Anda di halaman 1dari 8

Highlights Pertemuan UNEA 5.

2 dan
Resolusi End Plastic Pollution: Towards an International Legally Binding Instrument

Presentasi oleh: Danny Rahdiansyah


Deputi Wakil Tetap untuk UNEP dan UN-Habitat, KBRI Nairobi

Disampaikan pada pertemuan:


The 2nd Indonesia Country Dialogue: Global Treaty on Plastic Pollution
19 April 2022

I. Pembukaan:

 Terima kasih kepada NPAP Indonesia yang telah mengundang kami kembali yang kedua
kalinya, untuk berpartisipasi dalam kegiatan “Indonesia Country Dialogue #2: Global
Treaty on Plastic Pollution”.

 Salam hangat dari Nairobi kepada Bapak Ibu peserta dialog hari ini.

 Kami di Nairobi sangat mengapresiasi inisiatif dari Kemenko Marves dan NPAP Indonesia
untuk menyelenggarakan kegiatan ini,

 karena kami melihat manfaat yang sangat besar untuk connect antara
perkembangan di tingkat global, dalam hal ini hasil dari UNEA 5.2 dan
perkembangan di tingkat nasional,

 serta dapat memberikan awareness kepada berbagai pemangku kepentingan,


untuk langkah ke depan, sebagai konsekuensi dari hasil-hasil pertemuan UNEA
5.2 di Nairobi.

 Saya akan membagi presentasi ini menjadi beberapa bagian, yaitu:

1) Pembukaan
2) Highlights dari pertemuan UNEA 5.2 dan UNEP@50
3) Resolusi mengenai End Plastic Pollution: Towards an International Legally Binding
Instrument: elemen-elemen utama yang perlu diperhatikan
4) Impression terhadap resolusi tersebut
5) Langkah ke depan, peran Indonesia dan bagaimana pemangku kepentingan bisa
terlibat mengikuti prosesnya.
6) Penutup

1
II. Highlights dari pertemuan UNEA 5.2 dan UNEP@50:

 Pertemuan UNEA 5.2 dan UNEP@50 yang baru lalu di Nairobi merupakan sebuah
milestone bagi upaya pemajuan isu-isu lingkungan hidup di tataran global.

 Pertemuan UNEA 5.2 ini diselenggarakan bertepatan dengan peringatan 50 tahun


berdirinya UNEP (UNEP@50) sejak didirikan tahun 1972.

 UNEA 5.2 dan UNEP@50 menghasilkan berbagai resolusi, keputusan dan deklarasi,
antara lain sebagai berikut:

UNEA 5 Ministerial Declaration, Adopted on 2 March 2022


Symbol Title
UNEP/EA.5/HLS.1 Ministerial declaration of the United Nations Environment Assembly at its fifth session:
Strengthening actions for nature to achieve the Sustainable Development Goals

Political Declaration Recommended for Adoption at the UNEA Special Session on UNEP@50
Symbol Title
UNEP/EA.SS.1/4 Political declaration of the special session of the United Nations Environment Assembly
to commemorate the fiftieth anniversary of the establishment of the United Nations
Environment Programme

UNEA 5 Resolutions, Adopted on 2 March 2022


Symbol Title
UNEP/EA5/L8/REV.1 Sustainable Lake Management (Proposed by Indonesia)
UNEP/EA5/L9/REV.1 Nature-based Solutions for supporting sustainable development
UNEP/EA5/L10/REV.1 Animal welfare environment and sustainable development nexus
UNEP/EA5/L11/REV.1 Biodiversity and Health
UNEP/EA5/L12/REV.1 Sustainable Nitrogen Management
UNEP/EA5/L13/REV.1 Sound Management of Chemicals and Waste
UNEP/EA5/L14/REV.1 Science-Policy Panel to contribute further to the sound management of chemicals and
waste and to prevent pollution
UNEP/EA5/L15/REV.1 Sustainable and Resilient Infrastructure
UNEP/EA5/L16/REV.1 Environmental dimension of a sustainable, resilient and inclusive post COVID-19
recovery
UNEP/EA5/L17/REV.1 Enhancing Circular Economy as a contribution to achieving sustainable consumption
and production

UNEP/EA5/L18/REV.1 Environmental aspects of minerals and metals management


UNEP/EA5/L19/REV.1 Due regard to the principle of equitable geographical distribution, in accordance with
paragraph 3 of article 101 of the Charter of the United Nations
UNEP/EA5/L20/REV.1 Future of Global Environment Outlook
UNEP/EA5/Res.14 End plastic pollution: Towards an international legally binding instrument

Adopted Decisions from UNEA-5.2


Symbol Title
UNEA DECISION 5/4 Provisional agenda, date and venue of the sixth session of the United Nations
Environment Assembly

2
 Indonesia sendiri berhasil mendorong disahkannya Resolusi mengenai Sustainable Lake
Management, atau pengelolaan danau yang berkelanjutan.

