Anda di halaman 1dari 10

PENYELESAIAN SENGKETA TERKAIT INVESTASI DI ICSID

BAB I
PENDAHULUAN
A. Kata Pengantar
Ekonomi pada dasarnya merupakan suatu hal yang keberadaannya selalu dan
senantiasa berkaitan dengan kehidupan. Baik itu dalam ruang lingkup skala paling kecil
sampai ruang lingkup skala yang paling besar. Hal ini dikarenakan ekonomi begitu penting
keberadaannya bagi kehidupan. Adapun segala sesuatu di dunia ini, haruslah memiliki hukum
yang mengaturnya, tak terkecuali mengenai ekonomi sekalipun. Tujuannya adalah supaya
ekonomi dapat diatur dan berguna bagi seluruh lapisan masyarakat.
Dalam praktiknya, hubungan ekonomi tidak terbatas dalam ruang lingkup yang kecil
saja. Sebagai contoh ekonomi sendiri bisa berada di ruang lingkup yang begitu luas, yaitu
ekonomi internasional. Dalam hubungan ekonomi internasional pun, ia harus memiliki dasar
hukum yang mengaturnya. Tujuannya adalah menjaga dan mengatur supaya dalam hubungan
ekonomi tersebut tidak terjadi kesewenang-wenangan dalam praktiknya. Dengan adanya
hukum, maka diharapkan dapat terjadi keharmonisan dalam hubungan ekonomi internasional.
Hukum Ekonomi Internasional pada dasarnya memiliki lembaga induk serta lembaga
penyelesaian sengketanya sendiri. Lembaga induk ekonomi internasional yaitu WTO (World
Trade Organization) atau Organisasi Perdagangan Dunia. Lembaga ini selain menjadi
lembaga perhimpunan negara-negara di dunia dalam bidang ekonomi, juga menjadi lembaga
yang berhak untuk menyelesaikan sengketa di bidang ekonomi internasional. Adapun dalam
menyelesaikan sengketa investasi internasional, dunia internasional memiliki lembaga yang
berhak menyelesaikannya, yaitu ICSID (International Center for Settlement of Investment
Dispute) atau Pusat Internasional Penyelesaian Perselisihan Investasi. 1 Pada kali ini, penulis
dalam makalahnya akan menulis dan menjelaskan mengenai lembaga ICSID serta contoh
kasusnya. Oleh karenanya, penulis akan berfokus pada masalah investasi dan penyelesaian
sengketa dalam pembahasannya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dari judul diatas adalah
sebagai berikut :
1. Apa itu ICSID?
2. Apa contoh persengketaan yang diselesaikan oleh ICSID?
C. Tujuan
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk
mengetahui :
1. Apa itu ICSID.
2. Apa contoh persengketaan yang diselesaikan oleh ICSID.
D. Metode Penulisan

1
D. Mitchell, Andrew, “Good Faith and International Economic Law”, New York : Oxford University Press,
2015, halaman 13.
Dalam hal ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif yang mana topik
pembahasan dijelaskan dengan sedetail mungkin sehingga dapat dimengerti oleh pembaca.
E. Sistematika Penulisan
Penulis menggunakan sistematika penulisan yang mana terdiri dari empat bab yaitu
pendahuluan, landasan teori, pembahasan dan penutup. Adapun dari setiap bab terdapat sub
bab. Pada bab pendahuluan terdapat sub bab latar belakang, identifikasi masalah, tujuan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan. Selanjutnya pada bab landasan teori terdapat
sub bab fokus bahasan dan pengaturan hukum internasional. Kemudian pada bab pembahasan
akan mengikuti sesuai isi bahasan. Terakhir pada bab penutup terdapat sub bab kesimpulan
dan saran, lalu diakhir makalah terdapat daftar pusaka.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pokok Bahasan
1. Pengertian Hukum
Menurut Dr. Yuhelson dalam bukunya yang bertajuk “Pengantar Ilmu Hukum”,
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah laku manusia
agar tingkah laku manusia dapat terkontrol. 2 Sedangkan menurut J.C.T Simorangkir,
hukum adalah peraturan peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku
manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang
berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya
tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu. 3 Adapun menurut Hans Kelsen, hukum adalah
suatu perintah memaksa terhadap perilaku manusia. Hukum adalah norma primer yang
menetapkan sanksi-sanksi.4 Selanjut menurut Immanuel Kant, hukum adalah keseluruhan
syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri
dengan kehendak bebas dari orang lain, menuruti hukum tentang kemerdekaan.5
Kemudian John Austin menyatakan bahwa hukum adalah himpunan peraturan-peraturan
yang diakui oleh pengadilan, dan atas dasar itulah hakim bertindak.6
Dari beberapa pendapat diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa hukum adalah
sebuah peraturan yang bersifat memaksa yang mana berguna untuk mengatur dan memberi
batasan terhadap tingkah laku manusia supaya tetap bertindak sesuai dengan norma-norma
yang berlaku.
2. Pengertian Ekonomi
Kata “ekonomi” adalah kata yang memiliki akar dari bahasa Yunani, yang mana
pertama kali digunakan oleh ahli filsafat bernama Xenophone. Ekonomi berasal dari kata
oikos dan nomos yang berarti pengaturan rumah tangga.7 Jadi secara sederhana, ekonomi

