Anda di halaman 1dari 32

PEREKONOMIAN INDONESIA (EKU 307A E2)

SISTEM EKONOMI INDONESIA

Dosen Pengampu : Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, S.E., M.Si

Oleh : Kelompok 3

Nyoman Putri Artiwi (1907531190)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Sistem Ekonomi Indonesia” dengan tepat waktu guna memenuhi tugas
mata kuliah Perekonomian Indonesia. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 25 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………….…………. i

KATA PENGANTAR ………………………………………………..……….. ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………..……… iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………..……… 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………..….… 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………..……….… 2

1.3 Tujuan ……………………………………………...……….. 2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………...……….. 3

2.1 Sistem Ekonomi Dualisme …………………………………. 3

2.2 Sistem Ekonomi Kapitalisme ………………………………. 7

2.3 Sistem Ekonomi Sosialis ala Indonesia ……………………. 8

2.4 Sistem Ekonomi Campuran ………………………………… 12

2.3 Sistem Ekonomi Pancasila ……………………………...…… 14

2.4 Sistem Ekonomi Kerakyatan …………………………..……. 17

BAB III SIMPULAN …………………………………………………………. 19

3.1 Simpulan …………………………………………………….. 19

DAFTAR RUJUKAN ………………………………………………………….. 21

LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………….. 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah “sistem” berasal dari perkataan “systema” (bahasa Yunani), yang dapat
diartikan sebagai: keseluruhan yang terdiri dari macam-macam bagian. Pada
dasarnya sebuah sistem adalah suatu organisasi besar yang menjalin berbagai
subjek (atau objek) serta perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan tertentu
(Dumairy, 1996: 28).
Suatu sistem muncul karena adanya usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan manusia yang sangat bervariasi
akan memunculkan sistem yang berbeda-beda. Kebutuhan manusia yang bersifat
dasar (pangan, pakaian, papan) akan memunculkan suatu sistem ekonomi.
Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang mengatur kondisi perekonomian
suatu negara sesuai dengan kondisi kenegaraan dari negara itu sendiri. Setiap
negara memiliki sistem perekonomian yang berbeda-beda. Hal itu disebabkan
karena setiap negara memiliki ideologi, kondisi masyarakat, kondisi
perekonomian, serta kondisi SDA yang berbeda-beda. Sistem ekonomi dapat
diartikan sebagai kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi
lainnya adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor produksinya. Dalam
beberapa sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi.
Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh
pemerintah. Kebanyakan sistem ekonomi di dunia berada di antara dua sistem
ekstrim tersebut. Selain faktor produksi, sistem ekonomi juga dapat dibedakan
dari cara sistem tersebut mengatur produksi dan alokasi.
Pada dasarnya hanya ada dua sistem perekonomian, yakni sistem pasar dan
sistem komando. Sistem perekonomian pasar juga disebut sebagai system
kapitalis. Sistem inilah yang pada awalnya berada, misalnya pada jaman kerjaan-

1
kerajaan di Inggris, Belanda, Belgia, juga pada jaman kerajaan dahulu di
Indonesia misalnya Kerajaan Majapahit, Kerajaan Sriwijaya, dan lain sebagainya.
Peran negara melalui kepemilikan pada mulanya untuk sektor ekonomi yang
merupakan kebutuhan public seperti transportasi kereta api, transportasi udara,
listrik dan gas, air minum dan yang lainnya. Pada dasarnya, campur tangan negara
diperlukan pada bidang usaha dimana swasta tidak mengambilnya, padahal
bidang tersebut penting untuk pengembangan sektor ekonomi lainnya. Selebihnya
peran negara dibatasi pada pengaturan perekonomian melalui sistem perpajakan
dan pengeluaran pemerintah. Banyak negara, terutama negara yang sedang
berkembang menggunakan sistem pasar namun juga melaksanakan pembangunan
ekonomi berancana.
Atas dasar pengetahuan sistem ekonomi, dapat ditinjau sistem ekonomi
Indonesia dimana sistem tersebut berada pada skala sistem perekonomian di dunia
ini.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Sistem Ekonomi Dualisme?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan Sistem Ekonomi Kapitalisme?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan Sistem Ekonomi Sosialis ala Indonesia?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan Sistem Ekonomi Campuran?
1.2.5 Apa yang dimaksud dengan Sistem Ekonomi Pancasila?
1.2.6 Apa yang dimaksud dengan Sistem Ekonomi Kerakyatan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Sistem Ekonomi Dualisme.
1.3.2 Untuk mengetahuin pengertian dari Sistem Ekonomi Kapitalisme
1.3.3 Untuk mengetahui pengertian dari Sistem Ekonomi Sosialis ala Indonesia.
1.3.4 Untuk mengetahuin pengertian dari Sistem Ekonomi Campuran.
1.3.5 Untuk mengetahui pengertian dari Sistem Ekonomi Pancasila.
1.3.6 Untuk mengetahui pengertian dari Sistem Ekonomi Kerakyatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Ekonomi Dualisme

Teori mengenai dualisme ekonomi pertamakali diperkenalkan oleh Arthur


Lewis lewat sebuah artikel yang berjudul “Pembangunan Ekonomi dalam Penawaran
Tenaga Kerja yang Tidak Terbatas’ yang dimuat dalam majalah Inggris The
Manchester School pada bulan mei 1954. Teori ini pada intinya membahas mengenai
pembangunan yang terjadi pada daerah pedesaan dan perkotaan serta proses
urbanisasi yang terjadi diantara kedua tempat tersebut. Kemudian dibahas pula
mengenai pola investasi yang ada pada sektor modern termasuk di dalamnya
mengenai mekanisme pengupahan, yang kemudian sangat berpengaruh terhadap arus
urbanisasi yang terjadi.

