I. Soal Teori
1. Jelaskan alasan-alasan dan tujuan dilakukannya otonomi daerah dan desentralisasi
fiskal
2. Menurut saudara apakah kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal selama
ini mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasioanal. Ungkapkan pendapat
kritis saudara!
3. Buat Ringkasan untuk artikel dengan judul “Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia”
Tugas Review: Menyusun makalah tinjauan kritis (critical review) terhadap jurnal empiris
yang terdiri review jurnal wajib dan pilihan. Critical review mencakup:
(i) Buat Ringkasan INTI POKOK/POIN-POIN PENTING dari Isi Artikel
(ii) Berikan Kritikan terhadap Isi Artikel dan Masukan untuk Perbaikan dari
Kelemahan Artikel
Jawaban :
1. Otonomi daerah dilaksanakan berdasar pada acuan hukum yang berlaku, selain itu
pelaksanaan otonomi daerah juga merupakan implementasi tuntutan globalisasi yang harus
diberdayakan, yaitu dengan memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, nyata dan
bertanggung jawab. Maka, dengang adanya otonomi daerah, suatu daerah memiliki hak
yang lebih besar dalam penyelenggaraan daerahnya sendiri.
1
Bahwa tujuan otonomi daerah adalah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali untuk
urusan pemerintahan yang memang menjadi urusan pemerintah, hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.
Pada dasarnya pelaksanaan desentralisasi fiskal ini ditujukan untuk menciptakan aspek
kemandirian di daerah. Daerah kemudian menerima pelimpahan kewenangan di segala
bidang, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter, dan fiskal serta keagamaan. Pelimpahan kewenangan tersebut juga diikuti
dengan penyerahan sumber-sumber pendanaan berupa penyerahan basis-basis perpajakan
maupun pendanaan melalui mekanisme transfer ke daerah. Khusus, mekanisme transfer ke
daerah didasarkan pada pertimbangan untuk mengurangi ketimpangan fiskal yang
mungkin terjadi antar daerah (horizontal imbalances) maupun ketimpangan antara
pemerintah pusat dan daerah (vertical imbalances).
Tujuan dari desentralisasi fiskal adalah untuk memenuhi aspirasi daerah yang menyangkut
penguasaan atas sumber-sumber keuangan negara, mendorong akuntabilitas dan
transparansi pemerintah daerah, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses
pembangunan daerah, mengurangi ketimpangan antar daerah, menjamin terselenggaranya
pelayanan publik minimum di setiap daerah, dan pada akhirnya diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum.
Hal itu mencuat dalam bedah buku Dua Dekade Otonomi Daerah Pasca Reformasi: Quo
Vadis?, Selasa (8/3/2022), yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Otonomi Daerah
Kementerian Dalam Negeri, Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD),
dan Sekolah Otonomi Daerah.
Sejumlah peraturan daerah juga masih bermasalah. Selain itu, kata Armand, banyak pelaku
usaha yang mengeluhkan persoalan deregulasi.
Berdasarkan hasil evaluasi, pelaksanaan desentralisasi fiskal selama ini dipandang belum
optimal. Sebagai contoh, belanja daerah masih belum fokus dan belum efisien, dimana
masih bervariasinya jenis program dan jenis kegiatan. Saat ini terdapat 29.623 jenis
2
program dan 263.135 jenis kegiatan. Selain itu, Pola eksekusi APBD masih bersifat
business as usual, selalu tertumpu di triwulan IV sehingga mendorong adanya idle cash di
daerah. Tak hanya itu, capaian output dan outcome pembangunan menunjukkan adanya
ketimpangan di daerah, seperti capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2022
yang rentangnya antara 87,7 di Kota Yogyakarta dengan 34,1 di Kabupaten Nduga. Oleh
karena itu, diperlukan sinergi dan kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dalam mendukung pencapaian target pembangunan nasional dan meningkatkan
pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.
3
denganPemerintahan DaerahHaryanto, 2015. Semuaadalah masalah kompleks dalam
lingkungan politikyang tidak pasti, yang pada gilirannya menimbulkanpertanyaan apakah
Otonomi Daerah benar-benarbekerja menuju desentralisasi yang efektif dalamkonteks
IndonesiaSeymour Turner, 2002. Berdasarkan penjelasan di atas makapenulisanini
menggunakan metode yuridis normatifuntuk menyampaikan ide-ide konseptual
denganmempelajari berbagai literatur yang berkaitandengan judul. Spesifikasi dari
penelitian ini adalahanalisis kualitatifyaitu menuangkan analisisdariliteratur ke dalam
penelitian melalui kalimat-kalimat.
4
inimengakibat kanketidakseimbangan vertikal dan horizontalNurhemi Suryani, 2015.
