Anda di halaman 1dari 14

RINGKASAN

PENGATURAN PENCEGAHAN PENCEMARAN DI


ASIA TENGGARA

NAMA KELOMPOK :

BERNADUS FEBRIYANTO (51120021)-

EFRIDA IKA NAY (51120002)

Ignasius A Mamoh ( 51117047)

Vinsensius Tamelab (51120010)

Marni Agustina Dillak( 51120020)

HUKUM TINDAH PIDANA KHUSUS


FAKULTAS HUKUM

JURUSAN HUKUM

UNIVERSITAS WIDYA MANDIRA KUPANG

A. LATAR BELAKANG

• Organisasi ASEAN didirikan dengan tujuan utama meningkatkan perekonomian


kawasan, perlinduangan ekonomi kawasan, perlindungan lingkuan tidak menjadi salah
satu tujuan pendirian organisasi ini. Masalah yang terkait dengan perlindungan dan
konservasi lingkungan pada mulanya tidak dibahas dalam kerangka kerja sama, oleh
karena itu ASEAN dianggap sebagai organisasi yang paling tertinggal dalam hal
perlindunagn lingkungan.

• Deklarasi Stockholm 1972 menjadi inspirasi bagi Pemimpin-Pemimpin ASEAN

• Bantuan Badan lingkungan PBB (UNEP)

• Terbentuk ASEP I (1977),dan kemudian disahkan dlm KTT Mentri Lingkungan ASEAN
yang dikenal dengan AMME. (The Asean Ministrial Meeting on the Environment),
menjadi tanda dimulai kerja sama regional ASEAN

• Deklarasi manila 1981, (dirancang untuk menjamin perlindungan lingkungan dan


peningkatan sumberdaya alam dikawasan Asia.

• Dukungan dana dari Bank Asia (Asian Developmen Bank) dan Bank Dunia, sebagai
stimulan bagi pemimpin asia, untuk menyikapi persoalan lingkungan

Rencana kerja sama ASEAN masih bersifat, mengajak, ketimbang mewajibkan


B. ASEAN Enviroment policy

Kebijakan dan hukum lingkungan, terkait dengan deklarasi dan rekomendasi lingkungan yang
merupakan piranti hukum lunak, yang menjadi dasar pembentukan hukum keras.

1. ASEAN Sub- regional Environment Program ( ASEP)

 kebijakan dan program umum untuk mengatasi permasalahan lingkungan di Asia

 Meliputu tiga .

 Fase pertama 1978-1982

Isu2 yg dibahas (Pengelolan Lingkungan, konservasi alam, lingkungan laut, industri dan
lingkungan, pendidikan dan pelatihan, informasi lingkungan

 Fase kedua,1983-1988, hal2 yang dibicarakan, pengelolaan, konservasi, industri,


pendidikan dan pelatihan.

 Fase ketiga 1988-1992, hal2 yg dibahas ( pengelolaan, konsevasi dan ekosistem, Industri,
lingkungan perkotaan, pendidikan,palatihan dan informasi)

2. Deklarasi Manila 1981 tentang Lingkungan ASEAN

Deklarasi ini menekanakan bahwa, negara2 Asia Tenggara harus memanfaatkan


lingkungan dan sumberdaya alamnya, dalam suatu cara yang dapat mendukung keberlanjutan..
Perlindungan lingkungan dikatkan dengan pembangunan yang dapat membuat masyarakat
kawasan menikmati hidup yang lebih baik (Pengelolaan dan pemanfaatan.)

4 kebijakan yang ditetapkan dalam deklarasi Manila

 Menciptakan kesadaran umum antara rakyat negara-negara ASEAN tentang Lingkungn


Biologi, fisik dan sosial

 Membangun sepraktis mungkin, bahwa pertimbangan-pertimbanagn lingkungan dalam


upaya pembangunan.
 Merangsang pembuatan penegakan perarturan perlindungan lingkungan di negara-
negara ASEAN

 Memfasilitas pengembangan program pendidikan lingkungan

3. Deklarasi Bangkok 1984 tentang Lingkungan Asean

Deklarasi ini, memformulasikan garis-garis besar kebijakan lingkungan yang dikelompokan


menjadi 9

1. Persoalan lingkungan

2. Konservasi alam

3. Lingkungan laut

4. Lingkungan perkotaan

5. Pendidikan lingkungan

6. Sistem informasi lingkungan

7. Pengelolaan llingkungan

8. Legislasi lingkungan

9. Kerja sama internasional

catata

4. Resolusi Jakarta 1987 tentang Sustainable Development

 Latar belakang dari resolusi ini adalah, pemenuhan kebutuhan masyarakat di kawasan
asia tenggara, untuk meningkatkan kualitas hidup.