Dalam kajiannya Lewis mengasumsikan tentang struktur perekonomian di


dalam suatu negara yang dikelompokkan sebagai berikut :

 Perekonomian tradisional, dimana diasumsikan di daerah pedesaan dimana


berlaku sistem perekonomian tradisional produktivitas yang dihasilkan sangat
rendah dengan jumlah tenaga kerja yang berlebih (surplus). Surplus tenaga
kerja yang terjadi terkait dengan system perekonomian yg masih tradisional
yang ditandai dengan kehidupan masyarakat yang berada pada tingkat sangat
rendah sebagai akibat tingkat perekonomian yang juga masih sangat rendah.
Pada kondisi ini juga penambahan tenaga kerja pada akhirnya malah dapat
berakibat turunnya produktivitas secara keseluruhan.
 Perekonomian modern, dimana sistem perekonomian ini berada di daerah
perkotaan, dengan sektor industri yang memegang peran penting dalam
kegiatan perekonomian. Perekonomian modern ditandai dengan produktivitas
yang tinggi sebagai hasil faktor-faktor produksi ada tidak terkecuali para
pekerja yang kemudian menjadi sumber akumulasi modal. Nilai produk
marjinal terutama dari sektor tenaga kerja bernilai positif. Artinya, masih

3
tersedia kesempatan kerja bagi tenaga kerja untuk meningkatkan produksi dan
mencapai tingkat maksimal yang masih mungkin dicapai. Hal ini membuka
kesempatan bagi penduduk pedesaan melakukan urbanisasi untuk mengisi
lapangan pekerjaan yang masih tersedia di perkotaan sebagai tambahan input
tenaga kerja.

Sejak jaman penjajahan sampai sekarang ini perekonomian Indonesia masih


juga menunjukkan ciri-ciri adanya dualisme, baik dualisme yang bersifat teknologis
maupun yang bersifat ekonomis, sosial, dan kultural. Masalah dualisme telah dibahas
secara mendalam oleh ahli ekonomi Indonesia dan ahli ekonomi asing. J. Boeke, yang
mengadakan penelitian untuk program doktor ekonominya di Indonesia pada tahun
1953 memberikan definisi yang termasyhur mengenai masyarakat dualistis sebagai:

"Masyarakat yang mempunyai gaya sosial berbeda, yang masing-masing


hidup berdampingan. Dalam proses evolusi sejarah normal yang berlaku bagi
masyarakat homogen, ke dua gaya sosial tersebut mewakili tahap perkembangan
sosial yang berbeda, dipisahkan oleh satu gaya sosial lain yang mewakili suatu tahap
transisi, misalnya masyarakat Di dalam sebelum kapitalisme dan masyarakat
kapitalisme maju yang dipisahkan oleh masyarakat kapitalisme awal. masyarakat
dualistis satu dari kedua sistem sosial yang hidup berdampingan itu, dan selalu yang
lebih maju, berasal dari luar masyarakat tersebut dan mengalami perkembangan di
lingkungan yang baru tanpa menggeser atau berasimilasi dengan sistem sosial yang
asli. Dan akhirnya tidak akan timbul satu ciri umum yang berlaku bagi masyarakat
tersebut secara keseluruhan"

Selanjutnya Boeke mengatakan bahwa adanya sikap yang masih bersifat "pra
kapitalis" di dalam masyarakat dualistis membedakan sikap penduduk asli
masyarakat tersebut dengan masyarakat Barat terhadap rangsangan ekonomis di
dalamnya. Menurut Boeke, sikap dasar penduduk asli dipengaruhi oleh pendapat
bahwa kebutuhan manusia itu terbatas (limited wants). Apabila kebutuhan yang
terbatas ini sudah terpenuhi maka tidak ada lagi keinginan untuk mendapatkan
penghasilan yang lebih besar, dan oleh karena itu tidak akan ada sikap baru terhadap

4
kesempatan ekonomi lainnya. Beberapa penulis lain beranggapan bahwa tidak adanya
sikap penduduk asli dari berbagai masyarakat Asia terhadap rangsangan ekonomi
bersumber dari kepercayaan mistik yang bersifat anti rasional. Menurut mereka
perhatian penduduk lebih diarahkan kepada hal-hal yang tidak berhubungan dengan
dunia nyata, dan pandangan seperti ini tidak dapat dilepaskan dari warisan budaya
dan spiritual masyarakat Timur.

Beberapa penulis lain (Indonesia dan Asing, seperti Benjamin Higgins dan
Mohamad Sadli) tidak setuju dengan pandangan seperti itu. Mereka menunjukkan
berbagai contoh dan keadaan orang-orang Indonesia yang mempunyai sikap, seperti
apa yang diramalkan teori ekonomi Barat terhadap rangsangan ekonomi. Menurut
mereka orang Indonesia mempunyai sikap yang sama terhadap rangsangan harga dan
rangsangan ekonomi lainnya. Masalahnya, selama ini rangsangan-rangsangan yang
sesuai sangat jarang timbul karena adanya ketidaksempurnaan dan ketegaran dalam
sistem perekonomian, dan sering pula bersumber pada kebijaksanaan Pemerintah
yang tidak tepat.