Menurut Said 2008 , terda pat empatperspektif yang mendasari segi positif dan
empatperspektif yang mendasari segi negatif otonomidaerah. Empat perspektif yang
mendasari segipositif otonomi daerah, yaitu sarana untuk 1demokratisasi, 2 membantu
meningkatkan kualitasdan efisiensi pemerintahan, 3 mendorong stabilitasdan kesatuan
nasional, dan 4 memajukanpembangunan daerah. Empat perspektif yang mendasari segi
negatif otonomi daerah, yaitu 1menciptakan fragmentasi dan keterpecahbelahanyang tidak
diharapkan, 2 melemahka n kualitaspemerintahan, 3 menciptaka n kesenjanganantardaerah
yang lebih besar, dan 4memungkinkan terjadinya penyimbanganarahdemokrasi yang lebih
besar. Pelaksanaan otonomi harus dilaksanakansesuai dengan konsep otonomi yang
dimaknaisebagai penyerahan urusan Pemerintah Pusat kedaerah, kecuali lima kekuasaan
yang dipergunakanuntuk kelangsungan kehidupan bangsa. Namundiluar lima kekuasaan
yang dikecualikan harusdiserahkan pada daerah. Denganmempertimbangkan penyerahan
urusanitu sebagaiusaha untuk mengurangi beban dan tugaPemerintah Pusat. Disamping itu
juga, dalamrangka meratakan tanggung jawab. Sesuai dengansistem demokrasi, maka
tanggung jawabpemerintah dapat dipikul rata oleh seluruhmasyarakat yang diikutsertakan
melaluidisentralisasi fungsional dan teritorial. Hal ini dapatmenciptakan stabilitas
pemerintahan padaumumnyaMakhfudz, 2013. Implementasi Otonomi Daerah
memberipeluang besar bagi daerah untuk meningkatkankinerja keuangan mereka sendiri.
Daerah memilikiwewenanguntuk mengelola dan meningkatkansumber daya lokal mereka
sendiriSetiaji Adi,2007. Namun, pelaksanaan otonomi daerah yangseringkali dipelintir
menjadiautomoneytelahmenyebabkan kebutuhanyang besar bagi daerah Law
ReformProgram Studi Magister IlmuHukumVolume 15, Nomor 1, Tahun 2019 Fakultas
Hukum Universitas Diponegoro 153 untuk menyusun berbagai skema keuangan
daerahguna membiayai bergesernya berbagai otoritas daripusat ke daerahTjandra, 2016.
Desentralisasi fiskal sejauh ini sudahmemberikan dampak positif terhadap otonomidaerah
di Indonesia namun belum diatur secarakhusus dalam undang-undang. Instrumen-
instrumen hukum yang ada dalam mengaturdesentralisasi fiskal kini berguna untuk
mendorongpertumbuhan ekonomi daerah, membangunkegiatan perekonomian daerah dan
menjadilandasan dalam membuat peraturan perundang-undangan mengenai desentralisasi
fiskal di masayang akan datang. Kebijakan desentralisasi fiskalmemberi kesempatan
kepada Pemerintah Daerahagar dapat memanfaatkan potensi ekonomidaerahnya sendiri
untuk menyelesaikan berbagaipermasalahan.
5
REVIEW JURNAL
6
Daerah juga diharapkan mampu menarik investor untuk mendorong
pertumbuhan Makmun, 2004. Adanya otonomi daerah maka terjadi
desentralisasi yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah,
perencanaan ekonomi termasuk menyusun program-program
pembangunan daerah dan perencanaan lainnya yang dilimpahkan dari
pusat ke daerah Kharisma, 2013. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi
daerah di Indonesia adalah adanya pembagian kewenangan antara
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah bidang moneter dan fiskal
nasional yang didesentralisasikan kepada daerah Hadi Saragih, 2013.
Pembahasan Desentralisasi dalam konteks harafiah adalah lawan dari kata sentralisasi
yang berarti pemusatan kekuasaan. Desentralisasi merupakan sebuah alat
untuk mencapai salah satu tujuan bernegara, yaitu terutama memberikan
pelayanan publik yang lebih baik dan menciptakan proses pengambilan
keputusan publik yang lebih demokratis Sidik, 2002. Konsep
desentralisasi terdiri atas desentralisasi politik political decentralization,
desentralisasi administrasi administrative decentralization, dan
desentralisasi fiskal fiscal decentralization Sidik, 2002. Desentralisasi
merupakan peralihan kewenangan dari lingkungan pusat central
government ke lingkungan pemerintah daerah local government untuk
mengatur dan mengurusi daerahnya berdasarkan kondisi riil yang
mengitarinya Kaloh, 2002. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang
pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia NKRI Kumorotomo, 2008. Desentralisasi
fiskal merupakan salah satu mekanisme transfer dana dari APBN dalam
kaitan dengan kebijakan keuangan negara yaitu untuk mewujudkan
ketahanan fiskal yang berkelanjutan fiscal sustainability dan memberikan
stimulus terhadap aktivitas perekonomian masyarakat, maka dengan
kebijakan desentralisasi fiskal diharapkan akan menciptakan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah yang sepadan dengan besarnya
kewenangan urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah
otonom Sunan dan Senuk 2017. Desentralisasi fiskal merupakan
konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. Sama seperti
otonomi daerah, desentralisasi fiskal pada dasarnya memiliki tujuan untuk
meningkatkan potensi daerah, dalam hal ini adalah dari segi fiskal.
