengaruh desentralisasi fiskal terhadap tingkat kemiskinan (2022)
4. ANALISIS PELAKSANAAN DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA
(2023)

Jawaban :
1. Otonomi daerah dilaksanakan berdasar pada acuan hukum yang berlaku, selain itu
pelaksanaan otonomi daerah juga merupakan implementasi tuntutan globalisasi yang harus
diberdayakan, yaitu dengan memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, nyata dan
bertanggung jawab. Maka, dengang adanya otonomi daerah, suatu daerah memiliki hak
yang lebih besar dalam penyelenggaraan daerahnya sendiri.

1
Bahwa tujuan otonomi daerah adalah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali untuk
urusan pemerintahan yang memang menjadi urusan pemerintah, hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

Pada dasarnya pelaksanaan desentralisasi fiskal ini ditujukan untuk menciptakan aspek
kemandirian di daerah. Daerah kemudian menerima pelimpahan kewenangan di segala
bidang, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter, dan fiskal serta keagamaan. Pelimpahan kewenangan tersebut juga diikuti
dengan penyerahan sumber-sumber pendanaan berupa penyerahan basis-basis perpajakan
maupun pendanaan melalui mekanisme transfer ke daerah. Khusus, mekanisme transfer ke
daerah didasarkan pada pertimbangan untuk mengurangi ketimpangan fiskal yang
mungkin terjadi antar daerah (horizontal imbalances) maupun ketimpangan antara
pemerintah pusat dan daerah (vertical imbalances).

Tujuan dari desentralisasi fiskal adalah untuk memenuhi aspirasi daerah yang menyangkut
penguasaan atas sumber-sumber keuangan negara, mendorong akuntabilitas dan
transparansi pemerintah daerah, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses
pembangunan daerah, mengurangi ketimpangan antar daerah, menjamin terselenggaranya
pelayanan publik minimum di setiap daerah, dan pada akhirnya diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum.

2. Pelaksanaan otonomi daerah pascareformasi dinilai berdampak positif bagi kemajuan


daerah, tetapi masih belum optimal karena masih terjadi rendahnya serapan anggaran
daerah serta banyaknya korupsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Kemajuan
suatu daerah sangat dipengaruhi faktor kepemimpinan kepala daerah.

Hal itu mencuat dalam bedah buku Dua Dekade Otonomi Daerah Pasca Reformasi: Quo
Vadis?, Selasa (8/3/2022), yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Otonomi Daerah
Kementerian Dalam Negeri, Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD),
dan Sekolah Otonomi Daerah.

Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah Herman N


Suparman mengatakan, Adanya keberanian menerapkan pilkada langsung juga
menunjukkan praktik baik dari otonomi daerah. Meskipun demikian, masih ada kelemahan
dari penerapan otonomi daerah, seperti manajemen Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) yang masih buruk, sehingga setiap tahun Kemendagri selalu mengeluh
serapan daerah rendah. Korupsi APBD juga masih menjadi pekerjaan berat untuk
diselesaikan.

Sejumlah peraturan daerah juga masih bermasalah. Selain itu, kata Armand, banyak pelaku
usaha yang mengeluhkan persoalan deregulasi.

Berdasarkan hasil evaluasi, pelaksanaan desentralisasi fiskal selama ini dipandang belum
optimal. Sebagai contoh, belanja daerah masih belum fokus dan belum efisien, dimana
masih bervariasinya jenis program dan jenis kegiatan. Saat ini terdapat 29.623 jenis

2
program dan 263.135 jenis kegiatan. Selain itu, Pola eksekusi APBD masih bersifat
business as usual, selalu tertumpu di triwulan IV sehingga mendorong adanya idle cash di
daerah. Tak hanya itu, capaian output dan outcome pembangunan menunjukkan adanya
ketimpangan di daerah, seperti capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2022
yang rentangnya antara 87,7 di Kota Yogyakarta dengan 34,1 di Kabupaten Nduga. Oleh
karena itu, diperlukan sinergi dan kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dalam mendukung pencapaian target pembangunan nasional dan meningkatkan
pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.

