Anda di halaman 1dari 8

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

Alfariz Maulana Reza (1610112039)


Ayu Yulensi Putri (1610112057)
Awaldi Saher (1610112055)
Egi Rahmat Ibadurahim (1610112084)
Dina Hasanatul Huda (1610112060)

Jurusan Ilmu Hukum


Fakultas Hukum
Universitas Andalas
Padang
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Dewasa ini kita berada dalam kegiatan ekonomi antarbangsa yang bergerak menuju
kesalingtergantungan ekonomi. Suatu ekonomi global jangan dianggap hanya sekedar
perdagangan yang semakin besar diantara negara-negara di dunia, karena yang tengah terjadi
adalah suatu ekonomi dunia yang bergerak ke arah ekonomi tunggal, suatu satu ekonomi dan
satu pasar. Dengan demikian kini tidak ada lagi yang namanya ekonomi nasional murni. Bagian
dunia yang lain terlalu besar untuk diabaikan, baik sebagai pasar maupun sebagai pesaing.Dalam
praktek kesalingtergantungan tersebut muncul masalah yang membuat praktek tersebut
terganggu seperti masalah perjanjian bilateral maupun multilateral yang tidak sesuai dengan
yang diperjanjikan akibatnya masalah tersebut menjadikan hubungan negara-negara yang
melakukan perjanjian tersebut menjadi terganggu sehingga akhirnya negara yang tidak memiliki
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan negaranya menjadi terganggu.Untuk itu,perlunya
regulasi yang yang tepat dan pengawasan yang ketat dalam pelaksanaannya tersebut.

B.Rumusan Masalah
1.Apa pengertian,ciri-ciri,dan prinsip Hukum Ekonomi Internasional?
2.Apa contoh kasus dalam ranah Hukum Ekonomi Internasional?
3.Bagaimana cara penyelesaian kasus tersebut?

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Hukum Ekonomi Internasional


Didalam perkembangannya, para sarjana hukum ekonomi intenasional hingga saat ini belum
menemukan kesepakatan mengenai batasan ataupun pengertian mengenai bidang hukum ini. Hal
ini tidak saja dapat dilihat dari perumusan defenisi yang berbeda, tetapi juga dari perbedaan
sudut pandangan baik terhadap ruang lingkup maupun subjek hukum ekonomi
internasionalnya.Erler menggunakan dua pendekatan dalam merumuskan defenisi tentang hukum
ekonomi internasional, yaitu berdasarkan asal hukum atau norma dan objek hukumnya. 1
Pendekatan menurut objek hukum ekonomi internasional lebih sesuai dan mencerminkan secara
komprenhensif tentang defenisi hukum ekonomi internasional. Dalam hal ini hukum ekonomi
internasional merupakan suatu bidang hukum yang mencakup semua aspek hukum meliputi
hukum perdata, hukum publik yang menyangkut hubungan ekonomi transional dan hukum
internasional publik.Kemudian John H. Jackson memberikan defenisi hukum ekonomi
internasional secara spesifik dan terbatas. Beliau beranggapan bahwa:

“International economic law could be defined as including all legal subjects which have both an
international and an economic component.”2

Artinya, hukum ekonomi internasional adalah semua subjek hukum yang memiliki unsur
internasional dan unsur ekonomi. Menurut Jackson, bidang hukum ekonomi internasional
memiliki kaitan erat dengan hukum publik internasional.Adapun pendapat lain, dikemukakan
oleh Sunaryati Hartono yang menyatakan hukum ekonomi internasional sebagai berikut:

“Hukum Ekonomi Internasional terdiri dari kaidah-kaidah Hukum Internasional dan Hukum
Nasional yang objeknya merupakan hubungan, transaksi, dan persoalan-persoalan ekonomi
internasional. Dengan kata lain, Hukum Ekonomi Internasional bukan berarti hukumnya yang
harus internasional, melainkan objek yang diaturnya yang harus menyangkut kegiatan ekonomi
internasional. ”3

Berdasarkan atas defenisi-defenisi diatas penulis menarik suatu kesimpulan, bahwa hukum
ekonomi internasional merupakan suatu kumpulan atau himpunan baik berupa prinsip-prinsip,
azas-azas maupun kaedah-kaedah yang mengatur dan mengarahkan hubungan dan aktifitas
ekonomi internasional antara subjek-subjek hukum ekonomi internasional dalam berbagai bidang
seperti: perdagangan, investasi, moneter, perpajakan pengangkutan, asuransi, perburuhan, alih
teknologi dan sebagainya.

