Anda di halaman 1dari 15

PERAN PEMERINTAH DALAM KERANGKA EKONOMI ISLAM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Islam
Dosen Pengampu : Disfa Lidian Handayani, M.E.I

Kelas : SPS 7
Disusun Oleh : Kelompok 10
Athirah Rifa Aulya (23051380321)
Apita Tianti (23051380301)
Putri Annisa (23051380283)
Kustirani (23051380288)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang "Peran Pemerintah Dalam Kerngka Ekonomi Islam".
Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga kami
dapatmenyelesaikan penyusunan makalah ini dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembacanya. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini terdapat kelebihan dan kekurangannya sehingga kami meminta maaf dan
memohon pemakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami
buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca dan kami mengharap kritik dan saran
yang dapat memperbaiki untuk penulisan makalah selanjutnya.
Terima kasih.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................I


KATA PENGANTAR ...............................................................................................................2
DAFTAR ISI .............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................4
2.1 Rumusan Masalah .........................................................................................................4
3.1 Tujuan ...........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Peran dan Fungsi Pemerintah ........................................................................................5
B. Rasionalitas Peran Pemerintah dalam Perekonomian ...................................................6
C. Ruang Lingkup Peran Pemerintah dalam Kerangka Ekonomi Islam ............................7
BAB III PENUTUP
1.1 Kesimpulan .................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah merupakan lembaga yang bertugas sebagai pengendali suatu negara. Oleh
karena itu, pemerintah harus memiliki peran dan fungsinya secara syumul dan merata.
Dalam Islam, pemerintah dianggap sebagai agen khalifatullah yang bertugas untuk
menyejahterakan masyarakatnya dalam menggapai (kemenangan) dunia dan akhirat.
Kewajiban merealisasikan falah pada dasarnya merupakan tugas keseluruhan economic
agents, termasuk pemerintah dan masyarakat. Terdapat banyak aktivitas ekonomi yang
tidak dapat diselenggarakan dengan baik oleh pasar, sehingga mengharuskan adanya
peran aktif dari pemerintah maupun masyarakat. Di samping pemerintah, masyarakat
harus berperan langsung. Terdapat fenomena market failure, government failure, dan
citizen failure, yaitu suatu kegagalan pasar muncul ketika alokasi sumber daya tidak
optimal (pareto optimal) Optimalitas pareto berarti bahwa tidak mungkin membuat satu
individu menjadi lebih baik, tanpa membuat individu lain menjadi lebih buruk.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pada latar belakang diatas maka penulis meruskan masalah sebagai Berikut:
1. Jelaskan yang dimaksud dengan tanggung jawab pemerintah dalam perspektif
Islam!
2. Jelaskan fungsi negara dalam perspektif Islam!
3. Berikan contoh konkret penerapan pada negara Islam, mengenai ikut
campurnya pemerintah di negara itu! Jelaskan pendapat Anda!
4. Jelaskan tugas-tugas penting pemerintah dalam perekonomian!
5. Bagaimana hukum mematok harga yang dilakukan pemerintah? Jelaskan!

1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan peran dan fungsi pemerintah dalam pengembangan
ekonomi dan keuangan syariah;
2. Mampu membandingkan peran pemerintah dalam sistem ekonomi Islam dan
sistem ekonomi konvensional;
3. Mengetahui lembaga yang terlibat dalam pengembangan dan penerapan
ekonomi syariah di Indonesia.
4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran dan Fungsi Pemerintah


Monzer Kahf dalam The Economic Role of State in Islam memaparkan bahwa
ada dua elemen yang dapat dikatakan berbeda dan unik dari fungsi negara dalam
Islam, yaitu:
1. Sistem rasionalisasi yang digunakan oleh negara untuk menentukan relevansi,
kegunaan, dan kemanjuran keputusan politik dan proses pembuatannya.
2. Ranah dan ruang lingkup negara Islam meliputi urusan duniawi serta urusan
akhirat.