3.Pemberian otonomi daerah pada dasarnyamerupakan upaya pemberdayaan daerah


dalamrangka mengelola pembangunan di daerahnya,kreativitas, inovasi dan kemandirian
diharapkanakan dimiliki oleh setiap daerah, sehingga dapatmengurangi tingkat
ketergantungannya padaPemerintah Pusat. Dan yang lebih penting adalahbahwa dengan
adanya otonomi daerah, kualitaspelayanan yang dilakukan oleh pemerintah
kepadamasyarakatnya akan meningkat, baik pelayananyang sifatnya langsung diberikan
kepadamasyarakat maupun pelayanan yang tidaklangsung diberikan, seperti pembuatan
fasilitas-fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya. Dengankata lain penyediaan barang-
barang publikpublicgoodsdan pelayanan publikservice goodsdapatlebih terjaminSunan
Senuk, 2015. Pemberian otonomi daerah diharapkan dapatmeningkatkan efisiensi,
efektivitas, danakuntabilitas sektor publik di Indonesia. Denganotonomi daerah, daerah
dituntut untuk mencarialternatif sumber pembiayaan pembangunan tanpamengurangi
harapan masih adanyabantuan danbagiansharingdari Pemerintah Pusat danmenggunakan
dana publik sesuai dengan prioritasdan aspirasi mesyarakat. Dengan kondisi sepertiini,
perananan investasi swasta dan perusahaanmilik daerah sangat diharapkan sebagai
pemacuutama pertumbuhan dan pembangunan ekonomidaerahengine e o f growth. Daerah
jugadiharapkan mampu menarik investor untuk mendorong pertumbuhanMakmun, 2004.
Adanyaotonomi daerah maka terjadi desentralisasi yangmenyangkut pengelolaan
keuangan daerah,perencanaan ekonomi termasuk menyusunprogram-program
pembangunan daerah danperencanaan lainnya yang dilimpahkan dari pusatke
daerahKharisma , 2013. Konsekuensi daripelaksanaan otonomi daerah di Indonesia
adalahadanya pembagian kewenangan antara PemerintahPusat dengan Pemerintah Daerah
bidang moneterdan fiskal nasional yang didesentralisasikan kepadadaerahHadi Saragih,
2013. Pelaksanaan desentralisasi fiskal danotonomi daerah di Indonesiasebagai
sebuahkonsekuensi politiksaat ini sudah berada padakondisipoint no return, sehingga
aspek-aspek yangdikedepankan lebih bersifat penguatan kapasitassertaquality
improvement. Dengan demikian, kedepannya, desentralisasi fiskal dan otonomi
daerahdiharapkan mampu membawa Indonesia menujukemakmuran yang inklusif dan
berkelanjutan. Segala upaya dan kerja pemerintah tersebut tentuwajib mendapatkan
dukungan sepenuhnya darisegala pihak yang terkait dan berkepentingandalam mendukung
suksesnya pelaksanaandesentralisasi fiskal dan otonomi di Indonesiaseutuhnya. Tanpa
dukungan seluruh pihak, niscayapemerintah sendiri tidak akan mampumelaksanakan
secara optimum dan pendulumotonomi justru akan lebih sering bergerak ke arahdampak
yang sifatnya negatif dan merusak. Koordinasi dan kerelaan untuk saling mendukung Law
ReformProgram Studi Magister IlmuHukumVolume 15, Nomor 1, Tahun 2019 Fakultas
Hukum Universitas Diponegoro 151 dari segala pihak kemudian menjadi kata kunciyang
utama baik di internal Pemerintahan Pusatmaupun antara Pemerintah Pusat

3
denganPemerintahan DaerahHaryanto, 2015. Semuaadalah masalah kompleks dalam
lingkungan politikyang tidak pasti, yang pada gilirannya menimbulkanpertanyaan apakah
Otonomi Daerah benar-benarbekerja menuju desentralisasi yang efektif dalamkonteks
IndonesiaSeymour Turner, 2002. Berdasarkan penjelasan di atas makapenulisanini
menggunakan metode yuridis normatifuntuk menyampaikan ide-ide konseptual
denganmempelajari berbagai literatur yang berkaitandengan judul. Spesifikasi dari
penelitian ini adalahanalisis kualitatifyaitu menuangkan analisisdariliteratur ke dalam
penelitian melalui kalimat-kalimat.

