Anda di halaman 1dari 48

HUKUM EKONOMI

BAB I. GAMBARAN UMUM

A. ISTILAH DAN PENGERTIAN.


Hukum ekonomi merupakan bidang hukum baru di Indonesia, dan
belum ada kesepakatan tentang penamaan bidang hukum ini. Di
Belanda hukum ekonomi dibedakan atas dua: yakni micro social
economisch recht yang berkenaan dengan peraturan-peraturan
pemerintah yang mencampuri aktivitas ekonomi, dan macro social
economisch recht yang bertalian dengan organisasi dan
perkembangan kehidupan ekonomi nasional.
Kegiatan perekonomian memang dimulai dengan kepentingan
perseorangan. Namun demi terciptanya negara
kesejahteraan/welfare state maka negara perlu ikut campur dalam
kehidupan perekonomian demi untuk terjaminnya penyelenggaraan
kepentingan umum. Aspek inilah menjadi alasan dicantumkan kata
social dalam dua pengertian di atas.

B. BEBERAPA PENGERTIAN HUKUM EKONOMI:


1. C.F.G. Sunaryati Hartono, membedakan hukum ekonomi atas
dua bagian, yakni:
a) Hukum ekonomi pembangunan : adalah pengaturan dan
pemikiran hukum mengenai cara-cara peningkatan dan
pengembangan kehidupan ekonomi Indonesia/peningkatan
produksi secara nasional dan berencana. Pemerintah berperan
sebagai pembaharu dan pemberi arah pembangunan ekonomi.
b) Hukum ekonomi sosial: adalah pengaturan dan pemikiran
hukum mengenai cara-cara pembagaian hasil pembangunan
ekonomi nasional secara adil dan merata sesuai dengan
martabat kemanusiaan/HAM manusia Indonesia. Aspek yang
ditekankan di sini adalah distribusi yang adil dan merata, dan
hak atas kehidupandan pekerjaan yang layak.
Jelas di sini, hukum ekonomi menurut Sunaryati mencakup dua
aspek yakni: aspek peningkatan dan pengembangan kehidupan
ekonomi nasional, dan aspek pembagian hasil pembangunan
ekonomi secara merata.

2. Rochmat Soemitro: Hukum ekonomi adalah keseluruhan norma-


norma yang dibuat oleh pemerintah sebagai personifikasi
masyarakat, yang mengatur kehidupan ekonomi, di mana
kepentingan individu dan kepentingan masyarakat saling
berhadapan.

1
Definisi ini memperlihatkan: adanya usaha untuk menjaga
keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat, demi
pencapaian kemakmuran bersama. Dan juga letak hukum ekonomi
sebagiannya di bidang perdata dan sebagiannya lagi di bidang
publik.

3. Sumantoro: hukum ekonomi adalah seperangkat norma-norma


yang mengatur hubungan kegiatan ekonomi, dan secara
substansial sangat dipengaruhi oleh sistem ekonomi yang
digunakan oleh negara ybs.
Hukum ekonomi mencakup bidang-bidang yang diatur dalam
hukum perdata, hukum dagang, dan hukum publik.

C. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUKUM EKONOMI,


HUKUM BISNIS, HUKUM DAGANG, DAN HUKUM
PERDATA.
Hukum ekonomi adalah hukum yang berkaitan dengan berbagai
aktivitas ekonomi, sehingga mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas yakni meliputi semua persoalan yang berkaitan dengan
hubungan antara hukum dengan kegiatan ekonomi.
Ciri penting hukum ekonomi adalah adanya keterlibatan negara atau
pemerintah dalam pengaturan berbagai kegiatan perdagangan,
industri, dan keuangan. Pemerintah ikut campur dalam urusan yang
yang semula bersifat pribadi, demi untuk mencapai tujuan negara
yaitu keadilan dan kemakmuran. Sebagai contoh: pembatasan
kebebasan berkontrak melalui pemberlakuan hukum ekonomi yang
bersifat memaksa.
Istilah hukum bisnis memiliki pengertian yang lebih sempit/khusus
dari hukum ekonomi, karena lebih tertuju kepada usaha komersial,
dan interaksi antar pelakunya, jadi berkaitan dengan ekonomi
perusahaan/ekonomi mikro. Karakteristik bisnis terutama terletak
pada tujuan mencapai laba/keuntungan. Kegiatan bisnis meliputi
produksi, distribusi, dan pemasaran/penjualan barang dan/atau jasa
untuk memperoleh laba. Jadi hukum bisnis/business law atau
commercial law hanya mengatur kepentingan pribadi, atau hanya
terkait dengan aspek keperdataan saja.
Hukum Dagang merupakan bagian dari hukum perdata, dan lebih
khusus lagi adalah bagian dari hukum perikatan yang timbul dalam
lapangan perusahaan.
Dengan demikian, hukum bisnis modern dan hukum dagang
tradisional merupakan bagian dari hukum privat/perdata, sedangkan

2
hukum ekonomi, di samping meliputi hukum bisnis dan hukum
dagang, juga menjangkau hukum publik, seperti hukum
administrasi, hukum pidana, hukum internasional, dll.
Kaidah-kaidah hukum dagang dan hukum bisnis umumnya
berbentuk UU, kaedah hukum ekonomi banyak kali dibuat oleh
otoritas publik dalam bentuk produk perundang-undangan di bawah
UU, seperti: PP, Keppres, Permen, dll.

D. DIMENSI PENDEKATAN HUKUM EKONOMI.


Hukum ekonomi pada prinsipnya merupakan hukum yang mengatur
aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi yakni:
perusahaan. Aktivitas itu bisa terjadi antar pelaku ekonomi(aspek
mikro), dapat juga melibatkan campur tangan dan/atau kebijakan
negara(aspek makro).
Kegiatan/aktivitas ekonomi meliputi kegiatan: produksi(barang
dan/atau jasa), distribusi(agen, distributor, grossir, leveransir,
pengecer/retailer), dan pemasaran(konsumen/masyarakat).
Pada setiap kegiatan selalu terjadi hubungan hukum, selalu
melibatkan organ-organ masyarakat, selalu tercipta pusat-pusat
kegiatan yang melibatkan tenaga kerja. Sehingga secara serentak
terjadi kegiatan yang bersifat makro dan makro. Kegiatan mikro
karena terjadi hubungan hukum antar para pihak, sedangkan
kegiatan makro karena adanya kepentingan lain yang non hukum
seperti: kepentingan politik, ekonomi, dll. Hal ini juga berdampak
pada hubungan hukum: terjadi hubungan hukum dalam dua dimensi,
yakni dimensi mikro dalam wujud hubungan kontraktual antara para
pihak, dan dimensi makro yang berwujud policy pemerintah, antara
lain menyangkut: proteksi, subsidi, jamsostek, kebijakan PMA,
perlindungan konsumen, dll. Hukum ekonomi mengakomodir
kebijakan publik dan privat, di mana asas-asas dari dua kebijakan itu
perlu diharmonisasi. Asas-asas dalam hukum publik misalnya: asask
kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, asas keseimbangan,
dll. Sedangkan asas-asas dalam hukum privat seperti: asas-asas
dalam hukum kontrak.
Fungsi negara adalah menjaga keseimbangan antara kepentingan
privat dan publik tersebut.

E. HUBUNGAN HUKUM DAN EKONOMI.


Ada 2 pendapat yang mencermati hubungan antara kedua bidang ini.
Yang pertama, pendapat yang mempertentangkan atau menolak
hubungan antar keduanya. Hukum dan ekonomi memiliki karakter
yang berbeda. Bidang ekonomi berjalan/bergerak dengan sangat
cepat, sedangkan hukum berjalan lamban dan kaku. Hukum selalu

3
tertinggal di belakang aktivitas masyarakat, termasuk aktivitasa
ekonomi( Het recht hinkt achter de feiten aan). Hukum hanya dan
selalu mengikuti perkembangan masyarakat, ia tidak pernah menjadi
stimulus yang menyebabkan/merangsang perkembangan masyarakat,
atau lokomotip yang menarik masyarakat untuk berkembang seturut
kehendak hukum itu.
Ada 2 ajaran yang mendukung pendapat pertama ini:
1. Ajaran Madzab Sejarah, dengan pelopornya
Von Savigny: madzab ini menegaskan bahwa hukum itu tidak bisa
dibuat, melainkan ia tumbuh bersama-sama masyarakatnya, dan
berkembang jika masyarakatnya itu juga berkembang, lalu mati
tatkala masyarakat itu punah.
2. Teori Keputusan/beslissingenleer dari seorang
pakar hukum adat asal Belanda:Ter Haar. Teorinya menegaskan
bahwa hanya kebiasaan-kebiasaan yang diakui oleh penguasa
adat/kepala adat/fungsionaris adat di dalam keputusan-keputusan
mereka saja-lah yang merupakan hukum. Dengan demikian berarti:
a) Hukum hanya menyangkut hal-hal atau peristiwa yang
sudah biasa terjadi (=kebiasaan) dalam suatu masyarakat.
b) Hukum tidak mungkin mengatur peristiwa-peristiwa yang
belum menjadi kebiasaan, atau yang belum pernah terjadi di
dalam masyarakat.
Pendapat Kedua mengatakan bahwa sebenarnya hukum dan ekonomi
itu merupakan dia bidang ilmu yang saling terkait dan saling
mempengaruhi. Sejarah membuktikan bahwa perkembangan ekonomi
mempengaruhi dunia hukum, dan sebaliknya, perubahan-perubahan di
bidang hukum memberi dampak yang luas terhadap dunia ekonomi.
Pemikiran yang mendukung pendapat ini, adalah:
1. hukum dan ekonomi merupakan dua sub sistem
dari suatu sistem sosial/sistem kemasyarakatan yang saling
berinteraksi. Hukum tidak sekedar seperangkat kaedah-kaedah yang
bersifat otonom, tetapi merupakan salah satu institusi sosial, yang
terkait erat dengan pelbagai institusi sosial lain, termasuk ekonomi.
Kehidupan dan kegiatan ekonomi membutuhkan aturan main yakni
hukum,sebagai kaedah-kaedah pengaman sehingga pelaksanaan
pembangunan ekonomi tidak akan mengorbankan hak-hak dan
kepentingan pihak-pihak yang lemah.
2. Roscou Pound, seorang filsuf sociological
jurisprudence, mengakui adanya korelasi antara hukum dan bidang
kehidupan lain, termasuk ekonomi. Menurut Pound, hukum adalah “
a tool of social engineering”, alat yang berupaya memenuhi
kepentingan/interest masyarakat semaksimal mungkin, dengan
pengorbanan seminim mungkin. Kepentingan yang dimaksud baik

4
kepentingan umum, maupun kepentingan pribadi, diupayakan
diharmonisasi, termasuk di dalamnya adalah kepentingan di bidang
ekonomi.
3. Menurut Ismail Saleh, pertautan antara hukum dan
ekonomi nampak jelas da;am rumusan pasal 33 ayat 1 UUD45 pada
kalimat: “perekonomian disusun……”
Kata disusun menunjuk pada sesuatu yang bersifat normatip,
sehingga aktivitas ekonomi nasional tidak diserahkan begitu saja
kepada kekuatan pasar, namun perlu diatur dengan regulasi-regulasi
normatip.
Dalam kaitan dengan hubungan antara hukum dan ekonomi maka
penciptaan hukum ekonomi membutuhkan kerja sama antara para ahli
ke dua bidang tersebut. Kwik Kian Gie pernah
mengatakan:”………..namun hukum ekonomi demikian erat
hubungannya terutama ekonomi perusahaan dan ekonomi mikro, yang
ruang lingkupnya adalah interaksi bisnis antara pelaku usaha/bisnis.
Interaksi demikian jelas sangat membutuhkan aturan main. Penyusun
aturan main itu adalah urusan para sarjana hukum, sedangkan soal
memberikan uraian mengenai mekanisme dari kekuatan-kekuatan
ekonomi yang bekerja secara natural adalah urusan para ekonom…..”
Perkembangan dalam dunia hukum pada era dewasa ini
menunjukan suatu gejala baru, yakni mengenai: Analisis Ekonomi Atas
Hukum/Economic Analysis of Law.
Masyarakat kini cenderung menciptakan hukum yang
mempertimbangkan aspek efisiensi ekonomi. Dkl, hukum tidak dapat
didekati hanya dengan pendekatan hukum an sich. Alasannya adalah :
bahwa fenomena-fenomena di bidang hukum ekonomi dan/atau hukum
bisnis selama ini dirasakan tidak efisien. Contoh:
 Kewajiban hukum yang melibatkan profesi-profesi hukum
tertentu yang sebenarnya tidak perlu.
 Pembentukan lembaga-lembaga pendukung hukum bisnis yang
nyata-nyata suatu pemborosan.
 Ketidaksinkronan antar peraturan perundang-undangan.

Analisis ekonomi atas hukum berawal dari pemikiran tokoh aliran


Utilitarianisme Jeremy Bentham di tahun 1789 yang ia hasilkan dalam
studinya tentang hukum pidana dan pencegahannya, analisis tentang
hak milik dan substantial-treatment atas proses-proses hukum.
Semangat aliran ini kemudian memudar dan hilang; ia baru
berkembang kembali di awal tahun 1970-an liwat pemikiran Ronald
Coasei, Becker, Calabresi, dan Posner.

5
Inti ajaran Analisis Ekonomi Atas Hukum:
Ada 2 masalah dasar yang awal-mulanya menjadi focus:
 The identification of the effects of a legal rule:
 Identifikasi pengaruh aturan hukum terhadap tingkah laku
seseorang.
 Bersifat deskriptif
 Misalnya: mengapa orang berhati-hati pada saat
berkendaraan??
 Jawabanya, seperti: tidak mau celaka, atau: takut
bertanggungjawab atas kecelakaan itu, atau juga: ada
risiko diajukan ke pengadilan.
 The social desiderability of a legal rule:
 Harapan masyarakat terhadap hukum: apakah aturan-
aturan hukum itu telah sesuai dengan keinginan
masyarakat?
 Bersifat normative
 Suatu aturan hukum dianggap lebih baik dari aturan yang
lain, jika aturan tsb memberikan sumbangan yang lebih
bagi kesejahteraan social.
Mis: jika masyarakat ingin meminimalisir kecelakaan lalu-
lintas, maka aturan hukum yang terbaik adalah: memberi
sanksi/hukuman bagi penyebab kecelakaan.