Imam Syatibi berpendapat bahwa negara Islam harus lebih berupaya membantu
warganya mencapai tujuannya karena: “kepentingan agama memiliki prioritas mutlak
di atas kepentingan kehidupan duniawi.”
Siddiqi mengklasifikasikan fungsi negara dalam perspektif Islam dalam tiga kategori:
1. Fungsi yang diamanahkan syariat secara permanen meliputi:
a. Pertahanan
b. Hukum dan ketertiban
c. Keadilan
d. Pemenuhan kebutuhan
e. Dakwah
f. Amar makruf nahi munkar
g. Administrasi sipil
h. Pemenuhan kewajiban-kewajiban sosial.
2. Fungsi turunan syariah yang berbasis ijtihad sesuai kondisi sosial dan ekonomi pada
waktu tertentu, meliputi enam fungsi:
a. Perlindungan lingkungan
b. Penyediaan sarana kepentingan umum
c. Penelitian
d. Pengumpulan modal dan pembangunan ekonomi
e. Penyediaan subsidi pada kegiatan swasta tertentu
f. Pembelanjaan yang diperlukan untuk stabilitas kebijakan

5
3. Fungsi yang diamanahkan secara kontekstual berdasarkan proses musyawarah
(syura), meliputi semua kegiatan yang dipercayakan masyarakat kepada sebuah
proses syura. Inilah yang menurut Sidiqi terbuka dan berbeda-beda setiap negara
tergantung keadaan masing-masing.

Menurut Yusuf al-Qaradhawi, bentuk negara tidaklah terlalu penting, begitu


pula nama yang dipakainya. la juga tidak menyeru untuk kembali mendirikan sistem
pemerintahan cara khilafah dalam bentuk dan model yang lama dan kolot. Juga tidak
kepada bentuk persatuan dan kesatuan cara lama.
Yusuf al-Qaradhawi menegaskan, bahwa Islam tidak mengenal "Rijaluddin"
(pemimpin agama), sebagai wakil Tuhan di bumi. Jadi pemerintahan Islam adalah
pemerintahan sipil yang berdasarkan Islam, berdiri di atas panji-panji syura dan
memiliki pemimpin yang kuat, jujur serta paham akan strategi negara. Sementara itu,
rijaluddin dalam Islam adalah ulama yang selalu berdampingan dengan pemimpin
untuk memberikan nasihat agar pemimpin tetap berada di jalur syariat. Dengan
demikian negara berjalan di atas rel keislaman yang tepat dan benar. Dalam perspektif
lain Muhammad 'Abid al-Jabiri memaparkan bahwa sesungguhnya bentuk negara
dalam Islam bukanlah termasuk hal-hal yang diatur oleh Islam

Di antara tugas-tugas penting pemerintah dalam perekonomian adalah sebagai berikut:


1. Mengawasi Faktor Utama Penggerak Perekonomian
Pemerintah harus mengawasi gerak perekonomian, seperti mengawasi dan
melarang praktik yang tidak benar, baik dalam sistem jual beli, produksi,
konsumsi, dan sirkulasi. Pengontrolan harus dilakukan oleh tim independen (ahl
al hisbab). Tim ini mengawasi instansi-instansi, pabrik-pabrik, dan induk usaha
lainnya agar tidak mengambil keuntungan yang tidak terpuji dari masyarakat
dengan memanfaatkan keluguan dan kebodohan mereka demi memuaskan
nafsu keserakahan yang lahir dari jiwa yang nihil moral.

2. Menghentikan Muamalah yang Diharamkan


Yang dimaksud dengan muamalah haram adalah berbagai bentuk muamalah
yang diharamkan karena berlawanan dengan asas-asas Islam, yang berdiri di
atas moral dan terjaganya kemaslahatan umum seperti riba, penimbunan, dan
monopoli. Islam sangat memperhatikan perekonomian umat, oleh sebab itu
6
Islam menetapkan adanya jaminan dalam melindungi harta benda setiap orang,
agar tidak digunakan dengan sia-sia atau secara royal. Islam benar-benar
melarang penggunaan harta dengan keji dalam perekonomian bangsa. Terhadap
kaum penimbun, negara diwajibkan untuk memeranginya dengan tegas dan
keras, bahkan diperbolehkan mengeluarkan dengan paksa barang-barang yang
disimpannya, lalu dijual kepada orang-orang yang memerlukannya dengan
harga yang sedang dan pantas serta keuntungan yang wajar.

