2 dan
Resolusi End Plastic Pollution: Towards an International Legally Binding Instrument
I. Pembukaan:
Terima kasih kepada NPAP Indonesia yang telah mengundang kami kembali yang kedua
kalinya, untuk berpartisipasi dalam kegiatan “Indonesia Country Dialogue #2: Global
Treaty on Plastic Pollution”.
Salam hangat dari Nairobi kepada Bapak Ibu peserta dialog hari ini.
Kami di Nairobi sangat mengapresiasi inisiatif dari Kemenko Marves dan NPAP Indonesia
untuk menyelenggarakan kegiatan ini,
karena kami melihat manfaat yang sangat besar untuk connect antara
perkembangan di tingkat global, dalam hal ini hasil dari UNEA 5.2 dan
perkembangan di tingkat nasional,
1) Pembukaan
2) Highlights dari pertemuan UNEA 5.2 dan UNEP@50
3) Resolusi mengenai End Plastic Pollution: Towards an International Legally Binding
Instrument: elemen-elemen utama yang perlu diperhatikan
4) Impression terhadap resolusi tersebut
5) Langkah ke depan, peran Indonesia dan bagaimana pemangku kepentingan bisa
terlibat mengikuti prosesnya.
6) Penutup
1
II. Highlights dari pertemuan UNEA 5.2 dan UNEP@50:
Pertemuan UNEA 5.2 dan UNEP@50 yang baru lalu di Nairobi merupakan sebuah
milestone bagi upaya pemajuan isu-isu lingkungan hidup di tataran global.
UNEA 5.2 dan UNEP@50 menghasilkan berbagai resolusi, keputusan dan deklarasi,
antara lain sebagai berikut:
Political Declaration Recommended for Adoption at the UNEA Special Session on UNEP@50
Symbol Title
UNEP/EA.SS.1/4 Political declaration of the special session of the United Nations Environment Assembly
to commemorate the fiftieth anniversary of the establishment of the United Nations
Environment Programme
2
Indonesia sendiri berhasil mendorong disahkannya Resolusi mengenai Sustainable Lake
Management, atau pengelolaan danau yang berkelanjutan.
Bagi Indonesia, resolusi ini sangat penting karena kita memiliki lebih dari 800 danau,
besar maupun kecil, yang memiliki dampak pada kelestarian ekosistem serta berpengaruh
pada kesejahteraan masyarakat lokal yang hidup di sekitar, dan bergantung pada, danau
tersebut.
Saat ini Kementerian LHK tengah mempersiapkan peta jalan implementasi resolusi
Sustainable Lake Management ini. KBRI Nairobi sendiri tengah berkoordinasi dengan
Sekretariat UNEP for their parts dalam upaya mendukung implementasi resolusi ini.
Direncanakan pada bulan Juni 2022 akan diselenggarakan rapat koordinasi antara Pemri
dan Sekretariat UNEP mengenai hal ini.
III. Resolusi mengenai End Plastic Pollution: Towards an International Legally Binding
Instrument - elemen-elemen utama yang perlu diperhatikan:
Resolusi mengenai End Plastic Pollution ini merupakan resolusi yang mendapatkan
perhatian dan coverage sangat besar dalam pertemuan UNEA 5.2. Tidak hanya negara
anggota, namun berbagai pemangku kepentingan juga sangat besar keterlibatannya
dalam proses negosiasi resolusi ini.
Sedikit menarik ke belakang, kalau kita ingat kembali, awalnya terdapat dua competing
draft resolutions, yaitu yang disponsori oleh Peru dan Rwanda, serta yang disponsori oleh
Jepang. Kemudian at a later stage, muncul pula draft resolusi dari India.
Dalam perkembangannya, teks dari Peru dan Rwanda serta teks dari Jepang kemudian
di-merge menjadi co-facilitator’s text, sebagai basis negosiasi. Kemudian elemen-elemen
utama dari teks dari India pun akhirnya digabungkan ke dalam co-facilitator’s text. Pada
akhirnya hanya ada 1 teks yang dinegosiasikan, dan mencapai hasil yang kita lihat seperti
saat ini.
