Anda di halaman 1dari 26

Makalah

Kemiskinan Sebagai Alasan Perlunya Memberdayakan UMKM

DOSEN PEMBIMBING:
Viktor Amos, S.M., M.S.M.

KELOMPOK 2:

ERIYANTO 2011104
WILLIAM ARISTIA SUDIBYO 2011109
CINDY CLAUDIA 2011096
TRULY RENITA SALEH 2011099
REGINA PUTERI PATRICIA 2011100
NATASYA NAOMI OEI 2011125

KELAS A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS ATMA JAYA MAKASSAR
2023

1
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN......................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN........................................................................................................................6

2.1 Kemiskinan sebagai Alasan Perlunya Memberdayakan UMKM.........................................6

2.2 UU Nomor 20 Tahun 2008 Belum Mampu Menjawab Persoalan UMKM.......................13

2.3 Berbagai Masalah dalam UMKM......................................................................................15

BAB III.....................................................................................................................................18

PENUTUP................................................................................................................................18

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................20

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan dua sektor
penting perekonomian nasional di banyak negara termasuk Indonesia. Koperasi adalah suatu
organisasi yang didirikan oleh suatu kelompok yang bertujuan untuk memajukan
kesejahteraan para anggotanya melalui aksi bersama. Sedangkan UMKM merupakan divisi
yang terdiri dari perusahaan dengan jumlah karyawan kurang dari 100 orang dan aset kurang
dari Rp 10 miliar.

Koperasi dan UMKM memainkan peran penting dalam perekonomian nasional,


terutama di negara-negara berkembang. Koperasi dan UMKM seringkali menjadi salah satu
sumber pendapatan terpenting bagi masyarakat, terutama di pedesaan. Koperasi dan UMKM
juga dapat membantu mengurangi ketimpangan ekonomi dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan ekonomi.

Di Indonesia, sektor koperasi dan UMKM telah lama dikenal sebagai tumpuan
perekonomian nasional. Pada tahun 1945, Indonesia mewujudkan konstitusi yang
menetapkan bahwa perekonomian Indonesia harus berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi yang
adil dan adil, termasuk penguatan koperasi dan UMKM. Pada tahun 1951, pemerintah
Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Perkoperasian yang menjadi landasan hukum bagi
perkembangan koperasi di Indonesia. Selain itu, pemerintah mencanangkan program UMKM
pada tahun 1984 yang bertujuan untuk mendukung pelaku UMKM melalui pembiayaan,
pelatihan, dan akses pasar. Meskipun koperasi dan UMKM memiliki potensi besar sebagai
basis perekonomian, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Tantangan utama adalah
kurangnya pembiayaan, kurangnya akses ke pasar dan kurangnya pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis. Oleh karena itu, diperlukan lebih
banyak dukungan pemerintah dan swasta untuk mengembangkan koperasi dan UMKM
sebagai basis ekonomi nasional yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh suatu negara, terutama
di negara berkembang. Masalah kemiskinan merupakan sesuatu yang kompleks, baik dilihat
dari penyebabnya maupun dari ukurannya. Hal ini disebabkan kemiskinan bersifat

3
multidimensional, artinya kemiskinan menyangkut seluruh dimensi kebutuhan manusia yang
sifatnya beragam. Selain itu, dimensi kebutuhan manusia yang beraneka ragam itupun saling
terkait satu dengan lainnya. Berkaitan dengan konsep kemiskinan maka tidak lepas dari
konsep kesenjangan ekonomi dan juga pertumbuhan ekonomi. Pendapat yang berkaitan
dengan hal ini dikemukakan oleh Kusnet. Hipotesis Kusnet menyatakan bahwa hubungan
antara kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan hubungan negatif, sebaliknya
hubungan pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesenjangan ekonomi adalah positif. Hubungan
ini sangat terkenal dengan nama Kurva U Terbalik dari Kusnets. Kusnet menyimpulkan
bahwa pola hubungan yang positif menjadi negatif, menunjukkan terjadi proses evolusi dari
distribusi pendapatan dari masa transisi suatu ekonomi pedesaan (rural) ke suatu ekonomi
perkotaan (urban) atau ekonomi indus

Penanggulangan kemiskinan dengan cara mengembangkan UMKM memiliki potensi


yang cukup baik, karena ternyata sektor UMKM memiliki kontribusi yang besar dalam
penyerapan tenaga kerja, yaitu menyerap lebih dari 99,45% tenaga kerja dan sumbangan
terhadap PDB sekitar 30%. Upaya untuk memajukan dan mengembangkan sektor UMKM
akan dapat menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja yang ada dan tentu saja akan dapat
meningkatkan kesejahteraan para pekerja yang terlibat di dalamnya sehingga dapat
mengurangi angka pengangguran. Dan pada akhirnya akan dapat digunakan untuk
pengentasan kemiskinan.

Program Aksi Pengentasan Kemiskinan melalui pemberdayaan UMKM yang telah


dicanangkan Presiden Yudhoyono pada tanggal 26 Pebruari 2005, terdapat empat jenis
kegiatan pokok yang akan dilakukan yaitu, (1) penumbuhan iklim usaha yang kondusif, (2)
pengembangan sistem pendukung usaha, (3) pengembangan wirausaha dan keunggulan
kompetitif, serta (4) pemberdayaan usaha skala mikro.

Pada tahun 2014, pemerintah Indonesia meluncurkan program pemberdayaan UMKM


yang disebut PUPUK (Program Peningkatan Produktivitas Usaha Mikro dan Kecil). Program
ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing UMKM melalui dukungan
pelatihan, pembiayaan dan akses pasar. Selain itu, pemerintah mencanangkan Program
Nasional Pemberdayaan Ekonomi Keluarga (PNPEK) pada tahun 2018 yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan keuangan keluarga melalui pemberdayaan koperasi dan UMKM.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kemiskinan bisa Dijadikan Alasan Perlunya Memberdayakan UMKM ?