2
Yuhelson, “Pengantar Ilmu Hukum”, Gorontalo : Ideas Publishing, 2017, halaman 4.
3
Fence Wantu, “Pengantar Ilmu Hukum”, Gorontalo : UNG Press, 2015, halaman 3.
4
Yanti Nurhayanti, “Pengantar Ilmu Hukum”, Ujungberung : Nusamedia, 2020, halaman 3.
5
Yahyanto, “Pengantar Ilmu Hukum”, Yogyakarta, 2014, halaman 21.
6
Theadora Rahmawati dan Umi Supraptiningsih, “Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Hukum Indonesia”,
Pamekasan : Duta Meida, 2020, halaman 2.
berarti kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang berfungsi guna mengatur urusan rumah
tangganya.
Kemudian daripada itu terdapat beberapa pendapat oleh para akademisi mengenai
pengertian ekonomi. Diantaranya seperti yang dikatakan Adam Smith, bahwa ekonomi
adalah ilmu kekayaan atau ilmu yang khusus mempelajari sarana-sarana kekayaan suatu
bangsa dengan memusatkan perhatian secara khusus terhadap sebab-sebab material dari
kemakmuran, seperti hasil-hasil industri, pertanian dan sebagainya. Sedangkan Marshall
mengatakan bahwa ekonomi ialah ilmu yang mempelajari usaha-usaha individu dalam
ikatan pekerjaan dalam kehidupannya sehari-hari. Ilmu ekonomi membahas kehidupan
manusia yang berhubungan dengan bagaimana ia memperoleh pendapatan dan bagaimana
pula ia mempergunakan pendapatan itu. Selanjutnya menurut Ruenez, ekonomi adalah
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhannya
dengan sarana-sarananya yang terbatas yang mempunyai berbagai macam fungsi.8 Dari
ketiga pendapat tersebut, dapat kita simpulkan bahwa ekonomi adalah sebuah ilmu yang
berkaitan dengan kekayaan, yang mana mempelajari dan berbuat sesuatu yang dianggap
bernilai demi memenuhi kebutuhan-kebutuhannya masing-masing.
Pada dasarnya, ekonomi dipelajari untuk mencapai sebuah kemakmuran. Setiap
individu pastinya akan selalu melakukan kegiatan ekonomi demi mencapai kemakmuran,
tak terkecuali sebuah negara ataupun perusahaan. Kemakmuran disini berarti dapat
memenuhi segala kebutuhannya dengan sebaik-baiknya. Dalam skala negara yang lebih
besar seperti negara ataupun perusahaan, mereka melakukan kegiatan ekonomi demi
mencapai kemakmuran rakyatnya ataupun para pekerjanya. Sehingga, ekonomi secara
tidak langsung tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.
3. Pengertian Internasional
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Internasional adalah segala sesuatu yang
bersangkutan dengan luar negeri atau antar bangsa. Jadi apabila ada hal yang berkaitan
dengan bangsa-bangsa atau transnasional, maka itu dapat dikatakan sebagai internasional,
baik hal kecil sekalipun.
4. Pengertian Sengketa
Sengketa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang menyebabkan
perbedaan pendapat, pertengkaran, perbantahan, perselisihan dan perkara (dalam
pengadilan). Secara umum sengketa merupakan perbedaan kepentingan antar individu atau
lembaga pada objek yang sama yang dimanifestasikan dalam hubungan-hubungan di
antara mereka. Dalam hukum acara perdata ada perkara yang mengandung sengketa dan
perkara yang tidak mengandung sengketa.9
Setiap orang dalam mengarungi kehidupan ini mungkin saja berhadapan dengan
masalah hukum satu diantaranya yang disebut sengketa. Sengketa tidak bisa dihindari,
namun sengketa dapat dikelola. Mengelola sengketa berarti mencari jalan terbaik untuk
menyelesaian sengketa yang sedang dihadapi. Beraneka ragam cara orang menyelesaikan
sengketa, bahkan ada yang memilih cara penyelesaian sengketa dengan melanggar hukum,
sehingga sengketa bisa melahirkan perkara baru baik perkara pidana maupun perdata.
7
Muhammad Dinar dan Muhammad Hasan, “Pengantar Ekonomi: Teori dan Aplikasi”, Makassar : CV. Nur
Lina, 2018, halaman 2.
8
Hendra Safri, “Pengantar Ilmu Ekonomi”, Palopo : Lembaga Penerbit IAIN Palopo, 2018, halaman 8.
9
Jimmy Jeses Sembiring. “Penyesaian Sengketa di Luar Pengadilan”, Jakarta : Visimedia, 2011, halaman 3.
Kepekaan untuk memilih penyelesaian sengketa yang tepat sangatlah penting untuk
dipahami. Bermacam cara orang untuk menyelesaiakan sengketa yang sedang dihadapi.
Namun semuanya mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk menyelesaikan sengketa.10
Kemudian daripada itu, sengketa tidak melulu terjadi antar individu atau perorangan