Melalui instrumen internasional yang akan dibentuk melalui INC, resolusi ini menyerukan
kepada semua negara anggota untuk melanjutkan dan meningkatkan kegiatan dan
mengadopsi langkah-langkah untuk memerangi polusi plastik.
3
Dalam hal ini termasuk didalamnya adalah langkah-langkah yang terkait dengan
konsumsi dan produksi berkelanjutan, yang dapat mencakup pendekatan ekonomi
sirkular, serta mengembangkan dan menerapkan rencana aksi nasional, sambil
mendorong inisiatif dan kerjasama internasional, dengan tetap memperhatikan
kerangka peraturan nasional masing-masing.
Selain itu negara anggota juga diharapkan dapat saling bertukar informasi statistik
tentang pengelolaan sampah plastik yang ramah lingkungan, dengan
memperhatikan situasi nasional masing-masing.
4
Memutuskan bahwa partisipasi dalam OEWG maupun INC bersifat terbuka bagi
negara anggota PBB, negara anggota UN specialized agencies, organisasi
kawasan, serta pemangku kepentingan yang relevan, sesuai dengan ketentuan
yang berlaku,
IV. Impression terhadap resolusi End Plastic Pollution: Towards an International Legally
Binding Instrument
Sejak awal proses negosiasi, Pemri telah menyadari bahwa (rancangan) resolusi ini akan
membawa dampak yang sangat besar. Hal ini sudah terlihat dari betapa gencarnya para
proponents dalam memajukan (rancangan) resolusi tersebut.
Fakta bahwa terdapat competing drafts di awal negosiasi menunjukkan bahwa terdapat
beragam kepentingan yang perlu direkonsiliasikan.
Disadari bahwa pembentukan INC merupakan sesuatu yang (almost) inevitable – tidak
terelakkan. Namun bagi Indonesia itu bukan menjadi isu terbesarnya, melainkan antara
lain:
Bagi Indonesia, sangat penting untuk merefleksikan elemen marine environment dalam
resolusi End Plastic Pollution. Dalam teks resolusi ini, rujukan marine environment masuk
dalam sejumlah paragraf, baik dalam preambular paragraphs maupun dalam operative
paragraphs.
Selain itu, bagi Indonesia juga sangat penting untuk memastikan bahwa elemen capacity
building serta bantuan teknis dan finansial tercermin dalam resolusi ini, agar instrumen
internasional yang mengikat secara hukum ini dapat diimplementasikan secara efektif
oleh negara berkembang.
5
V. Langkah ke depan, peran Indonesia dan bagaimana pemangku kepentingan bisa terlibat
mengikuti prosesnya.
Berdasarkan informasi terbatas yang dimiliki KBRI Nairobi sampai dengan penyusunan
paper ini, langkah tindak lanjut mengenai INC adalah sebagai berikut:
Paruh kedua 2022: Pelaksanaan INC-1 yang bersifat terbuka bagi semua
stakeholder untuk bertukar informasi dan kegiatan terkait pencemaran plastik
Biro untuk INC akan dibentuk yang terdiri dari sepuluh anggota (dua per
wilayah)
Berdasarkan berbagai peraturan perundangan yang ada, kerangka kebijakan yang sudah
diimplementasikan, serta best practices and lessons learned selama ini, Pemri berada
dalam posisi yang solid dalam menyambut proses negosiasi INC ke depan.
6
Indonesia telah membentuk alokasi anggaran dana untuk penanganan sampah
dalam bentuk APBN, KPBU, APBD, DAK, DID, DANA DESA, dan lain sebagainya.
Menjelang pertemuan OEWG dan INC ke depan, dalam pandangan kami, perlu
ditekankan kembali pemahaman bersama bahwa each country is best positioned to
understand its own national circumstances, including its stakeholder activities, related to
addressing plastic pollution, including in the marine environment.
Di bagian terakhir pada section ini, ijinkan saya menyampaikannya dalam bahasa Inggris,
sebagai berikut:
7
We need loud voice from the scientific community, especially those from
developing countries, to promote greater understanding of the global impact of
plastic pollution on the environment.
VI. Penutup
Indonesia looks forward for the convening of the OEWG and the intergovernmental
negotiating committee, and we will participate actively in the deliberation.
We also look forward to continue engaging with various stakeholders, both at the
national level, as well as at the international level.
/ends/