Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH OTONOMI DAERAH

ALASAN TINGGINYA DERAJAT SENTRALISASI KEUANGAN DI NEGARA YANG


SEDANG BERKEMBANG

Dosen : Dr. S. ENDANG PRASETYOWATI, S.E., S.H., M.H.

Disusun oleh

WAN INCI SITI AININ

201246122

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER HUKUM

UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keuangan negara merupakan aspek terpenting dalam proses penyelenggaraan


negara. Proses pembangunan tidak akan berjalan lancar apabila keuangan negara
terganggu atau tidak stabil. Wujud pengelolaan keuangan negara tercermin dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). APBN atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara sendiri adalah sebuah rencana keuangan tahunan Pemerintah negara
Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN sendiri berisikan daftar
sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama
satu tahun anggaran. Adapun tujuan dari APBN yaitu Sedangkan tujuan penyusunan
APBN adalah sebagai pedoman pendapatan dan pembelanjaan negara dalam
melaksanakan tugas kenegaraan untuk meningkatkan produksi dan kesempatan kerja,
dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran masyarakat.

Pada tingkatan daerah, dalam hal ini provinsi dan kabupaten/kota dikenal juga
dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. APBD sendiri yaitu rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa
satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. APBD
sendiri memiliki tujuan yang tidak berbeda seperti APBN, hanya skala ruang lingkupnya
saja yang lebih yang kecil.

Hal-hal tersebut merupakan sebuah langkah negara dalam mengelola keuangan


negara. Seperti yang kita semua ketahui, pengelolaan keuangan negara memiliki tujuan
untuk menjaga dan menjamin eksistensi negara dan membiayai pengelolaan negara untuk
mewujudkan kesejahteraan. Semua negara dikelola secara tertib, sesuai dan taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan akuntabel.
Namun dalam praktiknya, pengelolaan keuangan negara tidak serta merta berjalan dengan
baik dan mulus seperti apa yang dicita-citakan. Banyak sekali faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kesulitan pengelolaan keuangan negara tersebut.

Dengan adanya faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan pengelolaan keuangan


negara, maka bukan tidak mungkin bahwa kegagalan dalam pengelolaan keuangan negara

1
dapat terjadi. Apabila keuangannya tidak dikelola dengan baik, produktivitas ini pasti
menurun. Itu karena, program tersebut bisa saja kekurangan asupan finansial. Ketika
kondisi itu terjadi, produktivitas ekonomi yang coba diusahakan justru tidak akan didapat.

Dengan kondisi ini, maka dapat sangat berpengaruh sekali terhadap tinggi atau
rendahnya derajat desentralisasi maupun derajat sentralisasi. Desentralisasi berarti
penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Adapun sentralisasi sendiri pengaturan kewenangan dari pemerintah daerah
kepada pemerintah pusat untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan
prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia.
Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di
definisikan sebagai pengaturan kewenangan. Di Indonesia sistem sentralisasi pernah
diterapkan pada zaman kemerdekaan hingga orde baru, dimana seluruh kebijakan
dipegang oleh pemegang kekuasaan tertinggi pada saat itu, sehingga pemerintah daerah
tidak diberikan wewenang apapun dalam menjalankan kewajibannya.

Adapun desentralisasi fiskal dan otonomi daerah merupakan 2 hal yang berkaitan
erat. Terutama bila bicara tentang pajak daerah. Mudahnya, desentralisasi fiskal adalah
sebuah pemberian tanggung jawab penuh kepada daerah untuk mengatur keuangannya
sendiri, begitupun sebaliknya untuk sentralisasi fiskal. Pelaksanaan desentralisasi fiskal
terjadi secara resmi pada era Reformasi, tepatnya dimulai sejak 1 Januari 2001. Prosesnya
diawali dengan pengesahan Undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah serta UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (PKPD). Kemudian direvisi kembali oleh UU Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah serta UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pelaksanaan
kebijakan ini di Indonesia bertujuan untuk menciptakan aspek kemandirian di daerah.
Sebagai konsekuensinya, daerah akan menerima pelimpakan kewenangan di segala
bidang, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter dan fiskal, serta keagamaan.

