Peran negara dalam ekonomi ditentukan dari sistem perekonomian dan sistem
pengelolaan ekonomi yang mereka gunakan. Sistem perekonomian ini akan sangat
ditentukan oleh ideologi yang di anut oleh negara yang bersangkutan. Sehingga untuk
mengetahui peran apa yang dimiliki oleh suatu negara maka kita perlu melihat ideologi
dan sistem perekonomian negara tersebut.
peran penting pemerintah di bidang ekonomi adalah bagaimana mendorong
penyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan masyarakat, serta
pembukaan lapangan pekerjaan sebagai sumber nafkah bagi masyarakat.
Ada tiga sistem ekonomi yang di kenal di dunia, yaitu Sistem ekonomi Sosialis, Sistem
ekonomi Kapitalis, dan Sistem ekonomi Islam. Sistem ini mempunyai karakteristik masing-
masing.
a. Peran yang pertama adalah negara mempunyai fungsi untuk menegakkan keadilan.
Fungsi ini ditujukan untuk menjaga kebebasan tiap individu dalam sistem pasar
bebas yang merupakan sistem sosial masyarakat modern.Pemerintah hanya akan
melakukan intervensi jika terjadi ketidak adilan dan ketimpangan dalam interaksi
pasar bebas. Untuk optimalisassi peran pemerintah dalam menjalankan keadilan,
maka pemerintah harus bertindak adil. Dengan kata lain pemerintah tidak
memihak kelompok manapun yang ada dalam masyarakat.
b. Peran yang kedua adalah pertahanan keamanan. Fungsi ini dimaksudkan negara
wajib melindungi seluruh warga negaranya dari serangan dan ancaman dari bangsa
dan negara lain. Dengan kata lain pemerintah tidak mencampuri langsung urusan
ekonomi tetapi dengan cara melindungi seluruh warga negaranya sehingga tidak
ada ancaman dalam melakukan kegiatan ekonomi.
c. Peran yang ketiga adalah menyediakan sarana dan prasarana publik. Dalam hal ini
pembangunan sarana infrastuktur baik berkenaan dengan sistem pasar bebas
maupun berkenaan dengan sarana publik seperti jalan dan yang lainnya adalah
menjadi kewajiban pemerintah.
Secara umum, ruang lingkup peranan pemerintah ini mencakup aspek yang luas, di mana
secara garis besar diklasifikasikan menjadi:
Jika kita menelaah teori ekonomi konvensional, kebijakan fiscal itu dibuat karena
terjadinya kegagalan mekanisme pasar. Apabila kegagalan mekanisme pasar ini terus
terjadi, maka akan terjadi distorsi atau gangguan terhadap penawaran dan
permintaan yang kemudian dapat mengganggu keseimbangan dari permintaan agregatif
(AS) dan penawaran agregatif (AD) pada perekonomian tersebut.
Untuk lebih jelasnya, kita awali dengan membahas jenis barang terlebih dahulu. Ilmu
Ekonomi memebedakan barang berdasarkan jenis sifatnya yaitu:
a. Private Goods:
Private Good adalah barang yang dapat diproduksi (ditawarkan) secara lebih efisien
oleh perusahaan swasta dalam sebuah pasar.
b. Public Goods
Public Goods adalah barang yang cenderung tidak dapat diproduksi (ditawarkan)
secara efisien dalam jumlah sedikit oleh perusahaan swasta sehingga penawarannya
kebanyakan dilakukan oleh pemerintah. Public Goods ini sendiri dapat dikelompokkan
dalam dua bagian yaitu:
1. Non-Excludable Goods adalah barang yang orang memerlukannya dimana orang lain
tidak dapat dilarang untuk ikut menggunakan atau menikmatinya.
2. Non-Revalrous Goods adalah barang yang banyak orang dapat menggunakan atau
menikmatinya sekaligus tanpa mengganggu kesenangan orang lain yang telah terlebih
dahulu menikmatinya.
Pasar yang kompetitif akan menghasilkan Private Goods secara efisien. Produsen dapat
memperoleh keuntungan dari menjual Private Goods tersebut karena orang-orang akan
membayar untuk memperoleh atau menikmatinya. Sedangkan untuk barang yang Non-
Excludable dan Non-Revalrous, produsen tidak dapat memperoleh keuntungan karena
orang tetap dapat menggunakan atau menikmati barang tersebut tanpa harus membayar.