 Maka Persoalan pokok yang dibicarakan dalam Resolusi Jakarta adalah Pemabangunan
yang berkelanjutan. (sustainable development )
5. Kuala Lumpur Accord tentang lingkungan dan Pembangunan

 Meminta negara-negara ASEAN menetapkan posisi yang sama terhadap kebutuhan


pembagian tanggung jawab dan pengalokasian tanggung jawab yang adil dalam upaya
perlindungan lingkungan

 Pentingnya aksi regional dalam mengelola sumber daya alam dan lingkungan, khususnya
melalui pendekatan harmonisasasi, baik itu standar kualitas, praktek pencegahan
pencemaran dan eveluasi sumber daya alam

6. Resolusi Singapura 1992 tentang lingkungan dan Pembangunan

Isi dari resolusi ini adalah

 Mengejar ketertinggalan dari upayai nternasional dalam mengatasi masalah lingkungan

 pernyataan-pernyataan yang menghimbau sokongan negara-negara maju terhadap


negara-negara berkembang

 Tiga isu yang dibahas dalam resolusi ini adalah

 Urgent Measures to combat climate Change (langkah2 pencegahan terkat


perubahan iklim (gas rumah kaca)

 The immediate implementation of the Montreal Prtocol Interim Multilateral Fund


(pencepatan alih teknologi yang ramah lingkungan & kepentingan negara
berkembang dimasukan dalam amandemen Montreal protokol.

 The sustainable menagement of all Forests. (pengelolaan hutan yang


berkesinambungan, peraturan-peraturan yang transparan)

7. Resolusi Bandar Seri Begawan tentang lingkungan dan pembangunan

 Mengimplementasikan kedua hukum lunak Internasional


1. Mengimplementasikan Rencana Aksi trategis , sebagai respon atas rekomendasi-
rekomendasi khusus Agenda 21 , yang menetapkan tujuan kualitas lingkungan jangka panjang,
dan upaya untuk menciptakan standar kualitas lingkungan.

2. Mendeklarisikan tahun 1995 sebagai tahun lingkungan ASEAN (ASEAN


Environment Year), tujuan menstimulus kesadaran masyarakat terhadap isu-isu lingungan

 Secara ringkas 2 hal utama yang dibicrakan dalam Resolusi ini adalah

1. Standar Kualitas Lingkungan yang diharmonisasikan

2. Memperkuan kerja sama antarq negara-nengara Anggota ASEAN

8. Rencana Kerja Sama ASEAN tentang Pencemaran LintasBatas Negara

Rencana ini merupakan tindak lanjut dari Kuala l Lumpur Accord, Resulusi Singapura, dan
Resolusi Bandar Seri Bengawan. Ada tiga Program yang dicanangka dalam kerja sama yaitu.

 Program pencemaran Udara Lintas Batas (terkusus masalah asap yang telah menjadi
kejadian tahunan di Asia Tenggara). Tujuan nya, memperkirakan sumber, penyebab,
bagaimana pencegahannya , termasuk rencana tanggap darurat nasional dan regional.
Tiga institusi yang didirikan ( ASMC, AIFM, dan ASEAN Working Group on Forestry)

 Program Limba Beracun Lintas Batas Negara

 Program Perencanaan Lintas Batas Negara yang bersumber dari Kapal


9. Rencana Strategis Lingkungan ASEAn 1994-1998

Isu utama dalam rencana strategi ini adalah,

 Kebutuhan untuk mengharmoniskan tujuan kelompok kerja dan pentingnya penguatan


pengaturan kelembagaan.

 Pentinganya untuk mengidentifisir isu-isu regional prioritas, khususya terkait dengan


isu lingkugan.

 Tujuan aksi strategis ini adalah merespon, rekomendasi khusus Agenda 21,
memperkenalkan pengaturan kebijakan, peningkatan kerja sama operasional dan teknis
tentang masalah-masalah lingkungan.
C. Hukum Lingkungan ASEAN

 ASEAN Agreement on the Concervation of Nature and Natural Resources of 1985

 Treaty on the Southeast Asia Nuclear Weapon Free zone

 The ASEAN Agreement on Transboundary haze Pollution

1. ASEAN Agreement on conservatioan of nature and natural resources of


1985_kualalumpur 19 juli 1985.

Secara tidak lansung perjanjian ini dapat memberi perlindungan pada atmosfer , karena mengatur
tentang perlindungan vegetasi & sumber daya hutan yang dalam banyak hal proses
pemanfaatanya melalui pembekuan lahan dg menggunakan api, yg dapat menyebabkan
pengurangan penyerapan karbon.Asean Agreement on The Conservation of Nature and Natural
Resources 1985 memuat kerangka hukum kerjasama bidang konservasi alam dan sumber daya
alam, serta memuat kewajiban negara-negara ASEAN untuk mencegah kebakaran hutan
sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 6 ayat (1) dan (2). 13 Kemudian perjanjian regional
ASEAN lainnya dalam menangani dampak kebakaran hutan dan lahan di Asia Tenggara ialah
ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution, 2002. Sedangkan pada lingkup nasional,
kebakaran hutan dan lahan diatur dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan dan juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta
Kerja.

