Anda di halaman 1dari 7

BAB VI

ACARA PEMERIKSAAN PERKARA DI PTUN

A. STANDAR KOMPETENSI
Mahasiswa mampu memahami Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara dan dapat
mengaplikasikan dalam praktek

B. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa mampu menguraikan Acara Pemeriksaan di Pengadilan TUN

C. INDIKATOR
Setelah menyelesaikan bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menguraikan tentang pemeriksaan pendahuluan
2. Menguraikan tentang pemeriksaan terhadap pokok sengketa
3. Menguraikan tentang pemeriksaan dengan acara singkat dan acara cepat.

D. MATERI RAPAT PERMUSYAWARATAN/PENELITIAN


ADMINISTRASI/DISMISSAL PROSES (PASAL 62)
PEMERIKSAAN
PENDAHULUAN
PEMERIKSAAN PERSIAPAN (PASAL 63)

- GUGATAN
- JAWABAN
ACARA
PEMERIKSAA PEMERIKSAAN POKOK - REPLIK Pemeriksaan dengan
N PERKARA PERKARA/PEMERIKSAA - DUPLIK acara cepat ini
N DENGAN ACARA dilakukan karena
DI PTUN - PEMBUKTIAN
BIASA adanya alasan
- KESIMPULAN kepentingan
- PUTUSAN penggugat yang
cukup mendesak,
sehingga perlu
menempuh proses
PEMERIKSAAN DENGAN pemeriksaan
ACARA CEPAT sengketa yang relatif
lebih cepat.
PEMERIKSAAN
DENGAN ACARA
CEPAT DAN ACARA Dilakukan dalam
SINGKAT memeriksa
perlawanan
PEMERIKSAAN DENGAN terhadap penetapan
ACARA SINGKAT hasil proses
dismissal yang
dikeluarkan oleh
Ketua Pengadilan.
1. PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

Dibanding dengan peradilan lainnya, khususnya peradilan perdata, peradilan TUN


mempunyai suatu kekhususan dalam proses pemeriksaan sengketa TUN, yaitu adanya
tahap pemeriksaan pendahuluan.
Pemeriksaan pendahuluan ( pasal 62 dan pasal 63 UU PTUN ) terdiri dari :
a. Rapat permusyawaratan ( pasal 62 PTUN )
b. Pemeriksaan persiapan ( pasal 63 PTUN )

Ad.a. Rapat permusyawaratan ( pasal 62 PTUN )

Rapat permusyawaratan ini disebut juga ” Dismisal Proses / Penelitian


Administrasi”. Rapat permusyawaratan ini bukan dilakukan oleh Hakim dalam
persidangan Pengadilan, tetapi diadakan sebelum sidang pengadilan, dan dipimpin
oleh ketua Pengadilan ( bukan Hakim ).
Pasal 62 ayat 1 UU No. 5 / 1986 menentukan bahwa : Dalam Rapat
Permusyawaratan, Ketua Pengadilan berwenang memutuskan dengan suatu
penetapan, yang dilengkapi pertimbangan – pertimbangan bahwa gugatan yang
diajukan itu dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar.
Untuk mengambil keputusan tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan Penelitian
Administratif / Dismisal Proses.
Yang akan diteliti dalam rapat permusyawaratan ini adalah tentang :
1) Kompetensi Absolut dan Relatif Pengadilan sehubunngan dengan pokok
perkara yang ada dalam gugatan penggugat
2) Tentang syarat – syarat gugatan, artinya apakah gugatan telah memenuhi syarat
– syarat yang ditentukan dalam pasal 56 UU No. 5 / 1986.
Syarat – syarat dimaksud adalah :
 Gugatan harus memuat :
- Identitas para pihak ( penggugat dan tergugat )

