BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan hakiki dari suatu negara Islami adalah untuk memberikan maslahah kepada
seluruh masyarakatnya tanpa terkecuali. Maslahah ini hendaknya dapat mengantarkan seluruh
anggota masyarakatnya kepada kemakmuran dunia dan akhirat.
Untuk persoalan ekonomi, negara harus menjamin dan memastikan bahwa setiap
warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses dan memanfaatkan sumber
daya ekonomi. Mengingat betapa pentingnya peran negara dalam Islam, maka perlu
dijabarkan secra mendalam. Secara garis besar, fungsi negara dalam menglola sektor
ekonomi dan publik terbagi atas 3 fungsi, yakni; fungsi alokasi, fungsi distribusi serta fungsi
stabilitasi.
2. Fungsi distribusi
Peran negara didalam mengelola sektor publik, tidak berhenti sampai dengan
pelaksaan fungsi alokasi saja. Jika didalam fungsi alokasi, negara mengatur bagaimana
seharusnya alokasi sumber daya ekonomi dapat dimnfatkan secara adil dan efesien, maka
dengan fungsi distribusi harus memastikan bahwa seluruh anggota masyarakat dapat
menikmati hasil dari pembangunan berupa tercukupinya kebutuhan hidup minimum.
Ada beberapa pilar yang harus dipenuhi oleh negara untuk menjalankan fungsi
distribusinya, yaitu:
Supremasi atas kepentingan sosial dibanding kepentingan pribadi.
Ketika kepentingan individu diletakkan diatas epentingan sosial maka fungsi distribusi yang
dijalankan tidak akan dapat berjalan dengan baik.
Penentuan standar publik mengenai kebutuhan dasar minimum.
Jika standar ini tidak ditentukan oleh negara, maka negara tidak akan memiliki target yang
harus dicapai sehingga negara tidak bisa mengontrol apakah kebijakannya sudah berhasil.
Melarang adanya konsentrasi kekayaan dan eksploitasi.
Jika sumber daya ekonomi dieksploitasi lalu terkonsentrasi ditangan segolongan orang
tertentu saja, maka negara harus melakukan intervensi supaya kekayaan tersebut dapat
didistribusikan kepada orang lain.
Kebijakan yang mengutamakan sektor riil dan melarang penggunaan suku bunga.
Negara harus memerangi penggunaan suku bunga dan lebih mengutamakan sektor riil. Jika
suku bunga masih diterapkan dalam perekonomian, maka akan mengakibatkan munculnya
kerusakan ekonomi yang terjadi secara sistematis. Beberapa dampak buruk dari penggunaan
suku bunga adalah tidak stabilnya nilai mata uang yang diakibatkan oleh inflasi.
3. Fungsi stabilitasi
Stabilitas di sektor publik tidak hanya berbicara mengenai stabilitas ekonomi saja,
namun juga terkait dengan stabilitas kehidupan sosial lainnya. Stabilitas sosial harus terjaga,
supaya masyarakat bisa tenang melaksanakan aktivitas ekonominya, sehingga stabilitas
ekonomi pun dapat dicapai juga. Bentuk stabilitas sosial dalam pandangan Islam antara lain
tegaknya keadilan di tengah-tengah masyarakat, dimana hukum benar-benar berfungsi untuk
menertibkan masyarakat, sehingga tidak ada perbedaan antara penguasa dan masyarakat biasa
didepan hukum.
Sebenarnya stabilitas merupakan sebuah kondisi yang diupayakan tetap ada
sehingga kedua fungsi pemerintah sebelumnya tetap dapat dijalankan, fungsi alokasi dan
fungsi distribusi. Karena, stabilitas menjamin supaya seluruh sumber daya ekonomi dapat
dialokasikan dan distribusikan secara adil.
C. Isu Kontemporer
Tabungan haji sebagai sumber alternatif keuangan negara
Sumber lain yang bisa dijadikan alternatif untuk mebiayai anggaran dan pengeluaran
negara adalah dana haji. Tabungan haji adalah dana yang dihimpun dari masyarakat muslim
yang telah merencanakan ibadah haji sehingga mereka menyetorkan dana ibadah hajinya
kepada lembaga penyelenggaraan haji. Dana ini sangat fantastis jumlahnya misalnya saja,
pada 2010 yang lalu indonesia menirimkan jamaah haji sebanyak 211 ribu orang. Apabila
rata-rata dana haji setiap orang Rp. 30.000.000,-, maka potensi dana haji yang dapat
dikumpulkan pertahunnya adalah sebesar 6,3 triliun rupiah. Belum lagi dana jamaah haji
yang telah mendaftar jauh-jauh hari melalui sistem antrian karena adanya batasan kuota haji
untuk indonesia. Bahkan ada pihak tertentu yang mengklaim bahwa potensi dana tabungan
haji mencapai hampir 480 triliun rupiah. Meskipun nilai ini masih harus diverifikasi lagi,
namun apabila hal ini benar adanya maka nilainya sama dengan hampir separuh nilai APBN
Indonesia 2010.