Adapun manfaat dari desentralisasi fiskal atau keuangan diantaranya yaitu


Desentralisasi akan lebih bisa menyukseskan tujuan pembangunan melalui pemberian hak
kontrol kepada masyarakat yang mempunyai informasi dan inisiatif untuk membuat

2
keputusan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, Pemberian tanggung jawab dan
kewenangan yang lebih kepada daerah dapat meningkatkan kualitas dan efisiensi layanan
publik, Kesinambungan kebijakan fiskal secara makro, Mengoreksi ketimpangan vertikal
antara pusat dan daerah, Mengoreksi ketimpangan horizontal antar daerah, Meningkatkan
akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi pemerintah daerah, Meningkatkan kualitas
pelayanan publik, dan Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembuatan keputusan.

Terlepas dari itu, semua langkah-langkah dan faktor-faktor yang terjadi dalam
pengelolaan keuangan negara dapat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya suatu
desentralisasi keuangan ataupun sentralisasi keuangan. Sehingga hal tersebut berpengaruh
juga pada tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat maupun
sebaliknya. Semakin tinggi derajat desentralisasi keuangan maupun derajat sentralisasi
keuangan, maka semakin tinggi pula ketergantungannya terhadap pemerintah pusat. Oleh
sebab itu, tingginya derajat sentralisasi keuangan di negara-negara berkembang akan saya
bahas di selanjutnya, yaitu Bab II yang berisikan tentang pembahasan.

B. Pembahasan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat ditemukan beberapa rumusan
pembahasan yang mana diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Apa saja penyebab tingginya derajat sentralisasi keuangan di negara berkembang?


2. Apa dampak dari tingginya derajat sentralisasi keuangan di negara berkembang?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyebab Tingginya Derajat Sentralisasi Keuangan

Menurut Suparmoko, terdapat beberapa penyebab dari betapa tingginya derajat


sentralisasi fiskal atauapun tingginya derajat sentralisasi keuangan di negara-negara
berkembang. Diantaranya yaitu :

1. Lemahnya kemampuan administrasi di tingkat pemerintah daerah


Dilihat dari sisi pola penyelenggaraannya, pelayanan publik di Indonesia masih
memiliki berbagai kelemahan yang mana diantaranya yaitu para pelayan publik masih
banyak yang kurang responsif, kurang informatif, kurang aksesibel atau sulit dicapai oleh
masyarakat (dalam hal ini pengerjaan yang begitu bertele-tele hingga akhirnya tujuan
masyarakat tidak tercapai), kurangnya koordinasi antar pelaku pelayanan masyarakat
maupun antar masyarakat dengan pelayan masyarakat, terlalu birokratis, kurangnya
keingintahuan pelayan masyarakat terhadap keluhan, saran maupun aspirasi masyarakat,
dan yang terakhir yaitu inefisiensi atau tidak maksimalnya kinerja pelayan masyarakat
atau bahkan tidak berguna sama sekali.
Dari seluruh kekurangan pola kinerja pelayan masyarakat yang telah disebutkan
diatas, saya rasa sudah sepatutnya pihak-pihak yang berwenang melakukan reformasi
terhadap kualitas kinerja pelayan masyarakat, sebagai contoh yaitu memberikan sanksi
tegas terhadap para pelayan masyarakat yang dianggap malas dan bertele-tele ketika
bekerja namun cepat gerak apabila ada uang.
Adapun dengan adanya reformasi kualitas tersebut, diharapkan kinerja para
pelayan masyarakat akan membaik, hingga akhirnya dapat memberikan hasil yang begitu
baik. Tidak melulu hasil terhadap masyarakat saja, namun hasil terhadap negara juga.
Sehingga dapat membuat kemampuan administrasi di daerah menjadi kuat. Apabila
kemampuan administrasi di daerah dianggap sudah kuat, maka setidaknya dapat
mengurangi tingginya derajat sentralisasi keuangan negara.
2. Besarnya perbedaan situasi dan kondisi antar berbagai daerah
Mengingat Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan, yang mana bahkan
setiap daerahnya berada di pulau-pulau besar dan terpisah satu sama lain oleh lautan,
ditambah perputaran roda ekonomi yang begitu besar hanya terpusat di Pulau Jawa saja,
membuat banyak sekali daerah yang memiliki situasi dan kondisi yang berbeda jauh satu

