Standar (part-2)
Ravi Permana Putra 1906010053 M. Ardabilly A 1906010147
Jesika Dian Pratiwi 1906010078 Cantika Anggraini 1906010148
Muhammad Rizky 1906010095 M Arif Al Rizki 1906010157
Gana Windriya 1906010143 M Romario Zikri 1906010160
Kelompok 1
a. Akuntansi Biaya Standar
Secara garis besar sistem akuntansi biaya standar dapat dibagi menjadi dua:
Metode tunggal (single plan) dan metode ganda (partial plan). Perbedaan antara dua sistem
akuntansi biaya standar tersebut terletak pada waktu penyajian informasi mengenai terjadinya
penyimpangan antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya kepada manajemen.
Dalam metode tunggal, rekening barang dalam proses didebit dengan biaya standar dan dikredit dengan
biaya standar atau dengan kata lain, rekening barang dalam proses didebit dan dikredit dengan angka
tunggal, yaitu angka standar. Dalam sistem ini, penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar
dihitung pada saat masukan dipakai dalam proses produksi, sehingga setiap saat manajemen dapat
mengetahui berapa penyimpangan yang terjadi antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar.
Penyimpangan antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya dicatat dalam rekening selisih pada saat
terjadinya.
Rekening barang dalam proses dalam
metode tunggal ini
Dalam metode ganda, dalam rekening barang dalam proses dicatat angka ganda,
sebelah debit diisi dengan biaya sesungguhnya, dan sebelah kredit diisi dengan
biaya standar. Dalam metode ini, penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya
standar dihitung pada akhir perode akuntansi
Rekening barang dalam metode ganda
b. Metode Ganda
METODE GANDA (PARTIAL PLAN) Karakteristik metode ganda adalah:
1. Rekening barang dalam proses didebit dengan biaya sesungguhnya dan dikredit dengan biaya standar.
Dalam metode ini persediaan bahan baku dicatat pada biaya sesungguhnya dan persediaan produk jadi
dicatat pada harga pokok standar. Harga pokok penjualan dicatat pada harga pokok standar.
2. Selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar dihitung pada akhir periode akuntansi, setelah harga pokok
persediaan produk dalam proses ditentukan dan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dicatat
dalam rekening barang dalam proses.
3. Selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar merupakan jumlah total perbedaan antara biaya standar
dengan biaya sesungguhnya. Analisis terhadap selisih-selisih tersebut memerlukan bantuan informasi yang
tidak tersedia dalam rekenirg-rekening buku besar.
Pada akhir periode, biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi tersebut dibebankan ke
produksi dengan jurnal sebagai berikut:
6. Pencatatan harga pokok produk yang dijual Harga pokok produk yang dijual dihitung dengan cara
mengalikan kuantitas produk yang dijual selama petiode akuntansi dengan biaya standar per satuan
b. Selisih biaya tenaga kerja langsung , Selisih biaya tenaga kerja langsung ditentukan dengan cara
menghitung saldo rekening barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung pada akhir periode.
C. Selisih biaya overbead pabrik Penentuan selisih biaya overhead pabrik tergantung pada metode pencatatan
biaya orerhead pabrik
c. Metode Tunggal ( single plan )
Untuk memberikan gambaran penggunaan metode tunggal, berikut ini disajikan akuntansi
biaya standar, yang dibagi menjadi tiga bagian: pencatatan biaya bahan baku, pencatatan
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
Pencatatan Biaya Bahan Baku
Pencatatan biaya bahan baku dalam metode tunggal dipengaruhi oleh saat pencatatan
selisih harga bahan baku. Oleh karena itu, pencatatan biaya bahan baku dalam metode
tunggal dibagi menjadi tiga:
1. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dibeli
2. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dipakai.
3. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dibeli dan dipakai.
1. Selisih Harga Bahan Baku Dicatat pada Saat Bahan Baku Dibeli
Dalam metode pencatatan ini, rekening persediaan bahan baku didebit sebesar hasil kali
kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dibeli dengan harga standar bahan baku per satuan.
Rekening utang dagang dikredit sebesar kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dibeli
dengan harga sesungguhnya bahan baku per satuan. Selisih antara pendebitan rekening
persediaan bahan baku dengan pengkreditan rekening utang dagang dicatat dalam rekening
selisih harga pembelian bahan baku (materiais purchase price variance).
2. Selisih Harga Bahan Baku Dicatat pada Saat Bahan Baku Dipakal
Dalam metode ini, pada saat bahan baku dibeli, rekening persediaan bahan baku didebit
sebesar hasil kali kuantitas bahan baku yang dibeli dengan harga sesungguhnya bahan baku
per satuan dan rekening utang dagang dikredit dengan jumlah yang sama. Dengan demikian
pada saat pembelian, tidak diadakan pencatatan selisih harga yang terjadi.