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
mengamanatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi ke dalam
provinsi- provinsi kemudian dibagi lagi ke dalam wilayah kabupaten dan
kota. Setiap daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban untuk
mengatur dan melaksanakan sendiri urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya dengan menyesuaikan kemampuan keuangan daerah
yang bersangkutan. Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan sesuai dengan
kepentingan masyarakat daerah tersebut. Pemberlakuan sistem otonomi
daerah merupakan amanat yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen Kedua tahun 2000
7
untuk dilaksanakan berdasarkan undang- undang yang dibentuk khusus
untuk mengatur pemerintahan daerah Kurniawan, 2012. Sejarah otonomi
daerah di Indonesia sudah dimulai pada zaman kemerdekaan. Sejarah ini
sempat terhenti saat diterapkannya sentralisasi pemerintahan pada era
orde baru. Kemudian, perjalanan desentralisasi dilanjutkan seiring dengan
berkembangnya era reformasi di Indonesia. Namun, ketidaksiapan
institusi dan masyarakat dalam menghadapi desentralisasi ini mengakibat
kan ketidakseimbangan vertikal dan horizontal Nurhemi Suryani, 2015.
Menurut Said 2008, terdapat empat perspektif yang mendasari segi positif
dan empat perspektif yang mendasari segi negatif otonomi daerah. Empat
perspektif yang mendasari segi positif otonomi daerah, yaitu sarana untuk
1 demokratisasi, 2 membantu meningkatkan kualitas dan efisiensi
pemerintahan, 3 mendorong stabilitas dan kesatuan nasional, dan 4
memajukan pembangunan daerah. Empat perspektif yang mendasari segi
negatif otonomi daerah, yaitu 1 menciptakan fragmentasi dan
keterpecahbelahan yang tidak diharapkan, 2 melemahkan kualitas
pemerintahan, 3 menciptakan kesenjangan antardaerah yang lebih besar,
dan 4 memungkinkan terjadinya penyimbanganarah demokrasi yang lebih
besar. Pelaksanaan otonomi harus dilaksanakan sesuai dengan konsep
otonomi yang dimaknai sebagai penyerahan urusan Pemerintah Pusat ke
daerah, kecuali lima kekuasaan yang dipergunakan untuk kelangsungan
kehidupan bangsa. Namun diluar lima kekuasaan yang dikecualikan harus
diserahkan pada daerah. Dengan mempertimbangkan penyerahan urusan
itu sebagai usaha untuk mengurangi beban dan tuga Pemerintah Pusat.
Disamping itu juga, dalam rangka meratakan tanggung jawab. Sesuai
dengan sistem demokrasi, maka tanggung jawab pemerintah dapat dipikul
rata oleh seluruh masyarakat yang diikutsertakan melalui disentralisasi
fungsional dan teritorial. Hal ini dapat menciptakan stabilitas
pemerintahan pada umumnya Makhfudz, 2013. Implementasi Otonomi
Daerah memberi peluang besar bagi daerah untuk meningkatkan kinerja
keuangan mereka sendiri. Daerah memiliki wewenang untuk mengelola
dan meningkatkan sumber daya lokal mereka sendiri Setiaji Adi, 2007.
Namun, pelaksanaan otonomi daerah yang seringkali dipelintir menjadi
automoney telah menyebabkan kebutuhan yang besar bagi daerah
menyusun berbagai skema keuangan daerah guna membiayai bergesernya
berbagai otoritas dari pusat ke daerah Tjandra, 2016. Desentralisasi fiskal
sejauh ini sudah memberikan dampak positif terhadap otonomi daerah di
Indonesia namun belum diatur secara khusus dalam undang-undang.
Instrumen- instrumen hukum yang ada dalam mengatur desentralisasi
fiskal kini berguna untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,
membangun kegiatan perekonomian daerah dan menjadi landasan dalam
membuat peraturan perundang- undangan mengenai desentralisasi fiskal
di masa yang akan datang.
Kesimpulan Peraturan perundang-undangan yang mengatur desentralisasi fiskal dan
otonomi daerah di Indonesia mengalami perkembangan. Peraturan
perundang-undangan tersebut meliputi Undang- Undang Dasar Negara
8
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18, 18 A dan 18 B, Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di
Daerah, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
Daerah, Undang- Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Daerah, Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang- Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara, Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Daerah
dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah. Namun sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan
yang secara lex specialis mengatur mengenai desentralisasi fiskal dalam
otonomi daerah. Desentralisasi fiskal berperan penting dalam pelaksanaan
otonomi daerah di Indonesia sebab desentralisasi fiskal merupakan salah
satu sarana yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk
mempercepat terciptanya kesejahteraan masyarakat secara mandiri sesuai
dengan potensi daerah.
Kekuatan • Abstrak yang di tulis mudah di pahami oleh pembaca
9
DAFTAR PUSTAKA
10