2. Southeast Asia Nuclear-

Weapon-Free Zone adalah sebuah traktat yang bertujuan untuk mewujudkan Kawasan Asia
Tenggara yang bebas dari nuklir. Traktat ini ditandatangani pada Konferensi Tingkat Tinggi
ASEAN di Bangkok, 15 Desember 1995. Penandatangan Traktat itu juga merupakan kontribusi
terhadap upaya menuju perlucutan senjata nuklir secara menyeluruh dan mendorong perdamaian
serta keamanan internasional. Selain itu, Traktat itu juga bertujuan untuk melindungi Kawasan
Asia Tenggara dari pencemaran lingkungan dan bahaya yang disebabkan oleh sampah radio aktif
dan bahan-bahan berbahaya lainnya.
3. ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution

adalah sebuah perjanjian lingkungan hidup yang ditandatangani pada tahun 2002 oleh negara-
negara anggota ASEAN yang bertujuan untuk mengendalikan pencemaran asap di Asia
Tenggara. Persetujuan ini merupakan reaksi terhadap krisis lingkungan hidup yang melanda Asia
Tenggara pada akhir dasawarsa 1990-an. Krisis ini terutama disebabkan oleh pembukaan lahan
dengan cara pembakaran di pulau Sumatra, Indonesia. Citra satelit menunjukkan adanya titik api
di beberapa lokasi di Kalimantan, Sumatra, Semenanjung Melayu dan beberapa tempat lain.
Malaysia dan Singapura, dan sedikit banyak Thailand dan Brunei, sangat terpengaruh oleh hal
ini.Dari Sumatra, angin muson bertiup membawa asap ke arah timur dan menciptakan akibat
negatif bagi negara-negara Asia Tenggara lainnya. Asap tebal melingkupi sebagian Asia
Tenggara selama berminggu-minggu mengakibatkan masalah kesehatan pada penduduk
setempat.Indonesia telah meratifikasi AATHP melalui Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2014
tentang Pengesahan ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution yang ditandatangani
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 14 Oktober 2014.
D.Institusi Lingkungan ASEAN

 Misi utama dari Lingkungan ASEAN adalah membuat dan menetapkan kebijakan dan
hukum lingkungan

 Sejarah

Fase Awal ( Sekertariat Jenderal tidak mempunya wewenang pengontrolan, sangat


desentralistis, karena dikontrol oleh pemerintah nasional)

Fase Transisi (sama dengan fase awal )

Fase Sekarang ( peluang untuk kordinasi dan institusionalisasi lebih besar)

 The Heads of Government

 Rapat-rapat atau pertemuan kepala-kepala pemerinta/kepala negara meruapakan lembaga


pembuatan keputusan tertinggi.

 Berlangsung secara tidak teratur

 Ruang lingkup ASEAN, butuh waktu kurang lebih 9 tahun untuk membuat KTT
( Pertama di Bali , 1976, kedua, di Manila 1987, dan ketiga di Singapura 1992)

 Isu yang dibicarakan adalah

1. Mempromosikan secara aktif prinsip pembangunan keberlanjutan

2. mengembangkan kerja sama lingkungan dalam bidang pencemaran lintas batas negara.

 ASEAN Ministrial Meeting on the Environment (AMME)

 Selain kepala-kepala negara/pemerintah, Mentri-mentri Lingkungan ASEAN juga


berperan dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakan umum yang telah diputuska
oleh para kepala negara/pemerintah dalam KTT.
 Bukti ketelibatan/ peran para mentri lingkungan adalah merespon kebakaran hutan dan
asap pada tahun 1997 di Asia Tenggara, terutama

- Bagaimana, mencegah,
- Bagaimana mekanisme pemantauan, dan
- Bagaiman kemampuan pemadaman.

 ASEAN Senior Officials on the Environment

Pejaba-pejabar senior ASEAN dalam bidang lingkungan memiliki tugas dan tanggung jawab

 Merekomndasikan arahan kebijakan

 Memfasilitasi masukan-masukan, maupun pertimbangan-pertimbangan ke dalam


program kegiatan ASEAN

 Mempromosikan kerja sama ASEAN tentang masalah lingkungan

 Mencari bantuan dana untuk kegiatan ASEAN terkait dengan lingkungan.