4
sama lain, baik itu berbeda lebih baik maupun berbeda lebih buruk. Banyak sekali contoh
dari perbedaan situasi dan kondisi yang terjadi di negara-negara berkembang, dalam hal
ini Indonesia sebagai contoh.
Sebagai contoh yaitu perbedaan situasi pendidikan antara satu daerah dengan
daerah lainnya. Di Papua, pelaksanaan pendidikannya sungguh memprihatinkan, dimana
banyak anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan dengan layak. Entah sampaikapan
masalah pendidikan di Papua yang sangat serius bisa terurai. Sejauh ini tanda-tanda
kemajuan pendidikan pun belum tampak sama sekali. Persoalan-persoalan yang
mendasar masihmembelit anak-anak Papua, termasuk yang di sekolah dasar. Kondisinya
serba terbatas, terutama untuk daerah-daerah pedalaman. layanan pendidikan belum
merata. Tenaga pendidik pun harus dikirim dari Pulau Jawa, dan tentunya dengan biaya
yang tidak murah. Hal ini tentunya sangat berbanding terbalik dengan pendidikan yang
ada di Jawa. Di Jawa, bahkan orang miskin sekalipun dapat mengenyam pendidikan yang
begitu layak. Oleh karenanya tidak mengherankan bahwa Pulau Jawa menjadi tempat
tujuan orang-orang dari luar Pulau Jawa sebagai tujuan untuk merantau, karena Pulau
Jawa menjanjikan semua fasilitas yang ada. Termasuk orang-orang Papua, bagi mereka
yang dirasa memiliki kekayaan lebih, pastinya akan memilih untuk menyekolahkan anak-
anak mereka ke pulau Jawa dibanding di tanahnya sendiri, semata-mata supaya anak-
anaknya dapat mengenyam pendidikan yang baik dan layak di perantauan tersebut, juga
diharapkan anaknya dapat memiliki masa depan yang lebih baik dan cerah dibanding
harus berdiam diri di tanahnya sendiri tanpa ada akses maupun fasilitas untuk
berkembang dengan baik.
Contoh selanjutnya dari perbedaan kondisi dan situasi antar daerah adalah
perbedaan distribusi bahan pokok seperti pangan, sandang dan papan. Hal ini juga yang
menyebabkan perbedaan harganya yang begitu jauh melambung tinggi. Sebagai
perbandingan, harga sebuah waistbag di Bandung hanyalah sebesar Rp. 18.000.
Sedangkan di Poso, dengan barang dan merk yang sama percis, harganya bisa
melambung menjadi Rp. 50.000. Hal ini disebabkan oleh produsen yang begitu sedikit,
ditambah dengan akses yang begitu jauh dan mungkin saja sulit dicapai sehingga lebih
banyak dana yang dikeluarkan untuk melakukan distribusi ke daerah-daerah.
Dari kedua contoh perbedaan situasi dan kondisi daerah yang telah disebutkan
diatas, hal itulah yang menyebabkan tingginya derajat desentralisasi keuangan negara-
negara berkembang, khususnya negara-negara yang memiliki wilayah geografis begitu
luas serta akses-akses yang sulit dicapai.
5
3. Perlunya kekuasaan pusat yang kuat untuk mengurangi adanya gerakan-gerakan
separatis
Dari dulu bahkan sampai detik ini, gerakan-gerakan separatis merupakan suatu
pekerjaan rumah yang begitu menyulitkan bagi pemerintah pusat. Karena selain
berpengaruh pada kedaulatan negara dan pandangan terhadap negara yang mengalami
gerakan separatis di mata internasional, juga berpengaruh pada keuangan negara yang
terus mengucur untuk membasmi gerakan-gerakan tersebut. Hal ini dikarenakan
perlunya biaya untuk mengerahkan pasukan ke daerah separatis tersebut. Apabila
mengerahkan pasukan, maka secara otomatis perlu juga penyediaan logistik dan hal
lainnya yang menunjang penumpasan tersebut. Hal inilah yang dianggap dapat
menyebabkan tingginya derajat sentralisasi keuangan karena pemerintah daerah yang
menjadi tempat gerakan separatis mau tidak mau bergantung pada pemerintah pusat yang
memiliki anggaran serta kebijakan yang lebih baik.
Sebagai contoh adalah OPM atau Organisasi Papua Merdeka. Organisasi Papua
Merdeka adalah sebuah organisasi separatis teroris yang didirikan pada tahun 1963
untuk selalu membuat kekacauan di Provinsi Papua dan Papua Barat yang saat ini
di Indonesia, yang sebelumnya dikenal sebagai Irian Jaya, dan untuk memisahkan diri
dari Indonesia. Gerakan ini biasa disebut sebagai KKB, KKSB, dan KSTP (singkatan
dari Kelompok Kriminal Bersenjata, Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata, dan
Kelompok Separatis Teroris Papua). Organisasi ini bertujuan untuk mewujudkan
kekacauan bagi provinsi tersebut yang berarti pengkhianatan. OPM juga menempuh
upaya jalur diplomatik, melakukan upacara pengibaran bendera Bintang Kejora, dan aksi
terorisme sebagai bagian dari konflik Papua. Pendukung secara rutin menampilkan
bendera Bintang Kejora dan simbol lain dari separatis Papua, seperti lagu kebangsaan
"Hai Tanahku Papua" dan lambang negara, yang telah diadopsi pada periode 1961 sampai
pemerintahan Indonesia dimulai pada Mei 1963 di bawah Perjanjian New York.
Selanjutnya yaitu GAM atau Gerakan Aceh Merdeka. Gerakan Aceh Merdeka, atau
GAM adalah bekas sebuah gerakan separatisme bersenjata yang memiliki tujuan supaya
Aceh lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konflik antara pemerintah RI dan
GAM yang diakibatkan perbedaan keinginan ini telah berlangsung sejak tahun 1976-
2005 dan menyebabkan jatuhnya hampir sekitar 15.000 jiwa. Gerakan ini juga dikenal
dengan nama Aceh Sumatra National Liberation Front (ASNLF). GAM dipimpin oleh
Hasan di Tiro selama hampir tiga dekade bermukim di Swedia dan berkewarganegaraan

