Anda di halaman 1dari 6

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah pengantar ilmu
ekonomi berupa makalah yang bertema ekonomi kerakyatan dengan tepat waktu.
Selawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menjadi suri teladan bagi kita semua.

Makalah bertema ekonomi kerakyatan ini berisi contoh kasus nyata yang ada di
Indonesia. Di sini penyusun akan membahas pengertian ekonomi kerakyatan serta
analisis kasus penerapan ekonomi kerakyatan pada Badan Usaha Milik Desa.
Penyusun berterima kasih kepada Ibu Kakanita Ari Puspitasari, SE, MSc. Selaku
dosen mata kuliah pengantar ilmu ekonomi yang telah memberikan arahan serta
bimbingan, dan juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini

Penyusun menyadari makalah bertema ekonomi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
semata-mata karena keterbataan penyusun sendiri. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang positif dan membangun dari semua pihak agar
makalah ini menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Cilacap, 28 Oktober 2020

Penyusun
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Ekonomi Kerakyatan

Ekonomi kerakyatan adalah suatu sistem perekonomian yang dibangun


pada kekuatan ekonomi rakyat, ekonomi kerakyatan merupakan kegiatan
ekonomi yang bisa memberikan kesempatan luas bagi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perekonomian sehingga perekonomian dapat berjalan dan
berkembang dengan baik.
Beberapa definisi kemiskinan menurut beberapa ahli diantaranya:
1. Pengertian Ekonomi Kerakyatan Menurut Mubaryo
Ekonomi kerakyatan adalah ekonomi yang demokratis yang ditujukan
untuk kemakmuran rakyat kecil.
2. Pengertian Ekonomi Kerakyatan Menurut Zulkarnain
Ekonomi kerakyatan adalah suatu sistem ekonomi yang harus di anut
sesuai dengan falsafah negara kita yang menyangkut dua aspek, yakni
keadilan dan demokrasi ekonomi, serta keberpihakan kepada ekonomi
rakyat.
3. Pengertian Ekonomi Kerakyatan Menurut Salim Siagian
Ekonomi kerakyatan adalah suatu kegiatan ekonomi rakyat banyak
disuatu negara atau daerah yang pada umumnya tertinggal bila
dibandingkan dengan perekonomian negara atau daerah bersangkutan
secara rata-rata.

2.2 Ciri-Ciri Ekonomi Kerakyatan

Karakteristik atau ciri ciri sistem ekonomi kerakyatan diantaranya yaitu:


1. Negara atau pemerintah negara yang menguasai kebutuhan hidup
masyarakat.
2. Peran pemerintah dan pihak swasta penting namun tidak dominan.
3. Masyarakat merupakan bagian yang sangat penting karena kegiatan
produksi yang dilakukan, diawasi dan dipimpin oleh masyarakat.
4. Buruh dan modal tidak mendominasi perekonomian karena sistem ekonomi
ini didasari asas kekeluargaan.
5. Bertumpu pada sebuah mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip
persaingan yang sehat.
6. Memerhatikan suatu pertumbuhan ekonomi, nilai keadilan, kepentingan
sosial, dan kualitas hidup
7. Mampu mewujudkan suatu pembangunan berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan
8. Menjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja
9. Adanya suatu perlindungan hak-hak konsumen dan perlakuan yang adil
bagi seluruh rakyat.

2.3 Prinsip-Prinsip Ekonomi Kerakyatan

Ekonomi kerakyatan sebagai sebuah sistem sudah barang tentu


mempunyai prinsip-prinsip dasar yang membedakannya dengan sistem ekonomi
lainnya. Prinsip-prinsip ekonomi tertuang pada UUD 1945 terutama pasal 33,
yaitu:
1. Kekeluargaan, yaitu perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas azas kekeluargaan. Prinsip ini merupakan acuan semua
badan usaha baik BUMN dan BUMS, BUMD.
2. Keadilan, yaitu Pelaksanaan ekonomi kerakyatan harus bisa mewujudkan
keadilan dalam masyarakat. Sistem ini diharapkan dapat memberikan
peluangyang sama kepada semua anak bangsa, apakah ia sebagai
konsumen, pengusaha maupun sebagai tenaga kerja. Tidak ada perbedaan
suku, agama, dan gender, semuanya sama dalam lapangan ekonomi
3. Pemerataan pendapatan yaitu, masyarakat sebagai konsumen dan pelaku
ekonomi harus merasakan pemerataan pendapatan. Pemerataan
pendapatan bukan berarti pertumbuhan ekonomi yang tinggi, karena
pertumbuhan itu hanya dirasakan segelintir masyarakat yang disebut
pengusaha besar, sementara mayoritas masyarakat
berbeda pada posisi miskin dan melarat.
4. Keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat
yaitu, kegiatan ekonomi harus mampu mewujudkan adanya sinergi antara
kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat.
5. Kerja sama yaitu, para pelaku ekonomi harus saling membantu dan bekerja
sama. Dengan kerja sama tentu berbagai kegiatan usaha kecil akan
menjadi kuat dan besar.
BAB III
PEMBAHASAN

Didirikannya BUMDES di Desa Warungbambu didasari oleh ketergantungan dan


kebiasaan masyarakat pada bank keliling. Dimana ketergantungan tersebut dapat
menjerumuskan perekonomian masyarakat Desa Warungbambu. Oleh karena itu,
program simpan pinjam BUMDES didirikan dengan harapan menghilangkan
kebiasaan masyarakat desa pada bank keliling.
Namun karena kurangnya pemahaman masyarakata Desa Warungbambu mengenai
fungsi BUMDES, maka BUMDES tidak dapat berjalan dengan lancar. Dalam upaya
mewujudkan tujuan dalam pengelolaan BUMDES berbasis kerakyatan masyarakat
diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu yang mengerti dan
memahami aturan-aturan dan manajemen pengelolaan. Jika masyarakat belum
memahami fungsi BUMDES maka akan timbul anggapan yang tidak sesuai dengan
fungsi BUMDES pada semestinya. Seperti yang terjadi pada kasus di Desa
Warungbambu, kec. Karawang Timur. Masyarakat Desa Warungbambu tidak benar-
benar memahami fungsi dari BUMDES, sehingga timbul anggapan bahwa adanya
BUMDES simpan pinjam sama halnya dengan bantuan tunai dari pemerintah desa.
Kesalahpahaman tersebut menyebabkan masyarakat berasumsi bahwa mereka tidak
perlu mengembalikan pinjaman yang diberikan oleh pengelola BUMDES.
Keterbatasan kemampuan masyarakat serta tidak memadainya sarana dan prasarana di
Desa Warungbambu menyebabkan tidak terpenuhinya kemampuan mengelola
BUMDES secara professional dan mandiri.. Terlebih masyarakat Desa Warungbambu
tidak memiliki kemampuan dalam bidang manajemen dan akuntansi . Sehingga
masyarakat merasa takut dalammengelola BUMDES berupa simpan pinjam. Hal
tersebut disebabkan karena rendahnya taraf pendidikan di Desa Warungbambu. Pada
dasarnya dalam pengelolaan BUMDES sangat diperlukan sumber daya manusia yang
mengerti dan memahami bidang ekonomi dan akuntansi, karena memang BUMDES
memiliki keterkaitan pada bidang ekonomi. Sehingga jika suatu daerah tidak memiliki
kemampuan dalam bidang tersebut, maka akan menyebabkan hambatan pada jalannya
kegiatan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai