Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

EKONOMI KERAKYATAN DAN ETOS EKONOMI


SEBAGAI BASIS KEKUATAN NASIONAL

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan


Yang Dibimbing Oleh Dosen Dr. Bambang Widiyahsena, M.Si

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
RISKA MAYASARI (17441420)
YULIA FITRI NURLIZA (17441419)
SELY ANJAR PRATIWI (17441401)
AISYAH NURSYIAM (17441393)

KELAS KHUSUS S1 – AKUNTANSI


SEMESTER 5

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmatNya penulis
dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen
Pemasaran.
Adapun pembuatan ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar terselesaikannya makalah ini. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati kami menerima adanya kritik dan saran yang
membangun dari pihak manapun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis
mengucapkan selamat membaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Ponorogo,Oktober 2019

Penyusun

i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 4
A. Refleksi Kerakyatan Dan Etos Ekonomi Sebagai Basis
Kekuatan Nasional
..........................................................................................................
4
B. Ekonomi Kerakyatan Sebagai Standart Etika Bisnis Indonesia
..........................................................................................................
5
C. Ekonomi Kerakyatan Merupakan Bagian Integral dari
Ketahanan Nasional dibanding Ekonomi
..........................................................................................................
.. 6
D. Kewirausahaan dan Kemitraan Sebagai Manifestasi
Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
..........................................................................................................
7
E. Transformasi Nilai Islam Dalam Pembangunan Ekonomi
..........................................................................................................
9
F. Prinsip-Prinsip Islam Dalam Membangun Sistem Ekonomi
..........................................................................................................
12
G. Hubungan Industrial Dalam Islam
..........................................................................................................
13
H. Alternative yang Harus Ditempuh oleh Masyarakat dan
Pemerintah Untuk Memperbaiki Ekonomi Negara
..........................................................................................................
14

BAB III PENUTUP..................................................................................... 15


A. Kesimpulan....................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi
rakyat.Dimana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang
dilakukan oleh rakyat kebanyakan (popular) yang dengan secara swadaya mengelola
sumberdaya ekonomi apa saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya, yang selanjutnya
disebut sebagai Usaha Kecil dan Menegah (UKM) terutama meliputi sektor pertanian,
peternakan, kerajinan, makanan, dsb., yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya dan keluarganya tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya.

Secara ringkas Konvensi ILO169 tahun 1989 memberi definisi ekonomi kerakyatan
adalah ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan masyarakat local dalam
mempertahan kehidupannnya. Ekonomi kerakyatan ini dikembangkan berdasarkan
pengetahuan dan keterampilan masyarakat local dalam mengelola lingkungan dan tanah
mereka secara turun temurun. Aktivitas ekonomi kerakyatan ini terkait dengan ekonomi sub
sisten antara lain pertanian tradisional seperti perburuan, perkebunan, mencari ikan, dan
lainnnya kegiatan disekitar lingkungan alamnya serta kerajinan tangan dan industri rumahan.
Kesemua kegiatan ekonomi tersebut dilakukan dengan pasar tradisional dan berbasis
masyarakat, artinya hanya ditujukan untuk menghidupi dan memenuhi kebutuhan hidup
masyarakatnya sendiri. Kegiatan ekonomi dikembangkan untuk membantu dirinya sendiri dan
masyarakatnya, sehingga tidak mengekploitasi sumber daya alam yang ada.

Gagasan ekonomi kerakyatan dikembangkan sebagai upaya alternatif dari para ahli
ekonomi Indonesia untuk menjawab kegagalan yang dialami oleh negara negara berkembang
termasuk Indonesia dalam menerapkan teori pertumbuhan. Penerapan teori pertumbuhan yang
telah membawa kesuksesan di negara negara kawasan Eropa ternyata telah menimbulkan
kenyataan lain di sejumlah bangsa yang berbeda. Salah satu harapan agar hasil dari
pertumbuhan tersebut bisa dinikmati sampai pada lapisan masyarakat paling bawah, ternyata
banyak rakyat di lapisan bawah tidak selalu dapat menikmati cucuran hasil pembangunan
yang diharapkan itu. Bahkan di kebanyakan negara negara yang sedang berkembang,
kesenjangan sosial ekonomi semakin melebar. Dari pengalaman ini, akhirnya dikembangkan
berbagai alternatif terhadap konsep pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan.
Pertumbuhan ekonomi tetap merupakan pertimbangan prioritas, tetapi pelaksanaannya harus
serasi dengan pembangunan nasional yang berintikan pada manusia pelakunya.

1
Pembangunan yang berorientasi kerakyatan dan berbagai kebijaksanaan yang berpihak
pada kepentingan rakyat. Dari pernyataan tersebut jelas sekali bahwa konsep, ekonomi
kerakyatan dikembangkan sebagai upaya untuk lebih mengedepankan masyarakat. Dengan
kata lain konsep ekonomi kerakyatan dilakukan sebagai sebuah strategi untuk
membangun kesejahteraan dengan lebih mengutamakan pemberdayaan masyarakat.