6
Swedia. Pada tanggal 2 Juni 2010, ia memperoleh status kewarganegaraan Indonesia,
tepat sehari sebelum ia meninggal dunia di Banda Aceh.
Pada 4 Desember 1976, inisiator Gerakan Aceh Merdeka, Hasan di Tiro dan
beberapa pengikutnya mengeluarkan pernyataan perlawanan terhadap pemerintah RI
yang dilangsungkan di perbukitan Halimon di kawasan Kabupaten Pidie. Di awal masa
berdirinya GAM, nama resmi yang saat itu digunakan adalah AM, Aceh Merdeka.
Pemerintah RI pada periode 1980-an sampai 1990-an menamai gerakan tersebut sebagai
GPK-AM. Perlawanan represif bersenjata gerakan tersebut mendapat sambutan keras
dari pemerintah pusat RI yang akhirnya menggelar sebuah operasi militer di Aceh atau
yang lebih dikenal dengan DOM (Daerah Operasi Militer) pada paruh akhir 1980-an
sampai dengan penghujung 1990-an. Operasi tersebut telah membuat para aktivis AM
terpaksa melanjutkan perjuangannya di daerah pengasingan. Disaat rezim Orde Baru
berakhir dan reformasi dilangsungkan di Indonesia, seiring dengan itu pula Gerakan
Aceh Merdeka kembali eksis dan menggunakan nama GAM sebagai identitas
organisasinya.
Konflik antara pemerintah RI dengan GAM terus berlangsung hingga pemerintah
menerapkan status Darurat Militer di Aceh pada tahun 2003, setelah melalui beberapa
proses dialogis yang gagal mencapai solusi kata sepakat antara pemerintah RI dengan
aktivis GAM. Konflik tersebut sedikit banyak telah menekan aktivitas bersenjata yang
dilakukan oleh GAM, banyak di antara aktivis GAM yang melarikan diri ke luar daerah
Aceh dan luar negeri. Bencana alam gempa bumi dan tsunami pada 26 Desember 2004
telah memaksa pihak-pihak yang bertikai untuk kembali ke meja perundingan atas
inisiasi dan mediasi oleh pihak internasional.
Pada 27 Februari 2005, pihak GAM dan pemerintah RI memulai tahap perundingan
di Vantaa, Finlandia. Mantan presiden Finlandia Martti Ahtisaari berperan sebagai
fasilitator. Pada 17 Juli 2005, setelah perundingan selama 25 hari, tim perunding
Indonesia berhasil mencapai kesepakatan damai dengan GAM di Vantaa, Helsinki,
Finlandia. Penandatanganan nota kesepakatan damai yang dilangsungkan pada 15
Agustus 2005. Proses perdamaian selanjutnya dipantau oleh sebuah tim yang bernama
Aceh Monitoring Mission (AMM) yang beranggotakan lima negara ASEAN dan
beberapa negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Di antara poin pentingnya adalah
bahwa pemerintah Indonesia akan turut memfasilitasi pembentukan partai politik lokal
di Aceh dan pemberian amnesti bagi anggota GAM.