Desentralisasidalam konteks harafiahadalah lawan dari kata sentralisasi yang


berartipemusatan kekuasaan. Desentralisasi merupakansebuah alat untuk mencapai salah
satu tujuanbernegara, yaitu terutama memberikan pelayananpublik yang lebih baik dan
menciptakan prosespengambilan keputusan publik yang lebihdemokratisSidi k, 2002.
Konsep desentralisasiterdiri atas desentralisasi politikpoliticaldecentralization,
desentralisasi administrasiadministrative decentralization, dan desentralisasifiskalfisca l
decentralizationSidi k, 2002. Desentralisasi merupakan peralihan kewenangandari
lingkungan pusatcentra l governmentke lingkungan pemerintah daerahlocal
governmentuntuk mengatur dan mengurusi daerahnyaberdasarkan kondisi riil yang
mengitarinya Kaloh,2002 . Desentralisa si adala h penyerahanwewenang pemerintahan
oleh Pemerintah Pusatkepada daerah otonom untuk mengatur danmengurus urusan
pemerintahan dalam kerangkaNegara Kesatuan Republik Indonesia NKRIKumorotomo,
2008. Desentralisasi fiskal merupakan salah satumekanisme transfer dana dari APBN
dalam kaitandengan kebijakan keuangan negara yaitu untukmewujudkan ketahanan fiskal
yang berkelanjutanfisca l sustainabilitydan memberikan stimulusterhadap aktivitas
perekonomian masyarakat, makadengan kebijakan desentralisasi fiskal diharapkanakan
menciptakan pemerataan kemampuankeuangan antardaerah yang sepadan denganbesarnya
kewenangan urusan pemerintahan yangdiserahkan kepada daerah otonom Suna n
danSenuk 2017. Desentralisasi fiskal merupakan konsekuensidari pelaksanaan otonomi
daerah di Indonesia. Sama seperti otonomi daerah, desentralisasi fiskalpada dasarnya
memiliki tujuan untuk meningkatkanpotensi daerah, dalam hal ini adalah dari segi fiskal.
Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun1945 yang mengamanatkan Negara
KesatuanRepublik Indonesia dibagi ke dalam provinsi-provinsi kemudian dibagi lagi ke
dalam wilayahkabupaten dan kota. Setiapdaerah tersebutmempunyai hak dan kewajiban
untuk mengatur dan Law ReformProgram Studi Magister IlmuHukumVolume 15, Nomor
1, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro 152 melaksanakan sendiri urusan
pemerintahan yangmenjadi kewenangannya dengan menyesuaikankemampuan keuangan
daerah yang bersangkutan. Otonomi daerah adalah hak dan wewenangdaerah
untukmengatur dan mengurus sendiriurusan pemerintahan sesuai dengan
kepentinganmasyarakat daerah tersebut. Pemberlakuan sistemotonomi daerah
merupakanamanat yang diberikanoleh Undang-Undang DasarNegara RepublikIndonesia
Tahun1945Amandemen Kedua tahun2000 untuk dilaksanakanberdasarkan undang-undang
yang dibentuk khusus untukmengaturpemerintahan daerahKurniawan, 2012.
Sejarahotonomi daerah di Indonesia sudah dimulai padazaman kemerdekaan. Sejarah ini
sempat terhentisaat diterapkannya sentralisasi pemerintahan padaera orde baru. Kemudian,
perjalanan desentralisasidilanjutkan seiring dengan berkembangnya erareformasi di
Indonesia. Namun, ketidaksiapaninstitusi dan masyarakatdalam menghadapidesentralisasi