Dewasa ini analisis ekonomi atas hukum lebih luas cakupannya dari
hanya 2 hal di atas, karena menyebar hingga ke bidang penggunaan
prinsip-prinsip ekonomi terhadap permasalahan hukum dan kebijakan
public.
Hal-hal ini pula yang mulai dirasakan di Indonesia. Masalah yang
cukup menonjol adalah persoalan ttg: penerapan/pertimbangan prinsip
efisiensi ekonomi dalam penciptaan regulasi hukum.
Ada sejumlah petunjuk positip yg bisa dijadikan alasan untuk berpaling
kepada analisis ekonomi atas hukum ini:
 Upaya perlindungan terhadap lingkungan terbukti kurang efektip
jika hanya digantungkan pada penggunaan instrumen-instrumen
hukum.
 Di negara-negara lain, perlindungan hukum sudah menerapkan
konsep “mixed-tools of compliance”, yang salah satu
instrumennya adalah instrumen ekonomi. Instrumen ini cukup
berperan dalam meningkatkan kepatuhan terhadap hukum
lingkungan.

6
Bagaimana di Indonesia??
(a) Ada sejumlah pendapat yang mendukung:
 Thee Kian Wie : menekankan perlunya
memperhatikan aspek ekonomi dalam implementasi UU
Anti Monopoli.
 Heru Supratomo: ilmu ekonomi merupakan alat
yang tepat untuk melakukan analisis terhadap permasalahan-
permasalahan hukum, dan hal ini sudah mulai Nampak
dalam penciptaan regulasi-regulasi hukum perbankan.
(b) Implementasi dalam komentar-komentar kritis di bidang
hukum bisnis:
Komentar yang berlatar analisis ekonomi atas hukum dapat
ditemukan di bidang hukum bisnis, dengan fokus utama pada
prinsip efisiensi ekonomi.
Ada sejumlah fakta yg menunjukan kalau sejumlah regulasi
hukum di tanah air ternyata tidak efisien, berdasarkan petunjuk-
petunjuk berikut:
 Keterlibatan profesi hukum tertentu sebagai salah satu
syarat dalam proses hukum. Mis : pembebanan jaminan
Fidusia dan Hak Tanggungan dengan Akta Notaris.
Praktek selama ini, akta itu cukup dibuat dengan akta di
bawah tangan. Hal ini karena fidusia baru lahir pada saat
pendaftaran , bukan pada saat pembebanan. Oki: apa
manfaat akta notaril itu?? Pembebanan dengan Akta
Notaril justru sangat memberatkan debitur, terutama
pengusaha, apalagi jika notaris dengan secara bebas
menetapkan biaya pembuat akta. Akibatnya, peraturan
perundang-undangan di atas sering dicap sebagai hasil
“Notaris Connection”.
 Pembentukan lembaga-lembaga hukum seperti: Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Badan Perlindungan
Konsumen Nasional(BPKN), dan Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen(BPSK) : badan-badan ini de fakto
didirikan secara sendiri-sendiri, dan karenanya
membutuhkan biaya tinggi. Perbandingan: di USA hanya
ada satu badan saja yakni: Federal Trade
Commission(FTC).
 Eksistensi lembaga non-litigasi, terkait kewajiban
Pengadilan untuk menolak perkara jika para pihak telah
memilih penyelesaian secara non-litigasi. Pasal 3 UU
Nomor 30/1999 ttg Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

7
Sengketa, menetapkan bahwa Pengadilan Negeri tidak
berwenang mengadili sengketa para pihak yang telah
terikat dalam perjanjian arbitrase. Namun, pasal 45 ayat 4
UU Nomor 8 /1999 ttg Perlindungan Konsumen masih
membuka pintu untuk itu: “ apabila telah dipilih upaya
penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan,
gugatan melalui pengadilan hanya ditempuh apabila
upaya tsb dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu
pihak, atau oleh para pihak yang bersengketa.”
Akibatnya: hukum tidak memberikan kepastian !

F. RUANG LINGKUP PENGATURAN HUKUM EKONOMI.


Hukum ekonomi yang bersifat interdisipliner dan multidisipliner,
menurut Sumantoro dapat dikategorikan secara makro sebagai
berikut:
 hukum ekonomi yang mengatur sektor fisik(bidang pertanian,
pertambangan, dan industri).
 hukum ekonomi yang mengatur sektor non fisik(bidang
perdagangan, jasa, kontraktor, HAKI).
 hukum ekonomi yang mengatur penyelenggaraan sarana dan
fasilitas usaha(perpajakan, penyelesaian sengketa, perburuhan,
ijin kerja).

G. SEJARAH HUKUM EKONOMI.


Masa-masa sebelum sampai pada awal revolusi industri, kegiatan
perdagangan dan industri sering terhambat oleh peraturan-peraturan
yang ketat dan rumit, yang dikeluarkan oleh raja yang
absolut/absolutisme monarki, dan para kaum bangsawan. Negara
dirasakan terlalu mengekang kebebasan usaha perdagangan dan
industri.
Pada masa ini hukum muncul sebagai suatu tatanan dan sistem yang
bertugas hanya sebatas memenuhi kebutuhan komunitas lokal.
Hukum tertata sebagai tradisi yang diwariskan. Fungsi hukum
tradisional ini mengatur kehidupan masyarakat yang di kala itu
terbagi dalam status. Kaum monarki dan bangsawan yang berkuasa
dan memiliki lahan pertanian luas menerapkan peraturan yang
sangat rumit, sehingga menghambat perkembangan perdagangan
dan industri. Rakyat biasa menjadi kelompok dengan statusnya
sebagai kelompok tidak berkuasa, menjadi pekerja kasar yang
miskin, dan senantiasa tunduk kepada sejumlah aturan yang
membelenggu kehidupan mereka, termasuk kehidupan dibidang
perdagangan dan industri.

8
Pembatasan tersebut mulai melemah sejak munculnya aliran
liberalisme yang disponsori oleh cita-cita revolusi Perancis dan
ajaran Adam Smith di Inggeris.
Smith mengemukan teorinya perihal ekonomi klasik yang intinya:
1. perkembangan ekonomi didasarkan pada
persaingan bebas yang akan mewujudkan efisiensi ekonomi.
2. persaingan bebas terjadi karena masing-masing
individu melakukan perbuatan ekonomi berdasarkan dorongan
kepentingan pribadinya.
3. persaingan bebas tidak merugikan kepentingan
masyarakat, tetapi justru akan mendatangkan kesejahteraan
umum, sebab mekanisme persaingan bebas itu akan mendapat
bimbingan dari “the invisible hand”. Oleh karena itu campur
tangan pemerintah di bidang perekonomian tidak diperlukan.
Smith juga mengemukakan ajarannya mengenai “laissez
faire”/biarkanlah, yang berintikan:
 kebebasan memiliki alat-alat produksi dan modal yang
menjadi dasar kapitalisme.
 kebebasan memilih lapangan pekerjaan dan bidang usaha.
 kebebasan produsen untuk menentukan apa dan berapa
jumlah produksi,yang disesuaikan dengan harapan atau motivasi
memperoleh laba/profit oriented.
 harga dibentuk di pasar bebas sesuai permintaan dan
penawaran. Bentuk pasar yang dianggap paling baik adalah
persaingan bebas.
 campur tangan negara dibatasi.
Negara hanya berfungsi sebagai polisi yang pasif/watch dog. Hasilnya,
industri dan perdagangan yang bercirikan liberal mengalami kemajuan
pesat. Terjadi revolusi industri di Inggeris pada akhir abad 18. Revolusi
ini merubah pola kehidupan masyarakat waktu itu, dari pola agraris ke
pola kehidupan industri. Peran status ditinggalkan, dan organisasi
kehidupan manusia dibangun berdasarkan kontrak-kontrak, yang
dibuat oleh masyarakat sendiri secara bebas. Kebebasan pribadi dan
kemerdekaan berkontrak merupakan asas-asas hukum yang secara
mutlak disanjung. Segala bentuk pembatasan dan campur tangan
pemerintah ditolak Perubahan pola kehidupan ini dilukiskan oleh
Henry Maine sebagai perubahan pola kehidupan “from status to
contract.” Perubahan ini memungkinkan warga masyarakat
menentukan sendiri secara bebas posisi hak dan kewajibannya liwat
kontrak-kontrak baik di bidang privat maupun di bidang publik.
Di bidang hukum, selain asas-asas tersebut di atas, berkembang pula
dua doktrin hukum utama yakni:

9
1. doktrin positivisme yang menetralkan hukum
dari pertimbangan nilai keadilan.
2. doktrin kekuatan mengikat dari kontrak, yang
menegaskan bahwa kontrak diakui berkekuatan setara dengan UU
bagi mereka yang membuatnya.
Revolusi Industri memang menghasilkan kemajuan di bidang ekonomi
dan industri yang sangat pesat, namun serentak juga menghasilkan
dampak negatip, seperti:
1. pihak yang lemah, seperti: petani, buruh, wanita, dan anak-anak
diperas tenaganya menjadi kaum miskin.
2. ada gap yang semakin lebar antara pengusaha kaya dan kelompok
miskin dan kekurangan/kaum puritan.
3. pengangguran dan ketidak adilan meraja-lela.
4. anak-anak menjadi pekerja di pabrik-pabrik.
Kondisi yang memprihatinkan ini memunculkan reaksi protes antara
lain oleh: Sir Robert Peel, dan Robert Owen.
Tahun 1930-an dunia dilanda krisis yang dikenal dengan nama krisis
Malaise, yang berakibat lumpuhnya perekonomian dunia. Ajaran Adam
Smith ditinggalkan, diganti dengan teori baru yang disebut dengan
teori ekonomi neo klasik atau teori Keynesian yang dipelopori John
Maynard Keynes. Inti ajaran teori ini adalah: persoalan-persoalan
ekonomi mikro erat kaitannya dengan persoalan ekonomi makro, dan
oleh karena itu campur tangan pemerintah diperlukan untuk mengatur
dan mengarahkan perekonomian suatu negara.
Setelah Perang Dunia II, negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika
mulai menerapkan konsep ekonomi terencana/planned economy, yang
menegaskan bahwa: ekonomi nasional tidak dikembangkan menurut
mekanisme pasar yang bebas, melainkan dikembangkan menurut
hukum negara, yang berfungsi mengimplementasikan rencana-rencana
pembangunan pemerintah. Peran dan fungsi pemerintah dalam proses
pembangunan ekonomi semakin penting. Hal inilah yang mengawali
lahirnya bidang kajian hukum ekonomi. Negara, melalui serangkaian
peraturan administrasi mulai mengadakan pembatasan terhadap
kebebasan individu yang sebelumnya telah diberikan dan dijamin oleh
hukum perdata dan hukum dagang.
Hukum dalam planned economic mengalami perubahan yakni:
1. kebebasan berkontrak tidak lagi dilaksanakan
secara mutlak.
2. aktivitas ekonomi tidak banyak lagi dikuasai
oleh kaidah-kaidah hukum privat, melainkan juga oleh hukum
publik

10
3. hukum cenderung digunakan sebagai sarana
pemberi kewenangan kepada pemerintah, atau sebagai sarana
legitimasi tindakan pemerintah.
4. hukum tidak lagi menampakan diri sebagai
sarana yang selalu bersikap ramah dan murah hati terhadap
kebebasan individu dalam pembuatan kontrak, namun lebih banyak
didayagunakan untuk melakukan intervensi, guna mengubah arah,
atau menimbulkan efek yang diinginkan pemerintah.
5. hukum bergerak dengan doktrin baru, yang
diungkapkan Roscou Pound, yakni:”law as a tool of social
engineering”, yang senantiasa peka terhadap perubahan dan
perkembangan sosial, dan mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan dan perubahan sosial itu, guna semaksimal mungkin
memenuhi kebutuhan dan kepentingan sosial.

Dampak dari wajah baru hukum ini, khususnya bagi negara-negara


berkembang adalah:
 terjadi sentralisasi kontrol terhadap seluruh bidang
kehidupan, dengan bersaranakan hukum.
 regulasi, baik melalui produk perundangan maupun
keputusan eksekutip menjadi begitu banyak, bahkan cenderung
overregulation.
 hukum kehilangan kedudukannya sebagai supremasi,
karena terdegradasi hanya sebagai instrumen kontrol di tangan
penguasa.
 asas rule of law diganti dengan rule by using law atau rule
of the executive law, bahkan sampai pada miss-using law.
 pelaku ekonomi hanya berperan sebagai pelakon-pelakon
yang loyal terhadap apa yang diperintahkan oleh suatu skenario
besar “rencana pembangunan” yang diorganisir serta dikontrol
oleh korporasi-korporasi yang dikendalikan pemerintah.

H. PERAN HUKUM EKONOMI.


1. memberikan pembatasan-pembatasan tertentu
kepada pihak yang kuat di satu sisi, sedang pada sisi lain ia
memberikan peluang-peluang kepada pihak yang lemah, dalam
rangka terselenggaranya pembangunan ekonomi yang bermuatan
keadilan.
2. sebagai tool of social engineering, hukum
ekonomi berperan membentuk dan mengarahkan masyarakat untuk
melakukan hal-hal tertentu guna mencapai tujuan pembangunan
ekonomi yang dicita-citakan.

11
3. memberantas hambatan-hambatan
pembangunan ekonomi seperti: birokrasi yang berlebihan, KKN,
dan persaingan tidak sehat.
Perlu diingat, bisa saja terjadi ada hukum atau regulasi hukum ekonomi
yang menghambat pembangunan ekonomi, seperti: hukum yang tidak
jelas, tidak lengkap, dan malah terlalu banyak, ataupun yang sudah
ketinggalan jaman. Hukum seperti ini akan menciptakan distorsi
terhadap pembangunan ekonomi. Maka, dibutuhkan sensitivitas untuk
merubah, mengganti, memperbaiki, atau menyempurnakan jenis hukum
seperti itu.
Pentingnya kehadiran hukum ekonomi sebagai norma hukum yang
mengatur kegiatan ekonomi nasional, adalah karena:
1. banyak masalah hukum yang timbul dari
aktivitas ekonomi yang belum ada pengaturan hukumnya secara
lengkap.
2. hukum dagang dan perangkat hukum lainnya
yang tersedia, ada yang sudah ketinggalan jaman, ada juga yang
perlu dikembangkan, agar mampu menghadapi masalah kegiatan
ekonomi yang semakin komplex dan canggih.
3. semakin besar keterlibatan pemerintah dalam
bidang privat yang membatasi kebebasan perorangan untuk
melindungi kepentingan umum.