 Identitas Penggugat : nama, kewarganegaraan, tempat tinggal dan


pekerjaan penggugat atau kuasanya.
 Identitas Tergugat : nama jabatan, tempat kedudukan tergugat.
 Dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh Pengadilan
( Darwin Prints : Hal. 48 – 52 )
 Apabila gugatan dibuat dan ditandatangani oleh seorang kuasa penggugat,
maka gugatan harus disertai surat kuasa yang sah.
 Gugatan sedapat mungkin juga disertai keputusan TUN yang disengketakan
oleh Penggugat ( pasal 56 ayat 3 ).
Eks : dengan kata “ sedapat mungkin ” tersebut ditampung semua
kemungkinan termasuk apabila tidak ada keputusan yang dikeluarkan
menurut ketentuan pasal 3.
3) Alasan – alasan pengajuan gugatan, artinya apakah gugatan telah didasarkan
pada alasan – alasan yang telah ditentukan dalam pasal 53 ayat 2 UU No. 5
Thn 1986.
4) Tuntutan penggugat artinya, apakah hal – hal yang dituntut oleh keputusan
TUN yang digugat Eks :
Tuntutan yang dapat dimintakan dalam gugatan di Pengadilan TUN diatur
dalam pasal 47 ayat 4 UU No. 5 Thn 1986, yang berbunyi :
Kewajiban sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 8 berupa :
 Pencabutan Keputusan TUN yang bersangkutan; atau
 Pencabutan Keputusan TUN yang bersangkutan dan menerbitkan
keputusan TUN yang baru; atau
 Penerbitan Keputusan TUN dalam hal gugatan didasarkan pasal 3.
Sedangkan pasal 47 ayat 10 dan ayat 11 menyebutkan :
 Ayat ( 10 ) : Kewajiban dalam ayat 9 dapat disertai pembebanan
ganti rugi
 Ayat (11) : Dalam hal putusan Pengadilan menyangkut kepegawaian (
pasal 47 ayat 8 ) dapat disertai rehabilitasi. ( Rozali Abdullah ” Hukum
Acara Peradilan TUN” 1999 : 37 )
5) Tenggang waktu pengajuan gugatan :
Artinya apakah gugatan itu di ajukan dalam tenggang waktu yang ditentukan
dalam pasal 55 UU No. 5 Tahun 1986 yaitu 90 hari
Arinya, gugatan diajukan sebelum waktu ( prematur ) atau telah lewat
( daluarsa ).
Hasil rapat permusyawaratan dapat berupa penerimaan atau penolakan
terhadap gugatan dalam bentuk suatu penetapan, yang diucapkan dihadapan
kedua belah pihak yang bersengketa untuk mendengarkannya serta dipanggil
dengan surat tercatat oleh Panitera.
Apabila penetapan itu berisi penolakan maka :
 Yang ditolak, dalam hal ini penggugat dapat mengajukan perlawanan
kepada pengdilan TUN, dalam jangka waktu 14 ( empat belas ) hari
terhitung sejak penetapan Ketua Pengadilan tersebut diucapkan.
 Perlawanan Penggugat tersebut akan di periksa dan diputuskan oleh
pengadilan dengan acara singkat.
 Isi perlawanan pada hakekatnya menyatakan bahwa gugatan itu
sempurna, karena telah memenuhi syarat – syarat sebagaimana diatur
oleh pasal 56 UU No. 5 Tahun 1986.
 Apabila perlawanan Penggugat terebut diterima / dibenarkan oleh
Pengadilan, maka penetapan penolakan Ketua Pengadilan dimaksud
gugatan akan diperiksa dan diputuskan menurut acara biasa
 Apabila perlawanan Penggugat tersebut ditolak oleh Pengadilan, maka
tidak dapat digunakan upaya hukum, seperti banding dan kasasi, karena
putusan tersebut di anggap sebagai putusan tingkat pertama dan terakhir,
sehingga telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Ad.b Pemeriksaan Persiapan ( Pasal 63 UU PTUN )

 Berbeda dengan rapat permusyawaratan, maka dalam acara Pemeriksaan


Persiapan ini, pemeriksaan dilakukan oleh Pengadilan yaitu oleh Majelis
Hakim yang telah ditentukan.
 Pemeriksaan Persiapan ini dilakukan sebelum pemeriksaan tentang pokok
perkara, sebagaimana ditentukan dalam pasal 63 ayat (1) bahwa :
Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, Hakim wajib mengadakan
pemeriksaan persiapan untuk melengkapi gugatan yang kurang jelas
Ketentuan ini merupakan kekhususan dalam proses pemeriksaan sengketa
TUN. Kepada Hakim diberikan kemungkinan untuk mengadakan Pemeriksaan
Pesiapan sebelum Pemeriksaan Pokok Sengketa. Dalam kesempatan ini Hakim
dapat meminta penjelasan kepada Badan / Pejabat TUN yang bersangkutan
demi lengkapnya data yang diperlukan untuk gugatan itu.
Kewenangan Hakim ini untuk mengimbangi dan mengatasi kesulitan seseorang
sebagai penggugat dalam mendapatkan informasi atau data yang diperlukan
dari Badan / Pejabat TUN mengingat bahwa Penggugat dan Badan / Pejabat
TUN kedudukannya tidak sama.
 Dalam Pemeriksaan Persiapan dimaksud pasal 63 ayat ( 2 ) menyebutkan bahwa
Hakim :
- Wajib memberi nasihat kepada Penggugat untuk memperbaiki gugatan dan
melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam jangka waktu 30 hari
- Dapat meminta penjelasan kepada Badan / Pejabat TUN yang
bersangkutan
 Apabila dalam jangka waktu 30 hari Penggugat belum menyempurnakan
gugatan, maka Hakim menyatakan dengan putusan bahwa gugatan tidak dapat
diterima ( pasal 63 ayat 3 ).
 Terhadap putusan itu tidak dapat digunakan upaya hukum, tetapi dapat
mengajukan gugatan baru ( pasal 63 ayat 4 ); asal saja tenggang waktu
daluwarsa untuk menggugat ( 90 hari ) belum lewat.
Eks. : SE – MA No. 2 Tahun 1991 menentukan, tujuan Pemeriksaan Persiapan
adalah untuk mematangkan perkara. Segala sesuatu yang akan dilakukan dan
dijalankan dalam pemeriksaan persiapan diserahkan kepada kearifan dan
kebijaksanaan Ketua Majelis. Oleh karena itu dalam pemeriksaan persiapan,
Hakim dapat memanggil Penggugat untuk menyempurnakan gugatannya dan
atau tergugat untuk dimintai keterangan / penjelasannya tentang keputusan
TUN yang digugat.
 Pemeriksaan persiapan dilakukan di ruang musyawarah dalam sidang tertutup
untuk umum.
- Pelaksanaannya tidak harus di ruang sidang, bahkan dapat pula di dalam
kamar kerja Hakim, tanpa memakai toga.
- Pemeriksaan persiapan dapat juga dilakukan oleh Hakim anggota yang
ditunjuk oleh Ketua Majelis sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan
oleh Ketua Majelis.
- Maksud pemeriksaan persiapan dilakukan dalam sidang tertutup, tidak
hanya kepada Badan / Pejabat TUN, tetapi boleh juga terhadap siapa saja
yang bersangkutan dengan data – data yang dipelukan untuk mematangkan
perkara tersebut.