Oleh karena itu Publik Goods akan lebih efisien bila diproduksi bukan oleh perusahaan
swasta, tetapi oleh pemerintah. Pemerintah dapat mengambil keuntungan dengan
semakin meningkatnya kualitas masyarakat di mana selanjutnya pemerintah dapat
memperoleh dana dari pajak yang disetorkan oleh masyarakat itu sendiri.
Dalam masa sekarang ini, banyaknya perkembangan dan kemajuan akibat semakin
majunya teknologi dan banyaknya penemu-penemu baru serta semakin terbukanya
perekonomian antar negara, menyebabkan begitu banyak kepentingan yang saling terkait
dan berbenturan. Hal ini menyebabkan peran pemerintah semakin dibutuhkan dalam
mengatur jalannya sistem perekonomian, karena tidak sepenuhnya semua bidang
perekonomian itu dapat ditangani oleh swasta.
1. Peranan Alokasi
Peranan alokasi oleh pemerintah ini sangat dibutuhkan terutama dalam hal
penyediaan barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh swasta yaitu barang-barang
umum atau disebut juga barang publik. Karena dalam sistem perekonomian suatu negara,
tidak semua barang dapat disediakan oleh swasta dan dapat diperoleh melalui sistem
pasar. Dalam hal seperti ini maka pemerintah harus bisa menyediakan apa yang di sebut
barang publik tadi. Tidak dapat tersedianya barang-barang publik tersebut melalui sistem
pasar disebut dengan kegagalan pasar. Hal ini dikarenakan manfaat dari barang tersebut
tidak dapat dinikmati hanya oleh yang memiliki sendiri, tapi dapat dimiliki/dinikmati pula
oleh yang lain, dengan kata lain, barang tersebut tidak mempunyai sifat pengecualian
seperti halnya barang swasta. Contohnya seperti udara bersih, jalan umum, jembatan, dll.
Dalam sistem ekonomi islam menjamin tersedianya kebutuhan dasar bagi seluruh
warga negara islam. Islam mewajibkan pihak yang kaya memenuhi kebutuhan kaum
miskin dan melarat. Menurut Al-Qur‟an, fakir dan miskin memiliki bagian di dalam harta
orang kaya. Al-Qur‟an menyatakan: “Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia
bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-
apa (yang tidak mau meminta).” (QS. Al-Ma‟arij [70]: 24-25).
Menurut sebagian fukaha muslim, negara islam haruslah menyediakan jaminan soaial
yang melindungi seluruh warga negaranya dan terutama sekali mencukupi kebutuhan
dasar semua warga negaranya yang miskin, tertekan, cacat, dan menganggur yang tidak
dapat mencari rezeki bagi diri mereka sendiri dan keluarganya. Jika negara islam tidak
berhasil memenuhi kewajiban ini, maka negara tidak berhak untuk menuntut kesetiaan
warga negaranya. Pada dasarnya sumber daya yang dimiliki suatu Negara adalah terbatas.
Pemerintah harus menentukan seberapa besar dari sumber daya yang dimiliki akan
dipergunakan untuk memproduksi barang-barang publiK, dan seberapa besar akan
digunakan untuk memproduksi barang-barang individu.
Tidak semua barang dan jasa yang ada dapat disediakan oleh sektor swasta. Barang
dan jasa yang tidak dapat disediakan oleh system pasar ini disebut barang public, yaitu
barang yang tidak dapat disediakan melalui transaksi antara penjual dan pembeli.sistem
pasar tidak dapat menyediakan barang/jasa tertentu oleh karena manfaat dari adanya
barang tersebut tidak hanya dirasakan secara pribadi akan tetapi dinikmati oleh orang
lain.
Barang public adalah barang yang baik secara teknis maupun secara ekonomis tidak
dapat ditetapkan prinsip pengecualian, atas barang tersebut. Barang yang termasuk
dalam barang publik walaupun mempunyai sifat pengecualian, misalnya jalan-jalan dpat
disediakan melalui sistem pasar.
2. Peranan Distribusi
Peranan distribusi ini merupaka peranan pemerintah sebagai distribusi
pendapatan dan kekayaan. Tidak mudah bagi pemerintah dalam menjalankan peranan
ini, karena distribusi ini berkaitan erat dengan dengan masalah keadilan. Sedangkan
masalah keadilan sudah ini sudah terlalu kompleks, sebab keadilan ini merupakan satu
masalah yang bisa ditinjau dari berbagai presepsi, bahkan masalah keadilan ini juga
tergantung dari pandangan masyarakat terhadap keadilan itu sendiri, karena keadilan itu
merupakan masalah yang relatif dan dinamis. Kegiatan dalam mengadakan redistribusi
pendapatan atau mentransfer penghasilan ini memberikan koreksi terhadap distribusi
penghasilan yang ada dalam masyarakat.