3. Mematok Harga kalau Dibutuhkan


Para ahli fikih berbeda pendapat dalam hal mematok harga, haram atau sah
dilakukan. Ada sebagian yang mengharamkan dengan alasan terdapat sejumlah
nas yang melarang pematokan harga. Di antaranya ialah riwayat Anas dari Rasul
SAW.. Anas berkata: "DI masa Rasul, harga-harga pernah melambung tinggi.
Para sahabat lalu mengusulkan pada Nabi: "Wahai Rasulullah SAW, hendaknya
engkau mematok harga". Nabi lalu menjawab, "Allah SWTlah Zat yang
membuat lingkup sempit dan yang melapangkan. Dan saya berharap, di hari
saya bertemu Allah SWT, tidak seorang pun menuntutku atas kezalimanku, baik
dalam jiwa atau harta" (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Turmudzi, Ibnu
Majah.)
Dari hadis ini, dapat disimpulkan bahwa mematok harga adalah haram dan pematokan
dianggap perilaku kezaliman.

Landasan Hukum dan Bidang-Bidang yang Dapat dan Tidak Diintervensi Negara
1. Bidang-bidang ekonomi yang dapat diintervensi oleh negara Intervensi pemerintah
terhadap masalah-masalah perekonomian rakyat, sebagian ulama berpendapat bahwa
landasannya pada firman Allah SWT.:

ْ‫سو َْل َوأُو ِلي اْلَم ِْر ِمنكُمْ فَ ِإن‬ َّ ‫ّللاَ َوأ َ ِطيعُوا‬
ُ ‫الر‬ َّْ ‫ِين آ َمنُوا أ َ ِطيعُوا‬
َْ ‫َيا أَيُّ َها الَّذ‬
ْ‫اّلل‬ َْ ُ‫سو ِْل إِنْ كُنتُمْ تُؤ ِمن‬
ِ َّ ‫ون ِب‬ ُ ‫الر‬ َِّْ ‫نازعتُمْ فِي شَيءْ فَ ُردُّو ْهُ إِلَى‬
َّ ‫ّللا َو‬ َ َ‫ت‬
‫لا‬ َ ‫َواليَو ِْم اْل ِخ ِْر ذ ِلكَْ َخي ْر َوأَح‬
ْ ‫سنُْ تَأ ِوي‬
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah SWT dan taatilah Ra sul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah SWT (Alquran) dan Rasul

7
(sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah SWT dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
(QS. an-Nisa [4]: 59)

2. Bidang-bidang ekonomi yang tidak dapat diintervensi oleh negara, tangan di


antaranya:
a) Regulasi yang menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah SWTatau
Rasul-Nya, seperti memberikan toleransioperasi bank yang melakukan kegiatan
ribanya secara berlebihan, pembangunan pabrik minuman keras, pembuatan
patung untuk disembah, sarana prostitusi, pelarangan praktik waris berdasarkan
syariat Islam, penyediaan jasa asuransi yang dilarang, dan sebagainya.
b) Regulasi yang mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah SWT,
seperti melarang manusia untuk mencari barang-barang yang baik yang
dihalalkan bagi mereka.
c) Mengambil kebijakan yang membahayakan kepentingan umum hanya demi
untuk memenuhi kepentingan beberapa orang saja.