Persamaan dan Perbedaan antara Rapat Permuyawaratan dan Pemeriksaan Persiapan


Jika rapat permusyawaratan dan pemeriksaan persiapan dibandingkan, maka Mutatis –
mutandis terdapat persamaan dan perbedaan.
Persamaannya :
1. Keduanya merupakan suatu pemeriksaan pendahuluan, sebelum sengketa
diperiksa dan diputuskan di persidangan Pengadilan TUN ( tingkat pertama ).
2. Disamping itu pula, secara umum terdapat nasihat Hakim kepada Penggugat untuk
memperbaiki gugatannya.
3. Proses terjadi sebelum :
a. Hari sidang ditentukan
b. Sengketa TUN diperiksa dipersidangan yang dinyatakan terbuka bagi umum
untuk diputuskan.
Perbedaannya :
Rapat Permusyawaratan Pemeriksaan Persiapan
1. Ditujukan kepada Penggugat 1. Walaupun ditujukan kepada Penggugat untuk
untuk memperbaiki gugatannya memperbaiki dan melengkapi gugatannya dalam
tanpa ditetapkan jangka waktu tenggang waktu 30 hari, akan tetapi Badan atau
( Pasal 62 ayat 1 huruf B ). Pejabat TUN yang akan menjadi Tergugat terlebih
dahulu dimintai penjelasannya untuk memberikan
informasi / data yang diperlukan oleh Penggugat
dan adanya Penggugat baru, bilamana Penggugat
tidak mengindahkan nasihat Hakim.
2. Mungkin Hakim belum 2. Sudah ditentukan Majelis Hakim untuk
ditentukan Majelis Hakim untuk menangani sengketa.
menangani sengketa.
3. Mungkin Hakimbelum dapat 3. Hakim dapat meminta penjelasan atau data
meminta penjelasan atau data kepada tergugat untuk melengkapi gugatan
kepada Tergugat untuk Penggugat.
melengkapi gugatan Penggugat.
4. Terdapat penetapan yang berisi
penerimaan atau penolakan 4. Tidak ada penetapan, kecuali putusan yang
gugatan. menyatakan gugatan tidak dapat diterima, setelah
Penggugat tidak mengindahkan nasihat Hakim.
5. Bila penetapan berisikan
penolakan, maka Penggugat 5. Tidak ada perlawanan, kecuali mengajukan
berhak mengajukan perlawanan. gugatan baru.
6. Perlawanan diperiksa dalam
pemeriksaan dengan acara 6. Tidak ada.
singkat.

