Impact Assesment (EIA) dan mulai berlaku Januari 1970, akibat dari bermunculannya gerakan-gerakan
dari aktivis lingkungan yang anti pembangunan dan anti teknologi tinggi. AMDAL adalah hasil studi
mengenai dampak suatu kegiatan yang sedang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. AMDAL mempunyai maksud sebagai alat untuk
merencanakan tindakan preventif terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin akan ditimbulkan oleh
suatu aktivitas pembangunan yang sedang direncanakan.
AMDAL mulai berlaku di Indonesia tahun 1986 dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 29
Tahun 1086. Karena pelaksanaan PP No. 29 Tahun 1986 mengalami beberapa hambatan yang bersifat
birokratis maupun metodologis, maka sejak tanggal 23 Oktober 1993 pemerintah mencabut PP No. 29
Tahun 1986 dan menggantikannya dengan PP No. 51 Tahun 1993 tentang AMDAL dalam rangka
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan AMDAL. Dengan diterbitkannya Undang-undang No. 23 Tahun
1997, maka PP No. 51 Tahun 1993 perlu disesuaikan.Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1999,
pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999.Melalui PP No. 27 Tahun 1999 ini
diharapkan pengelolaan lingkungan hidup dapat lebih optimal.
Konsep AMDAL pertama kali tercetus di Amerika Serikat pada tahun 1969 dengan
istilah Environmental Impact Assesment (EIA), akibat dari bermunculannya gerakan-gerakan dari
aktivis lingkungan yang anti pembangunan dan anti teknologi tinggi.AMDAL adalah hasil studi
mengenai dampak suatu kegiatan yang sedang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. AMDAL mempunyai maksud sebagai alat untuk
merencanakan tindakan preventif terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin akan ditimbulkan
oleh suatu aktivitas pembangunan yang sedang direncanakan. Di Indonesia, AMDAL tertera dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan pelaksanaannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999. Dengan demikian AMDAL merupakan
sarana teknis yang dipergunakan untuk memperkirakan dampak negatif dan positif yang akan
ditimbulkan oleh suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup. Dengan
dilaksanakannya AMDAL, maka pengambilan keputusan terhadap rencana suatu kegiatan telah
didasarkan kepada pertimbangan aspek ekologis. Dari uraian di atas, maka permasalahan yang kita
hadapi adalah bagaimana malaksanakan pembangunan yang tidak merusak lingkungan dan sumber-
sumber daya alam, sehingga pembangunan dapat meningkatkan kemampuan lingkungan dalam
mendukung terlanjutkannya pembangunan. Dengan dukungan kemampuan lingkungan yang terjaga
dan terbina keserasian dan keseimbangannya, pelaksanaan pembangunan, dan hasil-hasil
pembangunan dapat dilaksanakan dan dinikmati secara berkesinambungan dari generasi ke
generasi.
AMDAL mulai berlaku di Indonesia tahun 1986 dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah
No. 29 Tahun 1086. Karena pelaksanaan PP No. 29 Tahun 1986 mengalami beberapa hambatan
yang bersifat birokratis maupun metodologis, maka sejak tanggal 23 Oktober 1993 pemerintah
mencabut PP No. 29 Tahun 1986 dan menggantikannya dengan PP No. 51 Tahun 1993 tentang
AMDAL dalam rangka efektivitas dan efisiensi pelaksanaan AMDAL. Dengan diterbitkannya Undang-
undang No. 23 Tahun 1997, maka PP No. 51 Tahun 1993 perlu disesuaikan.Oleh karena itu, pada
tanggal 7 Mei 1999, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999.Melalui PP
No. 27 Tahun 1999 ini diharapkan pengelolaan lingkungan hidup dapat lebih optimal.
Dari segi sejarah dulu bahwa transportasi sungai di Indonesia sampai tahun 1920 masih dominan
seperti kota Majapahit di Jatim, dimana kota tersebut dikelilingi oleh sungai alur dan sungai buatan
manusia sebagai sarana transportasi kota. Di Jogjakarta sendiri terkenal dengan kota airnya yaitu
Taman Sari. Dan tahun 1950 di Semarang kapal dagang kecil bisa ditengah kota. dan di Jakarta
kapal barang & penumpang ukuran sedang bisa masuk sampai di belakang istana
merdeka.sementara di Sumatra dan Kalimantan sungai sudah secara tradisional digunakan sebagai
tansportasi. namun sudah 40 tahun ini transportasi sungai tidak menunjukkan
perkembanganya,bahkan kemunduran yang drastis. ini semua diantaranya ketidakpedulian
pemerintah terhadap angkutan angkutan sungai tersebut,sebagai contoh pemerintah membangun
jembatan yang melintasi sungai tidak memperhatikan ketinggian sehingga menyebabkan kapal-kapal
tidak bisa lewat dan juga jarang sekali pemerintah mengadakan perbaikan terhadap alur pelayaran.
Rakyat juga menganggap sungai bukan lagi alur transportasi melainkan tempat membuang sampah
dan tempat tinggal,sehingga muncul rumah-rumah yang dibangun dipinggir sungai.
Analisis dampak lingkungan lalu dengan di undangkanya Undang-Undang tentang lingkungan
hidup di Amerika Serikat,dengan nama National Environmental Policy (NEVA) pada tahun 1969 dan
mulai berlaku 1 Januari 1970. Neva merupakan suatu reaksi terhadap kerusakan lingkungan oleh
aktivitas manusia yang mulai meningkat,antara lain tercemarnya lingkungan oleh pestisida serta
limbah industri & transportasi. rusaknya habitat tumbuhan &hewan langka serta menurunya nilai
estetika alam.
Di Indonesia tahun 1982 telah di undangkan Undang-Undang RI nomor 4 tahun 1982 tentang
Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang kemudian disusul dengan peraturan pem RI
nomor 29 tahun 1986 yang mengatur tentang Pelaksanaan Amdal, dan mulai berlaku 5 Juni 1987.
oleh The World Commision on Environmental and Development (WCED), suatu lembaga
yang dibentuk oleh Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB). Konsep ini mendorong perubahan
yang lebih menitik – beratkan pada intra generation equity dalam berbagai kegiatan
konferensi tentang lingkungan hidup. Kegiatan itu diselenggarakan pada tanggal 5 – 16 Juni
1972. Konferensi ini merupakan cikal bakal dari tumbuh dan berkembangnya hukum
lingkungan internasional maupun nasional. Pada kegiatan itu melahirkan suatu dokumen yakni
Deklarasi tentang Lingkungan Hidup Manusia atau biasa disebut Deklarasi Stockholm yang
terdiri atas preambule dan 26 asas serta dokumen – dokumen lainnya. Dokumem lainnya,
Programme = UNEP)
Dari hasil itu, barulah PBB membentuk WCED atau komisi ini dikenal juga dengan
sebutan Komisi Brutland. Komisi ini diketuai oleh Perdana Menteri Norwegia, Gro Harlem
1. Reexamine the critical issue of the envoriment and development and formulate innovative,
concrete, and realistic action proposals to deal with them.
2. Strengthen international cooperation on environment and develompment, and asses dan
propose news forms of coperation that can break out of existing patterns and influence policies