B.Ciri-ciri Hukum Ekonomi Internasional


Pertama,hukum ekonomi internasional adalah juga cabang atau bagian dari hukum internasional
public.karena sifatnya ini,maka ada prinsip-prinsip atau aturan-aturan hukum internasional
public yang berlaku terahadap hukum ekonomi internasional.Kedua,ada beberapa sifat dari
hukum ekonomi inernasional ini yang berbeda dengan hukum internasional public.Yang utama
dan yang terpenting adalah bahwa hanya sedikit sekali norma-norma kebiasaan pada hukum
internasional.Umumnya hukum internasional didasarkan kepada perjanjian-perjanjian
internasional yang dihasilkan oleh organisasi internasional.Ketiga,dibandingkan dengan hukum
interanasional public,dalam hukum ekonomi internasional terdapat cukup banyak perjanjian
bilateral.4
1
N. Rosyidah Rakhmawati, Hukum Ekonomi Internasional Dalam Era Global, Bayumedia Publishing, Malang, 2006,
hlm 11
2
Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar, Keni Media, Bandung, 2010, hlm 5
3
Sunaryati Hartono, Bahan Kuliah Hukum Ekonomi Internasional dikutip Narzif, Diktat Hukum Ekonomi
Internasional, Universitas Andalas, Padang, 1995, hlm 3
4
Huala Adolf,Op.Cit., hal 12
C.Prinsip-prinsip Hukum Ekonomi Internasional5
1.Prinsip Standar Minimum
Kewajiban negara untuk sedikitnya memberikan jaminan perlindungan kepada pedagang atau
pengusaha asing atau harta miliknya.
2.Prinsip Perlakuan Sama
Perlakuan timbal balik , misalnya negara A mengenakan pajak kepada negara B sebesar 5%,
begitu juga sebaliknya. Dewasa ini prinsip ini lebih dikenal dengan istilah resiprositas
(reciprocity) perlakuan yang sama demikian biasanya tertuang dalam suatu perjanjian baik yang
sifatnya multilateral maupun bilateral.
3.Prinsip Perlakuan Nasional
Prinsip ini mensyaratkan suatu Negara untuk memperlakukan hukum yang sama yang diterapkan
terhadap barang-barang,jasa-jasa atau modal asing yang telah memasuki pasar dalam negerinya
dengan hukum yang diterapkan terhadap produk-produk atau jasa-jasa yang dibuat di dalam
negeri.
4.Prinsip Dasar Atau Klausul “Most-Favoured-Nation” (MFN)
Klausul ini adalah prinsip nondiskriminasi di antara negara-negara. Prinsip ini mensyaratkan
suatu negara harus memberikan hak pada negara lainnya sebagaimana halnya ia memberikan hak
serupa kepada negara ketiga.
5.Prinsip Menahan Diri Untuk Tidak Merugikan Negara Lain
Dalam perjanjian-perjanjian internasional mengenai masalah-masalah ekonomi telah mengakui
adanya suatu kewajiban kepada negara-negara untuk tidak menimbulkan beban ekonomi kepada
negara lain karena adanya kebijaksanaan ekonomi domestik negara yang bersangkutan.
6.Prinsip Tindakan Pengaman: Klausul Penyelamat
Perjanjian-perjanjian internasional dirasakan terlalu membebani Negara, karena itu agar
perjanjian–perjanjian tersebut berfungsi maka dibuatlah suatu kalausul penyelamat (escape
Clause atau safe guards clause) biasanya klausul demikian memberikan kemungkinan-
kemungkinan penanggalan sutu kewajiban tertentu bagi suatu Negara, biasanya Negara
berkembang atau miskin.
7.Prinsip Perlakuan Khusus Bagi Negara Yang Sedang Berkembang
Adalah pinsip yang mensyaratkan perlunya sutu kelonggaran-kelonggaran atas aturan hukum
tertentu bagi Negara-negara sedang berkembang.
8.Prinsip Penyelesaian Sengketa Secara Damai
Negara-negara kerapkali memasukkan cara-cara damai yaitu negosiasi atau konsultasi dalam
perjanjian internasionalnya.kecenderiungan sekranag ialah dengan dicantumkannya kalusul yang
mensyaratkan, apabila kedua cara tersebut gagal para pihak kan menyerahkan sengketanya
kepada pihak ketiga yang netral misalnya arbitrase.
9. Prinsip Kedaulatan Negara Atas Kekayaan Alam, Kemakmuran Dan Kehidupan Ekonominya
Prinsip ini dikemukakan oleh Jose Casteneda sarjana hukum internasional terkemuka dari
maeksiko. Menurut Casteneda hukum ekonomi harus memuat serangkaian ketentuan, termasuk
di dalmnya lembaga-lembaga, praktik, metode dan prinsip-prinsip yang mengatur dan menjamin