B. Rasionalitas Peran Pemerintah dalam Perekonomian


Dalam ekonomi konvensional, rekomendasi oleh para ekonom untuk
menyelesaikan kegagalan pasar. Secara teori, pemerintah memiliki beberapa alat untuk
memperbaiki kegagalan pasar dan meningkatkan efisiensi mikroekonomi.
Le Grand menyebutkan tiga cara keterlibatan pemerintah, yaitu:
(1) Penyediaan,
(2) Subsidi atau perpajakan, dan
(3) Regulasi.
Pemerintah mampu menyediakan barang atau jasa itu sendiri, melalui lembaga yang
memiliki dan mengoperasikan dan dengan mempekerjakan karyawan.
Pemerintah adalah agen dari Tuhan atau khalifatullah untuk merealisasikan
falah. Sebagai pemegang amanah Tuhan, eksistensi dan peran pemerintah ini memiliki
landasan yang kokoh dalam Alquran dan sunah, baik secara eksplisit maupun implisit.
Kehidupan Rasulullah SAW dan khulafaur rasyidin merupakan teladan yang amat baik
bagi eksistensi pemerintah.

8
Pemerintah dapat memiliki peran penting dalam menjalankan fardu kifayah ini
karena kemungkinan masyarakat gagal untuk menjalankannya atau tidak dapat
menjalankannya dengan baik. Kemungkinan kegagalan masyarakat dalam menjalankan
fardu kifayah ini disebabkan beberapa hal, yaitu pertama, asimetri dan kekurangan
informasi, kedua, pelanggaran moral, dan yang terakhir kekurangan sumber daya atau
kesulitan teknis.

C. Ruang Lingkup Peran Pemerintah dalam Kerangka Ekonomi Islam


Negara merupakan bagian sangat penting dalam mewujudkan hukum Islam,
karena Islam secara sistem tidak dapat berjalan secara utuh tanpa adanya negara. Tujuan
hakiki dari negara dalam Islam adalah memberikan maslahat kepada masyarakatnya
yang mengantarkan manusia kepada kemakmuran. Ketika negara secara sistem telah
dijalankan dengan landasan nilai-nilai Islam, mata tujuan yang ingin dicapai harus
sesuai dengan kehendak Islam.
Secara ruang lingkup peranan pemerintah ini mencakup aspek yang luas, yaitu
upaya mewujudkan tujuan ekonomi Islam secara keseluruhan dan upaya mewujudkan
konsep pasar yang Islami.
Menurut ilmu ekonomi Islam, negara mempunyai peran penting dalam
perekonomian. Para ulama dan pakar ekonomi Islam sepanjang sejarah telah membahas
peran penting negara dalam perekonomian.
Dalam konteks ini al-Mubarak dalam buku Nizam al-Islam al-Iqtisadi, mengutip QS.
al-Hadid [57] 25:

ُ َّ‫ان ِليَقُو َْم الن‬


ْ‫اس‬ َْ ‫يز‬ َْ َ ‫ت َوأَنزلنَا َمعَ ُه ُْم ال ِكت‬
َ ‫ْاب َوال ِم‬ ِْ ‫سلَنَاْ ِبالبَ ِينَا‬ َ ‫لَقَدْ أَر‬
ُ ‫سلنَا ُر‬
َّْ ‫اس َو ِليَعلَ َْم‬
ُ‫ّللا‬ ْ ِ َّ‫شدِيدْ َو َمنَافِ ُْع ِللن‬ َ ْ‫ط َوأَنزلنَا ال َحدِي َْد فِي ِْه بَأس‬ ِْ ‫بِال ِقس‬
ْ‫ّللاَ قَ ِويْ ع َِزيز‬
َّْ ‫ن‬ ِْ ‫سلَ ْهُ ِبالغَي‬
َّْ ‫ب ِإ‬ ُ ‫ص ُر ُْه َو ُر‬
ُ ‫َمنْ َين‬
"Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa
bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan
neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan dan Kami
ciptakan besi yang padanya ter dapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat
bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah SWT
mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya. Padahal

9
Allah SWT tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah SWT Maha kuat lagi maha
perkasa.

Tujuan dan Prinsip Dasar yang Berkaitan dengan Fungsi Ekonomi Pemerintah
Dalam Islam
Monzer kahf mengemukakan beberapa tujuan perekonomian dalam islam yaitu:
1. Pencapaian kemampuan ekonomi yang diperlukan untuk memperkuat negara
sedemikian rupa sehingga memungkinkan menjadi pelindung agama, pelindung
masyarakat dan nilai- nilainya, serta wahana penyebaran dakwah Islam di dunia;
di bidang pembangunan ekonomi, iptek, dan kekuatan militer.
2. Bekerja untuk menjamin kepuasan ekonomi masyarakat pada umumnya dan
meningkatkan kesejahteraan materi secara umum sambil menjamin kebutuhan
dasar setiap individu.
3. Memaksimalkan manfaat properti publik, perluasannya, dan penggunaannya
untuk kepentingan semua orang.
4. Mendapatkan sumber daya keuangan yang diperlukan untuk menjalankan
pemerintahan dan membelanjakannya sesuai dengan syariah.
5. Melindungi kerangka moral dan hukum serta mendorong lingkungan kerja yang
kondusif menuju kesuksesan di akhirat. Ini termasuk menahbiskan apa yang
baik dan mencegah apa yang salah.
6. Menjaga keadilan ekonomi dengan menjaga keseimbangan sosial dan ekonomi,
mencapai lapangan kerja yang layak bagi seluruh anggota masyarakat dan
melestarikan kekayaan dan pendapatan rakyat.

Lebih jauh kahf memaparkan bahwa dalam rangka memenuhi tujuan perekonomian,
ada beberapa prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh pemerintah dalam mengatur
operasinya, prinsip terpenting adalah sebagai berikut:
1. Komitmen terhadap ketentuan syariah.
2. Komitmen terhadap urutan prioritas yang diberikan secara umum oleh syariat.
3. Keterkaitan yang kuat Antata fungsi/ tujuan pemerintahan islam dan
ketersediaan sumber daya.
4. Kepatuhan pada prinsip kebebasan ekonomi dan perlindungan properti pribadi.
5. Kepentingan umum untuk prioritas di atas kepentingan pribadi.
6. Prinsip tanggung jawab sosial .
10
7. Syura
Lanskap Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia
Saat ini di Indonesia ada beberapa Lembaga/Institusi yang mempunyai otoritas dalam
pengaturan tentang keuangan komersial maupun sosial, yaitu:
1. Bank Indonesia
2. Otoritas Jasa Keuangan
3. Kementerian Keuangan
4. Kementerian Agama
5. Badan Amil Zakat Nasional
6. Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
7. Badan Wakaf Indonesia

Strategi KNEKS dalam Pengembangan Ekonomi Syariah di Indonesia


A. Penguatan Halal Value Chain
Saat ini konsep syariah telah menjadi tren dalam ekonomi global, mulai
dari produk makanan dan minuman, keuangan, hingga gaya hidup. Sebagai tren
gaya hidup, banyak negara yang mulai memperkenalkan produk wisatanya
dengan konsep halal dan islami. Wisata halal adalah salah
satu sistem pariwisata yang di peruntukkan bagi wisatawan muslim yang
pelaksanaannya mematuhi aturan syariah. Bukan hanya destinasi
wisata, fasilitas yang menunjang harus sesuai standar halal dari Majelis Ulama
Indonesia. Halal Tourism merupakan salah satu segmen industri dengan
pertumbuhan tercepat. Menurut GMTI tahun 2020 jumlah kedatangan
wisatawan muslim mencapai 156 juta atau mencapai 10% dari jumlah
kunjungan wisatawan dunia. Hal ini meningkat dari tahun 2017 yang hanya
11
mencapai 131 juta wisatawan muslim. Rantai nilai halal merupakan strategi
utama yang meliputi beberapa sektor industri halal. Contohnya industri
makanan dan pertanian halal, fesyen muslim, farmasi dan
kosmetik, pariwisata, serta media dan rekreasi. Perkembangan industri ini
memiliki peran penting dalam mendukung pelaksanaan pembangunan
nasional. Sebagai ilustrasi, industri halal yang dikembangkan dengan
baik, dapat berkontribusi pada nilai tambah perekonomian melalui pemenuhan
permintaan pasar halal domestik yang saat ini didominasi oleh pemain global.

