Anda di halaman 1dari 21

KEDUDUKAN HUKUM EKONOMI DALAM STRUKTUR

ILMUHUKUM

D. Sidik Suraputra l

Abstrak

The mainstream thought of Indonesian economic lawyers are highlighted on


the substances of the economic law is descended into areas of private and
public law themselves. In this article the author launched his thought
regarding a proposition that economic law is esteemed under public law
system even neither economic lawyers had not endorsed it. Author also
unveils that for a sufficient endorsed through legal concept needs consensus
frol11 law profeSSionals so that it would be well developed. This article is not
focused to analyze in particular economic law element. 't will relale to
author 's suggestion that economic law scopes ought to confine into one of
public law domains that is considered to more comprehensible even tough
the scapes in rehearsal is ensued extensively because much government's
dilemmas which is impacted through economic.

Kata kunci' kedudukan. hukul11 ekonomi. struktur ill11l1 hukul11

I. Pcndahuluan
Keberadaan dan berlakunya Hukum Ekonomi tergantung dari Sistem
Perekonomian yang dianut oleh suatu negara. Setiap sistem ekonomi hanls
mampu memecahkan tiga permasalahan pokok ekonomi. Pertama-tama, apa
yang harus diproduksi dan berapa ban yak. Produksi berupa barang dan jasa
adalah hasil transformasi dari berbagai faktor produksi. Barang dan jasa yang
diproduksi, akan bermanfaat bagi kOllsumen. Pertanyaan barang apa yang
harus diproduksi, berarti barang apa saja yang harus disediakan. Berapa
banyak agar kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan. Keduanya, setelah
diputuskan barang dan jasa apa yang harus diproduksi. Maka pertanyaan
berikut "Bagaimana memproduksinya". Metode dan tekno logi apa yang
digunakan dalam proses produksi. IImu ekonomi, memandang teknologi
sebagai faktor yang penting dalam proses produksi. Meskipun demikian

! Guru Besar Hukum Transnasional Fakultas Hukum Univers itas Indonesia


Kedudukan Hukul11 Ekonomi Dalam Slruklur IImu Hukuf11, Surapulra 67

teknologi bukan satu-satunya pil ihan. Sebab banyak faktor yang harus
dipcrtimbangkan , seperti s kala produks i, kepemimp inan manajemen , iklan di
media masa, kemampuan linansiai dan sikap mental. Pilihan teknologi
se baiknya dikaitkan dcngan faktor-faktor terse but. Agar teknolog i yang
dipilih menghasilkan tingkat elisiensi ya ng besar. Ketiga, untuk s iapa barang
dan j asa diproduksi. Penanyaan ini berdimens i keadilan dan pemerataan. Apa
gunanya produksi me limpah karena me mpergunakan teknologi tinggi dan
berskala besar dan elisien, bila hanya diminati segelint ir anggota masyarakat
saja. Keputusan untuk s iapa barang dan jasa diproduksi berkaitan erat dengan
konsep keadaan masyarakat bersangkutan. Bagi masya rakat ega liter keadilan
berarti setiap individu memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan
masyarakat uti Iitarian tidak terlalu mementingkan kead i Ian da lam j umlah2.
Untuk menjawab tiga pertanyaan pokok ekonomi tampil tiga s istem
perekonomian, . yaitu perlama-Iama, sistem ekonom i pasar bebas, dimana
keputusan s umber daya dilenlukan sendi ri oleh individu ata u produsen.
Biasa nya produsen akan menghasilkan barang, apabila dia dapat keun tungan
setinggi-tingginya, dan ballyak yang ingin beli. Maka keputllsan tentang
barang apa ya ng akan dihasil kan dilenlukan oleh pasarlpembeli dengan harga
yang memberi kellntungan bagi pellgusaha . Pemikirall dari siste m pasar
bebas ini berasal dari pendapat Adam Smith (1723 - 1790) yang dimuat
dalam bukunya An InqllilY into the Natllre and Courses of the Wealth of
Nations . Adam Smith menyatakan bahwa sepcrti alam semesta yang berjalan
serba leratur," sislem ekonomi pun akan mampu memulihkan dirinya sendiri
(self adjllstment), karena ada kekualan pernyataan yang disebut sebagai
langan-Iangan lidak terl ihat (invisible hand). Tangan ajaib terse but adalah
mekanisme pasar,. yaitu mekanisme alokasi sumber daya ekonomi
berlandaskan interaks i kekuatan pennintaan dan penawaran . Adam Smith
sangat percaya bahwa mekanisme pasar akan menjadi alat alokasi s umber
daya yang elis ien , jika pemerintah tidak ikut campur dalam perekonom ian.
Keduanya, sistem ekonomi terpimpin (komando). Di dalam sistem ini
tiga persoalan ekonomi yang terdahulu telah dibahas, dipecahkan oleh
penguasa pusat, apakah diperuntukkan unluk individu atau kelompok
pemerintah pusat menentukan alokasi penggunaan sumber daya, penentuan
jenis dan jumlah barang yang diproduksi. Semuanya ini dilakukan dengan

2 Pralhama Rahardja dan Mandala Manurung. "Pengantar IImu Ekollom i (Mikro


Ekonomi dan Makro Ekonomi)'"; (Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indones ia 200,1).
ha l. 3-4.
68 Jurnal flukul1I dan Pembangunan. Tahun Ke-35 No. I. Januari- Morel 2005

menggunakan perencanaan pusa!. Individu t idak punya kebebasan dalam


menggunakan sUlllber daya. Hak milik individu biasanya tidak ada.
Ketiganya, sistem ekonomi campuran, adalah sistem yang memplInyai
unsur-unsur sistem ekonomi terpimpin dan sistem ekotlomi pasar. Sistem
ekonomi campuran merupakan sistem umum yang dianut oleh negara-negara
3
maju dan negara-negara berkembang ,
Realitas perekonolllian suatu negara pad a dewasa ini Illerupakan
pcncerminan dari sistctll ekonomi campuratl, di mana badan-badan lIsaha
beserta individu dan pe·lllerintah bersallla-sailla ikut terl ibat dan
Illengendalikan perekonoillian negara. Badan-badai, usaha swasta dan
individu ikut Illelibatkan diri dalam perekonoillian negara melalu i
mekanisme pasar tanpa cam pur tangan pemerintah, dan lembaga-Ie m baga
pemer intah ikllt mengendalikan perekollolllian dengan mengeluarkan
berbagai peraturan unluk menstabilkan pasar dan l11engeluarkan insent if
pajak. Sistelll perekonolllian cRlllpuran ini mempcngaruhi bentllk maupun
Illate ri dari batasan HlI kll Ill Ekonomi 4 .

II. Bcrbagai Hatasan Hukum Ekonomi


Penulis akan l11englltip pendapat pakar I-iukum Ekonollli Be landa,
se la in dari sistem hukul11negara Belanda dengan Indonesia adalah sal11a,juga
perkembangan Hu kul11 Ekonomi di negara Belanda dan negara-negara Eropa
Barat s lldah l11aju, dan dalam sistem pendidikan ill11u hukul11nya sudah ada
5
cabang ilm u l-Iukul11 Ekonol11i Meskiplln dcmikian Illasih saja ada
perbcdaa n pcndapat mengenai substansi dari Hukllm Ekollomi dan batasan
dari l-iukul11 Ekonomi. Di kawasan Eropa Bara! terdapat tiga aliran mengenai
def'in is i m a upun m ater i dari Hukulll Ekonom/'.

