Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Individual pada mata kuliah
Koperasi Syariah dan UMKM
Disusun Oleh :
Hasriany Huzain
(90500120116)
hasrianyhzn048@gmail.com
PERBANKAN SYARIAH
T/A 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini berjudul “Koperasi dan UMKM sebagai basis
ekonomi rakyat"
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Hj. Nuraeni Gani,
MM. Selaku dosen mata kuliah Koperasi Syariah dan UMKM. yang telah
memberikan tugas ini serta membimbing dalam penulisan makalah
inisehingga penulis memperoleh banyak ilmu, informasi dan pengetahuan selama
penulis Menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 1
C. TUJUAN ............................................................................................................. 4
UMKM ....................................................................................................................... 6
KERAKYATAN ......................................................................................................... 8
A. KESIMPULAN ................................................................................................. 12
B. SARAN ............................................................................................................. 12
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara konsep, ekonomi kerakyatan dikembangkan melalui
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang bertujuan untuk
melepaskan rakyat dari belenggu kapitalisme dunia pada masa itu.
Perhatian terhadap sistem ekonomi kerakyatan dicurahkan oleh Bung
Hatta yang mengatakan bahwa pembangunan ekonomi Indonesia pada
hakekatnya adalah pembangunan ekonomi kerakyatan. Maka yang perlu
dilakukan adalah mengubah struktur ekonomi umumnya dari ekonomi
kolonial atau semacamnya ke ekonomi nasional yang berkerakyatan. Dan
secara formal yuridis dan politis ekonomi kerakyatan pun diakomodir dalam
GBHN tahun 1993 sebagai hasil rumusan Sidang Umum MPR RI tahun
1992.I
deologi dasar konsep ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi
yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat sesuai dengan pasal 33 ayat 1
UUD 1945 dan sila ke-empat Pancasila. Sehingga pasal 33 menjadi
landasan konstitusional sistem ekonomi kerakyatan terutama bagian
penjelasannya yang dalam pasal tersebut tercantum dasar ekonomi di mana
produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau
pemilikan anggota masyarakat, karena itu perekonomian di susun
sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan.
Tujuan utama dari sistem ekonomi kerakyatan yaitu menjamin
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara merata lebih utama
daripada kemakmuran individual dan segelintir golongan yangmenguasai
faktor-faktor produksi. Bila ditinjau dari uraian di atas, maka jelaslah
bahwa sistem ekonomi nasional yang sebenarnya adalah menganut sistem
ekonomi kerakyatan, di mana sistim ini menganut azas kekeluargaan,
berkedaulatan rakyat, bermoral Pancasila dan menunjukkan
keberpihakan yang sungguh-sungguh pada ekonomi rakyat.
3
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan
penulisan ini antara lain:
1. Untuk mengetahui apa pengertian ekonomi rakyat.
2. Untuk memahami bagaimana politik ekonomi dalam memperdayakan
koperasi dan UMKM.
3. Untuk mengetahui substansi koperasi dan UMKM sebagai sistem
ekonomi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
kenyataan lain di sejumlah bangsa yang berbeda. Salah satu harapan agar
hasil dari pertumbuhan tersebut bisa dinikmati sampai pada lapisan
masyarakat paling bawah, ternyata banyak rakyat di lapisan bawah tidak
selalu dapat menikmati cucuran hasil pembangunan yang diharapkan itu.
Bahkan di kebanyakan negara negara yang sedang berkembang,
kesenjangan sosial ekonomi semakin melebar. Dari pengalaman ini,
akhirnya dikembangkan berbagai alternatif terhadap konsep pembangunan
yang bertumpu pada pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi tetap
merupakan pertimbangan prioritas, tetapi pelaksanaannya harus serasi
dengan pembangunan nasional yang berintikan pada manusia pelakunya.
Sistem Ekonomi kerakyatan adalah system ekonomi yang
berasas kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, dan menunjukkan pemihakan
sungguh –sungguh pada ekonomi rakyat. Dalam prakteknya, ekonomi
kerakyatan dapat dijelaskan juga sebagai ekonomi jejaring (network) yang
menghubungkansentra inovasi, produksi dan kemandirian usaha
masyarakat ke dalam suatu jaringan berbasis teknologi informasi, untuk
terbentuknya jejaring pasar domestik diantara sentara dan pelaku usaha
masyarakat.
6
pertumbuhan. Penerapan teori pertumbuhan yang telah membawa
kesuksesan di negara negara kawasan Eropa ternyata telah menimbulkan
kenyataan lain di sejumlah bangsa yang berbeda. Salah satu harapan agar
hasil dari pertumbuhan tersebut bisa dinikmati sampai pada lapisan
masyarakat paling bawah, ternyata banyak rakyat di lapisan bawah tidak
selalu dapat menikmati cucuran hasil pembangunan yang diharapkan itu.