saja, tetapi sengketa dapat juga terjadi antar negara, organisasi internasional, perusahaan,
ataupun diantara ketiga subyek-subyek tersebut. Dalam hal ini, sengketa internasional
dapat terjadi diatara subyek hukum internasional, tak terkecuali hukum ekonomi
internasional. Oleh karenanya, sengketa dapat terjadi kapan saja dan dimana saja,
karenanya sengketa atau persengketaan merupakan suatu hal yang wajar dan dapat
dimengerti. Namun, dampaknya positif atau negatif, itu tergantung kita semua bagaimana
menyikapi dan menyelesaikannya.
5. Pengertian Investasi
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan
harapan dapat menghasilkan keuntungan di masa depan (Halim, 2005). Sehingga dalam
melakukan keputusan investasi, investor memerlukan informasi-informasi yang
merupakan faktor-faktor penting sebagai dasar untuk menentukan pilihan investasi. Dari
informasi yang ada, kemudian membentuk suatu model pengambilan keputusan yang
berupa kriteria penilaian investasi untuk memungkinkan investor memilih investasi terbaik
di antara alternatif investasi yang tersedia. Suatu investasi dapat dikatakan menguntungkan
(profitable) jika investasi tersebut dapat menjadikan investor lebih kaya atau tingkat
kemakmuran investor menjadi lebih baik setelah melakukan investasi.
Biasanya seorang investor akan melakukan riset sebelum memutuskan untuk
melakukan investasi, seperti dengan mempelajari laporan keuangan perusahaan, kinerja
perusahaan, track record atau portofolio, keadaan perekonomian, risiko, ulasan tentang
keuangan dan keadaan perekonomian yang dipublikasikan di media, dan lain-lain riset ini
dilakukan dengan tujuan supaya investasi yang dilakukan dapat memberikan tambahan
kekayaan. Berdasarkan utility theory yang dikembangkan oleh Von Neumann dan
Morgenstern, mengatakan bahwa (1) investor sangat rasional, (2) setuju dengan pilihan
yang kompleks, (3) tidak suka risiko dan, (4) memaksimalkan kekayaan. Dengan adanya
perkembangan dari masa ke masa, maka muncullah teori lain yang dapat mempengaruhi
keputusan investasi investor berdasarkan aspek psikologis (behavioral motivation). Selain
itu berdasarkan studi empiris tentang perilaku investor yang dilakukan oleh Blume dkk
pada tahun 1970, menguji bagaimana variabel demografi mempengaruhi proses pemilihan
dan komposisi portofolio investasi.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan investasi investor yaitu behavioral
motivation yang dapat dilihat dari variabel demografi, seperti jenis kelamin, usia dan
pendidikan. Lewellen, Lease dan Schlarbaum menetapkan bahwa usia, jenis kelamin,
pendapatan dan pendidikan mempengaruhi pilihan investor untuk keuntungan, dividen dan
semua laba yang diinginkan. Selain itu Warren dalam bukunya menyatakan bahwa.pilihan
investasi seseorang lebih berdasar pada gaya hidup dan karakteristik demografinya.
Kebanyakan investor dalam keputusan berinvestasi hanya melihat dan
mempertimbangkan faktor Accounting Information agar tujuan investasinya tercapai,
namun faktor-faktor yang lain tidak banyak diperhatikan. Faktor tersebut biasa disebut
10
Anak Agung, Ngurah Roy Sumardika. “Integrasi Lembaga Penyelesaian Sengketa Alternatif dalam Proses
Acara Peradilan Perdata, Studi Kasus Tentang Putusan Pengadilan yang Dimediasi Berdasarkan Perma
Nomor 1 Tahun 2008.” Jurnal Magister Hukum Udayana, Volume 7 Nomor 3, halaman 490.
sebagai alat analisis tradisional dan investor biasanya sudah merasa cukup dengan melihat
kedua faktor tersebut untuk menentukan keputusan investasi, selain itu memang banyak
investor yang tidak mengetahui bahwa ada faktor lain yang dapat dijadikan pertimbangan
sebelum melakukan investasi.11
B. Pengaturan Hukum Internasional
Hukum Internasional pada dasarnya memiliki pengaturan atau sumber-sumber
hukum. Seperti mana yang tercantum dalam Statuta Mahkamah Internasional pada Pasal
38 ayat (1) yang mana berisi tentang sumber-sumber Hukum Internasional diantaranya
perjanjian-perjanjian internasional, kebiasaan internasional, prinsip-prinsip yang berlaku
dan disetujui oleh negara-negara, dan hasil keputusan pengadilan pada kasus sebelumnya
beserta pendapat para sarjana-sarjana hukum.12