7
Gerakan separatisme yang berlangsung selama berpuluh-puluh tahun lamanya,
dengan disertai tindakan kriminal yang dilakukan memaksa pemerintah pusat untuk terus
memadamkan api separatisme supaya tidak ada lagi korban yang harus berjatuhan.
Akibat dari lamanya gerakan tersebut, maka hal tersebut membuat betapa tingginya
derajat sentralisasi keuangan negara.
4. Perlunya perencanaan nasional yang menyeluruh baik di bidang pembangunan
sosial maupun ekonomi termasuk penyediaan prasarana komunikasi transportasi,
irigasi yang semuanya sangat vital bagi perkembangan ekonomi suatu negara
Perencanaan nasional yang menyeluruh di bidang sosial dan ekonomi merupakan
sebuah hal yang pasti dilakukan oleh negara-negara berkembang, karena pada dasarnya
hal ini dilakukan agar seluruh wilayah dapat merasakan kehidupan yang sama layaknya
antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Di Indonesia sendiri, Pembangunan yang dilakukan di Indonesia dinilai masih
sektoral. Pembangunan didorong agar menyeluruh dengan menjadikan kehidupan sosial
dan budaya masyarakat sebagai titik tolaknya. Pembangunan juga agar dilakukan dengan
pendekatan struktur, kultur, dan proses.
Pembangunan nasional Indonesia sebagai negara berkembang sendiri adalah
paradigma Pembangunan yang terbangun atas pengamalan Pancasila yaitu pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya,
dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan pedomannya. Dari amanat tersebut disadari
bahwa pembangunan ekonomi bukan semata-mata proses ekonomi, tetapi suatu
penjelmaan pula dari proses perubahan politik, sosial, dan budaya yang meliputi bangsa,
di dalam kebulatannya. Pembangunan Nasional merupakan cerminan kehendak terus-
menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan
merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara yang
maju dan demokratis berdasarkan Pancasila. Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan
di bidang ekonomi tidak dapat dilihat terlepas dari keberhasilan pembangunan di bidang
politik Mekanisme dan kelembagaan politik berdasarkan UUD 1945 telah
berjalan.Pelaksanan pemilu secara teratur selama Orde Baru juga sudah menunjukkan
kemajuan perkembangan demokrasi. Pembangunan di berbagai bidang selama ini
memberikan kepercayaan kepada bangsa Indonesia bahwa upaya pembangunan telah
ditempuh, seperti yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945, menunjukkan
keberhasilan. Ini yang ingin dilanjutkan dan akan ditingkatkan dalam era baru
pembangunan.
8
Sejak tahun 1990-an terdapat suatu kecenderungan baru dalam perencanaan
pembangunan yang lebih berorientasi kepada pelaksanaannya. Apabila sebelumnya
perencanaan terlalu menekankan kepada berbagai prinsip dan teknik perumusan dalam
proses pembangunan maka hal yang harus diperhatikan juga adalah aspek-aspek
pelaksanaan pembangunan. Misalnya apakah pembangunan ini telah sesuai dengan aspek
proses perencanaan pelaksanaannya.
Negara-negara berkembang bukan sosialis dilihat dari kebijaksanaan industrialisasi
yang mereka anut pada saat permulaan program pembangunan umumnya dapat
digolongkan dalam dua kelompok. Kelompok yang pertama ialah kelompok Negara-
negara yang melaksanakan strategi industrialisasi subtitusi impor yang berorientasi pada
pemenuhan pasar dalam negeri, dan kelompok yang kedua adalah kelompok Negara-
negara yang melaksanakan strategi industrialisasi yang berorientasi ekspor. Dari kedua
model tersebut maka sistem atau model pembangunan nasional di Indonesia lebih
berorientasi kepada kelompok yang pertama hal ini didasari oleh besarnya pasaran dalam
negeri, jika dibandingkan dengan Negara-negara yang menganut model industrialisasi
yang berorientasi ekspor seperti Singapura, Korea Selatan dll.
Oleh karena adanya rencana pembangunan tersebut, maka rencana pembangunan
tersebut akan berpengaruh besar terhadap tinggi atau rendahnya derajat sentralisasi
keuangan negara berkembang karena pembangunan nasional akan terlaksana baik atau
tidaknya tergantung dari peran pemerintah pusatnya sendiri.