2. Bagaimana UU Nomor 20 Belum Mampu Menjawab Persoalan UMKM ?
3. Apa saja Masalah dalam UMKM? ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Kemiskinan sebagai Alasan Perlunya Memberdayakan


UMKM.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana UU Nomor 20 Belm Mampu Menjawab Persoalan
UMKM.
3. Untuk Mengetahui Berbagai Masalah dalam UMKM.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kemiskinan sebagai Alasan Perlunya Memberdayakan UMKM

Kemiskinan di Indonesia pada akhir tahun 2012 masih berkisar pada angka 28,59 juta
jiwa atau sekitar 11,66% dari total penduduk Indonesia yang mencapai 235 juta jiwa. Namun,
jika menggunakan data versi bank Dunia, angka kemiskinan Indonesia berkisar di angka 100
juta. Terlepas dari nominal angka kemiskinan di Indonesia, sudah menjadi kewajiban bagi
seluruh rakyat Indonesia yang berkecukupan untuk turut serta mengentaskan kemiskinan.
Pemerintah dan kelompok usaha besar (termasuk BUMN) dapat mengadakan program CSR
atau PKBL, sementara masyarakat dapat berpartisipasi dalam program zakat. Pengembangan
kemiskinan dapat dilakukan dengan menguatkan UMKM. Penguatan UMKM dapat
dilakukan melalui pemberdayaan usaha mikro karena usaha mikro umumnya dilakukan oleh
masyarakat kecil.

Kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memperoleh standar hidup miniman.


Kemiskinan dapat juga didefinisikan sebagai minimnya pendapatan dan harta, kelemahan
fisik, isolasi, kerapuhan, dan ketidakberdayaan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh banyak
faktor, terutama faktor sosial, budaya, pendidikan, kesehatan, teknologi, ekologi, dan
sebagainya. Umunya, kemiskinan dapat diklasifikasikan menjadi kemiskinan struktural dan
kemiskinan kultural.

Berikut ini adalah beberapa pengertian kemiskinan menurut para ahli:

1. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa): Menurut PBB, kemiskinan adalah keadaan di


mana individu tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia,
seperti makanan, air bersih, perumahan layak, pendidikan, dan akses kesehatan.

2. Amartya Sen: Menurut Amartya Sen, seorang ekonom dan filsuf, kemiskinan adalah
ketiadaan kapabilitas dasar yang diperlukan untuk hidup yang bermartabat. Ia
menekankan pentingnya melihat kemiskinan bukan hanya sebagai ketiadaan
pendapatan, tetapi juga sebagai keterbatasan akses terhadap peluang dan sumber daya.

3. Robert Chambers: Robert Chambers, seorang pakar pembangunan, menggambarkan


kemiskinan sebagai ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat dengan

6
cara yang bermartabat. Ia menyoroti pentingnya melibatkan orang miskin dalam
proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi hidup mereka sendiri.

4. Jeffrey Sachs: Menurut Jeffrey Sachs, seorang ekonom terkenal, kemiskinan adalah
hasil dari interaksi antara ketidakseimbangan sosial, politik, dan ekonomi yang
menghalangi pembangunan dan menciptakan siklus kemiskinan yang sulit diputuskan.

5. Muhammad Yunus: Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank dan pemenang Nobel
Perdamaian, melihat kemiskinan sebagai suatu bentuk kegagalan sistem keuangan
tradisional yang tidak menyediakan akses ke modal dan kredit bagi orang-orang
miskin.

Kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang diakibatkan oleh kebijakan dan


struktur ekonomi yang tidak memungkinkan masyarakat luas mengakses berbagai sumber
ekonomi. Sistem yang berlaku hanya memungkinkan individu dan kelompok tertentu saja
yang mampu mengakses sumber-sumber ekonomi, sementara kelompok masyarakat yang
tidak mampu akan tersingkir dan kalah dalam persaingan. Kemiskinan struktural juga dapat
terjadi karena sistem yang berlaku sangat sentralistik seingga hanya sekelompok orang saja
yang mampu mengakses sumber-sumber ekonomi. Dengan kata lain, kemiskinan kultural
merupakan kemiskinan yang diakibatkan kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada
kelompok miskin itu sendiri.

Kemiskinan struktural juga dapat terjadi karena ketimpangan struktur perekonomian,


dimana faktor-faktor produksi dikuasai oleh segelintir orang dengan bentuk pasar
mmmonopoli dan oligopoli, serta praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme juga terjadi di
kalangan pengusaha dan penguasa. Salah satu bentuk kemiskinan struktural adalah program
bantuan langsung tunai (BLT) yang seolah-olah membantu masyarakat tetapi program
tersebut kenyataannya tidak lebih dari sebuah bentuk pembodohan secara struktural yang
berdampak pada kemiskinan kultural.

Jika kemiskinan struktural lebih merupakan situasi yang dibentuk oleh kebijakan dan
sistem ekonomi sebuah negara, kemiskinan kultural diakibatkan ole h faktor-faktor budaya
yang menyebabkan terjadinya proses pelestarian kemiskinan di dalam masyarakat. (Menurut
Revrison Baswir, 1999). Kemiskinan kultural mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat

7
yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup, dan budaya masyarakat. Mereka sudah
merasa cukup dengan sumber daya yang ada dan tidak merasa kekurangan akan sesuatu.

Kelompok masyarakat yang kemiskinannya diakibatkan oleh faktor kultural lebih sulit
untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan. Mereka tidak tergerak untuk memperbaiki
tingkat kehidupan sehingga pendapatan mereka tetap rendah menurut ukuran masyarakat ada
umumnya. Dengan ukuran absolut, misalnya tingkat pendapatan minimum, mereka dapat
dikatakan miskin, tetapi mereka tidak merasa miskin dan tidak mau disebut miskin.

Salah satu cara untuk mengurangi kemiskinan adalah dengan membangun kepedulian
masyarakat dengan mengikutsertakan mereka dalam pembangunan. Hal ini dapat dilakukan
melalui program CSR, PKBL, dan zakat yang diperuntukkan bagi penguatan ekonomi, bukan
konsumsi. Penguatan ini tidak dapat dilakukan secara sporadis, tetapi harus dilakukan secara
gradual dan terus-menerus. Pemberantasan kemiskinan tidak hanya dilakukan dengan
memberikan nasi bungkus atau sekarung beras. Pengantasan kemiskinan harus dilakukan
secara sistematis sebagaimana amanat konstitusi yang menjadikan ekonomi kerakyatan
sebagai sistem ekonomi Indonesia.