I. SUMBER HUKUM EKONOMI DI INDONESIA.


1. Perundang-undangan:
a) UUD 1945: pasal 27 dan pasal 33, yang jika dikaji
mengandung 5 asas yang menjadi ciri utama sistem ekonomi
nasional, yakni: asas persamaan(psl 27 ayat 1), asas
kemanusiaan(psl 27 ayat 2), asas kekeluargaan(pasal 33 ayat 1),
asas manfaat(pasal 33 ayat 3), dan asas keseimbangan. Perihal
asas terakhir dapat dijelaskan sbb: jika pasal 27 ditempatkan
secara berdampingan dengan pasal 33 maka: psl 27 menyoroti
hak setiap orang atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
sesuai dengan martabat kemanusiaannya sebagai salah satu hak
dasar manusia. Pasal 33 menyoroti hajat hidup orang banyak dan
manfaat kekayaan alam sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat.
b) UU: yang dikodifikasi (KUHPdt dan KUHD), maupun
yang tidak dikodifikasi(HAKI, UU Pasar Modal, UU
perlindungan konsumen, dll).
2. Perjanjian.
3.Traktat: adalah perjanjian antar negara, baik bilateral maupun
multilateral,seperti: WTO, Konvensi Berne, dll.

12
4.Yurisprudensi: putusan-putusan pengadilan yang dapat dianggap
sebagai sumber hukum. Di Indonesia, hakim bebas untuk
menggunakan atau tidak yurisprudensi tersebut.
5. Kebiasaan: merupakan nilai-nilai hukum yang hidup dalam
masyarakat.
6. Doktrin: pendapat para ahli hukum, dan lebih merupakan sumber
hukum yang tidak langsung, yang berguna di dalam perundang-
undangan atau penafsiran sumber hukum tertentu oleh hakim.

BAB II. PENANAMAN MODAL ASING/PMA.

PENDAHULUAN.
Keterbukaan Indonesia terhadap modal asing sudah dialami sejak masa
colonial dengan dikeluarkannya Agrarische Wet tahun 1870. UU ini
melahirkan sejumlah perkebunan karet, kelapa sawit, dll. Hal ini
memang dimungkinkan oleh pola dasar pemikiran bahwa tanah-tanah
yang tidak digarap oleh penduduk, serta merta dianggap sebagai
“domain”/kawaan kekuasaan negara. Negara kemudian memberikan
kawasan-kawasan tersebut ke pengusaha-pengusaha perkebunan, yang
kemudian menguasainya berdasarkan hak erfpacht/hak guna usaha
selama 75 tahun.
Agrarische Wet kemudian diikuti dengan Koelie Ordonantie tahun
1880 yang mengekang kebebasan para pekerja perkebunan.
Zaman ORLA, Presiden Soekarno memang bersifat anti perusahaan
Belanda, Inggeris, dan Amerika. Namun secara diam-diam
membiarkan masuknya modal asing dari Hongkong, Taiwan, dan
Singapura.
Pada masa ORBA, modal asing adalah mitra yang penting(lihat
konsiderans UU No.1/1967, kendati dalam setiap GBHN selalu
diistilahkan sebagai pelengkap saja.
Fakta:
1. mayoritas hubungan ekonomi nasional adalah dengan negara-
negara kapitalis Barat. Dengan itu, yang diterapkan pada masa
ini adalah kebijakan Pintu Terbuka bagi PMA yang masuk ke
Indonesia, baik melalui jalur formal di Badan Koordinasi
Penanaman Modal(BPKM), maupun melalui saluran kerja sama
teknis, lisensi, dll. Akibatnya, PMA cukup mendominasi
aktivitas ekonomi nasional, dan tidak hanya sebagai pelengkap.
2. Perekonomian nasional secara kasar dapatlah dikatakan
tergantung/ditentukan oleh kepentingan-kepentingan negara-
negara industri, dan juga oleh lembaga-lembaga keuangan
multilateral (Bank Dunia, IMF, ADB), konsorsium negara-
negara donor, dan perusahaan-perusahaan multinasional.

13
3. UU dan paket-paket deregulasi zaman ORBA menunjukan gerak
arah kebijakan ekonomi nasional cenderung mengarah kepada
liberalisasi ekonomi, dan menjadikan negara ini sebagai bagian
dari borderless society, seperti:
 Rangsangan-rangsangan bagi PMA ditawarkan.
 Sector-sektor usaha dibuka lebar, hanya dengan sedikit
pembatasan(di sector distribusi/retail, media, infrastruktur,
dll).

 Cabang-cabang produksi yang berkenaan dengan hajat


hidup orang banyak(public interest and public utilities)
terbuka untuk dimasuki juga oleh Modal Asing(lihat PP
no. 20/1994)
 Masuknya Indonesia menjadi anggota: WTO,
AFTA(Asean Free Trade Agreement), APEC(Asia-Pacific
Economic Cooperation)

DASAR HUKUM : UU NOMOR 1 TAHUN 1967 TTG PMA.


LATAR BELAKANG.
Kebijakan Indonesia tentang modal asing berdasar pada sejumlah
faktor berikut:
1. potensi kekuatan ekonomi belum seluruhnya
diolah, karena negara mengalami ketiadaan modal, pengalaman, dan
teknologi. Untuk itu dibutuhkan bantuan modal asing.
2. asas pembangunan ekonomi yang harus
didasarkan pada kemampuan dan kesanggupan rakyat Indonesia
sendiri, tidak boleh menimbulkan keseganan untuk memanfaatkan
potensi-potensi modal, teknologi, dan skill asing, asal saja diabdikan
kepada kepentingan rakyat, dan tidak boleh berakibat
ketergantungan terhadap pihak asing.
3. penanaman modal asing dimanfaatkan untuk:
mempercepat pembangunan ekonomi, digunakan pada barang-
barang yang belum dan/atau tidak dapat dilaksanakan oleh modal
Indonesia sendiri.

DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN PMA.


Dasar hukum PMA adalah UU No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman
Modal Asing/PMA(selanjutnya UUPMA). PMA yang dimaksud dalam
UUPMA meliputi PMA secara langsung dilakukan menurut atau
berdasarkan undang-undang, dan yang digunakan untuk menjalankan
perusahaan di Indonesia, dan pemilik modal/investor menanggung
risiko dari penanaman modal itu.

14
Ada sejumlah hal yang perlu dicermati:
1. UU ini tidak mengatur mengenai kredit atau
peminjaman modal.
2. UU ini memberi kemungkinan sebuah perusahaan
dijalankan dengan modal asing sepenuhnya/direct investment,
ataupun dalam usaha kerja sama dengan modal nasional/ joint
venture/joint enterprice.
3. konsekuensi direct investment adalah bahwa
bukan hanya modal, tetapi kekuasaan dan pengambilan keputusan
dilakukan oleh pihak asing, sepanjang hal tersebut memperoleh
persetujuan dari pemerintah Indonesia, serta tidak melanggar hukum
dan ketertiban umum yang berlaku di Indonesia.
4. berbeda dengan kredit yang risiko penggunaannya
di tangan peminjam, dalam PMA risiko penggunaannya menjadi
tanggungan penanam.

MODAL ASING.
Bentuk/wujud modal asing meliputi:
 alat pembayaran luar negeri/valuta asing yang tidak merupakan
bagian dari kekayaan devisa Indonesia yang dengan persetujuan
pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di
Indonesia;
 alat-alat perlengkapan tetap yang diperlukan untuk menjalankan
perusahaan, dalam hal ini adalah alat-alat modern.
 penemuan-penemuan(hak paten) milik penanam modal(badan
asing atau milik orang lain yang digunakan badan asing ybs)
yang digunakan dalam perusahaannya di Indonesia.
 keuntungan yang diperoleh perusahaan ybs selama beroperasi di
Indonesia, yang seharusnya merupakan bagian yang ditransfer ke
luar negeri, tetapi oleh penanamnya/investor dipergunakan
kembali di Indonesia dengan maksud untuk menambah kekuatan
modalnya.

WEWENANG PEMERINTAH.
1. menetapkan perincian bidang-bidang usaha yang
terbuka bagi PMA, beserta persyaratan umum dan syarat-syarat
kasuistis yang harus dipenuhi investor;
2. menetapkan bidang-bidang usaha tertentu yang
tidak boleh dimasuki PMA.
Ada dua kategori bidang usaha yang tertutup bagi PMA:
a) tertutup bagi PMA secara penguasaan penuh/direct
investment, karena bidang-bidang itu penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak. Bidang-bidang itu adalah:

15
pelabuhan, ketenagalistrikan, telekomunikasi, pelayaran,
penerbangan, kereta api, pembangkit tenaga atom, dan mass-
media.
b) Sama sekali tertutup, karena sangat penting bagi
pertahanan dan keamanan negara seperti: produksi senjata,
mesiu, alat peledak, dan peralatan perang;
3. menetapkan bidang-bidang usaha yang dapat
diadakan kerja sama antara modal asing dan modal nasional
berdasarkan kontrak karya.

BENTUK-BENTUK PMA.
 pihak asing menanamkan 100% modalnya/direct investment
 kerja sama modal asing dengan modal nasional. Ada 3 macam
kerja sama:
 joint venture: kerja sama antara pemilik modal asing
semata-mata berdasarkan perjanjian, dan para pihak tidak
membentuk badan hukum baru. Kontrak ini berwujud:
 technical assistance: kerja sama di mana perusahaan
nasional membutuhkan skill atau cara kerja baru.
 Franchise and brand use agreement: perusahaan nasional
bekerja sama dengan perusahaan asing untuk
memproduksi barang yang sudah memiliki merek terkenal.
 Management contract: kerja sama di bidang managemen
perusahaan. Hotel misalnya, pemilik adalah perusahaan
nasional, managemennya dikelola perusahaan asing.
 Joint enterprise: kerja sama dengan membentuk badan
hukum baru berbentuk PT menurut hukum Indonesia.
 Kontrak karya/working contract: kerja sama di mana
penanam modal asing membentuk suatu badan hukum
Indonesia, dan badan hukum ini kemudian mengadakan
kontrak kerja sama dengan suatu badan hukum yang
menggunakan modal Indonesia.

CATATAN:
A. JOINT VENTURE.
Adalah usaha gabungan antara 2 orang/perusahaan atau lebih untuk
menjalin bisnis bersama dalam bentuk kebersamaan equity ke dalam
suatu perusahaan, baik perusahaan yang sudah ada, maupun perusahaan
yang didirikan khusus untuk itu.
Para pihak dalam joint venture bisa: domestik-domestik, bisa juga
domestik-asing.
Tahap Joint Venture:
Negosiasi: hal-hal yang perlu diperhatikan:

16
a) Persiapan negosiasi.
b) Penguasaan teknik-teknik negosiasi.
c) Pengetahuan tentang kelebihan dan
kelemahan pihak lawan, atau kebiasaan-kebiasaan pihak lawan.
Mis: orang Amerika sering bernegosiasi dengan persiapan
seadanya, orang Jepang biasanya dengan persiapan yang matang,
sedangkan orang Eropa sering cukup santai pada saat negosiasi.
Trend tahap negosiasi adalah: win to win, yang bermakna: setelah
negosiasi tidak ada pihak yang merasa dikalahkan. Khusus pada
Joint Venture, ada sejumlah hal yang perlu dicermati secara hati-
hati:
a) Pihak domestik sering tidak punya
bargaining power dalam negosiasi,karena:
 Pihak asing berasal dari negara maju, sehingga
menganggap dirinya super.
 Pihak domestik umumnya pemegang saham yang lebih
kecil.
 Pihak asing adalah pemilik dana, gagasan, dan pikiran,
sedangkan pihak domestik hanya memiliki modal
tenaga.
 Dalam kasus-kasus tertentu, pihak domestik hanya
dipakai namanya saja(mis: trusteeship).
b) Pihak asing kurang memperhatikan hukum
Indonesia, dan oleh karena itu perlu ditangani sejak dini
mengenai referensi hukum Indonesia dalam joint venture yang
hendak diadakan.
c) Pihak domestik bersikap amatir dalam hal
joint venture, sehingga para pihak seharusnya berhati-hati dalam
memilih partner usaha.
Dokumentasi:
Pendirian Joint Venture membutuhkan sejumlah dokumen, seperti:
Dokumen pendahuluan: seperti MOU.
Dokumen Pokok: Joint Venture Agreement/Share Holder
Agreement.
Dokumen Tambahan: dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
bidang PMA tertentu seperti: Agency Agreement, Techincal
Assistant Agreement, dll.
Proses dan Prosedur:
Ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan:
a) Ijin-ijin, antara lain:
 Ijin pendirian.
 IMB

17
 Ijin UU Gangguan.
 Ijin Lokasi.
 Ijin Usaha Tetap.
 Ijin Kerja WNA, ijin menetap.
 NPWP.
b) Mengikuti prosedur pendirian PT seperti:
pembuatan akta notaris, pengesahan oleh Menteri Kehakiman,
pendaftaran perusahaan, pengumuman dalam Tambahan Berita
Negara. Selain itu, bagi PMA perlu mengikuti prosedur khusus
PMA seperti: keharusan memperoleh ijin PMA dari Presiden,
yang pengurusnnya melalui Badan Kordinasi Penanaman
Modal/BKPM, atau departemen Pertambangan untuk PMA di
bidang Pertambangan dan Energi.