3. Peranan Stabilisasi
Kegiatan menstabilisasikan perekonomian yaitu dengan menggabungkan
kebijakan-kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan lain seperti kebijakan fiskal dan
perdagangan untuk meningkatkan atau mengurangi besarnya permintaan agregat
sehingga dapat mempertahankan full employment dan menghindari inflasi maupun
deflasi. Peranan tabilisasi pemerintah dibutuhkan jika terjadi gangguan dalm
menstabilkan perekonomian, seperti: terjadi deflasi, inflasi, penurunan
permintaan/penawaran suatu barang, yang nantinya masalah-masalah tersebut akan
mengangkibatkan timbulnya masalah yang lain secara berturut-turut, seperti
pengangguran, stagflasi, dll.
b. Penetapan Harga
Kata tas'ir berasal dari kata sa'ara-yas'aru-sa'ran, yang artinya menyalakan. Lalu
dibentuk menjadi kata as-si'ru dan jamaknya as'ar yang artinya harga (sesuatu). Kata as-
si'ru ini digunakan di pasar untuk menyebut harga (di pasar) sebagai penyerupaan
terhadap aktivitas penyalaan api, seakan menyalakan nilai (harga) bagi sesuatu dan para
ulama merumuskan definisi tas'ir secara syar'i, yaitu: seorang imam (penguasa), wakilnya
atau setiap orang yang mengurusi urusan kaum Muslim memerintahkan kepada para
pelaku pasar agar tidak menjual komoditas kecuali dengan harga tertentu, mereka
dilarang untuk menambah harganya hingga harga tidak membumbung atau mengurangi
harganya hingga tidak memukul selain mereka. Jadi, mereka dilarang untuk menambah
atau mengurangi dari harga yang dipatok demi kemaslahatan masyarakat. Artinya, negara
melakukan intervensi (campur tangan) atas harga dengan menetapkan harga tertentu
atas suatu komoditas dan setiap orang dilarang untuk menjual lebih atau kurang dari
harga yang ditetapkan itu demi mempertimbangkan kemaslahatan masyarakat.
Fakta pematokan harga ini dapat kita saksikan dalam sistem ekonomi kapitalis pada
saat ini. Pematokan harga itu dilakukan negara dengan alasan untuk melindungi
kepentingan masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu, misalnya kelompok
produsen atau kelompok konsumen.
Pematokan harga terjadi dalam tiga bentuk: Pertama, pematokan harga secara fix.
Kedua, pematokan harga tertinggi, yakni dengan menetapkan harga jual tertinggi.
Contohnya adalah penetapan harga eceran tertinggi pupuk. Penjual dilarang menjual
lebih dari harga tertinggi yang dipatok itu. Sebaliknya, mereka boleh menjual dengan
harga yang lebih rendah. Ini ditetapkan demi melindungi konsumen. Ketiga, pematokan
harga terendah seperti pematokan harga terendah gabah, dsb. Dalam hal ini pembeli
dilarang membeli lebih rendah dari harga terendah itu. Sebaliknya, mereka boleh
membeli dengan harga lebih tinggi dari harga itu. Ini dilakukan untuk melindungi
produsen. Contohnya adalah penetapan harga terendah gabah untuk melindungi petani.
Meski demikian, dalam praktiknya kebijakan ini terlihat tidak efektif. Pada saat panen
raya, harga gabah tetap saja anjlok. Begitu juga harga pupuk; sering lebih tinggi dari pada
harga eceran tertinggi yang ditetapkan Pemerintah.
d. Fungsi Reguler
Fungsi regular adalah fungsi pemerintah dalam menjalankan fungsi utamanya, yaitu
melaksanakan tugas yang mempunyai akibat langsung dan dirasakan oleh seluruh
masyarakat, antara lain :
1. Fungsi Political state, meliputi segi-segi sebagai berikut :
i. Pemeliharaan ketenangan dan ketertiban.
ii. Pertahanan dan keamanan.
2. Fungsi diplomatic, pemerintah menjalankan fungsi ini dimaksud agar adanya
persahabatan dengan Negara-negara lainnya terutama Negara-tetangga.
