Anda di halaman 1dari 13

PERAN NEGARA DALAM PEREKONOMIAN

Rubiatun

182121340

Dosen Pengampu : Sandi Andika, M.A

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH JURUSAN


SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI BENGKALIS 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Peran Negara dalam Perekonomian”
dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Ekonomi Islam. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Peran Negara dalam Perekonomian bagi para pembaca dan juga bagi saya sendiri,
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sandi Andika, M.A selaku dosen
mata kuliah Ekonomi Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan dan pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah.

Bengkalis, 27 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Institusi Negara dalam Sistem Islam ..................................................................................3
B. Peran Negara dalam Perekonomian....................................................................................3
C. Wilayah Intervensi Negara dalam Ekonomi........................................................................5
D. Kebijakan Ekonomi dalam Suatu Negara...........................................................................6
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ........................................................................................................................9
B. Saran...................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10

ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dalam persoalan ekonomi, negara harus menjamin dan memastikan


bahwa seluruh warga negara memiliki kesempatan yang sama dalam
memanfaatkan sumber daya ekonomi. Dengan demikian negara sepatutnya
mengatur dan mendistribusikan pemanfaatan sumber daya ekonomi secara adil
dan merata. Dalam perekonomian yang menekankan konsep liberal, menekankan
keharusan adanya kebebasan mutlak bagi masyarakat dalam berbagai kegiatan
ekonomi tanpa ikut campur tangan pemerintah, kecuali untuk hal yang tidak
1
dapat dikur sendiri oleh para individu .

Pemerintah berperan sangat dominan dalam perencanaan dan


penggunaan faktor-faktor produksi, pelaksanaan, dan pengaturan distribusi
barang-barang ekonomi.Dalam perekonomian campuran, kegiatan ekonomi
diatur secara seimbang, individu mendapat kebebasan akan tetapi dibatasi oleh
batasan-batasan tertentu dan pemerintah menetapkan regulasi sesuai dengan
kehendak masyakat. Sebagian besar negara-negara di dunia telah menerapkan
perekonomian campuran, dimana masyarakat dan pemerintah bersama-sama
membangun perekonomian demi mewujudkan kesejahteraan.

Setiap warga negara memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk
diperlakukan secara adil oleh negara dan sesama masyarakat. Prinsip keadilan
harus diperankan oleh negara terhadap masyarakat meliputi seluruh sektor
kehidupan, mulai dari agama, pendidikan, kesehatan, hukum, politik, hingga
ekonomi. Dalam pondasi ekonomi Islam, keadilan merupakan salah satu aspek
penting dalam perekonomian. Keadilan dapat menghasilkan keseimbangan
dalam perekonomian dengan meniadakan kesenjangan antar pemilik modal dan
orang yang membutuhkan modal.

Ani Sri Rahayu, Pengantar Kebijakan Fiskal (Jakarta: Bumi Aksara, 2010).

1
Rumusan Masalah

Bagaimana institusi negara dalam sistem islam?

Bagaimana peran negara dalam perekonomian?

Apa saja wilayah intervensi negara dalam ekonomi?

Bagaimana kebijakan ekonomi dalam suatu negara?

Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui bagaimana institusi negara dalam sistem islam

Untuk mengetahui bagaimana peran negara dalam perekonomian

Untuk mengetahui wilayah intervensi negara dalam ekonomi

Untuk mengetahui bagaimana kebijakan ekonomi dalam suatu negara

BAB II PEMBAHASAN
A. Institusi Negara dalam Sistem Islam

2
Institusi negara dalam sistem islam Islam telah memperkenalkan
bagaimana proses dan mekanisme pendistribusian kekayaan demi tercipta
keadilan dan kesejahteraan. Islam tidak hanya mengajarkan umatnya untuk
memperoleh harta dengan jalan yang benar, tetapi juga mengarahkan mereka
bagaimana cara memanfaatkan harta tersebut. Salah satu ajaran mendasar dalam
masalah pemanfaatan harta ini adalah ajaran Alquran yang membelanjakan harta
2
dikembalikan kepada pemilik yang sebenarnya, yaitu Allah SWT . Adapun cara
yang dapat dilakukan oleh seorang muslim untuk mendistribusikan hartanya
adalah dengan cara pengadaan zakat, pendisribusian harta melalui hukum waris
3
(faraid) .