Penyebab kemiskinan

Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

 penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan
adalah penggunaan keuangan tidak mengukur pemasukan.

 penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.


Penyebab keluarga juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding
dengan pemasukan keuangan keluarga.

 penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan


kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu
atau keluarga yang mudah tergoda dengan keadaan tetangga adalah contohnya.

 penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain,
termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya
adalah gaji atau honor yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya
adalah perbudakan.

8
 penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil
dari struktur sosial.

Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat
dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya
memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang
tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis
kemiskinan.

UMKM umumnya merupakan sektor yang paling besar dalam menciptakan lapangan
kerja di berbagai negara. Menurut data Bank Dunia, UMKM menyumbang sekitar 90%
lapangan kerja di negara-negara berkembang. Mereka memberikan kesempatan kerja bagi
masyarakat yang berada dalam kondisi kemiskinan, termasuk pekerja yang kurang terampil
atau tidak memiliki kualifikasi formal yang tinggi.

Dengan memberdayakan UMKM, masyarakat yang berada dalam kemiskinan dapat


memiliki akses yang lebih baik terhadap peluang kerja. UMKM cenderung memiliki proses
perekrutan yang lebih mudah dan fleksibel, sehingga memungkinkan individu yang tidak
memiliki pengalaman kerja sebelumnya atau keahlian khusus untuk memperoleh pekerjaan.
Hal ini membuka peluang bagi mereka yang sulit mendapatkan pekerjaan di sektor formal
atau korporat.

Salah satu akar permasalahan kemiskinan adalah tingkat pengangguran yang tinggi.
Dengan memberdayakan UMKM, masyarakat yang sebelumnya menganggur dapat
memperoleh pekerjaan yang layak dan menghasilkan pendapatan yang cukup. Ini berdampak
positif pada pengurangan tingkat pengangguran di suatu wilayah atau negara, yang pada
gilirannya dapat mengurangi angka kemiskinan.

Penciptaan lapangan kerja melalui UMKM berkontribusi pada peningkatan


kesejahteraan ekonomi masyarakat. Dengan memiliki pekerjaan yang stabil dan
menghasilkan pendapatan yang cukup, individu dan keluarga yang sebelumnya hidup dalam
kemiskinan dapat meningkatkan standar hidup mereka. Mereka dapat memenuhi kebutuhan
dasar seperti makanan, perumahan, pendidikan, dan layanan kesehatan dengan lebih baik.

UMKM memiliki dampak positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi lokal.


Ketika UMKM berkembang, mereka cenderung mempekerjakan lebih banyak karyawan dan
memperluas jaringan pemasok lokal. Hal ini menciptakan multiplier effect, di mana

9
pengeluaran dari UMKM mengalir ke sektor lain dalam ekonomi lokal, menciptakan peluang
kerja baru, dan meningkatkan daya beli masyarakat. Dalam jangka panjang, hal ini
berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Peningkatan pendapatan melalui memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah


(UMKM) memiliki peran yang penting dalam mengatasi kemiskinan. Berikut ini adalah
bebreapa peran penting UMKM:

1. UMKM sebagai Sumber Utama Pendapatan: UMKM seringkali menjadi sumber


utama pendapatan bagi keluarga miskin di berbagai negara. Keluarga yang hidup
dalam kemiskinan sering kali tergantung pada usaha kecil yang mereka dirikan untuk
memenuhi kebutuhan dasar. Dalam banyak kasus, UMKM ini beroperasi dalam sektor
informal dan terletak di lingkungan setempat.

2. Akses Terhadap Modal: Salah satu tantangan utama yang dihadapi UMKM adalah
akses terhadap modal untuk mengembangkan usaha mereka. Banyak keluarga miskin
tidak memiliki akses ke sistem keuangan formal, seperti bank atau lembaga keuangan
lainnya, sehingga sulit mendapatkan pinjaman modal. Dengan memberdayakan
UMKM, melalui skema pembiayaan mikro atau program bantuan modal, mereka
dapat memperoleh akses ke modal yang diperlukan untuk mengembangkan usaha
mereka.

3. Pelatihan dan Peningkatan Keterampilan: Selain akses modal, memberdayakan


UMKM juga melibatkan pelatihan dan peningkatan keterampilan bagi para pelaku
UMKM. Banyak keluarga miskin yang memiliki usaha kecil tidak memiliki
pengetahuan atau keterampilan bisnis yang memadai. Dengan menyediakan pelatihan
yang sesuai, seperti manajemen usaha, pemasaran, keuangan, dan keterampilan teknis,
UMKM dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola usaha dan
meningkatkan produktivitas.

4. Akses Terhadap Teknologi: Teknologi memainkan peran penting dalam peningkatan


produktivitas dan daya saing UMKM. Namun, banyak UMKM yang berada dalam
kemiskinan tidak memiliki akses terhadap teknologi yang diperlukan. Dalam
memberdayakan UMKM, penting untuk menyediakan akses dan pelatihan dalam
penggunaan teknologi yang relevan, seperti komputer, internet, atau teknologi
produksi yang lebih efisien. Dengan demikian, UMKM dapat meningkatkan efisiensi,
kualitas, dan aksesibilitas produk atau layanan mereka.

10
5. Akses Pasar yang Lebih Luas: UMKM seringkali menghadapi tantangan dalam
mengakses pasar yang lebih luas. Hal ini bisa disebabkan oleh keterbatasan akses
informasi, kurangnya jaringan, atau kendala infrastruktur. Dengan memberdayakan
UMKM, penting untuk memberikan dukungan dalam pemasaran, promosi, dan
pengembangan jaringan bisnis. Melalui pelatihan dalam strategi pemasaran, kualitas
produk, atau kerjasama antar-UMKM, mereka dapat meningkatkan akses pasar dan
meningkatkan pendapatan mereka.

6. Keluar dari Kondisi Kemiskinan: Peningkatan pendapatan melalui memberdayakan


UMKM menjadi kunci bagi keluarga miskin untuk keluar dari kondisi kemiskinan.
Dengan pendapatan yang meningkat, mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, perumahan, pendidikan, dan layanan kesehatan. Selain itu, mereka juga
dapat menginvestasikan pendapatan tambahan mereka dalam pengembangan usaha
dan diversifikasi sumber penghasilan, yang pada gilirannya meningkatkan ketahanan
ekonomi mereka terhadap guncangan dan risiko finansial.

Pengurangan kesenjangan ekonomi antara daerah perkotaan dan pedesaan melalui


memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki dampak yang
signifikan dalam mengatasi kemiskinan. Berikut dampak dalam mengatasi kemiskinan:

a) Kesenjangan Ekonomi antara Perkotaan dan Pedesaan: Kesenjangan ekonomi antara


perkotaan dan pedesaan seringkali menjadi masalah serius di banyak negara. Daerah
pedesaan cenderung mengalami akses terbatas terhadap sumber daya, infrastruktur,
pasar, dan peluang ekonomi yang tersedia di perkotaan. Hal ini menyebabkan tingkat
kemiskinan yang lebih tinggi di pedesaan dan kesenjangan pendapatan yang
signifikan antara kedua daerah tersebut.

b) UMKM sebagai Potensi di Daerah Terpinggirkan: UMKM seringkali terletak di


daerah pedesaan atau perkotaan yang terpinggirkan. Mereka memainkan peran
penting dalam perekonomian daerah tersebut dengan menjadi sumber pendapatan,
lapangan kerja, dan kegiatan ekonomi lokal. Namun, UMKM di daerah terpinggirkan
sering menghadapi tantangan seperti keterbatasan akses terhadap modal, pengetahuan,
pasar, dan infrastruktur.

11
c) Memberikan Pelatihan dan Peningkatan Keterampilan: Salah satu cara
memberdayakan UMKM di daerah terpinggirkan adalah melalui penyediaan pelatihan
dan peningkatan keterampilan. Pelatihan dalam manajemen usaha, pemasaran,
keuangan, teknologi, dan keterampilan teknis dapat membantu UMKM di daerah
terpinggirkan untuk meningkatkan efisiensi operasional, meningkatkan kualitas
produk dan layanan, dan memperluas jangkauan pasar mereka.

d) Akses Modal dan Pembiayaan: UMKM di daerah terpinggirkan sering menghadapi


kendala dalam mengakses modal dan pembiayaan yang diperlukan untuk
mengembangkan usaha mereka. Memberikan akses terhadap modal melalui skema
pembiayaan mikro, program pinjaman dengan suku bunga rendah, atau lembaga
keuangan inklusif dapat membantu UMKM di daerah terpinggirkan untuk
meningkatkan kapasitas produksi, memperluas usaha, dan meningkatkan pendapatan
mereka.

e) Dukungan Infrastruktur dan Akses Pasar: Memberdayakan UMKM di daerah


terpinggirkan juga memerlukan dukungan dalam infrastruktur dan akses pasar.
Infrastruktur yang memadai, seperti transportasi, jaringan listrik, telekomunikasi, dan
fasilitas pendukung lainnya, penting untuk memperluas potensi UMKM. Selain itu,
mengembangkan akses pasar melalui pengembangan jaringan distribusi, pelatihan
pemasaran, dan promosi produk lokal membantu UMKM di daerah terpinggirkan
untuk meningkatkan daya saing mereka dan mencapai pasar yang lebih luas.

f) Mendorong Pengembangan Ekonomi Lokal: Memberdayakan UMKM di daerah


terpinggirkan berkontribusi pada pengembangan ekonomi lokal. Dengan
meningkatkan keterampilan, akses modal, dan akses pasar UMKM, potensi ekonomi
di daerah tersebut dapat dimaksimalkan. Hal ini menciptakan kesempatan kerja,
meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan di daerah terpinggirkan.

12
2.2 UU Nomor 20 Tahun 2008 Belum Mampu Menjawab Persoalan UMKM

UU Nomor 20 tahun 2008 adalah Undang-Undang tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM). UU ini mengatur mengenai pengembangan serta pemberdayaan
UMKM di Indonesia, termasuk dalam hal akses permodalan, penguatan produksi, dan
peningkatan pemasaran. UMKM memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi dan menciptakan lapangan kerja sehingga perlu mendapatkan perhatian yang serius
dari pemerintah dan masyarakat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha


Mikro, Kecil, dan Menengah memiliki beberapa point aturan yang berkaitan erat dengan
implementasi Keuangan Berkelanjutan di Indonesia. beberapa point aturan tersebut terdiri
atas pasal-pasal berikut ini:

1. Bab II Asas dan Tujuan Pasal 2 mengatur bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
berasaskan berwawasan lingkungan. Yang dimaksud dengan "asas berwawasan
lingkungan" adalah asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang
dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan
pemeliharaan lingkungan hidup.

2. Bab VI Pasal 20 mengatur bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi


pengembangan usaha dengan cara memberikan insentif bagi Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah mengembangkan teknologi dan kelestarian lingkungan hidup.

3. Bab VII Pembiayaan dan Penjaminan Pasal 22 menjelaskan bahwa dalam rangka
meningkatkan sumber pembiayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil, Pemerintah
melakukan upaya: Pengembangan sumber pembiayaan dari kredit perbankan dan
lembaga keuangan bukan bank; Pengembangan lembaga modal ventura;
Pelembagaan terhadap transaksi anjak piutang;

UU UMKM yang telah disahkan DPR pada 10 Juni 2008 lalu ternyata tidak mampu
menjawab persoalan yang membelit UMKM. Bahkan, terdapat indikasi bahwa UU No/ 20
Tahun 2008 diarahkan kepada penguatan kapitalisasi ekonomi yang cenderung mengancam
UMKM. Terdapat 8 poin tentang persoalan UMKM yang belum mampu dijawab, yaitu:

13
1. Definisi dan karakteristik UMKM yang dirumuskan semata-mata berdasarkan
pendekatan kapital. Hal ini mengindikasikan adanya gerakan kapitalisasi
badan-badan usaha yang dimiliki masyarakat, khususnya UMKM. Rumusan
tersebut seharusnya dapat diperluas, misalnya berdasarkan jumlah tenaga
kerja, karakteristik SDM-nya, penggunaan sumber daya lokal, penggunaan
teknologi, serta ciri-ciri keindonesiaan.
2. Tumpang-tindihnya program pemberdayaan UMKM disebabkan oleh
banyaknya instansi pemerintahan yang mengurus UMKM. UU No. 20 Tahun
2008 tidak menyebutkan secara spesifik instansi pemerintahan mana yang
bertanggung jawab terhadap UMKM. Berdasarkan pengalaman masa lalu,
tidak sedikit program pemberdayaan dan pengembangan UMKM yang tidak
berjalan sebagaimana mestinya dan bahkan gagal total dalam pelaksanaannya.
Salah satu faktor penyebab kegagalan ini juga disebabkan oleh tidak
sinkronnya model pemberdayaan yang dimiliki berbagai instansi pemerintah
pusat, termasuk pemerintah daerah, kabupaten/kota, maupun provinsi. Bahkan,
program yang dilakukan pemerintah pusat sering kali tidak melibatkan
pemerintah daerah sehingga tidak jarang pemerintah daerah lepas tangan
ketika menghadapi berbagai persoalan UMKM karena mereka merasa tidak
dilibatkan sejak awal dalam perencanaan dan pelaksanaan.
3. Pasal terkait tata cara UMKM agar dapat memperoleh pendanaan dari sumber
pendanaan usaha tidak menuntun UMKM kepada kemandirian.
4. Masalah lainnya yang belum terjawab adalah ketidakpastian bentuk dan
besaran jamnan pemerintah terhadap UMKM terkait masalah agunan. Dalam
uu ini, hanya disebutkan secara normatif bahwa pemerintah akan membantu
pendanaan serta memperbanyak lembaga pembiayaan serta jaringannya agar
UMKM dapat mengaksesnya dengan lebih mudah. Masalah agunan juga tidak
dijelaskan, padahal selama ini salah satu hal yang menjadi persoalan utama
bagi UMKM adalah UMKM tidak memiliki agunan.
5. Pasal 29 pada UU ini memberikan kesempatan kepada usaha besar untuk
memperluas usahanya dengan cara waralaba, tetapi mereka terlebih dahulu
harus memberikan kesempatan dan mendahulukan UMKM yang memiliki
kemampuan. Sebagaimana diketahui sebagian besar UMKM justru tidak
memiliki kemampuan, khususnya dalam pembiayaan untuk mengembangkan
usaha, seperti membuat minimarket dan supermarket. Pasal ini berdampak

14
kepada dominasi usaha-usaha besar dalam ekspansi pasar sehingga usaha
besar mendirikan usaha-usahanya dengan mendirikan minimarket dan
supermarket hampir di setiap daerah dan bahkan pelosok. Hal tersebut
tentunya akan memastikan UMKM. Bahkan, tidak jarang supermarket
didirikan berdekatan dengan pasar tradisional dan bahkan minimarket
didirikan di tengah maupun di dalam pasar tradisional.
6. Pasal 21 Ayat 2 menyebutkan BUMN dapat menyediakan pembiayaan dari
penyisihan bagian laba tahunan yang dialokasikan kepada UMKM dalam
bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya.
Seharusnya, pasal ini menyebutkan BUMN wajib menyisihkan beberapa
persen keuntungannya untuk pembangunan UMKM sebagai wujud kepedulian
mereka terhadap UMKM dan juga sebagai bagian dari demokrasi ekonomi.
Kewajiban BUMN dalam menyisihkan sebagian dari labanya ini lebih
dikarenakan BUMN adalah perusahaan yang dimiliki negara yang
kepemilikan modalnya juga berasal dari negara. Jadi, sangat wajar jika BUMN
diberi kewajiban ikut serta secara langsung dalam mengembangkan UMKM.
7. Dalam UU ini, masalah penerapan sanksi semata-mata ditujukan hanya dalam
masalah kemitraan, terutama menyangkut larangan penguasaan usaha
mikro/kecil oleh usaha menengah dan besar, seperti yang tercantum dalam
Pasal 35. Seharusnya, sanksi juga harus diterapkan pada pasal-pasal lainnya,
terutama pada pasal yang menyangkut pembiayaan dan jaminan.
8. Tidak kalah penting, apakah usaha asing yang berskala UMKM termasuk ke
dalam kriteria UU ini? Ketegasan ini penting sebab bukan tidak mungkin
suatu saat akan banyak usaha asing (yang mungkin) berskala menengah yang
akan beroperasi di Indonesia. Jika tidak dipertegas, konsekuensinya adalah
perusahaan asing berskala UMKM termasuk sebagai UMKM yang
diakomodasi dalam UU ini. Akibatnya, UMKM asing pun akan diperlakukan
sama dengan UMKM nasional.

2.3 Berbagai Masalah dalam UMKM

Terdapat banyak masalah dalam upaya mengembangkan UMKM, terutama menyangkut


manajemen, produksi dan pemasaran, serta pembiayaan. Berbagai persoalan tersebut muncul
akibat sulitnya UMKM dalam mengakses berbagai sumber-sumber ekonomi, di samping

15
tidak banyak kelompok masyarakat yang memiliki komitmen bagi pengembangan UMKM .
Berikut ini beberapa permasalahan yang biasa ditemukan dalam UMKM:

1. Manajemen
Umumnya, kegiatan UMKM tidak membedakan berbagai persoalan yang ada
di dalam perusahaan dengan berbagai persoalan pribadi, terutama menyangkut
kepemiilikan, pembiayaan, dan keuntungan perusahaan. Keduanya sering kali
tercampur sehingga berbagai fungsi manajemen dalam menjalankan
perusahaan tidak dilakukan sebagaimana mestinya, baik menyangkut
perencaanan, pengorganisasian, penggerakkan, maupun pengawasan. Dengan
kondisi demikian, maka dapat dipastikan bahwa kegiatan usaha tidak berjalan
seperti seharusnya.

Manajemen berfungsi memandu berbagai sumber ekonomi yang dimiliki agar


dengan sumber daya yang terbatas, tujuan perusahaan dapat dicapai.
Manajemen merupakan suatu keharusan bagi setiap perusahaan, termasuk
UMKM. Dengan manajemen, berbagai kekuatan yang dimiliki mampu
dioptimalkan, berbagai kelemahan dan ancaman dapat diminimalisasi, dan
pengsaha dapat menangkap kesempatan serta peluang yang ada guna
mengembangkan kegiatan perusahaan.