Bahkan di kebanyakan negara negara yang sedang berkembang,
kesenjangan sosial ekonomi semakin melebar.
Pertumbuhan ekonomi tetap merupakan pertimbangan prioritas,
tetapi pelaksanaannya harus serasi dengan pembangunan nasional yang
berintikan pada manusia pelakunya. Pembangunan yang berorientasi
kerakyatan dan berbagai kebijaksanaan yang berpihak pada kepentingan
rakyat. Dari pernyataan tersebut jelas sekali bahwa konsep, ekonomi
kerakyatan dikembangkan sebagai upaya untuk lebih mengedepankan
masyarakat. Dengan kata lain konsep ekonomi kerakyatan dilakukan
sebagai sebuah strategi untuk membangun kesejahteraan dengan lebih
mengutamakan pemberdayaan masyarakat. Menurut Guru Besar, FE UGM
( alm ) Prof. Dr. Mubyarto, sistem Ekonomi kerakyatan adalah system
ekonomi yang berasas kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, dan
menunjukkan keberpihakan sungguh-sungguh pada ekonomi rakyat
Dalam praktiknya, ekonomi kerakyatan dapat dijelaskan juga sebagai
ekonomi jejaring ( network ); saling menghubungkan sentra-sentra
inovasi, produksi dan kemandirian usaha masyarakat ke dalam suatu
jaringan berbasis teknologi informasi, untuk terbentuknya jejaring
pasar domestik diantara sentara dan pelaku usaha masyarakat.
Sebagai suatu jejaringan, ekonomi kerakyatan diusahakan untuk siap
bersaing dalamera globalisasi, dengan cara mengadopsi teknologi
informasi dan sistem manajemen yang paling canggih sebagaimana dimiliki
oleh lembaga-lembaga bisnis internasional, Ekonomi kerakyatan dengan
sistem kepemilikan koperasi dan publik.
7
Berkaitan dengan uraian diatas, agar sistem ekonomi kerakyatan tidak
hanya berhenti pada tingkat wacana, sejumlah agenda konkret ekonomi
kerakyatan harus segera diangkat kepermukaan. Secara garis besar ada lima
agenda pokok ekonomi kerakyatan yang harus segera diperjuangkan. Kelima
agenda tersebut merupakan inti dari poitik ekonomi kerakyatan dan
menjadi titik masuk ( entry point) bagi terselenggarakannya system
ekonomi kerakyatan dalam jangka panjang = Peningkatan disiplin
pengeluaran anggaran dengan tujuan utama memerangi praktek Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam segala bentuknya;
Yang menjadi masalah, struktur kelembagaan politik dari tingkat
Kabupaten sampai ke tingkat komunitas yang ada saat ini adalah lebih
merupakan alat control birokrasi terhadap masyarakat. Tidak mungkin
ekonomi kerakyatan di wujudkan tanpa restrukturisasi kelembagaan politik
di tingkat Distrik. Dengan demikian persoalan pengembangan ekonomi
rakyat juga tidak terlepas dari kelembagaan politik di tingkat Distrik.
Untuk itu mesti tercipta iklim politik yang kondusif bagi pengembangan
ekonomi rakyat. Di tingkat kampung dan Distrik bisadimulai dengan
pendemokrasian pratana sosial politik, agarbenar-benar yang inklusif dan
partisiporis di tingkat Distrik untuk menjadi partner dan penekan
birokrasi kampung dan Distrik agar memenuhi kebutuhan pembangunan
rakyat.
8
penting untuk menjamin pendayagunaan seluruh potensi sumberdaya
nasional, tetapi juga penting sebagai dasar untuk memastikan keikutsertaan
seluruh anggota masyarakat turut menikmati hasil produksi nasional
tersebut. Hal ini sejalan dengan bunyi Pasal 27 UUD 1945 yang
menyatakan, Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaN”
2. Partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam turut menikmati
hasil produksi nasional. Artinya, dalam rangka ekonomi kerakyatan,
harus ada jaminan bahwa setiap anggota masyarakat turut menikmati
hasil produksi nasional, termasuk para fakir miskin dan anak-anak
terlantar. Hal itu antara lain dipertegas oleh Pasal 34 UUD 1945 yang
menyatakan, Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
Dengan kata lain, dalam rangka ekonomi kerakyatan atau demokrasi
ekonomi, negara wajib menyelenggarakan sistem jaminan sosial bagi fakir
miskin dan anak-anak terlantar di Indonesia.