B. TECHNICAL ASSISTANCE AGREEMENT.


Technical Assistance Agreement/Perjanjian Bantuan Teknis
merupakan kespakatan para pihak, yang dituangkan dalam bentuk
agreement, di mana salah satu pihak membutuhkan jasa bantuan
teknis(dalam arti yang seluas-luasnya) dari pihak lain, dan pihak
lain tsb mempunyai kapasitas untuk memberikan bantuan teknis
kepada pihak yang membutuhkannya.
Perjanjian Bantuan Teknis dalam praktek sering memiliki nama
yang bervariasi tergantung pada variasi jasa yang akan diberikan.
Dalam hal istilah, ada sejumlah nama untuk perjanjian ini, antara
lain: Management Agreement, Management and Technical
Assistance Agreement, Service Agreement, Employment
Agreement, dll
Kontrak Bantuan Teknis terkait dengan sejumlah bidang hukum, yang
memang perlu dicermati, seperti:
1. Hukum Kontrak:
2. Hukum Perseroan: hal ini disebabkab karena pihak
yang membutuhkan bantuan teknis biasanya dituntut berbadan
hukum PT. Sejumlah hal yang perlu diperhatikan kontrak bantuan
teknis ini tidak memiliki cacat hukum: apakah pengangkatan
seorang sebagai technical assistance itu membutuhkan persetujuan
tertentu, seperti persetujuan komisaris? Ataukah jika ia diangkat
sebagai direksi atau komisaris, apakah sudah melalui RUPS?
3. Hukum PMA: hal-hal yang perlu diperhatikan
misalnya: apakah status perusahaan yg membutuhkan bantuan teknis
itu memang dapat mempekerjakan orang asing? Apakah bidang
yang hendak dimintakan bantuan teknis itu merupakan bidang yang
diperbolehkan mempekerjakan orang asing, ataukah bidang yang

18
masuk dalam negative list? Berapa tenaga asing yang diijinkan
bekerja?
4. Hukum Perburuhan: memperhatikan aspek
penggajian, pajak, keselamatan kerja, pesangon, dll.
5. Hukum Keimigrasian: hal ini karena yang mau
dipekerjakan adalah pihak asing. Untuk itu perlu dipenuhi aspek
hukum keimigrasian seperti: pengurusan Visa, KIMS, dll.
Kontrak Technical Assistance pada umumnya berisikan sejumlah aspek
sbb:
1. Bagian Permulaan: berisikan para pihak yang
mengadakan kontrak, maksud dan tujuan dibuatnya kontrak.
2. Employment: bagian ini berisikan ketentuan
bahwa pihak penerima jasa mengangkat pemberi jasa pada posisi
tertentu dalam perusahaannya.
3. Service: mencantumkan service-service/jasa-jasa
apa saja yang hendak dikerjakan, dan keharusan pemberi jasa
meberikanservice itu dengan sebaik-baiknya demi kemajuan
perusahaan penerima jasa.
4. Powers:berisikan kekuasaan-kekuasaan tertentu
yang diberikan kepada pemberi jasa seperti: general manajer dengan
day to day operation, dll.
5. Confidential Data: ketentuan penjagaan
kerahasiaan data perusahaan di mana orang asing itu bekerja.
6. Consultation: pemberi jasa bersedia untuk
memberikan konsultasi bagi perusahaan tempat ia bekerja.
7. Payment: penentuaan jumlah fee yang harus
dibayarkan kepada pemberi jasa bantuan teknis, cara pembayaran,
siapa yang menanggung pajak, fasilitas-fasilitas lain yang
disediakan bagi pemberi jasa seperti mis: perumahan,
mobil,tunjangan, dll.
8. Force Major.
9. Duration: sampai kapan kontrak berlangsung,
apakah butuh perpanjangan, atau terjadi perpanjangan otomatis.
10. Termination: berisikan cara-cara penyelesaian jika
kontrak mau diakhiri di tengah jalan
11. Assignment: berisikan ketentuan pengalihan atau
mengsubkontrakkan kepada pihak lain, harus dengan persetujuan
para pihak.
12. Yurisdiction: ketentuan tentang penyelesaian
sengketa antar para pihak.
13. Languange: dalam hal kontrak ditulis dalam 2
bahasa, maka jika terjadi perbedaan tafsiran maka ditentukan ,
bahasa manakah yang menjadi prevailing language.

19
14. Severability: jika terjadi ada sejumlah
pasal/kesepakatan ternyata tidak dapat dienforce, maka tidak berarti
pasal-pasal lainpun bernasib sama.
15. Waiver: jika terjadi salah satu pihak tidak menagih
haknya, itu tidak berarti pihak lain tidak berkewajiban menyerahkan
hak itu kepada yang empunya hak.
16. Amendment: berisikan ketentuan jika terjadi para
pihak ingin merubah atau menambah isi kontrak, maka ditegaskan
bahwa perubahan/penambahan itu harus dibuat secara tertulis dalam
bentuk amendment yang disetujui oleh para pihak.

C. AGENCY AGREEMENT.
Ada sejumlah istilah yang dipakai dalam praktek: authorized
distributor, authorized agent, sole agent, sole distributor, exclusive
distributor, representative, main distributor, dll. Namun yang lasim
dipakai adalah: sole agent atau sole distributor, yang dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan dengan agen tunggal atau distributor tunggal,
perantara, ataupun pialang dalam keagenan di bidang jual beli saham di
pasar modal.
Pengertian: Agen adalah orang/pihak/perusahaan yang menerima kuasa
untuk bertindak atas nama pemberi kuasa. Distributor adalah orang atau
perusahaan yang membeli barang dari produsen dan kemudian menjual
barang tersebut kepada pengecer di dalam suatu wilayah tertentu.
Agen bisa juga dimaknai sebagai perusahaan yang bertindak atas nama
prinsipalnya, dan oleh karena itu agen tidak melakukan pembelian dari
prinsipal. Barang-barang tetap menjadi milik prinsipal.
Ciri-ciri Agen yang membedakannya dari distributor:
1. seorang agen akan menjual barang/jasa untuk dan
atas nama prinsipal. Distributor bertindak atas namanya
sendiri/independent tender.
2. pendapatan yang diterima agen adalah komisi dari
hasil penjualan, sedangkan pendapatan seorang distributor adalah
laba dari penjualan yang dilakukannya.
3. dalam keagenan, barang dikirim langsung dari
prinsipal kepada konsumen, sedangkan dalam hal distributor,
produsen bahkan tidak pernah tahu konsumen akhir dari
produknya.
4. dalam transaksi keagenan, pembayaran langsung
dari konsumen ke prinsipal, sedangkan pada distributor, pihak
distributor langsung menerima pembayaran dari konsumen.
Dalam praktek ada dua jenis keagenan:
 agen institusional: adalah orang atau perusahaan yang
semata-mata bertugas sebagai agen bagi pihak lain.

20
Contoh: pialang, agen penjualan tiket pesawat, dll. Dalam
kaitan dengan ini, dikenal istilah agen tunggal/sole agency
yakni hanya satu agen yang ditunjuk prinsipal untuk suatu
wilayah tertentu.
 Agen insidental: agen yang tugasnya tidak semata-mata di
bidang keagenan.

Klausula-klausula penting yang perlu kepastian hukum dalam keagenan


adalah menyangkut: pengangkatan agen, hak dan kewajiban para pihak,
jangka waktu kontrak keagenan, pemutusan kontrak, force-major,
penyelesaian perselisihan, hukum yang berlaku, perubahan perjanjian,
pemakaian dua bahasa, dll.

D. MEMORANDUM OF UNDERSTANDING/MOU.
MOU sebenarnya tidak dikenal dalam hukum konvensional di
Indonesia, namun praktek ini sudah mendunia. MOU sebenarnya
sebuah kontrak yang sederhana, tidak menuntut formalitas seperti akta
notaris, dan lasim dianggap sebagai suatu “say hello” untuk suatu
kesepakatan.
Istilah yang digunakan bervariasi: MOU, head agreement(dipakai oleh
negara-negara Eropa), cooperation agreement, gentlement
agreement(yang berkonotasi lemahnya kekuatan hukum dari MOU).
Istilah yang lebih sering adalah MOU.
Terjemahannya-pun bervariasi: nota kesepakatan, perjanjian kerja
sama, perjanjian pendahuluan. Namun yang paling pas kiranya: nota
kesepakatan.
Pengertian:
MOU pada hakekatnya merupakan perjanjian pendahuluan, yang
nantinya akan diikuti oleh dan dijabarkan lebih lanjut dalam perjanjian
lain yang lebih rinci. MOU hanya berisikan hal-hal pokok saja.
Alasan pembuatan MOU:
1. prospek bisnis belum jelas, sehingga belum bisa
dipastikan apakah deal kerja sama itu akan ditindaklanjuti. Untuk itu
dibuatlah MOU yang memang mudah untuk dibatalkan.
2. pembuatan kontrak tentang hal yang menjadi topik
MOU diperkirakan memakan waktu lama dengan negosiasi yang
alot. Untuk itu MOU dibuat yang berlaku untuk sementara waktu.
3. para pihak masih ragu-ragu dan membutuhkan
waktu untuk berpikir akan kontrak yang ditawarkan.
4. MOU lasimnya dibuat dan ditandatangani oleh
pihak pimpinan eksekutip, sehingga butuh rancangan yang lebih
rinci dan negosiasi khusus oleh para staf teknis yang ahli di bidang
itu.

21
Ciri-ciri MOU:
 ringkas, bahkan sering hanya satu halaman saja.
 berisikan hal-hal pokok saja.
 bersifat pendahuluan saja.
 memiliki jangka waktu berlaku, mis: 1 bulan, 6 bulan, atau
satu tahun. Apabila jangka waktu itu terlampaui dan tidak
ada tindakan lanjutan berupa kontrak, maka MOU itu
batal, kecuali diperpanjang oleh para pihak.
 biasa dibuat dalam bentuk kontrak di bawah tangan.
 tidak bersifat mewajibkan untuk dilanjutkan dengan
perjanjian yang lebih rinci.

Kekuatan Hukum sebuah MOU.


Ada dua pendapat tentang hal ini:
1. Gentlement Agreement: MOU hanyalah sebuah
Gentlement Agreement yang kekuatan mengikatnya tidak sama
dengan kontrak biasa. Kekuatan mengikat MOU hanya sebatas
ikatan moral belaka, dan tidak enforceable secara hukum. Pendapat
ini diakui lebih bersifat faktual, karena memang inilah yang sering
terjadi.
2. Agreement is Agreement: pendapat ini
menegaskan MOU tetaplah sebuah perjanjian, dan karenanya
memiliki kekuatan mengikat sebagaimana halnya sebuah kontrak.
Alasannya: kalau sebuah perjanjian hanya mengatur hal-hal yang
pokok, maka kekuatan mengikatnya-pun hanya terhadap hal-hal
pokok itu. Begitupun untuk jangka waktu. Sehingga, walaupun para
pihak tidak dapat dipaksakan untuk menindaklanjutkan MOU
dengan sebuah perjanjian, namun, paling tidak, selama jangka waktu
MOU itu masih berlangsung, para pihak tidak boleh membuat MOU
yang sama dengan pihak lain. Hal ini tentunya jika itu ditentukan
secara tegas dalam MOU dimaksud.

PMA DENGAN PERUSAHAAN


MULTINASIONAL/PERUSAHAAN TRANSNASIONAL.

PMA yang dilakukan oleh perusahaan asing, sesuai pasal 1 dan pasal 3
ayat (1)UUPMA, adalah adalah perusahaan yang dijalankan untuk

22
seluruhnya atau bagian terbesar di Indonesia sebagai suatu kesatuan
perusahaan tersendiri, yang harus berbentuk Badan Hukum menurut
hukum Indonesia, dan berkedudukan di Indonesia.
Ketentuan ini menunjuk pada PMN, karena PMN memiliki arti:
1. perusahaan yang memiliki cabang dan anak
perusahaan di berbagai negara.
2. perusahaan yang terdiri dari bermacam-macam
kelompok perusahaan yang didirikan dan berusaha di berbagai
negara, namun tetap diawasi oleh satu perusahaan pusat.
3. perusahaan yang pemilikan maupun kegiatan
usahanya melampaui batas-batas negara.
Menurut Dr. Sunaryati Hartono,SH, istilah perusahaan transnasional
adalah istilah dalam ilmu ekonomi, karena hukum nasional hanya
mengenal: perusahaan nasional dan perusahaan asing.
Perusahaan transnasional adalah istilah yang diterjemahkan dari
transnational corporation/TNC yang adalah: suatu perusahaan yang
misalnya didirikan di Indonesia, namun secara organisatoris,
managerial, finansial, kontraktual, ataupun strategi, seluruhnya atau
sebagian, merupakan bagian dari suatu kesatuan/unit ekonomi yang
lebih besar, yang berpusat di salah satu negara di luar negeri.
Perusahaan Multinasional adalah perusahaan-perusahaan yang
menjalankan pemanufakturan, pemasaran, jasa, dan operasi
administratip di banyak negara. Contoh: di Amerika terdapat 500
korporasi yang menjalankan operasi lebih di lebih dari satu negara: ia
mengambil modal, bahan mentah dan tenaga kerja dari manapun,
memiliki tenaga ahli yang sangat profesional, memasarkan produk di
negara mana-pun yang menawarkan keuntungan yang lebih.
Perusahaan General Electric yang berpusat di New York misalnya,
beroperasi di lebih dari 100 negara di seluruh dunia dan mendapatkan
lebih dari setengah keuntungannya dari luar Amerika Serikat.
Pabriknya terdapat di: Praha, India, Budapest, Tokyo, Paris, dan
Meksiko.
Dengan demikian, yang masuk dalam kategori TNC itu adalah
perusahaan yang merupakan bagian dari perusahaan asing, dan dapat
berbentuk:
1. PT-PT yang modal seluruhnya dimiliki oleh orang
atau badan hukum asing.
2. PT-PT yang merupakan joint-enterprise, baik
PMA(yang bergabung dengan modal nasional) atau PMDN(yang
menggunakan kredit, teknologi, fasilitas, dan tenaga asing).
3. PT-PT yang menggunakan skill, modal, fasilitas,
dan tenaga-tenaga asing berdasarkan: management contract,
technical assistance contract, kontrak karya, production sharing,

23
brand use atau franchise, dll, sehingga secara de fakto, pengambilan
keputusan yang menyangkut pengelolaan perusahaan, sebagian
besarnya tergantung pada keinginan perusahaan asing.
Contoh: kontrak karya yang dilakukan Pertamina, production
sharing yang dilakukan PN Aneka Tambang, management contract
yang dijalankan oleh perhotelan Indonesia.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan kalau bentuk badan usaha
PMN dapat berwujud:
1. perusahaan cabang.
2. anak perusahaan/subsidiaries company dari
perusahaan induk/parent company/holding company, yang
bergabung dalam sebuah group perusahaan.
3. perusahaan patungan/joint venture.