 Bagi Indonesia, resolusi ini sangat penting karena kita memiliki lebih dari 800 danau,
besar maupun kecil, yang memiliki dampak pada kelestarian ekosistem serta berpengaruh
pada kesejahteraan masyarakat lokal yang hidup di sekitar, dan bergantung pada, danau
tersebut.

 Saat ini Kementerian LHK tengah mempersiapkan peta jalan implementasi resolusi
Sustainable Lake Management ini. KBRI Nairobi sendiri tengah berkoordinasi dengan
Sekretariat UNEP for their parts dalam upaya mendukung implementasi resolusi ini.

 Direncanakan pada bulan Juni 2022 akan diselenggarakan rapat koordinasi antara Pemri
dan Sekretariat UNEP mengenai hal ini.

III. Resolusi mengenai End Plastic Pollution: Towards an International Legally Binding
Instrument - elemen-elemen utama yang perlu diperhatikan:

 Resolusi mengenai End Plastic Pollution ini merupakan resolusi yang mendapatkan
perhatian dan coverage sangat besar dalam pertemuan UNEA 5.2. Tidak hanya negara
anggota, namun berbagai pemangku kepentingan juga sangat besar keterlibatannya
dalam proses negosiasi resolusi ini.

 Sedikit menarik ke belakang, kalau kita ingat kembali, awalnya terdapat dua competing
draft resolutions, yaitu yang disponsori oleh Peru dan Rwanda, serta yang disponsori oleh
Jepang. Kemudian at a later stage, muncul pula draft resolusi dari India.

 Dalam perkembangannya, teks dari Peru dan Rwanda serta teks dari Jepang kemudian
di-merge menjadi co-facilitator’s text, sebagai basis negosiasi. Kemudian elemen-elemen
utama dari teks dari India pun akhirnya digabungkan ke dalam co-facilitator’s text. Pada
akhirnya hanya ada 1 teks yang dinegosiasikan, dan mencapai hasil yang kita lihat seperti
saat ini.

 Pada intinya, resolusi ini memandatkan pembentukan sebuah komite negosiasi


antar-pemerintah, yang akan menyusun suatu instrumen internasional yang
mengikat secara hukum, mengenai polusi plastik, termasuk dalam lingkungan laut.

 Melalui instrumen internasional yang akan dibentuk melalui INC, resolusi ini menyerukan
kepada semua negara anggota untuk melanjutkan dan meningkatkan kegiatan dan
mengadopsi langkah-langkah untuk memerangi polusi plastik.

3
 Dalam hal ini termasuk didalamnya adalah langkah-langkah yang terkait dengan
konsumsi dan produksi berkelanjutan, yang dapat mencakup pendekatan ekonomi
sirkular, serta mengembangkan dan menerapkan rencana aksi nasional, sambil
mendorong inisiatif dan kerjasama internasional, dengan tetap memperhatikan
kerangka peraturan nasional masing-masing.

 Selain itu negara anggota juga diharapkan dapat saling bertukar informasi statistik
tentang pengelolaan sampah plastik yang ramah lingkungan, dengan
memperhatikan situasi nasional masing-masing.

 Elemen-elemen utama dari resolusi End Plastic Pollution berdasarkan operative


paragraph nya antara lain sebagai berikut:

 Meminta Direktur Eksekutif UNEP untuk menyelenggarakan Intergovernmental


Negotiating Committee (INC), yang dimulai pada paruh kedua tahun 2022, dengan
ambisi untuk menyelesaikan pekerjaannya pada akhir tahun 2024.

 Mencatat bahwa kewajiban hukum yang muncul dari adanya instrumen


internasional yang mengikat secara hukum ini akan memerlukan capacity building
dan bantuan keuangan, agar negara berkembang bisa mengimplementasikan
instrumen hukum ini secara efektif.