3 Michael P. Todaro, Ekonomi Pembangunan, Jilid I, Edisi kelima. Penerbit Bumi


Aksara-Longman, Jakarta 1994 . Hal. 40. Hampir semua negam ketiga (negara bcrkembang)
menganllt sistem ekonomi "Campuran". yailu sualu sistem yang membiarkan beroperasinya
pasar bebas (Illcmungkinkan part isipasi aklif oleh se~tor swasta) akan tetnpi sektor
pemcrintah juga aktir melakukall kegiatan dalam rangka mengelola perekonominn nasionnl
pada uillumnya, dan mengatur pengalokasian sumber-sumber daya.

" Nopirin, Ph.D. "Pengantar IImu Eko nomi, Makro dan Mikro), Edisi Pertama,
(Penerbit: BPFE - Yogyakana 2000). haL 3- 10.

5 Dr. A. Mulder ell Mr. R.A.A. Du k, 'Schets van he! Sociaal-Economisch recllt in
Nederland". (W.E..!. Tjeenk Willink- Zwolle. 1985). hal. 5.

6 Elise c.A. M. Boot and E.P. long. "Introduction to Dutch Law jor Foreign
Kedudukan Hukul1l Ekonomi Dalam Struktur IImu Hukul1l, Suraputra 69

1. The so-called "narrow view " in which economic law is seen as


an independent brand of law comprising of rules governing the
existing relationship between the state and the economic factors
of production, distribution and consumption. This point of view
is, therefore, only concerned with the stalules which are
enacled or applied in order to influence the overall economic
results and the marker The decision-making process on Ihe
level of business managemenl is not taken inlO consideration.
2. A second view considers economic law as Ihe law of economic
planning and developmenl, irrespective of whether it is
engendered by Ihe Slate or private inilialive or by bOlh \
logether. Seen the light economic law, Iherefore, includes rules
pertaining to Ihe fields of private law, commercial law, public
law. lax law. penal law. elc. and in Ihis view also managemenl
economics are also relevanl to economic law.
3. A Ihird school of Ihought holds that economic law is nol new
and independenl branch of law, bUI a legal melhod of approach
to economic activities. In this view economic law comprises
legal rules of various sources bul which are applicable 10 Ihe
economic aClivily of the Siale. of the enterprises and of private
individuals.

Aliran pertama di negeri Belanda adalah aliran paling banyak


pengikut, meskipun sampai sekarang perbedaan pendapat mengenai materi
maupun batasan dari Hukum Ekonomi belum terselesaikan'. Aliran pertama
lebih menekankan pada peranan pemerintah dalam perekonomian negara
daripada para pelaku pasar langsung seperti badan-badan usaha swasta dan
individu. Untuk mendapat pengertian yang jelas, Hukum Ekonomi tidak saja
terbatas pada undang-undang saja (mandalory statules), tetapi juga harus
diperhatikan segala peraturan pelaksanaan dari undang-undang'. Karenajuga
dalam prakteknya perangkat kebijaksanaan ekonomi tidak hanya dituangkan
dalam bentuk undang-undang, akan tetapi juga dalam instrumen hukum
lainnya seperti subsidi dan dana bantu an yang diberikan oleh pcmerintah.

Lawyers", (Edited by D.C. Fokkema, 1.M.!. Chorus, E.H. Hondues en E.C. Lisser), Kluwer-
Dcventer, The Netherlands 1978, Chapter 20, Economic Law, hal. 491.
1 Ibid., hal. 492.
, Ibid.
70 Jurnal Hllkum dan Pembangunan, Tahun Ke-35 No. I, Januari- Mare! 2005

Sistem ekonomi campuran tetap berdasarkan pad a pnn s ,p pasar, yang


terkenda li oleh peraturan pemerintah'-
Oi dalam akt ivitas ekonomi pasar berlaku hukum pasar yak ni
mekanisme pClllbe ntukan harga yang beke'janya ditentukan oleh faktor
perlllinlaan dan faktor penawaran. Oilihat dari pers pektif in i, maka Hu kum
Ekonomi merupakan bagian dari Hukum Publik dan sebagai tugas utamanya,
adalah melakukan pe ngawasan dan me ngikuti perke mban ga n agar tidak
terjadi kegagalan pasa r, dcngan menggunakan pengaruh me lalui perangkat
Hukulll Ekonomi terhadap keseluruha n penawaran (aggregate supply)'o atau
pada keseluruhan perlllintaan (aggregate demand)".
Kebijak sa naan i-IlIkum Pemerintah menggllnakan perangkat HlIklll11
Ekonomi letap harus mClllperhatikan dan tunduk pad a keadaa n ekonomi
pasar be bas, yang pad a akhirn ya dikuasa i oleh konsulllen dan teknolog i.
Konsulllen Illengarahkan perekonolllian Ille la lui selera bawa han alau selera
yang dipclajarinya, se pcrti terungkap dalam hal Ill clllilih dari nilai rupiah.
Se lanjul nya mereka Illclllilih satu titik batas kemun gk inan produks i
(production possibility Fontier)."
Memang tidak dapat di sa ngkal bahwa para pelaku pasar yang
menggerakkan perekonomian suatu negara tanpa cam pur tan gan pemerintah,

'l BUSlanul Arilin dan Didik 1. Rachbini. ··Ekonomi Pol itik d<ln Kcbijaksanmll1
POlilik'·, Pcnabil P.T. Gramcd ia Widiasaran a Ind otle sin, ( Pen.::rb it: Jakarta. 200 I ). hal. I.
Pasar tclap haru s digovcrned dalam Stlat u sistcm kelcmbagaan bernalll a nega ra. bahkan dapm
segera mcndikle supply uang, suatu sistclll accounting dalam perlukaran yang pad a saat ini
dian ggap paling etisicl1 .

10 Paul A. Sa l11ul!i son dan Willinm D. Nordh aus. ·'Mikro Ekonomi·'. Edisi
kee mpalbeJas. (Pcncrbit : Erlangga Jakarta, 1993 ). hal. 548. Aggregate Supply ( Penawaran
.-Igregat), total nilai barnng danjasa yang dihasilkan pcrllsahaan dalam slI atu periodc terlentu.
Penawara n agrega! merupakan fungsi dari ketcrsediann inpul, teknologi dan lingkat harga.

II Ibid. Aggregate demand (permintaan agrcgat) juml ah bc lanjn yang direncanakan


, alau diinginkan dnl am suntu pe rekonomi an secara ke selu ruhan dalam sualu pcriodc terlcnlU .
\ Pcnawaran agrcgal dan invt:stasi. domcstik, belanja pcmerinlah, fungsi konsllll1 si dan liang
beredar.

I:! Ibid. , hal. 47, Production possibility /ro lllier (balas kell1ungkinan produksi). su<Hu
meIotic unluk mcnggnmbarkan masalnh t!konomi tentang kelayakan (scarcity) baln s
kcmungkinan produksi mcmpcrlihalkan jumlah maksimum barang-barang dan jnsa-.iasa yang
dapal diproduksi olch suall! perekonomian pada suatu \Vaklu tertenlU dengan sUl11bc r- sulllbcr
daya dan tcknologi yang terscdia. lihal huku Chrislopher Pass. Bryan Lowes dan Leslie
Davks. Kamus Lcngkap Eko nomi. Edisi kedua, Pcnerbit Erlangga, 1994. hal. 526-5 27 .
Kedlldukan Hukllm Ekonomi Da/am Strllktllr IImli Hukum, Suraputra 71

