Anda di halaman 1dari 22

Makalah

PEREKONOMIAN INDONESIA
Sistem Ekonomi

Disusun oleh:
Tengku Rayya Aqilah
1801103010096

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas terselesaikannya
makalah yang berjudul “Sistem Ekonomi”. Makalah yang masih perlu dikembangkan lebih
jauh ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen
pada prodi Akuntansi. Secara garis besar makalah ini membahas pengertian sistem ekonomi
dan macam-macam sistem ekonomi.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Amri selaku dosen pengampu
mata kuliah Manajemen. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif, terutama dari
Bapak pembimbing dan teman-teman.

                                                                             Banda Aceh, 19 Maret 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ 2

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3

BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................. 4

BAB II : ISI

A. Pengertian Sistem Ekonomi............................................................................... 5


B. Macam-macam Sistem Ekonomi........................................................................ 5
C. Sistem Perekonomian di Indonesia .....................................................................10
D. Landasan Sistem Ekonomi di Indonesia............................................................ 10
E. Ciri-ciri Sistem Ekonomi Pancasila................................................................... 16
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem ekonomi di Indonesia...................... 17

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................... 21

3
BAB I
PENDAHULUAN
           Suatu sistem muncul karena adanya usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan manusia yang sangat bervariasi akan memunculkan
sistem yang berbeda-beda. Kebutuhan manusia yang bersifat dasar (pangan, pakaian, papan)
akan memunculkan suatu sistem ekonomi.

           Dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhannya manusia membutuhkan manusia lainnya,


karena pada dasarnya manusia tidak dapat memuaskannya sendiri. Hubungan-hubungan
dengan orang lain akan membentuk suatu jaringan yang didalamnya suatu sistem pengaturan.
Sistem pengaturan itu mengatur mekanisme hubungan yang terjadi apa yang boleh dilakukan
dan apa yang tidak boleh dilakukan. Aturan ini pada dasarnya merupakan pencerminan dari
nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Sebagai contoh : sistem ekonomi pasar muncul dan
diberlakukan dalam masyarakat yang menganut paham kebebasan individu. Aturan yang
dianut adalah  pemerintah tidak ikut campur tangan dalam kegiatan ekonomi. Kegiatan
ekonomi sepenuhnya menjadi urusan setiap individu. Apabila pemerintah ikut dalam kegiatan
ekonomi maka kegiatan ekonomi akan terganggu dan tujuan tidak akan tercapai.
           

                                    

4
BAB II
ISI

A.   Pengertian Sistem ekonomi


           
Sistem ekonomi merupakan cabang ilmu ekonomi yang membahas
persoalan pengambilan keputusan dalam tata susunan organisasi ekonomi untuk
menjawab persoalan-persoalan ekonomi untuk mewujudkan tujuan nasional suatu
negara. Sistem ekonomi adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara
untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun
organisasi di negara tersebut. Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan
sistem ekonomi lainnya adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor produksinya.
Dalam beberapa sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi.
Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh pemerintah.
Kebanyakan sistem ekonomi di dunia berada di antara dua sistem ekstrim tersebut.
           Selain faktor produksi, sistem ekonomi juga dapat dibedakan dari cara sistem
tersebut mengatur produksi dan alokasi. Sebuah perekonomian terencana (planned
economies) memberikan hak kepada pemerintah untuk mengatur faktor-faktor produksi
dan alokasi hasil produksi. Sementara pada perekonomian pasar (market economic),
pasar lah yang mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi barang dan jasa
melalui penawaran dan permintaan.

B.   Macam-macam Sistem Ekonomi


1.  Sistem Ekonomi Tradisional
           Sistem ekonomi tradisional merupakan sistem ekonomi yang diterapkan oleh
masyarakat tradisional secara turun temurun dengan hanya mengandalkan alam dan
tenaga kerja.
Ciri dari sistem ekonomi tradisional adalah :
1.  Teknik produksi dipelajari secara turun temurun  dan bersifat sederhana.
2.  Hanya sedikit menggunakan modal.
3. Pertukaran dilakukan dengan sistem barter (barang dengan barang).
4.  Belum mengenal pembagian kerja.
5.  Masih terikat tradisi.

5
6.  Tanah sebagai tumpuan kegiatan produksi dan sumber kemakmuran.

 Sistem ekonomi tradisional memiliki kelebihan sebagai berikut :


1.   Tidak terdapat persaingan yang tidak sehat, hubungan antar individu sangat erat.
2.  Masyarakat merasa sangat aman, karena tidak ada beban berat yang harus dipikul.
3. Tidak individualistis.

 Kelemahan dari sistem ekonomi tradisional adalah :


1.  Teknologi yang digunakan masih sangat sederhana, sehingga produktivitas
rendah.
2.  Mutu barang hasil produksi masih rendah.

Saat ini sudah tidak ada lagi negara yang menganut sistem ekonomi tradisional,
namun di beberapa daerah pelosok, seperti suku badui dalam, sistem ini masih
digunakan dalam kehidupan sehari – hari

2. Sistem Ekonomi Pasar (Liberal/Bebas)

Sistem ekonomi pasar adalah suatu sistem ekonomi dimana seluruh kegiatan ekonomi
mulai dari produksi, distribusi dan konsumsi diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme
pasar. Sistem ini sesuai dengan ajaran dari Adam Smith, dalam bukunya An Inquiry Into
the Nature and Causes of the Wealth of Nations.

 Ciri dari sistem ekonomi pasar adalah : 


1. Setiap orang bebas memiliki barang, termasuk barang modal.
2. Setiap orang bebas menggunakan  barang dan jasa yang dimilikinya.
3. Aktivitas ekonomi ditujukan untuk memperoleh laba.
4. Semua aktivitas ekonomi dilaksanakan oleh masyarakat (Swasta).
5. Pemerintah tidak melakukan intervensi dalam pasar.
6.  Persaingan dilakukan secara bebas.
7. Peranan modal sangat vital.
 Kebaikan dari sistem ekonomi antara lain:
1. Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarakat dalam mengatur kegiatan ekonomi.
2. Setiap individu bebas memiliki sumber-sumber produksi.

6
3. Munculnya persaingan untuk maju.
4. Barang yang dihasilkan bermutu tinggi, karena barang yang tidak bermutu tidak
akan laku dipasar.
5. Efisiensi dan efektivitas tinggi karena setiap tindakan ekonomi didasarkan atas
motif mencari laba.

 Kelemahan dari sistem ekonomi antara lain:


1. Sulitnya melakukan pemerataan pendapatan.
2. Cenderung terjadi eksploitasi kaum buruh oleh para pemilik modal.
3. Munculnya monopoli yang dapat merugikan masyarakat.
4. Sering terjadi gejolak dalam perekonomian karena kesalahan alokasi sumber daya
oleh individu.

3. Sistem Ekonomi Komando (Terpusat)


           
Sistem ekonomi komando adalah sistem ekonomi dimana peran pemerintah sangat
dominan dan berpengaruh dalam mengendalikan perekonomian. Pada sistem ini
pemerintah menentukan barang dan jasa apa yang akan diproduksi, dengan cara atau
metode bagaimana barang tersebut diproduksi, serta untuk siapa barang tersebut
diproduksi.

 Ciri dari sistem ekonomi pasar adalah : 


1. Semua alat dan sumber-sumber daya dikuasai pemerintah.
2. Hak milik perorangan tidak diakui.
3. Tidak ada individu atau kelompok yang dapat berusaha dengan bebas dalam
kegiatan perekonomian.
4. Kebijakan perekonomian diatur sepenuhnya oleh pemerintah.

 Kebaikan dari sistem ekonomi terpusat adalah:


1. Pemerintah lebih mudah mengendalikan inflasi, pengangguran dan masalah
ekonomi lainnya.
2. Pasar barang dalam negeri berjalan lancar.
3. Pemerintah dapat turut campur dalam hal pembentukan harga.
4. Relatif mudah melakukan distribusi pendapatan.

7
5. Jarang terjadi krisis ekonomi.

 Kelemahan dari sistem ekonomi terpusat adalah :


1. Mematikan inisiatif individu untuk maju
2. Sering terjadi monopoli yang merugikan masyarakat
3. Masyarakat tidak memiliki kebebasan dalam memilih sumber daya

4. Sistem Ekonomi Campuran

Sistem ekonomi campuran merupakan dari sistem ekonomi pasar dan terpusat,
dimana pemerintah dan swasta saling berinteraksi dalam memecahkan masalah ekonomi.

 Ciri dari sistem ekonomi campuran adalah : 


1. Merupakan gabungan dari sistem ekonomi pasar dan terpusat.
2. Barang modal dan sumber daya yang vital dikuasai oleh pemerintah.
3. Pemerintah dapat melakukan intervensi dengan membuat peraturan, menetapkan
kebijakan fiskal, moneter, membantu dan mengawasi kegiatan swasta.
4. Peran pemerintah dan sektor swasta berimbang.

Penerapan sistem ekonomi campuran akan mengurangi berbagai kelemahan dari


sistem ekonomi pasar dan komando dan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat.

Secara umum saat ini hampir tidak ada negara yang murni melaksanakan sistem
ekonomi terpusat maupun pasar, yang ada adalah kecenderungan terhadap ekonomi
pasar seperti Amerika, Hongkong, dan negara–negara eropa barat yang berpaham liberal,
sementara negara yang pernah menerapkan ekonomi terpusat adalah Kuba, Polandia dan
Rusia yang berideologi sosialis atau komunis. Kebanyakan negara-negara menerapkan
sistem ekonomi campuran seperti Perancis, Malaysia  dan Indonesia.

Namun perubahan politik dunia juga mempengaruhi sistem ekonomi, seperti halnya
yang dialami Uni Soviet pada masa pemerintahan Boris Yeltsin, kehancuran komunisme
juga mempengaruhi sistem ekonomi soviet,  dari sistem ekonomi terpusat (komando)
mulai beralih ke arah ekonomi liberal dan mengalami berbagai perubahan positif.

