Anda di halaman 1dari 18

TUGAS EKT I

MAKALAH MATA KULIAH EKONOMI KOPERASI


“PENGEMBANGAN EKONOMI KERAKYATAN DI INDONESIA
ERA PANDEMI COVID-19”

Dosen Pengampu : Muhammad Nur SE.,MM.


Kelompok 2
Nama Kelompok :
Emiliana 1906010125

Jesika Dian Pratiwi. 1906010078

Delfi Chairunisyah. 1906010089

Kelas : 5A – Manajemen

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas limpahan Rahmat dan
Anugerahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Mata Kuliah Ekonomi Koperasi,
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi
Muhammad SAW.
Tak lupa juga kami ucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Ekonomi Koperasi yang sudah meluangkan waktunya untuk serta memantau perkembangan
penyusunan makalah ini. Serta kepada pihak yang telah membantu demi terselesaikannya
makalah ini.
Penyusunan makalah ini yang berjudul “” Namun kami pun menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya.oleh sebab itu, dengan berbesar hati
kami menerima kritik dan saran untuk memperbaiki makalah – makalah selanjutnya.
Kami berharap dengan penulisan Makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami
dan bagi para pembaca umumnya semoga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang. 

Tangerang, 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….. ii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………………. iii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………….. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………… 1

C. Tujuan Penulisan …………………………………………………………………..

BAB II PENGARUH INVESTASI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

A.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………….............

B. Saran …………………………………………………………………..............

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dimana negara Indonesia


menganut sistem ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan bukanlah sebuah mazhab
ekonomi baru, namun hanya sebagai konstruksi pemahaman dari realita ekonomi yang
umum terdapat di negara berkembang. Suatu realita ekonomi dimana selain ada sektor
formal yang umumnya didominasi oleh pengusaha dan konglomerat terdapat sektor
informal dimana sebagian besar anggota masyarakat hidup. Ekonomi rakyat berkembang
sesuai dengan kondisi masyarakat disuatu daerah tertentu.
Ekonomi kerakyatan merupakan situasi perekonomian di mana kegiatan ekonomi
diselenggarakan dengan melibatkan partisipasi semua anggota masyarakat, sementara
penyelenggaraan kegiatan-kegiatan ekonomi itupun berada di bawah pengendalian atau
pengawasan anggota-anggota masyarakat. Menurut (Mubyarto, 1999), ekonomi kerakyatan
adalah ekonomi yang berbasis kekeluargaan berkedaulatan rakyat dan menunjukan
pemihakan sungguh-sungguh pada ekonomi rakyat. Dalam praktiknya, ekonomi kerakyatan
dapat dijelaskan juga sebagai ekonomi jejaring yang menghubung-hubungkan sentra-sentra
inovasi, produksi, dan kemandirian.
Ekonomi kerakyatan sebagai dasar pijakan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
di Indonesia. Dalam rangka mewujudkan aspek hasil-hasil pembangunan, sektor usaha
kecil menduduki peran penting dan strategis dalam pembangunan nasional, baik dilihat
dari segi kuantitas maupun dari segi kemampuannya dalam meningkatkan pendapatan dan
penyerapan tenaga kerja dalam mewujudkan pemerataan hasil-hasil pembangunan,
termasuk pengentasan kemiskinan.
Perekonomian rakyat pada hakikatnya merupakan istilah ekonomi rakyat yang berarti
perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat. Perekonomian yang diselenggarakan oleh
rakyat adalah usaha ekonomi yang menjadi sumber penghasilan keluarga atau orang-
perorang. Perekonomian nasional berakar pada potensi dan kekuatan masyarakat secara
luas dalam menjalankan roda perekonomian mereka sendiri. Adapun bentuk perekonomian
yang dilakukan langsung oleh masyarakat atau kemandirian perekonomian adalah
dengan membuka usaha-usaha kecil. Dengan demikian, untuk membuka usaha-usaha guna
mencapai kelangsungan hidup mereka memerlukan dana ataupun modal. Pada awal tahun
2020, Covid-19 menjadi masalah kesehatan dunia. Kasus ini diawali dengan informasi
dari Badan Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) pada tanggal 31
Desember 2019 yang menyebutkan adanya kasus kluster pneumonia dengan etiologi
yang tidak jelas di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Kasus ini terus berkembang
hingga adanya laporan kematian dan terjadi importasi di luar Cina. Pada tanggal 30 Januari
2020, WHO menetapkan Covid-19 sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
Meresahkan Dunia (KKMMD). Pada tanggal 12 Februari 2020, WHO resmi menetapkan
penyakit virus Corona pada manusia ini dengan sebutan Coronavirus Disease (Covid-19).
Pada tanggal 2 Maret 2020 Indonesia telah melaporkan dua kasus konfirmasi Covid-19. Pada
tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan Covid-19 sebagai pandemi. Covid-19
adalah sekeluarga virus yang ditemukan pada manusia dan hewan. Sebagian virusnya
dapat menginfeksi manusia serta menyebabkan berbagai penyakit, bahkan dapat
menyebabkan kematian.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari pembahasan diatas, maka penulis disini akan membatasi masalah – masalah yang
berkaitan dengan objek pembahasan. Agar pembaca bisa lebih memahami masalah yang akan
dibahas oleh penulis, penulis membatasi beberapa masalah yang dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan – pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep ekonomi kerakyatan di Indonesia?
2. Bagaimana dampak ekonomi kerakyatan di era Covid-19?
3. Bagaimana peluang ekonomi kerakyatan di era pandemi Covid-19?
4. Bagaimana ekonomi kerakyatan dan etika berekonomi di era pandemi Covid-19?
5. Bagaimana strategi pengembangan ekonomi kerakyatan di era pandemi Covid-19?

C.   TUJUAN PENULISAN
Setelah adanya pengkajian dan pembahasan serta perumusan masalah, penulis
mempunyai beberapa tujuan agar dapat memberi pemahaman tentang makalah ini. Beberapa
tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Mengetahui konsep ekonomi kerakyatan di Indonesia.
2. Mengetahui dampak ekonomi kerakyatan di era Covid-19.
3. Mengetahui peluang ekonomi kerakyatan di era pandemi Covid-19.
4. Mengetahui ekonomi kerakyatan dan etika berekonomi di era pandemi Covid-19.
5. Mengetahui strategi pengembangan ekonomi kerakyatan di era pandemi Covid-19.

BAB II
PEMBAHASAN

a.Konsep Ekonomi Kerakyatan di Indonesia

1.Pengertian Ekonomi Kerakyatan

Menurut (Zulkarnain, 2006) di dalam bukunya yang berjudul: Kewirausahaan


(Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah dan penduduk Miskin), ekonomi
kerakyatan adalah suatu sistem ekonomi yangnharus di anut sesuai dengan falsafah negara
kita yang menyangkut dua aspek, yakni keadilan dan demokrasi ekonomi, serta keberpihakan
kepada ekonomi rakyat.
Definisi ekonomi kerakyatan menurut (Marzuki, 2015), ekonomi kerakyatan
adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat, dimana ekonomi rakyat
sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan
(popular) yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi apa saja yang
dapat diusahakn dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai usaha kecil dan
menengah (UKM) terutama meliputi sektor pertanian, peternakan, kerajinan, makanan,
dsb. Yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya
tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya. Ekonomi kerakyatan dapat
ditafsirkan sebagai setara dengan istilah demokrasi ekonomi yang secara tegas terdapat
pasal penjelasan,. Penjelasan pasal 33 UUD 1945 menyatakan bahwa ekonomi kerakyatan
yakni sistem ekonomi dimana produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, serta
dibawah pemilikan anggota-anggota masyarakat. Dengan demikian salah satu pilar dari
demokrasi ekonomi itu adalah keikutsertaan semua orang dalam kegiatan produksi.
Pemahaman tentang ekonomi rakyat dapat dipandang dari dua pendekatan yaitu:
pertama, pendekatan kegiatan ekonomi dari pelaku ekonomi berskala kecil, yang disebut
perekonomian rakyat. Berdasarkan pendekatan ini, pemberdayaan ekonomi rakyat
dimaksudkan adalah pemberdayaan pelaku ekonomi skala kecil. Kedua, pendekatan
sistem ekonomi, yaitu demokrasi ekonomi atau sistem pembangunan yang demokratis,
disebut pembangunan partisipatif (participatory development). Berdasarkan pengertian di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa ekonomi kerakyatan adalah perkembangan ekonomi
kelompok masyarakat yang mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dalam proses
pembangunan yang berkaitan erat dengan aspek keadilan, demokrasi ekonomi,
keberpihakan pada ekonomi rakyat yang bertumpu pada mekanisme pasar yang adil dengan
tujuan untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan atau mayoritas
masyarakat.

2.Tujuan Ekonomi Kerakyatan


Ekonomi kerakyatan memiliki empat tujuan pokok yaitu: pertama, mewujudkan
pemerataan dan keadilan sosial. Kedua, semangat nasionalisme ekonomi yang kuat,
tangguh dan mandiri. Ketiga, demokrasi ekonomi berdasarkan kerakyatan dan kekeluargaan,
koperasi dan usaha-usaha koperatif menjiwai perilaku ekonomi perorangan dan
masyarkat. Keempat, keseimbangan yang harmonis, efisien dan adil antara perencanaan
nasional dengan desentralisasi ekonomi dan otonomi yang luas, bebas dan bertanggung
jawab, menuju perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Mubyarto, 1999).

3.Ciri-Ciri Ekonomi Kerakyatan


Menurut (Soeharto Prawirokusumo, 2010), ciri-ciri ekonomi kerakyatan adalah:
-Penegakan prinsip keadilan disertai kepedulian terhadap yang lemah. Sistem ekonomi
tersebut harus memungkinkan seluruh potensi bangsa, baik sebagai konsumen, pengusaha,
ataupun sebagai tenaga kerja. Tanpa perlindungan dan hak untuk memajukan
kemampuannya dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya dan partisifasinya secara aktif
dalam berbagai kegiatan ekonomi, termasuk dalam memelihara kekayaan alam dan
lingkungan hidup. Di dalam melaksanakan kegiatan tersebut, semua pihak harus mengacu
kepada peraturan yang berlaku.
-Pemihakan, pemberdayaan, dan perlindungan terhadap yang lemah oleh semua potensi
bangsa, terutama pemerintah sesuai dengan kemampuannya. Pemerintah
melaksanakannya melalui langkah-langkah yang ramah pasar. Penanggulangan
kemiskinan dan pemberdayaan usaha kecil, menengah, dan koperasi (UKM) termasuk petani
dan nelayan kecil, merupakan prioritas utama dalam mengembangkan sistem ekonomi
kerakyatan.. Bagi kelompok penduduk yang karena keadaannya mempunyai keterbatasan
dilakukan langkah-langkah untuk meningkat kemampuannya dan memberikan dukungan
agar dapat memanfaatnya akses yang terbuka.
-Penciptaan iklim persaingan usaha yang sehat dan intervensi yang ramah pasar. Upaya
pemerataan berjalan seiring dengan upaya mnciptakan pasar yang kompetitif untuk
mencapai efisiensi optimal. Dengan demikian, misalnya hubungan kemitraan antar usaha
besar dan UKM harus berdasarkan kompetensi bukan belas kasihan. Untuk itu, prioritas
dilakukan penghapusan praktek-praktek dan perilaku perilaku ekonomi diluar aturan
permainan yang dianggap wajar dan adil oleh masyarakat seperti praktek monopoli,
pengembangkan dengan sistem perpajakan progresif dan deregulasi yang diarahkan untuk
menghilangkan ekonomi biaya tinggi.
-Pemberdayaan kegiatan ekonomi rakyat sangat terkait dengan upaya menggerakkan
perekonomian pedesaan. Oleh karena itu, upaya mempercepat pembangunan pedesaan,
termasuk daerah terpencil, daerah minus, daerah kritis, daerah perbatasan, dan termasuk
daerah terbelakanglainnya harus menjadi prioritas. Hal ini dilakukan antara lain, dengan
meningkatkan pembangunan prasarana pedesaan adalahmendukung pengembangan
keterkaitan desa-desa sebagai bentuk jaringan produksi dan distribusi yang saling
menguntungkan.
-Pemanfatan dan penggunaan tanah dan sumber daya alam lainnya, seperti hutan, laut, air,
udara, dan mineral. Semuanya harus dikelola secara adil, transparan dan produktif dengan
mengutamakan hak-hak rakyat setempat, termasuk hak ulayat masyarakat adat dengan tetap
menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.

4.Prinsip-Prinsip Ekonomi Kerakyatan


Prinsip ekonomi kerakyatan yang tertuang dalam UUD 1945 terutama pasal 33 adalah:
-Prinsip kekeluargaan. dalam penjelasan UUD 1945 dinyatakan bahwa perekonomian
disusun sebagai usaha bersam berdasarkan atas azas kekeluargaan. Prinsip ini merupakan
acuan semua badan usaha baik BUMN dan BUMS, BUMD.
-Prinsip keadilan. Pelaksanaan ekonomi kerakyatan harus bisa mewujudkan keadilan
dalam masyarakat. Sistem ini diharapkan dapat memberikan peluang yang sama kepada
semua anak bangsa, apakah ia sebagai konsumen, pengusaha maupun sebagai tenaga kerja.
Tidak ada perbedaan suku, agama dan gender, semuanya sama dalam lapangan ekonomi.
-Prinsip pemerataan pendapatan. Masyarakat sebagai konsumen dan pelaku ekonomi
harus merasakan pemerataan pendapatan. Kalau selam ini pemerintah terlalu
mementingkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi teryata itu hanya semu belaka.
Pertumbuhan yang tinggi tidak membawa pada pemerataan pendapatan. Pertumbuhan itu
hanya dirasakan segelintir masyarakat yang disebut pengusaha besar, sementara
mayoritas masyarakat berbeda pada posisi miskin dan melarat.
-Prinsip keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Kegiatan
ekonomi harus mampu mewujudkan adanya sinergi antara kepentingan individu dengan
kepentingan masyarakat. Pada pasal 27 ayat 2 UUD 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hal ini
mengisyaratkan bahwa kepentingan pribadi/individu merupakan hal yang harus mendapat
prioritas. Namun kepentingan pribadi/individu tidak boleh mengabaikan kepentingan
masyarakat. Untuk menjaga kepentingan masyarakat negara memiliki kompetensi untuk
menguasai berbagai cabang produksi yang dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat
banyak.
-Prinsip kerja sama atau jaringan. Dalam prinsip ini para pelaku ekonomi harus saling
membantu dan bekerja sama. Dengan kerja sama tentu berbagai kegiatan usaha kecil akan
menjadi kuat dan besar. Kerja sama ini bisa menghimpun para pelaku ekonomi baik
produsen, konsumen dan pelaku ekonomi lainnya, baik usaha besar, menengah ataupun kecil.
Dengan dukungan informasi dan pembiayaan yang cukup maka UKM akan mampu bangkit
dari keterbelakangan.
5.Faktor Keberhasilan Ekonomi Kerakyatan
Faktor penting dalam menjalankan ekonomi kerakyatan yaitu:
-Efisiensi ekonomi yang berdasarkan pada keadilan, partisipasi dan keberlanjutan.
-Peranan vital pemerintah yang bertugas untuk mengatur jalannya roda perekonomian dan
menjamin kemakmuran dan mencegah ketidakadilan pada masyarakat.
-Pemerataan dalam segi faktor produksi.
-Mekanisme alokasi melalui perencanaan pemerintah, mekanisme pasar dan kerjasama.
-Paradigma pola hubungan produksi kemitraan bukan buruh-majikan. Adapun menurut
(Soeharto Prawirokusumo, 2010) bahwa terwujudnya ekonomi kerakyatan ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu: Pertama, tingkat pembangunan daerah. Kedua, tingkat
kemandirian masyarakat. Ketiga, tingkat rasa kepercayaan masyarakat akan kesetaraan.
Keempat, ketenaga kerjaan yang meliputi tingkat kesempatan kerja masyarakat. Kelima,
tingkat partisipatif masyarakat. Keenam, persaingan yang sehat. Ketujuh, adanya
keterbukaan/demokrasi. Kedelapan, pemerataan yang berkeadilan. Dampak Ekonomi
Kerakyatan di Era Pandemi Covid-19 Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020
hingga sekarang membawa dampak yang signifikan bagi negara. Hampir seluruh negara di
dunia terdampak akibat pandemi Covid-19 ini. Salah satu negara yang terkena
dampaknya adalah Indonesia. Dampak pandemi Covid-19 tidak hanya pada kesehatan
masyarakat namun juga berdampak pada kesejahteraan ekonomi negara hingga ekonomi
masyarakat. Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia per tanggal 29 November 2020 sebanyak
534.266 kasus. Jumlah ini terus meningkat setiap bulannya. Segala upaya untuk mencegah
penyebaran Covid-19 telah dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah. Penerapan
pembatasan sosial (social distancing) ataupun physical distancing adalah upaya yang
ditempuh oleh pemerintah. Meski berdampak baik namun upaya ini belum
menunjukkan langka pencegahan virus secara sempurna. Langkah terbesar yang kini mulai
diberlakukan oleh beberapa daerah yang termasuk dalam kategori zona merah pandemi
untuk mencegah penyebaran virus adalah melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB). Langkah ini dinilai akan mencegah penyebaran virus dalam skala besar. PSBB
merupakan pembatasan kegiatan tertentu dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Langkah besar juga telah diputuskan oleh
pemerintah pusat dalam mencegah penyebaran virus yaitu dengan memberhentikan
sementara waktu akses transportasi di seluruh wilayah Indonesia. Pembahasan mengenai
penanganan pandemi Covid-19 dan dampak ekonomi digelar via teleconference oleh
Institutes for Development of Economics an Finance (INDEF). Hasil dari pembahasan
tersebut bahwa setiap hari pandemi ini semakin berdampak ke dalam perekonomian
Indonesia secara umum. Dampak ekonomi akibat pandemi semula hanya menggerus sisi
eksternal. Namun seiring semakin meningkatnya kasus penyebaran Covid-19 turut berimbas
pada stabilitas perekonomian internal. Salah satu imbasnya ialah nilai tukar rupiah terus
melemah tajam. Permasalahan ini tentu berpengaruh pada arus permintaan (demand),
penawaran (supply), dan produksi pada usaha-usaha UMKM di Indonesia. Permasalahan
yang dialami pelaku UMKM sangatlah beragam. Mereka mengeluhkan berbagai dampak
pandemi di antaranya penjualan menurun, kesulitan bahan baku, distribusi terhambat,
kesulitan pemodal, serta produksi yang terhambat. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh
sektor bisnis selama pandemi turut dirasakan oleh perusahaan-perusahaan besar sehingga
berimbas pada pemutusan hubungan kerja (PHK) pada karyawan-karyawan agar menjaga
stabilitas arus kas keuangan perusahaan (cash flow). Kondisi semacam ini akan semakin
memperparah kesejahteraan-kesejahteraan masyarakat jika tidak ada langkah yang tepat dan
bijak dari pemerintah.
c. Peluang Ekonomi Kerakyatan di Era Pandemi Covid-19
Perekonomian rakyat akibat adanya pandemi covid-19 mengalami kelumpuhan.
Permasalahan masyarakat di tengah pandemi berkaitan dengan masalah ekonomi seperti
banyaknya masyarakat yang di-PHK dan kehilangan mata pencahariannya sehari-hari.
Terlebih beban masyarakat ditambah ketika bantuan dari pemerintah tidak tepat sasaran.
Melihat permasalahan ini, maka solusi yang tepat adalah menciptakan masyarakat
mandiri, yang tidak berpangku tangan pada bantuan pemerintah tapi mempunyai inisiatif
mencari solusi untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Pemerintah harus memberikan
sosialisasi pengetahuan kepada masyarakat untuk mandiri di tengah kondisi pandemi Covid-
19, bukan hanya berdiam diri tanpa produktivitas atau kreativitas yang dihasilkan. Strategi
yang terbaik dalam melihat ini semua yakni masyarakat harus pintar membaca peluang
ekonomi di tengah kondisi pandemi Covid-19 ini. Pandemi mematikan sektor ekonomi, tapi
tidak mematikan ide untuk menghasilkan keuntungan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah
sebagai fasilitator harus memberikan pelatihan-pelatihan edukatif kepada masyarakat seperti
bagaimana cara membuat masker, cara membuat tempat cuci tangan dari barang bekas,
ataupun barang lainnya yang sangat dibutuhkan di saat kondisi pandemi. Kebutuhan barang
di kondisi pandemi Covid-19 dapat menjadi peluang dalam menghasilkan keuntungan
ekonomi. Hal ini juga akan menciptakan masyarakat mandiri yang tidak bergantung pada
bantuan orang lain ataupun pemerintah karena mengingat bantuan yang diberikan
pemerintah sangat terbatas, dan tidak dapat diberikan kepada seluruh masyarakat yang
terdampak. Masyarakat harus mampu membaca peluang ekonomi. Masa pandemi Covid-19
ini masyarakat dituntut mampu membaca peluang ekonomi untuk bertahan hidup. Maka dari
itu, ekonomi kerakyatan harus dikembangkan, seperti diadakannya pelatihan-pelatihan
keterampilan untuk memberikan masyarakat asupan skill selama pandemi. Selain itu,
pemerintah juga perlu menyediakan program pelatihan ekonomi berbasis pandemi kepada
masyarakat agar dapat tetap menghasilkan uang di kondisi pandemi. Program tepat guna
kepada masyarakat akan dapat membantu masyarakat untuk tetap produktif meskipun di
tengah pandemi, walaupun dalam kondisi ini tidak boleh mengumpulkan massa yang
banyak di satu tempat, namun dapat tetap dilakukan dengan pemanfaatan teknologi.
Pemanfaatan teknologi pun harus juga melalui sosialisasi kepada masyarakat, karena
mengingat masyarakat tidak sepenuhnya paham, dan masih banyak yang buta terhadap
teknologi. Sehingga sosialisasi dari pemerintah terkait pemanfaatan teknologi di tengah
pandemi sangat dibutuhkan karena teknologi saat ini dijadikan sebagai sarana dalam
berkomunikasi maupun acara-acara resmi lainnya seperti seminar virtual yang dikenal
dengan webbinar ataupun pelatihan-pelatihan dalam bentuk virtual. Dengan adanya pandemi
Covid-19 mengharuskan masyarakat untuk paham dengan dunia digitalisasi terlebih
mengingat virus ini mengubah tatanan kehidupan dunia menjadi serba virtual. Tatanan
kehidupan ini memang sudah diprediksi oleh para pakar, jika sebelumnya kita mengenal era
Revolusi Industri 4.0 yang merupakan tatanan kehidupan baru pada sektor industri
dimana pekerjaan dilakukan oleh tenaga mesin bukan lagi tenaga manusia, maka saat ini kita
sudah masuk ke era Revolusi Industri 5.0 atau society 5.0. Pola kehidupan manusia
memang selalu mengalami evolusi di setiap masanya. Jika society 4.0 memungkinkan kita
mengakses juga membagikan informasi di intenet. Maka, pada fase society 5.0 semua
teknologi akan menjadi bagian dari manusia itu sendiri. Internet tidak hanya sebagai akses
mendapatkan informasi namun juga digunakan untuk menjalani kehidupan. Sehingga
perkembangan teknologi dapat meminimalisir adanya kesenjangan pada manusia dan
masa ekonomi pada kemudian hari.
d. Ekonomi Kerakyatan dan Etika Berekonomi di Era Pandemi Covid-19 Buku yang
berjudul “Daulat Rakyat dan Ekonomi Kerakyatan” karya Bung Hatta yang dipaparkan
kembali oleh Tan Sri Zulfikar Yusuf menjelaskan bahwa bagi kita (bangsa ini) rakyat itu
yang utama, rakyat umum yang mempunyai kedaulatan, kekuasaan, (souverenitet). Karena
itu, jantung hati bangsa dan rakyat itulah yang menjadi ukuran tinggi rendahnya derajat
kita (bangsa ini). Dengan rakyat, kita akan naik dan dengan rakyat pula kita akan turun.
Hidup dan matinya Indonesia, merdeka, semuanya itu bergantung kepada semangat rakyat.
Pernyataan seperti itu perlu menjadi perhatian penuh oleh pemerintah dan lembaga
kemasyarakatan lainnya. Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri dalam penangan pandemi
Covid-19 ini. Maka dari itu, gotong-royong perlu diberlakukan dalam penyelesaian kasus
Covid-19 ini. Mari kita lihat kembali nilai-nilai ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan
itu merupakan sistem ekonomi yang disusun sebagai usaha bersama dengan dijiwai oleh
nilai-nilai kekeluargaan. Dalam ekonomi kerakyatan, sumber daya yang potensial dikelola
atas dasar kemandirian, dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Ekonomi kerakyatan merupakan situasi perekonomian di mana kegiatan ekonomi
diselenggarakan dengan melibatkan partisipasi semua anggota masyarakat, sementara
penyelenggaraan kegiatan-kegiatan ekonomi itupun berada di bawah pengendalian atau
pengawasan anggota-anggota masyarakat. Distribusi hasil produksi mengutamakan
pemerataan kepada rakyat sebagai pendorong terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Adanya pandemi Covid-19 berimbas kepada sektor ekonomi baik negara,
perusahaan hingga masyarakat tentu sangat membutuhkan nilai-nilai ekonomi kerakyatan.
Secara penerapan memiliki konsep kolektivitas atau gotong-royong. Dengan informasi
penurunan angka pertumbuhan ekonomi, tentu kita akan bisa membenahi dengan kerjasama
saling bahu-membahu. Di saat seperti ini dibutuhkan komunikasi yang baik antara pihak
pemerintah dan juga para pelaku usaha dalam negeri. Keputusan pemerintah dalam
memberikan tunjangan atau insentif kepada masyarakat yang terdampak sudah sangat tepat
dan sesuai dengan fungsi keberadaan Negara itu sendiri. Di sisi lain pihak perusahaan
swasta juga mesti menunjukkan peran kemanusiaan serta kekeluargaannya terhadap
masyarakat yang terdampak. Hal ini akan sangat membantu penahanan merosotnya nilai-nilai
kesejahteraan di masyarakat akibat pandemi. Begitu juga dengan masyarakat yang masih
terbilang mampu untuk saling mendukung usaha-usaha kecil di masyarakat misalnya usaha
kuliner atau jenis usaha mikro lainnya. Dalam hal perusahaan yang melakukan PHK
seharusnya tetap memberikan perhatian kepada karyawan yang menjadi korban PHK,
bukan dengan membiarkannya begitu saja. Tentu permasalahan ini juga menjadi perhatian
bagi pemerintah. Komunikasi yang baik mesti dilayangkan kepada perusahaan terkait dan
merencanakan alternatif baru untuk menampung karyawan-karyawan yang di PHK
setelah kondisi perekonomian telah membaik. Biar bagaimanapun, kasus pengangguran
sama bahayanya untuk kesejahteraan rakyat. Inilah yang kemudian disebut sebagai
penerapan nilai-nilai ekonomi kerakyatan dalam asas kekeluargaan yang meliputi nilai
kasih sayang, nilai menghormati dan menghargai, nilai tolong menolong dan gotong royong,
nilai demokrasi serta nilai kesatuan persatuan yaitu bersatunya pemimpin dengan yang
dipimpin. Pandemi Covid-19 membuat secara tiba-tiba roda perekonomian terhenti di dalam
maupun di luar negeri. Perekonomian secara tiba-tiba mengalami crash landing, dan mesti
masuk ke dalam ruang gawat darurat. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses
mutlak yang harus dilakukan oleh suatu bangsa dalam meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Dalam hal ini, pemerintah harus lebih aktif lagi
mengambil peranan sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi nasional. Pemerintah
dan masyarakat memiliki peran penting untuk menjaga stabilitas sosial dan ekonomi supaya
tidak membuat chaos yang berkepanjangan.
e. Strategi Pengembangan Ekonomi Kerakyatan di Era Pandemi Covid-19 Ada beberapa
langkah atau upaya yang harus diperhatikan dalam merealisasikan atau mengembangkan
ekonomi kerakyatan di tengah pandemi
Covid-19 yaitu:
1. Perlu dilakukannya identifikasi mengenai potensi dan pengembangan usaha terhadap
pelaku ekonomi, seperti koperasi, usaha kecil, mikro, menengah, petani dan kelompok tani.
2. Melakukan program pembinaan terhadap pelaku-pelaku usaha melalui program
pendamping.
3. Program pendidikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan mereka pada saat
mengembangkan usaha.
4. Koordinasi dan evaluasi kepada yang terlibat dalam proses pembinaan, baik pembinaan
terhadap permodalan, SDM, pasar, informasi pasar, maupun penerapan teknologi.

Sedangkan, agenda sistem ekonomi kerakyatan di tengah pandemi Covid-19 yang lainnya
yang dapat diterapkan adalah:
1. Sumber daya ekonomi yang semakin dikembangkan aksesnya. Pelaku ekonomi rakyat
tentunya harus bisa mengakses sumber daya ekonomi seperti modal, bahan baku, dan
informasi. Mekanisme pemberian kredit dan penerapan bunga harus memastikan untuk tidak
mendiskriminasi pelaku ekonomi rakyat. Pelaksanaan UU 6/2014 tentang desa dengan
menyediakan cash transfer kepada desa merupakan wujud konkrit pengembangan akses
masyarakat desa kepada sumber daya ekonomi, dalam hal ini finansial. Program pemerintah
untuk membangun infrastruktur pada daerah terdepan, terisolir, dan terbelakang juga
merupakan bentuk lain dari akses kepada sumber daya ekonomi seperti pasar.
2. Perlunya penataan kelembagaan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penataan kelembagaan untuk mengembangkan
ekonomi kerakyatan adalah:
a. Pemberian izin usaha yang diperlukan pelaku ekonomi rakyat perlu diberikan
dengan cepat, mudah, dan murah. Meskipun saat ini pemerintah gencar untuk
menyederhanakan dan mempercepat proses perijinan, namun kebijakan ini masih
menjadikan investor dari luar sebagai prioritas. Pelaku ekonomi rakyat masih berada di
pinggiran. Perijinan yang seharusnya merupakan pengungkit bagi pengembangan usaha
rakyat dalam praktik masih menjadi beban.
b. Memastikan agar pelaku ekonomi besar/global tidak memasuki sektor-sektor ekonomi
yang menjadi bidang gerak ekonomi rakyat. Sepuluh paket kebijakan ekonomi yang
dikeluarkan pemerintah berfokus untuk mendatangkan investor dari luar. Kebijakan tersebut
belum diimbangi dengan upaya melindungi dan memberdayakan pelaku usaha ekonomi
rakyat.
c. Kolaborasi dan pola kerja sama antar pelaku ekonomi rakyat dengan pelaku ekonomi
besar/global perlu menjadi praktik bisnis dominan di Indonesia. Dalam hal ini pemerintah
memiliki sarana dengan menjadikan semua BUMN/BUMD sebagai promotor kerja sama
dengan pelaku ekonomi rakyat.
3. Peninjauan kembali (reorientasi) mengenai pendidikan. Peninjauan kembali mengenai
pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan kejuruan yang sesuai kebutuhan menjadi
prioritas pengembangan khususnya pada daerah-daerah dengan sumber daya tertentu.
Sebagai contoh, daerah dengan potensi sumber daya perikanan perlu dikembangkan
pendidikan kejuruan kelautan dan perikanan, sementara daerah dengan potensi hutan perlu
mengembangkan pendidikan kejuruan industri kayu dan pengolahan hasil hutan non kayu
(non timber forest product). Pada sisi lain, pendidikan umum khususnya pada disiplin
ekonomi dan manajemen perlu mengembangkan pemahaman dan konsep ekonomi rakyat.
Untuk itu studi, pemodelan dan teoritisasi ekonomi rakyat perlu dilakukan oleh para
akademisi.
4.Perlunya pengembangan kapasitas.
Mampu bersaingnya pelaku ekonomi rakyat dengan pelaku ekonomi global di era sekarang
ini. Pengembangan kapasitas sehingga dapat melaksanakan kegiatan ekonomi yang efisien
dan produktif menjadi suatu keharusan. Hal ini bukan persoalan mudah, sebagai contoh
pengembangan kapasitas dari aparat desa untuk mampu memanfaatkan dana desa secara
optimal masih menjadi tantangan. Terdapat lebih dari 74,000 desa, bila setiap desa harus
dilatih kepala desa, sekretaris desa, dan kepala BPD (Badan Perwakilan Desa) berarti
222,000 orang perlu mendapatkan pelatihan. Koordinasi antar lembaga pemerintah untuk
melaksanakan hal ini masih menjadi isu yang tidak kunjung selesai.
5.Mengatasi hambatan ekonomi.
Dalam hal ini perlu diatasinya hambatan ekonomi kerakyatan. Hambatan ekonomi
kerakyatan terdiri dari praktik bisnis besar yang ilegal seperti ilegal fishing, ilegal logging,
ilegal trading. Praktik bisnis ilegal membuat pelaku usaha besar mendapatkan bahan baku
yang murah dan pada kasus perikanan menyebabkan nelayan kecil kehilangan lapangan
pekerjaan. Hambatan ekonomi berikutnya adalah tata niaga yang bias sehingga
menyebabkan harga jual pelaku ekonomi rakyat senantiasa pertekan, seperti komoditi
pertanian dan perkebunan. Hambatan ekonomi terakhir adalah berbagai pungutan dan
retribusi yang dibebankan oleh otoritas lokal, seringkali tanpa ada dasar yang jelas.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ekonomi kerakyatan adalah perkembangan ekonomi kelompok masyarakat yang


mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dalam proses pembangunan yang berkaitan
erat dengan aspek keadilan, demokrasi ekonomi, keberpihakan pada ekonomi rakyat yang
bertumpu pada mekanisme pasar yang adil dengan tujuan untuk peningkatan kesejahteraan
ekonomi secara keseluruhan atau mayoritas masyarakat. Pandemi Covid-19 yang terjadi
sejak Maret 2020 hingga sekarang membawa dampak yang signifikan bagi negara.
Hampir seluruh negara di dunia terdampak akibat pandemi Covid-19 ini. Salah satu negara
yang terkena dampaknya adalah Indonesia. Dampak pandemi Covid-19 tidak hanya pada
kesehatan masyarakat namun juga berdampak pada ekonomi kerakyatan atau kesejahteraan
ekonomi negara hingga ekonomi masyarakat. Adanya pandemi Covid-19 ini dapat
menciptakan peluang masyarakat mandiri, yang tidak berpangku tangan pada bantuan
pemerintah tapi mempunyai inisiatif mencari solusi untuk memperoleh keuntungan ekonomi.
Strategi yang terbaik dalam melihat ini semua yakni masyarakat harus pintar membaca
peluang ekonomi di tengah kondisi pandemi Covid-19 ini. Pandemi mematikan sektor
ekonomi, tapi tidak mematikan ide untuk menghasilkan keuntungan ekonomi. Pandemi
Covid-19 berimbas kepada sektor ekonomi baik negara, perusahaan hingga masyarakat
tentu sangat membutuhkan nilai-nilai ekonomi kerakyatan. Secara penerapan memiliki
konsep kolektivitas atau gotong-royong. Dengan informasi penurunan angka pertumbuhan
ekonomi, tentu kita akan bisa benahi ketika saling bahu-membahu. Di saat seperti ini
dibutuhkan komunikasi yang baik antara pihak pemerintah dan juga para pelaku usaha dalam
negeri. Keputusan pemerintah dalam memberikan tunjangan atau insentif kepada
masyarakat yang terdampak sudah sangat tepat dan sesuai dengan fungsi keberadaan
Negara itu sendiri. Di sisi lain pihak perusahaan swasta juga mesti menunjukkan peran
kemanusiaan serta kekeluargaannya terhadap masyarakat yang terdampak. Ada beberapa
langkah atau upaya yang harus diperhatikan dalam merealisasikan atau mengembangkan
ekonomi kerakyatan di tengah pandemi Covid-19 yaitu : pertama, melakukan identifikasi
terhadap pelaku ekonomi, seperti koperasi, usaha kecil, petani dan kelompok tani mengenai
potensi dan pengembangan usahanya. Kedua, melakukan program pembinaan terhadap
pelaku-pelaku tersebut melalui program pendamping. Ketiga, program pendidikan
pelatihan sesuai dengan kebutuhan mereka pada saat mengembangkan usaha. Keempat,
melakukan koordinasi dan evaluasi kepada yang terlibat dalam proses pembinaan, baik
pembinaan terhadap permodalan, SDM, pasar, informasi pasar, maupun penerapan teknologi.

B. SARAN
Berdasarkan,hasil analisis maka saran yanggdapat diberikan adalah:
1. Pemerintah dan masyarakat dapat saling bahu membahu dalam mengembangkan
ekonomi kerakyatan di era pandemi Covid-19.
2. Pemerintah dapat melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang cara
meningkatkan ekonomi kerakyatan di era pandemi Covid-19.
3. Pemerintah dan masyarakat memiliki peran penting untuk menjaga stabilitas
sosial dan ekonomi negara di era pandemi Covid-19
DAFTAR PUSTAKA

Marzuki, Alie. 2015. Indikator Ekonomi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.


Mubyarto, 1999. Reformasi Sistem Ekonomi : Dari kapitalisme menuju ekonomi
kerakyatan. Jakarta: Aditya Media.
Soeharto, Prawirokusumo. 2010. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Yogyakarta:
BPFE.

Anda mungkin juga menyukai