B. Peran Negara dalam Perekonomian

Negara merupakan bagian sangat penting dalam mewujudkan hukum


Islam, karena Islam secara sistem tidak dapat berjalan secara utuh tanpa adanya
negara. Tujuan hakiki dari negara dalam Islam adalah memberikan maslahah
kepada masyarakatnya yang mengantarkan manusia kepada kemakmuran. Ketika
negara secara sistem telah dijalankan dengan landasan nilai-nilai Islam, mata
tujuan yang ingin dicapai harus sesuai dengan kehendak Islam.

Dalam pondasi ekonomi Islam, pemerintah memiliki peranan penting


dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat. Prinsip khalifah menjelaskan
peran manusia sebagai wakil Allah. Oleh karenanya, setiap perbuatan yang
dilaksanakan manusia memiliki konsekuensi yang akan diperoleh. Dasar
pemikiran ini memberikan ketegasan kepada segenap manusia tentang fungsi
dan eksistensinya di muka bumi sebagai agen pembangunan.

Veithzal Rivai and Andi Buchari, Islamic Economic, 1st ed. (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).
Chorunnisak, “Konsep Pengelolaan Kekayaan Dalam Islam” 3 (2017).

3
Secara ruang lingkup peranan pemerintah ini mencakup aspek yang luas
yaitu upaya mewujudkan tujuan ekonomi Islam secara keseluruhan dan upaya
mewujudkan konsep pasar yang Islami. Tujuan ekonomi Islam adalah mencapai
falah yang direalisasikan melalui optimalisasi maslahah . Oleh karena nya tujuan
peran pemerintah adalah menciptakan kemaslahahan bagi seluruh masyarakat.

Agar dapat menjalankan fungsinya, maka manusia membutuhkan media


yang berupa pemerintahan. Media pemerintahan sangat penting bagi manusia
agar hubungan sesama manusia dapat terjaga dengan baik. Manusia wajib
menjaga keharmonisan dalam segala interaksi dan pemerintah memiliki peranan
penting untuk menjaga keharmonisan tersebut. Pemerintah memiliki hak ikut
campur dalam bidang ekonomi yang dilakukan individu-individu, baik untuk
mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh pelaku ekonomi maupun mengatur
halhal yang berhubungan ekonomi tetapi tidak mampu dilakukan oleh para
4
individu .

Pemerintah adalah pemegang amanah untuk menjalankan tugas-tugas


kolektif dalam mewujudlkan keadilan dan kesejahteraan dan tata kehidupan yang
baik bagi seluruh masyarakat. Sebagai pemegang amanah, eksistensi dan peran
pemerintah ini memiliki landasan kokoh dalam al-Qur’an dan Sunnah baik
secara eksplisit maupun implisit. Peran negara diperlakukan dalam instrumen
dan fungsionalisasi nilai-nilai ekonomi islam dalam aspek legal, perencanaan,
perencanaan, pengelolaan, dan pengawasannya. Oleh karena itu, pemerintah
sebagai pemilik manfaat sumber-sumber ekonomi bersifat publik, termasuk
produksi dan distribusi serta sebagai lembaga pengawas kehidupan ekonomi.
Ikut campur tangan pemerintah ini bukan berarti pemerintah berhak memonopoli
segala sumber daya ekonomi negara. Seluruh hasil campur tangan pemerintah
bertujuan untuk menghasilkan individu dan masyarakat yang saleh.

Peran pemerintah tercermin jelas dalam menciptakan pasar yang efisien


yang mampu menghasilkan maslahah yang maksimum. Pasar ini terjadi

4
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014).

manakala harga yang tercipta sama dengan biaya minimum untuk menghasilkan
satu unit barang tersebut. Secara teknis, kondisi seperti ini dapat tercipta apabila
pasar dapat bersaing dengan sempurna dmana tidak satupun individu yang dapat
5
mengatur harga pasar . Dengan demikian, pasar efisien adalah pasar yang setiap
produsen dapat menetapkan harya yang konstan dan besarnya harga adalah sama
dengan tingkat minimum. Namun, realisasi pasar yang efisien tidak dapat
terwujud bila diserahkan sepenuhnya kepada pelaku pasar, maka intervensi
pemerintah sangat diperlukan.