BAB III
PEMBAHASAN
A. Apa itu ICSID?
International Center for Settlement of Investment Dispute (ICSID) atau Pusat Internasional
Penyelesaian Perselisihan Investasi adalah sebuah lembaga yang menyediakan fasilitas
arbitrase dan konsiliasi bagi subjek-subjek ekonomi internasional yang bersengketa di bidang
investasi atau penanaman modal.13 ICSID sendiri memiliki dasar hukum yang bernama
International Center for Settlement of Investment Dispute Convention atau Konvensi Pusat
Internasional Penyelesaian Perselisihan Investasi (Konvensi Washington) yang diratifikasi
oleh 155 negara terkait. Yang mana konvensi ini berlaku pada 14 Oktober 1966, tepat tiga
puluh hari setelah dirumuskannya konvensi tersebut.14
Kasus yang diselesaikan oleh ICSID sendiri biasanya terjadi karena adanya
ketidakselarasan antara subjek-subjek ekonomi internasional. Hal ini bisa terjadi diantara
perusahaan internasional dengan negara. Sebagai contoh, sengketa ekonomi antara Indonesia
dengan Churchill Mining Plc dan Planet Mining Pty Ltd. yang merupakan perusahaan
batubara milik Ridlatama Group (Negara dengan Perusahaan).
Metode penyelesaian sengketa di ICSID ini pun memiliki beberapa metode, diantaranya
yaitu Litigasi ataupun non Litigasi yang terdiri dari Arbitrase, Mediasi, Negosiasi, Konsiliasi,
Penilaian Ahli dan Pencari Fakta.15 Litigasi sendiri yaitu suatu langkah dalam menyelesaikan
sengketa melalui proses pengadilan yang mana setiap pihak yang bersengketa memiliki hak
dan kewajiban yang sama dalam menggugat maupun membantah gugatan melalui jawaban.16
Sedangkan Non-Litigasi merupakan kebalikan dari litigasi itu sendiri, yaitu penyelesaian
11
Christanti, Natalia dan Mahastanti, Linda Ariany. “Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan Investor Dalam
Melakukan Investasi.” Jurnal Manajemen Teori dan Terapan, Vol. 3, halaman 37-38.
12
Pasal 38 ayat 1, Statuta Mahkamah Internasional, 1945.
13
Indira Carr dan Peter Stone, “International Trade Law, Sixth Edition”, New York : Routledge Taylor and
Francis Group, 2018, halaman 635.
14
International Center for Settlement of Investment Dispute, World Bank Group.
15
Dewi Ramadhina, “Kewenangan Lembaga Arbitrase International Centre for Settlement Investment Disputes
(ICSID) dalam Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal dalam Kajian Hukum Internasional”, Medan :
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2021, halaman 13.
16
Yessi Nadia, Penyelesaian Sengketa Litigasi dan Non-Litigasi (Tinjauan Terhadap Mediasi dalam Pengadilan
sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan).
sengketa yang dilakukan diluar pengadilan, yang mana berupa Arbitrase, Mediasi, Negosiasi,
Konsiliasi, Penilaian Ahli dan Pencari Fakta.17
Dari setiap kasus yang pernah masuk ke ICSID, hampir sebagian besar diselesaikan