Para pengamat umumnya berpendapat bahwa ciri-ciri dualistis perekonomian


Indonesia seperti digambarkan Boeke masih tetap nyata terlihat, dan dari berbagai
segi ciri-ciri tersebut menjadi semakin nyata akibat adanya perubahan teknologi.
Masuknya modal asing sejak tahun 1968 telah mempertajam perkembangan antara
sektor modern dan sektor tradisional. Di samping itu, tersebarnya teknologi baru di
daerah pedesaan telah memperjelas sifat dualistis perekonomian pedesaan
dibandingkan dengan keadaan semasa jaman penjajahan. Dari segi lain tentunya kita
dapat mengatakan bahwa kecenderungan ini adalah akibat normal, dan harus
ditanggung masyarakat yang mengalami kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi itu
sendiri adalah unsur dasar dari proses pembangunan ekonomi. Sebaliknya nampak
akibat akibat sosial dari kecenderungan lebih tajam ke arah dualisme yang belum
mendapat perhatian sepadan dari Pemerintah, dan kebijaksanaan-kebijaksanaan
Pemerintah yang dilaksanakan belum mampu mengurangi beban mereka yang
dirugikan dalam proses pembangunan.

5
Pada dasarnya ekonomi dualisme melihat dunia terbagi ke dalam dua
kelompok besar, yakni negara-negara kaya dan miskin, dan di negara-negara
berkembang terdapat segelintir penduduk yang kaya di antara begitu banyak
penduduk yang miskin. Dualisme adalah konsep yang menunjukkan adanya jurang
pemisah yang kian lama terus melebar antara negara-negara kaya dan miskin, serta
diantara orang-orang kaya dan miskin pada berbagai tingkatan di setiap negara. Pada
dasarnya konsep ekonomi dualisme ini terdiri dari empat elemen kunci sebagai
berikut :

1. Beberapa kondisi berbeda, terdiri dari elemen "superior" dan "inferior",


hadir secara bersamaan (atau berkoeksistensi) tentang dalam waktu dan
tempat yang sama. Inilah hakikat dari konsep dualisme.
2. Koeksistensi tersebut bukanlah satu hal yang bersifat sementara atau
transisional, melainkan satu hal yang bersifat baku, permanen atau kronis.
3. Kadar superioritas serta inferioritas dari masing-masing elemen tersebut
bukan hanya tidak menunjukkan tanda-tanda akan berkurang, melainkan
bahkan cenderung meningkat.
4. Hubungan saling keterkaitan antara elemen-elemen yang superior
denganelemen-elemenyanginferior tersebut terbentuk dan berlangsung
sedemikian rupa sehingga keberadaan elemen-elemen superior sangat
sedikit atau sama sekali tidak membawa manfaat untuk meningkatkan
kedudukan elemen-elemen yang inferior

Unsur pemikiran pokok yang terkandung pada masyarakat dualistis telah


secara implisit terkandung dalam teori perubahan struktural dan secara eksplisit telah
dinyatakan dalam teori ekonomi pembangunan ketergantungan internasional,
sehingga konsep masyarakat dualistis telah merupakan dasar dari teori pembangunan
ekonomi.

Kekurangan dan Kelebihan Dualisme Ekonomi


1) Kekurangan Dualisme Ekonomi

6
a. Pembangunan sektor publik yang tidak seragam. Dengan adanya dualism
ekonomi, terjadi ketimpangan dalam membangun sektor publik karena
pembangunan hanya terjadi pada daerah yang dihuni industri-industri
besar. Sementara, untuk daerah-daerah yang tidak tersentuh pertumbuhan
industri, terjadi keterlambatan  pembangunan   sektor publik. Dengan
adanya pertumbuhan industri pada daerah-daerah tertentu menyebabkan
pembangunan sektor publik seperti, infrastruktur jalan, rumahsakit,
sekolah, dan sektor publik lainnya semakin cepat dan mengakibatkan jarak
(gap) pembangunan terhadap daerah-daerah lain semakin besar.
b. Ketidakseimbangan pendapatan rakyat.
c. Kesejahteraan masyarakat tidak merata. Dengan pendapatan rakyat yang
tidak seimbang, rakyat kesulitan memenuhi kesejahteraannya seperti
sandang, pangan, serta papan.
d. Memicu munculnya disintegrasi bangsa. Karena ekonomi dualisme
mengakibatkan pengangguran
2) Kelebihan Dualisme Ekonomi
Adapun kelebihan dualisme ekonomi yaitu dapat dilakukannya
pengembangan sumber daya efisien.

2.2 Sistem Ekonomi Kapitalisme

Sistem ekonomi kapitalis adalah suatu sistem ekonomi di mana kekayaan


yang produktif terutama di miliki secara pribadi dan produksi terutama dilakukan
untuk dijual. Adapun tujuan pemilikan secara peribadi ialah untuk memperoleh
keuntungan Alaba yang cukup besar dari hasil menggunakan kekayuan yang
produktif jelas sekali bahwa motif mencari keuntungan/laba bersama sama dengan
lembaga warisan di pupuk oleh hukum perjanjian sebagai mesin kapitalisme yang
besar.