B. Penguatan Keuangan Syariah


Perkembangan keuangan syariah yang lebih pesat dipicu oleh beberapa
faktor di antaranya: kebutuhan yang mendesak di masyarakat akan sistem
keuangan yang bebas dari riba, regulasi yang responsif terkait kebutuhan
keuangan syariah, dan model pengembangan sistem keuangan syariah yang
sudah tersedia secara global untuk replikasi. Di sisi lain yang menyebabkan
sektor riil tidak berkembang adalah persepsi dan realitas bahwa sebagian besar
sektor industri di Indonesia secara substansi sudah memenuhi syarat halal.
Namun persepsi ini terbukti merugikan, karena sertifikasi halal (ramah muslim)
berbagai produk adalah persyaratan utama dalam pemenuhan permintaan pasar.
Oleh karena itu, konotasi ekonomi syariah yang sama dengan
keuangan/perbankan syariah harus ditinjau ulang. Dalam penguatan keuangan
syariah, terdiri dari beberapa program, yaitu National halal fund, Islamic
inclusive financial services board (IIFSB), Integrasi Ziswaf-fiskal-komersial,
framework dan Indikator kebijakan moneter, makroprudential dan
makroekonomi, serta Bank BUMN Syariah.

C. Penguatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah


Usaha Mikro, Kecil dan Menengah memainkan peranan strategis dalam
pembangunan ekonomi bangsa. Selain dalam pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja, usaha semacam ini juga berperan dalam
mendistribusikan hasil-hasil pembangunan. Tiga ragam usaha ini memiliki
kekhasan masing-masing. Perbedaan UMKM adalah dilihat dari kekayaan
bersih dan total penjualan tahunan dari usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha yang bukan merupakan anak usaha yang lebih
12
besar . UMKM memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap perekonomian
Indonesia. Jaringannya tersebar ke berbagai pelosok negeri yang merangkul dan
menghidupkan potensi masyarakat luas, sehingga kehidupan mereka
berkembang menjadi lebih baik. Menurut Kementerian Koperasi dan
UKM , jumlah UMKM di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Sejak
2012 hingga 2017 UMKM mencapai 13,98 persen. Pada tahun 2017, jumlah
UMKM telah mencapai 62.922.617 unit. Hanya saja penyumbang terbesar
merupakan usaha mikro dengan 36,82 persen. Diikuti usaha menengah 13,57
persen, dan usaha kecil 9,61 persen.
Usaha mikro, kecil, dan menengah, menjadi kunci mengurangi tingkat
pengangguran. Sektor ekonomi ini menyerap tenaga kerja sebesar 116.673.416
jiwa atau 97,02 persen dari seluruh sektor usaha di Indonesia. Usaha mikro
menyerap 89,17 persen. Usaha kecil 4,74 persen. Sementara itu, usaha
menengah menyerap 3,11 persen atau 3,7 juta tenaga kerja.

D. Penguatan Ekonomi Digital


Ekonomi digital merupakan terminologi baru. Belum ada definisi istilah
ini yang tepat dan disepakati. Ekonomi digital tidak dapat dipisahkan dari sektor
ekonomi yang lain karena aplikasinya dapat diterapkan di berbagai sektor
industri mulai dari keuangan, transpotasi, logistik, pendidikan, kesehatan,
agrikultur, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan ekonomi Islam
digital , saat ini belum ada definisi yang disepakati secara global.
Thomson Reuters dan Dinar Standard menghitung ekonomi Islam digital
berdasarkan transaksi e-commerce dan belanja iklan digital yang dilakukan
muslim. Pertumbuhan bidang ekonomi digital dapat dilihat melalui
pertumbuhan dua subsektor, yaitu e-commerce dan fintech. Keduanya
menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan selama beberapa waktu terakhir.