 Lembaga Penopang ASOEN (ASOEN Subsidiary Bodies)

Dalam melaksanakan program ASEAN, pejabat –pejabat Senior ASEAN di dukung oleh
beberapa bidang sebagai penopang, diantaranya;

 Lingkungan Laut

 Ekonomi Lingkungan

 Konsevasi Alam

 Manejemen Lingkungan

 Pencemaran Lintas Batas Negara

 Informasi Lingkungan

 Kesadaran dan Pendidikan Lingkuangan


 Sekertariat ASEAN (The ASEAN Secretariat)

 Berkedudukan di Jakarta

 Didirikan berdasarkan kesepakatan dalam KTT di Bali, pada tahun 1976

 Hakekat/keberadaan Asean adalah untuk mengkordinasikan penerapan kebijaksanaan,


proyek dan aktifitas bermacam-macam lembaga ASEAN

 Sekretaria ASEAN mempunya empat biro yaitu

1. Biro Kerja Sama Ekonomi (Economic Coorperation)

2. Biro Penelitian Ekonomi ( Economic Research)

3. Biro Kerja sama Fungsional (Functional Coorperation)

4. Biro Umum (General Affairs)


E. Meknisme Keuangan ASEAN

 Dana ASEAN ( ASEAN Fund)

 The ASEAN Sub-Regional Environment

 Dana yang terkait dengan proyek (Project- Related Fund

1. Dana ASEAN (ASEAN fund)

ASEAN fund didirikan pada tahun 1969 untuk membiayai proyek-proyek kerja sama dan
aktivitas-aktivitas yang disetujui oleh Menterian Luar Negeri ASEAN. Sejak berdirinya dana
ini sering tidak dimanfaatkan karena prodsedur yang kompleks dan susah diatur dalam the
1969 agreement governing the fund. The ASEAN Standing Comittee (ASC) sendiri
telahberinisiatif untuk mengatasi masalah ini dan sering memminta sekretariat ASEAN untuk
mengajukan rekomendasi dalam rangka meningkatkan penggunaan dana. Ada empat
kategori kegiatan yang biasanya berhak mendapatkan pembuayaan dalam kerangka dana
adalah kegiatan-kegiatan yang:

1. Mempromosikan kerja sama atau perpektif ASEAN

2. Bersifat rahasia atau strategis

3. Membutuhkan bantuan pembiayaan dan dana sandingan dari ASEAN

4. Proyek-proyek prioritas yang memenuhi syarat untuk mendapatkan Dialogue Partner


Funding

2. The ASEAN Sub-regional Enviromental Trust (ASSET)

ASEAN dan World Wildlife Fund (WWF) telah menandatangani nota


kesepahaman yang memberikan wewenang kepada WWF untuk mengembangkan
proposal, mengadakan diskusi dengan penyandang dana atas nama ASEAN dan juga
kemudian memberikan bantuan dalam penggalangan dan pengimplementasian dana
lingkungan ASEAN. Disini ada terdapat dua kemungkinan sumber pendanaan untuk
ASSET : Trust Fund Mandiri yang tidak terkait dengan proyek dan yang didedikasikan
untuk membiayai rencana aksi strategis ASEAN bidang lingkungan ( the ASEAN
Strategic Plan of Action on the Enviroment) . pendekatan pertama sama dengan the
ASEAN cultural Fund, dan pendekatan kedua adalah menggali dana kontribusi Asean
Dialogue Partners ke dalam ASSET dengan proyek-proyek yang didasarkan pada the
strategic Plan Of Action on the Enviroment. sehingga demikian skema yang seperti ini
dapat menarik bantuan penyandang dana karena rencana aksinya difokuskan pada
kawasan lindung lintas batas negara, spesies migratoris perairan darat dan laut, dan GIS
berdasarkan sistem informasi keanekaragaman hayati.

3. Dana yang terkait dengan proyek (Project- Related Funds)

a.) Pendanaan dari Dialogue Partners

Dukungan Dialogue Partners kepada program lingkungan ASEAN tidak sebagus apa
yang diharapkan jika ditinjau dari komitmen menyeluruh Dialogue Partners terhadap
perlindungan lingkungan. di sini secara umum yang merupakan alat dalam mengerjakan dan
menyelesaikan banyak proyek ASEAN adalah UNEP dan UNDP.

b. Global Enviroment Facility

The Global Enviroment Facility (GEF) ini dirancang untuk membantu negara-negara
berkembang dalam mengatasi masalah lingkungan global yang diatur dalam konvensi perubahan
iklim (UNFCCC), konvensi keanekaragaman hayati (CBC) dan konvensi pemerangan
pengguruan. program ini merupakan program pukulan dalam mana hibah dan pinjaman
konsensual sudah disediakan bagi negara-negara berkembang untuk membantu menerapkan
program yang melindungi lingkungan global yang didalamnya ada empat bidang yang telah
diidentifikasikan untuk operasional GEF yaitu perlindungan lapisan ozon, perubahan iklim,
perlindungan keanekaragaman hayati, dan perlindungan perairan pedalaman.

Anda mungkin juga menyukai