Peran pemerintah dalam ekonomi Islam tercermin pula dalam mengatasi


eksternalitas. Eksternalitas merupakan dampak dari suatu aktivitas ekonomi yang
diterima pihak lain, baik yang bersifat positif dan negatif. Hal ini diakibatkan
karena pasar tidak mampu menydiakan sistem kompensasi yang adil terhadap
dampak tersebut.

C. Wilayah Intervensi Negara dalam Ekonomi

Tak ada satupun yang mengabaikan peran negara, khususnya dalam


perekonomian. Mereka memahami bahwa penting bagi negara memberiakn
regulasi aktivitas ekonomi dan pasar dari sudut pandang syariah, demi menjamin
tegaknya keadilan dan aturan main yang tidak memihak. Sebagaiman di
contohkan oleh negara Islam terdahulu, seluruh usaha negara untuk menjamin
kesejahteraan, keadilan, dan aturan main yang adil dalam seluruh aktivitas
kehidupan dicerminkan dengan institusi hisbah. Institusi hisbah, tidak hanya
memungkinkan pasar beroperasi dengan bebas dan membuat harga, gaji dan
keuntungan ditentukan oleh supply dan demand, tetapi pada saat yang sama juga
menjamin bahwa semua pranata ekonomi telah melaksanakan kewajibannya dan
telah mematuhi aturan syariah. Seluruh tindakan pencegahan perlu diambil untuk

5
menjamin bahwa tidak ada lagi paksaan, penipuan, tindakan pengambilan
keuntungan dalam kondisi sulit ataupun menghianati perjanjian. Demikian pula

(P3EI) UII, “Ekonomi Islam” (Yogyakarta, n.d.).

tidak terjadi penumpukan barang atau perusahaan penawaran untuk menaikkan


harga.

Dengan demikian negara tidak perlu ragu-ragu untuk mengintervensi


perekonomian, manakala ambang pintu keadilan terlewati dan tidak ada lagi
justifikasi untuk menunggu kekuatan pasar memperbaiki pelanggaran tersebut
dengan sendirinya. Namun perlu disadari juga, intervensi negara tidak boleh
semena-mena. Negara harus mampu berperan seakan sebagai masyarakat yang
terdholimi, bukan menjadi penguasa yang selalu mampu dalam segala
aktivitasnya. Apabila melakukan secara semena-mena dikarenakan memiliki
kewenangan, pada akhirnya akan menimbulkan ketidakadilan pula.

Kebijakan Ekonomi dalam Suatu Negara

Kebijakan ekonomi adalah beberapa peraturan atau batasan-batasan di bidang


ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tujuan dibuatnya kebijakan
ekonomi adalah untuk meningkatkan taraf hidup atau tingkat kesejahteraan
masyarakat. Selain kebijakan ekonomi diperlukan juga kebijakan nonekonmi,
seperti kebijakan sosial yang menyangkut masalah pendidikan dan kesehatan.
Kebijakan ekonomi dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

Kebijakan ekonomi mikro, adalah kebijakan pemerintah yang ditujukan pada


semua perusahaan tanpa melihat jenis kegiatan yang dilakukan perusahaan
tersebut.

6
Kebijakan ekonomi meso, adalah kebijakan ekonomi yang khusus ditujukan
pada wilayah tertentu atau pada sektor-sektor tertentu.

Kebijakan ekonomi makro, ialah kebijakan ekonomi yang mencakup semua


aspek ekonomi pada tingkat nasional (agregat). Oleh sebab itu, kebijakan ini
bisa mempengaruhi atau bahkan membuat kebijakan meso dan kebijakan
mikro menjadi lebih atau kurang efektif. Adapun pembagian kebijakan
ekonomi makro diantaranya :

Kebijakan Moneter

Tujuan utama kebijakan ekonomi moneter adalah untuk menjaga stabilitas


harga di dalam negeri dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,
khususnya dolar AS. Dengan demikian kebijakan ini juga dapat menjaga
keseimbangan neraca pembayaran melalui perubahan nilai kurs rupiah yang
terkendali bisa dicapai. Kebijakan ekonomi moneter dilakukan terutama
melalui operasi pasar terbuka, penentuan mengenai cadangan wajib
minimum dan batas maksimum pemberian kredit bagi sektor perbankan, dan
perubahan tingkat suku bunga diskonto. Selain itu ada juga kebijakan
moneter yang sering digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengimbangi
perubahan likuiditas perekonomian adalah dengan cara memperjual-belikan
surat berharga SBI dan SBPU. Efektifitas kebijakan moneter yang kontraksi
ini untuk meredam laju pertumbuhan tingkat inflasi melalui pengendalian
jumlah uang beredar di dalam ekonomi tergantung pada respon masyarakat
dan dunia usaha, baik di sektor riil maupun di sektor keuangan.