13
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Pemerintah selalu menyertai dalam setiap langkah kehidupan bernegara
termasuk salah satunya dalam aspek menjalankan ekonomi syariah. Pemerintah
memiliki hak untuk turut andil dalam pelaksanaan kegiatan perekonomian
masyarakatnya. Karena setiap individu tentu punya batas kewenangan, sedangkan
pemerintah memiliki kewenangan dan koordinasi lebih luas kepada wilayah atau negara
satu dengan negara yang lain. Karena semua orang ingin meminimalisir risiko bagi
kehidupan mereka, tentu hal itu harus dicapai dengan membentuk entitas yang lebih
luas, besar dan kuat, salah satunya adalah negara. Negara dapat dengan luas mengawasi
faktor utama penggerak ekonomi, menghentika muamalah yang di haramkan, mematok
harga untuk melindungi baik penjual maupun pembeli.

Peran pemerintah dalam ekonomi Islam memiliki rasionalitas yang kokoh.


Karena salah satunya adalah menjalankan kewajiban (fordh kifayah). Sebagai contoh
mendirikan industri. Baik pemerintah maupun swasta harus berkoordinasi dalam
mendirikan industri sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakatnya. Pemerintah
memegang amanah dari Tuhan Yang Maha Esa untuk terus menjaga kesejahteraan dan
koordinasi dari kegiatan masyarakatnya. Biasanya pemerintah memiliki informasi yang
lebih akurat, karena terdiri dari sumber daya berkualitas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Boedi (2010) Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam. Pustaka Setia. Bandung.

Abu Yusuf (1978). Kitab al-Kharaj Dar al-Ma'arif. Beirut Ahmad Sukardja (2012). Piagam
Madinah dan Undang-Undang NRI,

Kajian Perbandingan tentang Dasar Hidup Beragama dalam Masyarakat Majemuk. Sinar
Grafika. Jakarta.

Aji Fauzie (2017). Rasionalitas Peran Pemerintah dalam Ekonomi Islam


https://www.kompasiana.com/ajifauzie/58afd16bf77e612

9187fc6ee/rasionalitas-peran-pemerintah-dalam-ekonomi- Islam. Diakses pada 24 Februari


2017. pukul 13:31 Al Amin. Haris. "Pengelolaan Zakat Konsumtif dan Zakat Produktif.
Suatu Kajian Peningkatan Sektor Ekonomi Mikro dalam Islam.." Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
EKONIS. 14. 2015.. 1-15. Astianti. Dhian Indah dan Subaidah Ratna. Kewenangan Otoritas
Jasa Kembaga Perbankan Syariah Jurnal Law and Justice Vol.2 No 2 Oktober 2017

Bhiyan. Anowar Hossain and Abud Darda, n.d. "Prospects and Potentials of Halal Tourism
Development in Bangladesh." Boedi Abdullah. Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam.
Bandung Pustaka Setia. 2010.

Chapra. M.Umer Islam And The Economic Challenge. The Islamic Foundationthe
International Institute Of Islamic Thought Kano Nigeria. 19951992/1413

Tariqullah Khan. Regulasi dan Pengawasan Bank Syariah Jakarta: PT Bumi Aksara. 2008
Deliarnov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi alih bahasa ikhwan

Abidin Basri. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2005. Deliarnov. Perkembangan Pemikiran


Ekonomi alih bahasa

Abidin Basri. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2005 Development of Awqaf IRTI. Kuala Lumpur.
1998 DSN dan Bl. Himpunan Fatwa DSN. Jakarta DSN dan Bl. 2003 Ikhwan Ad-Duraini
Fathi. Al-Figh al-Islam al-Muqaran Ma'a al-Mazahib

Damaskus: ttp.. 1997 Erdem Ekrem. The Functions Of State In Determining Economic

Policies In Islamic Tradition. Erciyes Üniversitesi İktisadi ve İdari Bilimler Fakültesi Dergisi.
Sayı: 35. Ocak-Temmuz 2010

Faruq Abu Umar Ahmad Zakah - A Comprehensive and Effective Redistribution Strategy for
an Economy Ensuring Poverty

Alleviation and Distributive Justice. IIUC Business Review ISSN 1991-380X Volume 4.
December 2015. P. 81-100.

15

Anda mungkin juga menyukai