8
5. Sistem Ekonomi Kerakyatan

Sistem Ekonomi Kerakyatan adalah Sistem Ekonomi Nasional Indonesia yang berasas
kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, bermoral Pancasila, dan menunjukkan pemihakan
sungguh-sungguh pada ekonomi rakyat.
 Syarat mutlak berjalannya sistem ekonomi kerakyatan yang berkeadilan sosial :
a. Berdaulat di bidang politik
b. Mandiri di bidang ekonomi
c. Berkepribadian di bidang budaya

 Yang mendasari paradigma pembangunan ekonomi kerakyatan yang berkeadilan


sosial :
a. Penyegaran nasionalisme ekonomi melawan segala bentuk ketidakadilan sistem
dan kebijakan ekonomi
b. Pendekatan pembangunan berkelanjutan yang multidisipliner dan multikultural
c. Pengkajian ulang pendidikan dan pengajaran ilmu-ilmu ekonomi dan sosial di
sekolah-sekolah dan perguruan tinggi

LIMA HAL POKOK YANG HARUS SEGERA DIPERJUANGKAN AGAR


SISTEM EKONOMI KERAKYATAN TIDAK HANYA MENJADI WACANA
SAJA:
 Peningkatan disiplin pengeluaran anggaran dengan tujuan utama memerangi
praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam segala bentuknya.
 Penghapusan monopoli melalui penyelenggaraan mekanisme persaingan yang
berkeadilan (fair competition).
 Peningkatan alokasi sumber-sumber penerimaan negara kepada pemerintah daerah.
 Penguasaan dan redistribusi pemilikan lahan pertanian kepada petani penggarap.
 Pembaharuan UU Koperasi dan pendirian koperasi-koperasi “ sejati” dalam
berbagai bidan usaha dan kegiatan. Yang perlu dicermati, peningkatan
kesejahteraan rakyat dalam konteks ekonomi kerakyatan tidak didasarkan pada
paradigma lokomatif, melainkan pada paradigma fondasi.

9
C.   Sistem Perekonomian di Indonesia

Sistem ekonomi Indonesia dikenal sebagai Demokrasi Ekonomi adalah Sistem


Ekonomi yang dijalankan oleh Indonesia. Pda sistem ini, kegiatan produksi dilakukan
oleh semua, untuk semua, dan dibawah pimpinan atau kepemilikan oleh anggota-anggota
masyarakat. Motivasi kegiatan ekonominya dalah untuk kemakmuran masyarakat
dengan memenuhi kebutuhannya dan mengembangkan keselarasan, keserasian serta
keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.

Dalam pidato yang diucapkan oleh wakil presiden RI dalam konferensi ekonomi di
Yogyakarta pada tanggal 3 febuari 1946 dikatakan bahwa dasar politik perekonomian RI
terpancang dalm UUD 1945 dalam bab kesejahteraan sosial pasal 33.

Sementara itu Sumitro Djojohadikusumo dalam –pidatonya dihadapan“School of


Advanced International Studies” Washington D. C tanggal 22 febuari 1949 juga
menegaskan bahwa yang dicita-citakan ialah suatu macam ekonomi campuran yaitu
lapangan-lapangan tertentu akan dinasionaliasi dan dijalankan oleh pemerintah,
sedangkan yang lainnya akan terus terletak dalam lingkungan usaha partekelir.

Meskipun sistem perekonomian Indonesia sudah cukup jelas dirumuskan oleh tokoh-
tokoh ekonomi Indonesia yang sekaligus menjadi tokoh pemerintahan pada awal republik
Indonesia berdiri, dalam perkembangannya pembicaraan tentang sistem perekonomian
Indonesia tidak hanya berkisar pada sistem ekonomi campuran, tetapi mengarah pada
suatu bentuk baru yang disebut sistem ekonomi pancasila. Garis-garis Besar Haluan
Negara yang merupakan pedoman bagi kebijaksanaan pembangunan di bidang ekonomi
Indonesia berbunyi “pembangunan ekonomi yang didasarkan pada Demokrasi Ekonomi
menentukan bahwa masyarakat harus memegang peran aktif dalam kegiatan
pembangunan.

D.   Landasan Sistem Ekonomi di Indonesia

Landasan idiil sistem ekonomi Indonesia adalah Pancasila dan UUD 1945.
Dengan demikian maka sistem ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi yang
berorientasi kepada Ketuhanan Yang Maha Esa (berlakunya etik dan moral agama, bukan

10
materialisme); Kemanusiaan yang adil dan beradab (tidak mengenal pemerasan atau
eksploitasi); Persatuan Indonesia (berlakunya kebersamaan, asas kekeluargaan, sosio-
nasionalisme dan sosio-demokrasi dalam ekonomi); Kerakyatan (mengutamakan
kehidupan ekonomi rakyuat dan hajat hidup orang banyak); serta Keadilan Sosial
(persamaan/emansipasi, kemakmuran masyarakat yang utama  bukan kemakmuran orang-
seorang). Keadilan menjadi sangat utama di dalam sistem ekonomi Indonesia. Keadilan
merupakan titik-tolak, proses dan tujuan sekaligus.

Dari butir-butir di atas, keadilan menjadi sangat utama di dalam sistem ekonomi
Indonesia. Keadilan  merupakan titik-tolak, proses dan tujuan sekaligus.

Pasal 33 UUD 1945 adalah pasal utama bertumpunya sistem ekonomi Indonesia
yang berdasar Pancasila, dengan kelengkapannya,  yaitu Pasal-pasal 18, 23, 27 (ayat 2)
dan 34.

Berdasarkan TAP MPRS XXIII/1966, ditetapkanlah butir-butir Demokrasi Ekonomi


(kemudian menjadi ketentuan dalam GBHN 1973, 1978, 1983, 1988), yang meliputi
penegasan berlakunya Pasal-Pasal 33, 34, 27 (ayat 2), 23 dan butir-butir yang berasal dari
Pasal-Pasal    UUDS tentang hak milik yuang berfungsi sosial dan kebebasan memilih
jenis pekerjaan. Dalam GBHN 1993 butir-butir Demokrasi Ekonomi ditambah dengan
unsur Pasal 18 UUD 1945. Dalam GBHN 1998 dan GBHN 1999, butir-butir Demokrasi
Ekonomi tidak disebut lagi dan diperkirakan “dikembalikan” ke dalam Pasal-Pasal asli
UUD 1945.
Landasan normatif-imperatif ini mengandung tuntunan etik dan moral luhur, yang
menempatkan rakyat pada posisi mulianya, rakyat sebagai pemegang kedaulatan, rakyat
sebagai ummat yang dimuliakan Tuhan, yang hidup dalam persaudaraan satu sama lain,
saling tolong-menolong dan bergotong-royong.

Dari  landasan sistem ekonomi Indonesia sebagaimana dikemukakan di atas


(Pancasila, UUD 1945, TAP MPRS No. XXIII/66 dan GBHN-GBHN 1973, 1978, 1983,
1988, 1998, 1999), jelas bahwa ekonomi Indonesia berpedoman pada ideologi
kerakyatan. Apa  itu kerakyatan dan siapa itu rakyat?

11
Banyak orang mengatasnamakan rakyat. Ada yang melakukannya secara benar demi
kepentingan rakyat semata, tetapi ada pula yang melakukannya demi kepentingan pribadi
atau kelompok. Yang terakhir ini tentulah merupakan tindakan yang tidak terpuji. Namun
yang lebih berbahaya dari itu adalah bahwa banyak di antara mereka, baik yang menuding
ataupun yang dituding dalam mengatasnamaan rakyat, adalah bahwa mereka kurang
sepenuhnya memahami arti dan makna rakyat serta dimensi yang melingkupinya.

Sekali lagi, siapa yang disebut “rakyat”? Pertanyaan semacam ini banyak
dikemukakan secara sinis oleh sekelompok pencemoh yang biasanya melanjutkan
bertanya, “bukankah seorang konglomerat juga rakyat, bukankah Liem Sioe Liong juga
rakyat?” Tentu! Namun yang jelas perekonomian konglomerat bukanlah perekonomian
rakyat.

“Rakyat” adalah konsepsi politik, bukan konsepsi aritmatik atau statistik, rakyat tidak
harus berarti seluruh penduduk. Rakyat adalah “the common people”, rakyat adalah
“orang banyak”. Pengertian rakyat berkaitan dengan “kepentingan publik”, yang berbeda
dengan “kepentingan orang-seorang”. Pengertian rakyat mempunyai kaitan dengan
kepentingan kolektif atau kepentingan bersama. Ada yang disebut “public interest” atau
“public wants”, yang berbeda dengan “private interest” dan “private wants”. Sudah lama
pula orang mempertentangkan antara “individual privacy” dan “public needs” (yang
berdimensi domain publik). Ini analog dengan pengertian bahwa “social preference”
berbeda dengan hasil penjumlahan atau gabungan dari “individual preferences”. Istilah
“rakyat” memiliki relevansi dengan hal-hal yang bersifat “publik” itu.
Mereka yang tidak mampu mengerti “paham kebersamaan” (mutuality) dan “asas
kekeluargaan” (brotherhood atau broederschap) pada dasarnya karena mereka tidak
mampu memahami arti dan makna luhur dari istilah “rakyat” itu, tidak mampu
memahami kemuliaan adagium “vox populi vox Dei”, di mana rakyat lebih dekat dengan
arti “masyarakat” atau “ummat”, bukan dalam arti “penduduk” yang 210 juta. Rakyat atau
“the people” adalah jamak (plural), tidak tunggal (singular).

Seperti dikemukakan di atas, kerakyatan dalam sistem ekonomi mengetengahkan


pentingnya pengutamaan kepentingan rakyat dan hajat hidup orang banyak,  yang
bersumber pada kedaulatan rakyat atau demokrasi. Oleh karena itu, dalam sistem

12
ekonomi berlaku demokrasi ekonomi yang tidak menghendaki “otokrasi ekonomi”,
sebagaimana pula demokrasi politik menolak “otokrasi  politik”.

Dari sini perlu kita mengingatkan agar tidak mudah menggunakan istilah “privatisasi”
dalam menjuali BUMN. Yang kita tuju bukanlah “privatisasi” tetapi adalah “go-public”,
di mana pemilikan BUMN meliputi masyarakat luas yang lebih menjamin arti “usaha
bersama” berdasar atas “asas kekeluargaan”.