Mengenai group perusahaan,ada sejumlah karakteristik yang perlu


dicermati:
1. dari segi model perusahaan: group perusahaan
dapat terbagi atas: group manajemen dan group investasi. Pada
group manajemen, holding company turut terlibat di bidang
manajemen anak-anak perusahaannya. Pada group investasi, holding
company hanyalah pemegang saham, dan tidak ikut campur dalam
hal manajemen.
2. dari aspek hak dan kewajiban: pengelolaan group
perusahaan tergantung sistem atau prinsip yang dianut, apakah
prinsip sentralisasi, atau desentralisasi, ataukah variasi dari ke dua
prinsip terdahulu. Pada sistem sentralisasi, holding company terlibat
langsung dalam menentukan policy dan keputusan, sehingga anak
perusahaan hanya melaksanakan tugas-tugas rutin/day to day
operation. Pada sistem desentralisasi, anak perusahaan diberi
kewenangan untuk menentukan policy perusahaan. Pada sistem
variasi, kewenangan ada pada anak perusahaan, sedangkan holding
company hanya melakukan koordinasi melalui pranata:coordinating-
board.
3. ekspansi usaha group perusahaan terdiri atas:
ekspansi vertikal, ekspansi horisontal,atau campuran dari keduanya.
Ekspansi vertikal terjadi jika perusahaan bergerak ke hilir maupun
ke hulu. Contoh: perusahaan batik keris yang bergerak dari usaha
pemintalan benang, penenunan, pemrosesan batik
pabrik garmen, usaha penjualan eceran, sampai dengan usaha
ekspor. Ekpansi horisontal terjadi apabila perusahaan itu
melaksanakan diversifikasi usaha, yakni melaksanakan bisnis yang
berbeda untuk setiap anak perusahaan. Bisa juga perluasan jaringan
usaha secara horisontal terhadap usaha sejenis. Contoh group

24
perusahaan dengan prinsip horisontal adalah: Humpuss, Bimantara,
dll.
Ekspansi campuran dilaksanakan oleh group Liem Sioe Liong.
Fungsi PMN:
 selaku penanam modal asing bagi negara-negara yang
membutuhkannya.
 sebagai pemasok teknologi ke negara tempat beroperasinya PMN
itu.
 sebagai penyalur bantuan dari negara-negara maju maupun
lembaga-lembaga internasional.
 sebagai tempat untuk memperoleh ketrampilan dalam bekerja,
melalui pengkaderan tenaga kerja dari negara di tempat PMN itu
beroperasi.
Manuel G. Velasquez memberikan sejumlah catatan kritis yang terkait
dengan kehadiran PMN yang perlu disikapi secara serius:
 PMN punya kemampuan dengan mudah memindahkan
operasinya dari negara yang tidak ramah ke negara lain
yang menawarkan tenaga kerja yang lebih murah, hukum
yang lebih longgar, dan perlakuan yang lebih
menguntungkan mereka. Ini dapat menjadi senjata bagi
PMN untuk menekan negara-negara berkembang tempat
mereka beroperasi, agar negara-negara tersebut menyetujui
keinginan PMN itu.
 PMN memiliki sejumlah pabrik di sejumlah negara.
Kondisi ini memudahkan PMN untuk mentransfer bahan
mentah, modal, dan barang antar pabriknya, guna
menghindari pajak dan fiskal yang diterapkan oleh negara
yang bersangkutan. Dengan praktek itu, PMN dapat
memaksimalkan keuntungannya. Contoh: Sebuah
perusahaan PMN membuat barang di negara A yang pajak
penghasilannya tinggi. Untuk itu ia berencana
menggunakan bahan mentah dari tambangnya di negara B
yang pajaknya rendah, dan kemudian menjual barang
produknya ke negara C yang pajaknya rendah. Caranya:
PMN itu menyuruh pabriknya di negara B menjual bahan
mentahnya ke negara N dengan harga tinggi. Ini berarti
keuntungan bagi tambangnya di negara B yang pajaknya
rendah, dan mengurangi keuntungan di negara A yang
pajaknya tinggi. Kemudian, barang dari negara A itu ia
jual ke tokonya di negara C yang pajaknya rendah, dan
dengan itu menguntungkan tokonya itu.
 PMN sering mentransfer teknologi baru ke negara-negara
berkembang yang belum siap dengan risiko akibat

25
penggunaan teknologi itu. Contoh: produk pestisida yang
diekspor ke negara berkembang agraris, sementara para
petani di negara itu tidak memiliki pengetahuan tentang
perlindungan diri terhadap risiko pestisida itu. Atau juga
kampanye iklan makanan instan dan soft drink yang
memotivasi negara ke tiga untuk membelanjakannya,
padahal hal tsb tidak substansial,atau memiliki kandungan
nutrisi yang minim, ataupun mempunyai risiko terhadap
kesehatan.

PERKEMBANGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI


PMA.
Kebijakan umum yang tercantum dalam UU No.1/1967 tentang PMA
pada awalnya membolehkan PMA 100%, dan juga kerja sama modal
asing dengan modal nasional. Juga ditetapkan bidang-bidang usaha
yang tidak boleh 100% modal asing, serta bidang-bidang usaha yang
tertutup bagi modal asing.
Dalam kebjakan-kebijakan lanjutan, jelas terlihat keinginan pemerintah
akan PMA yang berbentuk joint-venture, dengan memberikan sejumlah
kemudahan dan rangsangan seperti pembebasan pajak, dll.
Tahun 1970 dikeluarkan UU No.11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan
Tambahan UU No.1/1967, yang isinya merangsang PMA, dengan
pemberian kelonggaran perpajakan dan pungutan lain seperti:
1. pembebasan pajak keuntungan perseroan untuk
jangka waktu tertentu.
2. pembebasan pajak deviden atas bagian laba yang
diperoleh dalam jangka waktu tertentu.
3. pembebasan bea masuk atas barang-barang
perlengkapan.
4. pembebasan bea meterai modal yang berasal dari
luar negeri.

Tahun 1974 meletus peristiwa Malari: suatu peristiwa yang timbul


karena adanya sentimen terhadap modal asing, khususnya Jepang.
Setelah peristiwa itu, pemerintah menetapkan kebijakan baru terhadap
modal asing yakni: mewajibkan investor asing mencari mitra usaha
dalam negeri jika hendak menanamkan modalnya di Indonesia. Dengan
demikian, PMA tidak boleh lagi menanamkan 100% modalnya.
Perusahaan PMA harus berbentuk joint venture, di mana pada saat
pendirian, komposisi saham adalah 25% Indonesia, 75% asing, yang 10
tahun kemudian komposisi itu harus berubah menjadi: nasional 51%,
dan asing 49%.

26
Tahun 1986 ditetapkan lagi bahwa PMA harus berbentuk usaha
patungan/joint venture, dengan penyertaan modal nasional 20%, dan
meningkat menjadi sekurang-kurangnya 51% dalam waktu 10 tahun
sejak dimulainya produksi komersial perusahaan tersebut.
Ketentuan tentang keharusan PMA mendirikan usaha patungan/joint
venture mulai melunak tatkala Indonesia bermaksud mengembangkan
kawasan pulau Batam sebagai kawasan ekonomi. Pemerintah Indonesia
mengijinkan kembali perusahaan PMA di pulau Batam memiliki saham
100%.
Bulan Juli 1992 melalui PP No. 17 Tahun 1992 pemerintah
mengeluarkan paket deregulasi, yang memungkinkan PMA 100%
yakni:
1. di kawasan berikat, dan 100% produknya untuk
eksport; dengan ketentuan kepemilikan modal 100% itu selama 5
tahun pertama sejak produksi komersial. Pada tahun keenam harus
ada penyertaan saham Indonesia minimal 5%.
2. untuk investasi berskala besar, dengan modal setor
50 juta dolar US, dengan ketentuan bahwa kepemilikan 100% itu
selama 5 tahun pertama. Selanjutnya, mulai tahun ke 6 harus ada
penyertaan modal nasional sebesar 5%, dan meningkat menjadi 20%
pada tahun ke 20.
PP yang sama mengatur bahwa untuk: bidang jasa tertentu atau padat
karya, produk yang 65 %-hasilnya untuk eksport, produksi bahan baku,
atau barang setengah jadi untuk industri lain, dilaksanakan dalam
bentuk patungan, dengan ketentuan:
1. untuk bidang jasa tertentu, komposisi pemilikan
saham antara asing dan nasional pada waktu pendirian adalah: 80%
asing, dan 20% nasional, dan menjadi 49% dan 51% dalam tahun ke
20.
2. untuk bidang-bidang selain bidang jasa tertentu,
sebagaimana tercantum di atas, komposisi saham pada waktu
pendirian adalah: 95% asing dan 5% nasional. Selanjutnya,
komposisi itu akan harus menjadi 80% : 20% dalam 10 tahun,
kemudian menjadi 51% : 49% dalam 20 tahun.
Pada Oktober 1993, melalui PP No.50 Tahun 1993 dikeluarkan lagi
paket deregulasi yang lebih berani, yakni:
1. dalam kawasan berikat untuk produk dengan
tujuan ekspor: dimungkinkan PMA 100% untuk bidang usaha yang
maksimum 25% produknya untuk pasaran dalam negeri. Komposisi
saham 100% ini akan menjadi 80% : 20% dalam tempo 20 tahun
sejak 10 tahun berproduksi komersial.
2. untuk investasi berskala besar dengan modal setor
minimal 50 juta $US di daerah tertentu dimungkinkan juga PMA

27
100%. Kepemilikan ini menjadi 49%: 51% dalam waktu 20 tahun,
dimulai sejak 10 tahun berproduksi komersial.
3. Investasi PMA 100% dimungkinkan juga untuk
perusahaan yang menghasilkan bahan penolong, barang setengah
jadi, atau kompnen untuk industri lain dengan modal minimum 2
juta US dolar, dengan ketentuan divestasi 49%:51 dalam waktu 20
tahun dimulai sejak 10 tahun berproduksi komersial.
4. Untuk bidang jasa tertentu dengan kapitalisasi
minimum 250 ribu US dolar dilaksanakan dalam bentuk patungan
dengan rasio 80%:20%, dan dalam waktu 20 tahun menjadi
49%:51%.
5. Bidang padat karya yang 65% produknya untuk
eksport, bidang yang produksinya adalah bahan baku, produksi bahan
setengah jadi untuk industri lain, maka komposisi saham waktu
didirikan adalah 95%:5%,dan akan menjadi 80%:20% dalam waktu
10 tahun, dan kemudian lagi menjadi 51%:49% dalam waktu 20
tahun.
6. Untuk bidang-bidang umum dengan modal
minimum 2 juta US dolar, komposisi awal didirikan adalah
80%:20%,dan kemudian menjadi 49%:51% dalam waktu 20 tahun.
Perkembangan kebijakan PMA terjadi lagi dalam bulan Juli tahun 1994
dengan dikeluarkan PP N0 .20 Tahun 1994.Regulasi ini mengatur
investasi asing sbb:
1. Perusahan yang melakukan kegiatan usaha yag tergolong
penting bagi negara, dan menguasai hajat hidup orang banyak,
dapat dilakukan dalam bentuk patungan, dengan komposisi
saham Indonesia sebesar 5% dari seluruh modal yang disetor.
Peningkatan saham nasional dilaksanakan berdasarkan
kesepakatan, yang juga meliputi jangka waktu-nya.
2. PMA 100% dibolehkan untuk bidang usaha lain. Dengan
ketentuan dalam jangka waktu 15 tahun sejak berproduksi
komersial harus menjual sebagian sahamnya kepada WNI atau
badan hukum Indonesia.
3. Pengalihan saham asing kepada saham nasional tidak mengubah
status perusahaan, walaupun komposisi saham lebih didominasi
saham nasional. Jadi perusahaan itu tetap PMA, dan bukannya
menjadi PMDN.
4. Jumlah modal yang ditanam dalam rangka modal asing
ditetapkan sesuai kelayakan ekonomi kegiatan usaha. Besarnya
modal untuk investasi diserahkan sepenuhnya kepada penanam
modal.

28
5. Lokasi PAM dapat diseluruh wilayah RI, kecuali bila di daerah
tsb telah ada kawasan berikat, atau kawasan industri, maka
lokasi kegiatan PMA diutamakan di wilayah tersebut.
6. Ijin usaha 30 tahun terhitung sejak perusahaan berproduksi
komersial, dan dapat diperpanjang lagi dengan syarat-syarat
tertentu.
PP No.20 Tahun 1994 ini berakibat sektor-sektor usaha yang tadinya
tertutup bagi PMA kini menjadi terbuka. Sebagai contoh, protes dari
kalangan media massa yang menolak adanya modal asing di bidang
pers. Selain kebijakan-kebijakan di atas yang memang sangat
terpengaruh dan mendukung investasi asing, ada juga keunggulan lain
yang dimiliki Indonesia seperti:
1. Jumlah tenaga kerja yang relatif besar.
2. Tingkat upah yang rendah
3. Kontrol terhadap buruh yang lebih efektip
4. Stabilitas politik
5. Jumlah penduduk yang besar yang merupakan peluang pasar
yang besar pula.
6. Sumber kekayaan alam yang melimpah.

UU NO. 25 THN 2007 TTG PENANAMAN MODAL

LATAR BELAKANG.
Aktivitas Penanaman Modal Asing di Indonesia pada dekade terakhir
mengalami sejumlah kendala, baik yang bersifat internal maupun yang
bersifat eksternal.
Kendala Internal lebih disebabkan karena kondisi dalam negeri tidak
kondusif, akibat:
 Kerusuhan di sejumlah daerah di tanah air seperti Aceh, Ambon
dan Papua.
 Pelaksanaan otonomi daerah yang berdampak pada aspek
perijinan, dan pungutan/retribusi daerah. Ada kesan, hal-hal tsb
menjadi alat untuk memeras investor dengan dalih menaikan
PAD. Dampaknya, terjadi ketidakpastian berusaha.
 Ketertinggalan Indonesia dalam memanfaatkan teknologi
informasi dalam kampanye merebut minat investor asing.
Indonesia masih menggunakan metode lama, seperti: mengutus

29
delegasi, menyelenggarakan seminar, dialog, dll, yang dewasa ini
sudah tidak bisa diandalkan lagi. Dunia modern yang serba maya
dewasa ini membutuhkan cara lain, seperti: membangun website,
sehingga mampu bersaing secara global.
Kendala Eksternal:
 Terbatasnya jumlah modal asing yang masuk ke negara
berkembang, sementara negara-negara berkembang yang
membuka pintu untuk modal asing semakin bertambah(mis:
Vietnam, Laos, negara-negara Eropa Timur).
 Kondisi country-risk sebuah negara yang diterbitkan secara
periodik oleh lembaga independen Internasional. Analisis
lembaga ini sangat dipercayai oleh PMN. Untuk Indonesia,
kendala internal di atas membuat peringkat Country-risk atau
level of competiveness Indonesia merosot. Akibatnya, PMN
akan bersifat menunggu atau berpikir dua kali untuk berinvestasi
di Indonesia, sampai kondisi country-risk itu membaik.

KONSIDERANS/PERTIMBANGAN UU:
 Pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan perlu dijaga,
guna mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
 PMA dibutuhkan untuk mempercepat pembangunan ekonomi
nasional. PMA menjadi bagian dari penyelenggaraan
perekonomian nasional, dan merupakan upaya untuk:
 Meningkatkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
 Menciptakan lapangan kerja.
 Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi
nasional.
 Mewujudkan system perekonomian yang berdaya saing.
 Perubahan perekonomian global menyebabkan
perlunya diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif,
promotif, efisien, adil, dan yang memberikan kepastian hukum,
dengan cara-cara:
 Perbaikan koordinasi antar instansi
pemerintah Pusat dan Daerah.
 Penciptaan birokrasi yang efisien.
 Kepastian hukum di bidang penanaman
modal.
 Biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi.
 Iklim usaha yang kondusif di bidang
ketenagakerjaan dan keamanan berusaha.

REAKSI TERHADAP UU PM NO.25/2007.


Ada 2 reaksi menyikapi diundangkannya UU PM yang baru ini.