5
Ibid, hlm 23
perlindungan efektif terhadap kekayaan alam khususnya kekayaan alam Negara sedang
berkembang.
10.Prinsip Kerjsama Internasional
Yang mendasari prinsip ini adalah tanggung jawab kolektif dan solidaritas untuk pembangunan
dan kesejahteraan bagi semua Negara. Kewajiban hukum untuk kerjasama ini mencakup semua
bidang ekonomi internasional.

D.Kasus dalam Hukum Ekonomi Internasional


Kasus Sengketa antara Pertamina melawan Karaha Bodas corporation (KBC) bermula dengan
ditandatanganinya perjanjian Joint Operation Contract (JOC) pada tanggal 28 November 1994.
Pada tanggal yang sama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di satu pihak dan Pertamina serta
KBC pada pihak lain menandatangani perjanjian Energy Supply Contract (ESC). Perjanjian
kersasama ini bertujuan untuk memasok kebutuhan listrik PLN dengan memanfaatkan tenaga
panas bumi yang ada di Karaha Bodas, Garut, Jawa Barat. Dalam perjalanannya ternyata proyek
kelistrikan ini ditangguhkan oleh Pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 39 tahun
1997 tertanggal 20 September 1997. Dampak penangguhan adalah kerjasama Pertamina dengan
KBC tidak dapat dilanjutkan.
KBC pada tanggal 30 April 1998 memasukkan gugatan ganti rugi ke Arbitrase Jenewa sesuai
dengan tempat penyelesaian sengketa yang dipilih oleh para pihak dalam JOC. Pada tanggal 18
Desember 2000 Arbitrase Jenewa membuat putusan agar Pertamina dan PLN membayar ganti
rugi kepada KBC, kurang lebih sebesar US$ 261,000,000.
Atas putusan arbitrase Jenewa, Pertamina tidak bersedia secara sukarela melaksanakannya.
Sebagai upaya hukum, Pertamina telah meminta pengadilan di Swiss untuk membatalkan
putusan arbitrase. Hanya saja upaya ini tidak dilanjutkan (dismiss) karena tidak dibayarnya uang
deposit sebagaimana dipersyaratkan oleh Swiss Federal Supreme Court.
Sementara itu, KBC telah melakukan upaya hukum berupa permohonan untuk pelaksanaan
Putusan Arbitrase Jenewa di pengadilan beberapa negara di mana asset dan barang Pertamina
berada, kecuali di Indonesia. Pada tanggal 21 Pebruari 2001, KBC mengajukan permohonan
pada US District Court for the Southern District of Texas untuk melaksanakan Putusan Arbitrase
Jenewa. Selanjutnya KBC mengajukan permohonan yang sama pada pengadilan Singapura dan
Hong Kong. Dalam menyikapi upaya hukum KBC, Pertamina melakukan upaya hukum berupa
penolakan pelaksanaan di pengadilan-pengadilan yang diminta oleh KBC untuk melakukan
eksekusi.
Pertamina melanjutkan upaya hukum pembatalan putusan arbitrase Jenewa di pengadilan
Indonesia. Pada tanggal 14 Maret 2002 Pertamina secara resmi mengajukan gugatan pembatalan
Putusan Arbitrase Jenewa kepada PN Jakarta Pusat. Gugatan pembatalan tersebut didasarkan
pada ketentuan pasal 70 UU no. 30 tahun 1999 tentang syarat-syarat pembatalan putusan
Arbitrase Internasional yang berbunyi : Permohonan pembatalan hanya dapat diajukan terhadap
putusan arbitrase yang sudah didaftarkan di pengadilan. Alasan alasan permohonan pembatalan
yang disebut dalam pasal ini harus dibuktikan dengan putusan pengadilan. Apabila pengadilan
menyatakan bahwa alasan-alasan tersebut terbukti atau tidak terbukti, maka putusan pengadilan
ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan bagi hakim untuk mengabulkan atau menolak
permohonan.
Dalam putusannya nomor 86/PN/Jkt.Pst/2002 tanggal 9 September 2002 , pengadilan Negeri
Jakarta Pusat akhirnya mengabulkan gugatan Pertamina dengan membatalkan putusan arbitrase
internasional, UNCITRAL, di Jenewa, Swiss. Adapun beberapa alasannya antara lain
pengangkatan arbiter tidak dilakukan seperti yang telah diperjanjikan dan tidak diangkat arbiter
yang telah dikehendaki oleh para pihak berdasarkan perjanjian, sementara Pertamina tidak
diberikan proper notice mengenai arbitrase ini dan tidak diberi kesempatan untuk membela diri.
Majelis arbitrase telah salah menafsirkan force majeure, sehingga mestinya Pertamina tidak
dapat dimintakan pertanggungjawab atas sesuatu yang di luar kemampuannya. Di samping itu,
Majelis Arbitrase dianggap telah melampaui wewenangnya karena tidak menggunakan hukum
Indonesia, pada hal hukum Indonesia adalah yang harus dipakai menurut kesepakatan para pihak,
Majelis arbitrase hanya menggunakan hati nuraninya sendiri berdasarkan pertimbangan ex
aequeo et bono.