2. PEMERIKSAAN POKOK PERKARA / PEMERIKSAAN DENGAN ACARA BIASA

- Setelah ” Pemeriksaan Pendahuluan ” selesai, maka ditetapkanlah hari, jam dan


tempat persidangan kemudian kedua belah pihak / para kuasanya dipanggil
untuk mulai bersidang dan harus diperlakukan sama dan didengar ” Audi ( et )
Alteram Parteun.”
- Dalam pemeriksaan dengan acara biasa Pengadilan memeriksa dan
memutuskan sengkata TUN dengan suatu Majelis yang terdiri dari 3 ( tiga )
orang Hakim. Dan salah seorang di antaranya ditunjuk sebagai Hakim Ketua
Sidang yang bertugas memimpin sidang dan wajib menjaga supaya tata tertib
dalam persidangan tetap ditaati orang dan segala perintahnya dilaksanakan
dengan baik.
- Untuk keperluan pemeriksaan, Hakim Ketua Sidang membuka sidang dan
menyatakannya terbuka untuk umum ( Psl 70 ayat 1 ).
Sifat terbuka sidang untuk umum itu merupakan syarat mutlak karena kalau
tidak, putusan Hakim di ancam batal menurut hukum, kecuali bila ditentukan
lain. Bila sengketa yang disidangkan mengangkut ketertiban umum atau
keselamatan negara, sidang dapat dinyatakan tertutup untuk umum.
- Hakim Ketua Sidang mulai memeriksa sengketa di persidangan dengan jalan
membacakan ” isi gugatan ” ( psl 47 ayat 1 UU PTUN ).
Setelah gugatan dibaca, kepada Tergugat diberi kesempatan untuk mengajukan
jawaban atas gugatan. Jika jawaban atas gugatan itu telah ada, maka Hakim
juga dapat membacakannya. Sebaliknya apabila jawaban tersebut belum
tersedia, maka Hakim itu memberi kesempatan kepada Tergugat, pada sidang
berikutnya untuk mengajukan jawaban. Dan seterusnya sampai pada putusan
pengadilan.

3. PEMERIKSAAN DENGAN ACARA CEPAT DAN ACARA SINGKAT

a. Pemeriksaan dengan Acara Cepat

Pemeriksaan dengan acara cepat bertujuan untuk me- meriksa pokok perkara, namun
dilakukan dalam waktu yang relatif cepat. Pemeriksaan dengan acara cepat ini
dilakukan karena adanya alasan kepentingan penggugat yang cukup mendesak,
sehingga perlu menempuh proses pemeriksaan sengketa yang relatif lebih cepat.
Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan dengan cara:
1. Penggugat harus terlebih dahulu mengajukan permohonan untuk dilakukannya
pemeriksaan dengan acara cepat kepada ketua pengadilan.
2. Permohonan untuk melakukan pemeriksaan dengan acara cepat di dalamnya
harus memuat penjelasan alasan-alasan yang melatarbelakangi mengapa peng-
gugat menginginkan diadakannya pemeriksaan dengan acara cepat tersebut.
Alasan-alasan itu berkaitan dengan adanya keadaan kepentingan yang cukup
mendesak yang dihadapi oleh penggugat.
3. Tidak melalui tahap pemeriksaan persiapan.
4. Pemeriksaan acara cepat ini dilakukan dengan hakim tunggal yang ditetapkan
oleh ketua pengadilan.
5. Batas waktu yang disediakan mulai dari tahap jawaban sampai dengan
pembuktian hanya 14 (empat belas) hari.

b. Pemeriksaan dengan acara singkat


Pemeriksaan dengan acara singkat bertujuan untuk memeriksa perlawanan
terhadap penetapan hasil proses dismissal yang dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan.
Pemeriksaan dengan acara singkat dilakukan dengan cara:
1. Penggugat yang tidak puas terhadap penetapan hasil proses dismissal yang
dikeluarkan oleh ketua penga- dilan dapat mengajukan gugatan perlawanan
terhadap penetapan tersebut.
2. Gugatan perlawanan hanya dapat diajukan dalam tenggang waktu 14 (empat
belas) hari setelah pe- netapan diucapkan.
3. Dengan adanya gugatan perlawanan yang diajukan oleh penggugat (pelawan),
maka otomatis gugatan perlawanan tersebut akan diperiksa dengan meng-
gunakan acara singkat.

E. SOAL-SOAL PENDALAMAN DAN PENGAYAAN

1. Uraikan tentang pemeriksaan pendahuluan !


2. Uraikan tentang pemeriksaan terhadap pokok sengketa !
3. Uraikan tentang pemeriksaan dengan acara singkat dan acara cepat !

DAFTAR PUSTAKA

Darwan Prinst “Startegi Mengenai Perkara Tata Usaha Negara” Citra Adytya Bakti Bandung
1995.
H. Rozali Abdullah “ Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara” Raja Grafindo Persada
Jakarta, 2004
O.C. Kaligis dan Associates “ Praktek-praktek Peradilan Tata Usaha Negara Buku Ke-Tiga”
Alumni Bandung 2002
Philipus M.Hadjon, et al “ Pengantar Hukum Administrasi Indonesia” Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta 2002.
R. Wiyono, “ Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara” Sinar Grafika Jakarta 2007
Wicipto Setiadi, “ Hukum Acara Pengadilan Tata Usaha Negara Suatu Perbandingan”Raja
Grafindo Persada Jakarta, 2001

Anda mungkin juga menyukai