30
Reaksi Negatip:
 UU ini adalah bentuk penjajahan secara diam-diam(silent take
over) atas kedaulatan ekonomi-politik bangsa.
 UU ini mengingkari semangat konstitusi UUD 45 ttg kewajiban
Negara melindungi dan mensejahterakan kehidupan rakyat.
 UU ini mengabaikan kepentingan ekonomi nasional, karena
hanya memfasilitasi kepentingan internasionalisasi modal di
Indonesia.
 UU ini adalah upaya menggadaikan kekayaan alam dan sumber
agraria ke investor asing.
 UU ini bias kepada kepentingan ekonomi jangka pendek untuk
menarik modal, tetapi tidak memiliki arah/prioritas yang jelas.
Reaksi negatip didukung paling kurang 3 isyu utama, yakni:
 Ijin HGU selama 95 thn, yg bertentangan dengan UUPA. Hal ini
memperlihatkan kalau UU PMA ini mempunyai watak colonial,
karena menggambarkan penjajahan asing dengan
mengatasnamakan investasi.
 Penyamarataan investor dalam negeri dan asing di semua bidang
usaha( mis: psl 1, 2, 3d, 6 ayat 1).
 Tidak ada pembedaan bidang usaha (mis: psl 12 ).

Reaksi Positip(dari pemerintah):


Ada 17 pasal yang mengontrol dan memberikan ancaman sanksi,
sehingga kepentingan nasional tetap terjaga. Contoh: criteria bidang-
bidang usaha bagi PMA disusun dengan mempertimbangkan:
kepentingan nasional, hankam, pengembangan usaha mikro, partisipasi
modal dalam negeri.

PERBANDINGAN ANTARA UU NO.1/67 DENGAN UU NO.25/07.


1. pengertian penanaman modal asing. UU lama dalam pasal 1
mendefinisikan modal asing sebagai direct investment. Dalam
UU baru modal asing tidak hanya direct-investment tetapi juga
meliputi pembelian saham(portofolio) àpsl 10 jo pasal 5 ayat 3.
Dengan demikian, pintu masuk PMA diperluas.
2. persyaratan investor: UU lama hanya membolehkan investor
asing yang berbentuk Badan Hukum:àpsl 3 ayat 1. UU baru
melonggarkan syarat ituàpsl 1 ayat 6.
3. perlakuan terhadap investor: UU lama tidak memuat statement
perlakuan yang sama. UU baru mencantumkan itu pada Bab V.
4. pelayanan satu pintu: UU lama tidak mengaturnya. UU baru
mengaturnya pada pasal 12 ayat 1 dan 2.

31
5. perijinan dan kemudahan masuknya tenaga kerja asing: Pada Bab
IV UU lama, tenaga asing tidak mudah masuk, karena hanya
boleh bagi jabatan-jabatan yang belum dapat diisi oleh tenaga
kerja Indonesia. Dalam pasal 10 UU baru, tenaga kerja asing itu
lebih mudah masuk.
6. Pajak: UU lama memberikan keringanan pajak berupa tax
holiday, sedangkan UU baru memberikan tax holiday dan juga
keringanan fiscal. Pajak hanyalah salah satu bagian dari fiscal.
7. Negative List: UU lama dalam pasal 6 memberikan batasan ttg
bidang usaha yang tidak dapat diberikan kepada PMA. UU baru
dalam pasal 11 tidak mencantumkan jenis usaha yang termasuk
negative list itu, namun kemudian diatur dalam peraturan yang
tingkatnya lebih rendah dari UU, sehingga lebih terbuka dan
fleksibel.
8. Peranan Daerah: UU baru memberikan otonomi seluas-luasnya
bagi daerah untuk mengurus penyelenggaraan PMA àlihat
Konsiderans.

Catatan Penutup PMA:


Ekspansi investasi asing melalui perusahaan multi nasional dewasa ini
menjadi hal yang tidak terhindarkan. Selain memang merupakan
keniscayaan bagi modernisasi
bangsa, namun perlu juga dicermati dampak negatip bagi bangsa tujuan
investasi itu, terutama bangsa-bangsa dunia ke tiga, termasuk
Indonesia.
Heru Nugroho, dosen pasca-sarjana Fisipol UGM, dalam makalah
“agenda aksi atas problema globalisasi ekonomi”, telah memperingati
bahaya ekspansi pasar global itu, terutama bagi kaum muda.
Ekspansi pasar merupakan konsekuensi logis agar pertumbuhan
ekonomi dan industrialisasi tetap terjaga, namun pada sisi lain
menimbulkan budaya konsumen. Sarana ekspansi yang efektip adalah
melalui informasi dan media promosi-advertensi/periklanan. Dan
sarana ini pada gilirannya menciptakan komoditisasi sebagai hal yang
tidak terelakkan.
Komoditisasi melanda siapapun, semua menjadi obyek pasar, termasuk
kaum muda, sehingga menciptakan perilaku konsumtip generasi muda.
Konsumtivisme kaum muda melanda seluruh generasi muda, dan
dikemas secara apik dalam apa yang dinamakan: International Youth
Culture/budaya internasional kaum muda. Dan budaya ini menampakan
diri dalam: musik pop. gaya hidup ABG dengan berbagai asesorisnya,
budaya populer, gaya hidup serba instant, dll. Lahan empuk budaya ini
justru ada pada negara-negara yang sedang berkembang, termasuk
Indonesia, yang memang terlena dengan promosi” sebuah sistem nilai

32
baru” yang ditawarkan korporasi-korporasi raksasa melalui media
masa.
Generasi muda sebenarnya menjadi obyek imperialisme budaya, yang
sumbernya berasal dari negara-negara kapitalis.
Ada sejumlah alasan, mengapa kaum muda dipilih menjadi obyek:
1. Generasi muda berada dalam proses pencaharian identitas diri,
sehingga muda dipengaruhi oleh hal-hal yang atraktif.
2. Kaum muda peka terhadap kondisi lingkungan dan mudah
melakukan berbagai perubahan.
3. Karena masih muda, maka masa konsumsinya masih panjang
sehingga perlu pembudayaan, agar konsumsinya terus terjaga.
4. Keinginan akan sebuah produk dapat dipaksakan kepada orang
tuanya.
Pertimbangan-pertimbangan di atas itu-lah yang membuat PMN,
melalui media massa mengarahkan pangsanya ke generasi muda,
dengan suatu keyakinan “ jika ingin menguasai masa depan, maka
kuasailah generasi mudanya.” Oleh karena itu, tidaklah mengherankan
kalau di Indonesiapun, segmen generasi muda ini menjadi fokus
perhatian. Bukti nyata dapat disebutkan:
1. Sejumlah majalah khusus diadakan untuk melayanani kaum
muda, seperti: Hai, Mode, Anita, Gadis, dll.
2. Radio-radio swasta banyak yang bersemboyan sebagai radionya
kaum muda/youngster radio.
3. Racikan acara di televisi menyediakan rubrik khusus kaum
muda, yang secara substansial sebenarnya merupakan bujukan
agresif untuk bersikap konsumtif/an agresive device of consumer
culture.
4. Iklan-iklan cendrung bersifat antirasionalis, dengan
memproduksi simbil-simbol kemegahan untuk dikonsumsi kaum
muda.
Simbol-simbol kemewahan, kesenangan, dan kebahagiaan hidup jika
mengkonsumsi produk-produk tertentu, menjadi epidemi global bagi
kaum muda yang terkemas rapi dalam the international youth culture.
Secara historis, gaya hidup itu berawal di USA dengan budaya minum
Coca-Cola, dan seterusnya berkembang tanpa henti dalam wujud
semisal: gaya Levis-Strauss, McDonalds, Disneyland,HP, kartu kredit,
dll.
Advertensi menjadi sebuah moralitas baru bagi kaum muda, dengan
tawaran hidup yang serba instant tanpa harus bersusah payah.
Norma-norma tradisional mengalami degradasi dan pen-diskreditan.
Kaum muda sebaliknya diciptakan oleh iklan menjadi generasi yang
mengalami penurunan fighting-spirit, mengalami pendangkalan norma,
nilai, dan budaya, mudah loyo, ingin serba enak dan cepat berkarier,

33
memunculkan pengusaha muda yang sukses tetapi semu. Usaha
pencegahan degradasi generasi muda memang menjadi kebutuhan,
dengan kiat-kiat yang cermat, hati-hati, tepat-sasaran, dan
berkelanjutan.
Rekomendasi yang ditawarkan, antara lain:
1. Perwujudan sikap-sikap kritis melalui sarana demokratisasi.
2. Mengimbangi ekspansi pasar dengan liberalisasi politik sehingga
jebakan masyarakat pasar terhindarkan.
3. Perwujudan perlindungan konsumen melalui lembaga-lembaga
perlindungan konsumen yang mandiri.
4. Etika periklanan benar-benar ditegakkan, diikuti kontrol yang
ketat.

ALIH TEKNOLOGI

ISTILAH DAN PENGERTIAN:


Menurut International Encyclopedia of the Social Science, teknologi
adalah batang tubuh ketrampilan, pengetahuan, dan prosedur-prosedur
pembuatan, pemakaian, dan pelaksanaan, untuk menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat.
Teknologi berkonotasi dengan seni kepraktisan.
Sunaryati Hartono berpendapat bahwa teknologi memiliki dua
pengertian, yakni:
1. cabang ilmu pengetahuan(tentang seni industri).
2. penerapan sains untuk memenuhi keperluan
material masyarakat.
Oleh karena itu, teknologi adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan erat
dengan proses produksi pada industri.
Kata alih teknologi berasal dari istilah inggeris: transfer of technology.

34
Kata ini diterjemahkan secara bervariasi, seperti: alih teknologi,
pemindahan teknologi, atau pelimpahan teknologi.
Dalam naskah rancangan Code of Conduct of Transfer of Technology
yang disusun oleh United Nations Conference of Trade and
Development(UNCTAD) dikatakan bahwa: alih teknologi adalah
pengalihan pengetahuan sistematis untuk menghasilkan suatu produk,
penerapan suatu proses, atau menghasilkan suatu jasa, dan tidak
mencakup transaksi penjualan atau leasing barang-barang.

SISTEM ALIH TEKNOLOGI.


A. PARA PIHAK.
Pada prinsipnya para pihak dalam ahli teknologi dibedakan atas dua,
yaitu:
1. Pihak sumber/supplying party atau sources, atau transferer
2. Pihak penerima / acquiring party atau reciever transferee
Namun istilah untuk para pihak ini dalam praktek agak bervariasi,
tergantung pada bentuk dan cara alih teknologi yang terjadi.
Contoh: dalam jual beli : Pihak sumber disebut:
penjual/pemasok/supplier, sedangkan pihak penerima disebut
pembeli/purchaser.
Dalam pemberian lisensi: pihak sumberdisebut licensor, pihak
penerima disebut licensee.
B. BENTUK-BENTUK ALIH TEKNOLOGI.
1. penugasan, penjualan, pemberian lisensi atas beberapa hak
milik industri.
2. pemberian know-how keahlian teknis berupa: studi
kelayakan/feasibility studies, rencana-rencana/plans, diagram,
model, instruksi, pedoman, rumus, rancangan rekayasa dasar,
spesifikasi, dan peralatan latihan, jasa-jasa termasuk penasihat
dan manajerial, pelatihan personalia.
3. penyediaan pengetahuan teknologi yang diperlukan untuk
pemasangan, pengoperasian, pemfungsian pabrik serta
peralatannya, dan juga untuk proyek serah kunci/turnkey project.
4. penyediaan pengetahuan teknologi untuk memperoleh,
memasang, mempergunakan mesin-mesin, bahan baku/raw
materials, dan bahan perantara/intermediate goods, yang
diperoleh liwat pembelian, leasing, atau cara-cara lain.
5. penyerahan bagian-bagian teknologi yang diatur liwat
perjanjian kerja sama teknis dan industrial.

C. OBYEK ALIH TEKNOLOGI.

35
Obyek alih teknologi adalah pengetahuan untuk menghasilkan suatu
barang atau jasa. Pengetahuan tersebut umumnya termasuk dalam Hak
Milik Industri, yang dapat diklasifikasikan sbb:
1. yang diatur berdasarkan peraturan
perundang-undangan/statutory rights, seperti: paten, merek
dagang, model utilitas, rancangan industri.
2. Yang tidak diatur perundang-undangan/non statutory
rights yakni know-how, baik yang berwujud/tangible know-how,
maupun yang tidak berwujud/intangible knoww-how. Yang
termasuk tangible know-how seperti: spesifikasi, bagan alir/flow-
sheet, gambar teknis/drawing, contoh/specimen, cetak biru/blue-
print, perhitungan, model kerja/working-model, rumus/formulae,
dan resep/prescription. Know-how jenis ini terdokumentasi.
Yang termasuk intangible know-how adalah pengetahuan yang
tidak dipatenkan seperti: pengalaman, informasi, ketrampilan,
pengetahuan, seni, dll.
Know-how dapat diartikan sebagai:”pengetahuan faktual/factual
knowledge, yang tidak bisa dijelaskan secara tepat, tetapi yang,
jika digunakan dalam suatu bentuk yang terakumulasi/used in an
accumulated form, setelah dikuasai sebagai hasil percobaan dan
kesalahan, memberikan kepada orang yang menguasainya suatu
kemampuan untuk memproduksi sesuatu, yang ia dengan cara
lain tidak mengetahui bagaimana memproduksinya, dengan
kecermatan ketepatan yang sama/same accuracy of precision
yang dianggap perlu untuk keberhasilan komersial.”
Atau secara praktis Know-how itu dapat diartikan sebagai:
informasi tentang teknik, data, dan pengetahuan yang diperoleh
dari pengalaman atau ketrampilan, yang secara praktis dapat
diterapkan, khususnya di dalam industri.
Dengan demikian, nilai know-how nampaknya tidak diukur dari
aspek kegiatan kreatip, tetapi lebih dari aspek keunggulan
komersial teknis, dan kegemilangan pemasaran.
Know-how tidak dipatenkan, bukan karena kurang inovatip,
namun karena paten tidak akan menerima suatu temuan yang
informasinya tetap dirahasiakan.
Tujuan pengaturan know-how, selain memberikan perlindungan
kepada penemuan yang tidak dipatenkan, juga membantu pihak
penerima agar lebih mudah memperoleh pengetahuan yang
langsung berhubungan dengan kegiatan perusahaan yang
dimilikinya.
Obyek perlindungan know-how adalah: tangible dan intangible
know-how.

36
Cara pengalihan know-how: berhubung sifatnya yang non-
statutary-rights, dan tidak memiliki bentuk hukum tertentu, maka
para pihak biasanya menggunakan kontrak know-how sebagai
dasar pengalihan know-how.

TUJUAN ALIH TEKNOLOGI.