Sebagai suatu jejaringan, ekonomi kerakyatan diusahakan untuk siap bersaing dalam
era globalisasi, dengan cara mengadopsi teknologi informasi dan sistem manajemen yang
paling canggih sebagaimana dimiliki oleh lembaga “ lembaga bisnis internasional, Ekonomi
kerakyatan dengan sistem kepemilikan koperasi dan publik. Ekomomi kerakyatan sebagai
antitesa dari paradigma ekonomi konglomerasi berbasis produksi masal ala Taylorism.
Dengan demikian Ekonomi kerakyatan berbasis ekonomi jaringan harus mengadopsi
teknologi tinggi sebagai faktor pemberi nilai tambah terbesar dari proses ekonomi itu sendiri.
Faktor skala ekonomi dan efisien yang akan menjadi dasar kompetisi bebas menuntut
keterlibatan jaringan ekonomi rakyat, yakni berbagai sentra-sentra kemandirian ekonomi
rakyat, skala besar kemandirian ekonomi rakyat, skala besar dengan pola pengelolaan yang
menganut model siklus terpendek dalam bentuk yang sering disebut dengan pembeli .

Berkaitan dengan uraian diatas, agar sistem ekonomi kerakyatan tidak hanya berhenti
pada tingkat wacana, sejumlah agenda konkret ekonomi kerakyatan harus segera diangkat
kepermukaan. Secara garis besar ada lima agenda pokok ekonomi kerakyatan yang harus
segera diperjuangkan. Kelima agenda tersebut merupakan inti dari poitik ekonomi kerakyatan
dan menjadi titik masuk ( entry point) bagi terselenggarakannya system ekonomi kerakyatan
dalam jangka panjang. Peningkatan disiplin pengeluaran anggaran dengan tujuan utama
memerangi praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam segala bentuknya;
Penghapusan monopoli melalui penyelenggaraan mekanisme ; persaingan yang berkeadilan
( fair competition) ; Peningkatan alokasi sumber-sumber penerimaan negara kepada
pemerintah daerah.; Penguasaan dan redistribusi pemilikan lahan pertanian kepada petani
penggarap ; Pembaharuan UU Koperasi dan pendirian koperasi-koperasi dalam berbagai
bidang usaha dan kegiatan.

Yang perlu dicermati peningkatan kesejahteraan rakyat dalam konteks ekonomi


kerakyatan tidak didasarkan pada paradigma lokomatif, melainkan pada paradigma fondasi.
Artinya, peningkatan kesejahteraan tak lagi bertumpu pada
dominasi pemerintah pusat, modal asing dan perusahaan konglomerasi, melainkan pada
kekuatan pemerintah daerah, persaingan yang berkeadilan, usaha pertanian rakyat sera peran
koperasi sejati, yang diharapkan mampu berperan sebagai fondasi penguatan ekonomi rakyat.
Strategi pembangunan yang memberdayakan ekonomi rakyat merupakan strategi
melaksanakan demokrasi ekonomi yaitu produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dan
dibawah pimpinan dan pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat
lebih diutamakan ketimbang kemakmuran orang seorang. Maka kemiskinan tidak dapat
ditoleransi sehingga setiap kebijakan dan program pembangunan harus memberi manfaat pada
mereka yang paling miskin dan paling kurang sejahtera

2
Yang menjadi masalah, struktur kelembagaan politik dari tingkat Kabupaten sampai ke
tingkat komunitas yang ada saat ini adalah lebih merupakan alat control birokrasi terhadap
masyarakat. Tidak mungkin ekonomi kerakyatan di wujudkan tanpa restrukturisasi
kelembagaan politik di tingkat Distrik. Dengan demikian persoalan pengembangan
ekonomi rakyat juga tidak terlepas dari kelembagaan politik di tingkat Distrik. Untuk itu
mesti tercipta iklim politik yang kondusif bagi pengembangan ekonomi rakyat. Di tingkat
kampung dan Distrik bisadimulai dengan pendemokrasian pratana sosial politik, agar benar-
benar yang inklusif dan partisiporis di tingkat Distrik untuk menjadi partner dan penekan
birokrasi kampung dan Distrik agar memenuhi kebutuhan pembangunan rakyat.

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana refleksi sejarah ekonomi Indonesia?
2. Bagaimana prinsip ekonomi kerakyatan sebagai standart etika bisnis Indonesia?
3. Mengapa ekonomi kerakyatan merupakan bagian integral dari ketahanan nasional
disbanding ekonomi?
4. Mengapa kewirausahaan dan kemitraan dikatakan sebagai manifestasi pemberdayaan
ekonomi rakyat?
5. Bagaimana transformasi nilai islam dalam pembangunan ekonomi?
6. Bagaimana hubungan industrial dalam islam ?
7. Alternative apa yang harus ditempuh oleh masyarakat dan pemerintah untuk
memperbaiki ekonomi Negara?

C. Tujuan Penulisan

Dari perumusan masalah di atas tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui refleksi sejarah ekonomi Indonesia
2. Untuk mengetahui prinsip ekonomi kerakyatan sebagai standart etika bisnis indonesia
3. Untuk mengetahui alasan ekonomi kerakyatan merupakan bagian integral dari
ketahanan nasional dibanding ekonomi?
4. Untuk mengetahui alternative kewirausahaan dan kemitraan dikatakan sebagai
manifestasi pemberdayaab ekonomi rakyat
5. Untuk mengetahui transformasi nilai islam dalam pembangunan ekonomi
6. Untuk mengetahui hubungan industrial dalam islam
7. Untuk mengetahui yang harus ditempuh oleh masyarakat dan pemerintah untuk
memperbaiki ekonomi Negara

BAB II

3
PEMBAHASAN

A. Refleksi Kerakyatan Dan Etos Ekonomi Sebagai Basis Kekuatan


Nasional
 Ekonomi Masa Orde Lama
Dalam perkembangannya, secara garis besar, pemerintahan orde lama,
menganut dua sistem ekonomi, yakni sistem ekonomi sosialis-etatisme (terpimpin
[1959 – 1967]) dan sistem ekonomi liberal [1950 – 1957]. Sistem
ini mengalami kegagalan, terutama karena pengusaha pribumi ketika itu masih lemah
dan belum bisa bersaing dengan pengusaha non pribumi, terutama pengusaha Cina.
Sistem ini justru hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru
mengenyam kemerdekaannya. Berbagai kebijakan yang dilakukan untuk mengatasi
kondisi tersebut, antara lain adalah pemotongan nilai uang (sanering) untuk tujuan
pengendalian tingkat harga, menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan mendorong
importir nasional untuk bisa bersaing dengan perusahaan impor asing melalui
kebijakan Kabinet Natsir. Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi
yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi.