 Memutuskan bahwa INC akan menyusun sebuah instrumen internasional yang


mengikat secara hukum mengenai polusi plastik, termasuk dalam lingkungan laut.
Instrumen ini akan disusun berdasarkan pendekatan komprehensif yang yang
mencakup full life cycle of plastic, dengan memperhatikan berbagai prinsip
internasional termasuk CBDR.

 Memutuskan bahwa dalam melakukan tugasnya, INC perlu memperhatikan


sejumlah elemen, antara lain:

 Perlunya mekanisme keuangan untuk mendukung implementasi instrumen


internasional ini

 Fleksibilitas yang dapat dilakukan negara anggota dalam


mengimplementasikan kewajibannya, dengan memperhatikan situasi dan
kondisi di tingkat nasional.

 Perlunya memperhatikan ilmu pengetahuan yang ada, traditional


knowledge, best practices, lessons learned yang sudah ada selama ini.

 Meminta Direktur Eksekutif UNEP untuk menyelenggarakan ad hoc open-ended


working group (OEWG) untuk mengadakan satu pertemuan selama paruh
pertama tahun 2022 untuk mempersiapkan pekerjaan INC.

4
 Memutuskan bahwa partisipasi dalam OEWG maupun INC bersifat terbuka bagi
negara anggota PBB, negara anggota UN specialized agencies, organisasi
kawasan, serta pemangku kepentingan yang relevan, sesuai dengan ketentuan
yang berlaku,

 Meminta Direktur Eksekutif UNEP untuk menyelenggarakan sebuah konferensi


diplomatik, yang istilahnya diplomatic conference of plenipotentiaries, setelah
selesainya negosiasi di INC, dengan tujuan untuk mengadopsi dan
menandatangani instrumen internasional yang mengikat secara hukum ini.

IV. Impression terhadap resolusi End Plastic Pollution: Towards an International Legally
Binding Instrument

 Sejak awal proses negosiasi, Pemri telah menyadari bahwa (rancangan) resolusi ini akan
membawa dampak yang sangat besar. Hal ini sudah terlihat dari betapa gencarnya para
proponents dalam memajukan (rancangan) resolusi tersebut.

 Fakta bahwa terdapat competing drafts di awal negosiasi menunjukkan bahwa terdapat
beragam kepentingan yang perlu direkonsiliasikan.

 Disadari bahwa pembentukan INC merupakan sesuatu yang (almost) inevitable – tidak
terelakkan. Namun bagi Indonesia itu bukan menjadi isu terbesarnya, melainkan antara
lain:

 isu apa yang akan dibahas oleh INC?


 sejauh mana cakupan INC?
 bagaimana memproyeksikan, dan di saat yang sama, melindungi
kepentingan negara berkembang dalam proses INC?
 bagaimana memastikan bahwa tidak ada imposed approach terhadap negara
berkembang, khususnya mengenai compliance.

 Bagi Indonesia, sangat penting untuk merefleksikan elemen marine environment dalam
resolusi End Plastic Pollution. Dalam teks resolusi ini, rujukan marine environment masuk
dalam sejumlah paragraf, baik dalam preambular paragraphs maupun dalam operative
paragraphs.

 Selain itu, bagi Indonesia juga sangat penting untuk memastikan bahwa elemen capacity
building serta bantuan teknis dan finansial tercermin dalam resolusi ini, agar instrumen
internasional yang mengikat secara hukum ini dapat diimplementasikan secara efektif
oleh negara berkembang.

5
V. Langkah ke depan, peran Indonesia dan bagaimana pemangku kepentingan bisa terlibat
mengikuti prosesnya.

 Berdasarkan informasi terbatas yang dimiliki KBRI Nairobi sampai dengan penyusunan
paper ini, langkah tindak lanjut mengenai INC adalah sebagai berikut:

 30 May – 1 June 2022: Pelaksanaan ad hoc open-ended working group


(OEWG) untuk membahas jadwal dan organisasi kerja INC

 Akan dilaksanakan di Dakar, Senegal


 Biro OEWG akan dibentuk untuk mendukung pekerjaan OEWG
 Kelompok regional diharapkan telah mengumumkan calon anggota Biro
INC di forum ini agar Biro INC siap pada awal pertemuan INC pertama

 Paruh kedua 2022: Pelaksanaan INC-1 yang bersifat terbuka bagi semua
stakeholder untuk bertukar informasi dan kegiatan terkait pencemaran plastik

 Biro untuk INC akan dibentuk yang terdiri dari sepuluh anggota (dua per
wilayah)

 Paruh pertama 2023: Pelaksanaan INC-2


 Paruh kedua 2023: Pelaksanaan INC-3
 Februari 2024: Pelaksanaan UNEA-6 untuk memberikan laporan terkait dengan
perkembangan dari INC
 Paruh pertama 2024: Pelaksanaan INC-4
 Paruh kedua 2024: Pelaksanaan INC-5
 Paruh pertama 2025: Pelaksanaan Diplomatic Conference of
Plenipotentiaries yang bertujuan untuk mengadopsi dan menandatangani
instrumen

 Berdasarkan berbagai peraturan perundangan yang ada, kerangka kebijakan yang sudah
diimplementasikan, serta best practices and lessons learned selama ini, Pemri berada
dalam posisi yang solid dalam menyambut proses negosiasi INC ke depan.

 Indonesia telah memiliki target nasional untuk mengurangi produksi dan


pemakaian sampah plastik, seperti halnya tercantum pada Perpres No. 97 tahun
2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dan Perpres No. 83
tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut dengan target penanganan 70%
sampah laut tercapai tahun 2025.

6
 Indonesia telah membentuk alokasi anggaran dana untuk penanganan sampah
dalam bentuk APBN, KPBU, APBD, DAK, DID, DANA DESA, dan lain sebagainya.

 Indonesia telah melaksanakan kerjasama bilateral dan regional untuk mencapai


target nasional, seperti halnya kerjasama regional dengan ASEAN Regional
Action Plan for Combating Marine Debris in the ASEAN Member States
(2021-2025), kerjasama bilateral dengan Korea dalam KOICA (Penanganan
Sampah Sungai), dan kerjasama bilateral dengan Jerman dalam Projek CAP-
SEA (Collaborative Actions for Single-Use Plastic Prevention in South-East
Asia).

 Indonesia telah mengimplementasikan alur pengelolaan sampah terintegrasi


dengan pendekatan Circular Economy di daerah Sarbagita, Bali, dengan
mempromosikan kegiatan 3R (reduce, reuse, recycleI) dan Zero Waste.

 Indonesia telah mengimplementasikan teknologi Waste to Energy Plant


(Pengolah Sampah menjadi Energi Listrik/PSEL) sejak 6 Mei 2021 di Benowo,
Surabaya, dengan mengubah 1.000 ton/hari sampah domestik menjadi listrik 9
MW.

 Indonesia berkolaborasi dengan GPAP dalam National Plastic Action


Partnership (NPAP) sebagai agenda yang bertujuan membantu pencapaian
target nasional penanganan 70% sampah laut dengan bekerjasama dengan
multistakeholders (dengan lebih dari 100 organisasi anggota yang memimpin
implementasi peta action plan dan investasi Indonesia sehingga melibatkan
pemerintah, media, sektor swasta, inovator, NGOs, perbankan dan akademisi).

 Menjelang pertemuan OEWG dan INC ke depan, dalam pandangan kami, perlu
ditekankan kembali pemahaman bersama bahwa each country is best positioned to
understand its own national circumstances, including its stakeholder activities, related to
addressing plastic pollution, including in the marine environment.

 Di bagian terakhir pada section ini, ijinkan saya menyampaikannya dalam bahasa Inggris,
sebagai berikut:

 For Indonesia, this resolution brings opportunity for various stakeholders to


engage and to collaborate for our common purpose.

 We need awareness raising campaign towards community at local level.

 We need private sectors to develop an enhanced business model, taking into


account various national circumstances.

7
 We need loud voice from the scientific community, especially those from
developing countries, to promote greater understanding of the global impact of
plastic pollution on the environment.

 We need synergy between governments at national and local level, to develop


and implement the national action plan to contribute to the objectives of this
instrument.

 We need international collaboration to facilitate technology transfer, capacity


building, and technical cooperation.

 We need partnership among centres of excellence, especially from developing


countries, to share best practices and lessons learned, including through South-
South and Triangular Cooperation.

VI. Penutup

 Indonesia looks forward for the convening of the OEWG and the intergovernmental
negotiating committee, and we will participate actively in the deliberation.

 We also look forward to continue engaging with various stakeholders, both at the
national level, as well as at the international level.

 To conclude my presentation, let’s work together,

 to end plastic pollution, including in marine environment……

 through this international legally binding instrument on plastic pollution,

 for our better future …….

 for the healthier life of our grandchildren.

 Terima kasih banyak

/ends/

Anda mungkin juga menyukai