1. Bagi Pihak Pemilik teknologi:
a. untuk mengendalikan tingkat keuntungan dari
perdagangan yang dilakukan, untuk mempertahankan daya
saing terhadap sesama perusahaan transnasional, dan
untuk mengendalikan kehidupan negara penerima alih
teknologi.
b. Untuk megatasi keterbatasan jangkauan pemasaran
sebagai akibat adanya pembatasan impor ke negara
penerima jika negara ybs memberlakukan hambatan bea
masuk/tariff barrier. Dengan demikian negara ybs yang
semula tertutup bagi produk perusahaan transnasional akan
dapat ditembus dengan pembangunan industri substitusi
impor.
c. Memperpanjang usia paten yang hampir kedaluwarsa.
d. Mencari tambahan pendapatan untuk pengembalian
investasi litbang yang umumnya amat mahal.
e. Membangun citra bahwa perusahaan ybs bukan semata-
mata mencari keuntungan.
2. Bagi Pihak Penerima Teknologi.
a. untuk mengatasi keterbelakangan ekonomi dengan
menggiatkan pembangunan yang mempergunakan
teknologi sebagai mesin penggerak.
b. Membangun kemandirian industri.
c. Membangun kapabilitas nasional dalam industri.
d. Menghemat devisa.
e. Memproduksi barang pengganti impor/subsitusi impor,
sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan ekspor.

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK.


1. PRINSIP UMUM.
para pihak hendaknya tanggap terhadap tujuan pembangunan
sosial ekonomi masing-masing, khususnya dari pihak
penerima teknologi.
Para pihak hendaknya secara rinci mengemukakan
kemampuan teknis dan komersial dari teknologi yang
hendak dialihkan, beserta biaya dan upaya yang

37
diperlukan, dengan lebih mengingat tujuan pembangunan
sosek pihak penerima.
Hendaknya dipertimbangkan pula: pemanfaatan sumber daya
setempat, jaminan bantuan teknis dari pihak pemilik
teknologi, dan keterbukaan pihak pemilik teknologi untuk
mengalihkan secara tuntas informasi yang berkaitan
dengan teknologi yang dialihkan.
HAK & KEWAJIBAN BERSAMA.
a. para pihak harus mampu menyusun ketentuan yang adil
dan masuk akal.
b. Para pihak hendaknya bersedia untuk saling menukar
informasi yang relevan tentang teknologi yang dialihkan.
c. Para pihak hendaknya menjaga kerahasiaan semua
informasi pihak lawan, baik yang diatur oleh hukum
maupun oleh kontrak.
d. Jika perundingan tidak mencapai konsensus yang
memuaskan, hendaknya para pihak menghentikan
perundingan itu.
3. HAK & KEWAJIBAN PEMILIK TEKNOLOGI.
a. menyerahkan dalam jangka waktu yang layak, informasi
yang diketahui tentang teknologi yang akan dialihkan.
b. Memberi rincian yang jelas tentang jangka waktu
pemasokan kelengkapan operasional dari teknologi yang
dialihkan.
c. Menjamin hasil produksi dari teknologi yang dialihkan
akan sesuai dengan kesepakatan.

d. Menyerahkan dokumen dan data untuk pengoperasian


teknologi yang dialihkan guna mencapai tujuan yang telah
disepakati dalam kontrak.
e. Berhak mendapat royalti yang telah disepakati.
4. HAK & KEWAJIBAN PENERIMA
TEKNOLOGI.
a. memberi informasi kepada pihak sumber tentang hal-hal
yang berkaitan dengan tanggung-jawab pihak sumber.
b. Berhak memperoleh perbaikan atas teknologi yang
dialihkan.
c. Menjaga kerahasiaan teknologi yang dialihkan.
d. Menjaga kualitas hasil produksi.
e. Mengoperasikan teknologi sesuai prosedur yang telah
ditetapkan.
f. Wajib membayar royalti yang telah disepakati.

38
TAHAPAN ALIH TEKNOLOGI.
Proses alih teknologi lasimnya berawal dengan tahap identifikasi untuk
memperoleh informasi tentang proyek, tentang teknologi yang ingin
dialihkan, dan tentang pemilihan sumber teknologi. Setelah itu
dilanjutkan dengan tahap negosiasi dan kontrak, dan kemudian
menyusul tahap penerapan/pengalihan yang terkait juga dengan aspek
pengembangan.

SALURAN DAN MEKANISME ALIH TEKNOLOGI.


Pada umumnya ada dua saluran /jalur untuk alih teknologi yakni: PMA
langsung di mana seluruh modal dimiliki oleh investor, dan usaha
Patungan/Joint Venture.
Beberapa bentuk kegiatan alih-teknologi adalah:
1. Pemberian lisensi/licensing.
2. Kontrak manajemen/management contract.
3. Kontrak pemasaran/marketing contract.
4. Kontrak jasa teknis/technical service contract.
5. Kontrak putar-kunci/turnkey contract.
Lisensi berasal dari kata Latin: licere yang berarti membolehkan atau
mengijinkan. Pengertian Lisensi adalah suatu kontrak di mana
pemegang HAKI dan Know-how memberi ijin kepada orang lain untuk
menggunakan hak tersebut, dan pihak pemegang lisensi harus
membayar sejumlah sejumlah royalti kepada lisensor untuk
penggunaan hak milik lisensor itu. Alih teknologi yang terjadi biasanya
dilaksanakan melalui kontrak lisensi ini.
Ada 3 karakteristik yang menonjol dalam Lisensi, yakni:
1. lisensi diberikan untuk jangka waktu panjang. Hal ini disebabkan
karena pemegang lisensi butuh waktu lama untuk memulai suatu
proyek, sehingga royalti-pun biasanya tidak terjadi dalam waktu
singkat.
2. klausula kerahasiaan merupakan inti kontrak lisensi. Aspek yang
ditekankan lisensor adalah konfidesialitas, sehingga lisensi
terhadap paten boleh dikatakan tidak pernah dialihkan secara
keseluruhan, dan kalaupun dialihkan sebagian, biasanya dengan
persyaratan yang sangat ketat.
3. aspek mutu/kualitas juga merupakan hal esensial, dan karena itu
lisensor biasanya menetapkan kewajiban-kewajiban untuk
menjaga mutu itu. Kewajiban itu dapat berupa bantuan teknis
atau melalui tying-in agreement yang mewajibkan teknisi
pemegang lisensi mengadakan studi di perusahaan lisensor.

39
Kegiatan alih teknologi dengan pemberian lisensi biasanya diadakan
dengan tujuan:
1. untuk menguasai bisnis perusahaan lokal: alih teknologi sering
disertai dengan management agreement sehingga pemilik
teknologi bisa mengendalikan bisnis perusahaan penerima
teknologi.
2. untuk menembus pasar luar negeri: pihak pemilik teknologi yang
tidak bisa mengekspor atau menanam modal secara langsung,
dapat menggunakan lisensi sebagai suatu alternatip untuk
menerobos pasar asing.
3. untuk memenuhi persyaratan lokal: hal ini terjadi karena
perusahaan lokal mempunyai ketentuan tentang keharusan alih
teknologi hanya dengan lisensi.
4. untuk penambahan penghasilan: pemilik teknologi tanpa
memproduksi sesuatu, menerima royalti sebagai imbalan atas
pasokan teknologinya kepada penerima teknologi.
Selain lisensi, perdagangan dalam ruang lingkup HAKI dapat juga
dilakukan melalui kontrak franchise. Kata franchise berasal dari
bahasa perancis: franchir yang bermakna: memberi kebebasan kepada.
Kontrak franchise adalah kontrak yang memberikan kepada pihak lain
hak untuk menggunakan nama dan prosedur yang dimiliki oleh yang
mempunyai hak itu. Kontrak ini lasimnya dilakukan antara pihak yang
telah mempunyai suatu merek dagang tertentu, dengan pihak lain yang
ingin menggunakan merek dagang tersebut beserta proses pembuatan
produk dengan merek dagang itu.
Dengan demikian ciri franchise/waralaba nampak pada: penggunaan
suatu merek, nama, atau lambang, yang memberi ciri dari pemberi
waralaba, berkaitan dengan penjualan barang atau jasa yang memenuhi
standard mutu yang ditetapkan oleh si pemberi waralaba, bersama
dengan pelaksanaan kontrol yang signifikan terhadap metode operasi,
atau bantuan yang signifikan dalam metode operasinya.
Waralaba dalam artinya yang umum adalah: suatu hubungan bisnis
yang terus-menerus, berjangka panjang, di mana pihak pemilik
memberikan kepada pihak penerima suatu hak yang dilisensikan,
menurut persyaratan dan pembatasan yang disepakati, untuk
melaksanakan bisnis dengan memanfaatkan merek dagang dan/atau
merek jasa pemilik, dan juga nasihat dan bantuan dalam
mengorganisasi, menjual, dan mengelola bisnis waralaba tersebut.
Pihak yang ingin menggunakan merek dagang itu wajib membayar
royalti, serta memenuhi sejumlah alternatip kewajiban seperti:
 kewajiban mendesain perusahaannya sehingga mirip dengan
perusahaan franchisor.

40
 dalam aspek manajemen, kewajiban menerima asistensi
manajemen dari franchisor.
 kewajiban membeli bahan-bahan dari pemasok yang ditunjuk
oleh franchisor.
 kewajiban menerima auditing terhadap keuangan dengan
alasan quality-control.
Ada sejumlah klausula yang dimuat dalam kontrak waralaba, antara
lain:
1. Klausula Lisensi: yakni pemberian ijin khusus untuk
melaksanakan kegiatan waralaba.
2. Klausula buku petunjuk: pemberi waralaba akan dengan cuma-
cuma memberi buku petunjuk/manual atau terbitan lain yang
memuat standard-standard yang harus dipenuhi oleh si penerima.
3. Klausula standard operasi dan supervisi: penerima harus
mengoperasikan bisnisnya sesuai dengan standard operasi yang
disepakai. Pemberi secara periodik akan melakukan supervisi
atas kualitas dan uniformitas produk.
4. Klausula Merek: penerima waralaba biasanya dinyatakan tidak
memperoleh hak apapun atas titel ataupun kepentingan tertentu
yang terkait dengan merek atau goodwill yang terkait dengan
merek itu. Yang diterima si penerima adalah lisensi penggunaan
dari merek tersebut.
5. Klausula periklanan: penerima diharuskan menyisihkan sebagian
hasil penjualan untuk mengiklankan bisnisnya di wilayah
pemasarannya. Iklan tersebut harus sesuai dengan kehendak
pemberi waralaba.
6. Klausula bahan baku: penerima harus membeli bahan baku dari
pemasok yang disetujui oleh pemberi, demi menjamin
uniformitas mutu danrasa dari produk.
7. Klausula imbalan: sebagai imbalan, penerima harus membayar
ongkos dan royalti. Ongkos berupa: ongkos awal pelaksanaan
waralaba/initial franchise fee, dan ongkos jasa/service fee yang
dibayar per bulan. Royalti dibayar berdasarkan prosentase
tertentu dari penjualan yang dilaksanakan secara berkala.
8. Klausula rahasia dagang: klausula ini perlu untuk menjamin
konfidensialitas informasi yang tercantum dalam manual,
formula-formula, resep-resep bisnis yang dilensikan.
Jasa manajemen biasanya dilaksanakan melalui kontrak manajemen.
Kontrak ini terjadi apabila suatu perusahaan mengadakan kontrak
dengan seorang ahli yang secara khusus menangani bidang tertentu.
Ahli yang dikontrak dapat saja berasal dari sebuah perusahaan luar
negeri, dan sering kontrak ini dikaitkan dengan perjanjian lisensi. Di
dalam kontrak ini ditentukan bahwa proses pembuatan produk tertentu

41
yang merupakan obyek perjanjian lisensi, sampai mulai awal jangka
waktu tertentu, dijalankan oleh teknisi lisensor, dan pihak pembeli
teknologi dapat menyertakan orang-orangnya untuk dilatih di dalam
bidang itu.
Turnkey contract merupakan perpaduan kontrak teknis dan jasa
kontruksi, di mana suatu perusahaan asing sepakat untuk membangun
suatu peralatan tertentu, misalnya PLTD, dan setelah selesai, kuncinya
diserahkan kepada negara yang membeli peralatan itu, disertai juga
dengan para penasihat teknis dari perusahaan yang membangunnya.

KLAUSULA-KLAUSULA PENTING DALAM KONTRAK ALIH


TEKNOLOGI.
Dalam perjanjian alih teknologi, ada cukup banyak klausula hukum
yang perlu dicantumkan dalam kontrak. Beberapa klausula di antaranya
dibicarakan di bawah ini:
1.Klausula Penyelesaian Sengketa:
Dalam hal penyelesaian sengketa, fakta menunjukkan bahwa jika
kasus yang hendak diselesaikan itu menyangkut Hak Kekayaan
Industri, maka penyelesaiannya tunduk pada juridiksi pengadilan
tempat diselesaikannya sengketa/lex loci solutionis.
Sedangkan untuk sengketa mengenai hak dan kewajiban kontraktual
para pihak, pada prinsipnya tunduk pada ketentuan kontrak/lex
contractus mengenai penyelesaian sengketa, apakah diselesaikan
liwat negosiasi, konsiliasi, mediasi, ataukah arbitrasi.
Klausula hukum yang mengatur.
Kontrak alih teknologi menganut juga asas kebebasan berkontrak,
termasuk kebebasan melakukan pilihan hukum/choice of law bagi
perjanjian alih teknologi para pihak. Kebebasan ini pada
kenyataannya menimbulkan kesulitan untuk menetapkan code of
conduct/aturan main yang berlaku secara internasional, dan sampai
sekarang belum ada kesepakatan untuk hal ini.
Ada pemikiran yang masih dalam tahap wacana, untuk
menitikberatkan pilihan hukum ini pada hukum yang memiliki close-
link/kaitan erat dengan alih teknologi itu. Hukum yang bersifat close-
link ini dapat berupa: hukum tempat dibuatnya kontrak/lex loci
contractus, hukum tempat obyek itu terletak/lex rei sitae, hukum
tempat kontrak dilaksanakan, atau juga hukum tempat kegiatan bisnis
utama/negara asal teknologi itu.
3. Klausula pelatihan dan asistensi teknis.
Dalam kontrak alih teknologi, klausula ini penting karena pemberi
teknologi berkepentingan atas keberhasilan kinerja penerima
teknologi. Oleh karena itu dirasa perlu agar kepada pihak penerima
alih teknologi diberikan pelatihan dan asistensi teknis, kecuali jika

42
pihak penerima itu sudah memiliki staf yang terlatih baik. Pemberian
pelatihan dan bantuan teknis ini tentunya dengan imbalan upah yang
telah pula ditentukan.
4. Klausula Konfidensialitas:
klausula ini mengatur tentang kewajiban penerima teknologi untuk
menjaga kerahasiaan informasi teknologi yang telah diberikan oleh
pemberi teknologi, kecuali informasi itu sudah masuk dalam ranah
publik.
5. Klausula pelimpahan hak.
Klausula ini mengatur tentang boleh tidaknya pihak penerima
teknologi melaksanakan pelimpahan hak/assignment kepada pihak ke
tiga. Tanpa adanya klausula ini, pihak penerima tidak boleh
melakukan hal itu. Pelimpahan hak berbeda dengan pemberian sub-
lisensi. Dalam pelimpahan hak, pihak yang semula menerima
teknologi digantikan oleh pihak yang baru, sedangkan dalam sub-
lisensi pihak penerima teknologi tidak berubah, dan tetap
bertanggungjawab kepada pemberi teknologi.
6. Klausula jaminan kebenaran:
Jaminan di sini adalah jaminan kebenaran bahwa teknologi yang
dialihkan memang mempunyai manfaat komersial, atau jaminan
masih berlakunya paten atas teknologi itu, atau juga jaminan bahwa
tidak adanya pelanggaran terhadap paten milik pihak lain.
7. Klausula pengendalian mutu dan tanggungjawab produk:
Pemberi teknologi mengharapkan dapat menerapkan standard
kualitas tertentu yang harus dipatuhi oleh penerima teknologi,
sebagai upaya melindungi reputasi pemberi, sekaligus mencegah
terjadinya klaim tanggungjawab produk. Kontrol kualitas ini penting
dalam hal digunakannya suatu merek tertentu.