 Ekonomi Masa Orde Baru


Di awal pemerintahan orde baru adalah tingginya inflasi yang diwarisi oleh
pemerintah orde lama mencapai 650%, dan defisit APBN lebih besar dari seluruh
jumlah penerimaannya, demikian juga nilai tukar rupiah yang tidak stabil adalah
merupakan gambaran singkat betapa hancurnya perekonomian kala itu. Kondisi ini
mendorong pemerintahan orde baru untuk melakukan pinjaman luar negeri melalui
IGGI. Ditinjau dari berbagai aspek, ada berbagai hal menarik dalam pemerintahan
orde baru, salah satunya adalah sistem perencanaan pembangunan yang disebut
REPELITA. Pemerintah memiliki rencana pembangunan jangka pendek, menengah
dan jangka panjang yang disusun secara komperehensif dan terintegrasi. Hal ini
memiliki dampak yang sangat signifkan dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia.

 Ekonomi Masa Reformasi


Hal yang sama juga terjadi pada peralihan pemerintah orde baru kepada
pemerintah era reformasi. Nilai tukar rupiah melemah yang dibarengi dengan
pembengkakan utang luar negeri sebagai akibat krisis ekonomi 1998. Untuk mengatasi
berbagai persoalan ekonomi, pemerintahan Habibie berusaha keras untuk melakukan
perbaikan kondisi ekonomi melalui rekapitulasi perbankan, rekonstruksi
perekonomian Indonesia, likuidasi beberapa bank bermasalah, menaikkan nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan mengesahkan UU No. 5 tahun 1999
tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat.
Pada masa kepemimpinan SBY, pemerintah melakukan pengurangan subsidi
BBM dengan menaikkan harga BBM. Pemerintah juga melakukan program konversi
bahan bakar minyak ke bahan bakar gas. Efisiensi subsidi BBM dialihkan ke sektor

4
pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung kesejahteraan
masyarakat seperti bantuan langsung tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Pada tahun
2006 Indonesia berhasil melunasi seluruh sisa hutang pada IMF (International
Monetary Fund).

B. Ekonomi Kerakyatan Sebagai Standart Etika Bisnis Indonesia

Ekonomi kerakyatan sbagai standar etika bisnis untuk sistem perekonomian di


Indonesia mangndung beberapa prinsip, yaitu:
1. Perhatian utama pada yang lemah, bukan yang kuat.
2. Aktivitas perekonomian yang bermoral (menurut standar etika bisnis yang berlaku
umum).
3. Sistem perekonomian yang demokratis (dari, oleh, dan untuk semua masyarakat).
4. Pencapaian keadilan dalam peran dalam hasil saha perekonomian.

Pada prinsipnya, perekonomian seharusnya mengangkat martabat manusia


ekonomi yang kegiatannya. Tujuan-tujuan ekonomi yang semata-mata mengesampingkan
martabat manusia berarti mengurangi pemaknaan kegiatan ekonomi itu sendiri. Ekonomi
kerakyatan menghindari penjajahan dari pihak satu kepada pihak yang lainnya, juaga
menghindari keapanan dan kemakmuran yang di nikmati oleh pihak tertentu di atas
ketidakberdayaan dan keserbakekurangan dari pihak lainnya. Di samping itu, ekonomi
kerakyatan juga merupakan idiologi yang berfungsi sebagai pembelajaran untuk
menngkatkan solidaritas dan kebersamaan dalam bidang ekonomi.

Kemakmuran sekelompok orang di atas kemiskinan dan ketidakberdayaan banyak


orang merupakan ketidakadilan yang nyata. Di sinilah ekonomi kerakyatan menemukan
titik relevansi untuk melakukan keberpihakan bagi yang lemah.
Ekonomi kerakyatan merupakan prinsip demokratis yang mengisyaratkan bahwa seluruh
lapisan masyarakat harus memiliki tingkat perekonomian yang baik. Semua orang
seharusnya keadilan dustributif (hadhikusma,2000) yang berprinsip bahwa setiap orang
atau setiap kelompok mendapatkan bagian yang mungkin berbeda-beda sesuai dengan
usaha dan jasanya yang berbeda pula, namun semua orang atau kelompok memiliki
kesempatan yang sama dalam berusaha dan mengakses sumber-sumber ekonomi.

5
C. Ekonomi Kerakyatan Merupakan Bagian Integral dari Ketahanan
Nasional dibanding Ekonomi

Makna ekonomi kerakyatan mempunyai unsur-unsur sebagai berikut.


1. Dasar demokrasi ekonomi, dimana produksi dikerjakan oleh semua dan untuk semua,
dibawah pemilikan anggota masyarakat.
2. Kemakmuran masyarakat menjadi yang utama, bukan kemakmuran sekelompok
orang.
3. Perekonomian harus disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan.
4. Cabang-cabang produksi bagi Negara dan yang menguasai hidup orang banyak harus
dikuasai oleh Negara.
5. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi Indonesia harus dikuasai
oleh Negara, dan digunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Dalam TAP MPR NfO. XVI/1998 ditegaskan tentang perlunya penerapan system
ekonomi kerakyatan yang berpihak pada upaya-upaya pemberdayaan ekonomi rakyat.
Pemberdayaan rakyat dianggap urgen, bukan saja karena sector ekonomi rakyat ini dari
sector ekonomi menengah dan besar, tetapi juga karena ketimpangan ekonomi dan
kesenjangan social antara keduanya sudah terlalu besar, sehingga menimbulkan
kecemburuan besar. Sistem ekonomi Indonesia adalah system ekonomi berkerakyatan
yang mampu mewujudkan demokrasi dalam tatanan ekonomi nasional. System nilai atau
ideologi suatu bangsa akan menentukan system ekonomi melalu bekerjanya lembaga-
lembaga ekonomi yang dibentuk oleh masyarakat. Ideology ekonomi kerakyatan
merupakan himpunan gagasan yang menjadi landasan tindakan-tindakan ekonomi warga
masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya dan secara bersama mewujudkan
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Pemberdayaan ekonomi kerakyatan juga merupakan bagian integral dalam
mewujudkan ketahann nasional di bidang ekonomi. Gempuran ekonomi global harus
diimbangi dengan penguatan pondasi ekonomi dalam negri. Oleh karenanya, sistem
ekonomi kerakyatan harus di perkuat dengan keberpihakan pemerintah dalam
memberdayakan ekonoi rayat. Dengan ekonoi rakyat yang tangguh, ketahanan nasonal di
bidan ekonomi bisa di wujudkan. pemberdayaan adalah daya masyarakat dengan
mendorong, memotivasi, dan membengkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya,
dan upaya untuk mengembangkannya keberdayaan masyarakat adalah unsure dasar yang
memungkinkan suatu masyarakat bertahan hidup, dan dalam pengertian dinamis:
mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia
dan upaya-upaya keras untuk mengatasinya telah memicu munculnya pandangan yang
berbeda-beda. Khusus tentang kebijakan dan program untuk menggerakkan kembali roda
kegiatan ekonomi rakyat yang ikut terpuruk, muncul duan pendapat yang berbeda:
 Pertama, perlunya membantu ekonomi rakyat melalui restrukturisasi sektor modern,
terutama sector perbankan.
 Kedua, diperlukannya upaya langsung dalam pemberdayaan ekonomi rakyat.

6
Program-program yang langsung memberdayakan ekonomi rakyat banyak dicurigai,
karena dikhawatirkan menjadi program belas kasihan yang tidak akan membawa hasil.
Kecurigaan itu mengindikasikan ada banyak hal yang tidak dipahami berkaitan dengan
ekonomi rakyat dalam perekenomian nasional. Dalam krisis ekonomi yang melanda
Indonesia, ekonomi rakyat justru terbukti mampu bertahan dan menyesuaikan diri. Oleh
karena itu, upaya struktural maupun cultural untk memberdayakan ekonomi rakyat perlu
dilakukan.

D. Kewirausahaan dan Kemitraan Sebagai Manifestasi Pemberdayaan


Ekonomi Rakyat

Globalisasi dan perubahan tatanan perekonomian dunia yang sedemkian cepat harus
dengan cermat diamati untuk diantisipasi setepat dan sedini mungkin. Oleh karena itu, dunia
usaha dunia usaha harus disiapkan dan mempersiapkan diri menhadapi kecengderungan
global kearah perekonomian pasar yang bebas yang masih akan terus bergulir, terutama
dikawasan Asia Pasifik (APEC) dan dikawasan ASEAN (AFTA). Dalam pada itu, penciptaan
daya saing yang kuat menjadi suatu yang sangat diprioritaskan, dan ini dimungkinkan apabila
strukturnya juga kuat. Oleh karena itu, kualitas sumber daya manusia, kemampuan manajerial,
dan kemampuan kewirauasahaan perlu ditingkatkan. Bangkitnya ekonomi Jepang setelah
Perang Dunia II adalah berkat kewirausahhan dan kemitraan antar pelaku ekonomi dalam
memanfaatkan lonjakan permintaan komoditi manufaktur semasa dan setelah perang Korea.

Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang


menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan,
menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam
rangka memberikan pelayanan yang terbaik. Oleh karena itu, asas pokok kewirausahaan
adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan yang kuat untuk bewrkarya dengan semangat kemandirian


2. Kemauan dan kemampuan memecahkan masalah, termasuk keberanian
mengambil resiko
3. Kem ampuan berpikir dan bertindak kreatif dan inovatif
4. Kemampuan bekarja secara tekun dn produktif
5. Kemauan dan kemmpuan untuk berkarya dalam kebersamaan berlandaskanetika
bisnis yang sehat.

Kemampuan kewirausahaan secara ilmiah dapat tumbuh melalui pendidikan dan


pengalaman. Kewirausahaan memang tidak bersifat tekstal, melainkan kontekstual. Oleh
karena itu, ada pendapat bahwa untuk menjadi wirausahawan yang sukses perlu pandai
bergaul, disiplin, dan tidak ada kata terlambat untuk menjadi wirausahawan. Sehubungan
dengan itu, kemampuan kewirausahawan dapat ditempuh melalui program pelatihan
manajerial secara magang, pendidikan keterampilan, dan paket belajar mandiri. Untuk
mempermudah dan memperluas akses dan pangsa pasar, akses teknologi dan informasi,
7
pemerintah juga perlu untuk terus menerus menata system pembiyaan yang membuka akses
seluas-luasnya kepada calon wirausahawan yang potensial.

Kewirausahaan merupakan fungsi dari pengembangan sumber daya manusia sejak


masih anak-anak hinggah dewasa, dan berkembang sejalan dengan berbagai pengalaman dan
dorongan yang ada. Oleh karena itu, pengembangan secara simultan perlu dilakukan dari
berbagai sector, baik pendidikan, pengembangan lingkungan usaha yang mendukung, maupun
berbagai upaya dalam pembinaan dan pengembangan. Dalam hal ini, beberapa kebijakan
pemerintah dalam pengembangan yasaha yang relevan bagi pengembangan kewirausahaan
antara lain mencakup:

1. Penumbuhan iklim usaha yang kondusif dalam aspek pendanaan, persaingan,


prasarana, informasi, kemitraan, dan perlingdungan
2. Pembinaan, pengembangan, pemasaran, SDM, dan teknologi

Sementara itu, secara empiric, kemitraan antara pelaku bisnis ternyata tidak hanya
berkembang di Indonesia, melainkan telah menjadi bagian dari proses pembangunan ekonomi
dunia, dan menjadi isu penting dalam menyongsong era liberalisasi perdagangan dunia. Di
Negara-negara maju, seperti Jepang, Amerika Serikat dan Kanada, kemitraan usaha tumbuh
dan berkembangluas diseluruh lini bisnis. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa keunggulan
bersaing dapat dikembangkan melalui keterkaitan usaha dengan saling ketergantungan antar
pelaku bisnis, bukan ketergantungan, dan juga bukan egoism masing-masing pelaku. Dengan
demikian, motivasi utama kemitraan dinegara maju pada dasarnya adalah bisnis murni.
Terdapat beberapa alas an mengapa harus terjadi kemitraan yaitu:

1. Meningkatkan profit atau sales pihak-pihak yang bermitra


2. Memperbaiki pengetahua tentang situasi pasar
3. Memperoleh tambahan pelanggan atau para pemasok baru
4. Turut serta meningkatkan pengempangan produk
5. Memperbaiki proses produksi
6. Turut serta memperbaiki kualitas
7. Turut serta meningkatkan akses terhadap teknologi

Di Indonesia terdapat kemitraan yang dapat diimpleentasikan oleh UKM dan usaha
besar yaitu:
1. Pertama, kemitraan subkontrak; yang dalam hal ini UKM menjadi pemasok untuk
memenuhi in dustri besar
2. Kedua, kemitraan dengan pola Perusahaan Inti Plasma (PIR); yang mencakup
berkembang baik disektor perkebunan,perikanan, peternakan. Sebagai perusahaan inti,
usaha besar melaksanakan pembinaan terhadap UKM, mulai dari penyediaan sarana
produksi, bembingan teknis, sampai pemasaran hasil produksi
3. Ketiga, pola waralaba (franchising); dalam hal ini pemberi waralaba (franchiator)
memberikan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi kepada penerima waralaba
(franchisee) yang disertai bantuan dan bimbingan manajemen.

8
E. Transformasi Nilai Islam Dalam Pembangunan Ekonomi

Secara potensial Allah telah menyediakan sumber daya alam yang cukup dieksploitasi
bagi kepentingan kehidupan manusia. Aktivitas kerja secara bertanggung jawab dan penuh
perhitungan adalah sesuatu yang mutlak dalam mengolah dan memanfaatkan semua
kekayaan alam di dunia ini . semangat kerja sama dalam kleseimbangan mutlak
diwujudkan agar terbina kehidupan yang seimbang, serasi, dan harmonis. Islam sebagai
ajaran yang bersifat universal memberikan seperangkat aturan dan hukum dalam mengatur
kehidupan manusia di dunia agar terwujud suatu kehidupan yang harmonis dalam rangka
pengabdian kepada Allah.

Berkaitan dengan pembangunan ekonomi ,Islam memiliki satu pandangan yang khas
mengenai kehidupan ini. Pengabdian kepada Allah merupakan bentuk dari fungsi dan
peranan manusia sebagai khalifah dimuka bumi untuk memakmurkan kehidupan, baik
secara material maupun spiritual. Oleh karena itu, unsur-unsur penting untuk menyusun
strategi pembangunan dalam Islam meliputi:

1. Perlunya mengendalikan permintaan yang berlebihan.


2. Perlunya mengembangkan aspek motifasi manusia.
3. Mengembangkan kerangka sosila ekonomi sebagai unsure penunjang dalam
pembangunan.
4. Pentingnya peranan Negara dalam mengembangkan potensi ekonomi masyarakat.

Dari beberapa hal tersebut tampak bahwa Islam memberikan pesan moral dalam
perilaku konsumsi, yaitu perlunya dikembangkan sikap kesederhanaan dan moralitas yang
tinggi agar kualitas hidup manusia bias ditingkatkan dan dipertahankan dalam jangka
waktu yang panjang .
System ekonomi dalam Islam memiliki beberapa prinsip dasar sebagai berikut:
1. Individu mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk berpendapat atau membuat
suatu keputusan yang dianggap perlu, selam hal itu tidak menyimpang dari
kerangka syariat Islam untuk mencapai kesejahtraan masyarakat yang optimal dan
menghindari kemungkinan terjadinya kekacauan dalam msyarakat.
2. Islam mengakui bahwa setiap individu pelaku ekonomi mempunyai perbedaan
potensi yang berarti juga member peluang yang luas bagi seseorang untuk
mengoptimalkan kemampuanya dalam kegiatan ekonomi. Namun , hal itu
kemudian ditunjang dengan seperangkat kaidah untuk menghindari kemungkinan
terjadinyan konsentarsi kekayaan pada seseorang atau sekelompok pengusaha dan
mengabaikan kepentingan msyarakat umum.
3. Islam tidak mengarah pada suatu tatanan masyarakat yang memiliki kesamaan
ekonomi, tetapi mendukung dan menggalakkan terwujudnya tatanan kesamaan
sosial. Kondisi ini mensyaratkan bahwa kekayaan Negara yang dimiliki tidak
hanya dimonopoli oleh segelintir masyarakat saja.
4. Adanya jaminan sosial bagi setiap individu dalam masyarakat. Setiap individu
mempunyai hak untuk hidup secara layak dan manusiawi. Menjadi tugas dan
9
kewajiban Negara untuk menjamin setiap warga negaranya dalam memenuhi
kebutuhan pokok hidupnya.
5. Islam melarang praktek penimbunan kekayaan secara berlebihan yang dapat
merusak tatanan perekonomian masyarakat. Untuk mengantisipasi kemungkinan
munculnya praktek penimbunan kekayaan, islam memberikan sanksi yang keras
kepada para pelakunya .
6. Instrument islam mencegah kemungkinan konsentrasi kekayaan pada sekelompok
kecil orang, dan menganjurkan agar kekayaan terdistribusi pada semua lapisan
masyarakat melalui suatu mekanisme yang telah diatur oleh syariat.

 Transformasi Islam Dalam Etos Kerja

Oleh karena budaya kerja islami bertumpu pada al-akhlaq al-karimah, umat islam
seharusnya menjadikan akhlaq sebagai energi batin yang terus menyala, dan mendorong
setiap langkah kehidupannya dalam koridor jalan yang lurus. Semangat dirinya adalah dari
Allah, di jalan Allah, dan untuk Allah.

Ciri-ciri orang yang mampunyai dan menghayati etos kerja akan tampak dala sikap
dan tingkah lakunya yang berlandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam, bahwa
bekerja itu adalah ibadah dan berprestasi indah. Ada semacam panggilan dari hatinya untuk
secara terus menerus memperbaiki diri, mencari prestasi (bukan prestise), dan akan tampil
sebagai bagian dari umat yang terbaik (khairu ummah). Secara metafosis, bahkan dapat
dikatakan bahwa seorang muslim itu sangat haus untuk beramal saleh. Ada semacam
dorongan yang luar biasa untuk memenuhi hasrat memuaskan dahaga jiwanya yang hanya
terpenuhi apabila dirinya berbuat kesalehan tersebut.

Salah satu esensi dan hakikat dari etos kerja adalah cara seseorang menghayati,
memahami, dan merasakan betapa berharganya waktu. Waktu merupakan deposito yang
paling berharga yang dianugerahkan Allah kepada setiap orang di bumi ini secara gratis dan
merata sempurna. Bagi umat muslim, waktu adalah asset ilahiyyah yang sangat berharga.
Oleh karena itu rugi besar bagi umat muslim yang mengabaikan waktu, karena mengabaikan
waktu berarti menjadi budak kelemahan (Q.S. Al-Ashr:1-3). Sadar untuk tidak memboroskan
waktu, setiap pribadi muslim yang memiliki etos kerja tinggi akan segera menyusun tujuan,
membuat perencanaan kerja, dan kemudian melakukan evaluasi atas hasil kerjanya. Inilah arti
menejemen yang sebenarnya.

Seorang yang memiliki etos kerja sadar betul bahwa kehadiran dirinya di muka bumi
ini bukanlah sekadar untuk ada (being), melainkan ada semangat yang menggelora di seluruh
pori-pori tubuhnya untuk mengisi waktu menuju pada tingkatan menjadi (becoming), dan
akhirnya memperoleh nilai di sisi Allah: menjadi bagian dari khairu-ummah (umat yang
terbaik). Para pekerja yang brmalas-malas dan membuang-buang waktu pada hakikatnya
berjiwa kerdil, pengecut, tidak memiliki tanggungjawab, dan kehilangan orientasi untuk

10
menatap masa depannya. Setiap pribadi muslim yang sadar akan makna hidup meyakini
bahwa apa yang diraih pada waktu yang akan datang ditentukan oleh caranyanya menunaikan
hidup pada hari ini. Waktu bagi pribadi muslim adalah lading kehidupan; kewajiban setiap
muslim adalah menebar benih di atas lading sang waktu untuk kemudian menikmatinya di
masa depan.

Seorang yang berbudaya kerja islami memiliki kompetensi moral, yaitu nilai kejujuran
dan keikhlasan. Sikap jujur dan ikhlas ini bukan sekadar output dari cara dirinya melayani,
melainkan juga input yang membentuk kepribadiannya yang didasarkan pada sikap yang
bersih. Pribadi muslim yang berbudaya kerja islami akan memiliki sikap konsisten, mampu
mengendalikan diri, dan mengelola emosi secara efektif, sehingga ia tetap akan menapaki
jalan yang lurus, meskipun sejuta halangan menghadang. Hal ini bukan idealisme, melainkan
sebuah karakter yang melekat pada jiwa pribadi muslim yang memiliki semangat tauhid.

Penanaman nilai-nilai Islam dalam budaya kerja akan melahirkan pribadi muslim yang
memunyai pandangan ke depan (visionary leadership). Mereka memiliki vitalitas yang sangat
kuat, menghargai orang lain, dan terbuka terhadap semua gagasan, bahkan kritik. Gaya
kepemimpinan seperti ini merupakan salah satu gaya yang diperlihatkan Rasullulah, yaitu
memiliki prinsip-prinsip ddan wawasan ke depan. Yang paling dominan pada diri
kepemimpinan Rasulullah adalah bentuk kepemimpinan dengan keteladanan yang terpadu
dalam tiga komponen yang dibutuhkan secara mutlak oleh para pemimpin, yaitu: visi (vision),
nilai (value), dan vitalitas (vitality).

Orang yang memiliki jiwa wirausaha adalah mereka yang selalu melihat setiap sudut
kehidupan dunia ini sebagai sebuah peluang. Berpikirnya analitis, melihat segala sesuatu
dalam gambar besar, dan semuanya dimulai dari melihat kesempatan dengan membaca (iqra),
dan kemudian berani mencobanya.

Di sisi lain, keyakinan akan nilai tauhid menyebabkan setiap muslim memiliki
penghayatan terhadap ikrar iyyaka na’budu (hanya kepada Allah-lah setiap muslim
menyembah), sehingga menyebabkan setiap pribadi muslim memiliki semangat jihad sebagai
etos kerja jiwa yang merdeka. Semangat jihad ini melahirkan sejuta kebahagiaan, yang
diantaranya adalah kebahagiaan untuk memperoleh hasil dan usaha atas karsa dan karya yang
dihasilkan dari dirinya sendiri. Kemandirian bagi pribadi muslim adalah lambing perjuangan
dari sebuah semangat jihad yang sangat mahal harganya.

Pribadi yang memiliki etos kerja islami juga akan menjadikan silaturrahmi sebagai
salah satu pengmbangan dirinya, karena bukan saja memiliki nilai ibadah yang
bersifat ukhrawi (keakhiratan), tetapi juga merupakan factor produksi potensial yang hasilnya
juga dapat dipetik di dunia. Silaturahmi memuai tiga sisi yang sangat menguntungkan bagi
umat muslim:

11
1. Pertama, meberikan nilai ibadah;
2. Kedua, apabila dilakukan dengan kualitas akhlaq yang mulia silaturahmi akan
memberikan impresi bagi orang lain, sehingga ia akan dikenang banyak orang; dan
3. Ketiga, bahwa silaturrahmi dapat memberikan satu alur informasi yang memberikan
peluang dan kesempatan usaha.

Silaturrahmi merupakan lampu penerang dalam tatanan pergaulan kehidupan yang


apabila dilakukan dengan penuh tanggungjawab, dalam perkembangan selanjutnya, dapat
mengangkat martabat diri seseorang di hadapan manusia yang lain. Dalam menghapi zaman
yang begitu cepat berubah, dimana life cycle technology, inovasi, dan produksi begitu cepat
bergerak, seorang muslim yang mampunyai etos kerja tentu tidak akan pernah menganggap
enteng nilai silaturrahmi ini. Sebaliknya, seorang muslim yang memutuskan silaturrahmi atau
membutakan diri dari gejolak dinamika sosial, sesungguhnya dia telah memadamkan cahaya
benderang di akhirat (Q.S. Al-Isra:72).

Menghadapi perubahan global seperti sekarang ini, baik dalam hal budaya, teknologi,
politik, maupun ekonomi, setiap muslim akan sangat sadar bahwa tidak ada satu makhluk pun
di muka bumi ini yang akan mampu mengubah dirinya, kecuali dirinya sendiri (Q.S Ar-
Ra’ad:11). Peringatan muharram, sebenarnya membawa pesan-pesan perubahan atau hijrah,
yang artinya keluar dari sesuatu yang jumud, statis, dan gelap, menuju keadaan yang lebih
kreatif, dinamis, dan benderang. Semangat perubahan akan tumbuh apabila setiap muslim
mau melakukan perenungan yang mendalam.

F. Prinsip-Prinsip Islam Dalam Membangun Sistem Ekonomi

Islam sebagai suatu system kehidupan manusia mengandung suatu tatanan nilai dalam
mengatur semua aspek kehidupan manusia, baik yang menyangkut sosial ,politik, budaya,
hukum, ekonomi, dan lain-lain. Syariat Islam mengandung suatu tatanan nilai yang berkaitan
dengan aspek aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’ammalah. Pengaturan system ekonomi tidak
bisa dilepaskan dari syariat Islam dalam pengertian yang lebih luas.

System ekonomi dalam Islam memiliki beberapa prinsip dasar sebagai berikut:

1. Individu mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk berpendapat atau membuat suatu


keputusan yang dianggap perlu, selam hal itu tidak menyimpang dari kerangka syariat
Islam untuk mencapai kesejahtraan masyarakat yang optimal dan menghindari
kemungkinan terjadinya kekacauan dalam msyarakat.
2. Islam mengakui bahwa setiap individu pelaku ekonomi mempunyai perbedaan potensi
yang berarti juga member peluang yang luas bagi seseorang untuk mengoptimalkan
kemampuanya dalam kegiatan ekonomi. Namun , hal itu kemudian ditunjang dengan
seperangkat kaidah untuk menghindari kemungkinan ter/jadinyan konsentarsi
kekayaan pada seseorang atau sekelompok pengusaha dan mengabaikan kepentingan
msyarakat umum.

12
3. Islam tidak mengarah pada suatu tatanan masyarakat yang memiliki kesamaan
ekonomi, tetapi mendukung dan menggalakkan terwujudnya tatanan kesamaan sosial.
Kondisi ini mensyaratkan bahwa kekayaan Negara yang dimiliki tidak hanya
dimonopoli oleh segelintir masyarakat saja.
4. Adanya jaminan sosial bagi setiap individu dalam masyarakat. Setiap individu
mempunyai hak untuk hidup secara layak dan manusiawi. Menjadi tugas dan
kewajiban Negara untuk menjamin setiap warga negaranya dalam memenuhi
kebutuhan pokok hidupnya.
5. Islam melarang praktek penimbunan kekayaan secara berlebihan yang dapat merusak
tatanan perekonomian masyarakat. Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya
praktek penimbunan kekayaan, islam memberikan sanksi yang keras kepada para
pelakunya .
6. Instrument islam mencegah kemungkinan konsentrasi kekayaan pada sekelompok
kecil orang, dan menganjurkan agar kekayaan terdistribusi pada semua lapisan
masyarakat melalui suatu mekanisme yang telah diatur oleh syariat.

G. Hubungan Industrial Dalam Islam

Dalam perspektif Islam, hubungan industrial antara pengusaha dan pekerja


merupakan aspek mu’ammalah, sehingga mekanisme pengaturannya harus dikmbalikan
pada kesepakatan diantara unsur-unsur dalam kegiatan produksi dengan prinsip saling
menghargai dan menguntungkan semua pihak. Kegiatan produksi harus diawali oleh
itikad baik dari semua pihak sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup yang
dijiwai oleh semangat profesionalisme dan keharmonisan hubungan antar elemen dalam
kegiatan produksi. Islam sangat menekankan aspek ini mengingat bahwa eseni dari
kehidupan manusia ini adalah ekspresi dari ibadah kepada Allah.

Untuk menghindarkan diri dari kecenderungan eksploitatif atas pekerja, pekerja


dilibatkan dalam kepemilikan saham perusahaan, sehingga di samping pekerja menerima
upah, secara psikologis para pekerja akan semakin bersemangat dalam memajukan
perusahaan. Sebab, semakin maju perusaan berarti kemungkinan mendapat tambahan
keuntungan semakin besar. Di sisi lain, seorang pengusaha dituntut untuk memiliki visi
dan berorientasi cukup jauh, yaitu bagaimana dapat membawa kemajuan peruasan
sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan para pekerjanya.

Pola interaksi dan kerjasama antara pengusaha dan pekerja ditekankan dalam
semangat profesionalisme, tanpa mengurangi hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Keterlambatan dalam pemberian imbalan dapat menimbulkan kesalahan, dan hal itu
sangat merugikan para pekerja. Nabi sendiri prnah mengemukakan dalam bahasa kiasa
agar seorang majikan membayar upah buruhnya sebelum kering keringatnya. Di samping
itu penundaan pemberian imbalan berarti menghambat produktivitas dana bagi
kepentingan kegiatan investasi berikutnya.

Dalam konteks hubungan antara pengusaha dan pekerja dalam upaya untuk
menggerakkan kegiatan ekonomi, Islam menekankan beberapa aspek sebagai berikut:
13
1. Islam menganjurkan agar pekerja diberi gaji yang layak, dan tidak dibebani
dengan pekerjaan di luar batas kemampuannya, dan diberikan gaji tepat
pada waktunya.
2. Pekerja tidak boleh melakukan pekerjaan yang bertentangan dan
merugikan kepentingan perusahaan.
3. Pada awal perjanjian harus ditetapkan mengenai deskripsi pekerjaan,
seperti bentuk/jenis pekerjaan, lama bekerja, tugas dan tanggungjawab,
sanksi, jenjang karier, dan sebagainya secara lengkap dan transparan, serta
disepakati oleh kedua belah pihak.

H. Alternative yang Harus Ditempuh oleh Masyarakat dan Pemerintah


Untuk Memperbaiki Ekonomi Negara

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan upaya-upaya keras untuk


mengatasinya telah memicu munculnya pandangan yang berbeda-beda. Khusus tentang
kebijakan dan program untuk menggerakkan kembali roda kegiatan ekonomi rakyat yang
ikut terpuruk, muncul duan pendapat yang berbeda:
1. Pertama, perlunya membantu ekonomi rakyat melalui restrukturisasi
sektor modern, terutama sector perbankan.
2. Kedua, diperlukannya upaya langsung dalam pemberdayaan ekonomi
rakyat.

14
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Makna ekonomi kerakyatan mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: Dasar demokrasi


ekonomi, dimana produksi dikerjakan oleh semua dan untuk semua, dibawah pemilikan
anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat menjadi yang utama, bukan kemakmuran
sekelompok orang. Selain itu ekonomi kerakyatan sbagai stanar etika bisnis untuk sistem
perekonomin di Indonesia mangndung beberapa prinsip, yaitu: Perhatian utama pada yang
lemah, bukan yang kuat. Aktivitas perekonomian yang bermoral (menurut standar etika bisnis
yang berlaku umum). Sistem perekonomian yang demokratis (dari, oleh, dan untuk semua
masyarakat). Pencapaian keadilan dalam peran dalam hasil saha perekonomian.
Pemberdayaan adalah daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan
membengkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, dan upaya untuk
mengembangkannya keberdayaan masyarakat adalah unsure dasar yang memungkinkan suatu
masyarakat bertahan hidup, dan dalam pengertian dinamis: mengembangkan diri dan
mencapai kemajuan.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://isnawatiputrimuhajir.blogspot.com/2015/05/ekonomi-kerakyatan-dan-etos-
ekonomi.html

Buku Pendidikan Kewarganegaraan, Drs. H. Andi Baso, M.Pd.I, Drs. H. Nasrun Hasan, M.Pd

16

Anda mungkin juga menyukai