melalui proses arbitrase. Arbitrase sendiri yaitu menyerahkan suatu persengketaan terhadap
pihak ketiga yang netral.18 Dalam hal ini pihak ketiga yang dimaksud adalah Pusat
Internasional Penyelesaian Perselisihan Investasi, yang mana merupakan lembaga yang
memang menyelesaikan persengketaan tersebut.
Adapun langkah yang perlu dilakukan bagi pihak yang ingin menyelesaikan sengketanya
di ICSID seperti mana yang tercantum dalam Pasal 36 ayat 1 Konvensi ICSID yang
menyatakan bahwa setiap negara penandatangan atau warga negara dari negara
penandatangan yang berkeinginan untuk melakukan penyelesaian sengketa melalui arbitrase,
harus mengajukna permohonannya secara tertulis kepada Sekretaris Jenderal ICSID.19 Yang
mana dalam pengajuannya harus memuat pokok perselisihan, para identitas yang berselisih
dan persetujuan para pihak yang berisi kesepakatan tentang penyelesaian perselisihan yang
akan ditengahi atau diselesaikan oleh ICSID.20
B. Contoh Persengketaan ICSID
1. Churchill Mining Plc dan Planet Mining Pty Ltd dengan Indonesia
Pada tanggal 4 Maret 2010, sebuah perusahaan batubara milik Ridlatama Group
yang berlokasi di Kecamatan Busang, Kabupaten Kutai Timur menggugat Republik
Indonesia ke ICSID. Perusahaan tersebut yang mana sebagai penggugat melakukan
gugatan terhadap Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Bupati Kutai Timur dengan tuduhan
bahwa bupati tersebut telah melanggar perjanjian bilateral investasi antara RI dengan
Inggris dan RI dengan Australia. Disini bupati tersebut dianggap telah melakukan
pengambil alihan lahan seluas 350 km persegi milik perusahaan tersebut dengan disertasi
kompensasi atau ganti rugi terhadap masyarakat. Dengan adanya perbuatan yang
dilakukan oleh bupati tersebut, perusahaan mengklaim telah mengalami kerugian sebesar
USD 1,3 Milyar atau kurang lebih sebesar Rp18 triliun.
Menanggapi hal ini, Pemerintah Indonesia pun tak tinggal diam. Pemerintah
Indonesia memiliki bukti yang cukup dengan menyatakan bahwa terdapat dokumen palsu
yang dimiliki oleh perusahaan penggugat. Dalam hal ini kurang lebih sekitar tiga puluh
empat dokumen palsu yang besar kemungkinan dibuat oleh mesin autopen. Beberapa dari
dokumen palsu tersebut merupakan dokumen yang yang seolah-olah merupakan dokumen
resmi atau asli yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga pemerintahan di Indonesia, baik
pusat maupun daerah.
Mendengar hal ini, pihak ICSID pun sepakat dengan pihak tergugat yang mana
dalam hal ini adalah Pemerintah Indonesia. ICSID pun sepakat dengan pendapat
Pemerintah Indonesia yang berargumen bahwa investasi yang bertentang dengan hukum
(dalam hal ini memalsukan dokumen) tidak pantas untuk mendapatkan perlindungan
hukum internasional. ICSID pun menemukan bahwa pihak penggugat tidak mengawasi