3. Fungsi sebagai sumber hukum, fungsi Negara sebagai sumber hokum adalah
pemerintah harus bertindak adil terhadap warga negaranya dan melindungi hak/harta
benda setiap warganya terhadap gangguan anggota masyarakat lainnya.
1. Melakukan bisnis
Pemerintah dapat melakukan bisnis seperti perusahaan lainnya, misalnya dengan
mendirikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Seperti halnya perusahaan lainya, dari
perusahaan negara ini diharapkan memberikan keuntungan yang dapat digunakan
sebagai salah satu sumber pendapatan negara.
2. Pajak
Pengimpunan dana yang umum dilakukan adalah dengan cara menarik pajak dari
masyarakat. Pajak dikenakan dalam berbagai bentuk seperti pajak pendapatan, pajak
penjualan, pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain. Pajak yang dikenakan kepada
masyarakat tidak dibedakan terhadap bentuk usahanya sehingga dapat menimbulkan
ketidaksetabilan.
3. Meminjam Uang
Pemerintahan dapat meminjam uang dari masyarakat atau sumber-sumber yang
lainya dengan syarat yang harus dikembalikan dikemudian hari. masyrakat harus
mengetahui dan mendapat informasi yang bahwa dikemudian hari mereka harus
membayar pajak yang lebih besar untuk membayar utang yang dipinjam hari ini.
Meminjam uang hanya bersifat sementara dan tidak boleh dilakukan secara terus-
menerus.
Kekuatan penawaran dan pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya secara
efisien. Itu berarti meskipun setiap penjual dan pembeli di pasar hanya mengejar
kesejahtraan masing-masing, interaksi mereka secara keseluruhan dibimbing oleh
mekanisme dengan tidak nampak, sedemikian rupa sehingga mengarah pada suatu
ekuilibrium yang memaksimalkan keuntunggan total bagi setiap penjual dan pembeli .
Namun, ada suatu hal yang perlu dicermati. Kesimpulan kita bahwa efisien didasarkan
pada sejumlah asumsi tentang bagaimana pasar bekerja. Jika asumsi-asumsi tersebut
tidak terwujud, maka dengan sendirinya kesimpulan kita tidak berlaku.
Berikut dua asumsi paling penting yang melandasi kita mengenai efisiensi pasar
tersebut:
1. Pertama, kita berpegan pada asumsi bahwa pasar bebas itu merupakan pasar
persaingan sempurna. Padahal dalam kenyataan sehari-hari, persaingan yang
berlangsung di pasar sering jauh dari sempurna. Disebagian pasar, ada pembeli atau
penjual tunggal(atau sekelompok kecil penjual/pembeli) yang sepenuhnya
mengendalikan harga. Kemampuan suatu pihak dalam menentukan harga inilah yang
disebut dengan sebagai kuasa/kekeuatan pasar(market power). Keberadaan kuasa
pasar mengakibatkan sebuah pasar menjadi tidak efisien karena menjauhakan harga
dan kuantitas ideal dari penawaran dan permintaan ekuilibrium.
2. Kedua kita berasumsi bahwa hasil-hasil pasar hanya berkaitan dengan pembeli dan
penjual dipasar tersebut. Padahal dalam kenyataannya, keputusan-keputusan para
pembeli dan penjual kadang kala mempengaruhi orang-orang yang sama sekali tidak
terlibat dalam interaksi pasar. Polusi adalah contoh klasik hasil interaksi pasar yang
memengaruhi semua pihak, termasuk mereka yang tidak berpartisipasi di pasar.
Dampak sampingan inilah yang lazim disebut sebagai eksternalitas (externalities), bisa
dikatakan bahwa eksternalitas Yaitu dampak dari tindakan seseorang terhadap
kesejahteraan orang lain, namun tidak membayar ataupun menerima kompensasi/
imbalan atas pengaruh itu. Pengaruh terhadap orang lain itu disebut eksternalitas
negative jika bersifat merugikan. Sebaliknya, disebut eksternalitas positif jika bersifat
menguntungkan. Yang mana eksternalitas menyababkan kesejahteraan di suatu pasar
sesungguhnya tidak bisa bergantung semata-mata hanya berdasarkan penilaian
pembeli atas suatu barang/jasa dan hitungan biaya yang dipikul penjual. Karena para
penjual dan pembeli biasanya mengabaikan dampak-dampak sampingan tersebut
dalam membuat keputusan apa dan berapa banyak yang akan mereka konsumsi atau
produksi, maka ekuilibrium yang tercipta dipasar yang bersangkutan bisa jadi tidak
akan efisien jiaka dilihat dari sudut pandang secara keseluruhan.