B. Dampak Dari Tingginya Derajat Sentralisasi Keuangan

Salah satu fenomena paling menonjol dari hubungan antara sistem Pemda dengan
pembangunan adalah ketergantungan Pemda yang sangat tinggi terhadap pemerintah pusat.
Ketergantungan ini jelas terlihat dari aspek keuangan. Pemda kehilangan keleluasaan
bertindak (local discretion) untuk mengambil keputusan penting, dan adanya campur tangan
pemerintah pusat yang tinggi terhadap Pemda.
Zhang dan Zao, dua orang peneliti dari Tiongkok meneliti tentang pengaruh
desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi di tingkat provincial yang diaplikasikan
di China dan India dan menyimpulkan bahwa terdapat hasil negatif desentralisasi fiskal
terhadap pertumbuhan ekonomi di China, sedangkan untuk India, desentralisasi fiskal
berpengaruh positif terhadap pertubuhan ekonomi. Zhang dan Zou juga menemukan bahwa
semakin tinggi derajat desentralisasi fiskal berdampak pada semakin rendahnya
pertumbuhan ekonomi daerah China dalam lima belas tahun terakhir.

9
Menurut World Bank, desentralisasi fiskal dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
secara langsung. Ada tiga mekanisme dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan
ekonomi. Argumentasi pertama mengatakan bahwa desentralisasi fiskal akan meningkatkan
efisiensi ekonomi di sektor pengeluaran pemerintah, jadi efek dinamis ini akan mendorong
pertumbuhan ekonomi. Argumentasi kedua, bahwa desentralisasi akan menyebabkan
instabilitas makroekonomi, sehingga akan mengganggu pertumbuhan ekonomi. Terakhir,
argumentasi ketiga, mengatakan bahwa dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan
ekonomi akan berbeda dengan negara maju dan berkembang. Bagi negara berkembang
keuntungan-keuntungan dari desentralisasi ini tidak begitu dirasakan. Pendapat ini didasari
karena kelembagaan di negara berkembang tidak memberikan intensif kepada pemerintah
daerah untuk menggunakan informasi berkaitan dengan konstituennya. Pemimpin mungkin
ditunjuk berdasarkan kekuasaannya. Alasan lain adalah bahwa pemerintah daerah di negara
berkembang mungkin tidak memiliki sumber daya ekonomi yang cukup dan lemahnya skill
sumber daya manusia dalam mengelola anggaran.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari apa yang telah ditulis dan ditemukan dari pembahasan diatas, dapat diketahui
bahwa negara berkembang tidak mungkin dapat terhindar dari tingginya derajat sentralisasi
keuangan. Hal tersebut karena terdapat beberapa faktor yang memang sudah menjadi suatu
keharusan yang terjadi pada negara-negara berkembang seperti lemahnya kemampuan
administrasi di tingkat pemerintah daerah, besarnya perbedaan situasi dan kondisi antar
berbagai daerah dan perlunya perencanaan nasional yang menyeluruh baik di bidang
pembangunan sosial maupun ekonomi termasuk penyediaan prasarana komunikasi
transportasi, irigasi yang semuanya sangat vital bagi perkembangan ekonomi suatu negara.
Adapun satu faktor yang tidak dimiliki oleh seluruh negara berkembang, yaitu perlunya
peran pemerintah pusat dalam mengatasi gerakan separatis. Hal ini dikarenakan tidak semua
negara berkembang mengalami gerakan-gerakan separatis.

Kemudian daripada itu, dampak dari tingginya derajat sentralisasi keuangan itu sendiri
begitu besar. Hal ini membuat pemerintah harus bisa mencegah tingginya derajat sentralisasi
keuangan, karena mencegah tingginya derajat sentralisasi keuangan menyebabkan
ketergantungan Pemda yang sangat tinggi terhadap pemerintah pusat. Ketergantungan ini
jelas terlihat dari aspek keuangan. Pemda kehilangan keleluasaan bertindak (local
discretion) untuk mengambil keputusan penting, dan adanya campur tangan pemerintah
pusat yang tinggi terhadap Pemda.

B. Saran
Dari apa yang telah ditulis diatas, menurut saya pemerintah dapat menekan faktor-
faktor yang dapat menyebabkan tingginya derajat sentralisasi keuangan negara berkembang.
Supaya pemerintah daerah tidak kehilangan keleluasaan bertindak untuk mengambil
keputusan penting yang diakibatkan dari tingginya ketergantungan pemerintah daerah
terhadap pemerintah pusat.

11

Anda mungkin juga menyukai