17
Dewi Tuti Muryati dan B. Rini Heryanti, “Pengaturan dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa Non Litigasi di
Bidang Perdagangan”, Jurnal Hukum Universitas Semarang, Volume 3 Nomor 1, 2011, halaman 49.
18
Iza Rumesten, Irsan dan Putu Samawati, “Hukum Ekonomi Internasional”, Jakarta Pusat : PT. Fikahati
Aneska, 2012, halaman 61.
19
Pasal 36 ayat (1) International Center for Settlement of Investment Dispute Convention.
20
Pasal 28 ayat (2) International Center for Settlement of Investment Dispute Convention.
dengan baik mitra-lokal dan proses perizinannya. Dengan ini, pihak ICSID dengan tegas
menolak gugatan yang dilayangkan oleh Churchill Mining Plc dan Planet Mining Pty Ltd.
Pada tanggal 6 Desember 2016, ICSID resmi mengumumkan bahwa ICSID
menolak gugatan yang dilayangkan oleh pihak penggugat (Churchill Mining Plc dan
Planet Mining Pty Ltd) terhadap pihak tergugat (Republik Indonesia) dan menerima klaim
Pemerintah Indonesia yang meminta biaya penggantian berperkara sebesar USD. 9,4 Juta
atau setara kurang lebih sebesar Rp. 70 Milyar. Pada 18 Maret 2019, ICSID mengeluarkan
putusan final yang berkekuatan hukum tetap yang mana Pemerintah Indonesia keluar
sebagai pemenang dalam persengketaan tersebut.
2. RI dengan PT. Kaltim Prima Coal
Pada tahun 2009, Pihak Republik Indonesia dalam hal ini Pemerintah Kalimantan
Timur mengajukan gugatan terhadap beberapa perusahaan di Kalimantan Timur, dan salah
satunya yang terbesar adalah PT. Kaltim Prima Coal. Hal ini bermula dari pihak Pemda
Kaltim yang hendak melakukan divestasi (pengurangan aset dengan tujuan tertentu di
masa yang akan datang) sesuai dengan kesepakatan ditolak oleh PT. Kaltim Prima Coal.
Oleh karenanya, pihak Pemerintah Kaltim membawa kasus tersebut ke ICSID.
Namun, pihak ICSID pun menolak untuk menyelesaikan kasus ini karena merasa
ini bukan yurisdiksi mereka untuk menyelesaikan sengketa yang diajukan oleh pihak
negara. Adapun dalam perjanjian P4M (Perjanjian Peningkatan dan Perlindungan Modal)
dijelaskan bahwa negara tidak memiliki hak untuk melakukan gugatan dan gugatan hanya
dapat dilakukan oleh investor asing. Hal inilah yang menyebabkan akhirnya proses
persengketaan tersebut tidak dilanjutkan.
3. AMCO dengan RI
Pada 22 April 1968 diadakan “Lease and Management Agreement” antara AMCO
Asia Corporation (AMCO) dengan PT Wisma Kartika. AMCO merupakan perusahaan
berbadan hukum negara bagian Delaware, USA, sedangkan PT Wisma adalah perusahaan
berbadan hukum milik Republik Indonesia. Kedua belah pihak membuat kontrak
pembagian keuntungan dan kontrak managemen berdasarkan perjanjian tersebut atas Hotel
Kartika Plaza. Salah satu isi kontrak itu adalah menyerahkan kepada ICSID bila muncul
sengketa dikemudian hari.21
Pada Maret 1980, Wisma Kartika mengambil alih pengelolaan Hotel Kartika Plaza
karena menganggap AMCO Indonesia telah salah manajemen dan melakukan kecurangan
sehingga Indonesia tidak mendapat bagian saham. Pada Juli 1980, Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) mencabut izin usaha Amco Indonesia dengan asumsi AMCO
Indonesia tidak mampu memenuhi kewajiban modalnya. Ketiga badan hukum di atas telah
menyatakan bahwa pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) dalam hal ini dirugikan dan dianiaya sehubungan dengan
pelaksanaan penanaman modal asing di Indonesia, saya mengajukan petisi ke majelis
arbitrase. Pemerintah Indonesia c.q BKPM mencabut izin penanaman modal asing secara
sepihak tanpa pemberitahuan terlebih dahulu sesuai dengan kesepakatan yang disepakati
para pihak.