Keberadaan suatu pasar dan eksternalitas merupakan dua fenomena yang menonjol
yang disebut sebagai kegagalan pasar (market failure) yakni ketidakmampuan sejumlah
pasar yang tidak diregulasi untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien. Ketika para
pasar gagal, adakalanya kebijakan publik dapat membantu memperbaiki situsasi, dan
memperbaiki efisiensi ekonomi. Para ahli mikroekonomi mencurahkan leboih banyak
perhatian untuk mempelajari gejala-gejala kegagalan pasar, dan jenis-jenis kebijakan yang
paling tepat untuk memperbaikinya.
Mesikpun pasar bisa saja dan memang seringkali gagal dalam mengalokasikan
sumberdaya efisien, kemampuan mekanisme tangan tidak nampak dari pasar bebas itu
tetaplahg sangat penting. Dibanyak pasar asusmi-asumsi yang kita pakai hadir secara
utuh sehingga efisiensi pasar pun tercipta. Disamping itu, analisis kita mengenai ilmu
ekonomi kesejahteraan dan efisinsi pasar berguna untuk memahami berbagai kebijakan
yang ditetapkan pemerintahan.
Secara ekonomis, ada satu hal yang dituju dalam kehidupan orang per orang atau
oleh masyarakat pada umumnya, yaitu keinginan meningkatkan taraf hidup atau kualitas
hidup (quality of life). Setiap orang menginginkan peningkatan nilai (value) dari satu titik
nilai tertentu ke titik nilai lainnya yang lebih tinggi. Katakanlah peningkatan nilai hidup itu
sebagai bentuk kesejahteraan hidup atau kemakmuran (walfare) yang didambakan oleh
setiap orang.
Dalam hal ini disadari bahwa untuk mencapai peningkatan taraf/nilai hidup secara
materil tersebut tidak mungkin hanya dilakukan dengan kerja keras sendiri. Diperlukan
bantuan pihak lain yang mampu memfasilitasi pemenuhan kebutuhan untuk kepuasan
bagi seluruh masyarakat melalui berbagai interaksi yang disebut sebagai kegiatan
ekonomi.
1. Pada kenyataannya terdapat empat kelompok pelaku ekonomi (subjek) ekonomi
yang berperan dalam perekonomian, yaitu :Rumah tangga keluarga atau disebut sebagai
rumah tangga konsumsi;
2. Perusahaan sebagai penghasil dan penditribusi produk barang dan jasa atau
disebut sebagai rumah tangga perusahaan/produksi,
3. Negara (pemerintah) atau disebut sebagai rumah tangga negara dan
4. Masyarakat luar negeri (negara, perusahaan, individu)
Sejalan dengan keinginan masyarakat tersebut, maka pembangunan ekonomi
ditujukan untuk mencapai kemakmuran yang tinggi bagi seluruh lapisan masyarakat dan
bukan hanya untuk kepentingan segolongan masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini ,
negara harus menjaga laju pertumbuhan ekonomi, antara lain dengan memfasilitasi
kegiatan ekonomi masyarakat yang mendorong peningkatan pendapatan nasional.
Nilai-nilai kehidupan ekonomis yang dinikmati oleh anggota rumah tangga harus
meningkat. Demikian pulanilai yang dicapai perusahaan harus menunjukkan pertambahan
nilai yang optimal, dan nilai kekayaan negara dari waktu ke waktu meningkat. Demikian
pula pihak luar negeri yang telah menyokong perekonomian nasional harus menikmati
manfaat berupa nilaiyang proporsional dengan andil yang telah diberikannya, sehingga
kelanjutan saling mendukung dalam meningkatkan perekonomian terus terjamin.
Ada berbagai kewajiban pemerintah dalam menjaga kedaulatan negara dan
memakmurkan masyarakatnya, antara lain meliputi pemeliharaan keamanan dan
pertahanan, menegakkan keadilan, menjalankan pekerjaan umum dan memfasilitasi
kegiatan masyarakatnya dalam mencapai kesejahteraan hidup. Sebagian besar dana yang
digunakan untuk pembiayaan melaksanakan kewajiban tersebut diperoleh pemerintah
(negara) dari masyarakat itu sendiri melalui penarikan pajak, retribusi dan lain-lain. Seluk
beluk, teori dan konsep mengenai persoalan memobilisasi dan alokasi dana untuk
menjalankan kewajiban-kewajiban tersebut berada dalam lingkup ilmu keuangan negara.