4
inimengakibat kanketidakseimbangan vertikal dan horizontalNurhemi Suryani, 2015.
Menurut Said 2008 , terda pat empatperspektif yang mendasari segi positif dan
empatperspektif yang mendasari segi negatif otonomidaerah. Empat perspektif yang
mendasari segipositif otonomi daerah, yaitu sarana untuk 1demokratisasi, 2 membantu
meningkatkan kualitasdan efisiensi pemerintahan, 3 mendorong stabilitasdan kesatuan
nasional, dan 4 memajukanpembangunan daerah. Empat perspektif yang mendasari segi
negatif otonomi daerah, yaitu 1menciptakan fragmentasi dan keterpecahbelahanyang tidak
diharapkan, 2 melemahka n kualitaspemerintahan, 3 menciptaka n kesenjanganantardaerah
yang lebih besar, dan 4memungkinkan terjadinya penyimbanganarahdemokrasi yang lebih
besar. Pelaksanaan otonomi harus dilaksanakansesuai dengan konsep otonomi yang
dimaknaisebagai penyerahan urusan Pemerintah Pusat kedaerah, kecuali lima kekuasaan
yang dipergunakanuntuk kelangsungan kehidupan bangsa. Namundiluar lima kekuasaan
yang dikecualikan harusdiserahkan pada daerah. Denganmempertimbangkan penyerahan
urusanitu sebagaiusaha untuk mengurangi beban dan tugaPemerintah Pusat. Disamping itu
juga, dalamrangka meratakan tanggung jawab. Sesuai dengansistem demokrasi, maka
tanggung jawabpemerintah dapat dipikul rata oleh seluruhmasyarakat yang diikutsertakan
melaluidisentralisasi fungsional dan teritorial. Hal ini dapatmenciptakan stabilitas
pemerintahan padaumumnyaMakhfudz, 2013. Implementasi Otonomi Daerah
memberipeluang besar bagi daerah untuk meningkatkankinerja keuangan mereka sendiri.
Daerah memilikiwewenanguntuk mengelola dan meningkatkansumber daya lokal mereka
sendiriSetiaji Adi,2007. Namun, pelaksanaan otonomi daerah yangseringkali dipelintir
menjadiautomoneytelahmenyebabkan kebutuhanyang besar bagi daerah Law
ReformProgram Studi Magister IlmuHukumVolume 15, Nomor 1, Tahun 2019 Fakultas
Hukum Universitas Diponegoro 153 untuk menyusun berbagai skema keuangan
daerahguna membiayai bergesernya berbagai otoritas daripusat ke daerahTjandra, 2016.
Desentralisasi fiskal sejauh ini sudahmemberikan dampak positif terhadap otonomidaerah
di Indonesia namun belum diatur secarakhusus dalam undang-undang. Instrumen-
instrumen hukum yang ada dalam mengaturdesentralisasi fiskal kini berguna untuk
mendorongpertumbuhan ekonomi daerah, membangunkegiatan perekonomian daerah dan
menjadilandasan dalam membuat peraturan perundang-undangan mengenai desentralisasi
fiskal di masayang akan datang. Kebijakan desentralisasi fiskalmemberi kesempatan
kepada Pemerintah Daerahagar dapat memanfaatkan potensi ekonomidaerahnya sendiri
untuk menyelesaikan berbagaipermasalahan.

5
REVIEW JURNAL

Judul DESENTRALISASI FISKAL DAN OTONOMI DAERAH DI


INDONESIA
Volume dan Halaman Volume 15, Nomor 1, Hal 149-163
Penulis Adissya Mega Christia, Budi Ispriyarso
Tahun 2019
Reviewer Muhammad Taufik Hidayat
Tanggal 7 Mei 2023

Abstrak Desentralisasi fiskal tidak dapat dilepaskan dari pelaksanaan otonomi


daerah untuk mengatur keuangan daerah sesuai potensi masing-masing.
Penelitian ini menganalisis permasalahan peraturan perundang- undangan
yang mengatur pelaksanaan desentralisasi fiskal dalam otonomi daerah
dan pelaksanaan desentralisasi fiskal dalam otonomi daerah di Indonesia.
Pendekatan penelitian ini yuridis normatif dengan analisis kualitatif.
Kesimpulan penelitian ini bahwa peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai desentralisasi fiskal dan otonomi daerah di Indonesia
mengalami perkembangan mulai dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1975 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah hingga Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah namun
sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang secara lex
specialis mengatur mengenai desentralisasi fiskal. Desentralisasi fiskal
berperan penting dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia sebagai
sarana mempercepat terciptanya kesejahteraan masyarakat secara mandiri
sesuai dengan potensi daerah meskipun masih terdapat banyak kendala.
Pendahuluan Pemberian otonomi daerah pada dasarnya merupakan upaya
pemberdayaan daerah dalam rangka mengelola pembangunan di
daerahnya, kreativitas, inovasi dan kemandirian diharapkan akan dimiliki
oleh setiap daerah, sehingga dapat mengurangi tingkat ketergantungannya
pada Pemerintah Pusat. Dan yang lebih penting adalah bahwa dengan
adanya otonomi daerah, kualitas pelayanan yang dilakukan oleh
pemerintah kepada masyarakatnya akan meningkat, baik pelayanan yang
sifatnya langsung diberikan kepada masyarakat maupun pelayanan yang
tidak langsung diberikan, seperti pembuatan fasilitas- fasilitas umum dan
fasilitas sosial lainnya. Dengan kata lain penyediaan barang-barang
publik public goods dan pelayanan publik service goods dapat lebih
terjamin Sunan Senuk, 2015. Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas sektor publik di
Indonesia. Dengan otonomi daerah, daerah dituntut untuk mencari
alternatif sumber pembiayaan pembangunan tanpa mengurangi harapan
masih adanya bantuan dan bagian sharing dari Pemerintah Pusat dan
menggunakan dana publik sesuai dengan prioritas dan aspirasi
mesyarakat. Dengan kondisi seperti ini, perananan investasi swasta dan
perusahaan milik daerah sangat diharapkan sebagai pemacu utama
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah enginee of growth.