Manajemen dalam UMKM merujuk pada serangkaian kegiatan dan proses


yang dilakukan untuk mengelola dan mengatur berbagai aspek usaha mikro,
kecil, dan menengah. Tujuan dari manajemen UMKM adalah untuk mencapai
tujuan bisnis, meningkatkan kinerja, dan memastikan keberlanjutan usaha.

Salah satu aspek penting dalam manajemen UMKM adalah perencanaan.


Perencanaan melibatkan merumuskan visi, misi, tujuan, dan strategi bisnis
jangka panjang. Dalam konteks UMKM, perencanaan juga mencakup
penyusunan rencana bisnis yang mencakup analisis pasar, perencanaan
keuangan, serta penetapan sasaran dan indikator kinerja yang jelas.
Perencanaan yang matang membantu UMKM dalam mengidentifikasi
peluang, menghadapi tantangan, dan mengarahkan langkah-langkah bisnis
dengan lebih efektif.

16
Selain itu, manajemen dalam UMKM juga mencakup aspek organisasi.
Organisasi melibatkan pengaturan sumber daya yang ada dalam UMKM,
termasuk struktur organisasi, pembagian tugas dan tanggung jawab, serta
pengelolaan sumber daya manusia. Dalam hal ini, pemilik UMKM perlu
membangun struktur organisasi yang efisien, melakukan pembagian tugas
yang jelas, dan mengelola karyawan dengan baik. Hal ini termasuk dalam hal
rekrutmen, pelatihan, pengembangan, dan penghargaan bagi karyawan, untuk
memastikan kinerja yang optimal dan kepuasan kerja yang tinggi.

Selanjutnya, manajemen UMKM juga mencakup pengendalian operasional.


Pengendalian operasional melibatkan pemantauan dan pengaturan kegiatan
sehari-hari dalam usaha. Ini meliputi pengelolaan persediaan, pengendalian
kualitas produk atau layanan, pengelolaan keuangan, dan pemantauan kinerja
operasional secara keseluruhan. Dengan melakukan pengendalian operasional
yang efektif, UMKM dapat memastikan efisiensi, meningkatkan kualitas
produk atau layanan, dan mengelola keuangan secara baik.

Terakhir, manajemen UMKM juga melibatkan pengambilan keputusan yang


tepat. Pemilik UMKM perlu memiliki kemampuan dalam mengumpulkan
informasi, menganalisis data, dan membuat keputusan yang strategis.
Keputusan yang tepat membantu UMKM dalam menghadapi tantangan pasar,
mengidentifikasi peluang pertumbuhan, dan mengoptimalkan penggunaan
sumber daya yang ada.

Pengurangan kesenjangan ekonomi antara daerah perkotaan dan pedesaan


melalui memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
memiliki dampak yang signifikan dalam mengatasi kemiskinan. Berikut
dampak mengenai hal tersebut:

 Kesenjangan Ekonomi antara Perkotaan dan Pedesaan: Kesenjangan ekonomi


antara perkotaan dan pedesaan seringkali menjadi masalah serius di banyak
negara. Daerah pedesaan cenderung mengalami akses terbatas terhadap
sumber daya, infrastruktur, pasar, dan peluang ekonomi yang tersedia di
17
perkotaan. Hal ini menyebabkan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi di
pedesaan dan kesenjangan pendapatan yang signifikan antara kedua daerah
tersebut.
 UMKM sebagai Potensi di Daerah Terpinggirkan: UMKM seringkali terletak
di daerah pedesaan atau perkotaan yang terpinggirkan. Mereka memainkan
peran penting dalam perekonomian daerah tersebut dengan menjadi sumber
pendapatan, lapangan kerja, dan kegiatan ekonomi lokal. Namun, UMKM di
daerah terpinggirkan sering menghadapi tantangan seperti keterbatasan akses
terhadap modal, pengetahuan, pasar, dan infrastruktur.
 Memberikan Pelatihan dan Peningkatan Keterampilan: Salah satu cara
memberdayakan UMKM di daerah terpinggirkan adalah melalui penyediaan
pelatihan dan peningkatan keterampilan. Pelatihan dalam manajemen usaha,
pemasaran, keuangan, teknologi, dan keterampilan teknis dapat membantu
UMKM di daerah terpinggirkan untuk meningkatkan efisiensi operasional,
meningkatkan kualitas produk dan layanan, dan memperluas jangkauan pasar
mereka.
 Akses Modal dan Pembiayaan: UMKM di daerah terpinggirkan sering
menghadapi kendala dalam mengakses modal dan pembiayaan yang
diperlukan untuk mengembangkan usaha mereka. Memberikan akses terhadap
modal melalui skema pembiayaan mikro, program pinjaman dengan suku
bunga rendah, atau lembaga keuangan inklusif dapat membantu UMKM di
daerah terpinggirkan untuk meningkatkan kapasitas produksi, memperluas
usaha, dan meningkatkan pendapatan mereka.
 Dukungan Infrastruktur dan Akses Pasar: Memberdayakan UMKM di daerah
terpinggirkan juga memerlukan dukungan dalam infrastruktur dan akses pasar.
Infrastruktur yang memadai, seperti transportasi, jaringan listrik,
telekomunikasi, dan fasilitas pendukung lainnya, penting untuk memperluas
potensi UMKM. Selain itu, mengembangkan akses pasar melalui
pengembangan jaringan distribusi, pelatihan pemasaran, dan promosi produk
lokal membantu UMKM di daerah terpinggirkan untuk meningkatkan daya
saing mereka dan mencapai pasar yang lebih luas.
 Mendorong Pengembangan Ekonomi Lokal: Memberdayakan UMKM di
daerah terpinggirkan berkontribusi pada pengembangan ekonomi lokal.

18
Dengan meningkatkan keterampilan, akses modal, dan akses pasar UMKM,
potensi ekonomi di daerah tersebut dapat dimaksimalkan. Hal ini menciptakan
kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mendorong
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di daerah terpinggirkan.