PASAL 33 UUD 1945 PERLU DIPERTAHANKAN

Pasal 33 UUD 1945 harus dipertahankan. Pasal 33 UUD 1945 adalah pasal mengenai
keekonomian yang berada pada Bab XIV UUD 1945 yang berjudul “Kesejahteraan
Sosial”. Kesejahteraan sosial adalah bagian tak terpisahkan dari cita-cita kemerdekaan.
Dengan menempatkan Pasal 33 1945 di bawah judul Bab “Kesejahteraan Sosial” itu,
berarti pembangunan ekonomi nasional haruslah bermuara pada peningkatan
kesejahteraan sosial. Peningkatan kesejahteraan sosial merupakan test untuk keberhasilan
pembangunan, bukan semata-mata per-tumbuhan ekonomi apalagi kemegahan
pembangunan fisikal. Pasal 33 UUD 1945 adalah pasal yang mulia, pasal yang
mengutamakan kepentingan bersama masyarakat, tanpa mengabaikan kepentingan
individu orang-perorang. Pasal 33 UUD 1945 adalah pasal restrukturisasi ekonomi, pasal
untuk mengatasi ketimpangan struktural ekonomi.
Saat ini Pasal 33 UUD 1945 (ide Bung Hatta yang dibela oleh Bung Karno karena
memangku ide “sosio-nasionalisme” dan ide “sosio-demokrasi”) berada dalam bahaya.
Pasal 33 UUD 1945 tidak saja akan diamandemen, tetapi substansi dan dasar kemuliaan
ideologi kebangsaan dan kerakyatan yang dikandungnya akan diubah, artinya akan
digusur, oleh sekelompok pemikir dan elit politik yang kemungkinan besar tidak
mengenal platform nasional Indonesia.

Ayat 1 Pasal 33 UUD 1945 menegaskan, bahwa “Perekonomian disusun sebagai


usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Perkataan disusun artinya
“direstruktur”. Seorang strukturalis pasti mengerti arti “disusun” dalam konteks
restrukturisasi ekonomi, merubah ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional,
menghilangkan subordinasi ekonomi (yang tidak emancipatory) dan menggantinya
dengan demokrasi ekonomi (yang participatory dan emancipatory).

13
Mari kita baca Penjelasan Pasal 33 UUD 1945 “… Perekonomian berdasar atas
demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi semua orang. Sebab itu cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara dan menguasai hajad hidup orang banyak harus dikuasai oleh
negara. Kalau tidak tampuk produksi jatuh ke tangan orang-orang yang berkuasa dan
rakyat banyak ditindasinya …”. Bukankah sudah diprediksi oleh UUD 1945 bahwa
orang-orang yang berkuasa akan menyalahgunakan kekuasaan, akan habis-habisan ber-
KKN karena melalaikan asas kekeluargaan. Bukankah terjadinya ketidakadilan sosial-
ekonomi mass poverty, impoverishmen dan disempowerment terhadap rakyat karena
tidak hidupnya asas kekeluargaan atau brotherhood  di antara kita? Dalam kebersamaan
dan asas kekeluargaan, keadilan sosial-ekonomi implisit di dalamnya.

Dari Penjelasan UUD 1945 juga kita temui kalimat “… Meskipun dibikin UUD yang
menurut kata-katanya bersifat kekeluargaan, apabila semangat penyelenggara negara,
para pemimpin pemerintahan itu bersifat perorangan, UUD itu tentu tidak ada artinya
dalam praktek …”. Ini kiranya jelas, self-explanatory.

Pasal 33 UUD 1945 akan digusur dari konstitusi kita. Apa salahnya, apa
kelemahannya? Apabila Pasal 33 UUD 1945 dianggap mengandung kekurangan mengapa
tidak disempurnakan saja dengan ayat-ayat tambahan, dengan tetap mempertahankan 3
ayat aslinya.

Pasal 33 UUD 1945 sebenarnya makin relevan dengan tuntutan global untuk
menumbuhkan global solidarity dan global mutuality. Makin berkembangnya aliran
sosial-demokrasi (Anthony Giddens, Tony Blair, dll) makin meningkatkan relevansi Pasal
33 UUD 1945 saat ini. Saat ini 13 dari 15 negara Eropa Barat menganut paham sosial-
demokrasi (Dawam Rahardjo, 2000).

Memang tidak akan mudah bagi mereka untuk memahami Pasal 33 UUD 1945 tanpa
memiliki platform nasional, tanpa memiliki ideologi kerakyatan, ataupun tanpa
memahami cita-cita sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi yang saat ini tetap relevan.
Mereka (sebagian ekonom junior) kiranya tidak suka mencoba memahami makna
“perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan” (ayat 1
Pasal 33). “Kebersamaan” adalah suatu “mutuality” dan “asas kekeluargaan” adalah

14
“brotherhood” atau “broederschap” (bukan kinship atau kekerabatan), bahasa agamanya
adalah ukhuwah, yang mengemban semangat kekolektivan dan solidaritas sosial. M.
Umer Chapra (2001) bahkan menegaskan bahwa memperkukuh brotherhood merupakan
salah satu tujuan  dalam pembangunan ekionomi,. Brotherhood menjadi sinergi kekuatan
ekonomi utnuk saling bekerjasama, tolong-menolong dan bergotong-royong.