7
Terdapat enam asas yang dapat dilihat sebagai ciri dari sistem ekonomi kapitalis yaitu
sebagai berikut.

a. Hak milik pribadi. Dalam sistem ekonomi kapitalis alat-alat produksi atau
sumber daya ekonomi seperti sumber daya alam (SDA), modal dan tenaga
kerja dimiliki oleh individu dan lembaga embaga swasta.
b. Kebebasan berusaha dan kehebusan memilih. Dalam sistem ekonomi
kapitalis, maksud kebebasan berusaha adalah kegiatan produksi dapat dengan
bebas dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai inisiatif. Sedangkan maksud
kebebasan memilih dalam sistein ekonomi kapitalis adalah menyangkut
kedaulatan konsumen dan kebebasan pengusaha dalam memperolch sumber
daya ckonomi untuk memperoduksi suatu produk yang dipilihnya sendiri,
agar dapat dijual dengan tujuan mencari keuntungan yang maksimum.
Kebebasan memilih juga mencangkup kebebasan pekerja untuk memilih
setiap jenis pekerjaan yang di kehendakinya. Kebebasan memilih juga
termasuk dalam kebebasan membuat berbagai perjanjian.
c. Motif kepentingan diri sendiri. Kekuatan utama dari sistem ekonomi kapitalis
adalah motivasi individu untuk memenuhi kepentingan/keuntungan diri
sendiri.
d. Persaingan. Sistem persaingan bebas merupakan salah satu lembaga penting
dari sistem ekonomi kapitalis. Setiap individu atau pelaku ekonomi swasta,
baik pembeli maupun pengusaha, dengan motivasi mencari keuntungan yang
maksimum bebas bersaing di pasar dengan kekuatan masing-masing. Setiap
pelaku ekonomi swasta bebas memasuki dan meninggalkan pasar.
e. Harga ditentukan oleh mekanisme pasar. Segala keputusan yang di ambil olch
pengusaha (penjual) dan konsumen (pembeli) dilakukan melalui sistem pasar.
Dengan kata lain, tingkat harga dan jumlah produksi yang terjual ditentukan
sepenuhnya oleh kekuatan permintaan dan penawaran.
f. Peranan terbatas pemerintah. Dalam sistem ekonomi kapitalis, pemerintah
masih mempunyai peran yang dapat membatasi berbagai kebebasan individu.

8
Misalnya, pemerintah mengeluarkan peraturan-peraturan yang melarang
peraktik-peraktik monopoli yang sipatnya non-alamiah dan melindungi hak-
hak konsumen dan pekerja.

2.3 Sistem Ekonomi Sosialis ala Indonesia

Seperti yang di jelaskan di Dumairy (1996:32), sistem ekonomi sosialis


adalah kebalikan dari sistem ekonomi kapitalis. Bagi kalangan sosialis, pasar justru
harus dikendalikan melalui perencanaan terpusat. Adanya berbagai distorsi dalam
mekanisme pasar, menyebabkannya tidak mungkin bekerja secara efisien, oleh karena
itu, pemerintah atau negara harus turut aktif bermain dalam perekonomian. Satu hal
yang penting untuk di carat berkenaan dengan sistem ekonomi sosiatis bahwa sistem
ini bukanlah sistem ekonomi yang tidak memandang penting peranan capital.

Sistem ekonomi Sosialis ala Indonesia muncul ada periode akhir dari
kepemimpinan Presiden Sukarno, yakni sekitar tahun 1960. Pada periode tersebut
kiblat politik Indonesia adalah ke negara-negara sosialis Eropa Timur, Rusia dan
RRC; tidak ke negara-negara kapitalis Amerika Serikat dan Eropa Barat. Pada
periode tersebut Indonesia anti neo kolonialisme dan neo liberalisme, dan keluar dari
Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan membentuk masyarakat baru yang disebut New
Emerging Forces. Perekonomian pada periode itu sangat mirip dengan sistem
perekonomian negara sosialis, yang antara lain, sebagai berikut:

1. Pemerintah Indonesia telah menyusun Pembangunan Semesta Berencana


Delapan Tahun 1960-1968. Rencana tersebut bersifat menyeluruh di segala
sektor dan seluruh wilayah (semesta), namun belum sempat dilaksanakan.
2. Perusahaan-perusahaan besar dimiliki oleh negara. Hal ini adalah akibat dari
nasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta Belanda sekitar tahun 1957.
Beberapa perusahaan perusahaan hasil nasionalisasi adalah usaha
penerbangan,perusahaan kereta api, perusahaan Bus Damri, perusahaan
pelayaran Pelni, perusahaan perdagangan yang bergerak di bidang ekspor