6
Daerah juga diharapkan mampu menarik investor untuk mendorong
pertumbuhan Makmun, 2004. Adanya otonomi daerah maka terjadi
desentralisasi yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah,
perencanaan ekonomi termasuk menyusun program-program
pembangunan daerah dan perencanaan lainnya yang dilimpahkan dari
pusat ke daerah Kharisma, 2013. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi
daerah di Indonesia adalah adanya pembagian kewenangan antara
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah bidang moneter dan fiskal
nasional yang didesentralisasikan kepada daerah Hadi Saragih, 2013.
Pembahasan Desentralisasi dalam konteks harafiah adalah lawan dari kata sentralisasi
yang berarti pemusatan kekuasaan. Desentralisasi merupakan sebuah alat
untuk mencapai salah satu tujuan bernegara, yaitu terutama memberikan
pelayanan publik yang lebih baik dan menciptakan proses pengambilan
keputusan publik yang lebih demokratis Sidik, 2002. Konsep
desentralisasi terdiri atas desentralisasi politik political decentralization,
desentralisasi administrasi administrative decentralization, dan
desentralisasi fiskal fiscal decentralization Sidik, 2002. Desentralisasi
merupakan peralihan kewenangan dari lingkungan pusat central
government ke lingkungan pemerintah daerah local government untuk
mengatur dan mengurusi daerahnya berdasarkan kondisi riil yang
mengitarinya Kaloh, 2002. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang
pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia NKRI Kumorotomo, 2008. Desentralisasi
fiskal merupakan salah satu mekanisme transfer dana dari APBN dalam
kaitan dengan kebijakan keuangan negara yaitu untuk mewujudkan
ketahanan fiskal yang berkelanjutan fiscal sustainability dan memberikan
stimulus terhadap aktivitas perekonomian masyarakat, maka dengan
kebijakan desentralisasi fiskal diharapkan akan menciptakan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah yang sepadan dengan besarnya
kewenangan urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah
otonom Sunan dan Senuk 2017. Desentralisasi fiskal merupakan
konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. Sama seperti
otonomi daerah, desentralisasi fiskal pada dasarnya memiliki tujuan untuk
meningkatkan potensi daerah, dalam hal ini adalah dari segi fiskal.
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
mengamanatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi ke dalam
provinsi- provinsi kemudian dibagi lagi ke dalam wilayah kabupaten dan
kota. Setiap daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban untuk
mengatur dan melaksanakan sendiri urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya dengan menyesuaikan kemampuan keuangan daerah
yang bersangkutan. Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan sesuai dengan
kepentingan masyarakat daerah tersebut. Pemberlakuan sistem otonomi
daerah merupakan amanat yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen Kedua tahun 2000