E. Kronologis Penyelesaian Kasus6


1.Tahun 2000, Arbitrase International Swiss mengabulkan gugatan Karaha Bodas Company
dengan menghukum Pertamina membayar ganti rugi US$ 111,1 Juta untuk kerugian Pengeluaran
dan US$ 150 Juta untuk kerugian keuntungan (lost of profi) ditambah bungan 4% per tahun sejak
1 Januari 2001.
2.Karaha Bodas Company mengguggat untuk pelaksanaan putusan Arbitrase Internasional Swiss
untuk asset Pertamina yang ada di New York, Texas, Hong Kong dan Kanada melalui
pengadilan di negara-negara tersebut untuk mebekukan asset Pertamina.
3.Pertamina mengajukan upaya hukum di Indonesia untuk membatalkan pelaksanaan putusan
Arbitrase Internasional. Pada 27 Agustus 2002 Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengabulkan
permohonan Pertamina untuk menolak pelaksanaan putusan Arbitrase Internasional Swiss.

6
Yongky, Analisis Kasus Karaha Bodas Company,diakses dari
http://yongkyangkianata.blogspot.co.id/2014/01/analisa-kasus-karaha-bodas-company.html,pada tanggal 19
September 2017 jam 20.00.
BAB III
KESIMPULAN

Pada dasarnya Hukum Ekonomi Internasional mengatur tata cara bagaimana berekonomi
internasional dan apa saja yang harus dipatuhi oleh pihak-pihak yang melakukan aktifitas
ekonomi dalam skala internasional,tinggal bagaimana kesadaran dari pihak-pihak tersebut
apakah mereka mematuhi kaidah-kaidah maupun prinsip-prisnsip ekonomi tersebut.seperti
contohnya kasus Karaha Bodas Company yang salah satu pihak merugikan pihak yang lain yang
bertentangan dengan prinsip maupun kaidah internasional.Untuk itu kedepannya diharapkan
permasalahan yang sama maupun yang lain tidak terulang kembali dan penyelesaian kasus
tersebut harus adil dan sesuai dengan prinsip-prinsip maupun norma yang berlaku agar
mewujudkan suatu aktifitas ekonomi internasional yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Rakhmawati,N Rosyidah.2006.Hukum Ekonomi Internasional Dalam Era Global.Malang:Bayu

Media.

Adolf,Huala.2010. Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar.Bandung:Keni Media.

Yongky, Analisis Kasus Karaha Bodas Company,diakses dari

http://yongkyangkianata.blogspot.co.id/2014/01/analisa-kasus-karaha-bodas-company.html,pada

tanggal 19 September 2017 jam 20.00

Anda mungkin juga menyukai