dengan menggunakan Hukum Perdata dan Hukum Dagang dalam transaksi


bisnis mereka. Di lain pihak seperti yang telah dibahas sebelumnya,
Pemerintah juga mempunyai tugas yang tidak kalah pentingnya, seperti
membuat pasar stabil dan mengeluarkan keringanan pajak untuk
menggerakkan dan menghidupkan kembali pasar, dengan menggunakan
perangkat Hukum Pub lik .
Para pakar dan penulis Hukum Ekonomi di Indonesia, tidak seragam
dalam memberi judul pada karangan mereka, ada yang memakai judul
13
Hukulll Ekonollli dan Hukum Ekonomi Pembangunan '4 Meskipun tidak
seragalll materi dari karangan para penulis Hukum Ekonomi terse but, pad a
lImlimnya menganggap bahwa Hukum Perdata dan Hukum Publik,
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Hukum Ekonomi. Baru ada
satu penulis Indonesia yang berpendapat bahwa Hukum Ekono mi adalah
l11erupakan Hukul11 Publik, yang akan dibahas dalal11 lel11baran se lanjutnya.
Penulis sendiri , berpendirian bahwa Huklll11 Ekonollli , yang j uga telah
15
dikelllukakan dalalll karangan penulis terdahulu , merupakan bagian dari
Hukulll Publik khususnya Illerupakan bagian dari Hukul11 Administrasi
N egara. [,andangan " sel11pil" dari Hukul11 Ekonol11i, lebih bisa dipertahankan
sebagai salah satu cabang ill11u hukulll dalal11 slruklm ill11u hukum, daripada
pandangan "Iuas" yang l11emasukkan Hukllill Perdata dan Hukul11 Publik
sebagai materi dari Huklllll Ekonomi . Karena dalam pandangan "11I3S",

13 Sumantoro (penyunting), "'-lllkulll Ekonomi··. (p~ncrbit Universitas Indonesia UI


Press 1986). Prof John W. Head, "Pengantar Hukum Ekollomi"' . Proyck Elips E! ip s II .Ianllari
2002. Ny. Rdnowu!nn Sutantio SH. "Kapita Sc[ekta Hukum Ekonomi dan Pcrbankan",
(Penerbit IK AHI. 1996). A.F. Elly Erawaty SH. LL.M dan Prof. DR. J. S. Badudu, ""Kamlls
Hukulll Ekonollli"". Proyek ELiPS. 1996. Rachmadi Usman. I-Iukutn Ekonoilli dalnm
Dinamika, (Pen~rbil Djambatan .Iakana, 2000).

14 DR. C.F. G. Sumaryati Hartono SH, "Hukum Ekollomi Pembangunan Indonesia:.


(Pellerbit: Bina Cipla Bandllng, 1988), hal. 53, 8ahwu kaidah-kaidah hukum mengcllai
Ekonomi Indonesia ada yang bersifat Hukum Ekonomi Pembangunan, ada yang bersifat
Hukum Ekonomi Sosia l, dapat ditarik kesimpulan bahwa Hukum Ekonomi Indonesia adalah
keseluruhan kaidah -kaidah alas putusan-putusan hukum yang secara khusus mengatur
keg iatan dan kchidupan ekonomi di Indonesia. Oalam hal ini , karena ekonomi Indonesia
sudah merupakan suatu verwaltung wertschaft, maka tidak dapat dan tidak pcrlll lagi diadakan
perbedaan apakah kaidah-kaidah itu merupakan kaidah-kaidah hukum perdata atau kaidah-
kaidah hukum publik.

15 D. Sidik Suraputra, "Huklll1l Ekonomi Transnasional dan Transaksi Pinjaman LilaI'


Negeri " Majalah Hukull1 dan Pembangunan No.6 Tahun XXII, Desember 1992, hal. 533-
534.
72 .furno! Huku11I dan Pembangunan. TahuJ1 Ke-35 No. I, Januari- Marel 200j

banyak variabel yang harus diperhitungkan, sehingga batas-batasnya tidak


tegas dan gambaran dari Hukum Ekonomi akan leb ih kabur karena tidak
terarah.
Prof. J. TH. Degenkamp seorang pakar Hukum Ekonom i Be landa
16
memberi komentar terhadap pandangan "Iuas" sebagai berikut :

"Apabila kila l11emilih balasan yang sangal luas, l11aka kila


dapal bayangkan dalam pengerlian Hukum Ekonol11i. akan
lermasuk semua unsur-unsur Hukum Ekonomi yang
l11empunyai hubungan dengan slruklllr dan berfungsinya
ekonomi. Apabila kila membahas deskripsi lersebZll, maka
akan lermasuk dalam pengerlian Hukum Ekonomi an lara lain
Hukum Kebendaan. Hukum Dagang dan juga akan lermasuk
f1ukul77 Perllsahaan. f1ukllm Konsumsi. f1ukum yang
mel1enlllkan slruklllr dari lala lerlib ekonol77i (eli negeri
Belanda merllpakan lala lerlib campuran dan disebul sebagai
Ekonomi (/iorienrQsikan), inslrllme17-inSlrlllnen Yllridis yang
berada dilangan pemerinlah lInluk l11el11pengaruhi seklor
pasar dan banyak lagi. Sualu diskripsi yang luas dari f1Uklll11
Ekonol11i adalah lidak praklis, karena dengan del11ikian l11aka
hampir seluruh hukllm akan merupakan J-fUkZlI11 Ekonomi.
Seliap perilakll l11anllsia dari sualu ma.lyarakal yang ada

16 Prof. Mr. Drs. J. Th. Degenkmnp, "fnleid;ng Economiseh Recht'", Snill so m. T:it:cnk
Willink. Alphen ann dt':11 Rijn 1984. hal. 18. kutipan mcrupnbn tCI:jemahnn bebas dan leks
brthasa Belandn:

"{\iesl men voor een =eer r/lime definilie, dall =011 men klll1l1ell voorsteflen
onder het economisc/I recht Ie verstaan aile rechlsefementen die helrekking
hebben op de slrllClIIllr en helfimctioneren vall de economie. l\ie.Yf men 1'001"
een del'gelijke olllscilrij"'illg. dan be/wren 101 IIet econollliscil recilt onder
andere hel ,,'el"lJ1ogel1srechl. het ilandelsrechl lIIel inbegl'ip Will lIet
ondel'l1elllingsreci1t, het conslIl11entenrecht, hef rechl dOl de siruclllllr van de
ecol1olllische orde bepaafl (in Nederland cen gemengde :ogenaamde
'georien!eerde economie 'J. de juridische inslrumen/en die de overheid in
handen "eeft ler beinvloeding van de mark/secto,. en nog veel meer. De=e
mime ol1lschrijvil1g van hel ecomonisc" recht is niel erg handig omclo! dan
\ bijna het gehele teChl beslaot liit ecol1omi:ich recht . .lion elk. lIloatschappelijk
gedrag van mensen is H--ef een economisch aspect Ie verbinden en, houdt he!
recllt zlch met dat gedrag bezig, dan =011 het op grond van de hiervoor
genoemde mime definitie 'economisch recht' genoemd moe!en worden ".
Kedudukan Hukum Ekonomi Dalam Struktur IImu Hukum, Suraputra 73

hubungannya dengan aspek ekonomi, dan berdasarkan


balasan yang luas, akan lermaSllk dalam pengertian Hukwn
Ekol1omi ".