9
impor, perusahaan perbankan, perusahaan Oleh karena nasionalisasi
perkebunan dan sebagainya. tersebut, perekonomian Indonesia baik dalam
maupun luar negerinya dilaksanakan/dikuasai oleh perusahaan milik negara
dan koperasi. Ini tidaklah berarti swasta sama sekali tidak berperan.
Katakanlah pada perdagangan eceran dan perusahaan kecil serta kooperasi.
Pasar-pasar tradisional masih tetap berperan dan, meskipun lambat, terus
berkembang.
3. Sistem perbankan; semula adalah bank-bank swasta milik Belanda yang telah
dinasionalisasi menjadi milik Pemerintah, kemudian diubah menjadi sistem
perbankan Rusia. Ini dikerjakan dengan cara mengubah nama-nama bank
pemerintah menjadi satu nama dengan unit-unit tertentu. Sebagai contoh,
Bank Indonesia diubah namanya menjadi Bank Negara Indonesia Unit I, BNI
1946 diubah menjadi BNI Unit II, Bank Rakyat, Bank Pembangunan
Indonesia, Bank Ekspor Impor dan sebagainya diubah menjadi BNI unit........
Sistem perbankan yang demikian ini persis merupakan sistem Perbankan di
Rusia.
4. Sistem Devisa yang dipakai waktu itu adalah sistem devisa yang sangat umum
dipakai oleh negara-negara sosialis, yakni Exchange Control, Pada sistem ini
tidak diperkenankan mata uang asing (devisa) beredar di masyarakat. Semua
devisa dimiliki negara. Devisa hasil ekspor, pinjaman/bantuan negara luar
kepada Indonesia dan hasil devisa lainnya yang masuk ke Indonesia harus
diserahkan/dijual kepada negara. Kemudian negara menjual devisa yang
dimilikinya kepada importir atau siapa saja yang memerlukan devisa.
Pemerintah menentukan kurs devisa, dan oleh karena itu sistem devisa seperti
ini juga disebut sistem devisa dengan harga tetap (fixed Exchange Rate) atau
juga disebut sistem devisa dengan harga yang dipakukan (pegged Exchange
Rate).

Harga barang dan jasa di dalam negeri, sebagaimana kita ketahui yang berlaku di
Indonesia waktu itu, selalu mengalami kenaikan. Atau dengan kata lain, nilai tukar

10
Rupiah selalu mengalami penurunan, yang akibatnya dibandingkan dengan nilai tukar
devisa (dolar) karena kurs devisa yang tetap, rupiah dinilai terlalu tinggi (over
valued). Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah perlu mengadakan penyesuaian
nilai mata uangnya dengan melaksanakan kebijaksanaan Devaluasi.

Sebelum Pemerintah melaksanakan devaluasi Rupiah, dengan adanya kenaikan


harga-harga umum di dalam negeri, para eksportir merasa enggan (disinsentif) untuk
melakukan ekspor, karena merasa dirugikan. Nilai ekspornya yang tetap, dengan kurs
dolar yang tetap, mereka memperoleh hasil ekspor dalam rupiah yang makin kecil
nilainya. Di samping itu, para importir makin bergairah untuk mengimpor barang,
karena harga devisa (dolar) yang tetap dan relatif rendah. Kebijaksanaan devaluasi
membalikkan posisi tersebut. Jadi devaluasi bersifat mendorong ekspor dan
mengekang impor.

Guna mendorong ekspor, disamping melaksanakan kebijakan devaluasi,


Pemerintah Indonesia pada waktu itu meluncurkan program perangsang ekspor
melalui kebijaksanaan bahwa kepada setiap dolar hasil ekspor. Para eksportir
diperkenankan memakainya secara langsung sejumlah persentase tertentu dari hasil
ekspornya. Sebelum kebijaksanaan tersebut, eksportir harus menyerahkan/menjual
semua dolar hasil ekspornya kepada negara dengan kurs yang sudah ditentukan.
Dengan adanya kebijaksanaan tersebut para eksportir diperkenankan menggunakan
persentase tertentu dari ekspornya (10 persen) untuk keperluannya sendiri (misalnya
untuk mengimpor mobil atau barang lainnya). Kebijaksanaan perangsang yang
demikian ini dikenal sebagai Alokasi Devisa Otomatis (ADO)

Rangsangan ekspor tidak hanya diberikan kepada eksportir, melainkan juga


kepada daerah penghasil ekspor. Perangsang ini disebut ADO Daerah. ADO daerah
ini diberikan kepada daerah penghasil barang/jasa ekspor yang diperhitungkan
melalui kota pelabuhan dari mana ekspor tersebut dilaksanakan. Misalnya, Jawa
Tengah mengekspor batik sejumlah nilai tertentu yang dilaksanakan melalui
pelabuhan Semarang. Maka ADO Daerah diberikan lewat pelabuhan Semarang. ADO
Daerah ini kemudian mengalami masalah karena daerah penghasil barang/jasa ekspor

11
jauh atau berbeda dengan pelabuhan melalui mana ekspor tersebut dilaksanakan.
Sebagai contoh, Bali mengekspor sapi dan barang lainnya ke Singapura dan Hong
Kong melalui pelabuhan Surabaya, Maluku mengekspor rempah-rempah ke Eropa
melalui pelabuhan laut Makasar. Yang memperoleh ADO Daerah dalam hal ini
adalah Surabaya (Jawa Timur) dan Makasar (Sulawesi Selatan). Bisa dibayangkan
tuntutan Bali dan Maluku dalam hal ini. Kesulitan semacam ini belum terselesaikan,
sementara sistem ekonominya secara keseluruhan berganti karena pergantian
pemerintahan.