Pura-pura tidak memahami makna mulia “asas kekeluargaan” terkesan untuk sekedar
menunjukkan kepongahan akademis belaka. “Asas kekeluargaan” adalah istilah Indonesia
yang sengaja diciptakan untuk memberi arti brotherhood, seperti halnya persatuan
Indonesia” adalah istilah Indonesia untuk nasionalisme, dan “kerakyatan” adalah istilah
Indonesia untuk demokrasi.(Mubyarto, 2001).

Memang yang bisa memahami asas kekeluargaan adalah mereka yang bisa memahami
cita-cita perjuangan dalam konteks budaya Indonesia, yang mampu merasakan sesamanya
sebagai “saudara”, “sederek”, “sedulur”, “sawargi”, “kisanak”, “sanak”, “sameton” dan
seterusnya, sebagaimana Al Islam menanggap sesama ummat (bahkan manusia) sebagai
“saudara”, dalam konteks rahmatan lil alamin.  
          
Jadi asas kekeluargaan  yang brotherhood ini bukanlah asas keluarga atau asas
kekerabatan (bukan family system atau kinship) yang nepotistik. Kebersamaan dan
kekeluargaan adalah asas ekonomi kolektif (cooperativism) yang dianut Indonesia
Merdeka, sebagai lawan dari asas individualisme yang menjadi dasar sistem ekonomi
kolonial yang dipelihara oleh Wetboek van Koophandel (KUHD). Itulah sebabnya UUD
1945 memiliki Aturan Peralihan, yang Ayat II-nya menegaskan bahwa sistem hukum
kolonial berdasar KUH Perdata, KUH Pidana, KUHD, dll tetap berlaku secara temporer,
yang berkedudukan sebagai “sementara sebelum diadakan yang baru menurut UUD
1945”, artinya dalam posisi “peralihan”. Jadi yang tidak tahu, lalu ingin menghapuskan
ketiga ayat Pasal 33 UUD 1945 itu adalah mereka yang mungkin sekali ingin merubah
cita-cita dasar Indonesia Merdeka.

Mengulang yang disinggung di atas, “usaha bersama” dan “asas kekeluargaan” adalah
satu kesatuan, tidak bisa dipisahkan satu sama lain, merupakan satu paket sistem ekonomi
untuk merubah ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional, di mana “partisipasi” dalam
kehidupan ekonomi harus pula disertai dengan “emansipasi”. Kebersamaan menjadi dasar

15
bagi partisipasi dan asas kekeluargaan menjadi dasar bagi emansipasi. Tidak akan ada
partisipasi genuine tanpa adanya emansipasi.

Pasal 33 UUD 1945 tidak punya andil apapun dan keterpurukan ekonomi saat ini,
suatu keterpurukan terberat dalam sejarah Republik ini. Bukan Pasal 33 UUD 1945 yang
mengakibatkan kita terjerumus ke dalam jebakan utang (debt-trap) yang seganas ini. Pasal
33 UUD 1945 tidak salah apa-apa, tidak ikut memperlemah posisi ekonomi Indonesia
sehingga kita terhempas oleh krisis moneter. Pasal 33 UUD 1945 tidak ikut salah apa-apa
dalam menghadirkan krisis ekonomi yang berkepanjangan. Bukan Pasal 33 UUD 1945
yang menjebol Bank Indonesia dan melakukan perampokan BLBI. Bukan pula Pasal 33
yang membuat perekonomian diampu dan di bawah kuratil negara tetangga (L/C
Indonesia dijamin Singapore). Bukan Pasal 33 yang menghadirkan kesenjangan ekonomi
(yang kemudian membentuk kesenjangan sosial yang tajam dan mendorong disintegrasi
sosial ataupun nasional), meminggirkan rakyat dan ekonominya. Bukan pula Pasal 33
yang membuat distribusi pendapatan Indonesia timpang dan membiarkan terjadinya
trickle-up mechanism yang eksploitatif terhadap rakyat, yang menumbuhkan pelumpuhan
(disempowerment) dan pemiskinan rakyat (impoverishment). Lalu, mengapa kita
mengkambinghitamkan Pasal 33 UUD 1945 dan justru mengagung-agungkan globalisasi
dan pasar-bebas yang penuh jebakan bagi kita? Pasal 33 tidak menghambat, apalagi
melarang kita maju dan mengambil peran global dalam membentuk tata baru ekonomi
mondial.

Tiga butir Ayat Pasal 33 UUD 1945 tidak seharusnya dirubah, tetapi ditambah ayat-
ayat baru, bukan saja karena tidak menjadi penghambat pembangunan ekonomi nasional
tetapi juga karena tepat dan benar. Kami mengusulkan berikut ini sebagai upaya
amandemen UUD 1945, yang lebih merupakan suatu upaya memberi “addendum”,
menambah ayat-ayat, misalnya untuk mengakomodasi dimensi otonomi daerah dan
globalisasi ekonomi, dengan tetap mempertahankan tiga ayat aslinya.

E.   Ciri-ciri Sistem Ekonomi Pancasila

 Sistem Ekonomi Pancasila memiliki empat ciri yang menonjol, yaitu :


1. Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara / pemerintah.