Potensi tersebut, dapat dimanfaatkan baik untuk kemakmuran jamaah haji sendiri
maupun untuk kemakmuran seluruh masyarakat Indonesia. Bila kita mencontoh pada konsep
yang diterapkan di Malaysia, dana tabungan haji dimanfaatkan untuk kegiatan investasi yang
sesuai dengan syariah, mulai pembangunan perkantoran, perkebunan, perdagangan,
penyertaan saham, dan investasi lainnya yang menguntungkan.
Untuk indonesia, pemanfaatan dana haji untuk kepentingan publik masih sangat
terbatas namun perkembangan terakhir, indonesia sudah mulai memanfaatkan dana haji untuk
membeli sukuk yang dikeluarkan oleh pemerintah. Meskipun langkah ke arah tersebut penuh
dengan kontroversi, karena perbankan syariah merasa terganggu apabila dana haji ditarik
semua oleh kementrian agama lalu dialihkan ke sukuk. Bank syariah merasa akan terganggu
likuiditasnya apabila dana ini ditarik. Namun pihak kementrian agama tetap menjalankan
penarikan dana haji, karena mereka beralasan bahwa jaminan atas tabungan dana haji yang
disimpan di bank sangat kecil bila dibandingkan dengan nilai dana haji tersebut yang sangat
besar.
Dana haji yang digunakan untuk membeli sukuk atau obligasi syariah milik
pemerintah sudah mencapai 10 triliun rupiah. Sukuk yang diterbitkan oleh pemerintah
tersebut memang secara khusus diterbitkan untuk dana haji sehingga dinamai Sukuk Dana
Haji Indonesia. Dari sukuk ini pemerintah telah mendapatkan tambahan dana untuk
pembangunan dan belanja negara sehingga defisit (kekurangan) anggaran dapat ditutupi.
Terhadap SDHI ini, pemerintah memilki kewajiban untuk mengembalikan dana pokoknya
saja, sedangkan retur dari sukuk dana haji ini adalah berupa jasa pengurusan jamaah haji
yang diberikan oleh pemerintah kepada seluruh jamaah haji setiap tahunnya.
Dana haji terus mengalir dari tahun ke tahun dan dapat dipastikan, pemerintah akan
sangat terbantu dengan pembelian sukuk dn obligasi yang menggunakan dana haji tersebut.
Secara makro ekonomi, pemerintah tidak perlu mencetak uang namun dapat meningkatkan
perputaran uang melalui belanja negara. Sementara untuk pengembaliannya, pemerintah
dapat mengambil celah dari terus bergulirnya rutinitas setoran dana haji oleh jamaah dari
tahun ke tahun. Sebagai sebuah instrumen, dana haji dpat dikategorikan sebagai instrumen
yang bersifat ekspansif (terbuka). Seandainya tidak diorganisasi dengan baik, maka dana
yang potensi besarannya hampir 480 triliun itu hanya akan menjadi aset tidur di rumah
masing-masing calon jamaah haji, karena disimpan dibawah bantal atau dilemari.
Meskipun untuk kasus Indonesia, pemerintah dapat menikmati dana haji sebagai
penambal kekurangan anggaran secara gratis namun hal ini belumlah merupakan kondisi
yang terbaik. Akan menjadi lebih tepat lagi apabila pemerintah menggunakan dana haji
tersebut yang terus bergulir dari tahun ke tahun itu untuk membangun infrastruktur atau
proyek profitabel, misalnya rel kereta api trans-Sumatra, dan pembangkit listrik. Dengan cara
seperti ini, tidak semua fasilitas publik tersebut harus dibangun dengan cara investasi yang de
kemudian hari menuntut adanya retur yangreasonnable. Dengan dana haji ini pemerintah
dapat mengarahkannya proyek kepada dua opsi, apakah pemerintah akan memberikan profit
keuntungan atas hasil operasional dari proyek sebagai retur yang diberikan kepada jamaah
haji atau cukup dengan menjadikan jasa pengurusan jamaah sebagai imbalannya.
BAB PENUTUP
Kesimpulan
Dari deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi negara dalam mengelola sektor
ekonomi dan publik terbagi atas 3 fungsi yaitu; fungsi alokasi, fungsi distribusi dan fungsi
stabilitas. Dalam sebuah sistem ekonomi dan negara yang Islami, maka negara harus
mengelola keuangan negara dengan prinsip syariah baik penerimaan maupun
pengeluarannya.