Ilmu keuangan negara atau keuangan negara (public finance/government finance)
adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari tentang kegiatan-kegiatan
pemerintah dalam bidang ekonomi, terutama mengenai pengeluaran dan penerimaan
serta pengaruhnya untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian suatu negara.
Penelitian serta analisisnya ditujukan untuk mengetahui pengaruh pengeluaran dan
penerimaan terhadap pencapaian tujuan-tujuan ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi,
stabilitas harga barang/jasa, penciptaan kesempatan kerja dan pemerataan distribusi
penghasilan bagi masyarakat.
Pencapaian kemakmuran secara individu harus diusahakan sendiri oleh proibadi yang
bersangkutan. Namun pencapaian kemakmuran secara umum tidak dapat dilakukan
perorangan, tetapi harus dilakukan bersama-sama antara masyarakat dan pemerintah.
Mencapai kemakmuran menjadi tujuan dan tanggungjawab bersama. Melaksanakan
pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat adalah salah satu
kewajiban negara yang paling utama. Keikutsertaan negara dalam meningkatkan
kemakmuran rakyat dapat secara aktif maupun pasif. Kapan negara harus ikut campur
secara aktif dan kapan berlaku pasif tergantung pada sistem perekonomian yang
dianutnya. Ada tiga sistem perekonomian yang penting yaitu Free Enterprise Economy,
Central Plan Economy dan Mix Economy .
Pada zaman, jauh sebelum sistem perekonomian bebas muncul dikenal apa yang
disebut perekonomian feodal. Masa ini, dimana raja hanya menuntut upeti dan rodi dari
para bangsawan untuk kepentingan raja dan istana tanpa memikirkan ekonomi rakyat,
karena nasib kehidupan rakyat sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Sebagai kompensasinya,
raja berkewajiban menjaga keamanan wilayahnya. Hal ini terjadi di Eropa pada Abad
Pertengahan. Setelah muncul negara nasional pada akhir Abad Pertengahan yang
menggantikan negara feodal, para pemerintah mulai merasa berkepentingan untuk
memajukan perekonomian nasional. Langkah awal adalah mengatur perdagangan dan
produksi dalam negeri. Paham ini kemudian dikenal sebagai paham merkantilisme dengan
tujuan memperkuat kedudukan negara. Negara yang kuat harus kaya, terutama atas
kepemilikan emas. Kaum merkantilisme berpendapat sumber kekayaan berasal dari
perdagangan (merkant = pedagang). Perdagangan luar negeri ditingkatkan dengan nilai
ekspor lebih tinggi dari impor dengan surplus dibayar dengan emas. Adapun tokoh yang
terkenal dari aliran ini adalah J.B. Colbert (1619-1683), adalah menteri perekonomian
Perancis pada abad ke–17. Karena itu, aliran merkantilisme di Perancis disebut
Colbenisme. Namun demikian aliran ini kemudian mendapat tantangan dari pihak yang
lebih mementingkan pertanian daripada perdagangan, sehingga muncul aliran baru yang
disebut fisiokratisme. Kaum fisiokrat berpendapat bahwa kemakmuran dapat dicapai
hanya dengan pertanian yang produktif, bukan dengan perdagangan.
J. KEGAGALAN PEMERINTAH
Pasar yang gagal menimbulkan intervensi pemerintah dengan program-programnya.
Adapun factor-faktor penyebab kegagalan pemerintah adalah :
Hal-hal di atas akan menyebabkan bahwa tidak selamanya campur tangan pemerintah
menyebabkan terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian
seyogyanya pemerintah berhati-hati untuk tidak terlalu jauh mengintervensi hal-hal yang
dapat diselesaikan melalui mekanisme pasar, kecuali pemerintah telah memikirkan akibat
kebijaksanaannya secara cermat.