ALIH TEKNOLOGI DAN ETIKA BISNIS.


Manuel G. Velasquez memberikan sejumlah catatan kritis menyangkut
teknologi dalam kaitannya dengan etika bisnis.
Tekonologi lasimnya terdiri dari metode, proses, dan alat yang
ditemukan manusia untuk memanipulasi lingkungan manusia itu, dan
dalam sejarah mengalami perubahan yang terus-menerus dan radikal
oleh penciptaan teknologi-teknologi baru.
Sejarah mencatat, bahwa pada awalnya terjadi revolusi agrikultur, hasil
pengembangan teknologi pertanian yang menggantikan karya manusia
yang mengandalkan perburuan. Revolusi ini lahir akibat penemuan
irigasi, pemanfaatan air dan angin, dan perkembangan alat-alat

43
pertanian, yang memungkinkan manusia mengalami surplus di bidang
pertanian, dan surplus itu menjadi awal perdagangan dan bisnis
pertama.
Pada abad ke-18 terjadi revolusi industri. Manusia menciptakan dan
menemukan mesin elektromekanikal, mesin uap, mobil, jalan, dan
pemintal kapas. Mesin produksi pada pabrik-pabrik raksasa
memungkinkan dihasilkannya produk dalam jumlah besar untuk dijual,
melahirkan korporasi-korporasi, namun juga menyebabkan ekploitasi
pekerja dan kerusakan lingkungan.
Pada akhir dekade abad 20-an, terjadi revolusi bioteknologi dengan
berkembangnya secara pesat teknologi informasi. Manusia tidak hanya
mengenal komputer dengan perkembangannya yang menakjubkan,
namun juga akrab teknologi internet, komunikasi nirkabel, digitalisasi,
yang kesemuanya melahirkan globalisasi, dunia tanpa batas, cara-cara
baru dalam komunikasi dan dalam menstranfer berbagai jenis media
secara instan. Akselerasi perubahan produk menjadi semakin cepat,
hampir tidak dapat diprediksi.
Persoalan utama penemuan teknologi informasi terletak pada aspek
risiko, yakni: apakah risiko teknologi baru ini dapat diprediksi?
Seberapa jauhkah/seberapa besarkah risiko itu dapat diperbaiki, apakah
keuntungan teknologi baru seimbang dengan risiko yang ditimbulkan?
Bagaimana kompensasi yang adil untuk risiko itu?
Isu paling sensitif dari teknologi informasi ini adalah menyangkut
privacy/privasi. Kehandalan komputer dan program-program yang
dapat dengan mudah mengakses dan menghubungkan sejumlah data
base, rentan terhadap pelanggaran hak akan privasi.
Selain itu, ada juga persoalan menyangkut hak milik/properti atas
informasi semisal:data, software/perangkat lunak komputer, kode,
angka, teks, gambar, dll.
Program komputer memungkinkan praktek penyalinan berulangkali
secara sempurna oleh orang-orang lain, tanpa mengubah yang asli.
Persoalannya adalah: hak milik macam apakah yang dimiliki oleh
pencipta asli informasi dan pihak yang menyalin informasi itu?
Bagaimana perbedaannya dengan hak milik dari seseorang yang
membeli salinan informasi itu?, dll.
Revolusi bioteknologi menghasilkan juga isu baru mengenai rekayasa
genetika. Teknologi ini berkaitan dengan kemampuan mengubah gen,
mengkombinasi gen/DNA dari dua varietas, dll, yang kemudian
menghasilkan varietas baru sayuran, biji-bijian, virus, bakteri, dan
sejumlah jenis hewan, yang direkayasa untuk memiliki keunggulan,
dan kekebalan tertentu. Contoh: bakteri direkayasa untuk
mengkonsumsi tumpahan minyak, menetralkan sampah. Dihasilkan
sejumlah bibit dan jenis padi dan gandum yang tahan terhadap hama,

44
dll. Bahkan sebuah laboratorium perancis dikabarkan menyelipkan gen
jellyfish ke dalam embrio kelinci, yang diharapkan dapat menghasilkan
kelinci yang bisa mengeluarkan cahaya dalam gelap seperti halnya
jellyfish itu.
Namun sekali lagi, rekayasa genetika itu pasti mengandung risiko yang
tidak dapat diprediksi, sehingga dapat saja merusak atau membunuh
spesies alamiah yang sudah ada sebelumnya. Persoalan lain adalah,
jika yang direkayasa itu adalah bentuk kehidupan yang baru, maka
apakah hal itu bisa dipatenkan? Apakah rekayasa itu etis? Apakah juga
etis jika memasarkan hasil rekayasa genetik yang sukar diprediksi itu?
Ini adalah sejumlah persoalan yang menyangkut teknologi mutakhir
yang dewasa ini sedang melanda dunia.

TEKNOLOGI DAN POLUSI LINGKUNGAN.


Teknologi yang dihasilkan manusia akrab dengan masalah polusi yang
berdampak
serius pada lingkungan dan kehidupan manusia. Ada sejumlah hal yang
perlu direnungkan tentang hal itu:
1. Pemanasan Global:
Ada sejumlah gas yang dihasilkan dan digunakan dalam teknologi:
karbon dioksida, nitrogen, oksida, metana, dan klorofluorokarbon.
Gas-gas ini menyerap dan menahan panas matahari, dan
mencegahnya kembali ke ruang angkasa, sehingga mirip dengan apa
yang dilakukan rumah kaca yang memang menyerap dan menahan
panas matahari. Oleh karena itu, gas-gas ini dinamakan gas rumah
kaca. Ada juga gas-gas rumah hijau yang terbentuk secara alamiah
dalam atmosfer dan berfungsi menjaga agar suhu bumi berada pada
33 derajat Celsius, yang memungkinkan kehidupan berkembang.
Aktivitas industri selama 150 tahun terakhir telah menciptakan dan
meningkatkan gas rumah kaca dalam jumlah besar, khususnya dari
hasil pembakaran bahan bakar minyak dan batu bara. Kenaikan kadar
gas rumah kaca tersebut secara otomatis menaikan juga suhu bumi,
dan berakibat: meluasnya wilayah padang pasir, melelehkan es di
kutub, meningkatkan permukaan air laut, memusnahkan sejumlah
spesies binatang dan tumbuhan, mengganggu aktivitas pertanian,
serta meningkatkan penyebaran dan tingkat keakutan penyakit.
Prediksi pengaruh yang mencemaskan dari pemanasan global bisa
dicatat, seperti: perubahan iklim, berkurangnya debit air, kepunahan
sejumlah spesies, penyebaran sejumlah virus ke wilayah yang
sebelumnya tidak bisa dimasuki, berkurangnya hasil pertanian,
banjir, dll.
2. Penyusutan Ozon:

45
Masalah lain adalah penyusutan lapisan gas ozon di stratosfer, yang
disebabkan karena pelepasan gas klorofluorokarbon/CFC ke udara.
Ozon berfungsi melindungi semua kehidupan di bumi dari radiasi
ultraviolet matahari yang berbahaya. Namun lapisan ini rusak dan
hancur oleh gas CFC yang lasim digunakan dalam: kaleng aerosol,
kulkas, AC, bahan pelarut, dan mesin industri. Saat dilepas ke udara,
gas ini naik, dalam tempo 7 sampai 10 tahun ia mencapai lapisan
stratosfer, bertahan di sana hingga 75 sampai 130 tahun, sambil terus
merusak molekul-molekul ozon, sehingga berakibat lapisan ozon itu
menipis dan menyusut. Kondisi ini berdampak pada kenaikan radiasi
sinar ultraviolet, yang berdampak pada munculnya ratusan ribu
penyakit kanker kulit baru, kehancuran 75 % tanaman pangan dunia
yang sensitif terhadap sinar tersebut, kerusakan massal plankton yang
merupakan makanan utama di laut.
3. Hujan Asam:
Ancaman lain adalah Hujan Asam. Penggunaan bahan bakar batu
bara, minyak, dan gas alam dengan kandungan sulfur yang tinggi
yang bahan-bahan ini miliki, akan berakibat dilepaskannya sulfur
oksida dan nitrogen oksida ke udara, yang selanjutnya bercampur
dengan uap air yang ada di udara, sehingga membentuk asam
sendawa dan asam sulfur. Zat asam ini, yang kadar asamnya seasam
cuka, kemudian turun bersama hujan, masuk ke danau dan sungai,
meresap ke akar-akar pohon dan tanaman. Sebagian populasi ikan
dan organisme air tidak tahan dengan asam ini dan punah. Hujan
asam inipun merusak dan menghancurkan tanaman, tumbuhan laut,
lumut, mengancam hutan dunia, dan secara tidak langsung
membunuh organisme hidup yang menggantungkan makanannya
pada tanaman yang hancur itu. Selain itu, hujan asam juga
melelehkan logam-logam beracun, seperti: nikel, timah, mangan, dan
merkuri, yang akan mengkotaminasi sumber air bersih dan ikan. Ia
juga merusak bangunan, patung, serta benda-benda lain yang terbuat
dari besi, kapur, dan marmer.
4. Kualitas Udara:
Industri dan teknologi menurunkan kualitas udara, dengan pelepasan
gas- gas yang mencemarkan udara.
Di kawasan yang lalu lintasnya padat, gas karbon monoksida
mengakibatkan sakit kepala, penglihatan kabur, dan penurunan
koordinasi otot.
Sulfur oksida dari pembakaran minyak dan batu bara akan merusak
logam dan batu, mengurangi jarak pandang, merusakan tanaman, dan
berperan memunculkan penyakit pernapasan, dan kematian prematur.
Pembakaran semua jenis bahan bakar akan menghasilkan nitrogen
oksida yang dapat merusak pemandangan, membahayakan proses

46
take off dan landing-nya pesawat, menyebabkan penyakit
pernapasan.
Hidrokarbon yang dikeluarkan dari asap kendaraan akan bersenyawa
dengan nitrogen oksida di udara, akan mampu menghancurkan
tanaman, menyebabkan gangguan pada mata dan tenggorokan, dan
mengurangi resistensi terhadap penyakit pernapasan.

CATATAN PENUTUP.
UUPMA menegaskan bahwa modal asing tidak hanya berbentuk valuta
asing, tetapi mencakup juga alat-alat perlengkapan tetap yang
dibutuhkan untuk menjalankan perusahaan-perusahaan di Indonesia,
penemuan-penemuan milik
orang asing/badan asing yang dipergunakan pada perusahaan di
Indonesia. Dengan demikian, UUPMA menyinggung juga keberadaan
alih teknologi.
Praktek yang terjadi, alih teknologi dilaksanakan melalui kontrak
lisensi, yang umumnya terlaksana pada perusahaan-perusahaan
patungan di Indonesia, yang induk perusahaannya adalah perusahaan
asing. Hubungan para pihak adalah hubungan kontraktual yang sangat
ditentukan oleh kemampuan berunding antara pihak pemberi lisensi
dan pihak penerima lisensi.
Persoalan yang perlu dipikirkan adalah: belum diinventarisasikannya
jenis-jenis teknologi yang ada di Indonesia, sehingga menimbulkan
masalah terhadap penetapan pilihan teknologi yang tepat/appropriate
technology bagi Indonesia. Hal lain adalah: sering terjadi alih teknologi
yang telah usang, atau teknologi dengan masa paten yang kadaluwarsa,
atau juga terjadi praktek bisnis yang dilarang.
Semua persoalan di atas membutuhkan sikap kritis, selektip, dan
kemampuan posisi tawar yang kuat, sehingga teknologi yang dialihkan
benar-benar sesuai dengan kebutuhan pembangunan bangsa.

LATIHAN HUKUM EKONOMI.


1. Berikan pengertian dan ruang lingkup hukum ekonomi.
2. Aktivitas ekonomi terdiri dari rangkaian kegiatan: produksi –
distribusi – konsumsi. Saudara diminta menunjukan,
menjelaskan, dan memberi contoh konkrit dimensi makro dan
dimensi mikro hukum yang terdapat dalam aktivitas ekonomi itu.
3. Buktikan(bukan menguraikan ajaran) bahwa ajaran von Savigny
dan Ter Haar memang mendukung pendapat bahwa antara ilmu
ekonomi dan ilmu hukum itu tidak ada hubungan apa-apa.

47
4. Henry Maine dalam sejarah hukum ekonomi melukiskan pola
kehidupan masyarakat pada masa revolusi industri sebagai
“from status to contract.” Mengapa beliau berpendapat
demikian? Apa bedanya dengan pola kehidupan masyarakat
sebelum revolusi industri?
5. Peran pemerintah sebagai “the watch dog” terjadi pada masa
revolusi industri ataukah pada masa “planned economy”?
Mengapa Pemerintah berperan seperti itu? Berikan alasan
jawabanmu.
6. Kedaulatan sebuah Negara di bidang ekonomi pada zaman global
seperti ini, menjadi suatu hal yang fiktip belaka. Anda setuju?
7. Perusahaan Multinasional dikatakan memberikan moralitas baru
kepada kaum muda. Betulkah itu?
8. Kemajuan dan Alih Teknologi rentan terhadap pelanggaran etika
dan privacy. Bisa anda buktikan pernyataan itu, ataukah anda
tidak sependapat..??
9. Apa HAKI termasuk dalam cakupan pengertian Penanaman
Modal Asing?
10. Apakah MOU memiliki kekuatan mengikat??

48

Anda mungkin juga menyukai