21
Dewi, Putu Eka Trisna. Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal Asing Antara Pemerintah Indonesia dengan
Perusahaan AMCO Asia Dikaji dari Hukum Kontrak Internasional. Jurnal Yustitia, Vol. 12, hal. 5-7.
Menindaklanjuti sengketa antara pemerintah Indonesia dalam perkara Hotel
Kartika Plaza telah diputus dalam tingkat pertama oleh lembaga ICSID yang putusannya
berisikan bahwa pemerintah Indonesia telah dinyatakan melakukan pelanggaran baik
terhadap ketentuan hukum internasional maupun hukum Indonesia sendiri, di mana
pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
telah melakukan pencabutan lisensi penanaman modal asing yang dilakukan oleh para
investor asing seperti Amco Asia Corporation, Pan America Development, dan Amco
Indonesia dengan arbiter Isl Foighel dari Danish dan Edward W. Rubin dari Kanada.
Dalam tingkat kedua yang merupakan putusan panitia adhoc ICSID sebagai akibat
dari permohonan pemerintah Indonesia untuk membatalkan putusan (annulment) tingkat
pertama yang berisikan bahwa pemerintah Indonesia dianggap benar serta sesuai dengan
hukum Indonesia untuk melakukan pencabutan lisensi atau izin penanaman modal asing
dan tidak diwajibkan untuk membayar ganti kerugian atas putusan tingkat pertama.
Namun, pemerintah Indonesia tetap diwajibkan untuk membayar biaya kompensasi ganti
kerugian atas perbuatannya main hakim sendiri (illegal selfhelp) terhadap penanaman
modal asing dengan arbiter Florentio P. Feliciano dari Filipina dan Andrea Giardina dari
Kanada.
Putusan tingkat ketiga oleh ICSID pada pokoknya berisikan bahwa Indonesia tetap
dikenakan kewajiban pembayaran terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pencabutan
lisensi atau izin penanaman modal asing kepada pihak investor, yaitu sebesar US$
3.200.000 pada tingkat pertama dengan arbiter Arghyrio A. Fatouros dari Yunani dan
Dietrich dari Swiss.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari apa yang telah dibahas diatas, dapat kita simpulkan bahwa persengketaan
merupakan hal yang sering dan wajar terjadi. Karena selama masih ada kepentingan di
dalamnya, tidak dapat dielakkan jika perselisihan dapat terus terjadi. Namun, dari
penjelasan di atas, sengketa dapat berjalan menuju ke arah yang positif maupun ke arah
yang negatif. Hal ini tergantung dari bagaimana para pihak yang terkait menyikapinya.
Selama para pihak yang terkait terus menyikapi persengketaan ini dengan tujuan yang
baik, maka saya yakin akhir dari persengketaan tersebut akan menimbulkan hal yang baik
pula. Sebagai contohnya, percayakan semua persengketaan investasi ini terhadap ICSID
yang memiliki wewenang dalam menyelesaikannya. Tidak perlu berbuat dan melakukan
hal-hal yang diluar ketetentuan, sehingga nantinya malah akan menjadi boomerang sendiri
terhadap para pihak-pihak yang terkait. Oleh karenanya, tunduklah pada hukum selalu,
agar tercipta hubungan yang baik di dalam ruang lingkup dunia internasional.
B. Saran
Saran dari semua yang telah dibahas adalah, semoga para pihak yang terkait atau
bersengketa tetap bertindak sesuai dengan ketentuan dan kebiasaan yang berlaku, supaya
terciptanya hubungan perekonomian yang baik, aman, damai dan tentram.
DAFTAR PUSTAKA