Sistem perekonomian yang berlaku di Indonesia pada saat itu hampir sepenuhnya
sama dengan sistem perekonomian sosialis yang berlaku di negara-negara Eropa
Timur. Pertanyaannya adalah mengapa pada sistem perekonomian Indonesia disebut
Sosialis Ala Indonesia dan sistem ekonomi yang berlaku di negara-negara sosialis
Eropa Barat hanya disebut sistem ekonomi sosialis, tanpa embel-embel ala Eropa
Barat. Sistem ekonomi sosialis, sebagaimana dapat disingkap dari pembicaraan di
atas, muncul karena sistem perekonomian pasar memberikan hasil munculnya kaum
proletar, kaum marhaen, kaum miskin, dan sudah dengan sendirinya sistem ekonomi
sosialis sangat memperhatikan nasib kaum proletar, kaum marhaen tersebut. Dengan
kata lain, pada sistem ekonomi sosialis, tidak terdapat (kalau toh ada bukan dalam
proporsi yang tinggi) lagi kaum proletar, kaum miskin. Namun dalam perekonomian
Indonesia pada saat itu, Pemerintah belum sempat melaksanakan pasal 34 UUD 45
yang mengatakan bahwa fakir miskin dan anak anak terlantar dipelihara oleh negara.
Akibatnya adalah bahwa di Indonesia saat itu masih terdapat banyak orang yang
tergolong di bawah garis kemiskinan. Jadi, barangkali, sistem perekonomian sosialis
di mana masih terdapat orang miskin dalam proporsi yang cukup besar, sehingga
sistem perekonomian kita disebut Sosialis Ala Indonesia.

Alasan lain adalah bahwa di Indonesia pendukung perekonomiannya (investor,


produsen dan konsumen) adalah rakyat Indonesia yang mempunyai falsafah hidup
berketuhanan, sedangkan hal ini tidak umum di negara Eropa Timur, Rusia ataupun
RRC. Di Indonesia setiap orang harus mempunyai atau memeluk salah satu dari

12
agama yang diakui pemerintah, sedangkan di negara-negara sosialis biasanya
diperkenankan seseorang tidak beragama dan bahkan anti agama pun diperkenankan
asalkan tidak mengganggu keamanan publik.

2.4 Sistem Ekonomi Campuran

Sistem ekonomi campuran adala sistem yang mengandung beberapa elemen dari
sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosialis. Seperti telah dikatakan
sebelumnya, bahwa sekarang ini tidak ada negara yang menerapkan sistem ekonomi
sosialis atau kapitalis 100%, terkecuali di Korea Utara.

Sistem ekonomi campuran kombinasi dari sistem ekonomi pasar dan terpusat, di
mana pemerintah dan swasta saling berinteraksi dalam memecahkan masalah
ekonomi. Pemerintah dapat melakukan intervensi dengan membuat peraturan,
menetapkan kebijakan fiskal, moneter, membantu dan mengawasi kegiatan swasta.
Peran pemerintah dan sektor swasta berimbang. Penerapan sistem ekonomi campuran
akan mengurangi berbagai kelemahan dari sistem ekonomi pasar dan komando dan
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Secara umum, saat ini hampir tidak ada negara yang murni melaksanakan sistem
ekonomi terpusat maupun pasar, yang ada adalah kecenderungan terhadap ekonomi
pasar seperti Amerika, Hongkong, dan negara cropa barat yang berpaham liberal,
sementara negara yang pernah menerapkan ekonomi terpusat adalah Kuba, Polandia
dan Rusia yang berideologi sosialis atau komunis. Kebanyakan negara-negara
menerapkan sistem ekonomi campuran seperti Perancis, Malaysia dan Indonesia.

Namun, perubahan politik dunia juga mempengaruhi sistem komunisme juga


mempengaruhi sistem ekonomi soviet pada masa pemerintahan Boris Yeltsin.
kehancuran komunisme juga mempengaruhi sistem ckonomi soviet, dari sistem
ekonomi terpusat (komando) mulai beralih ke arah ekonomi liberal dan mengalami
berbagai perubahan positif. Walaupun begitu masyarakat masih mempunyai

13
kebebasan yang cukup luas untuk membentukan kegiatan ekonomi yang baik dapat
dijalankan. Tujuan campur tangan pemerintah adalah untuk ;

1) Menjamin dan menjaga perkembangan ekonomi yang stabil,


2) Menjamin pendapatan yang lebih merata dan menghindarkan penindasan yang
tidak adil,
3) Menyediakan barang secara lengkap untuk meningkatkan kesejahteraan sosial
dan kemakmuran masyarakat,
4) Mengawasi pesaing luar yang merugikan masyarakat,
5) Dan mengawasi monopoli.

Pemikiran dan penerapan ekonomi campuran ini merupakan sumbangan dari


pemikiran Keynes. Di mana pemikirannya menggunakan dua pendekatan yaitu
pendekatan moneter dan pendekatan fiskal. Selain itu Keynes juga memperlihatkan
kemampuannya dalam mengatasi krisis pada saat itu dengan pendekatan ini.
Pendekatan ini bisa mengatasi permasalahan ekonomi pada saat itu. Pemikirannya ini
merupakan gabungan dari dua besar pemikiran sebelumnya yaitu Adam Smith dan
Karl Marx. Pemikirannya Keynes ini kemudian dikenal dengan sistem ekonomi
campuran.

Ciri - ciri Sistem Ekonomi Campuran :

1) Merupakan gabungan dari sistem ekonomi pasar dan terpusat,


2) Barang modal dan sumber daya yang vital dikuasai oleh pemerintah dan
3) Peran pemerintah dan sektor swasta berimbang.