Se lanjutnya Prof. J. TH. Degenkamp mengatakan bahwa se layakn ya


harus ada pembatasan, karena Hukum Kebendaan termasuk .Hukum Dagang, /
sejak lama sudah berkembang merupakan suatu cabang ilmu hukum yang
berdiri sendiri, dimasukkan dalam batasan H ukum Ekonomi adalah tidak
pad a tempatnya "-
Penu lis baru menemukan satu penulis Hukum Ekonom i In donesia,
yang berpend iri an berbeda dengan keba nyakan penulis Hukum Ekonomi
Indonesia lainnya, dan membe ri judul Hukum Ekonomi Sosial Indonesia
pad a bukunya'8 Penulis terse but memberi penjelasan me ngenai Hukum
Ekono mi SosiaI , sebagai serangkaian peraturan perundang-undangan guna
mewujudkan demokrasi e kono mi, dan juga berguna bagi periindun gan serta
jaminan hak-hak dan kewajiban masyarakat secara adil dala m rangka
meningkatkan marta bat kemanus iaan se luruh masya ra kat'9 Se lanj utn ya
dikatakan bahwa, Hukum Eko nom i Sos ial merupaka n landasan bagi
pemerintah untuk turul menata ekonomi pasar, berupa cam pur tangan
pemerintah dengan kebijaksanaan yang adil, artinya kebijaksanaan yang
diamb il , dan dilaksanaka n untuk kepent ingan kesejahteraan rakyat, bukan
· . '0
Ilanya kepentlllgan tertentu saJa- ,
Batasan yang dikem ukakan oleh penu li s tersebut di atas bahwa
Hukum Ekonomi berupa campur tangan pemerintah dengan mengeluarkan
serangka ian undang-undang untuk menata eko no mi pasar, ada lah senada
dengan batasan Hukum Ekonomi dari para pakar dan pcnulis Hukum
Ekonomi Belanda, bahwa Hukum Ekonomi pada hakikatnya adalah I-lukum
Publik. Para penulis Hukum Eko nomi Belanda juga t idak seragam dalam
memberi judul pad a tulisan mereka, ada yang me mberi judul Hukum
Ekonomi,21 Hukum Ekonomi Sosial 12 dan Hukum Ekonomi Administrasi

17 Ibid.

IS Drs, Muhammad Djumhana, SH, "H ukum Ekonomi Sosi al Ind one sia", ( Pcncrbi t:
P.T. Citra Ad itya Bakti , Bandullg, 1994).

" Ibid. , hal. 12.


20 Ibid.

2 1 Boot ;1l1d Jong. Chapter 20, Economic Law, in Introduction to Dlltch Law f or
Foreign Lawyer, J. Th, Degenkamp, "'nleiding Economisch recht ",
74 Jurnal HukufI! dan Pembangunan, Tailun Ke-35 No. I, Januari- Maret 2005

Negara23 Meskipun dalam merumuskan mengenai pengertian HlIkum


Ekonomi berbeda, akan tetapi mereka setuju bahwa Hukum Ekonomi adalah
HlIkum PlIblik. Salah satu dari penulis Hukum Ekonomi Belanda, memberi
batasan pada Hukum Ekonomi sebagai berikut:"

"Dalam buku ini pengertian mengenai Iiukum Ekonomi


adalah Iiukum (kaidah-kaidah dan ketentuan mengenai
kewenangan) yang dapat digllnakan pemerintah dalam
melaksanakun kebijaksanaan ekonomi . ..

Pemerintah dilihat dari sudut pandang Hukum Ekonomi harus


diartikan dalam pengertian jamak, karena pemerintah terdiri dari banyak
badan, yang dapat mengeluarkan banyak kebijaksanaan ekonomi, dan dalam
kenyataannya pemerintah adalah sama dengan suatu "monster kepala
ban yak" (veelkoppig monster)".
Penuli s Hukum Belanda lain, memberi batasan Hukum Ekonomi
secara singkat, bahwa yang dimaksudkan dengan Hukum Ekonol11i Sosial
adalah peraturan-peraturan hukul11 yang dikeluarkan pemerintah dan
berlujuall 1I1ltuk mempcllgarlihi secara langsung atall tidak langsung
lembaga-lel11baga pasa r maupun cara bekerjanya pasar" . Hukul11 Ekonol11i
dengan pengertian yang " Juas", tentu akan mengllntungkan bagi pelak sana
proye k Hukum Ekonol11i. Semua Hukul11 Publik maupun Hukul11 Perdata
yang ada kaita nnya dengan ekonomi, dapat dil11asukkan dalam " keranjang
besar" Hukum Ekonol11i. Proyek Hukum Ekonol11i dengan demikian, asa lkan
biaya tersedia dapat terus dilaksanakan secara berkesinambun gan dan tidak
ada habisnya. Akan tetap i dari segi ilmu pengetahuan hukul11, pen gertian
" Iuas" tidak dapat diddinisikan, penulis sudah mcmbahas sebclul11nya scperti

:!:! Dr. A. MuldeI'. ·"De Hand Having der Sociof·Ecol1(Jlllische W('lgcvillg", ·s· sravcn
hage. 1950, Mulder en Duk. Sehets van hel sociaal·cl:onomisch recht. Mr. P. Verlon:n van
Themaat Hel Coo rdinmicbcg insel Als Coordine rend Begin scl van Hct Soeiaal Economisch
Recht EE Klu \\'\!r Oevelllcr-1968. Pidalo Pcngukuhan sebagai Guru Besar dal am IImu
Ekonomi Sosial, di Universitas Utrecht pada rahull J968.

23 Mr. P.l Slot. Rcge\en en Ontregelen. "Over Dereg lffering en Economiseh recht'".
Kluwcr·Oevcnter 1983. Pidato Pen gukuhan sebagai Guru Besar dalam ilmu Hukum Ekonomi
Administrasi Negara (Ecollo misch bestuursrecht), di U niversitas Leiden pad a rahun 1983.

N.I. Th. Oegenkamp Op. Cit. hal. 19.

2S Ibid.

26 Mulder CIl Duk , Op. li/., hal. 3.


Kedudukan Hukul1l Ekol1omi Da/am Slruklur IImu Hukum. Suraputra 75

semua substansi bidang IImu Hukum harus terarah agar mendapat gambaran
yang lebih jelas.

III. Hukum Ekonomi Scbagai Hukum Publik


Hukum Publik adalah Hukum yang mengatur kepentingan umum, dan
juga menyangkllt kepentingan negara dan penyelenggaraan pemerintahan.
Hukum Ekonomi sebagaimana telah dibahas, merupakan bagian dari Hukum
Publik, dan dibuat serta dikeluarkan oleh Pemerintah sebagai salah satu
bagian dari penyelenggaraan pemerintah di bidang ekonomi. Hukum
Ekonomi sebagai sub bagian dari Hukum Administrasi negara dapat beljalan
baik sebagaimana diharapkan, atau dapat juga kurang berhasil bahkan bisa
gagal tidak mencapai sasarannya. Memang, tidak mudah untuk menghayati
perkembangan ekonomi yang bergerak cepat dan tidak mudah untuk
dimengerti. 8agi para pakar hukum yang menjadi pejabat pemerintah dan
terlibat dalam mengatur masalah hukllm ekonomi, beserta para pakar hukum
scbagai pemerhati hukum ekonomi , akan dihadapkan dengan masalah
ekonomi dan masalah hukllm yang mempllnyai karakter yang berbeda.
Karakter dari masalah ekonomi adalah ketergantungan yang tinggi pad a
waktu, dan dapat berubah cepat, dalam waktu yang tidak lama. Sedangkan
karakter dari peraturan hukum diharapkan dapat berlaku untllk jangka waktu
yang relatif lama, untuk mencapai ketertiban hukum dan kepastian hllkllm.
Kodifikasi hukum yang besar sudah berlangsung ratusan tahun dan masih
berlaku sampai sekarang. Umur panjang dari kodefikasi hukum
mencerminkan kepastian dan keadilan hukum yang tidak berubah.
Sedangkan hukum Ekonomi sifatnya lebih dinamis mencoba menertibkan
masalah ekonomi , yang dipengaruhi oleh faktor ekonomiS 'dan faktor waktu,
dan pad a umumnya tidak berumur panjang27.
Perkembangan hukum ekonomi , yang banyak dibuat dan dikeluarkan
oleh berbagai badan pemerintah atau badan publik lainnya, seperti Bank
Indonesia, dan sudah berlangsung puluhan tahllll, bagaikan pohon-pohon di
dalam hlltan telah tumbllh dengan pes at, dan merupakan "hutan peraturan"
(een woud van regelingen)28. Bagi para pakar hukum sendiri juga tidak
mudah menemukan peraturan mengenai masalah ekonomi, yang masih
berlaku dan belum dicabut oleh bad an pemerintah yang berwenang, seperti