16
Contoh hajad hidup orang banyak yakni seperti air, bahan bakar minyak / BBM,
pertambangan / hasil bumi, dan lain sebagainya.
2. Peran negara adalah penting namun tidak dominan, dan begitu juga dengan
peranan pihak swasta yang posisinya penting namun tidak mendominasi.
Sehingga tidak terjadi kondisi sistem ekonomi liberal maupun sistem ekonomi
komando. Kedua pihak yakni pemerintah dan swasta hidup beriringan,
berdampingan secara damai dan saling mendukung.
3. Masyarakat adalah bagian yang penting di mana kegiatan produksi dilakukan
oleh semua untuk semua serta dipimpin dan diawasi oleh anggota masyarakat.
4. Modal atau pun buruh tidak mendominasi perekonomian karena didasari atas
asas kekeluargaan antar sesama manusia.

F.    Faktor-faktor  yang Mempengaruhi Sistem Ekonomi di Indonesia


Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sistem ekonomi Indonesia adalah
sebagai berikut:
 Faktor intern
 Lembaga ekonomi
Lembaga ekonomi ialah pranata yang mempunyai kegiatan dalam bidang
ekonomi demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat pada umumnya. Secara
sederhana, lembaga ekonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut ; sektor
agraris yang meliputi sektor pertanian, seperti sawah, perladangan, perikanan,
dan pertenakan. (Gathering/pengumpulan) yaitu proses pengumpulan barang atau
suberdaya alam dari lingkungannya. Sektor industri ditandai dengan kegiatan
produksi barang. (production) sektor perdagangan merupakan aktivitas
penyaluran barang dari produsen ke konsumen (distribusing) yaitu proses
pembagian barang dan komonditas pada subsistem-subsistem lainnya.

 Sumber daya ekonomi


Potensi sumberdaya ekonomi atau lebih dikenal dengan potensi ekonomi
daerah pada dasarna dapat diartikan sebagai sesuatu atau segala sesuatu
sumberdaya yang dimiliki oleh daerah baik yang tergolong pada sumberdaya
(natural resources/endowment factors) maupun potensi sumberdaya manusia

17
yang dapat memberikan manfaat (benefit) serta dapat digunakan sebagai modal
dasar pembangunan (ekonomi) wilayah.

 Faktor produksi yang dimiliki


Faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses
produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan.
Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya
menjadi seluruh benda tangibel, baik secara langsung dari alam maupun tidak,
yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik
(physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga menganggap sumber daya
informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran
informasi era globalisasi ini. (Griffin R: 2006) secara total, saat ini ada lima hal
yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja (labor), modal
(capital) sumber daya fisik (phsical resources), kewirausahaan
(entrepreneurship), dan sumber daa informasi (information resourcs).
 Lingkungan ekonomi
Lingkungan ekonomi adalah sebuah penggabungan dari beberapa faktor
ekonomi, seperti jumlah tenaga kerja, produktivitas, pendapatan, kekayaan,
inflasi, dan suku bunga. Faktor-faktor ini terpengaruhi pola pengeluaran individu
dan perusahaan.
Lingkungan ekonomi dipengaruhi oleh:
a. Pendapatan dan kekayaan : pendapatan perekonomian diukur dengan
GDP, GNP, dan pendapatan perkapita. Nilai tinggi faktor-faktor ini
menunjukkan suatu lingkungan ekonomi progresif.
b. Tingkat pekerjaan : kerja yang tinggi merupakan gambaran positif
perekonomian. Namun, ada banyak pengangguran termasuk kerja
parsial dan setengah pengangguran.
c. Produktivitas : ini adalah output yang dihasilkan dari jumlah yang
diberikan masukan tingkat tinggi mendukung produktivitas lingkunan
ekonomi.
 Organisasi dan manajemen
Organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing di peran
tertentu dalam suatu sistem kerja dan pembagian dalam mana pekerjaan itu

18
diperinci menjadi tugas-tugas, dibagikan kemudian digabung lagi dalam
beberapa bentuk hasil.
Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan
semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya.

 Faktor Ekstern
 Falsafah Pancasila
Sistem ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi yang berorientasi
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam sila ini diberlakukannya  etik dan
moral agama, bukan materialisme. Kemanusiaan yang adil dan beradab yang
tidak mengenal pemerasan atau eksploitasi. Persatuan Indonesia berlakunya
kebersamaan, asas kekeluargaan, sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi
dalam ekonomi.Kerakyatan mengutamakan kehidupan ekonomi rakyat dan
hajat hidup orang banyak. Serta Keadilan Sosial yang mengutamakan
persamaan/emansipasi, kemakmuran masyarakat yang utama  bukan
kemakmuran orang-seorang.
 Landasan Konstitusional UUD 1945
Pasal 33 UUD 1945 adalah pasal utama bertumpunya sistem ekonomi
Indonesia. Pasal 33 UUD 1945 adalah pasal mengenai
keekonomianyang berada pada Bab XIV UUD 1945 yang berjudul
Kesejahteraan Sosial. Kesejahteraan sosial adalah bagian tak terpisahkan dari
cita-cita kemerdekaan. Pasal 33 UUD 1945 adalah pasal restrukturisasi
ekonomi, pasal untuk mengatasi ketimpangan struktural ekonomi. Ayat 1
Pasal 33 UUD 1945 menegaskan, bahwa perekonomian disusun sebagai
usaha   bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.Perkataan disusun
artinya        direstruktur. Seorang strukturalis pasti mengerti arti  disusun 
dalam konteks restrukturisasi ekonomi, merubah ekonomi kolonial
menjadi ekonomi nasional, menghilangkan subordinasi ekonomi
dan menggantinya dengan demokrasi ekonomi. Perekonomian berdasar
atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi semua orang. Sebab itu cabang-
cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajad hidup orang
banyak harus dikuasai oleh negara. Kalau tidak tampuk produksi       jatuh ke