Kebijakan Fiskal

Dalam usaha mengurangi tingkat inflasi yang cenderung meningkat terus,


selain mengeluarkan kebijakan moneter yang sifatnya kontraksi, pemerintah
juga mengeluarkan kebijakan fiskal yang nonekspansif. Efektifitas kebijakan
fiskal ini sangat tergantung dari reaksi masyarakat dan dunia usaha terhadap
kenaikan tarif pajak pendapatan dan penghasilan atau penjualan. Selain itu
tergantung pada jenis pajak yang diprioritaskan serta besarnya peningkatan
7
penghasilan pajak dan besarnya pengurangan pengeluaran pemerintah. Jenis
pajak yang sangat tepat digunakan sebagai instrumen untuk meredam laju
peningkatan inflasi, dengan cara mengurangi pertumbuhan permintaan
agregat, adalah pajak penghasilan dengan sistem progresif.

Kebijakan Perdagangan Luar Negeri

Kebijakan perdagangan luar negeri telah mengalami 2 strategi yang sangat


berbeda, strategi pertama substitusi impor. Pada awalnya Indonesia
cenderung memproduksi semua jenis barang yang selama ini diimpor tanpa
memperhitungkan apakah Indonesia memiliki keunggulan komparatif atau
tidak untuk setiap jenis barang yang akan dibuat sendiri di dalam negeri.
Kebijakan ini dilaksanakan dengan cara pemerintah memberi perlindungan
dengan tarif yang tinggi, hambatan-hambatan nontarif, subsidi, dan fasilitas
kemudahan lainnya terhadap sejumlah industri di dalam negeri yang diberi
tugas untuk memproduksi barang-barang impor. Pada pertengahan tahun
1980-an, ternyata setelah harga minyak di pasar internasional merosot
dengan tajam, akhirnya pemerintah mengubah kebjakan perdagangan luar
negerinya menjadi kebijakan promosi ekspor non migas, khususnya
barangbarang industri. Efektifitas kebijakan perdagangan luar negeri untuk
meningkatkan daya saing ekspor Indonesia, khususnya barang-barang
manufaktur dan sekaligus mengurangi defisit atau meningkatkan surplus,
sangat tergantung pada dua hal utama. Pertama isi paket deregulasi selama
ini dan yang akan dikeluarkan di sektor perdagangan luar negeri. Kedua,
harmonisasi antara kebijakan perdagangan luar negeri dan kebijakan makro
lainnya, terutama kebijakan moneter, kebijakan fiskal, kebijakan investasi,
kebijakan ketenagakerjaan, dan kebijakan industri.

8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan

Kewajiban dalam merealisasikan kesejahteraan masyarakat merupakan


tugas seluruh agen ekonomi, termasuk pemerintah dan masyarakat. Seluruh
sektor harus bergerak dan bekerjasama dalam menyelenggarakan aktivitas
ekonomi untuk mencapai kesejahteraan umat. Negara memiliki peran strategis
dalam perekonomian. Pemerintah memiliki tanggung jawab dan kewajiban
memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat. Salah satu bentuk peran pemerintah
adalah kebijakan fiskal. Dalam penyusunan APBN senantiasa tetap mengacu
kepada dasar dan tujuan negara Indonesia yaitu “melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan ke adilan
sosial.

B. Saran

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu saran dari pembaca sangat saya perlukan demi terciptanya kesempurnaan
makalah.

DAFTAR PUSTAKA

Chorunnisak. “Konsep Pengelolaan Kekayaan Dalam Islam” 3 (2017).

Manan, Abdul. Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2014.

9
Rahayu, Ani Sri. Pengantar Kebijakan Fiskal. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Rivai, Veithzal, and Andi Buchari. Islamic Economic. 1st ed. Jakarta: Bumi Aksara,
2009.

UII, (P3EI). “Ekonomi Islam.” Yogyakarta, n.d.

10

Anda mungkin juga menyukai