27 P. Verloren van Themaat, Het Coordinatiebeginsel. Op. Cit., hal. 6.

28 Prof. Mr. Drs. J. Th. Degenkamp, Inleiding. Op. Cit., hal. 20.
76 Jurnal Hukum dan Pembangunan, Tahun Ke-35 No. I, Janllari- Maret 1005

peraturan perpajakan Indonesia yang sangat kompleks dan sering mengalami


perubahan29. Sejak reformasi pajak pada tahun 1983, beberapa perubahan
telah terjadi, terakhir kali adalah amendemen undang-undang perpajakan
tahun 2000. Untuk mengimplementasikan undang-undang tersebut,
pemerintah telah mengeluarkan ribuan peraturan pelaksanaan, dalam bentuk
peraturan pemerintah, keputusan presiden, keputusan menteri keuangan,
keputusan Dirjen Pajak, Surat Edaran dan Surat Dirjen Pajak, dan sulit lIntuk
mengikuti seluruh perkembangan dari peraturan pajak30. Peraturan
pelaksanaan dari badan pemerintah maupun badan publik, seperti dari Badan
Pengawasan Pasar Modal (Bapepam), Badan Koordinasi Pasar Modal
(BKPM), Bank Indonesia dan Departelllen teknis pemerintah yang berurusan
dengan masalah ekonollli, dapat dibayangkan bahwa jumlah dari peraturan
pclaksanaan ini cukup banyak.
Badan-badan pemerintah yang sehari-harinya hanos menyelesaikan
masalah ekonomi dihadapkan dengan dinamika masalah ekonomi yang hanls
diselesaikan dalam waktu yang singkat untuk memperhatikan ketentllan
hukum. Dalam keadaan yang demikian, maka badan pemerintah ada kalanya
dipaksa untuk mengeluarkan kebijaksanaan hukum secara mandiri, dan ada
kemungkinan tanpa memperhatikan hirarki dari perundang-undangan, dan
tidak melalui jalur yang normal. Kebijaksanaan hllkum yang diambil oleh
badan-badan pemcrinlah tersebul, dapat bertentangan dengan ' hirarki hukum
di atasnya. Dapat juga berdiri sendiri karenabelum ada kaitannya dcngan
perllndang-undangan di atasny~,JI.
Ketentuan hukum sedcmikian di negeri Belanda dinamakan sebagai
pseudo weten (undang-undang tersamar), alau juga disebut sebagai beleid
regel atau peraturan kebijaksanaan, dalam prakteknya Illempunyai kekuatan
mengikat yang sama dengan undang-undang". Meskipun terkesan bahwa
peraturan administrasi negara yang mcngatur masalah ekonomi bisa tumbuh
dengan liar, karena kurang memperhatikan prosedur normal, akan tetapi
dilihat dari isinya, belum tentu tidak tepat guna dan tidak tepat sasaran.
Hukum ekonomi di tangan pemerintah belum tentu bekerjll baik, akan tetapi

29 Editor. OR. Gunadi. M.Sc. "Ak. Pajak Penghasilan 2002", (P~n~rbit: P.T. Mulli
Utama Indojasa, Jakarta 2002). ~al. vii.

)0 Gunadi. Pajak Penghasilan 2002. Op. Cit .. hal vii.

31 J. Th. Dcgcnkamp.lnleiding. Op. CU.• hal. 20-21.

3:! Ibid.. ha l. 21.


Kedudukan Hukum Ekonomi Do/am Struklur I1mu Hukum, Suraputra 77

begitu juga dengan peraturan administrasi negara di bidang lain di luar


masalah ekonomi.
Oi negeri Belanda hukum ekonomi bukan alat satu-satunya yang
dipergunakan oleh pemerintah dalam mewujudkan kebijaksanaan ekonomi.
Cara di luar hukum yang dipergunakan pemerintah, antara lain dengan
menggunakan "perundingan" (overleg) dan penerangan (voorliehling)".
Oalam melaksanakan perundingan antara pemerintah dengan pihak yang
berkepentingan, kedua pihak dapat mengeluarkan pengetahuan dan
pertimbangannya masing-masing, kalau perundingan ini gagal, maka
pemerintah bani mengeluarkan cara-cara yuridis, sebagai perwujudan hukum
dari kebijaksanaan ekonomi. Kemungkinan , bagian terbesar dari
kebijaksanaan pemerintah Belanda mengenai masalah persaingan dilakukan
dengan cara informil'". Barangkali ada baiknya cara infonnil tersebut
diterapkan di Indonesia, dengan demikian paling sedikit kalau pun tidak
berhasil, pemerintah sudah dapat mengetahui jalan pikiran maupun aspirasi
dari pihak yang berkepentingan. Oi lain pihak perwujudan kebijaksanaan
ekonomi pemerintah adalah untuk kepentingan dan ketertiban umum, dan
tidak usah harus mengikuti kepentingan pihak lain, yang belum tentu
mencerminkan kepentingan pllblik secara keselllrllhan.

IV. Hukum Ekonomi di Wilayah Common Law


Bagaimana perkembangan hukum ekonomi di negara Inggris dan
Amerika Serikat sebagai wilayah dari Common Law, yang tidak mengenal
pembagian tegas antara Hukum publik dan Hukum perdata. Oi kedua negara
tersebut tidak terdapat hukum ekonomi sebagai cabang berdiri sendiri dari
struktur hukum yang ada, seperti di Indonesia dan negeri Belanda, atau di
negcra-negara yang menganut sistem Hukum Eropa Barat. Meskipun
terdapat perbedaan mengenai sistem hukum, tidaklah berarti hukum di
Inggris maupun di Amerika tidak terdapat ketentuan yang mengatur masalah
ekonomi. Fenomena hukum merupakan gejala universal, akan tetapi
pengaturan mengenai sistem hukum adalah hasil dari pemikiran manusia, dan
suatu produk dari proses sejarah hukum masing-masing negara3S . Oi negara-

J3 1. Th. Degenkamp, Inleiding. Op. Cit., hal. 21.


)4 Ibid.