19
tangan orang-orang yang berkuasa dan rakyat banyak         ditindasinya. Pasal
dalam UUD lainnya yang mempengaruhi sistem ekonomi di Indonesia antara
lain pasal-pasal 18, 23, 27 (ayat 2) dan 34.
 GBHN
Berdasarkan TAP MPRS XXIII/1966, ditetapkanlah butir-butir
Demokrasi Ekonomi (kemudian menjadi ketentuan dalam GBHN 1973, 1978,
1983, 1988), yang meliputi penegasan berlakunya Pasal-Pasal 33, 34, 27
(ayat 2), 23 dan butir-butir yang berasal dari Pasal-Pasal UUDS tentang hak
milik yuang berfungsi sosial dan kebebasan memilih jenis pekerjaan. Dalam
GBHN 1993 butir-butir Demokrasi Ekonomi ditambah dengan unsur Pasal 18
UUD 1945.
Dalam GBHN 1998 dan GBHN 1999, butir-butir Demokrasi Ekonomi
tidak disebut lagi dan diperkirakan dikembalikan ke dalam Pasal-Pasal asli
UUD 1945.
 Keadaan kondisi politik
Politik juga menentukan sistem ekonomi.  Seperti misalnya apabila
kondisi politik di Indonesia yang tidak stabil seperti terjadi konflik di
beberapa daerah yang disebabkan oleh faktor ekonomi, maka sistem ekonomi
pun akan diganti karena sudah tidak seuai dengan kehidupan bangsa
Indonesia.
 Kepastian hukum
Kepastian hukum tentang sistem ekonomi tersebut berdasarkan pada
Pancasila serta UUD 45.
 Masyarakat dalam arti luas
Yang dimaksud masyarakat dalam arti luas yaitu semua masyarakat
Indonesia dari golongan bawah hingga golongan atas yang berpastisipasi
dalam perekonomian Indonesia.
 Pemerintah
Keputusan pemerintah dalam mengubah atau menetapkan sistem
ekonomi sangatlah penting. Karena keputusan tertinggi ada pada pemerintah.
Walaupun masyarakat menghendaki pengubahan tersebut, namun pemerintah
tidak mengubahnya, maka sistem ekonomi pun tidak akan berubah.

20
BAB III
KESIMPULAN

Sistem ekonomi adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara


untukmengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun
organisasi di negara tersebut.
 Macam-macam Sistem Ekonomi :
 Sistem Ekonomi Tradisional
Sistem ekonomi tradisional merupakan sistem ekonomi yang diterapkan
oleh masyarakat tradisional secara turun temurun dengan hanya mengandalkan
alam dan tenaga kerja.
 Sistem Ekonomi Pasar (Kapitalisme)

Sistem ekonomi pasar adalah suatu sistem ekonomi dimana seluruh


kegiatan ekonomi mulai dari produksi, distribusi dan konsumsi diserahkan
sepenuhnya kepada mekanisme pasar.

 Sistem Ekonomi Terpusat (Komando)

Sistem ekonomi komando adalah sistem ekonomi dimana peran


pemerintah sangat dominan dan berpengaruh dalam mengendalikan
perekonomian         

 Sistem Ekonomi Campuran

Sistem ekonomi campuran merupakan dari sistem ekonomi pasar dan


terpusat, dimana pemerintah dan swasta saling berinteraksi dalam memecahkan
masalah ekonomi.

 Sistem Ekonomi Kerakyatan

Sistem Ekonomi Kerakyatan adalah Sistem Ekonomi Nasional Indonesia


yang berasas kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, bermoral Pancasila, dan
menunjukkan pemihakan sungguh-sungguh pada ekonomi rakyat.

Sistem ekonomi Indonesia dikenal sebagai Demokrasi Ekonomi adalah Sistem


Ekonomi yang dijalankan oleh Indonesia. Pada sistem ini, kegiatan produksi
dilakukan oleh semua, untuk semua, dan dibawah pimpinan atau kepemilikan oleh

21
anggota- anggota
masyarakat.
Motivasi kegiatan
ekonominya
dalah untuk
kemakmuran
masyarakat
dengan memenuhi
kebutuhannya
dan
mengembangkan keselarasan, keserasian serta keseimbangan antara kepentingan
individu dan kepentingan masyarakat.

22

Anda mungkin juga menyukai