2.5 Sistem Ekonomi Pancasila

2.5.1 Pengertian Sistem Ekonomi Pancasila

Ekonomi Pancasila merupakan ilmu ekonomi kelembagaan (instructional


economics) yang menjunjung tinggi nilai-nilai kelembagaan Pancasila sebagai

14
ideologi Negara dengan kelima silanya secara utuh maupun sendiri-sendiri. Jika
Pancasila mengandung 5 asas, maka semua substansi sila Pancasila yaitu :

a. Etika,
b. Kemanusiaan,
c. Nasionalisme,
d. Kerakyatan/Demokrasi, dan
e. Keadilan sosial,

Harus di pertimbangkan dalam model ekonomi yang disusun. Kalau sila


pertama dan kedua adalah dasarnya, sedangkan sila ketiga dan keempat sebagai
caranya, maka sila kelima Pancasila adalah tujuan dari Ekonomi Pancasila.

Sistem Ekonomi Pancasila berisi aturan main kehidupan ekonomi yang


mengacu pada ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Dalam Sistem Ekonomi
Pancasila, pemerintah dan masyarakat memihak pada (kepentingan) ekonomi rakyat
sehingga terwujud kemakmuran dan kesejahteraan. Inilah sistem ekonomi kerakyatan
yang demokratis dan melibatkan semua orang dalam proses produksi serta hasilnya
dinikmati oleh semua masyarakat. Secara normatif landasan idiil sistem ekonomi
Indonesia adalah Pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian maka sistem ekonomi
Indonesia adalah sistem ekonomi yang berorientasi kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa (berlakunya etik dan moral agama, bukan materialisme); Kemanusiaan yang adil
dan beradab (tidak mengenal pemerasan atau eksploitasi); Persatuan Indonesia
(berlakunya kebersamaan, asas kekeluargaan, sosio-nasionalisme dan sosio-
demokrasi dalam ekonomi); Kerakyatan (mengutamakan kehidupan ekonomi rakyat
dan hajat hidup orang banyak); serta Keadilan Sosial (persamaan/emansipasi,
kemakmuran masyarakat yang utama bukan kemakmuran perseorangan).

2.5.2 Ciri-ciri Sistem Ekonomi Pancasila

1) Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara / pemerintah.


Contoh : hajad hidup orang banyak yakni seperti air, bahan bakar minyak /
BBM, pertambangan / hasil bumi, dan lain sebagainya.

15
2) Peran negara termasuk penting namun tidak dominan begitu juga dengan
peranan pihak swasta yang posisinya penting namun tidak mendominasi.
Sehingga tidak terjadi kondisi sistem ekonomi liberal maupun sistem ekonomi
komando. Kedua pihak yakni pemerintah dan swasta hidup beriringan,
berdampingan secara damai dan saling mendukung.

3) Masyarakat adalah bagian yang penting di mana kegiatan produksi


dilakukan oleh semua untuk semua serta dipimpin dan diawasi oleh anggota
masyarakat.

4) Modal atau pun buruh tidak mendominasi perekonomian karena didasari


atas asas kekeluargaan antar sesama manusia.

2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Ekonomi Pancasila

A. Kelebihan:

 Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas


kekeluargaan.
 Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan mengusasi
hajat hidup rakyat banyak dikuasai oleh negara.
 Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
 Sumber-sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan dengan
permuwakafan lembaga perwakilan rakyat serta pengawasan terhadap
kebijakannya ada pada lembaga perwakilan rakyat pula.
 Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang
dikehendaki serta mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan
yang layak.
 Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan masyarakat.

16
 Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga negara
diperkembangkan sepenuhnya dalam batas yang tidak merugikan
kepentingan umum.
 Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.

B. Kekurangan:

 Proses pengambilan keputusan ekonomi berlangsung lambat karena


harus diselaraskan dengan kepentingan bersama.
 Perekonomian cenderung berjalan kurang efisien karena sistem
ekonomi ini mengutamakan proses demokrasi yang membutuhkan
waktu.
 Adanya dominasi negara dalam pengelolaan perekonomian berpotensi
meredam dan ‘membunuh’ daya kreasi dan inovasi masyarakat.

2.6 Sistem Ekonomi Kerakyatan

Demonstrasi mahasiswa (rakyat) yang menuntut turunnya Suharto dari


pemerintahan pada tahun 1997 dan meminta agar dilaksanakan reformasi. Reformasi
yang dituntut adalah, antara lain, reformasi di bidang politik dan reformasi di bidang
ekonomi. Reformasi di bidang politik adalah kebebasan bersuara, berpolitik, atau
secara singkatnya adalah kebebasan demokrasi, yang selama pemerintahan Suharto
(1965-1997) sangat dikekang atau dipasung Reformasi di bidang ekonomi dikatakan
bahwa di bawah presiden Suharto pemerintah terlalu memihak kepada perusahaan
besar, pada hal terbukti dari krisis yang lalu (1997) bahwa usaha kecil dan menengah
atau usaha rakyat terbukti tahan banting. Yang mengalami kehancuran pada krisis
1997 adalah usaha besar, PHK juga dilakukan oleh perusahaan besar, perusahaan
multinasional. Kredit diarahkan terutama untuk kepentingan perusahaan besar.
Dominasi asing dalam perekonomian, seperti misalnya peranan Bank Dunia, IMF,
dan lembaga asing lainnya, dianggap sebagai satu hal yang berlebihan dan rakyat
menginginkan agar perekonomian lebih bersifat berdiri di atas kaki sendiri. Oleh

17
karena itu hutang kepada IMF dan Bank Dunia dibayar lunas. Namun hutang luar
negeri tidaklah seluruhnya lunas dalam waktu setahun, dan ironisnya adalah bahwa
sementara hutang luar negeri berkurang ternyata hutang dalam negeri meningkat
dengan tajam. Beberapa hal berikut ini merupakan kebijakan pemerintah selama
dalam sistem ekonomi Kerakyatan:

1. Peranan IGGI dikurangi, semula diganti dengan CGI (consultative Group on


Indonesia) sehingga badan tersebut hanya bersifat konsultasi dalam menyusun
kebijaksanaan ekonomi.
2. Investasi Asing dengan UUPMA dan investasi dalam negeri dengan
UUPMDN, yang memberikan prioritas pada pengusaha besar tidak banyak
mendapat sorotan, tidak dihapuskan, namun berjalan seperti semula. Kalau
memang benar-benar sistem ekonomi kerakyatan (usaha kecil dan menengah)
mestinya usaha asing dan domestik besar dikurangi secara drastis atau
ditentang.
3. Tampak adanya usaha swastanisasi perusahaan negara namun belum selesai
dan usaha swastanisasi ini merupakan isu internasional dan bukanlah
disebabkan oleh karena sistem ekonomi kerakyatan.
4. Sistem devisa masih seperti sebelumnya, yakni didasarkan atas sistem pasar
(permintaan dan penawaran) dengan cadangan devisa yang besar untuk
menjaga stabilitas kurs mata uang.
5. Dari tinjauan di atas dan pengamatan yang mendalam, sistem ekonomi
kerakyatan ini masih mempunyai ciri yang sangat kental sebagai sistem
ekonomi pasar. Kalau ekonomi kerakyatan itu adalah ekonomi kecil, maka
perusahaan kecil (keluarga) biasanya diumpamakan mempunyai tujuan untuk
memaksimumkan produksi (atau memaksimumkan penerimaan total).
Contohnya pada pertanian keluarga yang subsisten (produksinya hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan keluarga). Mereka memaksimumkan penerimaan
total (TR total revenue), bukan memaksimumkan laba (TR -TC, Total
Revenue - Total Cost).

18
BAB III
SIMPULAN

3.1 Simpulan
1. Pada dasarnya hanya ada dua sistem perekonomian, yakni sistem pasar dan
system komando. Sistem perekonomian pasar juga disebut sebagai system
kapitalis. Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang mengatur kondisi
perekonomian suatu negara sesuai dengan kondisi kenegaraan dari negara itu
sendiri. Setiap negara memiliki sistem perekonomian yang berbeda-beda. Hal
itu disebabkan setiap negara memiliki ideologi, kondisi masyarakat, kondisi
perekonomian, serta kondisi SDA yang berbeda-beda. Sistem ekonomi dapat
diartikan sebagai kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Pada dasarnya ekonomi dualisme melihat dunia terbagi ke dalam dua
kelompok besar, yakni negara-negara kaya dan miskin, dan di negara-negara
berkembang terdapat segelintir penduduk yang kaya di antara begitu banyak
penduduk yang miskin. Dualisme adalah konsep yang menunjukkan adanya

19
jurang pemisah yang kian lama terus melebar antara negara-negara kaya dan
miskin, serta diantara orang-orang kaya dan miskin pada berbagai tingkatan di
setiap negara.
3. Seperti yang di jelaskan di Dumairy (1996:32), sistem ekonomi sosialis
adalah kebalikan dari sistem ekonomi kapitalis. Sistem ekonomi sosialis dapat
di bagi dalam dua sub-sistem, yaitu sistem ekonomi sosialis dari Marxis dan
sistem ekonomi sosialisme demokrat.
4. Sistem Ekonomi Pancasila berisi aturan main kehidupan ekonomi yang
mengacu pada ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Dalam Sistem
Ekonomi Pancasila, pemerintah dan masyarakat memihak pada (kepentingan)
ekonomi rakyat sehingga terwujud kemakmuran dan kesejahteraan. Inilah
sistem ekonomi kerakyatan yang demokratis dan melibatkan semua orang
dalam proses produksi serta hasilnya dinikmati oleh semua masyarakat.

5. Salah satu hal yang merupakan kebijakan pemerintah selama dalam sistem
ekonomi Kerakyatan yaitu peranan IGGI dikurangi, semula diganti CGI
sehingga badan tersebut hanya bersifat konsultasi dalam Menyusun
kebijaksanaan ekonomi.

20
DAFTAR RUJUKAN

Nehen, Ketut. (2012). Perekonomian Indonesia. Denpasar: Udayana University Press.

Purnamasari, Sulfi. (2019). Modul Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan. Banten:


Universitas Pamulang.

Boediono, Mubyarto. (1980). Ekonomi Pancasila. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Dumairy. (1996). Perekonomian Indonesia. Jakarta. Penerbit: Erlangga

Hasang, Ismail dan Muhammad Nur. (2020). Perekonomian Indonesia. Malang:


Ahlimedia Press.

Enjel, Sesi. (2017). Dualisme Ekonomi. Diunduh dari website :


http://sesienjel.blogspot.com/2017/06/dualisme-ekonomi.html

21
Prawiro, M. (2018). Sistem Ekonomi Pancasila. Diunduh dari website :
https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/sistem-ekonomi-pancasila.html
diakses pada tanggal (4 Oktober)

http://staffnew.uny.ac.id/upload/198411182008122004/pendidikan/DIKTAT+PERE
KONOMIAN+INDONESIA.pdf diakses pada tanggal (25 September)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

22
23
24
25
26
27
28
29

Anda mungkin juga menyukai