Sama halnya seperti RTK dan RTP, Pemerintah (PEM) atau sektor negara dapat
dipandang sebagai suatu unit ekonomi atau "rumah tangga" yang menghasilkan barang
dan jasa tertentu untuk kepentingan umum dengan menggunakan sumber daya atau
faktor produksi yang "langka" dan dengan demikian ikut ambil bagian dalam arus
barang/jasa dan arus uang dalam lingkaran kegiatan ekonomi nasional. Dalam pasal ini
kita berlanya:
apa OUTPUT atau hasil produksi pemerintah, apa INPUT sumber daya yang digunakan,
dan apa atau berapa pengeluaran dan penerimaannya. Dengan demikian juga dapat
dimengerti pokok persoalan ekonomi yang dihadapi oleh pemerintah dan bagaimana
pernerintah harus mengatur keuangan negara demi kesejahteraan masyarakat.
Dewasa ini tugas negara jauh lebih luas daripada itu. Laju pertambahan penduduk dan
makin rneningkatnya tuntutan zaman modern di bidang ekonomi, keuangan, kesempatan
kerja, pendidikan, kesehatan, perdagangan, hubungan luar negeri, pertahanan, dan
komunikasi menyebabkan peranan pernerintah makin meluas dan mendetail, juga di
negara-negara maju. Seberapajauh campurtangan negara dalam perekonomian nasional
memang tergantung dari sistem ekonomi yang dianut, apakah segala-galanya ditentukan
oleh pemerintah, atau sebagian besar kegiatan ekonomi dijalankan oleh usaha swasta
dalam suasana pasar bebas. Indonesia menganut sistem ekonomi "campuran", seperti
yang dapat disimpulkan dari Undang-Undang Dasar kita.
b) Aparatur Negara.
Untuk melaksanakan tugas-tugasnya yang banyak itu pemerintah memerlukan INPUT
faktor-faktor produksi: tenaga kerja (pegawai negeri sipil, TNI dan polisi, guru. perawat,
hakim, dll.) serta barang atau alat (gedung, kendaraan, tekstil, kertas, beras, dsb.). Agar
tugas-tugas tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka dibentuklah aparatur negara:
lembaga-lembaga pemerintah, departemen-departemen, jawatan-jawatan dan dinas-
dinas, kepolisian, pengadilan negeri, bank sentral, dan lain-lain.
Adanya aparatur pemerintah yang berkemampuan tinggi. yang bekerja secara efektif
dan efisien serta bersih dari segala macam korupsi, penyelewengan, dan pemerasan
merupakan kebutuhan yang amat mendesak. sekaligus syarat mutlak bagi tercapainya
negara Indonesia yang modern.
Bentuk dan fungsi aparatur negara (seharusnya) disesuaikan dengan tugas dan volume
kerja yang perlu atau sebaiknya dilaksanakan oleh pemerintah demi kepentingan
masyarakat. Ketatalaksanaannya diatur dengan peraturan dan hubungan kerja secara
melembaga supaya kelancaran dan kelangsungan pelaksanaan tugas dilakukan secara
dinas dan tidak tergantung dari hubungan perseorangan.
Pejabat negara pada dasamya adalah abdi negara dan abdi masyarakat (bukan
sebaliknya!). Fungsinya adalah sebagai pelaksana penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan, demi tercapainya tujuan negara. Untuk itu sangat dibutuhkan pegawai
negeri yang berdedikasi tinggi. bermental baik, bersih dari korupsi, berwibawa,
berkualitas memadai, efisien, dan sadar akan tanggung jawahnya sebagai unsur aparat
negara. Jumlah pegawai negeri sipil dan militer di Indonesia kini sudah lebih dari empat
juta orang. Pegawai negeri mempunyai kedudukan tertentu dalam masyarakat, tetapi
juga banyak mendapat sorotan dari masyarakat.
Di negara-negara sedang sering kali dikuasai Oleh suatu elite kecil yang du-duk di
belakang meja saja tetapi Suka mengatur segala segi kehidupan masyarakat sehingga
muncul istilah "birokrasi" (dengan nada yang jelek). Selain itu terlalu banyaknya instansi
yang ikut mengurusi sesuatu menyebabkan segala urusan menjadi tidak efisien.
memerlukan waktu yang lama. mengundang orang untuk memberi dan menerima uang
sogok dan banyak pegawai yang (setengah) menganggur. Di banyak negara berkembang,
para vrgawai pemerintah terlalu banyak mengambil alih urusan yang sebetulnya jauh
lebih efisien dikerjakan Oleh swasta sehingga timbul gejala “etatisme" (paham yang lebih
mementingkan negara daripada rakyat). Akhir-akhir ini di Indonesia timbul reaksi
terhadap gejala-gejala etatisme tersebut. yang diwuj udkan dalam tuntutan masyarakat
akan reformasi. deregulasi dan swastanisæsi. dan digalakkannya gerakan efisiensi.