J5 Clive M . Schrnitlhoff, The Concept of Economic Law in England. Journal of


Business Law. 1966, hal. 315.
78 JlIrnal HlIkllm dan Pembangunan, Tahun Ke-35 No. I, .Januari- Maret 2005

negara yang menganut sistem Common Law, perbedaan antara Hukum


Publik dan Hukllm Perdata, tidak dianggap penting, karena pemikiran
mengenai hllkum lebih pragmatis, setiap nilai hukllm adalah hasil dari
kesimpulan yang ditarik dari kasus konkret dan kemudian diperoleh nilai
yang abstrak36. Maka dapat dimengerti kalall dalam setiap persoalan hukllm,
llntuk menemukan hukum yang berlaku secm'a pragmatis disimpllikan dari
kaslls konkret, maka tidak ada batas perbedaan an tara Hukum Publik dan
Hukum Perdata. Dalam sistem hukum sedemikian juga akan sukar
menempatkan hukum ekonomi dalam suatu cabang hukum tertentu.
Pakar hukum Inggris kalau didesak memberikan sekedar batasan
mengenai hukum ekonomi, maka akan mengatakan bahwa hukum ekonomi
terdiri dari sejumlah peratllran yang dikeluarkan negara untuk ikut cam pur
tangan dalam masalah perdagangan, investasi dan keuangan". Pakar hukum
tersebul akan mclihat perbedaan antara hukum dagang dan hukum ekonomi,
dari penglihatan bcrbeda yang mendasar terhadap kegiatan kOlllersial. Dasar
dari hukulll dagang (kolllcrsial) adalah prinsip otonollli berkontrak dari para
pihak yang berkcpentingan, dengan syarat tidak bertentangan dengan
kepelltingan UIl1UIll, para pihak be bas untuk mengatur kepentingan mereka.
Pelllikiran dasar dari Hukum Ekonomi adalah negara yang paternalistik dapat
melllbatasi otonomi ekonollli kebebasan berkontrak demi kepentingan
publik. Maka Hukulll ekonollli dengan delllikian ditempatkan di antara
Hukulll Dagang dan Hukulll Administrasi Negara, karena di satu pihak
Huku111 Ekonomi mempunyai masa[ah yang 5ama dengan HukuITI Dagang,
dan di lain pihak ikut serta Illenentukan kebijaksanaan pClllerintah dalam
masalah ekollomi JS , Hukulll Ekollomi Inggris menampilkan dua karakteristik,
pertama-tama Hukum Ekonomi telah berkemballg dellgall tugas menjaga
kepentingan publik (public interest), keduanya, strukturnya berbeda dengan
cabang hukum yang lain.
Konsep kepentingan publik mencakup ruang lingkup yang luas dan
tllmbuh pesat dan telah menjadi perhatian dari pariemen untuk turul serta
mengatur kegiatan tertentu dari para warga Inggris, mengenai masalah sosial
maupun ekonomi, pengaturan masalah tersebut dianggap penting lItltuk
kemakllluran bersama. Maka konsep kepentingan publik dapat dikatakan

.16 Lawn:l1ce M. Friedman, "'Hukum Amerika. Sebuah Pengantar". (teljemahan).


(Pellerbit: P. T. Tata Nusa. Jakarta 200 I). hal. 210-211.

37 Clive M. Schmittholf. The Concept. Gp. Cit .. hal. 321.

" Ibid.
Kedudukan Hukum Ekonomi Dolam Struktur IImu Hukun1, Sllrapulra 79

merupakan konsep sos ial politik. Selanjutnya, konsep Hukum Ekonomi


adalah berbeda dengan konsep cabang hukum lainnya. Produk dari badan
legislatif seperti Hukum Komersial, disediakan bagi para pihak yang
berkepentingan untuk diterapkan atau dirubah sesua i dengan kehendak para
pihak bersama. Lain halnya dengan diundangkannya Hukum Ekonomi, yang
bersifat memaksa (mandatory) dan kepatuhannya tidak bersifat sukarela.
Hukum Ekonomi Inggris ada lah perwujudan y uridis dari kebijaksanaan
pemerintah, dan dibuat secara rinci . Di negara In ggris Illerupakan keharusan
bahwa kebijaksanaan ekonomi pemerintah dibuat dalam bentuk undang-
undang, karena keputusan eksekutif dari menteri tidak dapat digunakan
sebaga i landasan pertimbangan untuk menafsirkan undang-undang.
Inkorporasi dari kebijaksanaan ekonomi pemerintah secara Illenyeluruh
dalam bentuk undang-unda ng merupakan ciri khusus dari Hukum Ekonomi
·19
negara I nggns' .
Hukum Administrasi Negara di negara-negara kawasan Ercpa Barat,
memberi kewenangan yang clIkllp besar pad a pcmerintah untuk mengatur
masalah ekonollli. Lain halnya di negara In ggris, hukum Administrasi
Negara merllpakan bagian dari hllku111 Konstitusi , dcngall tugas mellgawasi
dan mengontrol kekuasaan pemerintah dalam batas perundang-undangan
yang berlaku, untuk melindungi warga Inggris dari penyalahgunaan
kekuasaan pemerintah. Menurut hukum KOllstitusi Inggris hanya parlemen
sebagai badan legislatif yang berhak membuat peraturan hukum , seperti
40
I-Iukum Ekonomi yang berlaku umum
Meskipun terdapat perbedaan dalam prosedur pengaturan Hukum
Ekollomi, di ncgara-Ilcgara Eropa Barat dan di negeri Inggris, kedllallya
berlandaskan kebijaksanaan makro ekonomi dari pemerintah. Sedangkan di
Amerika Serikat yang disebut dengan Hukum Ekonomi adalah ana lisa
ekonomi dari hukum , berdasarkan prinsip dari mikro ekonomi. Peran positif
dari analisa ekonomi mengenai hlikulTI, merllpakan suatu lI saha untllk
mengerti peraturan hukum dan has ilnya dalam praktek sebagaimana adanya,
bukan untuk merubah peraturan agar peraturan menjadi lebih baik. Menurut
seora ng pakar ekonomi Amerika Serikat, sebenarnya hukum dapat dianggap
sebagai suatu kontrak 4l :

39 Clive M. Schmitthofl~ The Concept, Gp. Cit., hal. 355.

40 H.W.R. Wade, "Adminisrralive Law " , Sixth Edition. (Publisher: Oxtord University
Press. 1988). hal. 4-5 .

41 Werner Z. Hirsch, Law and Economics. "An InfroduclOl), Analysis", Second


80 Jurnal Hllkllm dan i'embangunan, Tahun Ke-35 No. I, Januari- Marel2005

"In the narrow sense, laws can be looked upon as commands


backed up by the coercive power of the state. A broaden and
perhaps more significant view is that laws are authoritative
directives that impose costs and benefits on participants in a
transaction and in the process alter incentives. They determine
the environment within which transactions between two or
more parties take place and as such can be made to contribute
to overall efficiency and juslice. In addilion. laws as
authoritative direclives provide instruments by which
qllestions of concern to differenl parlies can be settled.
Depending on !he position with which laws spell alii Ihe nalure
of the direclive arrangements, laws provide a lower or higher
degree of certainty about Ihe law's implicalions for Ihe
per(ormance of participants in a lransaclion 7i'ansactions are
Ihlls facililated on impeded; conflicts and court cases made
more or less common: in turn, transactors' cost and returns
are ajfecled. Thus, laws can be looked upon as conlracls -
eilher voluntarily or involunlarily arrived at - adjudicated and
en(orced by government. "

Pakar ekonomi mempergunakan istilah "kontrak" atau "kontrak


implisit" (implicil contracls) yaitu kontrak yang tidak eksplisit tc rtuli s. tapi
dapat di si mpulkan dari keadaan maupun perbuatan dari para pihak kontrak,
diberi pengertian yang lebih luas daripada pendapat pakar hukum mengenai
hal yang sama'2 Bagi seorang pakar hukum istilah " kontrak" adalah s uatu
pe.janjian antara para pihak dalam suatu sistem hukum , dan akan dipaksa kan
4J
berlaku apabila sa lah satu pihak dari perjanjian tidak me menuhi janjinya .
Namun, bagi pengertian pakar ekonomi, kontrak implisit adalah kontrak yang
dipaksakan berlaku melalui mekanisme pasar. Seperti yang berdampak pad a
reputasi seseorang, dan tidak dipaksakan Illelalui pengad ilan, sualll cara
pemaksaan yang bclull1 tcntu mcmberi kepuasall bagi pihak yang dicederai,
akan tetapi akan Illenghukum pihak yang Illelanggar pe.janjian dalalll s uatu
jangka waktu". Dengan perkataan lain suatu kontrak, bagi seorang pakar

Edition. (Publisher: Academic Press, Inc. San Diego Cal. 1988), hal. l.

