NAMA KELOMPOK :
JURUSAN HUKUM
A. LATAR BELAKANG
• Terbentuk ASEP I (1977),dan kemudian disahkan dlm KTT Mentri Lingkungan ASEAN
yang dikenal dengan AMME. (The Asean Ministrial Meeting on the Environment),
menjadi tanda dimulai kerja sama regional ASEAN
• Dukungan dana dari Bank Asia (Asian Developmen Bank) dan Bank Dunia, sebagai
stimulan bagi pemimpin asia, untuk menyikapi persoalan lingkungan
Kebijakan dan hukum lingkungan, terkait dengan deklarasi dan rekomendasi lingkungan yang
merupakan piranti hukum lunak, yang menjadi dasar pembentukan hukum keras.
Meliputu tiga .
Isu2 yg dibahas (Pengelolan Lingkungan, konservasi alam, lingkungan laut, industri dan
lingkungan, pendidikan dan pelatihan, informasi lingkungan
Fase ketiga 1988-1992, hal2 yg dibahas ( pengelolaan, konsevasi dan ekosistem, Industri,
lingkungan perkotaan, pendidikan,palatihan dan informasi)
1. Persoalan lingkungan
2. Konservasi alam
3. Lingkungan laut
4. Lingkungan perkotaan
5. Pendidikan lingkungan
7. Pengelolaan llingkungan
8. Legislasi lingkungan
catata
Latar belakang dari resolusi ini adalah, pemenuhan kebutuhan masyarakat di kawasan
asia tenggara, untuk meningkatkan kualitas hidup.
Maka Persoalan pokok yang dibicarakan dalam Resolusi Jakarta adalah Pemabangunan
yang berkelanjutan. (sustainable development )
5. Kuala Lumpur Accord tentang lingkungan dan Pembangunan
Pentingnya aksi regional dalam mengelola sumber daya alam dan lingkungan, khususnya
melalui pendekatan harmonisasasi, baik itu standar kualitas, praktek pencegahan
pencemaran dan eveluasi sumber daya alam
Secara ringkas 2 hal utama yang dibicrakan dalam Resolusi ini adalah
Rencana ini merupakan tindak lanjut dari Kuala l Lumpur Accord, Resulusi Singapura, dan
Resolusi Bandar Seri Bengawan. Ada tiga Program yang dicanangka dalam kerja sama yaitu.
Program pencemaran Udara Lintas Batas (terkusus masalah asap yang telah menjadi
kejadian tahunan di Asia Tenggara). Tujuan nya, memperkirakan sumber, penyebab,
bagaimana pencegahannya , termasuk rencana tanggap darurat nasional dan regional.
Tiga institusi yang didirikan ( ASMC, AIFM, dan ASEAN Working Group on Forestry)
Tujuan aksi strategis ini adalah merespon, rekomendasi khusus Agenda 21,
memperkenalkan pengaturan kebijakan, peningkatan kerja sama operasional dan teknis
tentang masalah-masalah lingkungan.
C. Hukum Lingkungan ASEAN
Secara tidak lansung perjanjian ini dapat memberi perlindungan pada atmosfer , karena mengatur
tentang perlindungan vegetasi & sumber daya hutan yang dalam banyak hal proses
pemanfaatanya melalui pembekuan lahan dg menggunakan api, yg dapat menyebabkan
pengurangan penyerapan karbon.Asean Agreement on The Conservation of Nature and Natural
Resources 1985 memuat kerangka hukum kerjasama bidang konservasi alam dan sumber daya
alam, serta memuat kewajiban negara-negara ASEAN untuk mencegah kebakaran hutan
sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 6 ayat (1) dan (2). 13 Kemudian perjanjian regional
ASEAN lainnya dalam menangani dampak kebakaran hutan dan lahan di Asia Tenggara ialah
ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution, 2002. Sedangkan pada lingkup nasional,
kebakaran hutan dan lahan diatur dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan dan juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta
Kerja.
Weapon-Free Zone adalah sebuah traktat yang bertujuan untuk mewujudkan Kawasan Asia
Tenggara yang bebas dari nuklir. Traktat ini ditandatangani pada Konferensi Tingkat Tinggi
ASEAN di Bangkok, 15 Desember 1995. Penandatangan Traktat itu juga merupakan kontribusi
terhadap upaya menuju perlucutan senjata nuklir secara menyeluruh dan mendorong perdamaian
serta keamanan internasional. Selain itu, Traktat itu juga bertujuan untuk melindungi Kawasan
Asia Tenggara dari pencemaran lingkungan dan bahaya yang disebabkan oleh sampah radio aktif
dan bahan-bahan berbahaya lainnya.
3. ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution
adalah sebuah perjanjian lingkungan hidup yang ditandatangani pada tahun 2002 oleh negara-
negara anggota ASEAN yang bertujuan untuk mengendalikan pencemaran asap di Asia
Tenggara. Persetujuan ini merupakan reaksi terhadap krisis lingkungan hidup yang melanda Asia
Tenggara pada akhir dasawarsa 1990-an. Krisis ini terutama disebabkan oleh pembukaan lahan
dengan cara pembakaran di pulau Sumatra, Indonesia. Citra satelit menunjukkan adanya titik api
di beberapa lokasi di Kalimantan, Sumatra, Semenanjung Melayu dan beberapa tempat lain.
Malaysia dan Singapura, dan sedikit banyak Thailand dan Brunei, sangat terpengaruh oleh hal
ini.Dari Sumatra, angin muson bertiup membawa asap ke arah timur dan menciptakan akibat
negatif bagi negara-negara Asia Tenggara lainnya. Asap tebal melingkupi sebagian Asia
Tenggara selama berminggu-minggu mengakibatkan masalah kesehatan pada penduduk
setempat.Indonesia telah meratifikasi AATHP melalui Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2014
tentang Pengesahan ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution yang ditandatangani
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 14 Oktober 2014.
D.Institusi Lingkungan ASEAN
Misi utama dari Lingkungan ASEAN adalah membuat dan menetapkan kebijakan dan
hukum lingkungan
Sejarah
Ruang lingkup ASEAN, butuh waktu kurang lebih 9 tahun untuk membuat KTT
( Pertama di Bali , 1976, kedua, di Manila 1987, dan ketiga di Singapura 1992)
2. mengembangkan kerja sama lingkungan dalam bidang pencemaran lintas batas negara.
- Bagaimana, mencegah,
- Bagaimana mekanisme pemantauan, dan
- Bagaiman kemampuan pemadaman.
Pejaba-pejabar senior ASEAN dalam bidang lingkungan memiliki tugas dan tanggung jawab
Dalam melaksanakan program ASEAN, pejabat –pejabat Senior ASEAN di dukung oleh
beberapa bidang sebagai penopang, diantaranya;
Lingkungan Laut
Ekonomi Lingkungan
Konsevasi Alam
Manejemen Lingkungan
Informasi Lingkungan
Berkedudukan di Jakarta
ASEAN fund didirikan pada tahun 1969 untuk membiayai proyek-proyek kerja sama dan
aktivitas-aktivitas yang disetujui oleh Menterian Luar Negeri ASEAN. Sejak berdirinya dana
ini sering tidak dimanfaatkan karena prodsedur yang kompleks dan susah diatur dalam the
1969 agreement governing the fund. The ASEAN Standing Comittee (ASC) sendiri
telahberinisiatif untuk mengatasi masalah ini dan sering memminta sekretariat ASEAN untuk
mengajukan rekomendasi dalam rangka meningkatkan penggunaan dana. Ada empat
kategori kegiatan yang biasanya berhak mendapatkan pembuayaan dalam kerangka dana
adalah kegiatan-kegiatan yang:
Dukungan Dialogue Partners kepada program lingkungan ASEAN tidak sebagus apa
yang diharapkan jika ditinjau dari komitmen menyeluruh Dialogue Partners terhadap
perlindungan lingkungan. di sini secara umum yang merupakan alat dalam mengerjakan dan
menyelesaikan banyak proyek ASEAN adalah UNEP dan UNDP.
The Global Enviroment Facility (GEF) ini dirancang untuk membantu negara-negara
berkembang dalam mengatasi masalah lingkungan global yang diatur dalam konvensi perubahan
iklim (UNFCCC), konvensi keanekaragaman hayati (CBC) dan konvensi pemerangan
pengguruan. program ini merupakan program pukulan dalam mana hibah dan pinjaman
konsensual sudah disediakan bagi negara-negara berkembang untuk membantu menerapkan
program yang melindungi lingkungan global yang didalamnya ada empat bidang yang telah
diidentifikasikan untuk operasional GEF yaitu perlindungan lapisan ozon, perubahan iklim,
perlindungan keanekaragaman hayati, dan perlindungan perairan pedalaman.