transparansi Serta kebersihan aparatur pemerintah dengan memejahijaukan pelaku
perkara-perkara korupsi. Namun hasilnya sampai kini masih tinggal harapan dan cita-cita
Persoalan yang dihadapi oleh sebagian (besar) BUMN atau perusahaan negara
atau daerah adalah masalah efisiensi, banyaknya penyimpangan atau korupsi, serta
rendahnya produktivitas. Di samping itu terlalu banyaknya bidang usaha yang dimasuki
tidak hanya mengakibatkan kesulitan dalam pengelolaannya, tetapi dirasa juga tidak
sesuai lagi dengan asas "cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat
hidup orang banyak" dan prinsip "nonetatisme" yang dicantumkan dalam GBHN. Dalam
keadaan seperti itu restrukturisasi dan swastanisasi atau privatisasi merupakan
alternative yang tepat untuk ditempuh. tanpa melanggar asas yang tercantum dalam
pasal 33 UUD
1945 maupun dalam GBHN. Dengan demikian, BUMN hanya menangani cabang- cabang
produksi yang memang sungguh-sungguh menyangkut hajat hidup orang banyak dan
karena itu tidak "boleh" diserahkan kepada swasta.
1. Memastikan dan menjaga implementasi nilai dan moral Islam secara keseluruhan.
Memastikan dan menjaga agar pasar hanya memperjualbelikan barang dan jasa yang
halalan thayyibah. Barang yang haram dan makruh beserta mata rantai produksi,
distribusi, dan konsumennya harus dilarang dengan tegas
2. Melembagakan nilai-nilai persaingan yang sehat (fair play), kejujuran (honesty),
keterbukaan (transparancy), dan keadilan (justice). Dalam konteks ini, pemerintah juga
menjadi al muhtashib yang memiliki wewenang luas dalam mecegah dan menyelesaikan
kasus-kasus pelanggaran nilai-nilai Islam. Nabi sendiri turba langsung ke pasar untuk
menjalankan al muhtashib.
3. Menjaga agar pasar meneyediadakan barang dan jasa sesuai dengan prioritas kebutuhan
masyarakat. Pemerintah harus membuat perencanaan pasar yang berbasis prioritas
kebutuhan dan mengarahkan para pelaku pasar untuk mematuhi perencanaan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas dapar disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Tujuan bersama adalah untuk meningkatkan kesejahtraan. Salah satu kesejahtraan di
bidang ekonomi di suatu negara misalnya, terajaminnya penyediaan barang dan jasa
untuk masyarakat, dan tersedianya lapangan pekerjaan sebagai sumber nafkah bagi
masyarakat.
2. Dengan adanya kegiatan ekonomi menyebabkan ada dampak kepada pihak yang
mendapatkan imbas yang biasa dinamakan eksternalitas, yang mana eksternalitas itu
bisa berdampak positif atau negatif. Maka apabila eksternalitas negatif maka
pemerintah harus berperan serta mengatasi eksternalitas negatif tersebut. Jadi
perekonomian negara harus dikembangkan sehingga bisa tercapai suatu kesejahtaraa
untuk masyarakat dalam suatu negara.
3. Tugas-tugas atau kewajiban pemerintah dalam mengurus rumah tangga Negara adalah
terdiri dari fungsi regular dan fungsi sebagai agent of development.
4. Dalam perekonomian modern, peranan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam fungsi
alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilitas.
5. Pada fungsi alokasi pemerintah harus menentukanmenentukan dari barang-barang
public yang diperlukan warganya, seberapa besar harus disediakan oleh pemerintah,
dan seberapa besar yang dapat disediakan oleh rumah tangga perusahaan.
6. Pada fungsi distribusi pemerintah berupaya untuk mendistribusikan pendapatan atau
kekayaan agar masyarakat sejahtera.
7. Pada fungsi stabilitas pemerintah dengan kebijakan fiskal perlu mempertahankan atau
mencapai tujuan seperti kesempatan kerja yang tinggi, stabilitas tingkat harga,
rekening luar negeri serta tingkat pertumbuhan yang memadai.
8. Tidak selamanya campur tangan pemerintah menyebabkan terjadinya peningkatan
kesejahteraan masyarakat.