42 Robert W. Hamilton. "The Law of Corporations. In a Nuts Hl.!cl WesCo


(Publishing Co: SI. Paut. MtNN. 1996). hat. 10 .

•1.1 Robert W. Hamilton. The Law of Corporations. Op. Cil. . hal. 10.

44 Ibid.
Kedudukan Hukul1l Ekonomi Dei/am S'ruktur J/11111 Hukum, Suraputra 8/

ekonomi, mempunyai arti yang lain dibandingkan dengan pengertian seorang


pakar hukum.
Menurut teori ekonomi, diasumsikan bahwa setiap orang mempunyai
cukup pengetahuan dan pengertian me ngenai transaksi, dan akan bertindak
secara rasional untuk memaksimumkan kekayaannya (rational maximiser}".
Kebanyakan orang dapat diperkirakan akan bertindak secara rasional untuk
mendapatkan kepentingan bagi diri sendiri (self inleresL), sebelum masuk
dalam s uatu transaksi'6 Akan tetapi dalam dunia nyata tidak semua orang
bertindak secant rasional dan adakalanya tindakannya irasional dalam usaha
untuk memperolah tambahan kekayaan, dan ada kemungkinan menjadi
korban dari orang yang bertindak rasional tapi oportunis, meskip un yang
bersangkutan karena reputasinya yang buruk, akan merasakan akibatnya di
kemudian hari. Maka kesimpulan dari pendapat pakar ekonomi, bahwa
seseorang akan bertindak sebagai "rational maximiser" dalam suatll
transaksi , dapat dikatakan tidak sepenuhnya benar".
Sela in keberatan mengenai aplikasi dari teori Ekonomi M ikro pada
peraturan hukum, juga ada Illasalah lain yang peril! dibicarakan. Teori
Ekonom i Mikro paling cocok diterapkan pada masalah efisiensi dari alokasi
sumber eko nomi. Teori Eko nom i Mikro akan menemukan kesulitan apabila
diterapkan pad a distribusi pendapatan (distribution of income), yang
merupakan perwlljudan keadilan dan kelayakan (jus/ice and fairness).
Peraturan Hukum Ekonomi harus memuat selain dari efisiensi dari alokasi
su mber ekonomi, juga distribus i pendapatan yang dilaksanakan secara adil.
Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa keputusan yang diambil
mengenai distribusi pendapatan, adalah suatu keputusan yang subjektif.
Suatu tlIgas yang cukup berat bagi pakar f--IUklllll Ekonollli, lIntuk
Illerllllluskan pcratllran hukulll yang melllllat se lain dari efisiensi alokasi
sumber ekonomi , juga harus dirasakan adil bagi masyarakat secara
keseluruhan'''.
Menurut Werner Z. Hirsch, banyak pakar ekonomi mempunyai
4
kesukaran untuk dapat melihat masalah ekonomi secara menyeluruh .:

4~ Werner Z. Hirsch. Len\' and Economics. Gp. Cit. hal. <1.

46 Ibid.

47 Robert W. Hamilton. The Law of Corporations. Gp. CU., hal. 11 -12 .

•8 Werner Z. Hirsch, Law and Economics, Op. Cit., hal. 6.

" Ibid. , hal. 6-7.


82 Jurnal Hukum dan Pembangunan, Talllln Ke-35 No. I, Janllari- Maret 2005

"As a matter of fact many econom ist find to have lunnel


visions. since they find it more agreeable to engage in partial
equilibrium, thai is, piecemeal ralher than general equilibrium
analysis - not because they are inlellectually lazy, but because
Ihe laller is so much more complex and often beyond Iheir
reach "

Palldallgall sektoral dari para pakar ekollomi te rhadap masalah


50
ekollomi, berpellgaruh terhadap pola pemikirall pada obye k ekollom i :

"Most positive economic models establish partial


relationships. Ihat is, they involve partial, ralher than general,
equilibrium analysis. This reduces the universalily and
applicalion of the analysis and leads 10 criticism Fom lawyers.
From their point of view, efJecl evaluations of econom ics are
often seen as simplistic and unable 10 caplure Ihe complexilY
of Ihe legal ofphenomena at hand n .

Di lain pih ak pakar hukum ekonomi utama dari Al11erika Serikat,


Richard A. Posner be rpendapat bah wa" :

"An economic IheOlY of law will nol capillre the f idl


complexity, richness. and conjilsion of the phenomena -
criminal or j udicial or marital or whatever - Ihal il seeks la
illuminate. But its lack of realism in the sense (!t' descriptive
completeness, far Fom invalidating Ihe IheOlT, is a
precondition of theory. A theory thai soughl faithfitlly to
reproduce the complexity of the empirical world in its
assumptions would not be a Iheory - an explanation - but a
description n.

Ukuran uj ian penting dari kel11al11puan suatu teori , adalah kemampuan


untuk menjelaskan kenyataan".

" Ibid. . hal. 8.


SI Richard A. Posner. "Economic Analysis of Law", Fourth Edition. (Pub lisher:
Little. Brown and Company. London. 1992). hal. 17.
52 Ibid.
Kedudukan HlIkllm Ekonomi Da /am Slr uklur IIm u Hukum, Surapulra 83

"Judged by the test of a explanatory power, economic theory is


a significant (although only partial) success: so perhaps the
assumption that people are rational maximizers of their
satisfactions is not so unrealistic as the non economist mig ht at
first think ".

Pada awa ln ya a na lisa da ri teori eko nomi mikro dite ra pkan pa da anti
tru st law dan pe raturan-pe ratu ra n lai nn ya yang me libatka n masa la h ekono mi
pasar. Ap likas i dari teo ri ekonom i ke mu d ian berke mbang di A merika
Seri kat, yan g menya ngk ut se luruh si stem dari common law sepert i,

'T orIS, contracls, reslitlllion and property: 10 Ihe theory and


practice of punishl17enl ,· to civil, crim inal, and administrative
procedure: to the Ihemy of legislalion and regulation: to la w
enforcement and judicial adminislration; and even 10
constitutional law, primitive law, adm iralty law, fam ily la w,
and jurisprudence,53"

Tidak se mu a setuju de ngan pe mikian ana lisa eko nomi te rhad ap


hukum , pakar hu kum d i A me rika Ser ikat ada ya ng tida k se pend apal bahwa ,
seo lah-olah lo g ika hukum ha nya dapat d ijelaskan mela lui te ori eko nom i,
Nam un, ka re na penekanan da r i a na lisa huk llm le b ih pada il mu ekonomi ,
maka ke li hatan nya huk um e ko nomi d i A me rik a Scri kat, le bih me rupakan
ilmu e kon o mi da r ipada ilmu hukum ,

V. Kesimpulan
Pad a umllmnya pa kar Hukul11 Ekonol11i di Indo nes ia l11asih
l11e nga nggap ba hwa Hukul11 Eko nol11i terd iri dari Hukul11 Pe rdata da n I-Iukum
Publik. Pe nd irian penul is ba hwa l-I ukul11 Ekono l11i sebaiknya me rupakan
bagia n da ri I-Iu ku m Publi k, be lulll lllenda pa l dukun gan dari ke banyakan
pe nuli s dan pe merhali Hukulll Ekono mi , Kebe na ra n s ualu konsep Hukum ,
aga r me nda pat akar yang kual dan tid ak l11udah roboh, membutuhkan suatu
ko nsen sll s da ri para pakar ya ng me lllpunyai perhalia n d a n kepent inga n yang
sama, tida k saj a atas pe mikiran dan pertimba nga n yang ras io na l. N amun
demikian, pe nulis te la p berkesimpula n bahwa Hukum Ekonomi ruan g
lin gkupnya ha rus dapat diperselllpit, sebagai sa la h satu cabang dari ilmu

" tbid" hoI. 2 1.