Anak Agung, Ngurah Roy Sumardika. “Integrasi Lembaga Penyelesaian Sengketa Alternatif
dalam Proses Acara Peradilan Perdata, Studi Kasus Tentang Putusan Pengadilan yang
Dimediasi Berdasarkan Perma Nomor 1 Tahun 2008.” Jurnal Magister Hukum Udayana,
Volume 7 Nomor 3.

Christanti, Natalia dan Mahastanti, Linda Ariany. “Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan


Investor Dalam Melakukan Investasi.” Jurnal Manajemen Teori dan Terapan, Vol. 3.

D. Mitchell, Andrew, “Good Faith and International Economic Law”, New York : Oxford
University Press, 2015.

Dewi, Putu Eka Trisna. Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal Asing Antara Pemerintah
Indonesia dengan Perusahaan AMCO Asia Dikaji dari Hukum Kontrak Internasional. Jurnal
Yustitia, Vol. 12, hal. 5-7.

Dewi Ramadhina, “Kewenangan Lembaga Arbitrase International Centre for Settlement


Investment Disputes (ICSID) dalam Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal dalam Kajian
Hukum Internasional”, Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2021.

Dewi Tuti Muryati dan B. Rini Heryanti, “Pengaturan dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa
Non Litigasi di Bidang Perdagangan”, Jurnal Hukum Universitas Semarang, Volume 3
Nomor 1, 2011.

Fence Wantu, “Pengantar Ilmu Hukum”, Gorontalo : UNG Press, 2015.

Hendra Safri, “Pengantar Ilmu Ekonomi”, Palopo : Lembaga Penerbit IAIN Palopo, 2018.

Indira Carr dan Peter Stone, “International Trade Law, Sixth Edition”, New York :
Routledge Taylor and Francis Group, 2018.

International Center for Settlement of Investment Dispute, World Bank Group.

Iza Rumesten, Irsan dan Putu Samawati, “Hukum Ekonomi Internasional”, Jakarta Pusat : PT.
Fikahati Aneska, 2012.

Jimmy Jeses Sembiring. “Penyesaian Sengketa di Luar Pengadilan”, Jakarta : Visimedia,


2011.

Muhammad Dinar dan Muhammad Hasan, “Pengantar Ekonomi: Teori dan Aplikasi”,
Makassar : CV. Nur Lina, 2018.

Pasal 28 ayat (2) International Center for Settlement of Investment Dispute Convention.

Pasal 36 ayat (1) International Center for Settlement of Investment Dispute Convention.

Pasal 38 ayat 1, Statuta Mahkamah Internasional, 1945.


Theadora Rahmawati dan Umi Supraptiningsih, “Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar
Hukum Indonesia”, Pamekasan : Duta Meida, 2020.

Yahyanto, “Pengantar Ilmu Hukum”, Yogyakarta, 2014.

Yanti Nurhayanti, “Pengantar Ilmu Hukum”, Ujungberung : Nusamedia, 2020.

Yuhelson, “Pengantar Ilmu Hukum”, Gorontalo : Ideas Publishing, 2017.

Yessi Nadia, Penyelesaian Sengketa Litigasi dan Non-Litigasi (Tinjauan Terhadap Mediasi
dalam Pengadilan sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan).

Anda mungkin juga menyukai