7
untuk dilaksanakan berdasarkan undang- undang yang dibentuk khusus
untuk mengatur pemerintahan daerah Kurniawan, 2012. Sejarah otonomi
daerah di Indonesia sudah dimulai pada zaman kemerdekaan. Sejarah ini
sempat terhenti saat diterapkannya sentralisasi pemerintahan pada era
orde baru. Kemudian, perjalanan desentralisasi dilanjutkan seiring dengan
berkembangnya era reformasi di Indonesia. Namun, ketidaksiapan
institusi dan masyarakat dalam menghadapi desentralisasi ini mengakibat
kan ketidakseimbangan vertikal dan horizontal Nurhemi Suryani, 2015.
Menurut Said 2008, terdapat empat perspektif yang mendasari segi positif
dan empat perspektif yang mendasari segi negatif otonomi daerah. Empat
perspektif yang mendasari segi positif otonomi daerah, yaitu sarana untuk
1 demokratisasi, 2 membantu meningkatkan kualitas dan efisiensi
pemerintahan, 3 mendorong stabilitas dan kesatuan nasional, dan 4
memajukan pembangunan daerah. Empat perspektif yang mendasari segi
negatif otonomi daerah, yaitu 1 menciptakan fragmentasi dan
keterpecahbelahan yang tidak diharapkan, 2 melemahkan kualitas
pemerintahan, 3 menciptakan kesenjangan antardaerah yang lebih besar,
dan 4 memungkinkan terjadinya penyimbanganarah demokrasi yang lebih
besar. Pelaksanaan otonomi harus dilaksanakan sesuai dengan konsep
otonomi yang dimaknai sebagai penyerahan urusan Pemerintah Pusat ke
daerah, kecuali lima kekuasaan yang dipergunakan untuk kelangsungan
kehidupan bangsa. Namun diluar lima kekuasaan yang dikecualikan harus
diserahkan pada daerah. Dengan mempertimbangkan penyerahan urusan
itu sebagai usaha untuk mengurangi beban dan tuga Pemerintah Pusat.
Disamping itu juga, dalam rangka meratakan tanggung jawab. Sesuai
dengan sistem demokrasi, maka tanggung jawab pemerintah dapat dipikul
rata oleh seluruh masyarakat yang diikutsertakan melalui disentralisasi
fungsional dan teritorial. Hal ini dapat menciptakan stabilitas
pemerintahan pada umumnya Makhfudz, 2013. Implementasi Otonomi
Daerah memberi peluang besar bagi daerah untuk meningkatkan kinerja
keuangan mereka sendiri. Daerah memiliki wewenang untuk mengelola
dan meningkatkan sumber daya lokal mereka sendiri Setiaji Adi, 2007.
Namun, pelaksanaan otonomi daerah yang seringkali dipelintir menjadi
automoney telah menyebabkan kebutuhan yang besar bagi daerah
menyusun berbagai skema keuangan daerah guna membiayai bergesernya
berbagai otoritas dari pusat ke daerah Tjandra, 2016. Desentralisasi fiskal
sejauh ini sudah memberikan dampak positif terhadap otonomi daerah di
Indonesia namun belum diatur secara khusus dalam undang-undang.
Instrumen- instrumen hukum yang ada dalam mengatur desentralisasi
fiskal kini berguna untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,
membangun kegiatan perekonomian daerah dan menjadi landasan dalam
membuat peraturan perundang- undangan mengenai desentralisasi fiskal
di masa yang akan datang.
Kesimpulan Peraturan perundang-undangan yang mengatur desentralisasi fiskal dan
otonomi daerah di Indonesia mengalami perkembangan. Peraturan
perundang-undangan tersebut meliputi Undang- Undang Dasar Negara

8
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18, 18 A dan 18 B, Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di
Daerah, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
Daerah, Undang- Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Daerah, Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang- Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara, Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Daerah
dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah. Namun sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan
yang secara lex specialis mengatur mengenai desentralisasi fiskal dalam
otonomi daerah. Desentralisasi fiskal berperan penting dalam pelaksanaan
otonomi daerah di Indonesia sebab desentralisasi fiskal merupakan salah
satu sarana yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk
mempercepat terciptanya kesejahteraan masyarakat secara mandiri sesuai
dengan potensi daerah.
Kekuatan • Abstrak yang di tulis mudah di pahami oleh pembaca

• Pembahasan lengkap dan terperinci

Kelemahan Terdapat banyak penggunaan bahasa yang sulit dimengerti oleh


pembaca yang awam

9
DAFTAR PUSTAKA

Adissya Mega Christia, Budi Ispriyarso. 2019. DESENTRALISASI FISKAL DAN


OTONOMI DAERAH DI INDONESIA. Volume 15, Nomor 1, Halaman 149-163

10

Anda mungkin juga menyukai