84 .furnal Hukul7I dan Pembangul7an, Tahun Ke-35 No. I, .fanuari- Maret 2005

Hukum Publik agar diperoleh gambaran yang jelas. Meskipun Hukum


Ekonomi batasannya dipersempit, dalam kenyataannya merupakan ilmu
dengan ruang lingkup yang cukup luas, karena banyak sekali masalah
pemerintahan yang berdampak ekonomi.
Hukum Ekonomi antara lain, paket deregulasi pada sistem perbankan
dan keuangan sebagai kebijaksanaan moneter dari pemerintah, atau reformasi
dari hukum pajak, kebijaksanaan pemerintah mengenai ketenagakerjaan,
prosedur untuk memilljam liang dari lembaga keuangan luar negeri,
peraturan hukum mengenai persaingan tidak sehat beserta Illonopoli. Tulisan
dari karangan ini tidak dilllaksudkan untuk membahas hukum ekonomi
dalam bidang tertentu. Karena setiap masalah hukum ya ng me nyan gkut
ekonomi, dapat menjadi tulisan yang berdiri sendiri, dalalll bentuk artikel,
buku maupun suatu disertasi ililliah.
Bagailllana suatu posisi hukulll ekonoilli dalalll s iste ll1 hukull1 di
wilayah Common Law, kalau dilihat dari perse ps i para pakar hukull1 yang
ll1enganut sistell1 hukull1 Continental Eropa Barat, dapat di s illlpulkan bahwa
di negara Inggris lebih Illaju daripada di Aillerika Serikat. Mengcnai anal isis
ekonoilli terhadap pcraturan hukulll ada aspek yang patut kita simak agar
menghemat biaya bahwa. Illulai dari naskah pcraturan sampai diundangkan.
Illemcrlukan biaya yang seringkali tidak sedikit. Terlebih lagi dalalll hal
penegakan hukulll, dilllana instansi yang terkait sepe.ti Kepolisian dan
Kantor Penuntut Umum, dapat ll1engeluarkan biaya yang besar hanya untuk
Illcnangkap seorang petindak kejahatan. Masyarakat tidak boleh hanya
Illenuntut juga han.s Illenyadari biaya yang diperlukan untuk ll1enegakkan
hukulll. Keadilan tidak dapat diwujudkan hanya dengan peraturan hukulll
yang tertulis, tanpa ditunjang oleh biaya yang ll1ell1adai.
Kedlldukan Hukum Ekonomi Da/am Slruklur IImu Hukum, Surapulra 85

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Bustanul dan Didik 1. Rachbini., Ekonomi Politik dan
Kebijaksanaan Polilik, Penerbit P.T. Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta, 200 I.
C.A.M. , Elise Boot and E.P. Jong., introduction to Dutch Law for
Foreign Lawyers (Edited by D.C. Fokkema, J.M.J. Chorus, E.H. Hondues en
E.C. Lisser), Kluwer-Deventer, The Netherlands 1978.
Degenkamp Prof. Mr. Drs. J. Th., inleiding Economisch Recht,
Samsom, Tjeenk Willink, Alp,en aan den Rijn, 1984.
Djumhana, Muhammad, Drs. SH. , Hukum Ekonomi Sosial Indonesia,
Penerbit P.T. Citra Aditya Bakti , Bandung, 1994.
Friedman, Lawrence M., Hllkllm Amerika, Sebuah Penganlar.
(teljemahan), PT. Tata Nusa, Jakarta 2001.
Gunadi, DR. , M,Sc, Ak" Pajak Penghasilan 2002, Ed" P.T. Multi
Utama Indojasa, Jakarta 2002,
Hamilton, Robert W" The Law of Corporations, In a Nuts Heel West
Publishing Co, St. Palll , MINN, \ 996,
Hartono, C.F .G, Sumaryati, DR. SH" Hukul11 Ekonomi Pembangl.lnan
indonesia, Penerbit Bina Ci pta Bandllng, 1988.
Hirsch, Werner Z., Law and Economics, An Introductory Analysis,
Second Edition, Academic Press, Inc, San Diego Cal, 1988,
Jong, Boot and, Chapter 20, Economic Law, in introduction to Dlltch
Law for Foreign Lawyer, J, Th, Degenkamp, Inleiding Eco nomisch Recht.
Mulder, A" Dr., De Hand Having der Social-Economische wetgeving,
's-sraven hage, 1950, Mulder en Duk, Schets van het soc iaal-economisc h
recht, Mr. p, Verloren van Themaat, " Het Coordinatiebegi nsel Als
Coordinerend Beginsel van Het Sociaal Econo mi sch Recht EE Killwer
Deventer-1968", Pidato Pengukuhan sebagai Guru Besar dalam Ilmu
Ekonomi Sosial, di Universitas Utrecht, pad a tahun \ 968.
Mulder, A, Dr. en Mr. R,A,A, Duk, Schets van het Sociaal-
Economisch recht in Nederland, W.EJ, Tjeenk Willink-Zwolle, \ 985,
Nopirin, Ph,D, Pengantar lImu Ekonomi, Makro dan Mikro, Edisi
Pertama, Penerbit BPFE - Yogyakarta 2000,
P. Todaro, Michael., Ekonomi Pembangunan, Jilid J, Edisi kelima,
Penerbit Bumi Aksara-Longman, Jakarta \ 994,
86 Jurnal Hukum dan Pembanb~man, Tailun Ke-35 No. I, Januar;- Maret 2005

Posner, Richard A., Economic Analysis of Law, Fourth Edition, Little,


Brown a nd Company, London , 1992.
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung., Pengantar Ilmu
Ekonomi (Mikro Ekonomi dan Makro Ekonomi), Penerbit Faku ltas Ekonomi
Universitas Indonesia 2004.
Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus., Mikro Ekonomi, Edisi
keempatbelas, Penerbit Erlangga Jakarta, 1993.
Schmitthoff, Clive M., The Concept of Economic Law in England,
Journal of Business Law, 1966.
Slot, P.J., Mr. , "Regelen en Ontregelen. over Deregulering en
Econumiseh Recht", K luwer-Deventer 1983. Pidato Pengukuhan sebagai
Guru Besar dalam ilmu Hukum Ekonomi Administrasi Negara (Econoillisch
bestuursrecht), di Universitas Leiden pad a tahun 1983.
Sumantoro (Penyunting), Hukum Ekonomi, Penerbit Universitas
Indones ia (UI Press) 1986, Prof. John W. Head, Pengantar Hukllm Ekonomi,
Proyek Elips Elips II Januari 2002 , Ny. Retnowulan Sutantio SH, Kapita
Selekta Hukllln Ekonomi dan Perbankan, Penerbit IKAHI , 1996, A.F. Elly
Erawaty SH, LL.M dan Prof. DR. J.S. Badudu, Kamus HlIkum Ekonol11i,
Proyek ELlPS, 1996, Rachilladi USlllan, Hukum Ekonol11i dalam Dinol11;ka,
Penerbit Djambatan Jakarta, 2000.
Suraputra, D. Sidik., Hukllln Ekonomi 7i'onsl1osionol don Transoksi
Pinjol11on LlIar Neger;, Majalah Hukum dan Pembangunan No. 6 Tahun
XXII, Deseillber 1992.
Wade, H. W.R .. Administrative Law, Sixth Edition, Oxford University
Press, 1988.

Anda mungkin juga menyukai