2. Produksi dan Pemasaran


Selain ketidakmampuan dalam mengelola perusahaan, persoalan yang sering
menghambat UMKM untuk berkembang adalah keterbatasan fungsi-fungsi
perusahaan, terutama dalam produksi dan pemasaran. Umumnya,
permasalahan yang dihadapi UMKM menyangkut produksi dan pemasaran
adalah:
a) Tidak adanya akses trhadap sumber bahan baku yang berkualitas secara
terus menerus.
b) Proses produksi yang sederhana dan tidak memenuhi standar
berdampak kepada mutu yang rendah.
c) Kurangnya perhatian kepada nilai yang mampu memberikan rasa puas
bagi pelanggan.
d) Terbatasnya kemampuan untuk melakukan promosi sehingga produk
tidak dikenal di pasar.
e) Kecenderungan menguasai pasar yang terbatas sebagai akibat dari
lemahnya kemampuan untuk berkompetisi dengan perusahaan besar
yang memiliki sistem produksi dan distribusi yang lebih baik.
f) UMKM kurang mampu membaca peluang pasar karena adanya
kecenderungan konsumen mengetahui info yang lebih lengkap tentang
produk dan perusahaan.
g) Stabilitas dan kontinuitas produk untuk pemenuhan permintaan pasar
kurang terjaga sehingga ketika konsumen membutuhkan produk,
produk tidak tersedia di pasar.

3. Keuangan
Persoalan dalam fungsi perusahaan selain produksi dan pemasaran adalah
keuangan. Persoalan yang paling sering dihadapi UMKM menyangkut
keuangan, yaitu:

19
a) Kurangnya modal kerja untuk menunjang aktivitas perusahaan,
terutama untuk meningkatkan volume produksi dan biaya pemasaran.
b) Tidak memiliki pengetahuan tentang cara-cara mengakses sumber-
sumber keuangan dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tidak terdapat di
wilayah kerja mereka.
c) Umumnya, UMKM tidak memiliki catatan/laporan keuangan sehingga
keuntungan dalam usaha sering kali tidak diperhitungkan.

4. Hukum
Aspek hukum yang paling mendasar bagi UMKM adalah legalitas badan
usaha. Sebagian besar UMKM di Indonesia, khususnya usaha kecil dan mikro,
tidak berbadan hukum. Dengan kondisi demikian, berbagai hal yang
berhubungan dengan pihak ketiga akan sulit untuk dilaksanakan. Misalnya,
hubungan ke bank untuk memperoleh pinjaman modal dan hak paten terhadap
merek produk, kemasan, dan sebaganya.

Hukum UMKM mengacu pada kumpulan aturan dan regulasi yang mengatur
kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah. berikut ini menjelaskan beberapa
aspek penting dalam hukum UMKM:

a) Pendirian dan Perizinan: Hukum UMKM mencakup prosedur dan persyaratan


untuk mendirikan dan mengoperasikan usaha mikro, kecil, dan menengah. Hal
ini meliputi registrasi perusahaan, perizinan usaha, dan pemenuhan
persyaratan hukum lainnya. Proses ini dapat berbeda-beda di setiap negara
atau yurisdiksi, dan pemilik UMKM harus memahami dan mematuhi
peraturan tersebut untuk menjalankan usaha secara sah.
b) Perlindungan Konsumen: Hukum UMKM juga melibatkan perlindungan
konsumen. Undang-undang konsumen mengatur hak dan kewajiban konsumen
serta tanggung jawab UMKM dalam menyediakan produk atau layanan yang
aman, berkualitas, dan sesuai dengan persyaratan hukum. Hal ini meliputi
informasi produk yang jelas, kebijakan pengembalian barang, dan
penyelesaian sengketa konsumen.
c) Hukum Tenaga Kerja: Hukum UMKM juga mencakup aspek hukum
ketenagakerjaan. Ini mencakup peraturan mengenai hak dan perlindungan

20
pekerja, pembayaran upah, jam kerja, cuti, dan keselamatan kerja. Pemilik
UMKM harus mematuhi undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku dan
memastikan bahwa hubungan kerja dengan karyawan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
d) Hukum Perpajakan: Hukum UMKM juga melibatkan peraturan perpajakan.
Pemilik UMKM harus memahami dan mematuhi persyaratan perpajakan,
termasuk pelaporan dan pembayaran pajak. Hal ini mencakup perpajakan
penghasilan, pajak penjualan, pajak properti, dan pajak lainnya yang relevan
dengan usaha UMKM. Pelanggaran peraturan perpajakan dapat berakibat pada
sanksi hukum dan keuangan yang serius.
e) Perlindungan Kekayaan Intelektual: Hukum UMKM juga mencakup
perlindungan kekayaan intelektual, seperti hak cipta, merek dagang, dan paten.
Pemilik UMKM perlu memahami hak-hak mereka terkait karya kreatif, merek
dagang, atau inovasi yang mereka miliki dan melindunginya dari pelanggaran
oleh pihak lain. Melalui perlindungan kekayaan intelektual, UMKM dapat
mempertahankan keunggulan kompetitif dan mencegah penggunaan yang
tidak sah dari karya atau inovasi mereka.
f) Hukum Perdagangan dan Persaingan: Hukum UMKM juga melibatkan
peraturan tentang perdagangan dan persaingan. Ini meliputi peraturan tentang
praktek bisnis yang adil, anti-monopoli, anti-dumping, dan perlindungan
terhadap persaingan yang tidak sehat. Pemilik UMKM harus mematuhi hukum
persaingan dan memastikan bahwa praktek bisnis mereka tidak melanggar
regulasi yang melindungi persaingan yang sehat.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kemiskinan di Indonesia pada akhir tahun 2012 masih berkisar pada angka 28,59 juta
jiwa atau sekitar 11,66% dari total penduduk Indonesia yang mencapai 235 juta jiwa. Namun,
jika menggunakan data versi bank Dunia, angka kemiskinan Indonesia berkisar di angka 100
juta. Terlepas dari nominal angka kemiskinan di Indonesia, sudah menjadi kewajiban bagi
seluruh rakyat Indonesia yang berkecukupan untuk turut serta mengentaskan kemiskinan.
Pemerintah dan kelompok usaha besar (termasuk BUMN) dapat mengadakan program CSR
atau PKBL, sementara masyarakat dapat berpartisipasi dalam program zakat. Pengembangan
kemiskinan dapat dilakukan dengan menguatkan UMKM. Penguatan UMKM dapat
dilakukan melalui pemberdayaan usaha mikro karena usaha mikro umumnya dilakukan oleh
masyarakat kecil.

Kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang diakibatkan oleh kebijakan dan


struktur ekonomi yang tidak memungkinkan masyarakat luas mengakses berbagai sumber
ekonomi. Sistem yang berlaku hanya memungkinkan individu dan kelompok tertentu saja
yang mampu mengakses sumber-sumber ekonomi, sementara kelompok masyarakat yang
tidak mampu akan tersingkir dan kalah dalam persaingan. Kemiskinan struktural juga dapat
terjadi karena sistem yang berlaku sangat sentralistik seingga hanya sekelompok orang saja
yang mampu mengakses sumber-sumber ekonomi. Dengan kata lain, kemiskinan kultural
merupakan kemiskinan yang diakibatkan kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada
kelompok miskin itu sendiri.

Salah satu cara untuk mengurangi kemiskinan adalah dengan membangun kepedulian
masyarakat dengan mengikutsertakan mereka dalam pembangunan. Hal ini dapat dilakukan
melalui program CSR, PKBL, dan zakat yang diperuntukkan bagi penguatan ekonomi, bukan
konsumsi. Penguatan ini tidak dapat dilakukan secara sporadis, tetapi harus dilakukan secara
gradual dan terus-menerus. Pemberantasan kemiskinan tidak hanya dilakukan dengan
memberikan nasi bungkus atau sekarung beras. Pengantasan kemiskinan harus dilakukan
secara sistematis sebagaimana amanat konstitusi yang menjadikan ekonomi kerakyatan
sebagai sistem ekonomi Indonesia.

22
Sesungguhnya UMKM merupakan sektor yang cukup penting dalam memerankan
berbagai kepentingan ekonomi secara riil dalam pembangunan nasional, terutama bagi
penciptaan usaha dan lapangan pekerjaan baru. Dengan realitas seperti ini, maka memajukan
UMKM dan menjadikannya sebagai basis ekonomi rakyat akan memiliki dampak langsung
bagi terciptanya stabilitas dan kemandirian ekonomi. Selain itu, UMKM dapat pula
memperkuat fundamental ekonomi karena sebagian besar aktivitas ekonomi rakyat di tanah
air lebih banyak diperankan dalam unit-unit ekonomi dalam skala UMKM di hampir semua
sektor. Di samping itu, alasan lain yang tidak kalah penting adalah usaha yang diawali dari
usaha berskala UMKM umumnya lebih tahan banting dibandingkan dengan usaha yang
dibuat langsung pada skala besar, termasuk dalam hal ini BUMN.

Melalui koperasi, status hukum suatu usaha, terutama mikro dan kecil, akan lebih jelas
dan kuat sehingga perlakuannya pun menjadi jelas di mata hukum, terutama dalam
mengakses Lembaga keuangan dan pasar.

Dari alasan-alasan yang sudah dijelaskan, sudah seharusnya pemerintah mengambil


perannya secara aktif dan cermat guna mengorganisasi berbagai potensi UMKM dalam
wadah koperasi sehingga UMKM terlindungi dari berbagai persoalan yang mungkin
dihadapinya, termasuk persoalan jaringan dan ancaman globalisasi.

Disamping itu, besarnya jumlah UMKM yang ada di Indonesia menjadi alasan
tersendiri untuk menumbuhkembangkan koperasi sebagai Lembaga perekonomian rakyat
yang menaungi kepentingan ekonomi rakyat pada umumnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Tanjung, M. Asrul (2016). Koperasi dan UMKM sebagai Fondasi Perekonomian


Indonesia. Penerbit Erlangga

24
PERTANYAAN

1. Kenapa UMKM dapat dijadikan cara untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia?


Kelompok 1 Valentino Dwilangga

2. Kenapa UMKM dianggap sangat penting perannya di dalam perekonomian Indonesia?


Kelompok 3 Ophelia Devika

3. Bisakah kelompok kalian memberikan beberapa alasan mengapa memberdayakan UMKM


dianggap penting untuk mengatasi kemiskinan? Kelompok 4 Hanny Asrti Sagita Parung

4. Apa kontribusi UMKM dalam mengatasi pengangguran dan kemiskinan? Kelompok 5


Eric oswald

JAWABAN

1. Penanggulangan kemiskinan dengan cara mengembangkan UMKM memiliki potensi yang cukup
baik, karena ternyata sektor UMKM memiliki kontribusi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja,
yaitu menyerap lebih dari 99,45% tenaga kerja dan sumbangan terhadap PDB sekitar 30%.

2. UMKM mampu menyerap 97 persen dari total angkatan kerja dan mampu menghimpun hingga
60,4 persen dari total investasi di Indonesia. Berdasarkan data diatas, Indonesia mempunyai potensi
basis ekonomi nasional yang kuat karena jumlah UMKM yang sangat banyak dan daya serap tenaga
kerja sangat besar.

3. - Sumber penghasilan: UMKM menyediakan sumber penghasilan bagi kelompok masyarakat yang
rentan secara ekonomi, seperti pekerja terampil yang kurang terampil, pengangguran, dan kelompok
masyarakat berpenghasilan rendah.

- Penciptaan lapangan kerja: Dengan meningkatkan jumlah dan kualitas UMKM, lebih banyak
lapangan kerja dapat diciptakan, mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan
ekonomi masyarakat.

- Pemberdayaan lokal: Dengan memberdayakan UMKM, masyarakat lokal memiliki kontrol yang
lebih besar atas ekonomi mereka sendiri. Hal ini dapat mengurangi ketergantungan pada perusahaan
besar dan investasi asing, serta meningkatkan ketahanan ekonomi lokal terhadap goncangan ekonomi
global.

25
- Inovasi dan pembangunan lokal: UMKM sering kali merupakan tempat inovasi dan pengembangan
produk baru. Hal ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan
mempromosikan pengembangan produk lokal yang kompetitif di pasar global.

4. UMKM merupakan penopang perekonomian bangsa, melalui kewirausahaan UMKM berperan


sangat penting dalam menekan angka pengangguran, menyediakan lapangan pekerjaan, mengurangi
angka kemiskinan, meningkatkan kesejatraan dan membangun karakter bangsa.

26

Anda mungkin juga menyukai