3. Kegiatan pembentukan produksi dan pembagian hasil produksi
nasional itu harus berlangsung di bawah pimpinan atau penilikan anggota-
anggota masyarakat. Artinya, dalam rangka ekonomi kerakyatan atau
demokrasi ekonomi, anggota masyarakat tidak boleh hanya menjadi
objek kegiatan ekonomi. Setiap anggota masyarakat harus diupayakan
agar menjadi subjek kegiatan ekonomi. Dengan demikian, meski kegiatan
pembentukan produksi nasional dapat dilakukan oleh para pemodal
asing, tetapi penyelenggaraan kegiatan-kegiatan itu harus tetap
berada di bawah pimpinan dan pengawasan anggota-anggota
masyarakat. Unsur ekonomi kerakyatan yang ketiga ini mendasari
perlunya partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam turut memiliki
modal atau faktorfaktor produksi nasional. Modal dalam hal ini
tidak hanya terbatas dalam bentuk modal material (material capital),
tetapi mencakup pula modal intelektual (intelectual capital) dan
modal institusional (institution capital). Sebagai konsekuensi logis dari
unsur ekonomi kerakyatan yang ketiga itu, negara wajib untuk secara
9
terus menerus mengupayakan terjadinya peningkatkan kepemilikan ketiga
jenis modal tersebut secara relatif merata di tengah-tengah
masyarakat. Negara wajib menjalankan misi demokratisasi modal
melalui berbagai upaya.
4. Demokratisasi modal material; negara tidak hanya wajib mengakui
dan melindungi hak kepemilikan setiap anggota masyarakat. Negara
juga wajib memastikan bahwa semua anggota masyarakat turut memiliki
modal material. Jika ada di antara anggota masyarakat yang sama
sekali tidak memiliki modal material, dalam arti terlanjur terperosok
menjadi fakir miskin atau anak-anak terlantar, maka negara wajib
memelihara mereka..
5. Demokratisasi modal intelektual; negara wajib
menyelenggarakan pendidikan nasional secara cuma-cuma. Artinya,
dalam rangka ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi,
penyelenggaraan pendidikan berkaitan secara langsung dengan
tujuan pendirian negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan tidak boleh dikomersialkan. Negara memang tidak perlu
melarang jika ada pihak swasta yang menyelenggarakan
pendidikan, tetapi hal itu sama sekali tidak menghilangkan
kewajiban negara untuk menanggung biaya pokok penyelenggaraan
pendidikan bagi seluruh anggota masyarakat yang
membutuhkannya.
6. Demokratisasi modal institusional; tidak ada keraguan sedikit pun
bahwa negara memang wajib melindungi kemerdekaan setiap anggota
masyarakat untuk berserikat, berkumpul, dan menyatakanpendapat. Secara
khusus hal itu diatur dalam Pasal 28 UUD 1945, Kemerdekaan
bersrikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tertulis
dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-undang.‖ Kemerdekaan
anggota masyarakat untuk berserikat, berkumpul, dan menyatakan
pendapat tersebut tentu tidak terbatas dalam bentuk serikatserikat sosial
dan politik, tetapi meliputi pula serikat-serikat ekonomi. Sebab itu, tidak
10
ada sedikit pun alasan bagi negara untuk meniadakan hak anggota
masyarakat untuk membentuk serikat-serikat ekonomi seperti serikat tani,
serikat buruh, serikat nelayan, serikat usaha kecil-menengah, serikat
kaum miskin kota dan berbagai bentuk serikat ekonomi lainnya,
termasuk mendirikan koperasi.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian materi diatas dapat disimpulkan bahwa koperasi dan
usaha mikro, kecil, dan menengah merupakan bentuk pengejawantahan
ekonomi kerakyatan. sistem perekonomian yang lebih mementingkat
kesejahteraan dan kemakmuran orang banyak bukan orang per orang.
Kedua bentuk organisasi ekonomi ini, selain merupakan konstituen
system ekonomi kerakyatan, juga merupakan bentuk organisasi ekonomi
yang cocok bagi karakteristik bangsa Indonesia yang lebih bersifat homo
societas daripada homo economicus yakni lebih mengutamakan hubungan
antarmanusia daripada kepentingan ekonomi atau materi.Melalui
pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah,
pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan-perumbuhan yang dibarengi
dengan pemerataan di mana kesenjangan antara si kaya dan si miskin
semakin sempit, akan dapat diwujudkan. Upaya ke arah yang saya yakini
dicita-citakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia tersebut merupakan
tanggung jawab semua pihak atau semua pemangku kepentingan
(stakeholders) yakni rakyat di segala lapisan dan pemerintah. Peningkatan
kualitas sumberdaya manusia pelaku usaha dan pengelola/pengurus serta
anggota koperasi dalam arti luas merupakan kunci dari semua upaya
pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah.
B. SARAN
Dengan membaca akalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
tentang koperasi dan UMKM sebagai basis ekonomi rakyat.
12
DAFTAR PUSTAKA
13