3. Selisih Harga Bahan Baku Dicatat pada Saat Bahan Baku Dipakal
Dalam metode ini, pada saat bahan baku dibeli, rekening persediaan bahan baku didebit
sebesar hasil kali kuantitas bahan baku yang dibeli dengan harga sesungguhnya bahan baku
per satuan dan rekening utang dagang dikredit dengan jumlah yang sama. Dengan
demikian pada saat pembelian, tidak diadakan pencatatan selisih harga yang terjadi.
Pencatatan biaya tenaga kerja langsung dilakukan melalui 3 tahap berikut ini:
1. Pencatatan utang upah langsung
2. Pencatatan distribusi upah langsung,
3. Pencatatan pembayaran upah langsung
Pencatatan Biaya Overhead Pabrik
Pencatatan biaya overbead pabrik dalam metode tunggal (ringle plan)
dipengaruhi oleh metode analisis selisih biaya overhead yang digunakan.
Jurnal untuk mencatat penutupan rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ke rekening
biaya overhead pabrik sesungguhnya:
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp3.500.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp3.500.000
Pencatatan harga pokok produk selesai dari Contoh 8 adalah sebagai berikut:
Persediaan Produk Jadi Rp7.250.000*
Barang dalam Proses Rp7.250.000
*250.000 unit produk x Rp29.000= Rp7.250.000
d. Selisih Komposisi
SELISIH KOMPOSISI BAHAN BAKU DAN SELISIH HASIL (MATERIALS MIX DAN YIELD
VARIANCE)
Bahan baku yang dipakai dalam perusahaan seringkali terdiri atas berbagai macam jenis dan
mutu. Dalam perusahaan-perusahaan tertentu, seringkali terdapat kemungkinan untuk
mengubah komposisi bahan baku yang dipakai dengan tujuan untuk merendahkan biaya, dengan
mutu dan kuantitas hasil produk yang tetap memuaskan. Penurunan biaya juga dapat dilakukan
dengan perbaikan hasil bahan baku yang dipakal. Dalam perusahaan semacam ini, manajemen
memerlukan analisis selisih komposisi dan hasil balman baku.
Jika spesifikasi bahan baku menurut standar telah ditentukan dan komposisi jenis bahan
baku yang digunakan dalam proses produksi telah ditetapkan, maka bila terjadi
penyimpangan antara komposisi standar dengan komposisi sesungguhnya bahan yang
dipakai, penyimpangan ini disebut selisih komposisi. Dalam perusahaan tertentu, seperti
perusahaan tekstil, karet, dan perusahaan kimia, yang produknya harus memenuhi mutu
fisik dan kimia tertentu, terdapat kemungkinan untuk menggunakan berbagai kombinasi
bahan baku yang berbeda, dengan hasil produk yang tetap memenuhi standar mutu yang
telah ditetapkan. Dalam banyak hal komposisi bahan baku yang baru akan diikuti dengan
timbulnya selisih hasil yang menguntungkan atau merugikan.
Selisih Hasil
Hasil dapat didefinisikan sebagai jumlah produk utama yang dihasilkan
dari pengolahan sejumlah bahan baku tertentu. Jika untuk menghasilkan 10
satuan produk dibutuhkan 20 kg bahan baku, maka persentase hasil dalam
hal ini adalah 50% (10/20 x 100%). Jika persentase hasil sesungguhnya
menyimpang dari standar, maka penyimpangan ini disebut selisih hasil.
Penyajian selisih dalam laporan laba rugi disajikan dalam Gambar 13.28.
Selisih Dibagikan ke Rekening-rekening Persediaan dan Harga Pokok Penjualan Pembagian selisih
ke rekening-rekening persediaan dan harga pokok penjualan dapat didasarkan pada
perbandingan harga pokok atau kuantitasnya.
Sander harus diubah hanya apabila kondisi yang mendasari penentuannya telah
mengalami perubahan. Mengenai kapan standar harus diubah, ada dua pendapat.
Pendapat yang pertama mengatakan bahwa standar harus diubah dalam periode
akuntansi, yaitu segera setelah diketahui bahwa standar tersebut keliru ditetapkan.
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa jika standar diperbaiki dalam akuntansi,
penabahan tersebut akan menghancurkan standar sebagai alat pengukur efisiensi. Oleh
Karena itu meskipun standar yang ditetaplaan telah mengalami kekeliruan, perbaikan
standar harus ditunda sampai akhir periode akuntansi.